You are on page 1of 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami (penulis) panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi Komunikasi ini tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya serta segenap umat yang setia mengikuti ajarannya
dengan berbuat kebajikan hingga akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Deni Darmawan

2. Ibu Riche Syintia M.Si

3. Ibu Hana M.Si

Selaku dosen mata kuliah Psikologi Komunikasi untuk Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang konstruktif dan saran yang
dapat membawa perbaikan bagi makalah ini.

Penulis berharap, semoga penyusunan makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Bandung, Maret 2011

Penulis
ANALISIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Teori Komunikasi

Oleh:

Hilman Dani Triawan 1005864

Rina Ratnasari 1000171

Eliza Barokah 1000546

Febby Achmad 1001865

Fika Tiara Shanti 1001977

Gandi Nugraha 1000786

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal yang sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian


manusia dalam kehidupannya. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan
kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran
manusia. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana maupun dengan cara yang
kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan interaksi dengan cara berkomunikasi.

Komunikasi yang efektif terjadi apabila individu-individu yang berkomunikasi mencapai


pemahaman bersama. Kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan
menentukan keberhasilan seseorang, dimanapun dia berada, bukan hanya dalam hubungan antar
individu, melainkan dalam hubungan yang lebih kompleks, misalnya dalam suatu kelompok.

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.

Oleh karena itu untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi
interpersonal, makalah ini khusus menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi
interpersonal. Antara lain mengenai persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan
hubungan interpersonal.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana pengkajian persepsi interpersonal dalam komunikasi interpersonal ?


2. Bagaimana pengkajian konsep diri dalam komunikasi interpersonal ?
3. Bagaimana pengkajian atraksi interpersonal dalam komunikasi interpersonal ?
4. Bagaimana pengkajian hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal ?
1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat penulis, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil analisis dalam komunikasi interpersonal:

1. Persepsi interpersonal,
2. Konsep diri,
3. Atraksi interpersonal, dan
4. Hubungan interpersonal.

1.4 Manfaat Penyusunan Makalah

Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai komunikasi interpersonal khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
makalah ini.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, terdiri atas: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Pembahasan, terdiri atas: Analisis mengenai persepsi interpersonal, konsep diri,
atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.

BAB III Penutup terdiri dari: kesimpulan


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PERSEPSI INTERPERSONAL

Persepsi kita bukanlah sekedar rekaman peristiwa atau objek. Persepsi kita pada orang
lain berbeda dengan persepsi kita terhadap sebuah objek. Bila pada keyboard computer kita
tekan tombol Z, maka yang akan tampil pada layar ialah huruf Z. tetapi persepsi manusia
tidak seperti itu, dalam mempersepsi sesuatu manusia dipengaruhi oleh kebutuhan, kesiapan
mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya. Terdapat empat perbedaan antara
persepsi objek dan persepsi interpersonal, diantaranya.

1. Perbedaan Stimuli yang Ditangkap

Pada persepsi objek, stimuli yang ditangkap oleh indra kita melalui benda fisik, cahaya, dsb.
Sedangkan pada persepsi interpersonal, stimuli mungkin sampai melalui pihak ketiga,
misalnya sebelum bertemu dengan seseorang, kita mendengar kabar bahwa orang tersebut
ramah, cerdas, dan baik hati. Maka persepsi kita terhadap orang tersebut akan positif.

2. Adanya Sifat Internal yang Ditangkap

Pada objek, sifat yang diamati hanya bentuk fisik luarnya saja, akan tetapi pada persepsi
interpersonal kita mencoba memahami sifat internal dari orang lain. Misalnya seseorang
memarahi kita, maka kita akan mencoba memahami motif orang tersebut, yaitu mengapa
orang lain marah.

3. Adanya Reaksi Pada Orang Lain

Ketika kita mempersepsi suatu objek mati, maka objek tidak memberikan reaksi pada kita.
Tetapi ketika kita mengamati teman kita, maka terkadang teman kita juga memberikan reaksi
pada kita. Dan hal itu akan mempengaruhi persepsi kita terhadap teman kita tersebut.

