You are on page 1of 10

Makalah — Pedosfer 1

PEDOSFER

A. Ciri dan Proses Pembentukan Tanah di Indonesia


Pada dasarnya, tanah berasal dari batuan atau zat organik lainnya yang
mengalami pelapukan. Berubahnya batuan atau zat organik menjadi butir-butir
tanah dikarenakan oleh beberapa faktor :
1. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari.
2. Batuan yang sudah retak, pelapukan dipercepat oleh air.
3. Akar tumbuh-tumbuhan dapat menerobos dan memecah batu-batuan
sehingga hancur.
4. Binatang-binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang
membuat lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan
batuan.
5. Pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat
terbentuknya tanah.

Berdasarkan bahan induk dan proses perubahan yang disebabkan oleh


tenaga oksigen, tanah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa jenis seperti
berikut :
1. Tanah podzolik merah kuning, adalah tanah yang terjadi dari pelapukan
batuan yang mengandung kwarsa pada iklim basah dengan curah hujan
2.500 – 3.500 mm/tahun. Jika terkena air mudah basah, tanah ini banyak
terdapat di pegunungan. Pembentukkannya dipengaruhi oleh curah hujan
yang tinggi, suhu yang rendah, banyaknya tumbuhan, dan kandungan
humus yang cukup tinggi. Memiliki ketebalan solum 90-180 cm dengan
tekstur lempeng berpasir hingga liat, pH 4-5,5.
2. Tanah organosol adalah tanah y terjadi dari bahan induk organik seperti
gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari
2.500 mm/tahun. Tanah jenis ini berwarna hitam hingga cokelat dan
Makalah — Pedosfer 2

tersebar di Kalimantan, Papua dan Sumatera. Ketebalan (solum) tanah 15-


50 cm.
3. Tanah alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang
dibawa melalui sungai-sungai. Pengendapan tersebut berasal dari batuan
beku yang terlaterisasi dalam bentuk tanah laterit dan pasir. Tanah ini
bersifat subur sehingga baik untuk pertanian dan bahan-bahan makanan.
Berwarna keabuan hingga cokelat dengan tekstur berpasir, unsure hara
yang tinggi dan pH asam netral hingga basa. Penyebarannya terlihat di
pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang S. Barito, S.
Maahakam, S. Musi dan S. Bengawan Solo.
4. Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang umumnya
terdapat di daerah pegunungan kapur berumur tua. Endapan kapur yang
ada merupakan hasil dari proses laterisasi yang lemah dengan kandungan
organic yang rendah. Tanah ini tidak subur, tetapi masih dapat ditanami
pohon jati. Penyebarannya di selatan Jawa tengah, Jawa timur, Aceh,
Sulawesi selatan, Nusa tenggara dan Maluku.
5. Tanah vulkanis (andosol) adalah yang berasal dari pelapukan batuan-
batuan vulkanis baik dari lava atau batuan yang telah membeku (effusif)
maupun dari abu vulkanis yang telah membeku (efflata) yang telah
mengalami proses pelapukan (berstruktur halus seperti abu dengan tingkat
kesuburan yang tinggi). Berwarna kelabu hingga hitam dengan tekstur
tanah lempung berdebu hingga lempung, ketebalan solum 100-225 cm dan
pH 7. Tersebar merata di wilayah Indonesia, khususnya di dataran rendah
(hasil kikisan dari gunung), di Sumatera dan Jawa. Cocok untuk tanaman
padi, jagung, tanaman palawija, sayur dan perkebunan teh.
6. Tanah pasir adalah tanah yang berasal dari batuan pasir yang telah
melapuk. Tanah ini sangat miskin dan kadar air di dalamnya sangat
sedikit. Berasal dari batuan sedimen dan endapan yang telah mengalami
pelapukan, tapi tidak memiliki struktur (bentuk pasir dan kerikil) dan
sedikit mengandung bahan organic. Umumnya tersebar di barat Sumatera
dan utara Sulawesi.
Makalah — Pedosfer 3

