You are on page 1of 12

Sejarah Nabi Muhammad

SAW
MUHAMMAD SAW bin ‘Abdullāh adalah pembawa ajaran Islam dan diyakini oleh umat Muslim
sebagai nabi Allah (rasul) yang terakhir. Menurut biografi tradisional Muslim (dalam bahasa Arab
disebut sirah). Nabi Muhammad lahir diperkirakan sekitar 20 April 570/ 571, di Mekkah (“Makkah”)
dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat
ini).
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling
berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang
yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia
memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan
sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.

ARTI NAMANYA
“Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”. Muslim mempercayai bahwa ajaran
Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh
nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh ( ‫)رس ول هللا‬, dan
menambahkan kalimat Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam ( ‫صلى هللا عليه و سلم‬, yang berarti “semoga Allah
memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya”; sering disingkat “S.A.W” atau “SAW”) setelah
namanya. Selain itu Al-Qur’an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama
“Ahmad” (‫)أحمد‬, yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji”.

KETURUNAN
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin
Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah
(Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan laki-
laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12
Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).

KELAHIRAN
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah,
yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat
yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni,
maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib,
ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-
biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib
(Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam
perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang
terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad
dijaga oleh kakeknya, ‘Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu
Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap
menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal,
kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi’ah, sesuai dengan arahan

2|Page
para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari
Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12
Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).
BERKENALAN DENGAN KHADIJAH
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai
mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah
keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap
sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah
Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa
bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang
dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang
janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab dan
Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi
Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa
serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar
dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan
yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu
Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih
memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang
dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy
memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda.
Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang
memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-
hal yang lebih penting.

MEMPEROLEH GELAR
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan
Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di
tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji.
Kaumnya sangat mencintai beliau, hingga akhirnya beliau memperoleh gelar Al-Amin yang artinya
Orang yang dapat Dipercaya.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan
cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang
miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong
mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu
seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal
sebagai As-Saadiq yang memiliki arti Yang Benar.

KERASULAN
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan
dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua
bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa
berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan
dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam,
memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Muhammad sedang
bertafakur di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan
wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Jibril
mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya,

3|Page
Jibril berkata:“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan
perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-
Alaq 96: 1-5)     ”
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun 6
bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun
3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah
pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang
ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya
panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada
sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara
sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari
kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun
berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan
bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan
bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut
telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab
bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai
arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain.
Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan,
tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah
digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri
kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.

MENDAPATKAN PENGIKUT
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman
dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad
adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid
bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka
agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al
Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung
membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya,
disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya
ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam
berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad
sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah
Utara Mekkah.

HIJRAH KE MADINAH
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari
berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai
tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk
menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari
Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan
beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi.
Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad)
dan orang-orang Islam Mekkah.

4|Page
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka
menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu
pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka
mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya setuju
untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat  jahiliyah 
Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke
Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke
daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari
Mekkah pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai
Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam
bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini
kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh
umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian,
perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.

PENAKLUKAN MEKKAH
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan
pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk
menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun
berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia
menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji,
memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti
umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.

AKHLAK RASULULLAH
Dikemukakannya beberapa contoh Akhlaq yang mulia Sayyidina AL-MUSHTHOFA, Muhammad saw
adalah agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari.
Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad
saw “Al-Amin”, artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai
Nabi. Peristiwa ini, belum pernah terjadi dalam sejarah Mekkah dan Arabia. Hal itu menjadi bukti
bahwa Rasulullah saw memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan
ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab
terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah
sungguh-sungguh langka lagi istimewa.
Diriwayatkan tentang Rasulullah SAW bahwa segala tutur kata beliau senantiasa mencerminkan
kesucian dan bahwa beliau (tidak seperti orang-orang kebanyakan di zaman beliau) tidak biasa
bersumpah (Turmudzi). Hal itu merupakan suatu kekecualian bagi bangsa Arab. Kami tidak
mengatakan bahwa orang-orang Arab di zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa kotor,
tetapi tidak pelak lagi bahwa mereka biasa memberikan warna tegas di atas tuturan mereka dengan
melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu kebiasaan yang masih tetap
berlangsung sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah saw menjunjung tinggi nama Tuhan sehingga
beliau tidak pernah mengucapkan tanpa alasan yang sepenuhnya dapat diterima.
Beliau sangat memberikan perhatian, bahkan cermat sekali dalam soal kebersihan badan. Beliau
senantiasa menggosok gigi beberapa kali sehari dan begitu telaten melakukannya sehingga beliau
biasa mengatakan bahwa andaikata beliau tidak khawatir kalau mewajibkannya akan memberatkan,
beliau akan menetapkan menjadi kewajiban untuk tiap-tiap orang muslim menggosok gigi sebelum
mengerjakan kelima waktu sholat. Beliau senantiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah tiap kali
makan, dan desudah makan beliau senantiasa berkumur dan memandang sangat baik tiap-tiap

