Professional Documents
Culture Documents
Disusun :
Saria Ulfa
PENDIDIKAN BIOLOGI / B
2010
HADITS
Pengertian hadits menurut bahasa :
1. Al-jadid (yang baru)
2. Al-qorib (yang dekat/yang belum lama lagi terjadi)
3. Al-khobaru (berita)
Pengertian hadits menurut istilah (terminologi), para ulama berbeda pendapat dalam
memberikan pengertian tentang hadits :
1. Ulama Hadits umumnya menyatakan, bahwa “Hadits ialah segala ucapan Nabi, segala
perbuatan beliau, segala taqrir (pengakuan) beliau, dan segala keadaan beliau”.
Termasuk “segala keadaan beliau” adalah sejarah hidup beliau yakni waktu kelahiran
beliau, keadaan sebelum dan sesudah beliau di angkat sebagai rosul dan sebagainya.
2. Sebagian Ulama menyatakan, bahwa “Hadits ialah segala perkataan, perbuatan, dan
taqrir Nabi,para Sahabat-nya dan Tabi’in”. Dengan demikian, apa yang datang dari para
Sahabat Nabi dan para Tabi’in termasuk kategori hadits.
3. Ulama Ushul menyatakan, bahwa “hadits ialah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir
Nabi, yang bersangkut paut dengan hokum”.
4. Abdul Wahab Ibnu Subky dalam “Mutnul jam’il jawami” menyatakan, bahwa “hadits
ialah perkataan dan perbuatan Nabi SAW”.
Adanya perbeaan pendapat antara ulama hadits dengan ulama ushul dalam memberikan
definisi hadits diatas, didasari oleh perbedaan cara peninjauannya.
Ulama Hadits meninjaunya, bahwa pribadi Nabi itu adalah sebagai “Uswatun Hasanah”
(Ikatan Ulama), sehingga dengan demikian, segala apa yang berasal dari Nabi, baik berupa
biografinya, akhlaknya, beritanya, perkataan dan perbuatannya, baik yang ada hubungannya
dengan hokum atau tidak, dikategorikan sebagai hadits.
Sedangkan Ulama Ushul meninjaunya, bahwa pribadi Nabi adalah sebagai pengatur undang-
undang (disamping Al-qur’an), yang menciptakan dasar-dasar ijtihad para mujtahid yang datang
sesudahnya dan menjelaskan kepada ummat manusia tentang aturan hidup, oleh karena itu
membatasi diri dengan hal-hal yang bersangkutan dengan pendapat hukum saja.
SUNNAH
Kata jama’ dari “sunnatun” adalah ”sunanun”. Arti Sunnah menurut bahasa ada dua
pendapat :
KHOBAR
Pengertian khobar menurut bahasa adalah berita.
Sedangkan pengertian khobar menurut istilah (terminologi) ada dua pendapat :
1. Sebagaian Ulama menyatakan, bahwa khobar itu sama/sinonim dengan hadits, oleh
karena itu mereka menyatakan, bahwa khobar itu adalah apa yang datang dari Nabi, baik
yang marfu’ (yang disandarkan kepada Nabi), yang mauquf (yang disandarkan kepada
sahabat), maupun yang maqthu’ (yang disandarkan kepada tabi’in). dengan kata lain,
bahwa khabar itu, mencakup apa yang datang dari Rasul, dari Sahabat, dan dari Tabi’in.
Menurut Dr. Subhi dalam bukunya Ulumul Hadits wa Musthalahuhu (hal 10), para Ulama
Hadits yang berpendapat demikian ini beralasan selain dari segi bahasa (yakni bahwa arti Hadits
dan khabar adalah berita), juga beralasan bahwa yang disebut para perawi itu, tidaklah terbatas
bagi rang yang meriwayatkan/menukilkan berita dari Nabi semata tetapi juga yang menukilkan
berita dari Sahabat dan Tabi’in. Sebab kenyataannya, para perawi itu telah meriwayatkan apa
yang datang dari Nabi dan yang datang dari selainnya. Oleh karena itu, tidaklah ada keberatan
untuk menyamakan Hadits dan Khabar.
