You are on page 1of 9

MAKALAH HADITS

PENGERTIAN HADITS, SUNNAH, KHOBAR, ATSAR, DAN STRUKTUR HADITS


Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur

Disusun :

Ruslan Sutrisna 1210206096

Saria Ulfa

Selly Kusmayanti 1210206099

Silvyani Lusi Louis vera 1210206100

Siti Rosida 1210206102

Wafa Wafiyyatul Firdaus 1210206115

Rosita Abidin 1210206119

PENDIDIKAN BIOLOGI / B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2010

PENGERTIAN HADITS, SUNAH, KHOBAR, ATSAR, DAN STRUKTUR HADITS

Pengantar Ilmu Hadits “Drs. M. Syuhudi Ismail”

 HADITS
Pengertian hadits menurut bahasa :
1. Al-jadid (yang baru)
2. Al-qorib (yang dekat/yang belum lama lagi terjadi)
3. Al-khobaru (berita)

Pengertian hadits menurut istilah (terminologi), para ulama berbeda pendapat dalam
memberikan pengertian tentang hadits :

1. Ulama Hadits umumnya menyatakan, bahwa “Hadits ialah segala ucapan Nabi, segala
perbuatan beliau, segala taqrir (pengakuan) beliau, dan segala keadaan beliau”.
Termasuk “segala keadaan beliau” adalah sejarah hidup beliau yakni waktu kelahiran
beliau, keadaan sebelum dan sesudah beliau di angkat sebagai rosul dan sebagainya.
2. Sebagian Ulama menyatakan, bahwa “Hadits ialah segala perkataan, perbuatan, dan
taqrir Nabi,para Sahabat-nya dan Tabi’in”. Dengan demikian, apa yang datang dari para
Sahabat Nabi dan para Tabi’in termasuk kategori hadits.
3. Ulama Ushul menyatakan, bahwa “hadits ialah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir
Nabi, yang bersangkut paut dengan hokum”.
4. Abdul Wahab Ibnu Subky dalam “Mutnul jam’il jawami” menyatakan, bahwa “hadits
ialah perkataan dan perbuatan Nabi SAW”.

Adanya perbeaan pendapat antara ulama hadits dengan ulama ushul dalam memberikan
definisi hadits diatas, didasari oleh perbedaan cara peninjauannya.

Ulama Hadits meninjaunya, bahwa pribadi Nabi itu adalah sebagai “Uswatun Hasanah”
(Ikatan Ulama), sehingga dengan demikian, segala apa yang berasal dari Nabi, baik berupa
biografinya, akhlaknya, beritanya, perkataan dan perbuatannya, baik yang ada hubungannya
dengan hokum atau tidak, dikategorikan sebagai hadits.

Sedangkan Ulama Ushul meninjaunya, bahwa pribadi Nabi adalah sebagai pengatur undang-
undang (disamping Al-qur’an), yang menciptakan dasar-dasar ijtihad para mujtahid yang datang
sesudahnya dan menjelaskan kepada ummat manusia tentang aturan hidup, oleh karena itu
membatasi diri dengan hal-hal yang bersangkutan dengan pendapat hukum saja.
 SUNNAH

Kata jama’ dari “sunnatun” adalah ”sunanun”. Arti Sunnah menurut bahasa ada dua
pendapat :

1. Menurut Asy-Syaukani, sunnah berarti : jalan, walaupun tidak diridlai.


2. Dr. Musthafa As-Siba’iy dalam kitabnya As-Sunnah wa Makana tuha fit Tasyri’il Islamy
mengatakan bahwa arti Sunnah menurut bahasa ialah : jalan, baik terpuji maupun tercela.

Adapun arti Sunnah menurut istilah, para Ulama berbeda pendapat.