7. Tanah humus (bunga tanah) adalah tanah yang terjadi dari tumbuh-
tumbuhan yang telah membusuk. Tanah ini mengandung humus bersifat
sangat subur dan umumnya berwarna hitam. Terdapat di seluruh kawasan
hutan di Indonesia.
8. Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan
aluminium, karena tua sekali, maka tanah ini sudah tidak subur lagi. Agak
tandus, sehingga berwarna kekuningan hingga merah, olehkarenanya
disebut tanah merah. Tanah ini terbentuk akibar dari factor alam, terik
matahari, pengaruh air dan pengaturan tanaman yang kurang tepat.
Tersebar diantaranya di Jakarta, Banten, Pacitan dan Kal-bar.

Beberapa jenis tanah lainnya yang tersebar di permukaan Bumi, diantaranya


adalah ;
1. Tanah padas adalah tanah yang terbentuk dari batuan induk, pejal dan
beku akibat erosi tingkat lanjut, pembentukan tanah dan kandungan bahan
organik hampir tidak ada dengan sifatnya yang sangat peka terhadap erosi.
2. Tanah margel adalah tanah yang berasal dari penghancuran batu kapur,
pasir dan tanah liat (akibat hujan yang tidak merata). Cukup subur, berada
di lereng gunung hingga dataran rendah, diantaranya adalah daerah
Madiun, Kediri dan Nusa tenggara.
3. Tanah alfisol (mediteran) adalah batuan beku berkapur yang bersifat basa.
Adapun tanah mediteran merah kuning, memiliki ketebalan solum 90-200
cm dengan batas antar horizon tidak begitu jelas, berwarna cokelat hingga
merah, teksturnya adalah lempung hingga liat, kandungan organiknya
rendah sampai sangat rendah dan Ph 6,0-7,5. Tersebar di Sulawesi
tenggara dan selatan, Maluku, Jawa dan Nusa tenggara.
4. Tanah inceptisol (tanah muda) adalah tanah yang berasal dari batuan beku,
sedimen dan metamorf masam/basa. Tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
5. Tanah regosol adalah tanah berbutir kasar yang berasal dari material
gunung berapi. Memiliki ketebalan solum lebih dari 25 cm, berwarna
Makalah — Pedosfer 4

kelabu, cokelat hingga cokelat kekuningan. Vegetasi umumnya adalah


hutan tropis, belukar dan savanna. Tersebar di Bengkulu, pantai barat
Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa tenggara barat.
6. Tanah litosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan keras yang
pelapukannya belum sempurna. Ketebalan solum kurang dari 50 cm,
kandungan organiknya sangat rendah, bertekstur kasar dan peka erosi.
7. Latosol adalah tanah yang memiliki tekstur tanah liat dengan kandungan
unsure hara rendah hingga sedang, berwarna merah, cokelat hingga
kekuning-kuningan dan ketebalan solum tanah 130 cm-5 m. Vegetasi
umum adalah padi, buah-buahan, sayur-sayuran, palawija, karet, kelapa
sawit, kopi dan lada.
8. Tanah grumosol adalah tanah yang berasal dari material halus berlempung.
Terdapat di Jawa tengah, Jawa timur, Madura, Sulawesi selatan dan Nusa
tenggara.
9. Tanah planosol adalah tanah yang bertekstur liat dengan ketebalan solum
tanah kurang dari 100 cm, berwarna kelabu, memiliki unsure hara yang
rendah dan pH 5,5-7,6.
10. Tanah glumosol adalah tanah betekstur lempung berliat hingga liat,
ketebalan solum 100-200 cm, berwarna kelabu hingga hitam, memiliki
kadar organic yang rendah dan pH 6,0-8,0.

