You are on page 1of 3

MASALAH YANG ADA DI MASYARAKAT

TENTANG SEKTOR LEMBAGA PERTANIAN

Jakarta - Kita menengok sejenak keluar dari negara ini dan melihat kondisi pembangunan di
beberapa negara lain di dunia. Tentunya kita akan merasa bahwa negara yang sebesar ini dan
memiliki sumber daya yang begitu melimpah belum mampu secara optimal membangun dan
mengembangkan negaranya.

Sumber daya di negara ini sangat melimpah. Mulai dari keanekaragaman hayati, pertambangan,
kelautan, pariwisata, sumber daya manusia, dan lain-lain. Sumber daya ini tentunya dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan bangsa sehingga menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.

Kita tengok saja negara tetangga kita yang masih satu kawasan regional yaitu Singapura dan
Malaysia yang begiu maju dalam hal pembangunan dan lebih sejahtera di bandingkan dengan
Indonesia. Kedua negara tersebut memliki luas dan sumber daya alam tidak lebih dibandingkan
dengan negara Indonesia ini.

Ketika kita berbicara pembangunan dua hal yang terpenting dalam proses pembangunan adalah
leadership dan manajemen. Pengelolaan sumber daya harus dilakukan dengan baik dan benar.
Harus terorganisir dengan baik dan sistem manajemen yang baik pula.

Pembangunan juga harus dilakukan oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa yang memiliki
Emotional Spiritual Quotient (ESQ) yang baik. Karena, apabila pembangunan tidak dilakukan
oleh orang yang beriman dan bertaqwa pembangunan tersebut akan menyebabkan permasalahan-
permasalahan baru dan tidak menyelesaikan masalah yang ada.

Salah satu sektor yang sangat terkait dalam proses pembagunan di negeri ini adalah sektor
pertanian dalam arti yang luas. Sektor ini yang memilki potensi yang begitu besar. Sektor
pertanian yang dimaksud adalah sektor yang  mencakup sub sektor yang meliputinya seperti
pertanain sawah, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan kelautan.

Pembangunan sektor pertanian ini dapat merespon dan menjadi katalis pertumbuhan di sektor-
sektor lainnya seperti perbankan, keuangan dan bisnis, pergdagangan, pengangkutan/
transportasi, jasa-jasa, dan industri pengolahan terutama industri pengolahan produk pertanian.
Faktor lain yang mendukukung sektor pertanian menjadi sektor yang potensial karena kondisi
tanah di Indonesia yang begitu subur dengan iklim tropis yang dimungkinkan dapat ditanami
berbagai macam tumbuhan dan luas lautan Indonesia yang begitu luas hingga 70 persen luas
Indonesia secara keseluruhan.

Selain itu sektor pertanian juga serta akan tetap ada sampai manusia dapat melakukan
fotosintesis sendiri. Tentu hal ini tidaklah mungkin terjadi dan hal ini yang menandakan bahwa
sektor ini akan tetap ada sampai manusia dan bumi ini hilang dari komponen tata surya.

Ketika kita berbicara pertanian di Indonesia sangat berbeda dengan pertanian yang ada di negara-
negara maju. Masih banyak problem dan permasalahan pertanian yang ada di Indonesia. Begitu
kompleks permasalahannya karena ketika kita berbicara pertanian maka sesungguhnya kita
sedang membicarakan sektor-sektor lainnya yang sangat erat kaitannya dengan pertanian seperti
sektor-sektor yang disebutkan sebelumnya. Ada pun problem-problem pertanian yang ada di
Indonesia saat ini:

Pertama, impor tinggi. Tingkat impor Indonesia sangat tinggi terutama dalam sub sektor
pertanian tanaman pangan. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang ada di Indonesia sangatlah
sempit dan terbagi-bagi ke dalam beberapa sub sektor seperti perkebunan, peternakan, dan lain-
lain.

Dalam menyikapi hal ini kita harus positif karena tidak ada satu pun negara di dunia ini yang
tidak melakukan impor. Setiap negara pasti melakukan impor produk pertanian karena beberapa
faktor. Seperti kondisi iklim dan struktur tanah yang berbeda-beda yang tentunya produk
pertanian yang dihasilkan juga berbeda-beda.