5|Page
orang yang telah memakan masakan berkumur lebih dahulu sebelum ikut bersembahyang
berjamaah (Al-Bukhori)
Dalam peraturan Islam, masjid itu satu-satunya tempat berkumpul yang ditetapkan untuk orang-
orang Islam. Oleh karena Rasulullah saw sangat istimewa menekankan kebersihannya, terutama
pada saat orang-orang diharapkan akan berkumpul di dalamnya. Beliau memerintahkan supaya pada
kesempatan-kesempatan itu sebaiknya setanggi dsb dibakar untuk membersihkan udara (Abu Daud).
Beliau juga memberi petunjuk jangan ada orang pergi ke masjid saat diadakan pertemuan-
pertemuan sehabis makan sesuatu yang menyebarkan bau yang menusuk hidung (Al-Bukhori).
Beliau menuntut agar jalan-jalan dijaga kebersihannya dan tidak ada dahan ranting, batu dan semua
benda atau sesuatu yang akan mengganggu atau bahkan membahayakan. Jika beliau sendiri
menemukan hal atau benda demikian di jalan, beliau niscaya menyingkirkannya dan beliau sering
bersabda bahwa orang yang membantu menjaga kebersihan jalan-jalan, ia telah berbuat amal sholih
dalam pandangan Ilahi.
Diriwayatkan pula bahwa beliau memerintahkan supaya lalu-lintas umum tidak boleh dipergunakan
sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau melemparkan benda-benda yang najis,
atau tidak sedap dipandang ke jalan umum atau mengotori jalan dengan cara apapun, karena semua
itu perbuatan yang tidak diridhoi Tuhan. Beliau sangat memandang penting upaya agar persediaan
air untuk keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya. Umumnya, beliau melarang
sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin akan mencemarinya, dan
memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya kotor (Al-Bukhori dan Muslim,
Kitabal-Barr wal-Sila)
Rasulullah saw sangat sederhana dalam hal makan dan minum. Beliau tidak pernah memperlihatkan
rasa kurang senang terhadap makanan yang tidak baik masakannya dan tidak sedap rasanya. Jika
didapatkannya makanan sajian serupa itu, beliau akan menyantapnya untuk menjaga supaya
pemasaknya tidak merasa kecewa. Tetapi, jika hidangan tidak dapat dimakan, beliau hanya tidak
menyantapnya dan tidak pernah memperlihatkan kekesalannya. Jika beliau telah duduk menghadapi
hidangan, beliau menunjukkan minat kepada makanan itu dan biasa mengatakan bahwa beliau tidak
suka kepada sikap acuh-tak-acuh terhadap makanan, seolah-olah orang yang makan itu terlalu
agung untuk memperhatikan hanya soal makanan dan minuman belaka.
Jika suatu makanan dihidangkan kepada beliau, senantiasa beliau menyantapnya bersama-sama
semua yang hadir. Sekali peristiwa seseorang mempersembahkan kurma kepada beliau. Beliau
melihat ke sekitar dan setelah beliau menghitung jumlah orang yang hadir, beliau membagi rata
bilangan kurma itu sehingga tiap-tiap orang menerima tujuh buah. Abu Huroiroh ra meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw tidak pernah makan sekenyang-kenyangnya, walaupun sekedar roti jawawut
(Al-Bukhori).
Sekali peristiwa, ketika beliau melalui jalan tampak kepada beliau beberapa orang berkumpul
mengelilingi panggang anak kambing dan siap untuk menikmati jamuan. Ketika mereka melihat
Rasulullah saw mereka mengundang beliau ikut serta, tetapi beliau menolak. Alasannya bukan
karena beliau tidak suka daging panggang, tetapi disebabkan oleh kenyataan bahwa beliau tidak
menyetujui orang mengadakan perjamuan di tempat terbuka dan terlihat oleh orang miskin yang tak
cukup mempunyai makanan.
Tiap-tiap segi kehidupan Rasulullah saw nampak jelas diliputi dan diwarnai oleh cinta dan bakti
kepada Tuhan. Walaupun pertanggung-jawaban yang sangat berat terletak di atas bahu beliau,
bagian terbesar dari waktu, siang dan malam dipergunakan untuk beribadah dan berdzikir kepada
Tuhan. Beliau biasa bangkit meninggalkan tempat tidur tengah malam dan larut dalam beribadah
kepada Tuhan sampai saat tiba untuk pergi ke masjid hendak sembahyang subuh. Kadang-kadang
beliau begitu lama berdiri dalam sembahyang tahajjud sehingga kaki beliau menjadi bengkak-
bengkak, dan mereka yang menyaksikan beliau dalam keadaan demikian sangat terharu. Sekali
peristiwa Aisyah ra berkata kepada beliau “Tuhan telah memberi kehormatan kepada engkau
dengan cinta dan kedekatan-Nya. Mengapa engkau membebani diri sendiri dengan menanggung
begitu banyak kesusahan dan kesukaran?” Beliau menjawab “Jika Tuhan, atas kasih sayang-Nya,

