You are on page 1of 11

MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

I. Pendahuluan
Dari seluruh Negara di dunia, Indonesia dianggap sebagai negara yang memiliki
penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Masuknya agama Islam ke Indonesia
dan menjadi agama yang besar di Indonesia, tentunya tidak terjadi begitu saja, namun
mengalami proses yang cukup panjang. Proses itu meliputi jasa para da’i, mubalig,
ulama, dan pemimpin bidang masing-masing dalam proses penyebaran agama Islam di
Indonesia.
Kedatangan Islam pada abad ke-7 M ke dunia, dianggap oleh sejarawan sebagai
pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta
peradaban baru.1 Selama lebih dari empat belas abad sejak nabi Muhammad
menyebarkan ajaran-ajaran baru dalam bidang teologi monoteistis, bidang kehidupan
individu, bidang kehidupan masyarakat, dan kenegaraan, terbentanglah peradaban
Islam dari wilayah Spanyol sampai benteng Cina, dari lembah Sungai Wolga di Rusia
sampai ke Asia Tenggara, belakangan bahkan sudah hampir keseluruh dunia, yang
dirintis oleh Rasul Muhammad, Khulafa al-Rasyidin, Amawiyah, Abbasiyah.
Saat Islam datang ke Indonesia, sebenarnya kepulauan nusantara sudah
mempunyai peradaban yang bersumber dari kebudayaan asli pengaruh dari peradaban
Hindu-Budha dari India, yang pengaruh penyebarannya tidak merata. Penyebaran
Islam di sebagaian daerah di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal itu disebabkan
Islam yang dibawa oleh pedagang maupun para da’i dan ulama, penyebarannya
menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif
lebih maju dari peradaban yang ada. Dengan kedatangan Islam, masyarakat Indonesia
mengalami transformasi dari masyarakat agraris feodal pengaruh Hindu-Budha kearah
masyarakat kota pengaruh Islam. 2
1 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Rajagarafindo
Persada,2005), hlm.1
2 Ibid, hlm 3-4

1
II. Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia3
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari
wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman bin Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di
kepulauan nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti
Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah
perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan
pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi
nusantara sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari kepulauan nusantara, adalah yang
pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di
Indonesia berdiri, yakni kerajaan Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa
pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab
yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim
dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di
Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin
yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam
Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama
Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu
pada zaman Kerajaan Singosari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk
asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada peng-Islaman penduduk pribumi
nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi
memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk
Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan
saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti, yaitu ditandai
dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.
3www.sejarah Islam Nusantara.com
Tgl 15 Februari 2010, 20.33 WIB
2
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh
surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di nusantara seperti
Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam
mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya
bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai,
tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke
nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Setiap kali para penjajah terutama Belanda menundukkan kerajaan Islam di
nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan
tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka
terputuslah hubungan umat Islam nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa
lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk
menjauhkan umat Islam nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka
yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke
Indonesia, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka
mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama
seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali
mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama
dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha.
Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah
menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan
Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun
maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir
utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M.
Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah
Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya,
Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak,
Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Mekkah. Bahkan ikut
mempertahankan Mekkah dari serbuan Turki Utsmani.
3
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad
kaum muslimin nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak
merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun
biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan,
terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat
dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa, Kondisi seperti ini
setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama nusantara
adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara
mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang
sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini
berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada
nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak
perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu
(Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para
ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro),
Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).
III. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Melalui Babak – Babak Yang Penting4
1. Babak pertama, abad 7 masehi (abad 1 hijriah).
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang
ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India
yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari
berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di
pesisir-pesisir nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut
atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami
sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berkenalan
dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan sebagai manusia dan ini yang
membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam.
2. Babak kedua, abad 13 masehi.
4www. masuknya islam ke Indonesia.com
Tgl 20 Februari, 17. 45
4
Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di
nusantara, yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya di
daerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena
konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah
tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk
mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan
dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun
masih bersifat lokal.
3. Babak ketiga, masa penjajahan Belanda.
Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda
ke daerah nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya menjajah. Belanda
datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC, semejak itu hampir seluruh
wilayah nusantara dijajah oleh Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaankerajaan
Islam di nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini
yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara
aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para
Ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi
markas-markas perjuangan, santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah
(pasukan Allah) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima
perangnya. Hampir seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap
penjajah adalah kaum muslimin beserta ulamanya.
