Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR iv
BAB I : PENDAHULUAN 1
I.1. Maksud dan Ruang Lingkup 1
I.2. Visi dan Misi Presiden Dalam RPJMN 2010-2014 2
I.3. Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kementerian BUMN sesuai Renstra
Kementerian BUMN Tahun 2010-2014 5
I.4. Prioritas RPJMN 2010-2014 Di Bidang Pembinaan BUMN 7
I.5. Arah Kebijakan Pembinaan BUMN Sesuai Renstra Kementerian BUMN
Tahun 2010-2014 dan master Plan BUMN Tahun 2010-2014 9
I.6. Perkembangan BUMN Dan Kontribusinya Dalam Perekonomian Nasional
serta Potensi-potensi Yang Dimiliki BUMN 10
i
II.2.12. Sektor Usaha Kehutanan 31
II.2.13. Sektor Usaha Perikanan 32
II.2.14. Sektor Usaha Kertas, Percetakan, dan Penerbitan 33
II.2.15. Sektor Usaha Penunjang Pertanian 34
II.2.16. Sektor Usaha Pertambangan dan Semen 35
II.2.17. Sektor Usaha Industri Strategis 36
II.2.18. Sektor Usaha Energi & Sumber Daya Alam 37
II.2.19. Sektor Usaha Telekomunikasi, Media dan Industri Penunjang 38
Telekomunikasi
II.3. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik 38
II. 3.1. Assessment GCG 39
II. 3.2. Re-Assessment GCG 39
II. 3.3. Self Assessment GCG (Mandiri) 40
II. 3.4. Review Tindak Lanjut Hasil Assesment GCG 40
II. 3.5. Monitoring GCG melalui Kuesioner 41
II. 3.6. Pelatihan Risk Management dan Internal Control System 41
II. 3.7. Evaluation Tools atas Internal Control dan Risk Management 41
II. 3.8. Pengkajian Penyempurnaan Evaluation Tools Penerapan GCG 41
II. 3.9. Penyusunan Kriteria Penilaian GCG Tingkat Lanjutan 43
II.4 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 43
II.4.1. Program Kemitraan Tahun 2005 - 2009 43
II.4.2. Program Bina Lingkungan Tahun 2005 - 2009 47
ii
III.2.2 Pelaksanaan Privatisasi 2005 - 2009 67
III.2.3 Pelaksanaan Public Servive Obligation (PSO) Tahun 2005-2009 70
III.2.4 Pelaksanaan Optimalisasi Aset BUMN 2005-2009 71
III.2.5 Pelaksanaan Penyediaan Data, Informasi serta Teknologi Informasi 73
2005 - 2009
III.2.6 Pelaksanaan Penanganan Bantuan Pemerintah Yang Belum 75
Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) 2005 - 2009
iii
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, maksud dan
tujuan didirikannya BUMN adalah untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan
perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya, mengejar
keuntungan, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, menjadi perintis
kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi dan
turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.
Perubahan yang sangat cepat dalam dua dekade terakhir serta diperkirakan akan
semakin cepat pada masa-masa mendatang menyebabkan semakin perlunya pembentukan
BUMN-BUMN yang unggul dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, strategi pengelolaan
BUMN ke depan perlu diarahkan pada peningkatan daya saing BUMN, perbaikan sinergi
antar BUMN, pengembangan kemampuan berusaha dan penciptaan peluang-peluang baru
melalui manajemen yang dinamis dan profesional untuk dapat memasuki dan berkompetisi
dalam era persaingan global. Disamping itu, perbaikan tata kelola perusahaan (good
corporate governance) juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam memenangkan
persaingan.
Restrukturisasi BUMN merupakan proses yang berkelanjutan dan satu kesatuan yang
terintegrasi dengan strategi penyelamatan ekonomi nasional. Hal ini diutamakan agar BUMN
dapat mencapai tujuan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap ekonomi nasional,
anggaran negara dan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Master Plan BUMN 2010-2014 ini menggambarkan kebijakan utama penataan
BUMN ke depan dan di dalamnya dijelaskan berbagai kebijakan Pemerintah dalam
melaksanakan pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaras dengan kebijakan
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2. Visi Dan Misi Presiden Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014
2
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014,
ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional3 tahun 2010-2014, yaitu: (1)
Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat; (2) Perbaikan Tata
Kelola Pemerintahan; (3) Penegakan Pilar Demokrasi; (4) Penegakkan Hukum Dan
Pemberantasan Korupsi; (5): Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan.
Visi dan Misi pemerintah 2010-2014 tersebut dirumuskan dan dijabarkan
lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas4 sehingga lebih mudah
diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya, yaitu: (1) reformasi birokrasi
dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5)
ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9)
lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan
paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, tema dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-20145 adalah (1)
memantapkan penataan kembali NKRI; (2) meningkatkan kualitas SDM; (3)
membangun kemampuan IPTEK; dan (4) memperkuat daya saing perekonomian.
Bidang-Bidang yang menjadi perhatian utama RPJMN Tahun 2010-2014
adalah:
(1) Pertahanan dan Keamanan, yang ditandai dengan: peningkatan
kemampuan struktur pertahanan Negara dan lembaga keamanan Negara;
(2) Hukum : meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum, tercapainya
konsolidasi penegakan supremasi hukum, penegakan hak asasi manusia, dan
kelanjutan penataan sistem hukum nasional;
(3) Politik, yang ditandai dengan: membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah; kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan
bangsa; posisi penting Indonesia sebagai negara demokrasi yang besar makin
meningkat dengan keberhasilan diplomasi di forum internasional;
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025
3
(4) Pelayanan Publik. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat,
transparan dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar
pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah;
(5) Kesejahteraan Rakyat yang terus meningkat ditunjukkan oleh
membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia : meningkatnya
pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran
disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat
pendidikan masyarakat; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;
meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan, dan perlindungan anak; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok
masyarakat, dan antardaerah; dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
potensial di luar Jawa; makin mantapnya nilai-nilai baru yang positif dan produktif
dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa;
(6) Daya Saing Perekonomian yang meningkat melalui : penguatan industri
manufaktur sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan kelautan serta
sumber daya alam lainnya sesuai dengan potensi daerah secara terpadu; meningkatnya
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan
infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia
usaha; peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; penataan kelembagaan
ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat; pengembangan jaringan infrastruktur
transportasi, serta pos dan telematika; peningkatan pemanfaatan energi terbarukan,
khususnya bioenergi, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya untuk
kelistrikan; pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan
permukiman; industri kelautan yang meliputi perhubungan laut, industri maritim,
perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral dikembangkan secara
sinergi, optimal, dan berkelanjutan;
(7) Pengelolaan SDA dan LH yang makin berkembang melalui : penguatan
kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan
berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya
keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang
dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal
4
pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan
kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan;
terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua
sektor; meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan
ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan
terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.
I.3. Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kementerian BUMN Sesuai Rencana Strategis
Kementerian BUMN Tahun 2010-2014
Upaya Pemerintah dalam memperkuat daya saing perekonomian nasional guna
peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita
Bangsa Indonesia pada umumnya dan misi Pembangunan Jangka Panjang (tahun
2005-2025) dan Pembangunan Jangka Menengah (tahun 2010-2014) pada khususnya,
memerlukan adanya koordinasi dan peran serta dari seluruh lembaga/institusi
Pemerintah.
5
pelaksanaan penugasan pemerintah untuk pelayanan umum(PSO); (4) Meningkatkan
peran BUMN dalam usaha keperintisan; (5) Meningkatkan peran BUMN dalam
rangka pengembangan UMKM; (6) Peningkatan peran BUMN untuk percepatan
pelaksanaan prioritas pembangunan nasional.
Berdasarkan visi dan misi di atas, Kementerian Negara BUMN di dalam Rencana
Strategisnya menetapkan 9 (sembilan) tujuan dan 30 sasaran strategis yang ingin
dicapai dalam periode pemerintahan tahun 2010-2014, sebagai berikut:
6
Tujuan 5 : Meningkatnya peran BUMN untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional
Sasaran 5.1 : Meningkatnya belanja modal (Capital Expenditure) BUMN
Sasaran 5.2 : Meningkatnya belanja operasional (Operating Expenditure)
BUMN
7
I.4. Prioritas RPJMN Tahun 2010-2014 Di Bidang Pembinaan BUMN
a. Transformasi dan konsolidasi BUMN bidang energi dimulai dari PLN dan
Pertamina yang selesai selambat-lambatnya 2010 dan diikuti oleh BUMN
lainnya.
8
b. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata 3.000 MW per
tahun mulai 2010 dengan rasio elektrifikasi yang mencakup 62% pada
2010 dan 80% pada 2014; dan produksi minyak bumi sebesar lebih dari
1,2 juta barrel per hari mulai 2014.
c. Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif
geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada
2014 dan dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan
listrik pada 2011 disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, microhydro,
dan nuklir secara bertahap.
d. Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas
sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya.
e. Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42
juta Kepala Keluarga pada 2010; penggunaan gas alam sebagai bahan
bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.
(2) Restrukturisasi BUMN besar/ penting/ strategis (Prioritas Nasional)
(3) Penyusunan best practice GCG
(4) Penetapan system remunerasi berbasis kinerja di BUMN
(5) Penyusunan peraturan mengenai penerapan system penilaian yang mengacu pada
standar internasional
(6) Kajian, evaluasi dan monitoring pendayagunaan asset BUMN
(7) Penetapan target, monitoring dan evaluasi kinerja BUMN
(8) Penetapan peraturan pelaksanaan pemisahan administrasi keuangan PSO dan
Perpres tentang SOP pelaksanaan PSO
(9) Penyusunan peraturan perundangan yang mengarah pada perwujudan pengelolaan
BUMN berbasis mekanisme korporasi murni
(10) Kajian BUMN rugi dan bermasalah
(11) Penyusunan dan pelaksanaan Program Tahunan Privatisasi
(12) Kajian rightsizing BUMN
(13) Uji kepatutan dan kelayakan calon Direksi dan Dewan Komisaris
(14) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang ketahanan pangan
(15) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang infrastruktur
9
I.5. Arah Kebijakan Pembinaan BUMN Sesuai Rencana Strategis Kementerian
BUMN Tahun 2010-2014 Dan Master Plan BUMN Tahun 2010-2014
10
I.6. Perkembangan, Kontribusi Dalam Perekonomian Nasional Serta Potensi-Potensi
Yang Dimiliki BUMN
Sampai dengan akhir tahun 2009 terdapat 141 BUMN yang terdiri dari 14
BUMN berbentuk Perum, 112 BUMN berbentuk Persero, dan 15 BUMN yang
merupakan Persero Terbuka. Adapun perkembangan jumlah BUMN dan kepemilikan
Negara minoritas tahun 2005-2009 sebagaimana tersebut pada Tabel 1.
Perum 13 13 14 14 14
Persero 114 114 111 113 112
Persero Tbk 12 12 14 14 15
Jumlah BUMN 139 139 139 141 141
Kepemilikan Negara Minoritas 21 21 21 20 19
BUMN memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang yang sampai
dengan saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Seperti yang telah disebutkan
dalam Rencana Strategis Kementerian Negara Tahun 2010-2014, potensi-potensi
tersebut antara lain: (1) keberadaan BUMN di hampir semua sektor usaha, (2)
kepemilikan aset yang besar, (3) brand image BUMN, (4) pengalaman usaha BUMN,
(5) profesionalisme SDM. Disamping itu data, informasi dan teknologi informasi
pada BUMN telah tersedia dan terbangun dengan baik.
11
korporasi yang andal dalam membangun perekonomian nasional diperlukan untuk
menciptakan lapangan kerja, menghasilkan barang dan jasa untuk dalam negeri
maupun ekspor, dan memberi layanan yang optimal bagi konsumen.
Jika melihat pada BUMN yang ada saat ini, kita akan mengetahui bahwa
BUMN adalah sebuah entitas yang memiliki potensi untuk dapat berkembang
menjadi sebuah entitas bisnis yang besar dan kuat. Hampir di semua lini bisnis dan
sektor usaha yang ada di Indonesia, terdapat BUMN yang menjalankan usahanya.
Bahkan di beberapa sektor usaha, BUMN adalah penguasa pasar (market leader)
sehingga memiliki peran yang sangat signifikan baik bagi stabilitas sektor bisnis
maupun ekonomi secara umum.
Jumlah BUMN yang mencapai 141 dan tersebar hampir di semua sektor
usaha tidak hanya membuat BUMN sangat berpotensi untuk berkontribusi yang
signifikan kepada masyarakat dan negara secara umum, tetapi juga memiliki
potensi yang besar untuk menjalin sinergi yang saling menguntungkan diantara
sesama BUMN sehingga akan memberikan percepatan dalam pencapaian kinerja
perusahaan.
Keberadaan BUMN selama ini telah memberikan kontribusi yang besar
kepada Negara, baik berupa dividen, penerimaan Negara dari Pajak dan
kontribusinya bagi pergerakan sektor riil. Rata-rata dividen yang diberikan BUMN
kepada Negara selama periode 2005–2009 sebesar Rp.23,14 Triliun per tahun,
demikian juga kontribusi BUMN dalam bentuk pajak cenderung meningkat dimana
rata-rata pajak yang diberikan selama periode 2005–2009 sebesar Rp.73,27 Triliun
per tahun. Belanja modal (capital expenditures/Capex) dan belanja operasional
(operational expenditures/Opex) BUMN juga mengalami peningkatan. Pada awal
tahun 2004, Capex BUMN adalah Rp.32,26 triliun dan Opex sebesar Rp.453,40
triliun, sedangkan posisi pada akhir tahun 2008 Capex sebesar Rp.128,32 triliun
dan Opex sebesar Rp.1.028,37 triliun. Peningkatan Capex dan Opex tersebut
menunjukkan kontribusi BUMN bagi pergerakan sektor riil.
12
BUMN sebagai badan usaha juga dapat berperan dalam mendorong
penerapan praktek-praktek bisnis dengan standar etika dan transparansi,
independensi, akuntabilitas, responsibilitas dan fairness (GCG) serta
profesionalisme pengelolaan perusahaan. Dorongan untuk meningkatkan praktek
good corporate governance perlu mendapatkan perhatian, sehingga upaya-upaya
restrukturisasi/revitalisasi/ profitisasi yang berkelanjutan perlu terus dilaksanakan.
13
Brand image yang sangat kuat ini merupakan salah satu competitive
advantage yang dimiliki oleh BUMN untuk bersaing dengan perusahaan swasta
lain. Competitive advantage ini harus dapat dioptimalkan sehingga bisa
mendukung upaya penciptaan BUMN yang sehat, berkinerja baik dan berdaya
saing tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi
perekonomian nasional.
Brand image BUMN semakin membaik yang tergambar dari semakin
meningkatnya jumlah BUMN yang mendapatkan penghargaan ditingkat nasional,
regional, dan internasional.
Jika dilihat secara seksama, hampir seluruh BUMN lahir pada awal
kemerdekaan Indonesia bahkan ada beberapa BUMN yang merupakan hasil
nasionalisasi perusahaan-perusahaan belanda. Dengan usia yang sudah sedemikian
lama, BUMN seharusnya memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak daripada
perusahaan-perusahaan swasta lain yang belum begitu lama berdiri.
Pengalaman adalah salah satu nilai tambah yang sangat penting bagi
perusahaan terutama untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif.
Pemahaman yang mendalam tentang nature of business menjadi salah satu kunci
agar suatu perusahaan mampu berkembang dan bisa menjawab setiap tantangan
zaman. Namun patut diperhatikan juga bahwa, pengalaman usaha BUMN tersebut
harus selalu diiringi dengan inovasi dan kreativitas usaha sehingga BUMN akan
tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat.
14
semakin mendorong persaingan SDM BUMN untuk meningkatkan kapasitas dan
kemampuan dalam setiap pengambilan keputusan.
15
Keberadaan BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi Indonesia dengan
segala peran, bentuk kontribusinya terhadap perekonomian serta potensi-potensi
yang dimilikinya, seyogianya dapat menjadi lokomotif ataupun pelaku ekonomi yang
handal yang dapat mendukung, baik Visi dan Misi Pemerintah untuk
mensejahterakan rakyat, mewujudkan demokrasi dan memeratakan keadilan,
bidang-bidang/program-program yang tertuang dalam RPJM 2010-2014, maupun
dalam mewujudkan Visi dan Misi Kementerian BUMN, yakni mewujudkan BUMN
menjadi instrumen negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat berdasarkan
mekanisme korporasi.
Peningkatan peran dan kualitas pembinaan dan pengawasan BUMN dalam
melaksanakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang dicantumkan
dalam Renstra Kementerian BUMN 2010-2014, dalam mengatasi permasalahan dan
tantangan yang dihadapi maupun dalam mencapai sasaran-sasaran pembangunan
dalam pembinaan BUMN seperti yang tercantum dalam RPJM 2010-2014, maka
transformasi/konsolidasi/
restrukturisasi/revitalisasi secara bertahap dan berkesinambungan, dalam kerangka
untuk terus meningkatkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance), menjadi sangat penting artinya.
Segala upaya yang telah dilakukan selama ini, baik yang telah berhasil,
sedang dalam penyelesaian, belum berhasil maupun yang masih akan dilakukan,
pada dasarnya adalah untuk meningkatkan efisiensi/efektifitas perusahaan sehingga
kinerja dan nilai perusahaan meningkat. Yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang optimal bagi perekonomian nasional.
Seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan memahami
ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan BUMN dan
menjalankan peran, fungsi, tugas dan tanggungjawab masing-masing untuk
mendukung peningkatan peran dan kualitas pembinaan dan pengelolaan BUMN
dalam rangka meningkatkan kinerja/nilai dan kontribusi perusahaan dalam
perekonomian nasional.