6|Page
mengaruniai cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah telah menjadi kewajiban pada giliranku
senantiasa menyampaikan terima kasih kepada Dia? Bersyukurlah hendaknya sebanyak
bertambahnya karunia yang diterima (Kitabul-Kusuf)
Tuhan telah memberikan mata untuk melihat; maka bukan ibadah tetapi aniaya kalau mata
dibiarkan pejam atau dibuang. Bukan penggunaan kemampuan melihat secara tepat yang dapat
dipandang dosa, melainkan penyalahgunaan daya itulah yang menjadi dosa…
Siti Aisyah meriwayatkan “Bilamana Rasulullah saw dihadapkan kepada pilihan antara dua cara
berbuat, beliau senantiasa memilih jalan yang termudah, asalkan bebas dari segala kecurigaan
bahwa itu salah atau dosa. Kalau arah perbuatan itu membuka kemungkinan timbulnya kecurigaan
serupa itu, maka Rasulullah saw itulah orangnya, dari antara seluruh umat manusia yang paling
menjauhinya (Muslim, kitabul-Fadhoil)
Beliau sangat baik dan adil terhadap istri-istri sendiri. Jika, pada suatu saat salah seorang di antara
mereka tidak dapat membawa diri dengan hormat yang layak terhadap beliau, beliau hanya
tersenyum dan hal itu dilupakan beliau. Pada suatu hari beliau bersabda kepada Siti Aisyah ra, Aisyah
jika engkau sedang marah kepadaku, aku senantiasa dapat mengetahuinya” Aisyah ra bertanya
“Bagaimana?” Beliau menjawab “Aku perhatikan jika engkau senang kepadaku dan dalam
percakapan kau menyebut nama Tuhan, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Muhammad. Tetapi jika
engkau tidak senang kepadaku, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Ibrahim” Mendengar keterangan itu
Aisyah tertawa dan mengatakan bahwa beliau benar”
Beliau senantiasa sangat sabar dalam kesukaran dan kesusahan., Dalam keadaan susah, beliau tak
pernah putus asa dan beliau tak pernah dikuasai oleh suatu keinginan pribadi… Sekali peristiwa
beliau menjumpai seorang wanita yang baru ditinggal mati oleh anaknya, dan melonglong dekat
kuburan anaknya. Beliau menasehatkan agar bersabar dan menerima taqdir Tuhan dengan rela dan
menyerahkan diri. Wanita itu tidak mengetahui bahwa ia ditegur oleh Rasulullah saw dan menjawab
“Andaikan engkau pernah mengalami sedih ditinggal mati oleh anak seperti yang kualami, engkau
akan mengetahui betapa sukar untuk bersabar di bawah himpitan penderitaan serupa itu.”
Rasulullah saw menjawab “Aku telah kehilangan bukan hanya seorang tetapi tujuh anak”. Dan beliau
terus berlalu.
Beliau senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika beliau sudah menjadi orang paling berkuasa
sekalipun selalu mendengarkan dengan sabar kata tiap-tiap orang, dan jika seseorang
memperlakukan beliau dengan tidak sopan, beliau tetap melayaninya dan tidak pernah mencoba
mengadakan pembalasan.
Rasulullah saw mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali peristiwa suatu perkara
dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawati terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu
menggemparkan, karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu,
martabat suatu keluarga sangat terhormat akan jatuh dan terhina. Banyak yang ingin mendesak
Rasulullah saw demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka
Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah saw, tetapi serentak beliau
mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak.
Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tetapi berlaku kejam
terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengidzinkan dan akupun sekali-kali tidak akan mengizinkan.
Sungguh, jika Fathimah anak perempuanku sendiri melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan
menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al-Bukhori, Kitabul-Hudud) .
Rasulullah saw senantiasa prihatin memikirkan untuk memperbaiki keadaan golongan yang miskin
dan mengangkat taraf hidup mereka di tengah-tengah masyarakat. Seorang wanita muslimah biasa
membersihkan masjid Nabi di Madinah. Rasulullah saw tidak melihatnya lagi beberapa hari dan
beliau menanyakan ihwalnya. Disampaikan kepada beliau bahwa ia sudah meninggal. Beliau
bersabda, “Mengapa aku tidak diberi tahu kalau ia meninggal? Aku pasti ikut dalam sembahyang
janazahnya” dan menambahkan. Barangkali kalian tidak memandangnya cukup penting karena ia
miskin. Anggapan itu salah. Bawalah aku ke kuburnya.” Kemudian beliau pergi ke sana dan mendoa
untuk dia (Al-Bukhori, Kitabus-Salat).]