ATSAR
Menurut Bahasa, Atsar berarti : bekas atau sisa sesuatu, dapat juga berarti nukilan atau yang
dinukilkan dari Nabi dinamai “Do’a ma’tsur”.
Adapun menurut pengertian istilah, dapat disimpulkan pada dua pendapat :
1. Atsar sama atau sinonim dengan Hadits. Karena itu, ahli Hadits disebut juga dengan Atsary.
At –Thabary, memakai kata-kata atsar untuk apa yang datang dari Nabi.
At-Thahawi, memasukkan juga yang dari Sahabat.
2. Atsar tidak sama artinya dengan istilah Hadits.
a. Menurut fuqaha, atsar adalah perkataan-perkataan Ulama Salaf, Sahabat, Tabi’in dan
lain-lain.
b. Menurut fuqaha Khurasan, Atsar adalah perkataan Sahabat. Khabar, adalah Hadits Nabi.
c. Az-Zarkasyi, memakai istilah Atsar untuk Hadits Mauquf, tetapi membolehkan juga untuk
memakai istilah Astar untuk Hadits Marfu’.
STRUKTUR HADITS
“Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa, ia berkata : “telah mengabarkan kepada
kami Handhalah bi Abi Sufyan dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar r.a. berkata : telah
bersabda Rasullullah saw.: didirikan Islam itu kedalam lima perkara: syahadat bahwa tiada
Tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasul Allah, mendirikan sholat, membayar zakat, berhaji,
dan berpuasa dalam bulan ramadhan”. (Riwayat Bukhori)
Dari contoh Hadits diatas ada tiga unsur pokok yang terkandung didalamnya. Yakni : rawi.
sanad, dan matan.
1. Rawi (Periwayatan)
Yang dimaksud denga Rawi ialah : “Orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam
suatu kitab apa yang pernah didengar atau diterimanya dari seseorang (gurunya).
Imam Bukhari di sini, selain disebut sebagai Rawi kelima atau terakhir, juga disebut
sebagai “mukharrij”, yakni orang yang telah menukil atau mencatat Hadits tersebut pada
kitabnya yang bernama “Al-Jami’us Shahih”. Dengan kata lain, Imam Bukharilah sebagai
pentakhrij dari Hadits tersebut.
2. Sanad
Menurut bahasa, sanad berarti : Sandaran ; yang dapat dipegangi atau dipercayai ; kaki
bukit atau kaki gunung.
Menurut Istilah, sanad Hadits berarti : Jalan yang menyampaikan kita kepada matan
Hadits. Sanad disebut juga dengan :thariq atau wajh.
Sampai kepada :
Dengan demikian, maka urutan sanad dari Hadits diatas adalah sebagai berikut :
Karena ada istilah “awal sanad” dan ”akhir sanad”, maka ada juga yang disebut “ausatus
sanad”, atau pertengahan Sanad. Dan dalam contoh diatas yang menjadi “ausatus sanad”
adalah seluruh Sanad yang berada antara “awal sanad” dengan “akhir sanad”, yakni :
Handhalah bin Abi Sufyan dan Ikrimah bin Khalid.
Jumlah sanad dalam suatu Hadits, tidak mesti hanya berjumlah empat saja seperti
contoh diatas, tetapi ada yang lima atau lebih. Dalam hubungannya dengan istilah Sanad ini,
dikenal juga istilah-istilah : Musnid, Musnad, dan Isnad.
Yang dimaksud dengan “Musnid” ialah : Orang yang menerangkan Hadits dengan
menyebutkan sanadnya. “Musnad” ialah : Hadits yang disebut dengan diterangkan seluruh
sanadnya yang sampai kepada Nabi saw. Pengertian lain tentang “Musnad” ialah : Kitab
Hadits yang didalamnya dikoleksikan oleh penyusunnya, Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
seorang shahaby (umpama dari Abu Hurairah saja) dalam satu bab tertentu, kemudian yang
diriwayatkan oleh Shahaby yang lain dalam bab lain pula secara khusus.