B. Erosi Tanah dan Dampaknya Terhadap Kehidupan


Tanah adalah akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas dan menduduki
sebagian besar lapisan atas permukaan bumi.
1. Peranan tanah bagi kehidupan manusia
Tanah berperan penting bagi kehidupan manusia disebabkan karena :
a. Digunakan untuk bertempat tinggal dan melakukan kegiatan
b. Tempat tumbuhnya vegetasi yang sangat berguna bagi kepentingan
hidup manusia
c. Mengandung barang tambang atau bahan galian yang berguna bagi
manusia
Makalah — Pedosfer 5

2. Erosi merusak kesuburan tanah


Adapun sebab-sebab erosi tanah karena beberapa hal berikut :
a. Tanah gundul atau tidak ada tanamannya
b. Tanah miring tidak dibuat teras-teras dan guludan sebagai penyangga
air dan tanah yang larut
c. Tanah yang tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan erosi
d. Tanah di kawasan hutan rusak karena pohon-pohon ditebang secara
liar
e. Permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk pengembangan liar
sehingga tanah atas semakin rusak

Keadaan tanah yang serasi bisa menjadi habitat tumbuh-tumbuhan,


kalau perbandingan komponen-komponennya sebagai berikut : : mineral 45%,
bahan organik 5%, air antara 20 – 30% dan udara tanah antara 20 – 30%.
Ikatan senyawa organik yang terdapat dalam tanah cukup banyak
macamnya namun sedikit yang dapat menyebabkan terjadinya kombinasi-
kombinasi warna tanah, antara lain oksida besi dan bahan organis. Adapun
asal dari warna-warna itu adalah :
1. Kuning, berasal dari mineral limonit (2Fe2O33H3O)
2. Cokelat, berasal dari bahan-bahan organis asam yang lapuk sebagian
3. Putih, berasal dari mineral silika kuarsa (SiO 2), kapur (CaCO3), kaolin,
bauksit aluminium dan silikat, gypsum (CaCO42H2O)
4. Hitam, berasal dari bahan-bahan organis yang telah terurai dengan hebat
dan biasanya ada hubungannya dengan unsur-unsur karbon (C),
magnesium (Mg) serta belerang (S)
5. Merah, berasal dari mineral hematit (Fe2O3) atau turgit (2Fe2O3H2O)
6. Hijau, berasal dari oksida ferrous
7. Biru, berasal dari mineral lilianit

Dilihat dari segi kesuburannya, tanah dibedakan menjadi 4 yaitu :


Makalah — Pedosfer 6

1. Tanah muda, berciri unsur hara yang terkandung di dalamnya belum


banyak sehingga belum subur.
2. Tanah dewasa, berciri unsur hara yang terkandung di dalamnya sangat
banyak sehingga tanah ini sangat subur.
3. Tanah tua, berciri unsur hara yang terkandung di dalamnya sudah
berkurang.
4. Tanah mati, berciri unsur hara yang terkandung di dalamnya sudah sangat
sedikit bahkan hampir habis. Tanah ini sangat tidak subur.

Tanah memerlukan unsur-unsur untuk berubah dan berkembang. Unsur


yang diperlukan tanah adalah : K, P, N, C, H, O, Na, Ca, S, Mg, Fe, Zn, B, Cu,
dan Mn. Apabila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka tanaman yang ada
tidak sempurna atau tidak dapat tumbuh. Maka untuk melengkapi kekurangan
bahan makanan dapat mempergunakan pupuk.
Berdasarkan asal senyawanya ada 2 macam pupuk :
1. Pupuk alam (organik), yaitu pupuk yang dihasilkan dari sisa-sisa tanaman,
hewan dan manusia seperti pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk
kompos. Pupuk ini dapat menyerap air hujan, memperbaiki daya pengikat
air, mengurangi erosi dan untuk perkembangan akar atau biji.
2. Pupuk buatan (anorganik), yaitu pupuk yang dibuat oleh pabrik, yang
terbagi 2 jenis, pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Keuntungan pupuk
pabrik adalah praktis, ringan, mudah larut dan cepat bereaksi.

C. Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah


Kesuburan tanah dapat dijaga dengan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Pemupukan
2. Sistem irigasi yang baik
3. Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan
4. Menanami lereng-lereng yang telah gundul
5. Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar
Makalah — Pedosfer 7

Untuk mengurangi erosi tanah, maka diperlukan beberapa langkah


berikut :
1. Terrasering
2. Contour farming
3. Pembuatan tanggul pasangan
4. Contour plowing
5. Contour strip cropping
6. Crop rotation
7. Reboisasi

Lahan atau tanah mempunyai kemampuan yang berbeda-beda,


perbedaan tersebut disebabkan oleh :
1. Tekstur tanah
2. Permeabilitas tanah
3. Solum tanah atau ketebalan
4. Kemiringan lereng
5. Tingkat erosi
6. Penyaluran air

D. Kelas Kemampuan Lahan


Berdasarkan kelas kemampuannya, lahan dikelompokkan dalam 8
kelas. Lahan I sampai IV merupakan lahan yang sesuai bagi usaha pertanian,
sedangkan lahan kelas V sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai
untuk usaha pertanian.
Secara lebih rinci, kelas-kelas kemampuan lahan dapat dideskripsikan
yaitu :
Kelas I : Dengan ciri tanah datar, butiran tanah agak halus, mudah diolah,
sangat responsif terhadap pemupukan atau memiliki sistem
pengaliran air yang baik.
Makalah — Pedosfer 8

Kelas II : Dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak
kasar, agak peka terhadap erosi dan sesuai untuk usaha
pertanian.
Kelas III : Dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang agak miring
dengan sistem pengairan yang kurang baik dan sesuai untuk
usaha pertanian.
Kelas IV : Dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring sekitar 15 –
30% dengan sistem pengairan yang buruk tapi masih dapat
dijadikan lahan pertanian.
Kelas V : Dengan ciri tanah terletak di wilayah yang datar atau agak
cekung, seringkali tergenang air sehingga tingkat keasaman
tanahnya tinggi, tidak cocok untuk lahan pertanian, tapi sesuai
ditanami rumput.
Kelas VI : Dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di daerah yang
agak curam dengan kemiringan sekitar 30% - 45%, mudah
tererosi, sesuai untuk padang rumput.
Kelas VII : Dengan ciri terletak di wilayah yang sangat curam dengan
kemiringan antara 45% - 65%, tanahnya sudah mengalami erosi
berat, dan lebih sesuai ditanami tanaman keras/tahunan.
Kelas VIII : Dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan diatas 65%,
butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya, sangat
rawan terhadap kerusakan.

E. Lahan Kritis dan Lahan Potensial


1. Lahan Kritis
Adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola,
produktivitasnya sangat rendah. Bahkan dapat terjadi jumlah produksi
yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaannya. Lahan ini
bersifat tandus, gundul dan tidak dapat digunakan untuk pertanian.
Sebab-sebab dari lahan kritis antara lain :
a. Kekeringan
Makalah — Pedosfer 9

b. Genangan air yang terus menerus


c. Erosi tanah atau mass wasting
d. Pembekuan air
e. Pencemaran tanah
f. Masuknya material yang bertahan lama di tanah
g. Pengelolaan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek
kelestarian lingkungan

2. Lahan Potensial
Adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika
diolah akan mempunyai nilai ekonomi yang besar karena tingkat
kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan
manusia. Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di daerah di luar Jawa banyak
memiliki daerah produktif yang sangat potensial tetapi belum atau tidak
dimanfaatkan sehingga daerah ini dikenal dengan daerah yang sedang
tidur.
Makalah — Pedosfer 10

DAFTAR PUSTAKA

Wardiyatmoko, K. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Erlangga.

Dra. Puji Wijayanti dan Agung Wijayanto. 2003. Belajar Efektif Geografi.
Surakarta : Media Karya Putra.

Sutrijat, Sumadi. 1999. Geografi 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

You might also like