16
BAB II
PERKEMBANGAN BUMN TAHUN 2005-2009
Jumlah BUMN di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 141 perusahaan dan
beroperasi pada hampir seluruh sektor usaha, khususnya industri hulu. Di samping itu,
negara juga memiliki saham dengan kepemilikan minritas pada 19 badan usaha.
Perkembangan jumlah BUMN dan kepemilikan negara minoritas dapat dilihat pada
Tabel 1.
Jumlah BUMN ( Saham Negara ? 51%) 2005 2006 2007 2008 2009
Persero Tbk 12 12 14 14 15
Persero 114 114 111 113 112
Perum 13 13 14 14 14
Perjan 0 0 0 0 0
Jumlah BUMN 139 139 139 141 141
Jumlah Perusahaan Dengan Saham Negara ? 21 21 21 19 19
51 %
Pada Tahun 2005 terjadi pengurangan jumlah Perjan (Perjan Rumah Sakit dan RRI
berubah menjadi Badan Layanan Umum/BLU) dan pengurangan jumlah Persero (Merger
4 Persero Perikanan, PT TVRI menjadi BLU dan Likuidasi PT AAF). Tahun 2007,
terdapat 2 (dua) Persero menjadi Tbk, Likuidasi PT ISI dan terbentuknya Perum LKBN
Antara. Pada tahun 2008 terjadi penambahan jumlah BUMN yaitu PTDI dan PT Askrindo,
dan pada tahun 2009 terjadi penambahan BUMN Tbk yaitu PT Bank BTN.
17
II. 1.2.Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN
Data kinerja BUMN periode tahun 2005-2009 secara umum dapat dilihat pada
tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 : Perkembangan Kinerja BUMN Periode tahun 2005 - 2009
Rp Miliar
2005 2006 2007 2008 Prog 2009
Total Aset 1.291.254 1.451.371 1.717.322 1.969.117 2.150.032
Total Hutang 921.193 1.005.481 1.217.626 1.454.487 1.584.998
Ekuitas 370.060 445.890 499.696 514.630 565.034
Pendapatan 655.152 754.720 865.349 1.161.496 931.000
Laba Bersih 25.770 49.171 63.307 64.185 72.840
Return on Asset (ROA) periode 2005 – 2009 berkisar antara 2,00% - 3,69% atau rata-
rata 3,15% per tahun, sedangkan Return on Equity (ROE) berfluktuasi dari tahun ke tahun
dengan kisaran antara 6,96% - 12,89% atau rata-rata 11,20% per tahun. Gambaran
perkembangan ROA dan ROE dapat dilihat dalam grafik berikut:
18
b. Perkembangan Total Aktiva, Ekuitas dan Hutang
Dilihat dari sisi jumlah aset, tampak terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan dalam
periode tahun 2005-2009. Namun pertumbuhan jumlah aset tersebut dirasakan belum
proporsional dengan pertumbuhan modal perusahaan yang pertumbuhannya relatif lambat.
Hal ini disebabkan sebagian besar aset dibiayai dari dana eksternal/hutang.
Sama halnya dengan jumlah aset, jumlah laba bersih yang diperoleh BUMN pada periode
tahun 2005-2009 juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu tumbuh rata-
rata 20,28%/tahun.
a. Kontribusi Dividen
19
Grafik 5: Kontribusi Dividen BUMN
b. Kontribusi Pajak
Kontribusi BUMN lainnya yaitu pajak, pada periode tahun 2005-2009 juga
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata 18,13% per tahun. Peningkatan
kontribusi pajak BUMN antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan keuntungan
BUMN. Gambaran kontribusi pajak sebagaimana terlihat pada Grafik 6 sebagai berikut.
Selain kontribusi dalam bentuk deviden dan pajak, maka sebelum 5 tahun terakhir
terdapat hasil divestasi/privatisasi BUMN yang disetorkan ke kas Negara karena situasi
keuangan Pemerintah maupun kebijakan pada saat itu. Namun demikian, kurang lebih
dalam waktu 5 tahun terakhir, telah diambil kebijakan yang pada intinya hasil privatisasi
BUMN terutama adalah untuk keperluan mendukung pengembangan BUMN itu sendiri.
Sampai dengan tahun 2009 telah dilakukan privatisasi terhadap 15 BUMN melalui
metode IPO dan SPO (13 BUMN) dan metode EMBO (2 BUMN). Adapun gambaran
hasil privatisasi 2004-2009 sebagaimana terlihat pada Grafik 7 sebagai berikut.
20
Grafik 7: Kontribusi Privatisasi
Peran 15 BUMN Tbk dalam Pasar Modal cukup besar, hal ini dapat dilihat dari
penguasaan kapitalisasi pasar per 30 Desember 2009 yang mencapai 31,57% atau senilai
Rp 637,48 Triliun dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) . Adapun
gambaran kapitalisasi pasar BUMN Terbuka 2005-2009 sebagaimana terlihat pada Grafik
8 sebagai berikut.
700 45,00%
637
589 40,00%
600
40,23%
35,00%
493
500 29,64% 31,57%
32,40% 32,97%
30,00%
300 20,00%
260
15,00%
200
10,00%
100
5,00%
0 0,00%
2005 2006 2007 2008 2009
Adapun kinerja Bank BUMN tahun 2005 - 2009 pada umumnya meningkat yang
antara lain disebabkan Bank BUMN telah berhasil dalam melakukan restrukturisasi, baik
yang bersifat operasional maupun finansial. Peningkatan kinerja tersebut antara lain
tercermin dalam peningkatan pencapaian pendapatan dan laba bersih perseroan. Dalam
kurun waktu 5 tahun, terjadi pertumbuhan aset yang cukup tinggi, yaitu 15,4%,
pertumbuhan aset tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba bersih rata-rata
26,9%. Gambaran mengenai data keuangan pokok BUMN Perbankan tersaji dalam Tabel
4 sebagai berikut.
22
Tabel 4. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perbankan
Tahun 2005 – 20091
Rp Miliar
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 563.054 624.234 742.855 851,248 938,427
Rp Miliar
2005 2006 2007 2008 2009
Premi 11,118 12,965 15,038 19,088 18,557
Investasi 63,712 79,426 97,484 104,566 109,362
Cadangan Teknis 27,516 31,650 38,116 45,144 60,588
Dalam kurun waktu 5 tahun, terjadi pertumbuhan aset yang cukup tinggi, yaitu
20,7%, pertumbuhan aset tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba bersih
rata-rata 27,8%. Secara agregat, data keuangan pokok BUMN Sektor Asuransi dapat
dijelaskan dalam Tabel 6 di bawah ini.
1
Sumber: Data publikasi diolah
23
Tabel 6. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Asuransi
Tahun 2005 – 2009
Rp Miliar
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 69.561 86.219 105.450 133.828 147.076
Terdapat 7 (tujuh) BUMN yang bergerak di sektor usaha jasa keuangan dan 1
(satu) perusahaan minoritas. Masing-masing BUMN Usaha Jasa Keuangan memiliki
karakteristik berbeda sehingga isu yang dihadapi juga berbeda-beda. Sebagai contoh, PT
PANN Multi Finance saat ini dalam kondisi ekuitas negatif terkait beban bunga hutang
SLA untuk proyek pesawat terbang dan kapal ikan yang merupakan penugasan
pemerintah. Sementara itu, PT PPA yang semula hanya mengelola aset eks BPPN, saat ini
sesuai PP 61 tahun 2008 mendapat tambahan tugas untuk melakukan restrukturisasi dan
revitalisasi BUMN, pengelolaan aset BUMN dan kegiatan investasi. Terkait fungsi untuk
melakukan restrukturisasi dan revitalisasi BUMN, maka PT PPA telah memperoleh PMN
sebesar Rp 1,5 Triliun pada tahun 2008 dan sebesar Rp 1 Triliun pada tahun 2009. Saat ini
BUMN yang telah dan sedang dalam program restrukturisasi oleh PT PPA per 31
Desember 2009 adalah 17 BUMN.
24
Dalam 5 tahun terakhir terlihat adanya pertumbuhan laba, ekuitas dan aset BUMN
Jasa Keuangan, sebagaimana terlihat pada Tabel 7 dibawah ini, dengan rata-rata
pertumbuhan aset 26,7% per tahun dan laba bersih 19,6% per tahun.
BUMN Sektor Usaha Jasa Konstruksi terdiri dari 14 BUMN yang 2 (dua)
diantaranya adalah BUMN Terbuka. Keempat belas BUMN tersebut adalah PT Adhi
Karya, PT Wijaya Karya, PT PP, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Amarta
Karya, PT Nindya Karya, PT Istaka Karya, PT Brantas Abipraya, PT Indra Karya, PT
Bina Karya, PT Indah Karya, PT Virama Karya dan PT Yodya Karya. Disamping itu
terdapat perusahaan konsruksi dimana kepemilikan negara adalah minoritas, yaitu PT
Rekayasa Industri. Periode 2005 – 2009, terjadi pertumbuhan aset BUMN Jasa Konstruksi
rata-rata 21,6% per tahun dengan kenaikan laba yang meningkat rata-rata 25,8% per tahun,
sedangkan total ekuiti per tahun tumbuh 27,1%.
Isu strategis yang dihadapi BUMN konstruksi antara lain meningkatnya kebutuhan
modal kerja yang disebabkan oleh meningkatnya proyek yang diterima dan meningkatnya
harga bahan baku yang menimbulkan tingkat hutang tinggi (leverage) sehingga
mempengaruhi kinerja perusahaan, persaingan yang ketat dalam mendapatkan proyek baik
proyek pemerintah maupun proyek swasta, serta keterbatasan dalam tenaga ahli.
Secara agregat, dari tahun 2005-2009, kinerja BUMN Sektor Usaha Jasa
Konstruksi mengalami trend yang positif, ditandai dengan kenaikan beberapa indikator
kinerja keuangan utama sebagaimana terlihat dalam Tabel 8 sebagai berikut.
25
Tabel 8. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Konstruksi
Tahun 2005-2009
Rp Miliar
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 10.672 12.499 16.274 20.768 23.116
b. Dalam kaitannya Obat Generik BUMN Farmasi menghadapi masalah impor bahan
baku dan harga beli Pemerintah terhadap Obat Generik.
c. Persaingan obat-obat kimia dengan obat-obat herbal dengan penitrasi pasar yang
cukup tajam dan harga yang relatif lebih kompetitif.
Total aset BUMN Farmasi meningkat rata-rata 13,0% dan laba bersih rata-rata
23,0% per tahun dalam kurun waktu 2005-2009, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 9
di bawah ini.
Tabel 9. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Farmasi
Tahun 2005 - 2009
Rp Miliar
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 2.240 2.548 3.148 3.342 3.627
2
Sumber: www.pfizer.com dan Laporan Tahunan PT Kalbe Farma
26
II. 2.6. Sektor Usaha Aneka Industri
BUMN Sektor Aneka Industri meliputi 4 (empat) BUMN yang terdiri dari 2 (dua)
BUMN yang bergerak di bidang usaha TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) yaitu PT Industri
Sandang Nusantara (ISN) dan PT Primissima. PT IGLAS bergerak dalam industri gelas
dan PT Garam bergerak dalam industri garam. Beberapa isu strategis yang dihadapi oleh
BUMN Aneka Industri antara lain :
a. Alat-alat produksi relatif tua sehingga produktivitas rendah dan biaya perawatan tinggi
sehingga mengurangi daya saing.
Tabel 10. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Aneka Industri
Tahun 2005 - 2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Total Aktiva 876.741 804.468 778.308 874.226 971.543
Ekuitas 214.944 119.302 47.261 45.168 (65.832)
Pendapatan/sales 658.648 554.513 557.661 441.221 473.101
Laba/(Rugi) Bersih (53.432) (94.117) (72.014) (158.210) (97.948)
BUMN Kawasan Industri dan Perumahan terdiri dari 5 (lima) BUMN Kawasan
Industri, PT KI Makasar, PT KI Wijayakusuma, PT KBN, PT PDIP Batam dan PT KI
Medan, 1(satu) BUMN Perumahan, Perum Perumnas. Disamping itu terdapat 3
perusahaan dengan kepemilikan negara minoritas. Isu-isu strategis yang dihadapi oleh
BUMN Kawasan Industri dan Perumahan antara lain adalah persaingan pembangunan
perumahan oleh BUMN dengan swasta, dan perlunya sinkronisasi kebijakan/regulasi
antara Pusat dengan Daerah (pembebasan lahan/lokasi, perijinan, dll).
27
laba bersih 35,9%. Gambaran umum kinerja BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri dan
Perumahan tahun 2005–2009, terlihat pada Tabel 11 sebagai berikut.
Tabel 11. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri dan
Perumahan Tahun 2005 – 2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 1.862.744 1.844.286 1.882.827 1.975.317 2.194.730
BUMN yang bergerak di sektor usaha sarana angkutan dan pariwisata terdiri dari 9
(sembilan) BUMN Sarana Angkutan dan 3 (tiga) BUMN Pariwisata, yakni PT Garuda
Indonesia, PT Merpati Nusantara, PT PELNI, PT Djakarta Lloyd, PT ASDP, PT Pelayaran
Bahtera Adhiguna, Perum Damri, Perum PPD, PT Kereta Api Indonesia, PT TWCBPB,
PT BTDC, PT Hotel Indonesia Natour. Isu Strategis BUMN Sarana Angkutan dan
Pariwisata meliputi antara lain :
a. Penyelesaian restrukturisasi perusahaan meliputi restrukturisasi hutang, organisasi dan
SDM.
b. Kondisi armada angkutan yang sudah tua yang menggangu tingkat kenyamanan dan
keselamatan penumpang.
Aset BUMN sarana angkutan dan pariwisata tumbuh relatif kecil yakni rata-rata
9,9% per tahun, sedangkan pendapatan usaha tumbuh lebih baik yaitu 11,1%. Sekalipun
demikian sampai dengan tahun 2008 BUMN sarana angkutan dan pariwisata masih merugi
sekalipun dari tahun ke tahun kerugiannya menurun dan pada tahun 2009 telah
memperoleh laba.
Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Sarana Angkutan dan
Pariwisata tahun 2004-2009 dapat dilihat dalam Tabel 12 sebagai berikut.
28
Tabel 12. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Sarana Angkutan dan
Pariwisata Tahun 2005-2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 20.838.857 22.745.403 26.236.458 29.773.930 30.157.259
Perkembangan kinerja BUMN Sektor Prasarana Angkutan dapat dilihat dalam Tabel 13
sebagai berikut.
Tabel 13. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Prasarana Angkutan Tahun
2005-2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 29.756.136 31.581.510 39.905.883 44.119.357 48.430.061
29
II. 2.10. Sektor Usaha Logistik dan Jasa Sertifikasi
Tabel 14. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Logistik dan Jasa Sertifikasi
Tahun 2005–2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 19.061.184 17.164.292 22.581.622 24.702.243 24.055.692
30
II. 2.11. Sektor Usaha Perkebunan
Adapun perkembangan kinerja BUMN Sektor Perkebunan dari tahun 2005- 2009
dapat dilihat pada Tabel 15. Dengan pertumbuhan aset selama periode 2005 – 2009 rata-
rata sebesar 14,6% per tahun, terjadi pula peningkatan laba bersih rata-rata 26,9%,
sedangkan ekuitas meningkat rata-rata 16,7%.
BUMN Sektor Kehutanan terdiri atas 6 (enam) BUMN yaitu PT Inhutani I s.d. V
dan Perum Perhutani. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor Kehutanan antara lain:
a. Keterbatasan areal lahan yang dikuasai PT Inhutani I-V, akibat adanya pencabutan
areal kerja yang dikelola oleh Departemen Kehutanan pada awal tahun 2000-an.
b. Keterbatasan modal kerja, investasi pada usaha kehutanan memerlukan time period
yang cukup lama yaitu sampai dengan 7-8 tahun untuk dapat menikmati hasilnya. Oleh
31
sebab itu dunia perbankan sampai dengan saat ini belum ada yang mau menyalurkan
modalnya di usaha kehutanan.
c. Peralatan industri milik PT Inhutani yang sudah tidak sesuai lagi dengan produksi hasil
hutan saat ini, karena desain awal industri ditujukan untuk produk kayu alam.
d. Kondisi sosial lingkungan wilayah hutan yang belum mendukung sepenuhnya
keamanan dan kelestarian hutan, sehingga diperlukan penanganan khusus dari BUMN
pengelola hutan.
e. Pasar kayu HTI terbatas pada industri kertas dalam negeri.
Kinerja keuangan BUMN kehutanan cenderung membaik dalam 5 tahun terakhir.
Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan laba bersih rata-rata 48,9%, pendapatan tumbuh
12,9%. Sekalipun demikian, aset belum tumbuh secara optimal karena hanya tumbuh 0,1%
sedangkan ekuitas mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,9%.
Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan tahun 2005-
2009 terlihat dalam Tabel 16 sebagai berikut.
Tabel 16. Tabel Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan
Tahun 2005-2009
Rp Juta
Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009
Aset 2.652.404 2.746.187 2.712.451 2.681.087 2.660.510
Ekuitas 2.054.601 2.055.379 1.934.810 1.904.732 1.894.671
Pendapatan 1.587.490 1.814.031 2.352.597 2.603.839 2.530.760
Laba Bersih 41.104 45.043 37.487 118.131 103.736
c. Jumlah dan umur armada serta modal kerja masih menjadi hambatan untuk kelancaran
operasi.
32
Kinerja BUMN perikanan masih memprihatinkan meskipun terdapat
perkembangan positif dalam beberapa aspek. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan
aset mencapai 20,1% meskipun masih menderita ekuitas negatif.
Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan terlihat
sebagaimana dalam Tabel 17 sebagai berikut.
BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan Penerbitan terdiri dari 2 (dua)
BUMN Kertas, PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces dan 4 (empat) BUMN Percetakan
dan Penerbitan, PT Balai Pustaka, PT Pradya Paramita, Perum Peruri, Perum PNRI. Isu
strategis yang dihadapi BUMN Sektor Kertas, Percetakan dan Penerbitan antara lain :
a. Sektor kompetitif dan daya saing sangat rendah karena , mesin sudah cukup tua
sehingga beban pemeliharaan tinggi , struktur permodalan kurang sehat, ekuitas
negatif karena mengalami rugi terus-menerus, dan kesulitan memperoleh pasokan gas
b. Industri kertas sudah sangat kompetitif, sedangkan BUMN kertas memiliki mesin yang
sudah tua dan kesulitan bahan baku serta permodalan
c. Pemerintah telah mencabut hak ekslusif pada BUMN untuk mencetak dan
mengedarkan buku pelajaran sehingga saat ini sektor percetakan dan penerbitan
bersifat kompetitif.
d. Skala usaha yang relatif sangat kecil dan eksistensi BUMN Percetakan dan penerbitan
33
Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan
Penerbitan dapat dilihat dalam Tabel 18 sebagai berikut.
Tabel 18. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Percetakan dan
Penerbitan
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 2.964.367 3.130.927 3.862.694 3.863.871 3.743.045
BUMN Sektor Usaha Penunjang Pertanian terdiri dari 1 (satu) BUMN Pupuk, PT
PUSRI, 2 (dua) BUMN Perbenihan, PT SHS dan PT Pertani, 2 (dua) BUMN Pengairan,
PT Jasa Tirta I & II, dan Perum Bulog. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor
Penunjang Pertanian antara lain:
a. Untuk Perum Jasa Tirta I & II, tarif jasa air yang ditetapkan Pemerintah (Menteri PU)
masih dibawah tingkat keekonomiannya (tidak ekonomis) sehingga perusahaan tidak
memperoleh dana yang cukup (dari pendapatan jasa air) untuk membiayai
pemeliharaan prasarana/sarana yang dikelola sehingga seperti pengerukan sedimentasi
bendungan, pemeliharaan saluran irigasi dan daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya
umur ekonomis dari sarana/prasarana tersebut semakin pendek dan sering terjadi
banjir.
b. Untuk Perum Bulog, penetapan harga pembelian beras (HPB) oleh Pemerintah untuk
kebutuhan raskin ditetapkan berdasarkan besarnya dana subsidi raskin yang ditetapkan
dalam APBN dan bukan atas dasar kalkulasi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
dan penyaluran raskin.
HPB yang ditetapkan Pemerintah lebih rendah dari total biaya yang dikeluarkan oleh
Bulog, sehingga Bulog mengalami kerugian. Terdapat kekurang”fair”an SK penetapan
HPB oleh Menkeu, yakni apabila HPB lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan, maka
kelebihannya harus disetor ke kas Negara. Sedangkan apabila HPB lebeih rendah,
kekurangannya menjadi kerugian Bulog. Seyogianya kekurangan tersebut selayaknya
diganti Pemerintah selaku pemberi tugas.
c. Untuk BUMN Pupuk, usia pabrik sudah tua serta kurangnya pasokan gas.
d. Untuk BUMN Perbenihan, sangat tergantung pada adanya subsidi benih. Apabila
subsidi benih dihilangkan maka BUMN bisa merugi.
34
Selama periode 2005 – 2009 BUMN sektor Usaha Penunjang Pertanian mengalami
pertumbuhan aset sebesar 13,3% yang diikuti dengan pertumbuhan laba bersih 28,9% per
tahun. Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Penunjang Pertanian terlihat
sebagaimana dalam Tabel 19 sebagai berikut.
BUMN Sektor Usaha Pertambangan dan Semen terdiri dari 7 BUMN yaitu 4
(empat) BUMN Sektor Pertambangan, PT Aneka Tambang, PT Timah, PT BB Bukit
Asam, PT Sarana Karya, dan 3 (tiga) BUMN Semen, PT Semen Gresik, PT Semen
Baturaja dan PT Semen Kupang. Diantara isu strategis BUMN Pertambangan adalah
rencana pembentukan BUMN Pertambangan yang terintegrasi (IRC) melalui pembentukan
Holding Company guna meningkatkan skala ekonomis, leverage dan nilai perusahaan
yang sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan.
Sedangkan isu strategis yang dihadapi BUMN Semen adalah optimalisasasi
holding BUMN Semen (PT Semen Gresik Group Tbk) dengan melakukan pemisahan aset
(spin off) PT Semen Gresik Tbk dan pengembangan usaha PT Semen Baturaja guna
meningkatkan kapasitas produksi.
Pada periode 2005 – 2009, BUMN sektor Pertambangan dan Semen dapat
meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 13,9% per tahun dengan
pertumbuhan laba bersih yang cukup tinggi, yaitu 38,9% per tahun. Pertumbuhan tersebut
diikuti dengan peningkatan ekuitas rata-rata 22,6% per tahun. Perkembangan kinerja
keuangan BUMN Sektor Pertambangan dan Semen dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai
berikut.
35
Tabel 20. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Pertambangan dan Semen Tahun
2005-2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 197.834.182 225.610.789 279.771.590 321.841.157 329.413.225
BUMN sektor usaha Industri Strategis terdiri dari 2 (dua) BUMN Industri
Pertahanan, PT Dahana dan PT Pindad, 3 (tiga) BUMN Baja dan Konstruksi Baja, PT
Krakatau Steel, PT Boma Bisma Indra, PT Barata Indonesia, 1 (satu) BUMN Industri
Kereta Api, PT INKA, 1 (satu) BUMN Kedirgantaraan, PT Dirgantara Indonesia dan 4
(empat) BUMN Dok Perkapalan, PT Dok Kodja Bahari, PT Dok & Perkapalan Surabaya,
PT PAL Indonesia, PT Indusri Kapal Indonesia.
Isu-isu strategis yang dihadpi oleh BUMN Sektor Usaha Industri Strategis adalah :
a. Keterbatasan pendanaan, sehingga pengembangan usaha berjalan sangat lambat.
b. Tingginya ketergantungan kepada bahan baku impor.
c. Skala usaha dan kapasitas produksi yang masih rendah, sehingga belum efisiensi yang
berdampak pada lemahnya daya saing.
d. Prasarana dan saran produksi yang relatif telah berusia tua dan ketinggalan teknologi
yang memerlukan dana cukup besar untuk revitalisasi dan alih teknologi.
e. Kondisi keuangan perusahaan yang sudah mengkhawatirkan, sehingga menyulitkan
untuk akses ke sumber pendanaan dan untuk mendapatkan order pekerjaan (PT Barata
Indonesia, PT Boma Bisma Indra, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT
Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Industri Kapal Indonesia).
36
Tabel 21. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Industri Strategis
Tahun 2005-2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 15.982.193 18.305.011 19.790.843 24.724.658 22.169.961
BUMN Sektor Usaha Energi terdiri dari 5 (lima) BUMN, PT PLN, PT Pertamina,
PT PGN, PT Batan Teknologi dan PT EMI. Dengan pertumbuhan aset selama periode
2005 – 2009 rata-rata mencapai sebesar 12,4% per tahun, sedangkan ekuitas meningkat
rata-rata sebesar 1,0 %.
Isu-isu strategis yang dihadapi oleh BUMN sektor usaha energi antara lain :
a. Produk yang dihasilkan berhubungan dengan hayat hidup orang banyak (mengemban
tugas Public Service Obligation/PSO), sehingga penetapan harga/tarif masih diatur
oleh Pemerintah.
b. Perlunya dilakukan restrukturisasi secara menyeluruh (PT Pertamina,
PT Perusahaan Listrik Negara), baik organisasi maupun usaha, termasuk anak-anak
perusahaan agar operasional perusahaan lebih efisien dan efektif.
c. Investasi untuk pembangunan pembangkit listrik baru (PT Perusahaan Listrik Negara)
membutuhkan waktu dan dana yang sangat besar, sehingga kebutuhan masyarakat
terhadap listrik belum terpenuhi sebagaimana harapan.
Tabel 22. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Energi Tahun 2005-2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 236.310.016 266.199.786 297.965.615 322.428.217 376.484.955
37
II. 2.19. Sektor Usaha Telekomunikasi, Media dan Industri Penunjang
Telekomunikasi
BUMN yang bergerak di sektor usaha telekomunikasi terdiri dari 5 (lima) BUMN,
PT Telkom, PT INTI, PT LEN Industri, Perum LKBN Antara, Perum Perusahaan Film
Negara. Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi adalah
sebagaimana Tabel 22.
Isu strategis yang dihadapi oleh BUMN sektor usaha telekomunikasi antara lain :
a. Saat ini terdapat 10 perusahaan operator telepon seluler di Indonesia yang berdampak
pada perang tarif dan tingkat persaingan yang sangat ketat.
b. Untuk pengembangan infrastruktur dan layanan telekomunikasi dibutuhkan dana
yang sangat besar, sementara dengan ketatnya persaingan menuntut setiap operatoe
untuk melakukan efisiensi secara ketat.
c. Kepemilikan asing dalam industri telekomunikasi terkait dengan masalah naionalisme
dan karena telekomunikasi termasuk industry yang menguasai hayat hidup orang
banyak.
d. Ketatnya persaingan dan banyaknya alat-alat komunikasi yang masuk ke Indonesia
dari luar negeri, mengancam keberadaan perusahaan industri peralatan
telekomunikasi Indonesia (PT Industri Telekomunikasi Indonesia).
Pada periode 2005 – 2009, BUMN sektor Usaha Industri Strategis dapat
meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 11,3% per tahun dengan
pertumbuhan laba bersih yang cukup tinggi, yaitu 6,2% per tahun. Pertumbuhan tersebut
diikuti dengan peningkatan ekuitas rata-rata 12,6% per tahun.
Tabel 22. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi Tahun
2005-2009
Rp Juta
Prognosa
Keterangan 2005 2006 2007 2008
2009
Aset 63.176.678 76.301.596 83.230.795 92.500.325 96.378.922
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi perencanaan dan evaluasi penerapan tata
kelola perusahaan yang baik (GCG) di BUMN, Kementerian BUMN telah melakukan hal-
hal sebagai berikut :
38
a. Untuk terus mendorong penerapan prinsip-prinsip GCG di BUMN serta untuk
menyesuaikan dengan best practice penerapan GCG dalam dunia usaha, maka telah
dilakukan upaya-upaya yang lebih intensif terhadap implementasi GCG di BUMN
(dengan hasil kegiatan sebagaimana dikemukan di butir II.3.1 s.d. II.3.8).
b. Kegiatan monitoring GCG dalam rangka fungsi pembinaan dan pengawasan kepada
BUMN .
Pelaksanaan assessment GCG sampai akhir tahun 2009 mencapai 109 BUMN dari
141 BUMN, sehingga masih tersisa 32 BUMN yang belum dilakukan assessment. Dari
jumlah 32 BUMN yang tersisa tersebut diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2010.
Kualitas penerapan GCG dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori/tingkatan
capaian aktual penerapan GCG, dari “sangat baik” sampai dengan “sangat kurang”
sebagaimana terlihat pada Tabel 23 sebagai berikut.
Tabel 23. Hasil Asessment GCG pada BUMN Sampai Tahun 2009
Jumlah BUMN
Grade / s.d. 31
Predikat Range Score sd 31 Des sd 31 Des %
Tingkat Des
2007 2009
2008
1 Sangat baik 90 < X < 100 - - - 0
2 Baik 75 < X < 90 29 30 59 54,13
3 Cukup 60 < X < 75 44 46 35 32,11
4 Kurang 50 < X < 60 9 9 6 5,50
5 Sangat Kurang X < 50 9 9 9 8,26
Jumlah 0 < X < 100 91 94 109 100,00
Tabel di atas menunjukkan skor hasil assessment GCG murni sebagian besar dalam
kategori cukup, yakni 48,95%, baik 31,91%, sedangkan yang berkategori kurang secara
kumulatif sebanyak 19,14%. Hal ini berarti, secara umum penerapan GCG pada BUMN
masih perlu peningkatan dalam kualitas penerapan prinsip-prinsip GCG-nya.
39
GCG, perolehan skor GCG-nya rendah (70<), dan Assessment-nya dilakukan dalam 2
tahun terakhir (2007-2008).
Sampai dengan tahun 2008, sebanyak 5 BUMN telah menyelesaikan re-
assessment GCG, yaitu PT Sarinah, PT Asuransi Jasa Raharja, PT Bhanda Ghara Reksa,
dan Perum Bulog dan PT Asuransi Jasa Indonesia. 5 BUMN yang telah melakukan re-
assessment tersebut berhasil melaksanakan langkah-langkah perbaikan yang signifikan
sehingga kualitas penerapan GCG mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil
assessment sebelumnya. Upaya perbaikan terutama pada aspek kebijakan GCG dan
pelaksanaan GCG di Direksi dan Dewan Komisaris. Sedangkan sebanyak 7 BUMN
lainnya masih dalam proses pelaksanaan oleh assessor.
Sampai dengan tahun 2009, terdapat 27 BUMN yang melakukan self assessment
GCG dan hasilnya telah dilaporkan kepada Kementerian BUMN. Program assessment
GCG yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN telah meningkatkan perbaikan kualitas
penerapan prinsip-prinsip GCG pada BUMN. Hasil-hasil program assessment GCG
diharapkan dapat ditindaklanjuti secara konsekuen oleh BUMN. Karena kualitas
penerapan GCG dijadikan indikator kinerja utama dalam penilaian kinerja BUMN (Key
Performance Indicator). Pelaksanaan self assessment oleh BUMN telah memicu perbaikan
signifikan dalam penerapan GCG di BUMN. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan
skor GCG hasil self assessment dibandingkan dengan skor hasil assessment GCG murni
sebelumnya.
Dari 25 BUMN yang melaksanakan self assessment secara mandiri, sebanyak 24
BUMN mengalami peningkatan kualitas dalam penerapan prinsip-prinsip GCG-nya,
sedangkan terjadi penurunan skor GCG pada 1 BUMN, namun penurunan skor tersebut
tidak menurunkan kategori penilaian sebelumnya (kategorinya tetap “Baik”).
40
II. 3.5. Monitoring GCG melalui Kuesioner
Tujuan pelatihan risk management dan internal control system adalah untuk
memberikan pemahaman atas penerapan program risk management dan internal control
system sebagai satu kesatuan program yang terintegrasi dengan pelaksanaan GCG di
BUMN. Materi pelatihan meliputi : (1) konsep, prinsip dan nilai ekonomis manajemen
risiko korporasi dan keterkaitan dengan GCG dan internal audit; (2) kerangka kerja
internal manajemen risiko korporasi dari sudut pandang COSO; (3) key risk indicators
sebagai early warning system bagi korporasi; dan (4) pembelajaran melalui studi kasus.
II. 3.7. Evaluation Tools atas Internal Control dan Risk Management
Tim Koordinasi dan Monitoring GCG melakukan kajian atas evaluation tools
atas internal control (COSO Framework) yang terdiri dari 5 (lima) alat evaluasi, sesuai
dengan 5 (lima) komponen internal control dan contoh pengisian dalam evaluation tools
tersebut. Evaluasi atas internal control terdiri dari “point of focus” dan
penjelasan/komentar. Point of Focus merepresentasikan isu-isu yang relevan dengan
masing-masing komponen pengendalian internal yang dievaluasi. Tidak seluruh Point of
Focus ini relevan dengan setiap entitas. Penjelasan/komentar disediakan untuk mencatat
suatu penjelasan bagaimana masalah-masalah yang ditekankan dalam point of focus
diterapkan pada entitas yang dinilai, dan mencatat komentar-komentar yang relevan.
Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 ini, kriteria assessment penerapan
GCG di lingkungan BUMN telah mengalami perkembangan dan perubahan sebagai
konsekuensi perkembangan praktik GCG yang dinamis. Perkembangan kriteria penilaian
GCG dilakukan sejalan dengan Program Assessment GCG Kementerian Negara BUMN,
sebagai berikut:
41
a. Scorecard Penilaian GCG 224 parameter merupakan kriteria assessment yang pertama
kali dan digunakan sebagai kriteria assessment GCG pada 16 BUMN pada tahun 2001.
b. Sejalan dengan terbitnya Keputusan Menteri BUMN Nomor :KEP-117/MBU/2002
tentang Penerapan GCG pada BUMN, Scorecard Penilaian 224 parameter mengalami
pengembangan kriteria menjadi 256 parameter (Scorecard Penilaian 256 parameter).
Pengembangan kriteria tersebut pada tahun 2002 khususnya terkait dengan materi
mengenai Komite di tingkat Dewan Komisaris.
c. Selanjutnya pada tahun 2004, Kementerian Negara BUMN menerbitkan kriteria
assessment penerapan GCG sebagai hasil ADB Project. Kriteria assessment GCG -
ADB Project terdiri atas 81 parameter dengan menggunakan kuesioner.
d. Penyempurnaan Scorecard Penilaian GCG 256 parameter.
Pada tahun 2006, Kementerian Negara BUMN dan BPKP menandatangani
Memorandum of Understanding (MoU) Nomor: MOU-03/MBU/2006 –MOU-
199/K/D5/2006 tanggal 14 Februari 2006 tentang Kerjasama Percepatan
Pemberantasan Korupsi Dan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Di
Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Kerjasama tersebut merupakan upaya kedua
belah pihak agar peningkatan kualitas penerapan GCG melalui program assessment
GCG dan revieu tindak lanjut hasil asessment GCG dilakukan secara
berkesinambungan. Tekad Kementerian BUMN untuk memiliki standar penilaian
GCG disambut oleh BPKP dengan memberikan masukan penyempurnaan scorecard
Penilaian GCG 256 parameter melalui:
Re-klasifikasi parameter sesuai tanggung jawab dan wewenang Organ BUMN dan
aspek penilaian berdasarkan TOR Kementerian BUMN, dan mengeliminasi
duplikasi/pengulangan parameter yang secara subtantif menjadi tanggung jawab
dominan pada salah satu Organ BUMN.