1. Menurut Ahli Hadits
Sunnah ialah : “Segala yang dinukilkan dari Nabi saw. baik berupa perkataan, taqrir,
pengajaran, sifat, keadaan, maupun perjalanan hidup beliau, baik yang demikian itu terjadi
sebelum maupun sesudah dibangkit menjadi Rasul”.
Dalam hal ini, arti Sunnah sinonim dengan arti Hadits.
2. Menurut Ahli Ushul
Sunnah ialah : “ Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, yang berhubungan
dengan hukum syara baik yang berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir beliau”.
3. Menurut Ahli Fiqh
Sunnah ialah : “Suatu amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan dan tidak diberi siksa
apabila ditinggalkan”.
4. Menurut Ibnu Taimiyah
Sunnah ialah : “Adat (tradisi) yang telah berulangkali dilakukan oleh masyarakat, baik yang
dipandang ibadah maupun tidak”.
5. Menurut Dr. Taufiq Sidqy
Sunnah ialah : “Thariqat (jalan) yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw. Terus menerus dan
diikuti oleh para sahabat beliau”.
6. Menurut Prof Dr. T. M. Hasbi Ash Shiddieqy
Sunnah ialah : “Suatu amalan yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw. secara terus-
menerus dan dinukilkan kepada kita dari zaman ke zaman dengan jalan mutawatir”. Jadi
Nabi melaksanakan amalan itu beserta para Sahabat, para Sahabat melaksanakannya
bersama Tabi’in, dan demikian seterusnya dari generasi ke generasi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sunnah menurut Ulama Hadits
lebih bersifat umum yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk
apapun baik berkaitan dengan hukum atau tidak.

 KHOBAR
Pengertian khobar menurut bahasa adalah berita.
Sedangkan pengertian khobar menurut istilah (terminologi) ada dua pendapat :
1. Sebagaian Ulama menyatakan, bahwa khobar itu sama/sinonim dengan hadits, oleh
karena itu mereka menyatakan, bahwa khobar itu adalah apa yang datang dari Nabi, baik
yang marfu’ (yang disandarkan kepada Nabi), yang mauquf (yang disandarkan kepada
sahabat), maupun yang maqthu’ (yang disandarkan kepada tabi’in). dengan kata lain,
bahwa khabar itu, mencakup apa yang datang dari Rasul, dari Sahabat, dan dari Tabi’in.

Menurut Dr. Subhi dalam bukunya Ulumul Hadits wa Musthalahuhu (hal 10), para Ulama
Hadits yang berpendapat demikian ini beralasan selain dari segi bahasa (yakni bahwa arti Hadits
dan khabar adalah berita), juga beralasan bahwa yang disebut para perawi itu, tidaklah terbatas
bagi rang yang meriwayatkan/menukilkan berita dari Nabi semata tetapi juga yang menukilkan
berita dari Sahabat dan Tabi’in. Sebab kenyataannya, para perawi itu telah meriwayatkan apa
yang datang dari Nabi dan yang datang dari selainnya. Oleh karena itu, tidaklah ada keberatan
untuk menyamakan Hadits dan Khabar.

2. Sebahagian Ulama Hadits membedakan pengertian Khabar dengan Hadits.


Dr. Muhammad Ajaj Al-Khaib dalam kitabnya Ushulul Hadits menjelaskan :
a. Sebahagian pendapat menyatakan, bahwa Hadits adalah apa yang berasal dari Nabi,
sedaangkan Khabar adalah apa yang berasal dari selainnya. Oleh karena itu dikatakan,
orang yang tekun (menyibukkan diri) para Hadits disebut dengan “Muhaddits”,
sedangkan orang yang tekun pada sejarah atau semacamnya disebut dengan
“Akhbary”.
b. Sebahagian pendapat menyatakan, bahwa Hadits bersifat khusus sedang Khabar
bersifat umum. Oleh karena itu tiap-tiap Hadits adalah Khabar dan tidak setiap
Khabar adalah Hadits.

 ATSAR
Menurut Bahasa, Atsar berarti : bekas atau sisa sesuatu, dapat juga berarti nukilan atau yang
dinukilkan dari Nabi dinamai “Do’a ma’tsur”.
Adapun menurut pengertian istilah, dapat disimpulkan pada dua pendapat :
1. Atsar sama atau sinonim dengan Hadits. Karena itu, ahli Hadits disebut juga dengan Atsary.
At –Thabary, memakai kata-kata atsar untuk apa yang datang dari Nabi.
At-Thahawi, memasukkan juga yang dari Sahabat.
2. Atsar tidak sama artinya dengan istilah Hadits.
a. Menurut fuqaha, atsar adalah perkataan-perkataan Ulama Salaf, Sahabat, Tabi’in dan
lain-lain.
b. Menurut fuqaha Khurasan, Atsar adalah perkataan Sahabat. Khabar, adalah Hadits Nabi.
c. Az-Zarkasyi, memakai istilah Atsar untuk Hadits Mauquf, tetapi membolehkan juga untuk
memakai istilah Astar untuk Hadits Marfu’.

