You are on page 1of 7

PENERAPAN TEKNIK-TEKNIK KLONING GEN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

MIZAWARTI,S.SI

Program Studi Biologi


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

I. Pendahuluan

1.1 Lahirnya Kloning Gen


Kira-kira satu abat yang lalu Gregor Mandel telah merumuskan aturan-aturan
untuk menerangkan pewarisan sifat-sifat biologis. Sifat-sifat organisme yang dapat
diwariskan diatur oleh suatu faktor yang disebut gen, yaitu suatu partikel yang
berada di suatu di dalam sel tepatnya di dalam kromosom.
Gen menjadi dasar dalam pengembangan penelitian genetika meliputi
pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom.
Hasil penelitian telah berkembang baik diketahuinya DNA sebagai material
genetik beserta strukturnya, kode-kode genetik serta proses transkripsi dan translasi
dapat dijabarkan.
Suatu penelitian yang merupakan revolusi dalam Biologi medern adalah
setelah munculnya metode teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika yang
inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur untuk memperoleh replika
yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal.

II. Langkah-langkah dasar Kloning Gen

Ada beberapa langkah dasar dalam Kloning Gen yaitu sebagai berikut :
1. Suatu frakmen DNA yang mengandung gen yang akan diklon diinsersikan
pada molekul DNA sirkular yang di sebut sektor untuk menghasilkan chimoera
atau molekul DNA rekombiner.
2. Vektor bertindak sebagai wahana yang membawa gen masuk kedalam sel
tuan rumah ( host ) yang biasanya berupa bakteri, walaaupun sel-sel
jenis lain dapat di gunakan.
3. Didalam sel host, vektor mengadakan replikasi menghasilkan banyak kopi
atau turunan yang identik, baik vektornya sendiri maupun gen yang
dibawanya.
4. Ketika sel host membelah, kopi molekul DNA rekombinasi diwariskan pada
progeni dan terjadi replikasi vektor selanjutnya.
5. Setelah terjadi sejumlah besar pembelahan sel, maka dihasilkan koloni atau
klonsel host yang identik

Tiap-tiap sel dalam klon mengandung satu kopi atau lebih molekul DNA
rekombinasi dengan demikian dikatakan bahwa gen yang dibawa oleh molekul
rekombinasi telah diklon.

III. Wahana dan ketrampilan dasar untuk Kloning Gen

Komponen penting dalam eksperimen kloning gen adalah wahana yang


membawa gen masuk sel tuan rumah dan bertanggung jawab atas replikasinya.
Untuk dapat bertindak sebagai wahana suatu molekul DNA harus mampu memasuki

©2003 Digitized by USU digital library 1


sel tuan rumah serta dapat mengadakan replikasi untuk menghasilkan kopi dalam
jumlah besar.
Dua jenis molekul DNA alamiah yang memenuhi persyaratan tersebut adalah :
1. Plasmid, merupakan molekul DNA sirkuler yang terdapat dalam bakteri dan
berbagai organisme lain. Plasmid dapat melakukan replikasi dengan tidak
tergantung pada kromosom sel tuan rumah.
2. Krimosom virus, terutama bakteriofog, yaitu virus yang harus menginfeksi
bakteri pada waktu infeksi molekul DNA bakteriofog diinfeksikan ke dalam sel
tuan rumah, dan kemudian DNA ini mengalami replikasi.

Molekul DNA plasmid dan bakteriofog mempunyai sifat-sifat dasar yang


ditentukan sebagai wahana kloning, namun sifat ini tidak berguna tanpa adanya
tehnik-tehnik eksperimen untuk manipulasi molekul DNA di dalam laboratorium.
Ketrampilan dasar untuk melakukan kloning secara sederhana adalah :
1. Preperasi sampel DNA murni
2. Pemotongan DNA murni
3. Analisis ukuran fragmen DNA
4. Penggolongan molekul DNA
5. Memasukan molekul DNA ke dalam sel tuan rumah
6. Identifikasi sel yang mengandung molekul DNA rekombinasi.