4. Objek Cenderung Tetap, Manusia Cenderung Berubah


Jika minggu lalu kita mengamati papan tulis, maka kemungkinan besar ketika hari ini kita
mengamati papan tulis tersebut cenderung tidak akan berubah. Berbeda dengan manusia,
keadaan manusia cenderung berubah-ubah. Jika Angga pada minggu lalu ceria, karena punya
pacar baru, bisa jadi hari ini ia menjadi pemurung mungkin karena putus dengan pacar
barunya tersebut. Perubahan pada manusia terkadang mengakibatkan kesalahan persepsi.

PENGARUH FAKTOR SITUASIONAL PADA PERSEPSI INTERPERSONAL

Situasi lingkungan mempengaruhi seseorang dalam mempersepsi sesuatu. Bagaimana suatu


pesan disampaikan, bagaimana ekspresi ketika menyampaikan pesan, bagaimana penampilan
seseorang dalam menyampaikan pesan, merupakan hal-hal yang mempengaruhi persepsi
seseorang. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai pengaruh faktor-faktor situasional pada
persepsi interpersonal.

Deskripsi Verbal

Deskripsi verbal ini menjelaskan bagaimana rangkaian rangkaian kata, yaitu kata sifat dapat
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap orang lain. Bila saya menjelaskan bahwa Anggi
merupakan seorang yang cerdas, rajin, lincah, kepala batu, dan dengki. Maka anda akan
membayangkan dia adalah seseorang yang humoris, dan mudah bergaul. Tapi bila rangkaian
tersebut dibalik, dari dengki, kepala batu, lincah, rajin, dan cerdas, maka persepsi anda
tentang Anggi cenderung berubah. Kata pertama mengarahkan kita pada penilaian selanjut
nnya, hal inilah yang disebut primacy effect.

Petunjuk Proksemik

Proksemik ini pada intinya menjelaskan bahwa jarak yang dibuat individu dalam
hubungannya dengan orang lain menunjukan tingkat keakraban di antara mereka. Edward T.
Hall membagi jarak menjadi empat corak: jarak public, jarak sosial, jarak personal, jarak
akrab. Bagaimana penanggap mempersepsi sesuatu dari jarak interpersonal?

1. Kita menyimpulkan keakraban seseorang dari jarak mereka


2. Kita menanggapi sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan kita
3. Persepsi kita akan seseorang dipengaruhi cara orang tersebut mengatur ruang
Petunjuk Kinesik

Penunjuk kinesik memberikan persepsi yang cermat tentang sifat orang-orang tersebut.
Petunjuk kinesik juga merupakan petunjuk yang paling sukar untuk dikendalikan secara
sadar oleh orang yang menjadi stimuli atau penanggap. Misalnya saja jika seseorang berjalan
dengan membusungkan dada maka kita akan mempersi orang tersebut sebagai orang yang
sombong. Jika menundukan kepala maka orang tersebut merendah. Dan lain sebagainya.

Petunjuk Wajah

Petunjuk wajah pun menimbulkan persepsi yang dapat diandalkan. Cicero mengatakan
bahwa wajah merupakan cerminan jiwa. Dibandingkan berbagai petunjuk nonverbal lain,
petunjuk fasial ini merupakan yang paling penting dalam mengenali perasaan persona
stimuli. Misalnya saja senyum dianggap sebagai ungkapan bahagia, melotot merupakan
kemarahan, dan lain lain.

Petunjuk Paralinguistik

Yang dimaksud dengan paralinguistic ialah bagaimana seseorang mengucapkan lambang-


lambang verbal. Jadi jika petunjuk verbal menunjukan apa yang diucapkan, petunjuk
paralinguistic mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Paralinguistic ini meliputi tinggi
rendahnya suara, tempo, gaya verbal, dan interaksi. Suara keras mencerminkan marah, atau
hal yang sangat penting. Tempo bicara lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat
mencerminkan rendah diri.

Petunjuk Artifaktual

Petunjuk artifaktual meliputi berbagai macam penampilan, seperti bentuk tubuh, pakaian,
kosmetik, dan atribut lainnya. Lebih lanjut lagi,penampilan seseorang mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap orang tersebut. Hal ini berdasarkan pada penelitian Karen, Dion,
Ellen, dan Elaine yang membuktikan bahwa seseorang yang berpenampilan menarik akan
lebih mudah mendapatkan simpati dari orang lain.
PENGARUH FAKTOR PERSONAL PADA PERSEPSI INTERPERSONAL

Pada bagian ini akan dijelaskan bahwa factor-faktor personal secara langsung mempengaruhi
kecermatan persepsi. Factor-faktor personal meliputi pengalaman, motivasi, dan kepribadian.
Berikut penjelasan dari factor personal tersebut.