 STRUKTUR HADITS
“Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa, ia berkata : “telah mengabarkan kepada
kami Handhalah bi Abi Sufyan dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar r.a. berkata : telah
bersabda Rasullullah saw.: didirikan Islam itu kedalam lima perkara: syahadat bahwa tiada
Tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasul Allah, mendirikan sholat, membayar zakat, berhaji,
dan berpuasa dalam bulan ramadhan”. (Riwayat Bukhori)

Dari contoh Hadits diatas ada tiga unsur pokok yang terkandung didalamnya. Yakni : rawi.
sanad, dan matan.

1. Rawi (Periwayatan)

Yang dimaksud denga Rawi ialah : “Orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam
suatu kitab apa yang pernah didengar atau diterimanya dari seseorang (gurunya).

Bentuk jamaknya : Ruwat, perbuatan yang menyampaikan Hadits tersebut dinamakan


me-rawi (riwayat) kan Hadits. Hadits tersebut di atas, kita temukan pada kitab Hadits yang
disusun oleh Imam Bukhari yang bernama : Al-jami’us Shahih atau lebih dikenal dengan
Shohihul Bukhori.

Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh beberapa orang rawi, yakni :

a. Ibnu Umar ra. sebagai : Rawi pertama.


b. Ikrimah bin Khalid sebagai : Rawi kedua.
c. Handhalah bin Abi Sufyan sebagai : Rawi ketiga.
d. Ubaidullah bin Musa sebagai : Rawi keempat.
e. Imam Bukhari sebagai : Rawi kelima, atau Rawi terakhir.

Imam Bukhari di sini, selain disebut sebagai Rawi kelima atau terakhir, juga disebut
sebagai “mukharrij”, yakni orang yang telah menukil atau mencatat Hadits tersebut pada
kitabnya yang bernama “Al-Jami’us Shahih”. Dengan kata lain, Imam Bukharilah sebagai
pentakhrij dari Hadits tersebut.

“Memindahkan Hadits dari seorang guru kepada orang lain, atau


mendewankan/membukanya ke dalam dewan Hadits” menurut Istilah Ahli Hadits disebut :
Riwayat. Kata-kata riwayat, dari segi bahasa berarti “memindahkan dan menukilkan berita
dari seseorang kepada orang lain”.

2. Sanad

Menurut bahasa, sanad berarti : Sandaran ; yang dapat dipegangi atau dipercayai ; kaki
bukit atau kaki gunung.

Menurut Istilah, sanad Hadits berarti : Jalan yang menyampaikan kita kepada matan
Hadits. Sanad disebut juga dengan :thariq atau wajh.

Deretan kata-kata mulai dari :

Sampai kepada :

Itulah yang dinamakan sanad.

Dengan demikian, maka urutan sanad dari Hadits diatas adalah sebagai berikut :

a. Ubaidullah bin Musa sebagai : Sanad pertama, atau Awal Sanad.


b. Handhalah bin Abi Sufyan sebagai : Sanad kedua.
c. Ikrimah bin Khalid sebagai : Sanad ketiga.
d. Ibnu Umar ra. sebagai : Sanad keempat, atau Akhir Sanad.

Karena ada istilah “awal sanad” dan ”akhir sanad”, maka ada juga yang disebut “ausatus
sanad”, atau pertengahan Sanad. Dan dalam contoh diatas yang menjadi “ausatus sanad”
adalah seluruh Sanad yang berada antara “awal sanad” dengan “akhir sanad”, yakni :
Handhalah bin Abi Sufyan dan Ikrimah bin Khalid.

Jumlah sanad dalam suatu Hadits, tidak mesti hanya berjumlah empat saja seperti
contoh diatas, tetapi ada yang lima atau lebih. Dalam hubungannya dengan istilah Sanad ini,
dikenal juga istilah-istilah : Musnid, Musnad, dan Isnad.

Yang dimaksud dengan “Musnid” ialah : Orang yang menerangkan Hadits dengan
menyebutkan sanadnya. “Musnad” ialah : Hadits yang disebut dengan diterangkan seluruh
sanadnya yang sampai kepada Nabi saw. Pengertian lain tentang “Musnad” ialah : Kitab
Hadits yang didalamnya dikoleksikan oleh penyusunnya, Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
seorang shahaby (umpama dari Abu Hurairah saja) dalam satu bab tertentu, kemudian yang
diriwayatkan oleh Shahaby yang lain dalam bab lain pula secara khusus.
Dan karena kitab-kitab Musnad itu banyak jumlahnya, maka biasanya, untuk
membedakan kitab Musnad yang satu dengan kitab Musnad lainnya, maka dihubungkanlah
kata-kata Musnad itu dengan nama penyusunnya. Misalnya : Musnad Ahmad, Musnad Abdul
Qasim Al Baghawy, Musnad Said Ibnu Manshur, dan lain-lain. Dengan demikian, maka kitab
Musnad adalah kitab Hadits yang disusun berdasar nama rawi pertama atau sanad terakhir.