7|Page
Abu Musa Al-Asy’ari meriwayatkan jika seorang miskin menghadap Rasulullah saw dan mengajukan
permintaan, beliau biasa bersabda kepada orang yang ada disekitar beliau, “Kemudian juga
hendaknya memenuhi permintaannya itu sehingga mendapat pahala sebagai orang yang berperan
serta dalam menggalakkan perbuatan baik’ (Al-Bukhori dan Muslim), dengan tujuan membangkitkan
rasa cenderung untuk menolong si miskin di satu pihak dalam hati para sahabat dan dipihak lain
menimbulkan kesadaran dalam hati kaum fakir-miskin adanya cinta-kasih saudara-saudara mereka
yang kaya.
Ketika Islam berangsur-angsur diterima secara umum oleh bagian terbesar bangsa Arab, Rasulullah
saw sering menerima barang dan uang berlimpah-limpah, beliau segera membagi-bagikan hadiah itu
di antara mereka yang sangat membutuhkan. Sekali peristiwa anak beliau, Fathimah datang
mendapatkan beliau sambil memperlihatkan tapak tangannya yang tebal dan keras akibat pekerjaan
menepung gandum dengan batu, memohon agar diberi seorang budak untuk meringankan
pekerjaannya. Rasulullah saw menjawab, “Aku akan menceriterakan kepadamu sesuatu yang nanti
akan terbukti jauh lebih berharga daripada seorang budak. Jika engkau akan tidur pada malam hari,
engkau hendaknya membaca SubchanAllah 33 kali, Al-chamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 34 kali.
Hal itu akan jauh lebih banyak menolongmu daripada memelihara seorang budak” (Al-Bukhori).
Beliau senantiasa menganjurkan kepada mereka yang mempunyai budak-budak supaya
memperlakukan mereka dengan baik serta kasih sayang. Beliau menetapkan bahwa jika si pemilik
memukul budaknya atau memaki-makinya, maka satu-satunya perbaikan yang dapat dilakukannya
ialah memerdekakannya (Muslim, Kitabul-Iman).
Rasulullah saw sangat berhasrat memperbaiki keadaan wanita di tengah-tengah masyarakat,
menjamin mereka mendapat kedudukan terhormat dan perlakuan wajar lagi pantas. Islam adalah
agama pertama yang memberikan hak waris kepada wanita…
Jika dalam satu perjalanan beliau ada wanita-wanita yang ikut serta, beliau senantiasa memberi
petunjuk supaya kafilah bergerak lambat dan berhenti-berhenti secara bertahab. Pada suatu
kesempatan serupa itu ketika orang-orang berjalan cepat, beliau bersabda “Perhatikan kaca!
Perhatikan kaca!” dengan maksud mengatakan bahwa ada wanita-wanita dalam rombongan dan
bahwa jika onta-onta dan kuda-kuda berlari cepat, mereka itu akan menderita dari bantingan-
bantingan binatang-binatang itu (Al-Bukhori, Kitab Al-Adab)
Beliau menetapkan bahwa orang tidak boleh membicarakan keburukan seseorang yang telah
meninggal, melainkan hendaknya menekankan kepada kebaikan apa saja yang dimiliki almarhum,
sebab tidak ada faedahnya menyebut-nyebut kelemahan atau kejahatan orang yang sudah
meninggal. Tetapi dengan mengemukakan kebaikan-kebaikan almarhum orang akan cenderung
mendoakan (Al-Bukhori).
Perlakuan Rasulullah saw terhadap tetangga dengan ramah dan penuh perhatian; beliau sangat
menekankan agar orang berbakti dan mengkhidmati orang tua serta memperlakukan mereka
dengan baik dan kasih-sayang; beliau selamanya memilih pergaulan dengan orang-orang baik dan
jika melihat suatu kelemahan pada salah seorang dari para sahabat, beliau menegurnya dengan
ramah secara berempat mata; Rasulullah saw sangat berhati-hati membawa diri agar tidak timbul
kemungkinan adanya salah faham; Beliau tidak pernah mengemukakan kesalahan-kesalahan dan
kelemahan-kelemahan orang lain dan menasehati orang-orang jangan mengumumkan kesalahan-
kesalahan sendiri; Kesusahan, penderitaan atau kemalangan di saat menjelang wafat, beliau pikul
dengan penuh kesabaran sampai-sampai Fathimah ra tidak tahan melihat ayahnya dalam keadaan
demikian, namun beliau bersabda kepadanya: “Bersabarlah, ayahmu tidak akan menderita lagi
sesudah hari ini”;
Rasulullah saw menekankan agar para sahabat bekerja sama satu dengan lainnya. Ketika seseorang
mengadukan saudaranya yang bermalas-malasan, beliau bersabda kepadanya: “Tuhan telah
mencukupi kebutuhanmu berkat adanya saudaramu, dan karena itu menjadi kewajibanmu
mencukupi kebutuhannya dan membiarkan dia bebas mengkhidmati agama” (Turmudzi).
Rasulullah saw dalam jual-beli secara terus terang dan sangat mendambakan orang-orang muslim
agar jangan melakukan kelicikan dalam transaksi atau jual-beli. Beliau senantiasa optimis