IV. Tehnik-tehnik Kloning Gen

2.1. Pengklonan c DNA


Sebagian besar, metode-metode yang digunakan oleh perusahaan-
perusahaan pengklonan gen untuk memperoleh DNA rekombinan yang terdiri dari
gen yang diinginkan dalam vektor ekspresi, adalah sama yang digunakan dalam
laboratorium-laboratorium penelitian.
Karena banyak protein yang bernilai komersil hanya terdapat dalam jumlah
kecil dalam sel-sel dan jaringan hewan, dan karena ekspresi gen flon itu sangat
penting, maka banyak pekerjaan komersial itu terpusat pada pengklonan c DNA dari
mRNA-mRNA yang terdapat dalam jumlah sangat kecil didalam sel. Pendekatan lain
yang digunakan untuk memperoleh insulin manusia, adalah sintesis kimia dari suatu
gen.
Hampir setiap molekul mRNA eukariot pada ujung 3’-nya mempunyai
rangkaian resedu nukleotida adenin yang disebut ekor poli-A. Apapun fungsinya,
poli-A itu memberikan jalan yang mudah untuk mensintesis suatu untaian DNA yang
komplementer terhadap mRNA-nya. JIKa rantai-rantai pendek dari oligo –dT
dicampur dengan mRNA, rantai tersebut berhibridasiasi ke ekor poli-A untuk
memberikan suatu primer untuk aksinya enzim transfriptase balik. Enzim ini, yang
disolasikan dari virus-virus tumor RNA tertentu dapat menggunakan RNA sebagai
cetakan untuk mensintesis suatu untaian DNA. Hasil reaksinya adalah suatu hibrida
RNA-DNA, untaian DNA yang baru itu mempunyai lingkaran tusuk konde pada
ujungnya, tampaknya sebagai hasil dari enzim “ memutari sudut “ dan mulai
mengkopi dirinya sendiri. Lingkaran tusuk konde itu mungkin merupakan suatu
artefak ( sesuatu yang buatan ) ‘in vitro’ tetapi ia memang memberikan suatu primer
yang sangat mudah untuk pembuatan untaian DNA yang kedua. cDNA ( DNA
komplementer ) berantaian ganda yang dihasilkan mempunyai lingkaran tusuk
konde yang utuh ini dapat dibelah oleh S1 nuklease, yaitu suatu nuklease spesifik
yang beruntaian tunggal.
Molekul cDNA yang beruntaian ganda yang diperoleh dengan cara tersebut,
lalu disiapkan untuk disisipkan kedalam pBR 322, dengan jalan pemberi ekor dengan

©2003 Digitized by USU digital library 2


terminal transferase atau dengan menambahkan tempat-tempat enzim restriksi
buatan pada ujung-ujung cDNA-nya.
Tempat-tempat restriksi ini yang kita sebut ‘penyambung” ( “linker”) adalah
oligunekloitida-oligunekloitida dari 8 sampai 10 pasangan basa yang dibuat secara
kimia.Penyambung-penyambung itu ditambahkan pada cDNA beruntaian ganda
dengan menggunakan DNA ligase, lalu penyambung-penyambung itu digunting
hingga terbuka dengan enzim restriksi, dan cDNA-nya, yang sekarang mengandung
ujung-ujung lekat yang dihasilkan oleh enzim tadi, dimasukkan ke dalam pBR 322
yang telah di belah dengan enzim yang sama. Kemudian plasmid rekombinan yang
mengandung cDNA yang di hasilkan itu, dimasukkan ke dalam strain “ E. coli “ yang
sesuai dan dikembangbiakkan.