Perbaikan teknik pembobotan aspek penilaian GCG, indikator dan parameter
penilaian GCG yang dilakukan dengan menilai tingkat pengaruh parameter
terhadap indikator dan tingkat pengaruh indikator terhadap aspek-aspek penilaian
GCG.
42
parameter tersebut disepakati oleh Kementerian BUMN cq Staf Ahli Bidang Tata
Kelola Perusahaan dan BPKP sesuai Kesepakatan Bersama tanggal 19 Oktober 2006,
sebagai metodologi assessment penerapan GCG di lingkungan BUMN yang
dilakukan oleh BPKP. Scorecard Penilaian GCG 160 parameter ditetapkan sebagai
standar penilaian GCG di lingkungan BUMN sesuai surat Sekretaris Kementerian
Negara BUMN Nomor :S-168/MBU/2008 tanggal 27 Juni 2008 tentang Assessment
Program GCG di BUMN, dan dengan disampaikannya surat tersebut kepada BUMN
maka surat Sekretaris Kementerian Negara BUMN Nomor :S-612/S.MBU/2005
tanggal 19 Oktober 2005 dinyatakan tidak berlaku.
43
1) Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen).
2) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari
dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional.
3) Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
Realisasi penyaluran pinjaman dan hibah selama tahun 2004-2006 sebagai berikut:
(Rp Juta)
Tahun
No. Uraian
2004 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009
1 Penyaluran Pinjaman 478,201.00 554,016.00 536,855.00 584,363.00 1,194,230.00 1,312,577.00
2 Hibah 60,961.00 66,596.00 40,911.00 72,731.00 105,664.00 197,095.00
Total 539,162.00 620,612.00 577,766.00 657,094.00 1,299,894.00 1,509,672.00
Prognosa 2009
44
Sedangkan total akumulasi dana Program Kemitraan tahun 2006 sampai dengan
tahun 2009 sebagai berikut:
(Rp Juta)
No Sd 2006 Sd 2007 Sd 2008 Sd. 2009
Pinjaman 5,364,292 5,949,655 7,143,885 8,456,332
Hibah 596,854 669,585 775,249 872,344
Total 5,961,146 6,619,240 7,919,134 9,328,676
Rata-rata Penyaluran dana Program kemitraan dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2009 jika ditinjau dari kelompok sektor usaha mitra binaan, sebagian besar diserap
oleh sektor perdagangan (38%) kemudian oleh sektor Industri (22%), sektor Jasa (19%),
sector Peternakan dan Perikanan (10%), sektor Perkebunan dan Pertanian (9%), dan
sektor lainnya (2%).
45
Beberapa penyebab rendahnya penyerapan sektor perkebunan, perikanan dan
peternakan antara lain :
1) Kebutuhan pendanaan untuk pengembangan usaha di sektor tersebut relatif cukup
besar;
2) Resiko usaha di sektor tersebut relatif cukup tinggi mengingat usaha sangat tergantung
pada kondisi alam;
3) Keterbatasan kemampuan pengelola PKBL dalam melakukan pembinaan sektor
tersebut.
c. Realisasi Distribusi Pinjaman Dana Program Kemitraan
Sumut 7,4%
Sumbar 2,3%
Jambi 1,2% Sulteng 0,9%
Kalteng 0,9%
46
d. BUMN dengan Tingkat Jumlah Penyaluran Dana Kemitraan Terbesar
47
kebutuhan dan kewajaran permintaan bantuan. Mengingat dana yang terbatas, BUMN
wajib pula memperhatiakn azas pemerataan dalam penyaluran.
Penyaluran dana Bina Lingkungan per tahun serta akumulasi dana Bina
Lingkungan sampai dengan tahun 2009 disajikan sebagai berikut:
(Rp Juta)
Prognosa 2009
48
Pada tahun 2008 Disamping membangun fasilitas umum, bantuan diberikan
dalam bentuk bea siswa dan bantuan buku kepada siswa sekolah, mulai SD sampai
dengan SMA. Buku-buku yang disumbangkan kepada sekolah didaerah lokasi Gempa
berupa buku-buku referensi penunjang pelajaran dan majalah-majalah sains agar dapat
membantu meningkatkan pengetahuan umum siswa.
49
Kinerja seluruh BUMN selama periode waktu 2005-2009 terus mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan terlihat dari pertumbuhan asset dan Ekuitas
masing-masing dari Rp 1.291,25 Triliun dan Rp 370,06 Triliun pada tahun 2005
menjadi Rp 2.150,03 Triliun dan Rp 566,03 Triliun pada tahun 2009. Selanjutnya
pertumbuhan Laba Usaha dan Laba Bersih masing-masing dari Rp 82,57 Triliun
dan Rp 25,77 Triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 110,78 Triliun dan Rp 72,84
Triliun pada tahun 2009. Sedangkan dalam kurun waktu 2005-2009 capaian Return
on Assets (RoA) dan Return on Equity (RoE) rata-rata mencapai 3,15% dan 11,20%.
BUMN telah memberikan kontribusi yang relatif besar kepada Negara,
yaitu berupa dividen rata-rata dividen sebesar Rp 23,04 Triliun per tahun atau
mengalami peningkatan rata-rata sekitar 25% per tahun. Disamping kontribusi
Dividen, BUMN juga menyumbangkan kontribusi pajak, yang dalam periode 2004-
2008 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar 18% per
tahun dengan sumbangan rata rata sebesar Rp 61,65 Triliun per tahun.
Selanjutnya kontribusi BUMN terhadap pengembangan usaha kecil melalui
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka dalam kurun waktu tahun 2005-
2009 BUMN telah menyalurkan dana Program Kemitraan sebesar Rp 8,56 Triliun
dengan akumulasi jumlah mitra binaan sampai dengan tahun 2009 mencapai
640.417 orang/unit kerja. Sedangkan dana Bina Lingkungan yang telah disalurkan
oleh BUMN selama kurun waktu 2005-2009 seluruhnya mencapai sebesar Rp 1,98
Triliun.
BUMN juga terus mengalami perbaikan dalam menerapkan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) yang yang
ditunjukkan dengan peningkatan pencapaian skor hasil assessment dengan kategori
Baik.
50
BAB III
RENCANA DAN PELAKSANAAN
PROGRAM PEMBINAAN BUMN TAHUN 2005-2009
51
masalah sepanjang memiliki kinerja yang baik yang memberikan konstribusi yang terus
tumbuh dalam perekonomian nasional.
a. Stand Alone
52
Dalam Master Plan BUMN Tahun 2005-2009, terdapat 35 BUMN
yang masuk kriteria stand alone (Lampiran 7.1.a)
b. Merger/Konsolidasi
c. Holding
53
d. Divestasi
e. Likuidasi
54
III.1.2 Rencana Privatisasi Tahun 2005 - 2009
55
dalam arti apabila penugasan (yang wujudnya berupa penyediaan barang
dan jasa tertentu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat) tersebut menurut
kajian tidak fisibel, maka Pemerintah harus memberikan kompensasi atas
semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN termasuk margin yang
diharapkan.
Dalam rangka mewujudkan amanat UUD 1945 dan UU No. 19/2003
tersebut diatas, Kementerian BUMN telah menetapkan arah Kebijakan
Program Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation - PSO),
yaitu:
- Mewujudkan kesamaan persepsi stakeholder (Eksekutif, legislatif,
yudikatif dan BUMN) terkait dengan pengertian, prinsip, substansi dan
peran strategis program PSO.
56
III.1.4 Program Optimalisasi Aset BUMN Tahun 2005-2009
57
BUMN yang mengarah pada konsep efisiensi dalam penggunaan sumber
daya dan pengelolaan resiko. Dalam pelaksanaan pengelolaan asset
BUMN, setelah dibentuknya unit organisasi yang menangani
Pendayagunaan Aset pada tahun 2006, telah disusun rencana pelaksanaan
pengelolaan aset sebagai berikut :
58
III.2 Pelaksanaan Program Tahun 2005 - 2009
2). Merger/Konsolidasi
No Sektor Kegiatan
1). BUMN Farmasi Telah dilakukan kajian yang berkoordinasi
dengan PT Mandiri Sekuritas pada tahun
2005 bersama-sama dengan Deputi Teknis,
rekomendasi : Konsolidasi usaha melalui
peleburan KAEF dan INAF adalah lebih
baik dibandingkan dengan struktur
konsolidasi usaha lainnya.
2). BUMN Dok dan Perkapalan Telah dilakukan kajian yang berkoordinasi
dengan PT Sucofindo Appraisal Utama
pada tahun 2008 dengan rekomendasi :
Holding BUMN Dok dan Perkapalan
dengan terlebih dahulu dilakukan
restrukturisasi internal
59
No Sektor Kegiatan
3). Kehutanan : Sudah dilakukan kajian oleh E&Y pada th
Inhutani I-V & Perhutani 2003, namun masih diperlukan kajian lebih
lanjut.
Untuk sektor perdagangan, pertanian, kehutanan telah
dilakukan kajian awal oleh konsultan independen, namun konsultan
independen mengundurkan diri. Sedangkan 5 sektor lainnya belum
dilakukan kajian antara lain disebabkan karena belum dapat
dimasukkannya dalam rencana anggaran DIPA Kementerian BUMN
dan sebagian sektor BUMN yang telah dimasukkan dalam anggaran
DIPA tidak berhasil dilakukan kajian karena dalam proses pelelangan
yang dilaksanakan oleh Tim lelang Kementerian BUMN tidak ada
konsultan yang memenuhi kriteria dan adanya keterbatasan waktu
untuk diulang kembali.
3). Holding
No Sektor Kegiatan
1). BUMN Perbankan dan Jasa Telah dilakukan kajian awal pembentukan
Keuangan holding Perbankan dan Jasa Keuangan
bersama deputi Teknis, dimana hal tersebut
juga dalam rangka menindaklanjuti PBI
Nomor 8/16/2006 tentang Kepemilikan
Tunggal pada Perbankan Indonesia
60
No Sektor Kegiatan
5). BUMN Industri Strategis Telah dilakukan kajian yang berkoordinasi
dengan KAP Aryanto Amir Jusuf & Mawar
tahun 2005 bersama-sama dengan Deputi
Teknis, rekomendasi : revitalisasi bagi PT
KS (revitalisasi, divestasi perusahaan anak
& privatisasi), PT PAL, PT INKA dan PT
Barata Indonesia. Sedangkan untuk PT BBI
direkomendasikan untuk likuidasi atau
alternatif lain adalah pembentukan Strategic
Holding Company (SHC).
Alternatif I :
Top Down/ Secara Sekaligus
- Super Holding dibentuk melalui pendirian Satu Perusahaan Induk
(PT BUMN Holding) yang penyertaannya berasal dari inbreng
penyertaan Negara RI pada 141 BUMN.
61
Alternatif II:
Bottom Up/ Secara Sektoral (Approach yang dijalankan bertahap
selama ini)
- Pembentukan Super Holding dilakukan secara bertahap melalui
pembentukan Holding-Holding sektoral misal Holding
Perkebunan, Holding Pertambangan, Holding Farmasi, Holding
Karya dll.
Alternatif III :
Fokus BUMN2 Besar dan Sektoral Yang Sudah Selesai
- Keuangan
62
- Teknologi Informasi dan Komunikasi
4). Divestasi
No BUMN Keterangan
1). PT Garuda Indonesia semula direncanakan divestasi melalui
strategic sale, namun dalam perjalanannya
berubah menjadi privatisasi melalui IPO
melalui penerbitan saham baru dan telah
mendapat persetujuan DPR tahun 2009
2). PT Merpati Nusantara Dilakukan restrukturisasi / penyehatan oleh
Airlines (MNA) PT PPA pada tahun 2007 karena kondisi
keuangan yang buruk
3). PT Asuransi Jiwasraya, PT Telah masuk dalam Program Tahunan
Asuransi Jasa Indonesia, PT Privatisasi Tahun 2008, namun belum
Semen Baturaja, PT Industri mendapatkan persetujuan DPR.
Sandang Nusantara, PT
Sucofindo, PT Suveyor
Khusus untuk PT Pengerukan Indonesia
Indonesia, PT Sarana Karya,
berubah dari rencana semula privatisasi
PT Pengerukan Indonesia,
menjadi pengalihan saham secara inbreng
PT Yodya Karya, PT
kepada PT Pelindo I-IV
Virama Karya, PT Indra
Karya, PT Indah Karya, PT
63
No BUMN Keterangan
Bina Karya.
5). Likuidasi
b. Restrukturisasi Korporasi
64
memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja
dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi yang telah
dilakukan selama tahun 2005-2009 sebagai berikut:
65
pembahasan dengan Meneg BUMN, maka bersama Kedeputian
Teknis dan Sekretaris Kementerian sedang disiapkan usulan inbreng
BAG kepada PLN (semula direncanakan BAG diakuisisi PTBA).
66
- Perum Pengangkutan Djakarta
- Perum Produksi Film Negara
- PT Balai Pustaka (Persero)
- PT PAL Indonesia (Persero)
- PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero)
- PT Industri Gelas (Persero)
- PT Industri Sandang Nusantara (Persero)
- PT Kertas Kraft Aceh (Persero)
- PT PLN (Persero)
- PT Industri Kapal Indonesia (Persero)
- PT Cambrics Primissima (Persero)
- PT Semen Kupang (Persero)
67
b. Pelaksanaan privatisasi
- Koordinasi dengan underwriter/Penasehat Keuangan melakukan due
diligence
- Pembahasan dan penandatanganan perjanjian-perjanjian/kontrak
dengan lembaga/profesi penunjang
- Usulan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
dengan instansi terkait
- Pembahasan atas hasil due diligence dan hasil valuasi saham
- Pembahasan prospektus
- Usulan penetapan pricing, sizing atas saham yang akan dilepas oleh
Menteri BUMN.
- Pelaksanaan penjualan saham
- Laporan Penyetoran hasil penjualan saham
- Penetapan biaya dan hasil privatisasi
c. Hasil Privatisasi
TAHUN 2007
Tahun 2005 tidak ada pelaksanaan privatisasi karena tidak ada PTP
(Komite Privatisasi baru terbentuk tanggal 13 Oktober 2006). Dan pada
tahun 2006 juga tidak ada PTP, namun pelaksanaan privatisasi PT PGN
68
Tbk merupakan privatisasi lanjutan yang sudah mendapat persetujuan
DPR dan telah ada Peraturan Pemerintah.
69
4). Beberapa ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan privatisasi masih perlu disinkronisasikan kembali.
70
f. Penyampaian draft Perpres tentang Kerangka Dasar (Grand Design) dan
Prosedur Operasional Baku (Standard Operating Procedure - SOP)
Pelaksanaan PSO dan pembahasannya dengan Sekretariat Kabinet.
Adapun Data Perkembangan Dana PSO selama 4 tahun terakhir dapat dijelaskan
pada Lampiran 9
Catatan : Unit Pelaksana Pendayagunaan Aset baru dibentuk akhir tahun 2006 dan
secara efektif melakukan kegiatan pada tahun 2007.
71
Penetapan persetujuan Menteri BUMN atas usulan penghapusbukuan
dan pemindahtanganan aktiva tetap BUMN dilakukan secara prudent dengan
mempertimbangkan aspek legal, operasional dan dampak keputusan terhadap
kebijakan umum Kementerian BUMN dalam penghapusbukuan aktiva tetap
BUMN. Permohonan ijin atas penghapusbukuan harus disertai dengan
menyampaikan Pakta Integritas dari Direksi yang bersangkutan.
72
III.2.5 Pelaksanaan Penyediaan Data, Informasi serta Teknologi Informasi
2005 - 2009
73
- Penyiapan dan penyampaian data untuk Laporan Kinerja Pemerintah
Pusat yang dilakukan secara periodik yaitu Semester, Unaudited, dan
Audited.
- Pembangunan dan Pengelolaan Perpustakaan.
Saat ini sedang dilakukan implementasi penyampaian data/laporan
secara elektronik berbasis web melalui Executive Information System.
Dengan aplikasi ini maka akan dapat dilakukan electronic reporting,
electronic analyzing, hingga electronic documentation. Namun demikian
pengisian/input data ke dalam database existing (sistem lama) tetap
dilakukan secara paralel untuk memenuhi kebutuhan informasi di
Kementerian BUMN. Hal ini mengingat dibutuhkan payung hukum dan
SDM yang memadai untuk implementasi sistem baru dimana terdapat
perubahan cara penyampaian laporan periodik BUMN yang semula
disampaikan kepada Menteri BUMN dalam bentuk hardcopy sekarang
dalam bentuk dokumen digital dan e-reporting.
74
Kursus dan Pelatihan
CCNA 1 orang
CISA Reviw Course 2 orang
Linux 15 orang
Zend Framework 3 orang
c. Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti
Implementasi Portal Kementerian BUMN
Berdasarkan catatan BPK bahwa pemanfaatan aplikasi belum optimal
maka perlu diperlukan langkah-langkah untuk mengimplementasikan
seluruh modul-modul secara bertahap yang membutuhkan dukungan
(sponsorship) dari Menteri BUMN dalam bentuk kebijakan formal dan
peraturan.
Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi
Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi 2010 – 2014
mengacu pada Rencana Strategis Kementerian BUMN 2010 – 2014
dengan memperhatikan perubahan teknologi, kebutuhan, efisiensi, dan
kelanjutan implementasi sebelumnya.
Penambahan jumlah SDM yang memiliki kompetensi
Agar organisasi pengelola teknologi informasi dapat optimal
mendukung pencapaian strategi dan tujuan Kementerian BUMN dengan
memanfaatkan teknologi informasi, maka dibutuhkan jumlah SDM
yang memadai dan kompeten.