8|Page
menghadapi masa depan. Beliau sangat memusuhi sikap pesimis atau keputusasaan, Beliau
bersabda: “Siapa yang menyebarkan rasa pesimis di kalangan masyarakat, ia bertanggung jawab atas
kemunduran bangsa; sebab pikiran-pikiran pesimis mempunyai kecenderungan mengecutkan hati
dan menghentikan laju kemajuan.
Rasulullah saw memperingatkan para sahabat agar memperlakukan hewan-hewan dengan baik dan
mengecam bersikap kejam terhadap hewan. Beliau sering menceriterakan tentang wanita Yahudi
yang dihukum Allah swt lantaran membiarkan kucingnya mati kelaparan.
Rasulullah saw bukan saja menekankan pada kebaikan toleransi dalam urusan agama, tetapi
memberikan contoh-contoh yang sangat tinggi dalam urusan ini. Suatu delegasi suku Kristen Najron
yang telah berdialog selama beberapa jam, meminta idzin untuk meninggalkan masjid untuk
mengadakan kebaktian di tempat yang tenang, Rasulullah saw bersabda: “Mereka tidak perlu
meninggalkan masjid yang memang merupakan tempat khusus untuk kebaktian kepada Tuhan dan
mereka dapat melakukan ibadah mereka di situ (Az-Zurqani)
Keberanian Rasulullah saw luar biasa, ketika terjadi isu bahwa pasukan Romawi akan mengadakan
pendudukan di Madinah dan ketika ada suara gaduh di tengah malam, beliau mengadakan
penelitian sendiri dengan menaiki kudanya. Beliau sangat lunak terhadap orang yang kurang sopan
terhadap beliau.
Rasulullah saw sangat menaruh penting ihwal asas menyempurnakan perjanjian. Sekali peristiwa
seorang duta datang kepada beliau dengan tugas istimewa dan sesudah ia tinggal beberapa hari
bersama beliau, ia yakin akan kebenaran Islam dan mohon diperbolehkan bai’at masuk Islam.
Rasulullah saw menjawab bahwa perbuatannya itu tidak tepat karena ia datang sebagai duta dan
telah menjadi kewajibannya untuk pulang ke pusat Pemerintahannya tanpa mengadakan hubungan
baru, jika sesudah pulang ia masih yakin akan kebenaran Islam, ia dapat kembali lagi sebagai orang
bebas dan masuk Islam.
Beliau sangat menghargai mereka yang membaktikan waktu dan harta bendanya untuk
menghidmati umat manusia. Suku Arab , Banu Tho‘i mulai mengadakan permusuhan terhadap
Rasulullah saw dan kekuatan mereka dapat dikalahkan dan beberapa orang ditawan dalam sebuah
peperangan. Seorang dari tawanan itu adalah seorang anak perempuan Hatim, seorang yang
kebaikan dan kemurahannya telah menjadi buah bibir bangsa Arab. Ketika anak Hatim menerangkan
kepada Rasulullah saw mengenai silsilah kekeluargaannya, beliau memperlakukan wanita itu dengan
penghormatan yang besar dan sebagai hasil dari perantaraannya beliau membatalkan semua
hukuman yang tadinya akan dijatuhkan atas wanita itu sebagai tindak balasan terhadap serangan
mereka.
Sedemikian agung dan indahnya Akhlaq Muhammad Rasulullah saw, sebagai hamba teladan umat
manusia yang hidup sezaman dengan beliau maupun umat manusia yang hidup sesudahnya hingga
hari Qiamat, karena itu hanya ada satu syahadat pada beliau saja yang disyari’atkan dalam agama
dan wajib diikrarkan oleh setiap orang yang masuk ke dalam agama Islam, sebagai tekad untuk
mengawali dalam mengikuti dan meneladani kehidupan beliau. Adapun jaminan bagi orang yang
telah mengikrarkan syahadat itu adalah sorga, sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut:
Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah Yang Esa yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya, maka tiada seorang pun yang bertemu dengan kedua
kalimah syahadat itu pada Hari Qiamat, kecuali ia dimasukkan kedalam sorga karena apa yang ada di
dalamnya.