Pengalaman

Pengalaman kita dimasa lalu mempengaruhi kecermatan dalam mempersepsi. Pengalaman


tidak selalu melalui proses formal. Pengalaman kita juga bertambah melalui rangkaian
persitiwa yang kita lewati. Inilah yang menyebabkan seorang ibu langsung melihat hal yang
tidak beres pada anaknya melalui penunjuk kinesik atau yang lainnya. Hal ini dikarenakan
Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya daripada bapak. Hal ini juga yang
menjelaskna mengapa anda sukar berbohong pada orang yang paling dekat dengan anda.

Motivasi

Terdapat tiga motif yang pernah diteliti antara lain motif biologis, motif ganjaran, dan motif
hukuman. Bila anda dihadapkan pada suatu stimuli yang bertentangan dengan motif anda,
maka anda akan bereaksi sebegitu rupa sehingga anda mungkin tidak menyadari bahwa
stimuli itu ada. Misalkan anda sudah terlanjur menyukai seorang gadis, maka anda cenderung
melihat hanya hal-hal baik dari gadis tersebut dan cenderung mengabaikan hal-hal buruk dari
gadus tersebut. Hal ini disebut perceptual defence (pembelaan perceptual).

Kepribadian

Berdasarkan penelitian dari Universitas California di Berkeley, maka disebutkan bahwa


kepribadian otoriter cenderung melemparkan tanggung jawab pada sesuatu diluar dirinya,
dan menghubungkan hal-hal yang tidak menyenangkan pada kekuatan diluar dirinya. Maka
orang otoriter cenderung tidak peka dalam mempersepsi orang lain. Sebaliknya, orang non-
otoriter cenderung lebih peka dalam mempersepsi orang lain. Ia lebih mampu untuk melihat
untuk melihat nuansa orang lain.
PROSES PEMBENTUKAN PESAN

Stereotyping

Ketika informasi yang kita miliki tentang seseorang tidak lengkap, maka kita cenderung
untuk menambahkan informasi tersebut berdasarkan prasangka dan pengalaman kita.
Misalkan ketika anda berjumpa dengan seseorang bernama Michael. Maka anda segera
mengkatagorikan dia sebagai orang barat, yaitu orang yang tepat waktu, berbicara terus
terang, memiliki kemmapuan teknologis dan menganut free sex. Kesan-kesan ini muncul
begitu saja walaupun kita tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak. Inilah yang disebut
dengan stereotyping.

Impicit Personal Theory

Dalam kehidupan sehari-hari kita adalah seorang psikolog amatir yang memiliki berbagai
teori kepribadian kita sendiri. Setiap orang memiliki kensepsi sendiri tentang sifat-sifat apa
berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini tidak pernah dinyatakan karena itulah disebut
implicit personality theory. Misalnya saja konsep “ceria” berkaitan dengan ramah , bahagia,
lincah, dan lain sebagainya.

Atribusi

Atribusi merupakan proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain
melihat pada perilakunya yang tampak. Bila kita melihat perilaku orang lain, maka kita
cenderung mencoba untuk memahami apa yang menyebabkan ia berprilaku seperti itu.
Misalnya ketika kita mendengar kerabat jauh kita yang seorang mahasiswa drop out, maka
kita mencoba menyimpulkan apakah kerabat kita itu malas, kurang motivasi, atau kesalahan
system pendidikan.

Motif seseorang ketika melakukan suatu hal diakibatkan dua hal yaitu kausalitas internal atau
eksternal. Teori atribusi dari Harold Kalley dapat menjelaskan mengenai hal ini. menurut
Kalley, kita menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal,
yaitu : konsensus,- apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap. Konsistensi- apakah
penanggap bertindak sama pada situasi lain. Kekhasan- apakah orang lain bertindak sama
pada situasi lain atau hanya situasi ini saja. Misalnya Rudi bertengkar dengan dosen, begitu
pula dengan mahasiswa lain (consensus tinggi); rudi pernah bertengkar dengan dosen itu
sebelumnya (konsistensi tinggi); rudi tidak pernah bertengkar dengan dosen lain (kekhasan
tinggi). Maka anda menyimpulkan Rudi marah karena ulah dosen, bukan karena watak Rudi.