Panduan pengelolaan teknologi informasi di BUMN
Konsep panduan pengelolaan teknologi informasi di BUMN yang
meliputi panduan tata kelola, panduan penyusunan master plan, dan
panduan sinergi teknolgi informasi dapat ditetapkan Menteri BUMN
sehingga dapat diimplementasikan sebagai pedoman bagi BUMN untuk
menngkatkan peran teknologi informasi di perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah dan daya saing.
Penyediaan Data dan Informasi
Agar perubahan cara penyampaian laporan BUMN kepada Menteri
BUMN dalam bentuk dokumen digital dan e-reporting, maka
dibutuhkan kebijakan Kementerian BUMN yang secara terintegrasi
mengaitkan dengan kepatuhan BUMN menyampaikan laporan dan
dipertimbangkan dalam penilaian kinerja BUMN dan penilaian GCG
BUMN.
75
talangan/pinjaman dari Pemerintah seperti pada PT Sarana Karya maupun PT
Dirgantara Indonesia. Aset Negara eks proyek Pemerintah diserahkelolakan
kepada BUMN dengan ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Operasi
(BASTO) atau Berita Acara Serah Terima (BAST).
Tabel.
Perkembangan Rekapitulasi BPYBDS dan PMN
Dalam Rp Juta
Keterangan/Tahun 2007 (Audit) 2008 (Audit) 2009 (un-Audit)
Jumlah BPYBDS 12.692.929,0 46.362.303,6 50.991.566,0
Menjadi PMN 100.000,0 99.272,4 59,980,0
Saldo BPYBDS 12.592.929,0 46.263.041,2 50.931.586,0
Catatan : 1. Tahun 2007 PMN pada PT Inka sebesar Rp.100 milyar
2. Tahun 2008 PMN pada PT PGN sebesar Rp 99,272 milyar
3. Tahun 2009 PMN pada PT PGN dan PJT II sebesar Rp 59,98 milyar
76
Secara umum rencana rightsizing BUMN untuk mencapai jumlah dan skala
BUMN yang lebih ideal serta rencana privatisasi pada tahun 2005–2009 belum dapat
terlaksana sepenuhnya karena beberapa hal antara lain masih diperlukannya
kajian independen untuk beberapa sektor serta updating data untuk sektor-sektor
yang waktu kajiannya dirasakan memerlukan pembaharuan datanya, kesamaan
persepsi, serta sinkronisasi ketentuan dan peraturan perundang-undangan terkait.
Dengan adanya kajian yang lebih mendalam serta sosialisasi dan koordinasi dengan
instansi terkait, diharapkan program righsizing dan privatisasi dapat terlaksana
sesuai rencana.
77
BAB IV
PROGRAM PEMBINAAN BUMN TAHUN 2010 - 2014
78
IV. 1.3. Program Restrukturisasi
a. Restrukturisasi Sektoral
79
secara menyeluruh. Program rightsizing BUMN adalah program utama dari
program restrukturisasi/penataan kembali BUMN dengan cara pemetaan
secara lebih tajam, dan dilakukan regrouping/konsolidasi, untuk mencapai
jumlah dan skala usaha BUMN yang lebih ideal. Program ini tetap
dilakukan berdasarkan pertimbangan urgensi kepemilikan mayoritas Negara
pada suatu BUMN, profil sektoral, kinerja, penciptaan nilai dan potensi
sinergi antar BUMN tanpa mengabaikan azas-azas yang terdapat dalam
Pasal 33 UUD 1945.
Stand Alone
Merger/Konsolidasi
81
Kebijakan ini dilakukan untuk mencapai struktur yang prospektif
bagi BUMN yang berada dalam sektor bisnis yang sama dengan pasar yang
identik dan kepemilikan Pemerintah 100%. Secara garis besar kriteria untuk
BUMN-BUMN yang akan di-merger/konsolidasi adalah sebagai berikut:
Jenis usaha dan segmen pasar sama;
Kompetisi tinggi;
Mayoritas saham dimiliki Pemerintah;
Kinerja tergolong kurang baik;
Going Concern diragukan, namun masih memiliki potensi untuk
digabung dengan BUMN lain.
Holding
82
Nilai manfaat secara kualitatif yang dapat dicapai melalui
pembentukan holding secara umum adalah :
Meningkatkan efisiensi karena masing-masing perusahaan asal lebih
fokus pada kegiatan operasional, sedangkan pemasaran, pendanaan dan
kebijakan strategis lainnya ditarik ke perusahaan induk;
Terciptanya sinergi diantara perusahaan asal, seperti penciptaan industri
hilir baru;
Meningkatkan skala ekonomis perusahaan dengan daya saing yang lebih
baik;
Memperbaiki struktur permodalan dan membuka peluang pendanaan
untuk ekspansi bisnis;
Menciptakan value creation melalui perbaikan struktur permodalan dan
peningkatan kapasitas pendanaan.
Divestasi
83
Likuidasi
84
Program Rightsizing BUMN Tahun 2010
Konsultan 5 - - - - 0
Konstruksi : 5 BUMN
Indra, Indah, Konsultan
Virama, Yodya & Konstruksi
Bina dialihkan
ke BUMN
Konstruksi
SA
2 Pengerukan 1 - - - - 0
PT Rukindo Diinbreng-
kan ke
Pelindo
3 Pelayaran : 1 - - - - 0
BAG Diinbreng-
kan ke
PLN
4 Perkebunan : 15 - - - - 1
PT PN I-XIV & PTPN
RNI I-XIV
& RNI
5 Aneka Industri : 1 - - - - 0
PT Cambric
Primissima
6 Pertambangan: 1 - - - - 0
PT Sarana Karya
Jumlah 33 9
85
Hasil kajian merekomendasikan dari 9 BUMN Konstruksi akan tetap
dipertahankan 5 BUMN Konstruksi Stand Alon (SA), yaitu PT Adhi Karya
Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya, PT PP Tbk, PT Hutama
Karya. Sedangkan 4 BUMN Konstruksi lainnya dan 5 BUMN Konsultan
Konstruksi (PT Indra Karya, PT Indah Karya, PT Virama Karya, PT Bina
Karya dan PT Yodya karya) akan dilakukan program Merger/Konsolidasi
dengan mengalihkan saham milik Negara kepada 5 BUMN Konstruksi.
Dalam forum BUMN Karya telah disepakati bahwa 9 BUMN Konstruksi
akan diregrouping menjadi 6 BUMN, sedangkan 5 BUMN Konsultan
Konstruksi akan diakuisisi/inbreng ke 6 BUMN tersebut.
Memperhatikan kondisi masing-masing BUMN sampai dengan akhir tahun
2009, rencana restrukturisasi 9 BUMN Konstruksi akan dipertahankan SA
sebanyak 8 BUMN, sedangkan PT Waskita Karya karena memerlukan
restrukturisasi permodalan akan dikonsolidasikan dengan PT PPA yang
mengakibatkan kepemilikan Negara minoritas. 5 BUMN Konsultan
Konstruksi direncanakan akan diinbrengkan pada BUMN Konstruksi SA.
Namun demikian, mengingat hasil kajian sudah cukup lama (tahun 2005),
maka sebelum rencana restrukturisasi dilaksanakan, perlu dilakukan kajian
ulang dengan memperhatikan kondisi terkini.
PT Rukindo
PT BAG
BUMN Perkebunan
86
Telah dilakukan pembahasan di Rakortas pada tanggal 8 November 2007.
PT Cambrics Primissima
87
Operasional perusahaan mulai terganggu karena peralatan sudah tua dan
kesulitan likuiditas;
Terbatasnya akses pendanaan karena performance neraca yang terus
memburuk, sedangkan kemungkinan untuk mendapatkan tambahan
Penyertaan Modal Negara (PMN) sangat kecil;
Untuk kelangsungan hidup dan pengembangan usaha selain membutuhkan
dana, juga diperlukan adanya alih teknologi, jaringan pemasaran yang lebih
luas dan sistem manajerial yang lebih baik.
PT Sarana Karya
PT Sarana Karya akan dilakukan divestasi seluruh saham milik Negara (100%)
melalui metode penjualan langsung kepada investor (strategic Sale/SS) dengan
mengutamakan akuisisi oleh BUMN lain (akusisi) dengan pertimbangan :
Pada tahun 2010, akan terjadi rightsizing terhadap 33 BUMN, sehingga pada akhir
tahun 2010 diharapkan jumlah BUMN menjadi ± 117 BUMN.
88
Program Rightsizing BUMN Tahun 2011
89
BUMN Asuransi
BUMN Pelabuhan
BUMN Kebandar-udaraan
BUMN Perdagangan
BUMN Pelayaran
90
BUMN Kehutanan
BUMN Pertanian
BUMN Pertanian terdiri dari 2 BUMN, yaitu PT Sang Hyang Seri dan
PT Pertani.
Terhadap BUMN Pertanian tersebut akan dilakukan Merger/Konsolidasi
menjadi 1 BUMN, namun sebelumnya perlu dilakukan kajian terlebih dahulu.
BUMN Pertambangan
BUMN Farmasi
BUMN Farmasi terdiri dari 3 BUMN, yaitu PT Bio Farma, PT Kimia Farma
Tbk dan PT Indofarma Tbk.
PT Bio Farma tetap dipertahankan SA karena adanya penugasan khusus dari
pemerintah untuk memperoduksi vaksin.
Terhadap 2 BUMN Farmasi lainnya (PT Kimia Farma Tbk dan
PT Indofarma Tbk) telah dilakukan kajian oleh PT Mandiri Sekuritas pada
tahun 2005.
91
Hasil Kajian merekomendasikan untuk dilakukan merjer/konsolidasi melalui
peleburan PT Kimia Farma Tbk dengan PT Indofarma Tbk. Alternatif lain
yang direkomendasikan adalah pembentukan holding BUMN Farmasi.
Mengingat kajian dilakukan pada tahun 2005 dan beberapa tahun terakhir telah
terjadi banyak perubahan kondisi baik internal maupun eksternal, maka
rencana restrukturisasi BUMN Farmasi perlu dilakukan kajian ulang dengan
memperhatikan kondisi terkini.
Pada tahun 2011, akan terjadi rightsizing terhadap 35 BUMN, sehingga pada akhir
tahun 2011 jumlah BUMN akan menjadi ± 102 BUMN.
92
BUMN Sertifikasi
BUMN Penunjang Pertanian terdiri dari 2 BUMN, yaitu Perum Jasa Tirta I
dan Perum Jasa Tirta II.
Perum Jasa Tirta I dan Perum Jasa Tirta II akan dilakukan
merger/konsolidasi menjadi 1 BUMN, namun sebelumnya perlu dilakukan
kajian terlebih dahulu.
BUMN Dok & Perkapalan terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT PAL Indonesia,
PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (PT DKB), PT Dok & Perkapalan
Surabaya (PT DPS) dan PT Industri Kapal Indonesia (PT IKI).
Rencana restrukturisasi BUMN Dok & Perkapalan telah dilakukan kajian
terhadap PT DKB dan PT PAL Indonesia oleh PT Sucofindo Appraisal
Utama pada tahun 2008.
93
Hasil kajian merekomendasi untuk dilakukan restrukturisasi internal
terlebih dahulu, selanjutnya dibentuk holding BUMN Dok dan Perkapalan
bersama-sama dengan BUMN Dok dan Perkapalan lainnya, yaitu PT DPS
dan PT IKI.
Mengingat kajian dilakukan pada tahun 2005 dan beberapa tahun terakhir
telah terjadi banyak perubahan kondisi baik internal maupun eksternal,
maka rencana restrukturisasi BUMN Dok & Pertambangan perlu dilakukan
kajian ulang dengan memperhatikan kondisi terkini.
BUMN Aneka Industri terdiri dari 4 BUMN, yaitu PT Iglas, PT Insan dan
PT Garam.
Terhadap PT Garam dan PT Insan akan dilakukan divestasi seluruh saham
milik Negara melalui metode penjualan langsung saham Negara RI kepada
investor (strategic sale/SS) dengan pertimbangan selain membutuhkan
dana untuk memperbaiki kinerja dan pengembangan usaha, juga
membutuhkan teknologi yang lebih baik, jaringan pemsaran yang lebih luas
dan sistem manajerial yang lebih baik.
Pada tahun 2012, akan terjadi rightsizing terhadap 18 BUMN, sehingga pada akhir
tahun 2012 jumlah BUMN akan menjadi ± 91 BUMN.
94
BUMN Hotel & Pariwisata
BUMN Energi
BUMN Perikanan
BUMN Logistik
BUMN Logistik terdiri dari 4 BUMN, yaitu Perum Bulog, PT Banda Ghara
Reksa (PT BGR), PT Varuna Tirta Prasada (PT VTP) dan PT Pos
Indonesia.
Perum Bulog dan PT Pos Indonesia akan tetap dipertahankan berdiri sendiri
(SA).
PT BGR dan PT VTP akan dilakukan divestasi seluruh saham negara
melalui metode penjualan saham negara langsung kepada investor
(strategic sale/SS) atau pengalihan seluruh saham negara pada BUMN lain.
95
BUMN Aneka Industri
Pada tahun 2013, akan terjadi rightsizing terhadap 15 BUMN, sehingga pada akhir
tahun 2013 jumlah BUMN akan menjadi ± 85 BUMN.
96
BUMN Industri Strategis
BUMN Semen
Pada tahun 2014, akan terjadi rightsizing 14 BUMN, sehingga pada akhir tahun
2014 jumlah BUMN akan menjadi ± 78 BUMN.
97
Jumlah BUMN Hasil Rightsizing
98
BUMN PARIWISATA
40 PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero) SA
41 Holding (PT HIN dan PT BTDC) 2013
42 Perum Produksi Film Negara SA
BUMN JASA PENILAI
43 PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) PT Survai Udara Penas
44 Hasil Merger/Konsolidasi PT Sucofindo dilikuidasi dan PT SI & PT
dan PT Surveyor Indonesia Sucofindo Merger/Konsolidasi
(2012)
BUMN PELABUHAN
45 Holding BUMN Pelabuhan Wilayah Barat 4 BUMN Pelabuhan menjadi 2
(Pelindi I – II) Holding berdasarkan wilayah
46 Holding BUMN Pelabuhan Wilayah Timur (2011)
(Pelindo III – IV)
BUMN PELAYARAN
47 Holding BUMN Pelayaran (PT Pelni, PT Djakarta PT BAG diinbrengkan
Lloyd, PT ASDP) kepada PT PLN (2010)
BUMN KEBANDARUDARAAN
48 Holding BUMN Kebandarudaraan (PT AP I – II) 2011
BUMN ANGKUTAN DARAT & KERETA API
49 PT Kereta Api Indonesia (Persero) SA
50 Hasil Merger/Konsolidasi Perum Damri dan PPD 2014
BUMN PENERBANGAN
51 PT Garuda Indonesia (Persero) SA
52 PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) SA
BUMN PERDAGANGAN
53 Hasil Merger/Konsolidasi PT PPI, PT Sarinah dan 2011
PT Berdikari
BUMN JALAN TOL
54 PT Jasa Marga (Persero) Tbk SA
BUMN BAJA & KONSTRUKSI BAJA
55 PT Krakatau Steel (Persero) PT Barata Indonesia dan PT BBI dilakukan
divestasi atau dialihkan ke BUMN lain (2014)
BUMN DOK & PERKAPALAN
56 Holding BUMN Dok & Perkapalan (PT PAL, PT DKB, 2012
PT DPS, PT IKI)
BUMN ENERGI
57 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) PT EMI
58 PT Pertamina (Persero) didivestasi
59 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) 100% (2013)
BUMN INDUSTRI BERBASIS TEKNOLOGI
60 PT Batan Teknologi (Persero) PT LEN Industri didivestasi atau
61 PT Dirgantara Indonesia (Persero) dialihkan kepada BUMN lain, PT Pindad
62 PT Industri Telekomunikasi dan PT Dahana Merger/Konsolidasi dan
Indonesia (Persero) PT INKA dialihkan ke PT KAI (2014)
BUMN INDUSTRI PERTAHANAN
63 Hasil Merger/Konsolidasi PT Pindad dan PT Dahana 2014
BUMN PERTAMBANGAN
64 Holding BUMN Pertambangan (PT Antam, PT Timah, 2011
PT BA)
BUMN TELEKOMUNIKASI
65 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) SA
66 Perum LKBN Antara SA
99
BUMN SEMEN
67 PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Semen Kupang dilakukan divestasi atau
68 PT Semen Baturaja (Persero) dialihkan kepada BUMN lain (2014)
BUMN KEHUTANAN
69 Perum Perhutani SA
70 Holding BUMN Pertaniann (PT Inhutani I – V) 2011
BUMN PERIKANAN
71 Hasil Merger/Konsolidasi PT Perikanan Nusantara dan 2013
Perum PPS
BUMN PERKEBUNAN
72 Holding BUMN Perkebunan (PTPN I – XIV dan PT RNI) 2010
BUMN PERTANIAN
73 Hasil Merger/Konsolidasi PT Sang Hyang Seri dan 2011
PT Pertani
BUMN PENUNJANG PERTANIAN
74 Hasil Merger/Konsolidasi Perum Jasa Tirta I - II 2012
BUMN PERCETAKAN & PENERBITAN
75 Perum Percetakan Negara Republik Indonesia PT KKA, PT Kertas Leces
76 Perum Percetakan Uang Republik Indonesia dilakukan divestasi atau
77 Hasil Merger/Konsolidasi PT Balai Pustaka dan dialihkan kepada BUMN
PT Pratnya Paramita lain (2012)
BUMN PUPUK
78 PT Pupuk Sriwijaya (Persero) SA
b. Restrukturisasi Perusahaan/Korporasi
100
Selain itu, melalui pembenahan sistem dan prosedur yang tidak dapat
terpisahkan dari kegiatan restrukturisasi perusahaan/korporasi akan memperbaiki tata
kelola BUMN mengarah kepada tata kelola perusahaan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG).