Dan karena kitab-kitab Musnad itu banyak jumlahnya, maka biasanya, untuk
membedakan kitab Musnad yang satu dengan kitab Musnad lainnya, maka dihubungkanlah
kata-kata Musnad itu dengan nama penyusunnya. Misalnya : Musnad Ahmad, Musnad Abdul
Qasim Al Baghawy, Musnad Said Ibnu Manshur, dan lain-lain. Dengan demikian, maka kitab
Musnad adalah kitab Hadits yang disusun berdasar nama rawi pertama atau sanad terakhir.
Adapun yang maksud dengan “Isnad” ialah : Menerangkan atau menjelaskan sanadnya
Hadits (jalan datangnya Hadits). Atau jalan menyandarkan Hadits.
Dalam Ilmu Hadits, dikenal dengan istilah “shighat isnad” artinya : lafadz-lafadz yang ada
dalam sanad yang digunakan oleh rawi-rawi pada waktu menyampaikan Hadits atau riwayat.
Shighat Isnad itu ada delapan tingkatan (martabat). Martabat pertama lebih tinggi daripada
martabat kedua dan martabat kedua lebh tinggi dari martabat ketiga, dan seterusnya.
3. Matan
Dari segi bahasa, matan berarti : punggung jalan (muka jalan); atau tanah yang keras dan
tinggi.
Dari segi istilah, matan (matnul Hadits) berarti materi berita yang berupa sabda,
perbuatan atau taqrir Nabi saw. yang terletak setelah sanad yang terakhir. Secara umum,
matan dapat diartikan selain sesuatu pembicaraan yang berasal/tentang Nabi, juga
berasal/tentang Sahabat atau Tabi’in.
Untuk contoh Hadits diatas, matan Haditsnya adalah rangkaiaan kalimat mulai :
sampai
Dalam penulisan Hadits Rasul, khususnya dalam tata penulisan ilmiah, seyogianya, selain
ditulis matan Hadits dimaksud, juga ditulis nama rawi terakhir (pentakhrijnya) dan nama
perawi pertamanya (sanad terakhirnya).
Umpamanya untuk penulisan dari contoh Hadits diatas, maka setelah ditulis matannya,
lalu ditulis kata-kata :
Sudah barang tentu, untuk penulisan ilmiah lebih lengkap, masih perlu pula disebutkan
dalam catatan kakinya sumber pengambilan dari matan Hadits tersebut. Yakni dari kitab
Hadits apa saja, cetakan berapa, dan sebagainya. Hal ini untuk memelihara orisinalitas dan
keshahihan materi Hadits yang dikutipnya.
Keterangan Tambahan
Selain istilah : Rawi, sanad, dan matan seperti yang telah diuraikan di atas, perlu pula
diketahui beberapa istilah lainnya, yakni : Istikhraj, mukharrij, takhrij, dan mustakhrij.
Apabila kita telah mengambil/mengutip matan Hadits dari suatu kitab Hadits tertentu
(umpama kitab Shahihnya Imam Bukhari), kemudian kita mencari matan Hadits yang sama
ditempat yang lain dengan sanad yang berbeda dengan sanadnya Imam Bukhari, tetapi sanad
yang berbeda itu akhirnya dapat bertemu dengan sanadnya Imam Bukhari yang akhir, maka
pekerjaan yang demikian itu dinamakan : Istikhraj atau Takhrij atau Ikhraj. Orang yang
mengerjakan yang demikian itu disebut : Mukharrij atau Mustakhrij.
A. PENGERTIAN HADITS
B. PENGERTIAN SUNNAH
C. PENGERTIAN KHOBAR
D. PENGERTIAN ATSAR
E. STRUKTUR HADITS