PROSES PENGELOLAAN KESAN

Petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal memudahkan kita dalam mempersepsi orang lain,
akan tetapi dipersulit juga oleh factor-faktor personal pada penanggap. Kesulitan persepsi
juga timbul karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk
menimbulkan suatu kesan pada penanggap. Irving menyebutnya dengan pengelolaan kesan
(impression management).

Kita mengetahui bahwa orang lain menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang kita
berikan; dan dari penilaian tersebut mereka memperlakukan kita. Karena itulah kita sengaja
menampilkan diri kita seperti yang dikehendaki. Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk
menampilkan diri disebut front. Front terdiri atas panggung, penampilan, dan gaya
bertingkah laku. Panggung misalnya tata letak ruang tamu yang kita rancang untuk
menimbulkan kesan elegan, penampilan misalnya pakaian bermerk yang kita kenakan, dan
gaya bertingkah laku misalnya cara kita berjalan. Dengan menggunakan perangkat front
itulah kita berupaya untuk membentuk persepsi orang lain terhadap kita.

PENGARUH PERSEPSI INTERPERSONAL PADA KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Persepsi kita terhadap orang lain mempengaruhi cara kita berkomunikasi dengan orang
tesebut. Misalnya ketika kita baru berjumpa dengan seseorang yang diketahui humoris, maka
kita cenderung tidak ragu untuk berbagi lelucon dengan orang tersebut. Hal itu tidak akan
terjadi bila kita mengetahui orang tersebut sebagai seorang yang mudah tersinggung.

Sering kali persepsi kita terhadap orang lain tidak cermat, bila kedua pihak menanggapi yang
lain secara tidak cermat, maka disanalah terjadi kemungkinan kegagalan komunikasi.
Kegagalan komunikasi ini dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya
mungkin salah. Komunikasi kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa
persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru.
II.2 KONSEP DIRI

Konsep diri tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi
dengan individu yang lain khususnya dengan lingkungan sosial.

Sebagai contoh:

Seorang anak dibesarkan dengan pujian, keluarga dan orang–orang terdekatnya


memandangnya sebagai orang yang pintar, baik, dan taat beragama. Maka dalam
perkembangannya, anak itu akan berusaha untuk selalu mempertahankan citra diri yang sudah
terbentuk pada dirinya. Dia yang dipandang sebagai anak yang pintar akan rajin sekolah, belajar
dengan sungguh-sungguh , mempunyai catatan yang baik sehingga prestasi akademiknya baik.
Dan saat anak memahami dirinya sebagai anak yang baik dan taat beragama maka dia akan
menjaga nama baik dan perilaku sesuai dengan norma agama yang dia anut.

Lain halnya dengan anak yang dibesarkan dengan cemoohan, dia akan memiliki konsep
diri yang negatif. Dalam pergaulannya dia menjadi orang yang kurang percaya diri dan
pesimistis.

Dari kasus diatas dapat dilihat, adanya faktor yang mempengaruhi konsep diri. Yaitu orang lain.
Dan kuatnya pengaruh penilaiannya terhadap pembentukan konsep diri. Kita mengenal diri kita
dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai saya, akan membentuk
konsep diri saya.

Namun, tidak semua orang lain memberikan pengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Ada
yang paling berpengaruh, yaitu orang yang paling dekat diri kita. Ketika kita masih kecil mereka
adalah orang tua dan saudara kita, seperti contoh diatas. Dari merekalah kita membentuk konsep
diri, pujian, penghargaan yang menyebabkan kita menilai diri secara positif. Ejekan, cemoohan,
hardikan yang membuat kita menilai diri secara negatif. George Herbert menyebutnya
significant order(orang yang sangat penting) yang meliputi semua orang yang membentuk
pemikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.

Dan saat kita dewasa, kita menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan
kita. Kita memandang diri kita atas pandangan orang secara umum.
Sebagai contoh:

Jika kita berprofesi sebagai artis, maka kita akan berperilaku sebagai artis yang dipandang
sebagai orang yang fashionable, selalu memperhatikan penampilan secara fisik

II.3 Hubungan Interpersonal

“Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal
paling penting” [Anita Taylor et al.(1977:187)]

Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan; kita
juga menentukan kadar hubungan interpersonal (bukan hanya menentukan content tetapi juga
relationship)

Teori-teori hubungan interpersonal

a. Dina mempunyai seorang teman yang pelit dan bodoh. Sebagai teman, Dina tetap
membantunya dalam hal memahami pelajaran di sekolah.