Potensi-potensi tumbuh dan berkembang diabad 13 menjadi kekuatan
perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat
pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan perjuangan. Ulamaulama
menggelorakan Jihad melawan kaum kafir yaitu penjajah Belanda. Belanda
mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:
Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau
mengadu domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di
Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
5
Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang
Guru Besar keIndonesiaan di Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis
yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat agar pemerintahan
Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus)
dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut
dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan
terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji karena pada saat
itulah terjadi pematangan perjuangan terhadap penjajahan.
4. Babak keempat, abad 20 masehi
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik
balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat
membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan
pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi
sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Qur’an dan
akan dijadikannya boneka-boneka penjajah, yang mendapat pendidikanpun tidak
seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang
pemimpin-¬pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.
Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat
organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam
merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun
1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi
wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang masih bersifat kedaerahan
yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional
pertama daripada Budi Utomo.
Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin
organisasi tersebut pada usia 25 tahun, seorang kaum priyayi yang karena memegang
teguh Islam maka diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa. Ia bekerja sebagai buruh
pabrik gula. Ia adalah seorang inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia.
Serikat Islam di bawah pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan
Belanda. Tokoh-tokoh Serikat Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang
6
membina para pemuda yang tergabung dalam Young Islamitend Bound yang bersifat
nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun 1928.
Dakwah Islam di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti
lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-
Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian
berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang
anggotanya adalah para pimpinan institusi-institusi ke-Islaman tersebut.
Di masa pendudukan Jepang, dilakukan strategi untuk memecah-belah kesatuan
kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang dengan membentuk kementrian Sumubu
(Departemen Agama). Jepang meneruskan strategi yang dilakukan Belanda terhadap
umat Islam. Ada seorang Jepang yang faham dengan Islam yaitu Kolonel Huri, ia
memotong koordinasi ulama-ulama di pusat dengan di daerah, sehingga ulama-ulama
di desa yang kurang informasi dan akibatnya membuat umat dapat terbodohi.
Pemerintahan pendudukan Jepang memberikan fasilitas untuk kemerdekaan
Indonesia dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) dan lebih mengerucut lagi menjadi Panitia Sembilan, Panitia ini yang
merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagram Jakarta merupakan
konsensus tertinggi untuk menggambarkan adanya keragaman Bangsa Indonesia yang
mencari suatu rumusan untuk hidup bersama. Tetapi ada kalimat yang kontroversi
dalam piagam ini yaitu penghapusan “7 kata “ lengkapnya kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya yang terletak pada alinea keempat setelah
kalimat Negara berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.
5. Babak kelima, abad 20 & 21.
Pada babak ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri
terjadinya globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional
secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala
dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di
Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun
kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara
manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra
7
(kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun
ekonomi masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat
perdagangan) yang merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik
adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi
penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun
demikian Allah mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar
di dunia, tetapi masih menjadi tanda tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan
kuantitasnya.
IV. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.
4.1. Teori Tentang Masuknya Islam Ke Indonesia
Datangnya Islam ke Indonesia, mula-mula melalui Parsi dan India, dan bukan
langsung dari timur tengah. Perubahan-perubahan terjadi mungkin secara lebih hebat
dari Eropa, seperti Portugis. Pada abad ke-16, bangsa Belanda pada abad ke-17
sampai pada sebagian abad ke -20 agama Islam muncul dengan kegairahan baru. Kali
ini dari timur tengah pada pertengahan abad ke-19 dan sampai pada sebagian abad ke-
20. Akhirnya serangan sekali-sekali dari Tiongkok serta invasi militer Jepang pada
perang dunia II.5
Secara historis maupun sosiologis, masuknya Islam ke Indonesia, mengalami
banyak masalah baik tentang sejarahnya, maupun perkembangan awal Islam. Islam
dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru
agama (da’i) dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah
pertama itu tidak bertendensi apapun, selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban
tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu saja. Sehingga ada banyak
perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang
ke Indonesia. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sebagai berikut.
a. Pendapat pertama dipelopori oleh sarjana-sarjana Belanda, diantaranya Snouck
Hurgronje yang berpendapat bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M
dari Gujarat (bukan dari Arab langsung). Dengan bukti ditemukannya makam Sultan
5Taufik Abdullah (editor), Islam di Indonesia , (Jakarta: Tinta Mas Indonesia, 1973), hlm.