Adapun yang maksud dengan “Isnad” ialah : Menerangkan atau menjelaskan sanadnya
Hadits (jalan datangnya Hadits). Atau jalan menyandarkan Hadits.

Dalam Ilmu Hadits, dikenal dengan istilah “shighat isnad” artinya : lafadz-lafadz yang ada
dalam sanad yang digunakan oleh rawi-rawi pada waktu menyampaikan Hadits atau riwayat.
Shighat Isnad itu ada delapan tingkatan (martabat). Martabat pertama lebih tinggi daripada
martabat kedua dan martabat kedua lebh tinggi dari martabat ketiga, dan seterusnya.

Martabat Pertama : (saya telah mendengar)

(kami telah mendengar)

(ia telah menceritakan kepadaku)

(ia telah menceritakan kepada kami)

Martabat Kedua : (ia telah mengabarkan kepadaku)

(saya telah membaca padanya)

Martabat Ketiga: (ia telah mengabarkan kepada kami)

(dibaca kepadanya sedang saya


mendengarkan)

(kami telah membaca padanya)

Martabat Keempat : (ia telah member tahu kepadaku)

(ia telah member tahu kepadaku)

(ia telah member tahu kepada kami)

(ia telah member tahu kepada kami)

Martabat Kelima : (ia telah menyerahkan kepadaku)

Martabat Keenam : (ia telah mengucapkan kepadaku)

Martabat Ketujuh : (ia telah menulis kepadaku)

Martabat Kedelapan : (dan, dari pada)


(sesungguhnya, bahwasanya)

(saya dapati dalam kitab saya, dari …)

(ia telah meriwayatkan)

3. Matan

Dari segi bahasa, matan berarti : punggung jalan (muka jalan); atau tanah yang keras dan
tinggi.

Dari segi istilah, matan (matnul Hadits) berarti materi berita yang berupa sabda,
perbuatan atau taqrir Nabi saw. yang terletak setelah sanad yang terakhir. Secara umum,
matan dapat diartikan selain sesuatu pembicaraan yang berasal/tentang Nabi, juga
berasal/tentang Sahabat atau Tabi’in.

Untuk contoh Hadits diatas, matan Haditsnya adalah rangkaiaan kalimat mulai :

sampai

Dalam penulisan Hadits Rasul, khususnya dalam tata penulisan ilmiah, seyogianya, selain
ditulis matan Hadits dimaksud, juga ditulis nama rawi terakhir (pentakhrijnya) dan nama
perawi pertamanya (sanad terakhirnya).

Umpamanya untuk penulisan dari contoh Hadits diatas, maka setelah ditulis matannya,
lalu ditulis kata-kata :

Sudah barang tentu, untuk penulisan ilmiah lebih lengkap, masih perlu pula disebutkan
dalam catatan kakinya sumber pengambilan dari matan Hadits tersebut. Yakni dari kitab
Hadits apa saja, cetakan berapa, dan sebagainya. Hal ini untuk memelihara orisinalitas dan
keshahihan materi Hadits yang dikutipnya.

Keterangan Tambahan

Selain istilah : Rawi, sanad, dan matan seperti yang telah diuraikan di atas, perlu pula
diketahui beberapa istilah lainnya, yakni : Istikhraj, mukharrij, takhrij, dan mustakhrij.

Apabila kita telah mengambil/mengutip matan Hadits dari suatu kitab Hadits tertentu
(umpama kitab Shahihnya Imam Bukhari), kemudian kita mencari matan Hadits yang sama
ditempat yang lain dengan sanad yang berbeda dengan sanadnya Imam Bukhari, tetapi sanad
yang berbeda itu akhirnya dapat bertemu dengan sanadnya Imam Bukhari yang akhir, maka
pekerjaan yang demikian itu dinamakan : Istikhraj atau Takhrij atau Ikhraj. Orang yang
mengerjakan yang demikian itu disebut : Mukharrij atau Mustakhrij.
A. PENGERTIAN HADITS

B. PENGERTIAN SUNNAH
C. PENGERTIAN KHOBAR
D. PENGERTIAN ATSAR
E. STRUKTUR HADITS

You might also like