Dari kasus diatas teori yang mendasari seseorang dalam melakukan hal seperti itu ialah
Model Pertukaran Sosial .Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi.
Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya.

Seperti contoh Dina, dia membantu temannya karena ada hal tertentu yang melatarbelakanginya,
hal-hal tersebut antara lain adalah ganjaran, biaya, hasil atau laba, dan tingkat perbandingan.

Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan,
dapat berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Misalnya
dalam hal ini Dina membantu temannya agar lebih mudah memahami pelajaran di Sekolah
karena dia tahu, temannya sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam memahami pelajaran
di Sekolah.
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Dalam contoh diatas
misalnya biaya diperhitungkan sebagai usaha Dina yang membantu temannya untuk memahami
pelajaran.

Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Dalam contoh Dina, bila usahanya tidak
sebanding dengan reaksi dari temannya yang tetap pelit dan sulit untuk memahami pelajaran,
maka Dina merugi.

Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam
menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Masih dalam contoh diatas misalnya, jika Dina
mencari teman baru, maka dia akan memperbandingkannya dengan teman lamanya, agar dia
dapat memperoleh hubungan interpersonal yang dia inginkan.

b. Seorang Polisi dipandang sebagai orang yang dapat melayani masyarakat dalam bidang
keamanan.

Dari kasus diatas teori yang mendasarinya adalah Model Peranan. Disini seorang harus
memainkan peranannya sesuai dengan “naskah “ yang telah dibuat masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik apabila seorang individu bertindak sesuai ekspedisi peranan (role
expectation), dan tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills),
dan terhindar dari konflik peranan sert5a kerancuan peranan.

Ekspektasi peranan mengacu pada kewajban, tugas dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu
dalam kelompok. Dalam contoh tersebut diatas, Seorang polisi diharapkan oleh masyarakat
sebagai orang yang dapat melayani dalam bidang keamanan. Karena tuntutan peranan dri
masyarakatlah akhirnya polisi tersebut dapat menjalankan tugasnya. Polisi tersebut dapat
menjalankan tugasnya melayani masyarakat dalam hal keamanan karena dia memiliki
keterampilan atas tugas yang diembannya. Apabila terjadi konflik peranan ataupun kerancuan
peranan ini dikarenakan misalnya peran sebagai polisi tersebut tidak diinginkannya, artinya dia
tidak mau menjadi seorang polisi.

c. Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita
(Orang tua, Orang dewasa, Anak), dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek
tersebut juga.
Kasus diatas didasari oleh teori Model Permainan. Orang tua adalah aspek yang kepribadian
yang merupakan asumsi perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang dianggap
orang tua kita.

Orang dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai
dengan situasi, dan biasanya dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan
keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan
pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan
kesenangan.

d. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan serta saling berkaitan.

Hal tersebut merupakan salah satu dasar dari Model interaksional yang memandang hubungan
interaksional sebagai suatu system. Secara singkat, model interaksional mencoba
menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.

Jenis Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor berikut:

 Berdasarkan jumlah individu yang terlibat:

 Hubungan diad

Merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat
diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad:

 Setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus


 Individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang
ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain.
 Pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang
unik/khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.

 Hubungan Triad
Merupakan hubungan antara tiga orang. Dibandingkan hubungan diad, hubungan triad:

 Lebih kompleks
 Tingkat keintiman/kedekatan anatarindividu lebih rendah, dan
 Keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan
diad, keputusan diambil melalui negosiasi

 Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai:

 Hubungan Tugas

Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter,
hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.

 Hubungan Sosial

Hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini
terbentuk baik secara personal dan sosial (social relationship). Sebagai contoh adalah hubungan
dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

 Berdasarkan Jangka waktu:

 Hubungan jangka pendek

Merupakan hubungan yang sementara sifatnya, hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan
antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.

 Hubungan Jangka Panjang

Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin
banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi,
waktu, komitmen dan sebagainya) Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin
besar usaha kita untuk mempertahankannya.

 Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman;


 Hubungan Biasa

Meruapakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau intim. Pola-pola komunikasi yang
berkembang sifatnya impersonal atau ritual.

 Hubungan akrab/intim

Bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. Hubungan ini ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan
terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.