101
4). PT Industri Gelas (Persero)
5). PT Balai Pustaka (Persero)
6). PT Cambrics Primissima (Persero)
7). Perum PPD
8). PT Industri Kapal Indonesia (Persero)
9). Perum PFN
10). PT Survey Udara Penas (Persero)
11). PT Semen Kupang (Persero)
Selain 11 BUMN tersebut, pada tahun 2009 juga telah diserahkan kepada
PT PPA untuk menangani 6 BUMN lainnya yang mengalami kesulitan baik keuangan
maupun operasional (tidak termasuk dalam 24 BUMN rugi tersebut di atas), yaitu :
102
11). PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
103
IV. 2. Program Privatisasi 2010 - 2014
104
memerlukan peningkatan kompetensi tehnis, manajemen dan pemasaran. Selain
itu, privatisasi juga dilakukan dalam rangka program restrukturisasi dan rightsizing
BUMN.
Sedangkan kriteria khusus yang harus dimiliki oleh BUMN yang akan
diprivatisasi adalah sebagai berikut:
105
Sedangkan Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah:
106
3). Mendorong lebih lanjut pengelolaan dan pengembangan sebagian
aset/kegiatan operasionalnya yang dapat dipisahkan untuk dikerjasamakan
dengan mitra strategis;
4). Mengurangi kepemilikan Negara menjadi minoritas sepanjang tidak
bertentangan dengan regulasi;
5). Merupakan sektor yang bukan strategis bagi Pemerintah.
107
Seleksi Arahan
BUMN Komite Konsultasi/ Penerbitan
(dituangkan Privatisasi & Sosialisasi Persetujuan Peraturan Pelaksanaan
dalam Program Rekomendasi DPR Pemerintah
Tahunan Menkeu
Privatisasi)
108
b. Program Privatisasi Tahun 2011
% Saham % Saham
No Perusahaan Metode
Negara RI Dilepas
1. PT Hutama Karya 100 Maks. 35 IPO
(saham baru)
2. PT Jasindo 100 Maks. 35 IPO
(saham baru)
3. PT Rekayasa Industri 4,97 Maks. 4,97 IPO
(divestasi)
4. PT Semen Baturaja 100 Maks. 35 IPO
(saham baru)
5. PT PNM 100 Maks. 49 IPO/SS
(saham baru)
6. PT KBN 88,74 Maks. 30 IPO
(saham baru)
7. PT KBI 100 Maks. 40 SS
(divestasi)
% Saham % Saham
No Perusahaan Metode
Negara RI Dilepas
1. PT PANN 93,10 Maks. 30 IPO/SS
(saham baru)
2. PT Garam 100 Maks. 100 SS
(divestasi)
3. PT INTI 100 Maks. 49 SS
(divestasi)
4. PT Industri Sandang 100 Maks. 100 SS
(divestasi)
5. PT Kertas Kraft Aceh 96,65 Maks 96,65 SS
(divestasi)
6. PT Pegadaian 100 Maks. 30 IPO
(saham baru)
7. PT Danareksa 100 Maks. 30 IPO
(saham baru)
109
d. Program Privatisasi Tahun 2013
% Saham % Saham
No Perusahaan Metode
Negara RI Dilepas
1. PT SIER 50 Maks. 50 SS
(divestasi)
2. PT Industri Gelas 63,82 Maks. 63,82 SS
(divestasi)
3. PT Bhanda Gara Reksa 100 Maks. 100 SS/akuisisi
(divestasi)
4. PT Bahana PUI 17,78 Maks. 17,78 SS/akuisisi
(divestasi)
5. PT EMI 100 Maks. 100 SS
(divestasi)
6. PT Asuransi Jiwasraya 100 Maks. 30 IPO
(saham baru)
110
1) Ekuitas BUMN akan meningkat dari Rp 566 Triliun pada tahun 2009
menjadi Rp 2.986 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,28 kali).
2) Aset BUMN akan meningkat dari Rp 2.149 Triliun pada tahun 2009
menjadi Rp 11.583 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,39 kali).
1). Proses pelaksanaan privatisasi, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku
tidak hanya melibatkan Kementerian BUMN, tetapi juga instansi dan lembaga
lainnya seperti Komite Privatisasi, Kementerian Keuangan, DPR RI, Kementerian
Hukum dan HAM, Sekretaris Negara dan Presiden, sehingga membutuhkan waktu
yang relatif cukup lama yang kadang sering mengakibatkan hilangnya momentum
yang tepat dari pelaksanaan privatisasi tersebut. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya
peningkatan koordinasi dan komunikasi dengan instansi dan lembaga terkait
tersebut.
2). Perlu dilakukan peningkatan upaya-upaya sosialisasi yang lebih intensif dalam
rangka menyamakan persepsi mengenai privatisasi.
111
Apabila pelaksanaan PSO dapat dilakukan secara transparan, fair dan
bertanggungjawab, maka penugasan pelaksanaan PSO oleh K/L akan dapat berjalan
dengan baik di satu sisi, dan di lain sisi BUMN yang ditugaskan untuk melaksanakan PSO
akan dapat berkembang secara sehat, dan tidak ada alasan bagi BUMN untuk rugi karena
adanya penugasan dari Pemerintah (K/L). Terpisahnya pembukuan kegiatan pelaksanaan
PSO dari kegiatan komersial BUMN secara keseluruhan, sehingga memudahkan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan PSO.
Pembangunan Portal Aset telah dilakukan tahun 2009 dan akan segera dilanjutkan
dengan sosialisasi serta trial pengisian Bank Data Aset tahun 2010 (Sistem Informasi
Aset BUMN berbasis TI);
Dalam rangka mempercepat pengumpulan data, telah dilakukan permintaan data aset
kepada para Deputi Teknis sebagai bahan masukan penyusunan Bank Data Aset
(Sistem Informasi Aset BUMN berbasis TI);
Kementerian BUMN secara langsung akan mengumpulkan data aset untuk
menyusun Bank Data Aset (Sistem Informasi Aset BUMN berbasis TI) untuk tahun
buku 2011 dari BUMN;
BUMN diwajibkan mengisi Bank Data Aset melalui Portal Aset setelah selesai
dilakukannya sosialisasi dan trial pengisian.
Dalam kurun waktu 2010 – 2014, beberapa kegiatan dan kebijakan yang akan
dilaksanakan dalam rangka optimalisasi aset BUMN adalah sebagai berikut :
112
No Kegiatan 2010 2011 2012 2013 2014
1. Sistem Informasi Aset BUMN Berbasis TI
a. Pembangunan
b. Pemeliharaan
c. Sosialisasi
d. Implementasi
e. Monitoring, evaluasi, dan integrasi data BUMN
IV. 5. Program Pengembangan Data, Informasi & Teknologi (TI) 2010 - 2014
Unit data dan informasi akan dikembangkan menjadi pusat data dan
informasi yang lengkap, akurat, tajam dan terpercaya serta menjadi pendukung
think tank pengambilan keputusan Kementerian BUMN.
113
Mendorong pengumpulan dan pengolahan data yang efektif dan efisien dengan
memberdayakan system teknologi informasi;
Melibatkan secara aktif BUMN-BUMN dalam pengumpulan dan penyediaan
data dan infromasi dengan mengkaitkannya pada pengukuran kinerja BUMN
dan Direksi BUMN
Merekrut, melatih dan memberdayakan SDM yang trampil, cerdas dan
berpengalaman dalam melakukan analisa korporat
Tajam dan sensitive dalam melihat permasalahan BUMN dan berusaha
memberikan kajian untuk memberikan referensi solusi atas masalah yang
dihadapi tersebut.
114
Sebagaimana disebutkan dalam PerMenKominfo No. 41 tentang Panduan Tata
Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional Versi 1 Tahun 2007, bahwa
mengingat pemanfaatan teknologi informasi dan Komunikasi oleh institusi pemerintahan
telah semakin meningkat, untuk memastikan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut benar-benar mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, maka
harus memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya dan pengelolaan risiko.
Untuk mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, diperlukan rencana teknologi
informasi dan komunikasi yang lebih harmonis, pengelolaan yang lebih baik, peningkatan
efisiensi dan efektivitas belanja teknologi informasi dan komunikasi dan pendekatan yang
meningkatkan pencapaian nilai (value) dari implementasi teknologi informasi dan
komunikasi nasional.
Dengan tata kelola teknologi informasi dan komunikasi yang baik, diharapkan
Kementerian BUMN mendapatkan manfaat sinkronisasi dan integrasi rencana teknologi
informasi dan komunikasi dengan rencana strategis Kementerian BUMN, efisiensi belanja
teknologi informasi dan komunikasi, realisasi solusi teknologi informasi dan komunikasi
yang sesuai kebutuhan secara efisien, operasi sistem teknologi informasi dan komunikasi
yang memberikan nilai tambah secara signifikan kepada public dan internal manajemen
pemerintahan, serta dapat mengoptimalkan ketercapaian value dari penyelenggaraan
teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan kerja kementerian BUMN untuk
internal manajemen dan pelayanan public.
Secara terperinci, Kementerian BUMN akan menetapkan Master Plan khusus yang
terkait dengan teknologi informasi.
115
permodalan BUMN, status BPYBDS perlu ditetapkan secara definitif menjadi Penyertaan
Modal Negara yang pembukuannya masuk kedalam ekuitas perusahaan.
Untuk dapat segera menyelesaikan perubahan status BPYBDS yang saat ini
tercatat pada BUMN tersebut, perlu ditempuh kebijakan sebagai berikut.
116
Dengan dapat diprosesnya secara langsung BAST/BASTO sebagaimana dimaksud
pada angka 2) di atas, eksisting BPYBDS saat ini secara bertahap dapat diselesaikan
penetapan statusnya sebagai PMN yang diharapkan dapat selesai hingga tahun 2013
dengan perkiraan jadwal penyelesaian sebagai berikut :
117
Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN
guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga dapat
memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada Negara, menghasilkan produk dan
layanan dengan harga yang kompetitif kepada konsumen dan memudahkan pelaksanaan
privatisasi. Restrukturisasi meliputi restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan kebijakan sektor dan/atau peraturan peundang-undangan dan
restrukturisasi perusahaan/korporasi.
Program rightsizing BUMN adalah program utama dari program
restrukturisasi/penataan kembali BUMN dengan cara pemetaan secara lebih tajam, dan
dilakukan regrouping/konsolidasi, untuk mencapai jumlah dan skala usaha BUMN yang
lebih ideal. Program ini tetap dilakukan berdasarkan pertimbangan urgensi kepemilikan
mayoritas Negara pada suatu BUMN, profil sektoral, kinerja, penciptaan nilai dan potensi
sinergi antar BUMN tanpa mengabaikan azas-azas yang terdapat dalam Pasal 33 UUD
1945.
Cara atau model dalam rangka rightsizing BUMN dapat dilakukan melalui
berbagai shareholder action, yaitu Stand Alone, Merger/Konsolidasi, Holding, Divestasi
dan Likuidasi.
Skenario hasil rightsizing BUMN dalam kurun waktu 2010 – 2014, diharapkan
jumlah BUMN pada tahun 2010 menjadi ± 117 BUMN, pada tahun 2011 menjadi ± 102
BUMN, tahun 2012 menjadi ± 91 BUMN, tahun 2013 menjadi ± 85 BUMN dan tahun
2014 menjadi ± 78 BUMN.
Restrukturisasi perusahaan/korporasi merupakan program rutin yang
berkesinambungan dari tahun ke tahun dalam rangka terus memperbaiki kinerja dan
meningkatkan nilai perusahaan dan dituangkan dalam RKAP setiap BUMN setiap
tahunnya. Selain itu, terhadap perusahaan yang mengalami kerugian dan kesulitan
keuangan serta operasional, restrukturisasi dilakukan oleh PT PPA sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang
Pengelolaan Aset.
Pelaksanaan restrukturisasi perusahaan/korporasi oleh PT PPA mulai dilaksanakan
sejak bulan April 2009 dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri BUMN Nomor
PER-01/MBU/2009 tanggal 8 April 2009 tentang Pedoman Restrukturisasi dan
Revitalisasi Badan Usaha Milik Negara oleh Perusahaan perseroan (Persero)
118
PT Perusahaan Pengelola Aset. Dengan dilakukannya restrukturisasi perusahaan/korporasi
oleh PT PPA, diharapkan sampai dengan akhir tahun 2014 seluruh BUMN yang
mengalami kerugian dan memiliki permasalahan keuangan dan operasional telah
menunjukkan perbaikan kinerja dan tidak ada lagi BUMN yang mengalami kerugian.
Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya,
kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar
manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh
masyarakat.
Arah kebijakan privatisasi ke depan bukan semata-mata untuk pemenuhan APBN,
tetapi diperioritaskan dalam rangka mendukung pengembangan perusahaan dengan
metode utama melalui penawaran umum di pasar modal. Disamping juga untuk lebih
mendorong penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Privatisasi yang dilakukan tidak melalui metode penawaran umum lewat di pasar
modal akan dilakukan dengan sangat selektif dan hati-hati. Metode ini terutama digunakan
untuk BUMN-BUMN yang memerlukan pendanaan yang tidak dapat diperoleh/dipenuhi
dari pasar modal dan/atau Pemerintah serta memerlukan peningkatan kompetensi tehnis,
manajemen dan pemasaran. Selain itu, privatisasi juga dilakukan dalam rangka program
restrukturisasi dan rightsizing BUMN. Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan terdapat 36
BUMN yang akan diprivatisasi.
Setelah penerapan program restrukturisasi dan privatisasi dalam kurun waktu 2010
– 2014 (dengan asumsi umum bahwa divestasi 100% kepemilikan Negara pada BUMN
hanya terhadap BUMN dengan nilai aset realif kecil), diharapkan akan terjadi peningkatan
kinerja dan nilai BUMN sebagai berikut :
1) Ekuitas BUMN akan meningkat dari Rp 566 Triliun pada tahun 2009 menjadi
Rp 2.986 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,28 kali).
2) Aset BUMN akan meningkat dari Rp 2.149 Triliun pada tahun 2009 menjadi
Rp 11.583 Triliun pada tahun 2014 (meningkat 5,39 kali).
Dalam kaitan dengan kewajiban pelayanan umum/ public service obligation (PSO),
Pemerintah akan terus mendorong ketaatan semua pihak terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dibidang PSO khususnya Pasal 66 UU No. 19 tahun
2003 tentang BUMN, dan menciptakan aturan-aturan pelaksanaan (Perpres atau Peraturan
Pemerintah) PSO, khususnya yang menyangkut Standard Operating Procedure (SOP)
tentang pengusulan/penugasan PSO, pelaksanaan PSO, dan pertanggungjawaban
119
pelaksanaan PSO; aturan mengenai besaran dan perhitungan margin pelaksanaan PSO;
dan aturan mengenai penuangan PSO dalam suatu kontrak yang jelas. Selain itu, perlu
dilakukan pemisahan pembukuan antara kegiatan pelaksanaan PSO dari kegiatan
komersial BUMN secara keseluruhan, sehingga memudahkan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan PSO.
Optimalisasi pengelolaan aset merupakan salah satu bentuk pendayagunaan aset,
baik melalui optimalisasi pemanfaatan ataupun penghapusbukuan. Dalam pelaksanaan
tugas optimalisasi pengelolaan aset tersebut, Kementerian BUMN telah membangun
sistem Bank Data Aset.
Data dan informasi yang lengkap, akurat, tajam dan terpercaya akan menjadi
pendukung think tank pengambilan keputusan di Kementerian BUMN. Untuk mencapai
hal tersebut, maka diperlukan penyediaan data dan informasi tentang BUMN secara
lengkap, akurat, dan mutakhir dengan mendasarkan pada prinsip efisiensi dan efektivitas
dalam pengumpulan, pengolahan, dan pendokumentasiannya.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di Kementerian BUMN
diharapkan dapat mempercepat terwujudnya program pemerintah untuk melakukan
reinventing government melalui reformasi birokrasi penyelenggaraan kepemerintahan di
lingkungan Kementerian BUMN. Terkait dengan tujuan tersebut, implementasi teknologi
informasi dan Komunikasi dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pengendalian,
meningkatkan efisiensi dan efektivitas, dan meningkatkan implementasi prinsip-prinsip
penyelenggaran kepemerintahan yang baik (good government governance) yang lain
seperti transparansi, akuntabilitas, dan kewajaran. Selain itu, dengan implementasi
teknologi informasi dan komunikasi diharapkan juga dapat menyediakan data/informasi
dengan murah, cepat, tepat, lengkap, konsisten, terkini, dan mudah diperoleh, sehingga
dapat membantu pimpinan mengambil keputusan dengan tepat.
BPYBDS pada umumnya merupakan hasil proyek dari Kementerian Teknis yang
sumber pembiayaannya dipenuhi dari DIPA/APBN yang diserahkankelolakan kepada
BUMN, sehingga dalam pencatatan pembukuan BUMN sebagai barang yang
diserahkelolakan tersebut BPYBDS tidak secara tegas masuk kategori hutang atau ekuitas,
karena belum ada penetapan secara legal. Dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi
permodalan BUMN, status BPYBDS perlu ditetapkan secara definitif menjadi Penyertaan
Modal Negara yang pembukuannya masuk kedalam ekuitas perusahaan.
120
BAB V
KESIMPULAN
121
3. Kontribusi BUMN 2005-2009
Dalam kurun waktu 2005-2009, BUMN telah memberikan kontribusi yang relatif
besar kepada Negara, baik berupa dividen, Pajak dan kontribusinya bagi pergerakan sektor
riil. Rata-rata dividen BUMN sebesar Rp 23,04 Triliun per tahun dengan peningkatan rata-
rata sekitar 25% per tahun. Sedangkan kontribusi pajak dalam periode 2004-2008
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar 18% per tahun dengan
sumbangan rata rata sebesar Rp 61,65 Triliun per tahun.