2.2 Gen pengklonan : DNA rekombinan


Bakteri merupakan mesin-mesin efesien untuk untuk menciptakan turunuan
identik DNA bacterifogdalam jumlah. Begitu masuk dalam sel imangnya. DNA fag
tersebut berlipat ganda berkali-kali, turunan dikemas kedalam partikel-partikel
berdaya tulang, baru dilepas dari sel inangnya sehingga siap mengulangi daur
infeksitersebut. Jika kita adapat menempelkan gen eukariotik kepada molekul DNA
fag seperti itu, maka dapat direflikasi dengan cara yang sama sekali lagi
endonukliase restriksi memungkinkan musliaht itu. Ekori adalah endonuklease
resttriksi yang dihasilkan oleh “E. koli” . enzim ini membelah DNA hanya ditempat
yang meliputi rangkaiannya.
Setiap utusan pilihan ganda itu dipotong diantara buangin dan adenin. Setiap
kali hal ini terjadi ujung-ujung belahan filman ganda itu membaawa panjang
tambahan emapt nukleotida. DNA yang berpasangan (berhelai tunggal), yang
dinamai ujung “lengket” karena mapu berpasangan basa dengan molekul DNA yang
manapun mengandung ujung lengket pelengkap. Gagasannya adalah
memperlakukan kedua DNA eukariotik dan DNA bakteriopag dengan endonuklease
retriksi yang sama sehingga tercipta ujung-ujung pelengkap pada masing-masing.
Dalam keadan yang sesusai, secara bercampur molekul-molekul DNA eukariotik akan
menempel pada molekul-molekul DNA dengan ujung-ujung lengketnya masing-
masing. Kemudian DNA ligase dapat dipakai untuk mengaitkan secara kovalen
molekul-molekul itu bersama. Beberapa dari hibrid atau molekul-molekul
rekombinan ini akan tetap berdaya infeksi pada inang bakteriofognya (ekoli)
sebagaimana bakteriofog yang normal. Hal ini dapat dideteksi dengan membiarkan
ekoli terbuka bagi campuran molekul DNA rekombinan dan selanjutnya menabur sel-
sel pada cawan fetri berisi agar. Sel-sel bakteri itu mulai berkembang biak,
membentuk selaput sel-sel dipermukaan agar. Akan tetapi, setiap sel yang secara
berhasil diinfeksi oelh molekul-moleku DNA rekombinan akan membentuk banyak
turunan baru DNA rekombinan tersebut sebelum dibunuh dan dilisis.
Molekul-molekul yang infektif dilepas, menginfeksi sel-sel terdekat, dan
proses itu diulang. Akibatnya segara nampak pada mata dengan mata telanjang
sebagai zona atau plak sikular yang jernih pada “padang” sel-sel . setiap plak
merupakan suatu “flon” molekul-molekul DNA dan dapat diriakkan secara tak
terbatas dengan meninfeksi lebih banyak sel ekoli.
Walau setiap plak (plague) menghasilkan ikon unit molekul-molekul DNA
rekombinan, potongan “dari DNA” eukariotik yang ada pada plak tertentu merupakan
kebetulan semata-mata. Pencernaan semua DNA dalam sel-sel organisme eukariotik
seperti mencit atau tikus oleh oleh endonuklease restriksi menghasilkan kumpulan
fragman DNA yang sangat beragam. Fragman-fragman ini tergabung pada DNA
bakteriofag secara acak semata-mata. Pengklonan fragmen yang merupakan
seluruh genam suatu organisme dinamakan pengklonan “senapan”.