Hubungan intim terkait dengan jangka waktu: keintiman akan tumbuh pada jangka panjang.
Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan
individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak.

Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal

 Pembentukan hubungan.

Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process). Fokus pada
tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan
hubungan. Informasi yang diperoleh tidak selalu melalui komunikasi verbal melainkan
juga melalui komunikasi nonverbal.

 Peneguhan hubungan

Hubungan interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara
keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol,respons yang tepat dan nada emosional yang
tepat.

 Pemutusan hubungan
Suatu hubungan interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat mengalami
pemutusan hubungan, mungkin karena kematian, mungkin karena konflik yang tidak
terselesaikan dan sebagainya.

Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi


Interpersonal

 Percaya (Trust)

Percaya merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi interpersonal. Percaya
menentukan efektivitas komunikasi. Jika tidak ada rasa kepercayaan diantara masing-
masing individu yang melakukan komunikasi (komunikasi interpersonal), maka persepsi
interpersonal yang terjadi akan terganggu (salah penafsiran)

 Sikap Suportif

Sikap Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang
bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis.Komunikasi
defensif dapat terjadi karena factor-faktor personal atau faktor-faktor situasional.

 Sikap Terbuka

Sikap Terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan


komunikasi interpersonal yang efektif. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap
suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan
saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

Masalah dalam Hubungan Interpersonal

1. Kecemasan sosial (social anxiety), persasan tidak nyaman dalam kehadiran orang lain
disertai kecenderungan menghindari intraksi sosial
2. Kesepian

 Isolasi Sosial seseorang menginginkan hubungan sosial tetapi tidak memiliki jaringan.
 Emosianal Isolation, seseorang mengiginkan suatu hubungan sosial yang mendalam
tetapi tidak memiliki hubungan tsb.

3. Kesendirian (sukarela/ terpaksa)

II.4 Atraksi Interpersonal

Dean C.Barlund, seorang ahli komunikasi interpersonal, menyatakan dalam bahasa


sederhananya “Dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa, atau siapa menghindari siapa,
kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi”. Jadi, makin tertarik kita
pada seseorang makin besar kecendrungan kita untuk berkomunikasi dengan dia. Sehingga
atraksi interpersonal dapat diartikan kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang.

Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, ada factor-faktor yang menyebabkan


mengapa persona stimuli menarik kita. Misalnya saja saya tertarik kepada anda karena sifat-sifat
yang anda miliki (misalnya anda cantik), atau karena suasana emosional saya (misalnya saya
sedang kesepian).

Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal

1. Kesamaan Karakteristik Personal

Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosio-
ekonomis, agama, ideologis, akan cenderung saling menyukai. Menurut teori Cognitive
Consistency dari Fritz Heider, manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap
dan perilakunya. Header menyatakan, jika kita menyukai seseorang, maka kita cenderung
menginginkan orang itu memiliki hal dan sikap yang sama dengan kita, begitu pula kita,
menginginkan hal dan sikap yang sama dengan dia. Supaya seluruh unsur kognitif kita
konsisten. Dan kita akan resah, jika orang yang kita sukai, menyukai hal yang kita benci.
Asas kesamaan ini pada kenyataannya bukanlah satu-satunya determinan atraksi. Atraksi
interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi diantara
individu. Jadi untuk mengawali komunikasi, lebih tepat untuk memulai komunikasi
dengan mencari kesamaan.
2. Tekanan Emosional

Bila orang berada dalam keadaan mencemaskannya, atau harus memikul tekanan
emosional, ia cenderung akan menginginkan kehadiran orang lain. Menurut Stanley
Schachter (1959), orang orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama, akan
membentuk kelompok-kelompok yang punya rasa solidaritas tinggi.

3. Harga diri yang rendah

Walster menyatakan, bila harga diri di rendahkan, hasrat afiliasi ( hasrat untuk bergabung
dengan orang lain ) bertambah, dan ia akan semakin responsif untuk menerima kasih
sayang orang lain. Dengan kata lain, orang yang merendahkan harga dirinya akan
cenderung mudah mencintai orang lain ( tidak suka merendahkan orang lain )

4. Isolasi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, manusia mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu,
tapi tidak untuk waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak
menyenangkan. Beberapa orang peneliti telah menunjukan bahwa tingkat isolasi sosial
amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita terhadap orang lain. Sebagai contoh, bagi
orang yang terisolasi seperti narapidana, petugas di rimba, atau penghuni pulau terpencil,
kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Manusia cenderung menyukai orang yang
mendatangkan kebahagiaan, maka dalam konteks isolasi sosial, kecenderungannya untuk
menyenangi orang lain akan bertambah.