34
8
yang beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan Samudra
Pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.
b. Pendapat kedua dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof.
Hamka, yang mengadakan “Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di
Medan tahun 1963. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah
datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah( + abad ke-7 sampai ke-8 M)
langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13.
c. Sarjana Muslim Kontemporer seperti Taufik Abdullah mengatakan, bahwa
memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau
abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah di
pelabuhan-pelabuhan. Dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-
13, barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik.
Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran Baghdad ibukota Abbasiyah oleh Hulagu.
Kehancuran Islam menyebabkan pedagang Muslim mengalihkan aktivitas
perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia tenggara.6
4.2. Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.7
1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
a. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah
catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat
utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648
diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
b. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan
bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh
para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke
China.
6Sunanto, Op.cit, hlm. 7-12
7www.masuknya islam ke Indonesia. com.
Tgl 20 Februari, 18.06 WIB
9
c. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya
menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan
Malaya antara tahun 606-699 M.
d. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General
Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya
mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia
pada 672 M.
e. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia
mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke
Malaya.
f. Prof. S. Muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya
berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa
beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah
ada hubungannya dengan kaum Muslimin Indonesia.
g. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya
Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang
memberitahukan adanya Arab muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674).
(Ta Shih = Arab Muslim).
h. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The
Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke
Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
2. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah
Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada
makam itu terdapat prasasti huruf Arab Riq’ah yang berangkat tahun 1802 M.
3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
a. Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya
kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.
b. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita Cina telah menyebut adanya
kerajaan Pase (mungkin Pasai) di Aceh pada 1298 M.
10
c. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met
Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13.
d. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan
Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke-13, berdasarkan sudah adanya beberapa kerajaaan Islam di kawasan
Indonesia.
Dengan datangnya para pedagang ke Indonesia, para da’i dan musafir juga turut
datang. Melalui jalur pelayaran itu pula mereka dapat berhubungan dengan pedagang
dari negeri-negeri di ketiga Benua Bagian Asia. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya
hubungan timbal balik, sehingga terbentuklah perkampungan masyarakat Muslim.
Pertumbuhan perkampungan ini tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi membentuk
struktur pemerintahan dengan mengangkat Meurah Silu, kepala suku Gampung
Samudra menjadi Sultan Malik as-Sholeh.
Oleh karena itu, tersebarnya Islam ke Indonesia dapat dibagi kedalam beberapa
saluran, yaitu:
1. Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran.
2. Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig (sufi pengembara) yang berdatangan
bersama para pedagang .
3. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan anak
bangsawan Indonesia. Dengan perkawinan itu, secara tidak langsung orang Muslim
tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Apalagi
jika pedagang Muslim menikah dengan putri raja, maka keturunannya akan menjadi
pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan dan sebagainya.
4. Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai
kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu
berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Misalnya, pusatpusat
pendidikan dan dakwah Islam di kerajaan Samudra Pasai berperan sebagai
pusat dakwah pertama yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirimi mubalig lokal,
diantaranya mengirim Maulana Malik Ibrahim ke Jawa.
11
5. Tasafuf dan tarekat. Datangnya para pedagang bersamaan denga para ulama,
da’I, dan sufi pengembara mengakibatkan pengangkatan para ulama atau sufi
menjadi penasehat dan pejabat agama di kerajaan. Misalnya, di Aceh, ada Syaikh
Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel.
Penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para sufi melalui dua cara, yaitu:
a. Dengan membentuk kader mubalig, agar mampu mengajarkan serta
menyebarkan agama Islam di daerah asalnya. Dengan demikian, Abd. Rauf
mempunyai murid yang kemudian menyebarkan Islam ditempat asalnya,
diantaranya Syaikh Burhanuddin Ulakan, kemudian Syaikh Abd. Muhyi
Pamijahan di Jawa Barat, dan sebagainya.
b. Melalui karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca diberbagai tempat. Pada
abad ke-17, Aceh adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan
yang ditulis para ulama dan para sufi.