Kontribusi/peran dari 15 BUMN yang sudah masuk Pasar Modal (BUMN Tbk)
pada dasarnya juga relatif besar jika dilihat dari penguasaan/kapitalisasi pasar per 30
Desember 2009 yang mencapai 31,57% atau senilai Rp 637,48 Triliun dari total
kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI).
122
tidak dapat berjalan secara cepat sebagaimana yang diharapkan, sehingga banyak BUMN
yang tidak bisa segera pulih dari kesulitan yang dihadapinya.
Selanjutnya untuk pelaksanaan program Privatisasi, hingga akhir tahun 2009 baru
terdapat 15 BUMN yang Go Public (menjual sahamnya melalui Pasar Modal) atau baru
sekitar 11% dari jumlah BUMN yang ada. Meskipun demikian Kementerian BUMN telah
melakukan kajian dan seleksi terhadap BUMN untuk dimasukkan dalam Program Tahunan
Privatisasi (PTP) tahun 2007 (15 BUMN), PTP tahun 2008 (44 BUMN termasuk carry
over PTP tahun 2007) dan 2009 (20 BUMN yang merupakan carry over PTPN tahun
2008). Tahun 2005 dan 2006 tidak ada PTP karena Komite Privatisasi baru terbentuk pada
tanggal 13 Oktober 2006 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2006.
123
a. Terkait Program Restrukturisasi
Restrukturisasi Sektoral pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan sektor
dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang ada, dan Restrukturisasi
Perusahaan/Korporasi diarahkan untuk meningkatkan intensitas persaingan usaha, menata
hubungan antara pemerintah selaku regulator dan BUMN selaku badan usaha, dan
restrukturisasi secara internal yang mencakup keuangan, organisasi/ manajemen,
operasional, sistem dan prosedur.
Restrukturisasi sektoral dimaksudkan untuk memperoleh jumlah dan skala
BUMN yang ideal (rightsizing) dengan skenario hasil rightsizing diharapkan menghasilan
jumlah BUMN sebagai berikut : a) tahun 2010 sebanyak +117 BUMN; b) tahun 2011
sebanyak +102 BUMN; c) tahun 2012 sebanyak +91 BUMN; d) tahun 2013 sebanyak
+85 BUMN; dan e) tahun 2014 sebanyak +78 BUMN.
124
d. Terkait Program Optimalisasi Asset
Optimalisasi pengelolaan aset merupakan salah satu bentuk restrukturisasi aset,
baik melalui optimalisasi pemanfaatan ataupun penghapusbukuan. Dalam pelaksanaan
tugas optimalisasi pengelolaan aset tersebut, Kementerian BUMN telah membangun
sistem Bank Data Aset.
125
dari posisi awal tahun 2010 masing-masing sebesar Rp 370,06 Triliun dan Rp 1.291,25
Triliun atau meningkat sekitar 5,39 kali.
126
ditunjukkan dengan peningkatan pencapaian skor hasil assessment dengan kategori
Baik.
h. Implementasi Portal Kementerian BUMN belum optimal dan penyediaan Data dan
Informasi dari laporan BUMN yang terintegrasi perlu terus peningkatan.
127
LAMPIRAN
1. Pokok-pokok Data Keuangan BUMN Berdasarkan Sektor
2. Value Creation
8
KEDEPUTIAN RESTRUKTURISASI DAN PRIVATISASI 3
Value Creation … Lanjutan
NILAI PERUSAHAAN (Rp. Miliar)
SGG, AP I, AP II, KAI, Pelindo II, Askes, Timah, Pelni, Wika, PTBA,
23 BUMN PTPN III, PTPN IV, Adhi Karya, Asabri, Posindo, Pelindo III, RNI, Aset 2,5 T -- <10 T
Danareksa, PAL, PTPN VII, PTPN V, PT PP, Jasa Raharja
14 BUMN
Telkom, Jamsostek, BTN, Pusri, Taspen, PGN, Bulog, KS, Jasa Aset 10 T -- <100 T
Marga, GIA, BEI, Jiwasraya, Pegadaian, Antam,
5 BUMN Bank Mandiri, Pertamina, PLN, BRI, BNI Aset > 100 T
23 BUMN Antam, Timah, Jamsostek, PTBA, Adhi Karya, Taspen, Askes, Wika, KAI, PTPN
III, BTN, PTPN IV, PP, PTPN V, PTPN VII, RNI, Jasindo, Waskita, Pegadaian, Jasa
Pendapatan 2,5 T -- <10 T
Marga, Hutama, PTPN XIII, KF
2 BUMN Pendapatan>100T
Pertamina, PLN
NO COPY ALLOWED
Breakdown Figur Keuangan Pokok (Lanjutan)
Kecil Lainnya
PTPN XIII, KF, Peruri, PANN,
Jiwasraya, PPA, Taspen, Jasindo,
51 BUMN Bio farma, PAL, PTPN X, Asabri, PTPN VIII, Danareksa, RNI, Adhi Karya, Ekuitas 100 M -- < 1 T
ASEI, PTPN XII, PTPN VI, Perumnas, PNM, INTI, Sucofindo, PP, PTPN XI,
Waskita, GIA, KBN, Inhutani III, Posindo, Inhutani I, PTPN IX, Hutama,
INAF, Kertas Leces, Semen Baturaja, SI, Inka, Jasa Tirta II, Rukindo,
Garam, BTDC, Pindad, Inhutani II, Dahana, SHS, Berdikari, PTPN II,
Damri, KBI, TWC Borobudur
PGN, Antam, SGG, AP I, Jasa Marga, AP II, KS, PELNI, Pelindo II, BEI, Bulog, PTBA, Timah,
31 BUMN KAI, BTN, Pelindo III, PTPN IV, Askes, PTPN III, Jamsostek, Pegadaian, Askrindo, Jasa
Ekuitas 1 T -- <10 T
Raharja, Wika, ASDP, PTPN VII, Pelindo I, PTPN V, Perhutani, Jamkrindo, Pelindo IV
43 BUMN PPI, Bulog, PTPN X, PTPN XII, ASDP, PPA, PTPN IX, Waskita, PANN, Askrindo, Hutama,
Sucofindo, ASEI, PTPN II, INKA, Jasa Tirta II, BTDC, BKI, Dahana, Inhutani V, Jiwasraya, KBN,
Danareksa, Damri, KAI, Posindo, PTPN XI, Pindad, SI, KBI, BGR, Brantas, Istaka, KIM,
Laba Bersih 10 M -- < 100 M
Perumnas, Kertas Leces, Jasa Tirta I, Djakarta Lloyd, PNM, SHS, DPS, PTPN I, LEN
Jamsostek, Pelindo II, PTPN III, PTPN IV, Pegadaian, Jasa Marga, KS, Askes, AP II, Pelindo
35 BUMN III, BTN, KF, PTPN V, AP I, Taspen, PTPN VII, BEI, Jasa Raharja, Peruri, RNI, PTPN XIII, Laba Bersih 100M -- <1T
Pelindo I, Asabri, PTPN VIII, Perhutani, Wika, ADHI, GAI, Pelindo IV, PP, PTPN VI, Semen
Baturaja, Jasindo, Bio Farma, Jamkrindo
9 BUMN BRI, Bank Mandiri, PGN, SGG, PTBA, Antam, Timah, Laba Bersih 1T -- <10T
Pusri, BNI
2 BUMN
Pertamina, Telkom Laba Bersih>10T
NO COPY ALLOWED
LAMPIRAN 4
Kapitalisasi pasar BUMN Terbuka (Rp triliun) % terhadap total kapitalisasi pasar
700.00 40.23%
630.77 45.00%
636.26
600.00 36.80% 35.87% 40.00%
32.40% 493.00
32.00% 35.00%
500.00
29.60% 30.00%
31.98%
400.00 25.00%
250.00 260.00 386.14
300.00 20.00%
15.00%
200.00
153.00 10.00%
100.00 5.00%
0.00 0.00%
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Catatan : Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk tahun 2005 dan 2006 adalah kapitalisasi terhadap Bursa Efek Jakarta,
sedangkan Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk Tahun 2007, 2008 & 2009 adalah kapitalisasi terhadap Bursa Efek
Indonesia
Pembinaan BUMN oleh Menteri Keuangan sebagai Pengalihan/ Pelimpahan Pelimpahan kedudukan, tugas
Pemegang Saham Negara RI / kedudukan, tugas dan
Departemen/ Menteri dan kewenangan Menteri
Pemilik Modal pada BUMN dan kewenangan Menteri
Teknis Keuangan pada Persero,
memegang Kewenangan Pembinaan Keuangan pada Persero, Perum dan Perjan kepada
BUMN Perum dan Perjan kepada Menteri BUMN
UU No. 19 PRP th1960 Menteri BUMN
tentang Perusahaan PP No. 12 th 1998 tentang
Perusahaan Perseroan;
Negara PP No. 64 th. 2001 PP No. 41 th. 2003
PP No. 13 th 1998 tentang
Perusahaan Umum
UU 19/2003
PP No. 12 th 1969 tentang Perusahaan tentang BUMN
Perseroan; PP No. 50 th 1998; Inpres No. 15
Th 1998; Keppres No. 38/1999; Menteri BUMN adalah pihak
Inpres No. 11 tahun 1973; PP No. 3 th 1983
Keppres No. 39/1999 yang mendapatkan Kuasa dari
tentang Tata Cara Pembinaan dan
Negara/ Pem.Pus selaku
Pengawasan Perusahaan Jawatan,
Pemegang Saham/ Pemilik
Perusahaan Umum dan Perusahaan Modal BUMN (pasal 1 ayat 5)
Perseroan Pengalihan tugas dan
kewenangan Menteri Keuangan
sebagai Pemegang Saham
• Menteri Keuangan sebagai
dalam Perusahaan Perseroan
Pembina Keuangan
(Persero) kepada Menteri
• Menteri Teknis sebagai Pembina
Negara Pendayagunaan BUMN
Teknis
NO COPY ALLOWED
PEMBINAAN BUMN
20
PEMBINAAN BUMN
6 Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkuingan BUMN Peraturan Menteri BUMN Nomor:
PER-05/MBU/2008
Surat Menteri BUMN No: S-
298/S.MBU/2007
7 Sinergi BUMN Surat Edaran Menteri BUMN Nomor;
SE-03/MBU.S/2009
8 Privatisasi BUMN Undang-Undang No: 19/2003
Peraturan Pemerintah No: 33/2005
Jo. PP No: 59/2009
Peraturan Menteri BUMN No: 1/2010
9 Pedoman Pemindahtanganan Aktiva Tetap Instruksi Menteri No: 1&2 Tahun 2002
Keputusan Menteri Keuangan No:
89/KMK.013/1991
21
PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN
1 Kajian bersama rencana peleburan BUMN oleh Menteri Negara BUMN dan Ps 4 UU No. 19/2003 ttg BUMN
Menteri Keuangan. Kajian Bersama tersebut dapat mengikutsertakan Menteri
Teknis dan/atau Menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dianggap Ps 4 - 8 PP No. 45/2005 ttg Pendirian,
perlu dan/atau dapat menggunakan konsultan independen. Pengurusan, Pengawasan dan
Pembubaran BUMN
2 Pembahasan dengan DPR RI dalam rangka mendapatkan persetujuan Ps 45 - 46 UU No. 1/2004 ttg
(Terkait dengan pengalihan kekayaan negara berupa selain tanah dan Perbendaharaan Negara
bangunan yang nialainya lebih dari Rp 100 milyar kedalam perusahaan milik
Negara – UU Perbendaharaan Negara) UU No. 17/2003 ttg Keuangan Negara
3 Menteri Negara BUMN menyampaikan RPP tentang peleburan kepada Ps 11 PP No. 44/2005 ttg Tata cara
Menteri Keuangan untuk diteruskan ke Presiden guna mendapatkan penatausahaan dan PMN pada BUMN
persetujuan. dan PT
4 Menteri Negara BUMN melaksanakan peleburan BUMN setelah diterbitkannya Ps 10 UU No. 19/2003 ttg BUMN
PP mengenai peleburan BUMN Ps 10 PP No. 43/2005 ttg Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan dan
Perubahan Bentuk Hukum BUMN
5 Tata cara peleburan BUMN dengan BUMN dilakukan sesuai dengan Peraturan PP 43/2005 Pasal 11 ayat (1)
perundang-undangan di bidang perseroan terbatas 22
PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN
6 Direksi BUMN yang akan melakukan peleburan menyusun Rancangan UU 40/2007 tt g PT Pasal 123 ayat (1) & (2)
Peleburan
7 Rancangan peleburan tersebut harus mendapat persetujuan Dewan Komisaris UU 40/2007 tt g PT Pasal 123 ayat (3)
dan RUPS masing-masing BUMN
8 Direksi BUMN yang akan melakukan peleburan wajib mengumumkan ringkasan UU 40/2007 tt g PT Pasal 127 ayat (2) & (3)
rancangan paling sedikit dal 1 Surat Kabar dan mengumumkan secara tertulis
kepada karyawan BUMN yang akan melakukan peleburan dalam jangka waktu
paling lambat 30 hari sebelum pemanggilan RUPS yang di dalamnya juga
memuat bahwa pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan
peleburan di Kantor BUMN sejak tanggal pengumuman sampai
penyelenggaraan RUPS
9 Kreditur dapat mengajukan keberatan dalam jangka waktu paling lambat 14 dari UU 40/2007 tt g PT Pasal 127 ayat (4) & (5)
setelah pengumuman. Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditur tidak
mengajukan keberatan dianggap menyetujui peleburan
10 Dalam hal keberatan kreditur tidak dapat diselesaikan oleh Direksi sampai UU 40/2007 tt g PT Pasal 127 ayat (6) & (7)
dengan penyelenggaraan RUPS, maka keberatan tersebut harus disampaikan
dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Selama penyelesaian belum
tercapai, peleburan tidak dapat dilaksanakan.
23
PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN
No. Keterangan Dasar Hukum
11 Rancangan peleburan yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta peleburan UU 40/2007 tt PT Pasal 128 ayat (1)
yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa indonesia dan akta peleburan & (3)
tersebut akan menjadi dasar pembuatan akta pendirian BUMN hasil peleburan
13 Direksi BUMN hasil peleburan wajib mengumumkan hasil peleburan dalam 1 surat UU 40/2007 tt PT Pasal 133 ayat (1)
kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak tanggal berlakunya
peleburan
Pasal 28 dan Pasal 29 UU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat tidak bisa dilaksanakan karena belum adanya PP (Peraturan Pemerintah).
24
PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN BUMN
16 Perbankan : Untuk dapat memperoleh izin Merger atau Konsolidasi, wajib dipenuhi Pasal 8 (ayat 2) PP NO. 28 TAHUN
persyaratan sebagai berikut : 1999 Tentang Merger, Konsolidasi
Pada saat terjadinya Merger atau Konsolidasi, jumlah aktiva Bank hasil Merger atau dan Akuisisi Bank
Konsolidasi tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah aktiva seluruh
Bank di Indonesia;
17 Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik Atau Emiten. Peraturan Bapepam IX.G.1 &
• Merger/Konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan kepentingan Perseroan, No.IX.E.1 tentang Benturan
masyarakat dan persaingan sehat serta ada jaminan tetap terpenuhinya hak-hak Kepentingan.
pemegang saham publik dan karyawan.
• Quorum dan Voting dalam RUPS hanya memperhitungkan kehadiran/suara
Pemegang Saham Independen.
25
LAMPIRAN 6
PROGRAM KEMITRAAN
DAN BINA LINGKUNGAN
Program Pengembangan UMKM yang dilakukan oleh Kementerian BUMN
Perseroan yang
Program menjalankan kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Corporate Social usahanya di bidang (2 % dari net profit yang diperkirakan):
dan/atau berkaitan Komitmen Perseroan untuk berperan serta
Responsibility dengan sumber daya dalam pembangunan ekonomi
(CSR) alam wajib melaksanakan berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
Tanggung Jawab Sosial kehidupan dan lingkungan yang
Dasar Hukum : UU dan Lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
Nomor 40 tahun dianggarkan dan komunitas setempat, maupun masyarakat
2007 diperhitungkan sebagai pada umumnya
biaya Perseroan
Pelaksanaan Program PKBL dan CSR
Program Wirausaha Mandiri yang telah dilaksanakan oleh Bank Mandiri sejak tahun 2007 s.d sekarang, dengan tujuan untuk menumbuhkan
kewirausahaan di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
Gambaran Umum Penyaluran PKBL Secara Nasional
.. terdapat peningkatan realisasi penyaluran PKBL .. peningkatan tersebut tercermin pula pada jumlah mitra
BUMN sebesar 138, 86 % antara tahun 2007 s.d binaan PKBL BUMN yang mengalami peningkatan sebesar
2009.. 138, 86 %..
Rp juta Orang
Realisasi Penyaluran Program PKBL Jumlah Mitra Binaan
90,000
2,500,000
80,000 79,510
77,194
2,000,000 1,971,687 70,000
1,717,837 60,000
1,500,000 50,000
47,346
40,000 39,087
1,000,000 1,026,929
30,000
825,473
20,000
500,000
10,000
-
-
2006 2007 2008 2009
2006 2007 2008 2009
Jumlah Mitra Binaan
Realisasi Penyaluran Program PKBL
Catatan:
Data penyaluran PKBL untuk tahun 2009 masih berdasarkan pada hasil prognosa
Penyaluran Kredit UMKM oleb BUMN Sektor Perbankan
150,000
100,000
50,000
-
2007 2008 2009
KEY POINTS
• Belanja Pemerintah untuk infrastruktur pada tahun 2009 meningkat 3 kali
dibandingkan tahun 2005 dari Rp.20,9 Triliun menjadi Rp. 61,8 Triliun.