©2003 Digitized by USU digital library 3


Kini masalahnya adalah salah satu temuan dari satu atau lebih plag (mungkin
dari beberapa ribu ) yang mengandung gen edukariotik yang menarik perhatian kita.
Untuk ini diperlukan suatu “tolok”. Misalnya kitya mencari DNA kelinci yang
menjadikan lantai-lantai hemoklobinnya. Sebagaimana kita ketahui, RNA pesuruh
untuk rantai-rantai ini dapat diisolasi dari prekursor sel-sel darah merah kelinci.
Pesuruh-pesurh ini dapat diisolasi dari prekursor dan dapat diberi label isotop radio
aktif dan digunakan untuk mencari plak-plak yang mengandung rangkaian DNA
pelengkap, yaitu rangkaian DNA yang dari pada pesuruh-pesuruh hemoglobin ini
ditranskripsi. Inilah prosedurnya, sehelai kertas saring yang dibuat dari nitro
selulosa secara perlahan ditekan pada permukaan lempengan agar yang berplak.
Beberapa dari DNA pada setiap plak diserap oleh kertas saring tadi. DNA yang
terserat itu kemudian diubah sifatnya menjadi pelayan tunggal, dan kertas saring
yang dicelupkan kedalm kedalam larutan yang berisikan molekul-molekul DNA
rekombinan yang menyatakan rangkaiannya yang dicari itu. Karena plak-plak asal
tidak menjadi rusak karena prosedur ini, maka molekul-molekul tambahan sampel
khusus DNA rekombianan itu dapat dibiakkan dalam sel-sel “koli” tambahan untuk
memproduksi sebanyak turunan sampelnya yang diinginkan.
Maka inilah satu cara (namun bukan satu-satunya cara) untuk mencapai
tujuan terdekatnya yaitu sampel murni suatu gen eukariotik. Prosesnya mungkin
tanpak rumit, tetapi sungguh sangat langsung dan akhirnya tujuan dapat diacapai.
2.3. Pengklonan Individu Kromosom
karena sekarang terdapat kemungkinan untuk menyortir kromosom-
kromosom manusia secara fisik kedalam klas-klas ukurang yang terpisah dengan
suatu prosedur yang dikenal sebagai sortasi sel yang teraktifasi fluoresens (FACS :
fluoresende-activa-ted celsorting). Maka terbukti kemungkinan untuk mengkon DNA
dari individu kromosom. Misalnya, mulai dengan suatu galur sel manusia dengan
kariotip yang abnormal (empat kromosom X) terdapat kemungkinan mensortir cukup
banyak kromosom X manusia yang bebas dari autosom untuk dapat membuat suatu
perpustakaan fag X dari DNA kromosom X itu. Bersama-sama, pag-pag rekombinan
dalam perpustakaan itu mempunyai sebagian besar, jika tidak dapat dikatakan
semua, DNA kromosom X.
Maka dari itu semua tehnik yang telah dilukiskan dari itu semua tehnik yang
dilukiskan sebelumnya dapat digunakan untuk menganalisis DNA kromosom X,
memetakan tempat-tempat restriksi, mengidentifikasi rangkaian-rangkaian alu yang
berulang, dan mancari gen-gen yang diketahui akan terbawa pada kromosom X
tersebut. Satu tugas yang sekarang dapat dilakukan adalah mencari polimorpisme
tempat restriksi untuk menentukan adakah yang terapuaut erat dengan salah satu
pemyakit genetik yang terpeta kadar kromos X. jika, misalnya dapat ditunjukkan
bahwa suatu pola tertentu dari tempat-tempat enzim restriksi terpaut erat pada
distropi otot Duchenne dan tidak terdapat pada individu-individu normal, maka da
kemungkinan besar untuk mendiagnosis penyakit, genetik yang umum dan letal ini,
bahkan sebelum kita mengetahui gentermutasi dimana yang bertanggung jawab
untuk hal itu.

2.4. Pengklonan Onkogen Manusia


sekarang ini 3 onkogen manusia yang diduga telah diklon dengan
menggunakan teknik penyaringan alu dan teknik banntuan tRNA. Sudah emapt
laboratorium yangh berlainan yang cecara sendiri-sendiri telah mengklon gen-gen
kangker kandung kemih. Semua gen ini tampak sama (berukuran mendekati 5,4
kb), tetapi kesamaan ini mungkin mencerminkan kenyataan, bahwa galur-galur sel
yang dianggap berlainan ini mempunyai sumber yang sama. Gen neuroblastoma
sekarang juga telah diklon secara lengkap dengan menggunakan metode bantuan
TRNA yang memperlihatkan gen mendekati 13,5 kb mengklon gen kangker kolon

©2003 Digitized by USU digital library 4


(paru-paru) terbukti lebih sukar mencapai, karena ia teralu besar untuk diklon dalam
sepotong fag. 35 macam fag, yang masing-masing mengandung rangkaian-
rangkaian varsail yang tumpang tindih, mula-mula diisolasi lalu dianalisis dengan
menggunakan tehnik-tehnik penyaring Alu dan homologi pada rangkaian gen ras
virus sarcoma Kirsten, prosedur gen ini berkembang yang kemudian digunakan
untuk menentukan struktur gen 45 kb.
Meskipun variasi ukurannya besar, namun gen-gen kanker kandung kemih,
neuroblastoma, dan kanker kolon ( paru-paru ) mempunyai susunan dasar
exonintron yang sama, dengan empat exon yang digunakan untuk mengklode
protein yang serupa tetapi berlainan dengan berat molekul masing-masing sekitar
21.000 (p21). Protein-protein p21 itu ditemukan terikat dalam jumlah kecil pada
membran plsma luar sel-sel kanker, dan mereka secara homolog erat dengan produk
dari gen-gen kanker yang ditemukan sebelumnya pada retrovirus onkogen. Gen
kanker kandung kemih manusia sangat serupa dengan ras onkogen virus sarkoma
Harvey, sedangkan gen kanker paru-paru sangat mirip dengan ras onkogen virus
sarkomi Kirsten. Seperti onkogen-onkogen retro virus, gen-gen kanker manusia ini
mempunyai ekuivalen sel normal mereka, memang gen-gen kanker itu diduga
berasal dari ekuivalen-ekuivalen sel normal mereka melalui mutasi yang dengan cara
tertentu membawa onkogen yang potensial kepada produk-produk proteinnya.
Langkah berikutnya yang masuk akal adalah merangkai onkogen-onkogen
manusia maupun ekuivalen-ekuivalen normal mereka.Hasil pertama semacam itu
menunjukkan bahwa gen kanker pada sel-sel tarsinoma kandung kemih manusia
berbeda dari imbangannya dalam sel-sel normal dalam satu mutasi titik tunggal.
Mutasi itu mengubah sisa glesin pada posisi 12 dalam produk protein normal (protein
p12) menjadi paling dalam protein sel-sel carcinoma tersebut. Akan tetapi, pada saat
ini belum ada bukti bahwa perubahan sederhana ini merupakan satu-satunya
penyebab carcinoma kandung kemih, dan kita juga tidak mengetahui peranan
protein p12 itu dalam keadaan normal maupun keadaan mutasi.

