You are on page 1of 2

c 

„  
 


6   
     
 

Sebagaimana ´anggotaµ TORCH lainnya (TORCH : Toksoplasma, Rubella, Cytomegalo virus, Herpes), infeksi
Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati dan kelainan kongenital atau kelainan
bawaan yang dalam istilah medisnya disebut Sindrom Rubella Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome
disingkat CRS. Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus CRS terjadi setiap tahun di negara-
negara berkembang dan meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi epidemi.

CRS merupakan gabungan dari beberapa abnormalitas fisik yang berkembang pada bayi sebagai akibat dari
infeksi Rubella pada ibu hamil yang ditularkan pada janin melalui plasenta. CRS pertama kali dilaporkan
tahun 1941 oleh Norman Greg, seorang dokter ahli mata dari Australia. Norman menemukan katarak bawaan
pada bayi yang ibunya mengalami infeksi Rubella di awal kehamilannya. Selain katarak, gejala CRS dapat
berupa gangguan pendengaran atau tuli, gangguan jantung & pembuluh darah, kerusakan otak, dan lain-lain.
Disamping itu, bayi dengan CRS berisiko lebih besar untuk terkena Diabetes Melitus, gangguan tiroid,
gangguan pencernaan dan gangguan syaraf (pan-encephalitis). Kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus yang
menetap atau karena respon autoimun.

r

      
 
 

 ebih dari 50% kasus infeksi Rubella pada Ibu hamil bersifat subklinis atau tanpa gejala sehingga sering tidak
disadari. Karena dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya maka deteksi infeksi Rubella pada
ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi Rubella sangat penting. 

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi Rubella, yang lazim dilakukan adalah
pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti Rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil.

Risiko tertularnya janin yang dikandung oleh ibu terinfeksi Rubella bervariasi, tergantung kapan ibu
terinfeksi. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90%.
Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20%.
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100% jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Janin
yang tertular berisiko mengalami Sindrom Rubella Kongenital, terutama bila infeksi terjadi pada usia janin <
4 bulan. Meskipun infeksi dapat terjadi sepanjang kehamilan, namun jarang terjadi kelainan bila infeksi
terjadi setelah usia kehamilan > 20 minggu.

Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan
teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion) atau
darah janin. Pengambilan sampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli
kandungan & kebidanan, dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan di atas 22 minggu.

r 
   
 

Untuk perlindungan terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi
yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR
(Mumps, Measles, Rubella). Vaksin Rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya
sudah berkembang yaitu pada usia 12-18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat
dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan dianjurkan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun
(sebelum pubertas).

Infeksi Rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan. Gejala klinis yang mencolok adalah timbulnya
ruam kemerahan yang bersifat sementara. Namun bila menjangkiti ibu hamil, terutama pada awal kehamilan,
dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi
meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubella Kongenital. Oleh karena itu, sebelum hamil
pastikan bahwa Anda telah memiliki kekebalan terhadap virus Rubella dengan melakukan pemeriksaan anti-
Rubella IgG dan anti-Rubella IgM. 

2| Jika hasil keduanya negatif, sebaiknya Anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun Anda baru
diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi
2| Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, dokter akan
menyarankan Anda untuk menunda kehamilan
2| Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi dan antibodi yang terdapat
dalam tubuh Anda dapat melindungi dari serangan virus Rubella. Bila Anda hamil, bayi Anda pun akan
terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. 
Bila Anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh Anda telah terlindungi dari infeksi Rubella maka
Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM : 

2| Jika Anda telah memiliki kekebalan (anti-Rubella IgG positif), berarti janin Anda pun terlindungi dari
ancaman virus Rubella
2| Jika belum memiliki kekebalan (anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif)
maka : 

2| Sebaiknya Anda rutin kontrol ke dokter, 


2| Tetap menjaga kesehatan dan tingkatkan daya tubuh, 
2| menghindari orang yang dicurigai terinfeksi Rubella, 
2| segera memeriksakan diri bila diduga terinfeksi 

2| Jika Anda diduga terinfeksi Rubella (anti-Rubella igM positif atau keduanya positif), sebaiknya Anda
segera konsultasi dengan dokter kandungan Anda. Dokter akan memberikan anjuran dan memantau
kesehatan janin Anda. 

You might also like