6. Kesenian. Saluran yang banyak dipakai untuk penyebaran Islam terutama di
Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak
cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni
busana.
Secara kasar, penyebaran Islam di Indonesia dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Dimulai dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemorosostan kemudian
keruntuhan Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.
2. Sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia sampai
abad ke-19.
3. Bermula pada awal abad ke-20 dengan terjadinya “liberalisasi” kebijaksanaan
pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahap pertama, penyebaran Islam masih relatif di kota pelabuhan. Namun,
tidak lama kemudian Islam mulai memasuki wilayah pesisir lainnya dan pedesaan.
Pada tahap ini pedagang, ulama-ulama guru tarekat (wali di Jawa) dengan muridmurid
mereka memegang peranan penting. Mereka memperoleh patronase dari
12
penguasa lokal dan dalam banyak kasus penguasa lokal juga ikut berperan dalam
penyebaran Islam. Islamisasi tahap ini sangat diwarnai aspek tasafuf, meskipun aspek
hukum (syariah) juga tidak diabaikan, hal ini disebabkan Islam tasafuf dengan segala
penafsiran mistiknya terhadap Islam dalam beberapa segi tertentu cocok dengan latar
belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu-Budha dan
sinkritisme kepercayaan lokal.8
Pada mulanya Islam mendapatkan kubu-kubu terkuatnya di kota-kota pelabuhan
sekaligus jadi ibu kota kerajaan, seperti Samudra Pasai, Malaka, dan kota-kota
pelabuhan pesisir Jawa. Proses Islamisasi Nusantara berawal dari kota-kota. Di
perkotaan itu sendiri Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan menjadi pusat
pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa yang disusul
kemunculan tokoh-tokoh ulama seperti, Hamzah Fansuri, Samsuddin Sumatrani,
Naruddin al-Raniri, Abd Rauf Singkel dikerajaan Aceh dan Wali Songo di kerajaan
Demak. Tokoh-tokoh ini mempunyai jaringan keilmuan yang luas, baik di dalam
maupun di luar negeri, sehingga menjadikan Islam Indonesia bersifat Internasional.
Kota pelabuhan yang juga menjadi istana kerajaan yang kemudian berkembang
menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam didatangi murid-murid yang nantinya
akan menjadi da’i yang menyebarkan Islam lebih lanjut ke daerah-daerah lain. Kota
pelabuhan juga menjadi pusat penggemblengan kader-kader politik, dan kelak menjadi
raja-raja Islam pertama di kerajaan-kerajaan baru.
Tahap kedua, penyebaran Islam terjadi ketika VOC semakin mantap menjadi
penguasa di Indonesia. Pada abad ke-17 VOC baru merupakan salah satu kekuatan
yang ikut bersaing dalam kompetisi dagang dan politik di kerajaan Islam Nusantara.
Akan tetapi pada abad ke-18 VOC berhasil tampil sebagai pemegang hegemoni politik
di Jawa dengan terjadinya perjanjian Giyanti tahun 1755 yang memecah Mataram
menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian tersebut menjadikan raja-raja
Jawa tidak mempunyai wibawa karena kekuasaan politik telah jatuh ke tangan penjajah,
sehingga raja menjadi sangat tergantung kepada VOC. Campur tangan VOC terhadap
keraton makin luas termasuk masalah keagamaan. Peranan ulama di keraton menjadi
terpinggirkan. Oleh karena itu, ulama keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan
8 Sunanto, Op.cit hlm. 13
13
sambil memobilisasi petani membentuk pesantren dan melawan kolonial, seperti kasus
Syaikh Yusuf al-Makassari.9
Tahap ketiga, terjadi pada awal abad ke-20, ketika terjadi liberalisasi
kebijaksanaan pemerintah Belanda mengalami defisit yang tinggi akibat menanggulangi
tiga perang besar, seperti perang Diponegoro, perang Paderi dan perang Aceh,
Belanda mengangkat Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch memperkenalkan
sistem tanam paksa (cultuur stelsel) yang mengharuskan petani membayar pajak dalam
bentuk hasil pertanian yang dipaksakan. Dari situ, rakyat mulai mengenal berbagai
tanaman untuk perdagangan internasional, sehingga terjadi revolusi ekonomi di Jawa.10
Pada tahun 1870 terjadi sistem ekonomi liberal, dimana kekuasaan elit lokal
merosot hanya sebagai mandor penanaman. Untuk keperluan ekonomi liberal
prasarana fisik dibangun, perkebunan diperbesar, irigasi, transportasi kereta api di
Jawa dan Sumatera, pengangkutan laut, pelabuhan-pelabuhan baru dibangun di
Tanjung Priuk pada tahun 1893.