Faktor-Faktor Situasional yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal

1. Daya tarik Fisik (Physical Attractiveness)

Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi
penyebab utama atraksi personal. Kita senang pada orang-orang yang tampan atau cantik.
Mereka pada gilirannya sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang, mereka
juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain, dan biasanya diperlakukan
lebih sopan. Mka dari itu, banyak pengusaha-pengusaha menggunakan wanita-wanita
cantik bukan hanya untuk promosi dan iklan, tetapi juga untuk jadi petugas hubungan
masyarakat. Tapi sebaliknya, orang-orang-orang yang kurang menarik, akan kurang
memperoleh simpati dan perhatian dari orang lain

2. Ganjaran (Reward)

Kita akan cenderung menyenangi orang-orang yang memberikan ganjaran kepada kita.
Ganjaran itu dapat berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang dapat
meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai orang-orang yang menyukai kita dan
juga kita akan menyenangi orang yang memuji kita.

3. Familiarity

Familiarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Prinsip familiarity
dicerminkan dalam peribahasa Indonesia “Tak kenal maka tak sayang” atau adapula
peribahasa berbahasa jawa “Witing tresno jalaran soko kulino”. Maknanya, jika kita
sering berjumpa dengan seseorang, kita akan menyukainya .

4. Kedekatan (Proximity)

Familiarity erat kaitannya dengan kedekatan. Orang yang cenderung menyenangi mereka
yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh diantara tetangga
yang berdekatan (whyte, 1956).

5. Kemampuan (Competence)

Kita cenderung menyenangi orang orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi
daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson (1972:212) menyatakan
dalam penelitian yang dilakukannya “orang yang paling disenangi adalah orang yang
memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukan beberapa kelemahannya. Aronson
menciptakan empat kondisi eksperimental, yaitu :

a) Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah


b) Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
c) Orang yang memiliki kemampuan rata rata dan berbuat salah.
d) Orang yang berkemampuan rata rata dan tidak berbuat salah.
Pengaruh atraksi Interpersonal pada komunikasi interoersonal

1. Penafsiran pesan dan Penilaian

Pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak berdasarkan pertimbangan rasional.
Kita ialah makhluk emosional, karena itu ketika kita menyenangi seseorang, kita juga
cenderung melihat segaka hal yang berkaitan dengan dia secara positiv. Sebaliknya, jika
kita membenci seseorang kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

2. Efektifitas komunikasi

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal


yang menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam suatu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan anda maka anda akan gembira dan terbuka. Sebaliknya, bila
anda berkumpul dengan orang orang yang anda benci, yang membuat anda tegang, resah,
dan tidak enak, maka anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda pasti
ingin segera mengakhiri komunikasi anda.
BAB III

Kesimpulan

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk
mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Dalam
komunikasi interpersonal terdapat aspek-aspek yang berperan penting terhadap jalannya
komunikasi tersebut. Aspek-aspek itu antara lain persepsi, konsep diri, atraksi dan hubungan
interpersonal.

 Persepsi dan atraksi interpersonal dipengaruhi oleh dua factor yaitu factor
situasional dan factor personal
 Pengaruh persepsi interpersonal pada komunikasi interpersonal adalah persepsi
interpersonal cenderung mempengaruhi bentuk komunikasi kita pada orang lain.
 Konsep diri tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan
adanya interaksi dengan individu yang lain khususnya dengan lingkungan sosial.
 Penilaian orang lain berpengaruh kuat terhadap pembentukan konsep diri
 Dalam berkomunikasi, tidak hanya mengutamakan isi tetapi juga hubungan
interpersonal
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat Jalaludin,2009, Psikologi Komunikasi, Bandung: Rosda

Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi , Tinjauan Psikologis. Kanisius Yogyakarta, 2007.

Baron Roberta, Psikologi Sosial :Erlangga.

Ghufron, M. Nur. 2010. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

M. Ghojali Bagus, 2010, Buku Ajar Psikologi Komunikasi,Surabaya: Unair

You might also like