Sebagai contoh di Indonesia tidak akan optimal jika berternak karena lahan penggembala yang
kecil, menanam gandum karena gandum akan tumbuh secara baik pada iklim sub tropis.
Sedangkan Indonesia akan sangat optimal jika ditanami tanaman rempah-rempah, sawit, kopi,
teh, dan lain-lain.

Selain itu yang menjadi faktor tingginya impor Indonesia adalah lahan pertanian yang tersedia di
Indonesia sangat sempit. Hanya sekitar 21 juta hektar yang sebanding dengan luas lahan kedelai
di Brazil. Luas lahan sawah sama dengan luas lahan tebu di Brazil. Luas ladang penggembala di
Brazil sama dengan luas seluruh daratan di Indonesia (190 juta hektar).

Dengan luas lahan yang sempit ini sektor pertanain dituntut untuk dapat mencukupi kebutuhan
penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 220 juta jiwa. Dari kedua faktor tersebut tentu
sangatlah sulit untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.

Kedua, petani yang terpinggirkan. Maksud dari petani yang terpinngirkan adalah masih banyak
petani yang tidak memilki lahan pertanain dan hanya menjadi buruh tani. Hal ini yang
menyebabkan petani yang ada di Indonesia tergolong miskin dan menjadi penyebab utama
bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang miskin.

Jika kita berbicara tentang profesi petani sesungguhnya idealnya profesi petani di suatu negara
hanya 5-10 persen saja dari jumlah penduduk negara tersebut. Sedangkan yang terjadi di
Indonesia adalah masyarakat yang bekerja pada sektor pertanain mencapai 40 persen (sekitar
42,8 juta jiwa). Dengan jumlah yang begitu banyak sehingga melebihi titik idealnya sedangkan
lahan yang tersedia sedikit dan minim.

Ketiga, organisasi tani yang kurang berfungsi terutama koperasi petani. Organisasi petani di
Indonesia tidak seperti oraganisai petani yang ada di Brazil yang begitu besar. Organisasi petani
yang ada di Indonesia sangat kecil dan sederhana. Peralatan teknologi yang dimiliki organisasi
petani di Indonesaia masih juga sangat minim sekali.
Hal ini terjadi karena manajemen organisasi petani di Indonesia tidak sehat dan lingkupnya pun
tdak luas. Pada umunya organisasi petani di Indonesia hanya bergerak pada koperasi benih. 

Permasalahan-permasalahan yang lainnya seperti infrastruktur pertanian seperti jalan dan irigasi
yang terabaikan sehingga cost yang harus dikeluarkan dalam sektor ini lebih besar. Investasi
dalam sektor ini pun rendah karena hampir semua bank dan lembaga keuangan yang ada di
Indonesia enggan memberian peminjaman kredit modal kepada petani-petani kecil. Sedangkan
dari sisi petani tidak banyak petani yang mengetahui bank dan lembaga keuangan. Dan, yang
terakhir adalah akses lembaga keuangan yang lemah.

Permasalahan utama bangsa Indonesia adalah imperior kompleks. Yang berarti mempercayai
bahwa produk bangsa Indonesia lebih buruk dibandingkan dengan produk bangsa lain.
Masyarakat Indonesia lebih bangga menggunakan produk luar negeri dibandingkan dengan
menggunakan produk dalam negerinya.

Ada pun tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa ini dalam membangun sektor pengolahan
industri pertanian adalah budaya industi/ mengolah/ technopreuner di Indonesia masih sangat
rendah. Dukungan untuk industri masih kurang. Hal ini tentunya menjadi kesalahan dan
tanggungan negara. Dan, yang terakhir infrastruktur non fisik masih kurang mendukung.

Beberapa solusi yang dapat dilakukan:


Pertama, menahan laju pertumbuhan penduduk agar jumlah penduduk di Indonesia dapat
terkontrol sehingga dapat menurunkan angka impor produk pangan Indonesia.
Kedua, mengembangkan teknologi pertanian untuk menambah produktivitas tanaman pangan.
Ketiga, melakukan pengurangan pada sektor-sektor lainnya dan menambah luas sektor pertanian
agar sektor ini dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Keempat, mengembangkan sektor-sektor lain baik pengolahan industri, perbankan,
pertambangan, pariwisata, dan lain-lain sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi
pekerja pada sektor pertanian hingga pada taraf idealnya yaitu 5 persen.

You might also like