MUKJIZAT
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad pun diberikan mukjizat sebelum masa kenabian dan
selama kenabian. Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur’an. Selain itu,
Muhammad juga diyakini oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di
Mekkah dan melakukan Isra dan Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang
dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.

9|Page
CIRI-CIRI FISIK NABI MUHAMMAD
Aisyah dan Ali bin Abi Thalib telah merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan keseharian Muhammad,
diantaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan,[30] terurai hingga bahu. Kulitnya putih
kemerah-merahan, wajahnya cenderung bulat dengan sepasang matanya hitam dan bulu mata yang
panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang kepala besar dan bahunya lebar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek,
berpostur kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu badannya halus memanjang dari
pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.
Apabila berjalan cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau
melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia menolehkan wajah dan badannya secara
bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang ia adalah penutup para
nabi. Ia adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling
bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan
menyukainya.
Setiap orang yang bertemu Muhammad pasti akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang
sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Muhammad di mata khalayak, sebab ia
berakhlak sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.”(Al-Qalam: 4).
Dalam hadits riwayat Bukhari, Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan
berjenggot hitam dengan uban.
Dalam satu hadits diterangkan mengenai corak fisik Rasulullah, yaitu: Anas bin Malik (ra)
meriwayatkan: Rasulullah saw. bertubuh sedang, bercorak kulit cerah, tidak putih sekali namun tidak
pula hitam benar. Rambut beliau dapat dikatakan lurus dan agak berombak. Allah Ta’ala mengangkat
beliau sebagai Nabi ketika berusia empat puluh tahun. Sesudah itu beliau sempat tinggal di Mekah
selama tiga belas tahun. Lalu di Madinah selama sepuluh tahun. Allah memanggil beliau ke hadirat-
Nya pada umur enam puluh tiga tahun. Saat itu baru sedikit saja uban yang tumbuh di rambut dan
janggut beliau.
Anas (ra) juga meriwayatkan: Rasulullah (saw) tingginya sedang; tidak tinggi benar maupun pendek;
beliau tegap. Rambut beliau tidak keritingnamun tidak pula lurus sama sekali. Warna kulit beliau
sedang, tapi cerah. beliau berjalan dengan gesit. Melangkah dengan tubuh sedikit condong ke
depan.
Bara’a bin Aazib (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) tingginya sedang, dengan tulang belikat
(pundak) yang bidang. Rambut beliau cukup tebal, panjangnya sampai batas telinga. Saya belum
pernah melihat sesuatu yang lebih menarik dari beliau
Ali Bin Abi Thalib (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) tidaklah tinggi; juga tidak pendek. Telapak
tangan dan kaki beliau padat berisi. Beliau memiliki kepala yang agak besar dan kuat. Bulu-bulu halus
tumbuh di dada beliau dan terus kebawah sampai pusar. Jika beliau berjalan, melangkahnya seolah-
olah seperti turun (meloncat) dari suatu ketinggian. Saya belum pernah melihat beliau diantara
sahabat-sahabatnya, dan dari antara orang-orang yang datang sesudah (wafatnya) beliau.
Ali bin Abi Thalib (ra) juga meriwayatkan: Rambut Rasulullah lurus dan sedikit berombak. Beliau tidak
berperawakan gemuk dan tidak pula tampak terlalu berat, beliau berperawakan baik dan tegak.
Warna kulit beliau cerah, mata beliau hitam dengan bulu mata yang panjang. Sendi-sendi tulang
beliau kuat dan dada beliau cukup kekar, demikian pula tangan dan kaki beliau. Badan beliau tidak
berbulu tebal, tapi hanya bulu-bulu tipis dari dada ke bawah sampai di pusar beliau. Jika beliau
sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau akan mengarahkan wajah beliau ke orang
tersebut (penuh perhatian). Diantara tulang belikat beliau “tanda” kenabian beliau. Beliau adalah
orang yang paling baik hati, orang yang paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baik
keturunan. Siapa saja yang mendekati beliau akan langsung merasa hormat dan khidmat. Dan siapa