2.5 Pengklonan hewan


Klon-klon yang ditangani oleh para ahli biologi molekular, biasanya klon-klon
dari bakteri atau organisme lain, sel-sel dalam kultur jaringan dan akhir-akhir ini
molekul-molekul DNA. Para ahli taman dan pemulia tanaman sebaiknya, secara
teratur menangani dan memproduksi organisme-organisme tinggat lebih tinggi yang
diklon, tanaman-tanaman yang mereka biakkan dengan pemangkasan, enten,
pembelahan umbi dan rhizoma (akar rimang) dan sebagainya.
Tumbuhan tinggi memberi kemungkinan untuk reproduksi aseksual dan klon;
untuk banyak spesies liar, pembiakan aseksual lebih penting daripada pembiakan
seksual. Sebaiknya hewan-hewan tingkat alami tidak bereproduksi secara aseksual.
Untuk mengklon seekor binatang perlu untuk mengambil nukleus dalam telur yang
telah dibuahi, baik melalui pembedahan, maupun menonaktifkannya secara total
dengan radiasi dan menggantikannya dengan nukleus yang diambil dari individu lain.
Ini memerlukan transplankasi suatu nukleus utuh yang tidak rusak dan mampu
untuk berkembang.
Demikianlah, nukleus-nukleus yang dicangkokkan dari sel-sel embrio katak
yang sangat muda, yang masih totipoten, dapat melahirkan katak-katak dewasa.
Sebaliknya, nukleus-nukleus yang ditransplantasi dari katak ‘dewasa’ sampai kini
sekian jauh belum pernah mampu meningkatkan perkembangan hewan dewasa ;
proses perkembangannya selalu gagal pada tahap embrional atau larva tertentu.
Transplantasi nukleus dengan telur-telur katak pertama kali dicapai dalam
tahun 1952, tetapi tentu saja akan lebih menarik untuk membiakkan mamalia secara
aseksual daripada katak. Masalah-masalah teknis dari reproduksi mamalia dengan
transplantasi nukleus, sebaliknya adalah jauh lebih besar karena sangat sukar untuk

©2003 Digitized by USU digital library 5


memanipulasi telur-telur mamalia tanpa merusaknya. Pada tahun 1981, serangkaian
percobaan semacam itu dengan tikus, telah dilaporkan, tetapi belum diulangi dan
diperbuat secara bebas. Sebelum metode-metode itu dapat direproduksi, mereka
tidak akan memberi sumbangan yang berarti pada pengertian kita tentang
perkembangan mamalia.
Dalam masa dekat hanya terdapat kemungkinan kecil bahwa transplantasi
nukleus dicoba pada spesies mamalia lain. Jika efisiensi dan reproduksibilitasnya
dapat ditingkatkan, maka mungkin metode itu akan mendapat tempat di bidang
penangkaran hewan. Dalam teori ia dapat dicoba pada telur-telur sel embrio
manusia, tetapi untuk alasan apa? Tidak ada penerapan praktis. Dan perlu
ditekankan bahwa belum terbukti ada kemungkinan bahwa dengan katak sekalipun
untuk menghasilkan suatu individu dewasa yang diklon melalui pencangkokan
nukleus sel dewasa ke dalam sebuah telur. Komplotan jutawan tua golongan gothik
yang membujuk para dokter untuk mengklon beberapa kopi dari dirinya sendiri
dengan pencangkokan nukleus-nukleus selnya kedalam telur-telur yang dibuahi dan
kemudian menanamkannya pada wanita, tetapi merupakan fantasi murni, untuk
katak tua sekali pun, hal itu tidak dapat dilakukan.