Namun pada tahun 1963 M di kota Medan, dalam sebuah seminar yang
membicarakan tentang masuknya Islam ke Indonesia, menghasilkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pertama kali Islam masuk Ke Indonesia pada abad 1 H/7M, yang langsung
datang dari negeri Arab.
2. Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah daerah pesisir Sumatera Utara.
Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan
Aceh.
3. Para da’i Islam yang pertama, mayoritas para pedagang. Pada saat itu dakwah
disebarkan dengan damai.11
V. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia, kami
menyimpulkan bahwa:
9Sunanto, Op.cit, hlm. 14
10 Ibid, hlm. 15
11 Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, ( Jakarta:
Akbar, 2004), hlm. 336
14
1. Sebelum Islam datang ke Indonesia, sebenarnya kepulauan nusantara sudah
memiliki peradaban tersendiri, yaitu peradaban yang bersumber dari kebudayaan
asli pengaruh peradaban Hindu-Budha dari India. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sebenarnya, Islam bukanlah peradaban pertama yang mendiami kepulauan
nusantara.
2. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia berlangsung dengan cepat dan pesat serta
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia, walaupun masuknya Islam ke Indonesia
berlangsung dalam beberapa bagian tahap atau babak. Cepat dan pesatnya
masuknya Islam ke Indonesia dibuktikan dengan cara penyebarannya oleh para
pedagang, da’i dan ulama, terutama dengan ajaran dan gaya hidup yang lebih maju
dari peradaban yang ada. Kemajuan dalam peradaban ini juga didukung dengan
adanya sistem dakwah dan perdagangan yang damai serta berdirinya kerajaankerajaan
Islam di nusantara yang segera dapat mengimbangi kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha yang sudah ada sebelumnya.
3. Dari beberapa sumber yang diperoleh, maka dapat dicatat adanya perbedaan dalam
menentukan kapan masuknya agama Islam di Indonesia. Sumber-sumber yang
dimaksud menetapkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia adalah pada abad ke-
7, abad ke-11, dan abad ke-13. Namun, kami dari kelompok menyimpulkan lebih
setuju bahwa agama Islam masuk ke Indonesia sudah di mulai pada abad ke-7. Hal
ini kami tegaskan karena kebudayaan Islam sudah termasuk budaya yang sangat
tua di Indonesia, dan jarak sebelum masuknya kolonial Belanda (abad ke-15)
agama Islam sudah ada di Indonesia.
4. Agama Islam terus mengalami perkembangan di Indonesia, walaupun tidak sedikit
tantangan yang datang dari koloniallisme Belanda dan juga para penjajah dari
bangsa lain. Perlawanan ini terutama ditunjukkan oleh kerajan-kerajaan Islam,
maupun organisasi-organisasi kedaerahan dan juga took-tokoh Islam.
Perkembangan selanjutnya pasca kolonialisme diwarnai dalam kekuatan politik
Islam dengan dakwah Islam nasional dan didukung internasional yang menyentuh
semua lapisan masyarakat hingga kini Indonesia menjadi Negara Muslim terbesar di
Dunia.
15
KEPUSTAKAAN
Abdullah Taufik
1973 Islam di Indonesia , Jakarta, Tinta Mas Indonesia
al-Usairy Ahmad
2004 Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX
Jakarta, Akbar
Sunanto Musyrifah
2005 Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta, Rajagarafindo
Persada
Sumber Lain:
www.sejarah Islam Nusantara.com, 15 Februari 2010, 20.33 WIB
www. masuknya Islam ke Indonesia.com, 20 Februari, 17. 45
www.masuknya Islam ke Indonesia. Com, 20 Februari, 18.06 WIB
16

You might also like