10 | P a g e
yang bergaul dengan beliau akan langsung menghargai dan mencintainya. Saya belum pernah
meliahat orang lain seperti beliau.
Hind bin Abi Halah (ra) telah diceritakan oleh Hasan bin Ali (ra) sebagai berikut: Rasulullah (saw)
memiliki pribadi mulia dan diakui sangat agung dalam pandangan orang yang melihatnya. Wajah
beliau bercahaya seterang bulan purnama. Beliau sedikit lebih tinggi dari rata-rata kami tapi lebih
pendek dari orang yang jangkung. Kepala beliau lebih besar dari rata-rata, dan rambut beliau agak
keriting (berombak). Jika dapat dikuakan (dibelah), maka beliau kuakan, Jika tidak dapat maka beliau
biarkan saja. Saat rambut beliau agak panjang, akan mencapai kuping telinga beliau. Kulit beliau
berwarna cerah dan dahi beliau lebar. Alis mata beliau lengkung hitam dan tebal. dianta alisnya
nampak urat darah halus yang berdenyut bila beliau emosi atau bergairah. Hidung beliau agak
melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol jika kita pertama kali
melihatnya, padahal tidak demikian sebenarnya. Beliau berjanggut tipis tapi penuh rata sampai di
pipi. Mulut beliau sedang, gigi beliau putih cemerlang dan agak renggang. Pundak beliau bagus dan
terpasang kokoh, seperti di cor dengan perak. Anggota tubuh beliau yang lain serba normal dan
proporsional. Dada dan pinggang beliau seimbang ukurannya. Daerah di sekitar tulang belikat beliau
cukup lebar, dan terpasang dengan baik. Bagian-bagian tubuh beliau yang tidak tertutuppun nampak
bersih dan bercahaya. Kecuali bulu-bulu halus yang tumbuh dari dada dan tumbuh sampai ke pusar.
Lengan dan dada bagian atas beliau berbulu. Pergelangan tangan beliau cukup panjang, telapak
tangan beliau agak lebar serta baik telapak tangan maupun kaki beliau padat berisi, jari-jari tangan
dan kaki beliau cukup langsing. Telapak kaki beliau cukup lengkungannya dan atasnya halus serta
bagus bentuknya, sehingga saat beliau mencucinya, maka air akan meluncur dengan cepat ke
bawah. Jika beliau berjalan, beliau melangkah dengan posisi badan agak condong ke depan, tapi
beliau melangkah dengan anggun. Langkah beliau panjang dan cepat serta terlihatseperti turun
(loncat) dari suatu ketinggian. Jika beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau
memandang orang itu dengan penuh perhatian. Pandangan beliau selalu ditundukkan sesuai aturan
(dalam Alquran), dan lebih sering melihat ke bawah dari pada ke atas. Beliau tidak pernah
memelototi seseorang, pandangan mata beliau selalu menyejukkan. Beliau juga selalu berjalan agak
di belakang, terutama saat melakukan perjalanan jauhdan beliau selalu lebih dulu menyapa orang
yang ditemuinya di jalan.
Jabir bin Samurah (ra) meriwayatkan: Rasulullah (SAW) memiliki mulut yang agak lebar, di mata
beliau terlihat juga garis-garis merahnya. Dan tumit beliau langsing.
Jabir (ra) juga meriwayatkan: Saya berkesempatan melihat Rasulullah (SAW) di bawah sinar
rembulan, san (saya) perhatikan pula rembulan tersebut, bagi saya beliau lebih indah dari rembulan