2.6 Pengklonan Hormon Pertumbuhan Manusia


Produksi hormon pertumbuhan manusia dalam ‘E.coli’ menarik perhatian
orang pada beberapa prilaku rekayasa genetika. Hormon pertumbuhan manusia
(HGH= Human Growth Hormone) adalah suatu rantai polipeptida tunggal yang
mempunyai 191 asam amino dan diproduksi dalam kelenjar pituiteria (kelenjar pada
infundibulum otak). Seperti insulin, ia tidak terglirosilasi. Hormon pertumbuhan
mengendalikan pertumbuhan tubuh kita ; tubuh kecil orang kerdil disebabkan karena
kekurangan hormon pertumbuhan.
Dengan menggunakan kombinasi dari sintesis kimia DNA dan sintesis
enzimatik cDNA, telah diproduksi suatu rangkaian yang mengkode asam-asam amino
1-14 telah disintesis secara kimia.Langsung di depan kodon pertama, ditambahkan
suatu trio (triplet) basa (ATG) yang menspesifikasi asam amino metionin.Bila
permulaan dari gennya telah disintesis secara kimia untuk menjamin permulaan
yang tepat dari proteinnya, maka diperoleh suatu rangkaian DNA yang mengkode
sisa dari rantai polipeptida yaitu, residu asam amino 25-19,1 dengan membuat kopi-
kopi cDNA dari preparat-preparat nRNa darii sel-sel pituitaria manusia.
Kedua fragmen DNA ini kemudian dikonkan secara terpisah. Fragmen-
fragmen DNAnya dimurnikan kembali dan disambung menjadi satu untuk
menghasilkan rangkaian DNA lengkap untuk horman pertumbuhan manusia mulai
dengan suatu prodon inisiator yaitu metionin, diikuti oleh rangkaian untuk 191 asam
amino dalam frotein masak, dan berakhai dengan sinyal untuk menghentikan
sintesisi frotein. Kemudian “gen”dimasukkan kedalam suatu fektor ekspresi dan
dimasukkan kedalam “ekoli” diaman diarahkan untuk membaut pertumbuhan
manusia.

V. PENUTUP

Saat ini telah dikembangkan tehnik-tehnik mengisolasi gen terpilih, yaitu


kloning dan menenukan rangkaian neuklitidanya. Gen-gen enkariotik dan juga
prikariotik dapat diklon dengan menyisipkannya dalam sepotong DNA, yang dapat di
reflikasi dala inang bakterinnya. Bakteriopag dan flasmi membentuk “DNA
Rekombinan” yaitu dengan peleburan DANnya.
Selain itu tehnik-tehnik untuk menyisipkan gen-gen asing kedalam eukariotik
dan prokariotik turut bekembang dan gen-gen ini secara efesien ditranskripsi dan

©2003 Digitized by USU digital library 6


translasi. Tehnik-tehnik DNA rekombianan ini sudah dieploitasi dalam pembuatan
protein-protein manusia yang berniai hanya oleh bakteri dan khamir. Ada juga
kemungkinan bahwa tehnik-tehnik tersebut pada akhirnya dapat memungkinkan
untuk memperbaiki fungsi gen yang efektif pada eukariotik atau memberikan fungsi-
fungsi gen yang baru baginya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kimbal, John W. 1989. Biologi . Edisi kelima cetakan kedua. Penerbit


Erlangga. Jakarta
2. Muhammad, S.A. 1991. Pengantar Kloning Gena. Yayasan Esentia Medica
Yogyakarta
3. Roberts, J.A. Fraser, Pambrey, Marcus E. 1995. Genetika Kedokteran. Suatu
Pengantar.Edisi kedelapan Cetakan Pertama Penerbit Buku kedokeran
(EGC) Jakarta.
4. Watson, James D., Tooze, John, Kurtz, David T. 1988. DNA Rekombinan.
Penerbit Erlangga Jakarta

©2003 Digitized by USU digital library 7

You might also like