You are on page 1of 7

JENIS-JENIS VALIDITAS

Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur)
mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it succesfully measure the phenomenon),
seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan
timbangan, meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Dalam
suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, maslah
validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat
teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu
instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.

Mengingat pentingnya masalah validitas. Maka tidak mengherankan apabila Para Pakar
telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam
beberapa jenis, terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas

Menurut Ebel (dalam Nazir 1988) ada 9 jenis-jenis validitas:

1. Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
kinerja.

2. Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa
yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu
dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

3. Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur
sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

4. Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-
faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya,
dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

5. Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang
ingin diramalkan oleh pengukuran.
6. Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba
untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur
benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

7. Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu
alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

8. Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari
suatu populasi.

9. Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari
pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang
benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity
(validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas
berdasar kriteria).

Sedangkan menurut Elazar Pedhazur validitas yang umum dipakai tripartite classification
yakni Content, Criterion dan Construct, sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis
utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan
face validity cenderung dianggap sama dengan content validity. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa jenis validitas yaitu :

1. Validitas Rupa (Face validity).

Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi
rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan
penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam
pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan
keterampilan.

2. Validitas isi (Content Validity).


Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang
harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau
variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi
bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang
berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth
Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini
Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan
analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya
validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu
benar.

3. Validitas kriteria (Criterion validity).

Adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen-


pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila
korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua
bentuk Validitas kriteria yaitu : Validitas konkuren (Concurrent validity), Validitas ramalan
(Predictive validity). Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk
mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen
pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu
instrumen pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang.
Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh
kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi
belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan

4. Validitas konstruk (Construct Validity).

Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang
diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk)
merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan
banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
Tipe-tipe umum pengukuran validitas

1) Validitas isi

Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat
ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah
"sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang
hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari
keseluruhan kawasan.

Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur
tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan
tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur
mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan
ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang
sesungguhnya.

Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak
tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan
komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa
setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah
tercapai.

Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas
muka) dan logical validity (validitas logis).

a) Face Validity (Validitas Muka). Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah
signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur.
Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat
dikatakan validitas muka telah terpenuhi.
Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya
mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat
menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi
pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat
ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang
kuat.

b) Logical Validity (Validitas Logis). Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling
(sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan
representasi dari aspek yang hendak diukur.

Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian
rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur
secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus
dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang
kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian
penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang
bersangkuatan.

Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan
penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.

2) Validitas Konstruk

Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur
mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya (Allen & Yen, dalam
Azwar 1986).

Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan
perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.
Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik
yang lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, akan
tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal.

Konsep validitas konstruk sangatlah berguna pada alat ukur yang mengukur trait yang
tidak memiliki kriteria eksternal.

3) Validitas Berdasar Kriteria

Pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang


dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan
diprediksikan oleh skor alat ukur.

Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara
skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi alat ukur
yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana x melambangkan skor alat ukur dan y melambangkan skor
kriteria.

Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar
kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan
validitas konkuren (concurrent validity).

Validitas Prediktif. Validitas prediktif sangat penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk
berfungsi sebagai prediktor bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi yang
menghendaki adanya prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan karir; seleksi
mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya.

Contohnya adalah sewaktu kita melakukan pengujian validitas alat ukur kemampuan
yang digunakan dalam penempatan karyawan. Kriteria yang terbaik antara lain adalah kinerjanya
setelah ia betul-betul ditempatkan sebagai karyawan dan melaksanakan tugasnya selama
beberapa waktu. Skor kinerja karyawan tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara, misalnya
menggunakan indeks produktivitas atau rating yang dilakukan oleh atasannya.
Koefisien korelasi antara skor alat ukur dan kriteria merupakan petunjuk mengenai saling
hubungan antara skor alat ukur dengan skor kriteria dan merupakan koefisien validitas prediktif.
Apabila koefisien ini diperoleh dari sekelompok individu yang merupakan sampel yang
representatif, maka alat ukur yang telah teruji validitasnya akan mempunyai fungsi prediksi yang
sangat berguna dalam prosedur alat ukur di masa datang.

Prosedur validasi prediktif pada umumnya memerlukan waktu yang lama dan mungkin
pula biaya yang tidak sedikit dikarenakan prosedur ini pada dasarnya bukan pekerjaan yang
dianggap selesai setelah melakukan sekali tembak, melainkan lebih merupakan kontinuitas
dalam proses pengembangan alat ukur. Sebagaimana prosedur validasi yang lain, validasi
prediktif pada setiap tahapnya haruslah diikuti oleh usaha peningkatan kualitas item alat ukur
dalam bentuk revisi, modifikasi, dan penyusunan item-item baru agar prosedur yang dilakukan
itu mempunyai arti yang lebih besar dan bukan sekedar pengujian secara deskriptif saja.

Validitas Konkuren. Apabila skor alat ukur dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu
yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren.

Suatu contoh dimana validitas konkuren layak diuji adalah apabila kita menyusun suatu
skala kecemasan yang baru. Untuk menguji validitas skala tersebut kita dapat mengunakan skala
kecemasan lain yang telah lebih dahulu teruji validitasnya, yaitu dengan alat ukur TMAS (Tylor
Manifest Anxiety Scale).

Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang memadai apabila alat ukur tidak
digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dalam situasi
diagnostik. Bila alat ukur dimaksudkan sebagai prediktor maka validitas konkuren tidak cukup
memuaskan dan validitas prediktif merupakan keharusan.

You might also like