• Sebagai salah satu upaya untuk mendukung program pengembangan
Infrastruktur infrastruktur yang dicanangkan oleh Pemerintah, Kementerian BUMN telah
mendorong BUMN Konstruksi untuk berpartisipasi dalam pembangunan
infrastruktur, diantaranya melalui pembangunan ruas tol Trans Jawa sepanjang
1.000 km yang dilakukan oleh kontraktor BUMN dan operator jalan tol Jasa
Marga. Diharapkan dengan kegiatan tersebut BUMN Konstruksi dapat
membangun kerjasama dengan para pengusaha, khususnya yang bergerak di
bidang jasa konstruksi.
KEY POINTS
PLN
Untuk mendukung program ketahanan energi yang dicanangkan oleh
Pemerintah, Kementerian BUMN telah mendorong PLN melakukan upaya-upaya
sebagai berikut:
• Penuntasan proyek pembangkit listrik 10.000 MW Tahap I yang dilanjutkan
dengan pembangkit listrik 10.000 MW Tahap II dengan fokus pada
pengembangan energi terbarukan yaitu panas bumi dan tenaga air.
• Melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap industri listrik nasional baik dari
Energi sisi ketersediaan energi primer, penetapan Tarif Dasar Listrik, penyempurnaan
pelaksanaan independent power producer (IPP) dan kebijakan terkait dengan
subsidi.
Diharapkan melalui upaya-upaya tersebut PLN dapat membangun kerjasama
dengan para pengusaha yang memiliki keterkaitan dengan bidang energi.
Pertamina
Di sektor hulu, Pertamina dapat menjalin kerjasama dengan para pengusaha untuk
meningkatkan produksi minyak dan gas bumi dalam bentuk KSO (Kerjasama
Operasi). Sedangkan di sektor hilir, Pertamina dapat menjalin kerjasama dengan
para pengusaha antara lain dalam keperluan distribusi BBM dan LPG.
LAMPIRAN 7
No Sektor BUMN
PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN)
PT Kawasan Industri Medan (KIM)
5) Sektor Kawasan PT Kawasan Industri Makassar (KIMA)
PT Pengembangan Daerah Industri (PDI) Pulau Batam
PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW)
PT Angkasa Pura I (AP I)
6) Sektor Kebandarudaraan
PT Angkasa Pura II (AP II)
PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI)
PT Djakarta Lloyd
7) Sektor Pelayaran
PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP)
% Saham Rencana
No. BUMN Dasar Pertimbangan
Negara Metode
1 PT Jasa Marga 100 IPO Kompetitif
2 PT BNI 99,12 IPO/SPO Kompetitif
3 PT BTN 100 IPO Kompetitif
4 PT Wijaya Karya 100 IPO Kompetitif
5 PT Permodalan Nasional Madani 100 IPO Kompetitif
6 PT Garuda 100 IPO Kompetitif
7 PT Merpati 100 IPO Kompetitif
8 PT Krakatau Steel 100 IPO Kompetitif
9 PT Dirgantara 100 IPO Kompetitif
10 PT Industri Soda Indonesia 100 SS Kompetitif
11 PT IGLAS 100 SS Kompetitif
12 PT Cambrics Primissima 52,79 SS Kompetitif
13 PT Indah Karya 100 SS Kompetitif
14 PT Indra Karya 100 SS Kompetitif
15 PT Virama Karya 100 SS Kompetitif
16 PT Yodya Karya 100 SS Kompetitif
17 PT Bina Karya 100 SS Kompetitif
18 PT JIHD 1,33 SS Kepemilikan negara minoritas
19 PT Kertas Padalarang 40,76 SS Kepemilikan negara minoritas
20 PT Atmindo 36,56 SS Kepemilikan negara minoritas
21 PT Intirub 9,9 SS Kepemilikan negara minoritas
22 PT PPLI 5,00 SS Kepemilikan negara minoritas
23 PT Kertas Blabak 0,84 SS Kepemilikan negara minoritas
24 PT Kertas Basuki Rahmat 0,4 SS Kepemilikan negara minoritas
Rencana Privatisasi Tahun 2008
% Saham Rencana
No. BUMN Dasar Pertimbangan
Negara Metode
1 PT Asuransi Jasa Indonesia 100 IPO/Dilusi Kompetitif
2 PT Asuransi Jiwasraya 100 IPO/SO Kompetitif
3 PT Sarana Karya 100 IPO Pengembangan usaha
4 PT Rukindo 100 IPO Cut loss
Butuh dana Pengembangan teknologi
5 PT Semen Baturaja 100 IPO
dan pasar
6 PT Industri Sandang 100 IPO Pengembangan usaha
- Sektor terbuka dan kompetitif
7 PT Krakatau Steel 100 IPO - Untuk meningkatkan daya saing
perusahaan (competitiveness)
Sektor kompetitif, perlu permodalan tinggi
8 PT INTI 100 IPO untuk pengembangan (akan dikaji lebih
mendalam)
9 PT Koneba 100 IPO Kepemilikan Negara Minoritas
10 PT JIEP 50 SS/Divestasi Kompetitif
11 PT SIER 50 SS/Divestasi Kompetitif
12 PT Bank Bukopin 18 Placement Kepemilikan Negara Minoritas
- Perseroan membutuhkan tambahan
SS/Dilusi/ modal
13 PT Dirgantara 17
Divestasi
- Akses keteknologi dan pemasaran
EMBO/ Sektor kompetitif, kepemilikan negara
14 PT Rekayasa industri 4,97
Divestasi minoritas (akan ditinjau kembali)
SS/Divestasi
15 PT Surveyor 85,12 Pengembangan perusahaan
dan Dilusi
Rencana Privatisasi Tahun 2009-2011
% Saham Rencana
No. BUMN Dasar Pertimbangan
Negara Metode
1 PT Kliring Berjangka 100 SS/Dilusi Kebutuhan pengembangan dana
SS/
2 PT ASEI 100 Kompetitif
Divestasi
3 PT Reasuransi 100 IPO Pengembangan usaha
4 PT Danareksa 100 IPO Pengembangan usaha
Kompetitif/ Kebutuhan dana/
5 PT Sucofindo 95,00 SS
pengembangan usaha
6 PT Bank Mandiri Tbk 70 SO/Dilusi Butuh dana pengembangan bisnis
7 PT BRI Tbk 59,5 SO/Dilusi Kebutuhan pengembangan dana
8 PT Bank BTN 100 SO Kebutuhan pengembangan dana
9 PT Bahana PUI 17,78 SS/ Divestasi Kompetitif
10 PT Sucofindo 10 SS pengembangan usaha
11 BUMN Pupuk 100 IPO/SS pengembangan usaha
LAMPIRAN 8
2009
NO BUMN STATUS
PT Merpati Nusantara Airlines Menteri Keuangan telah menyetujui pemberian pinjaman untuk pembelian
1
(Persero) 15 unit pesawat MA 60 yang akan direalisasikan tahun 2010-2011
NO BUMN STATUS
- PPA telah memberikan dana talangan sebesar Rp 125,72 milyar untuk Rasionalisasi
karyawan
- Dilakukan Kajian menyeluruh atas opsi-opsi penyelesaian permasalahan KKA,
8 PT Kertas Kraft Aceh (Persero)
termasuk kajian pengoperasian kembali KKA.
- Laporan kajian awal upaya pengoperasian kembali PT KKA telah disampaikan kepada
Menteri Negara BUMN
Pengumpulan informasi dan identifikasi awal permasalahan. Sesuai informasi terakhir
Dirkeu, saat ini VTP sedang mempertimbangkan penyelesaian kewajiban kepada Bank
9 PT Varuna Tirta Prakasya (Persero)
Mandiri. PPA telah menawarkan untuk membantu melakukan pembahasan kemungkinan
penyelesaian kewajiban tsb.
10 PT Industri Kapal (Persero) Sedang dilakukan Financial Due Diligence (FDD) dan Legal Due Diligence (LDD).
11 PT Survai Udara Penas (Persero) Proses pengumpulan data dan penyusunan laporan kajian
LAMPIRAN 9
daerah tertentu
B. Bidang Energi
Penyediaan tenaga
6. PT PLN Menteri ESDM UU Nomor 30/2009 listrik 33,904.22 37,480.66 82,999.17 50,830.12
C. Bidang Pangan
Penyediaan dan
10. Perum Bulog Menko Kesra Surat/Keputusan (tahunan) penyaluran 5,318.89 6,269.12 11,289.95 12,448.78
Raskin dan CBP
Catatan: Data tahun 2005 tidak dapat disajikan karena datanya tersebar, dan Asdep Kewajiban Pelayanan Umum yang bertugas memonitor dan menginventarisir data PSO baru
dibentuk pada tahun 2006
47
LAMPIRAN 10
PROGRAM BERKESINAMBUNGAN
TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2006 - 2009
PROGRAM BERKESINAMBUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2006
No Program Keterangan
1 Menyusun Kebijakan Teknologi Informasi Menyusun Kebijakan Teknologi Informasi untuk diusulkan
Kementerian Negara BUMN dapat disahkan oleh Menteri dalam rangka
melaksanakan IT Governance
2 Pengembangan Infrastruktur Menambah jumlah server, PC/notebook, perangkat
jaringan, security, software, anti virus dan anti spyware
untuk mendukung aplikasi yang berjalan di atasnya
3 Pengembangan SDM Menambah jumlah SDM melalui outsorcing dan
meningkatkan kualitas SDM Teknologi informasi melalui
pendidikan, kursus dan sertifikasi
4 Pengembangan Aplikasi
a. Website Kementerian Negara BUMN dengan Website Kementerian Negara BUMN mulai diluncurkan
alamat www.bumn.go.id atau www.bumn-
pada tahun 2002. Agar website tersebut lebih dapat
ri.com
memenuhi kebutuhan Kementerian Negara BUMN dalam
mendukung transparansi dan tanggung jawab
Kementerian Negara BUMN kepada publik, maka
dilakukan perubahan rancangan dan konten informasi
website.
a. Pembangunan Aplikasi Privatisasi BUMN Membangun aplikasi yang digunakan untuk membantu
menangani proses privatisasi BUMN dan membangun
sub portal yang menyajikan informasi ahsil privatisasi
kepada publik melalui www.bumn.go.id.
PROGRAM BERKESINAMBUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2007
No Program Keterangan
1 Pengembangan Aplikasi
a. Pembangunan Sistem Informasi BUMN Melakukan pembangunan aplikasi yang ditujukan untuk menyediakan informasi
(Executive Information System)
terkait BUMN bagi pimpinan di lingkungan Kementerian Negara BUMN dan
membantu pimpinan dalam mengambil kebijakan dan keputusan terhadap
pengelolaan BUMN.
b. Pembangunan Office Automation dan Melakukan pembangunan aplikasi yang ditujukan untuk menyediakan otomasi alur
pembuatan dokumen elektronik kerja yang melibatkan seluruh unit di Kementerian Negara BUMN seperti
perencanaan, keuangan, SDM, perlengkapan, arsip dan dokumentasi, dan unit tata
usaha. Implementasi Office Automation tersebut dimulai dengan pembuatan
dokumen elektronik yang akan disimpan dalam sistem.
c. Pembangunan Sistem Informasi Fit and Melakukan pembangunan aplikasi yang dapat menyajikan informasi SDM
Proper Direksi BUMN BUMN dan membantu proses Fit and Proper Test calon Direksi BUMN
UJI KEPATUTAN DAN KELAYAKAN Direksi dan Komisaris BUMN (CV
Direksi, Komisaris dan 1 tingkat di bawah Direksi, mekanisme UJI
KEPATUTAN DAN KELAYAKAN)
d. Pembangunan Sistem Informasi Fit and Melakukan pembangunan aplikasi yang dapat menyajikan informasi SDM
Proper Direksi Anak Perusahaan BUMN BUMN dan membantu proses Fit and Proper Test calon Direksi Anak
Perusahaan BUMN.
Uji Kepatutan dan Kelayakan Direksi dan Komisaris Anak Perusahaan BUMN
e. Pembangunan PKBL Online -
f. Knowledge Management Melakukan pembangunan aplikasi untuk menyimpan dan menyajikan informasi
Anggaran Dasar BUMN
2 Mobile access Portal publik dan eksekutif dapat diakses melalui HP, PDA
3 Operasional dan pemeliharaan
4 Sosialisasi Open source Sosialisasi pemakaian open sourse (Linux, Open Office di KNBUMN)
6 Reliabilitas email
PROGRAM BERKESINAMBUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2008 & 2009
No Program Keterangan
2008
2009
1 Upgrade Server Menyediakan perangkat yang memadai untuk
menjalankan aplikasi
2 Upgrade Storage Menyediakan perangkat yang memadai untuk
menjalankan aplikasi
3 Unified Communication (Integrasi voice, data, Menyediakan perangkat yang memadai untuk
video, email ke dalam perangkat komunikasi) menjalankan aplikasi
2 Pengembangan Aplikasi Pembangunan dan launching SMS Center 2866 untuk keluhan
dan pengaduan melalui SMS
Redesain Portal Publik dan Pembangunan Sub Portal Privatisasi
www.bumn.go.id dan http://priv.bumn.go.id
3 Pengembangan Infrastruktur Pengadaan Server (18 unit), storage, dan perangkat jaringan
(hardware/software) Pengadaan PC/notebook/printer/scanner
Pengadaan anti virus (200 lisensi)
Langganan layanan dedicated internet (1.024 Kbps)
Langganan domain bumn.go.id dan bumn-ri.com
Langganan layanan informasi saham real time (4 client)
1 Pengembangan Aplikasi
a. Pembangunan Sistem Informasi BUMN (Executive Pembangunan Executive Information System http://eis.bumn.go.id
Information System)
a. Pembangunan Office Automation dan pembuatan Pembangunan Office Automation http://oa.bumn.go.id dengan modul-modul perencanaan,
dokumen elektronik pengelolaan keuangan, pengelolaan SDM, pengadaan, pengelolaan aset, penyediaan ATK,
persuratan, perpustakaan, dokumentasi dan arsip, produk dan bantuan hukum, pengelolaan
aset TI, kehumasan, pengelolaan agenda/ jadwal, dan pengumuman
a. Pembangunan Sistem Informasi Fit and Proper Pembangunan Portal SDM http://sdm.bumn.go.id/internal dan http://sdm.bumn.go.id
Direksi BUMN
a. Pembangunan PKBL Online Pembangunan portal PKBL http://pkbl.bumn.go.id/internal dan http://pkbl.bumn.go.id
2 Operasional dan pemeliharaan Migrasi colocation dari Telkom Slipi ke Telkom Karet untuk penambahan kapasitas server
karena kebutuhan aplikasi.
3 Pengembangan Infrastruktur (hardware/software) Pengadaan PC/notebook/printer/scanner
Langganan layanan dedicated internet (2.048 Kbps)
Langganan layanan informasi saham real time (6 client)
Penyediaan layanan internet menggunakan Jaringan lokal yang menghubungkan Lapangan
Banteng-Merdeka Selatan melalui DINAccess
Penyediaan jaringan di Gedung Kementerian Negara BUMN Jalan Merdeka Selatan 13,
Jakarta Pusat berjumlah 500 titik untuk 14 lantai (Pindah Kantor dari Gedung 16 Lantai
Jalan Dr Wahidin Raya 1 Jakarta)
4 Sosialisasi dan pelatihan pemanfaatan sistem a. Pelatihan portal publik kepada admin BUMN yang dilaksanakan pada 6–21 Agustus
informasi/teknologi informasi 2007 diikuti oleh 337 peserta dari 134 BUMN.
b. Pelatihan Office Automation pada bulan Desember 2007 diikuti oleh pegawai
Kementerian Negara BUMN.
Penambahan dan Upgrade Perangkat Menyediakan perangkat jaringan yang memadai untuk
2
Jaringan menjalankan aplikasi
Pengadaan Infrastruktur untuk Menyediakan prototype komunikasi voice dan video yang
3
menyiapkan IP Phone tersedia untuk komunikasi di Kementerian BUMN
1) Pengadaan PC/notebook/printer/scanner
Pengembangan Infrastruktur 2) Penggantian dan Penambahan PC untuk mendukung
5
(hardware/software) operasional Kementerian Negara BUMN dari 204 unit pada
tahun 2004 menjadi 456 unit pada tahun 2009.
2010
Persiapan Fondasi Implementasi Sistem Terintegrasi
57
ROADMAP 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
1. Revitalisasi 1. Pemeliharaan dan 1. Pemeliharaan portal 1. Pemeliharaan portal 1. Redesain database dan
Infrastruktur Penambahan Fitur internal dan eksternal, internal dan eksternal, aplikasi
Datacenter Porta penyempurnaan fitur penyempurnaan fitur 2. Pembangunan
2. Pemeliharaan Portal Pemeliharaan dan dan optimalisasi dan optimalisasi dashboard dengan
Publik Penambahan Fitur pemanfaatan portal pemanfaatan portal Query Dinamik
3. Pemeliharaan Portal Portal 2. Pelatihan/kursus 2. Pelatihan/kursus 3. Optimalisasi
Internal 2. Mailing Room kompetensi TI kompetensi TI pemanfaatan portal
4. Sistem Keamanan 3. Control Room 3. Optimalisasi 3. Optimalisasi sebagai Knowledge
Terintegrasi 4. Server dan Storage pemanfaatan portal pemanfaatan portal Management
5. Unified Wireless LAN 5. ETL otomatis dari sebagai Knowledge sebagai Knowledge 4. Pelatihan/kursus
6. Pelatihan Pegawai system BUMN Management dan DSS Management dan DSS kompetensi TI
Sistem Informasi 6. Pelatihan 4. Pemeliharaan 4. Pembentukan Tim 5. Pemanfaatan Mailing
7. IT Steering Commitee hardware dan software Steering Committee Room
8. Rakor TI 5. Implementasi Mailing untuk proyek TI 6. Audit Tata Kelola TI
9. Tim Implementasi Room (Tahap I) 5. Pembangunan 7. Rakor TI
BUMN 6. Implementasi Control Business Intelligence
10. Tim Implementasi Room (Tahap I) 6. Rakor TI
Kementerian BUMN 7. Rakor TI