tersebut.
Abu Ishaq (ra) mengemukakan: Bara’a bin Aazib (ra) pernah ditanya, “Apakah rona wajah Rasulullah
(SAW) cemerlang seperti pedang yang mengkilap?” Ia menjawab “Tidak! tapi lebih mirip dengan
purnama yang cerah.”
Abu Hurairah (ra) mengemukakan: Rasulullah begitu rupawan, seperti beliau dibentuk dari perak.
Rambut beliau cenderung berombak.
Abu Hurairah (ra) juga meriwayatkan: Saya belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih
tampan dari Rasulullah (saw); roman mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah melihat
orang yang secepat beliau. Seolah-olah bumi ini digulung oleh langkah-langkah beliau ketika sedang
berjalan. Walaupun kami berusaha untuk mengimbangi jalan beliau. Tapi beliau tampaknya seperti
berjalan santai saja.
Jabir bin Abdullah (ra) meriwayatkan, Rasulullah (SAW) pernah bersabda: Aku menyaksikan
pemandangan (rohani) tentang para nabi. Diantaranya, Musa (as). Beliau (Musa as) berperawakan
langsing seperti orang-orang dari suku Shannah; dan aku menyaksikan Isa ibnu Maryam (as) yang
mirip dari antara orang yang pernah saya lihat, yaitu Urwah bin Mas’ud (ra) dan aku melihat Ibrahim
(AS), beliau sangat mirip dengan sahabatmu ini (maksudnya diri beliau sendiri), saya juga melihat
malaikat Jibril yang mirip dengan Dehya Kalbi”

11 | P a g e
Said al jahiri (ra) meriwayatkan: Saya pernah mendengar Abu Taufik (ra) berkata: “Sekarang ini tidak
ada lagi yang tinggal (masih hidup) yang pernah melihat diri Rasulullah, kecuali saya.” Maka saya
(Said ra) berkata padanya: “Gambarkanlah kepadaku.” Ia menjawab, “Rasulullah (saw) itu roman
mukanya sangat cerah dan perawakannya sangat baik.
Ibnu Abbas mengatakan: Gigi depan Rasulullah (SAW) agak renggang (tidak terlalu rapat) dan jika
beliau berbicara tampak putih berkilau.

PERNIKAHAN
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat
mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25
tahun hingga Khadijah wafat.[34] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat
meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut
sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia
menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad
akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita
lagi sehingga mencapai total sebelas orang, dimana sembilan diantaranya masih hidup sepeninggal
Muhammad.
Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu
dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan
penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang
menekankan perkawinan dengan perawan).

PERBEDAAN DENGAN NABI DAN RASUL TERDAHULU


Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk
menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya
diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah
kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid,
yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25). [*]
Wikipedia

12 | P a g e

You might also like