Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
faktor, misalnya latar belakang orang tua, pergaulan, harapan masa depan, dan
guru. Guru merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi minat siswa.
siswa, serta membelajarkan siswa, maka siswa akan memiliki minat yang tinggi
otoriter dan akhirnya membuat siswa malas belajar, maka siswa akan kehilangan
besar yakni guru yang profesional (walau dia tidak tersertifikasi) dan guru yang
tersebut antara lain faktor kepala sekolah dan pengawas, DIKNAS, Kebijakan
Kita harus mengakui bahwa mutu pendidikan di negara kita masih rendah.
menunjukkan bahwa dari 47 negara yang disurvai, pada tahun 1997 Indonesia
berada pada urutan 39, pada tahun 1999, berada pada urutan 46. Tahun 2002,
dari 49 negara yang disurvai, Indonesia berada pada urutan 47, dan pada 2007
laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO, tahun 2005
(UNDP), kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109 dari 177 negara di
memprihatinkan. Hasil survai TIMSS tahun 2003 yang diikuti 46 negara, siswa-
sains.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan oleh data
delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Primary Years Program (PYP), dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga
hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Mudah diduga, jika mutu pendidikan rendah maka kualitas sumber daya
manusia (SDM) juga akan rendah. Pada 15 September 2004 lalu United Nations
hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibandingkan dengan
pernah mengatakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia saat ini lebih buruk di
banding 30-40 tahun yang lalu, bahkan menurut laporan hasil survey The
berada pada peringkat 16 di tingkat Asia dan berada di urutan 160 untuk tingkat
dunia. Ironisnya, kedudukan itu berada di bawah negara Vietnam yang sering
Fisika, Kimia dan Biologi memperoleh medali emas. Mereka mengalahkan para
Dari para peraih emas itu, terdapat mutiara hitam dari Indonesia Timur
Irian Jaya yang mengharumkan nama bangsa. Ini untuk mempertegas bahwa
sebenarnya, anak Indonesia, dari manapun asalnya, memiliki potensi kuat untuk
menjadi juara olimpiade. Anak Indonesia memiliki potensi kuat juga untuk
menjadi ahli MIPA, menyumbangkan ilmunya untuk kemajuan IPTEK di tanah air
potensi besar, tetapi setelah sekolah mereka prestasinya rendah, berarti ada
kecerdasan anak Indonesia itu baru berbuah emas ketika mereka digodok
beberapa bulan, melalui suatu pelatihan untuk menjadi ilmuwan. Ini berarti
pendidikan rendah. Dan proses pembelajaran di kelas itu, selain ditentukan oleh
keprofesionalan guru, juga oleh kualitas kepala sekolah, kondisi sekolah, Dinas
MIPA yang tidak kalah dengan negara lain yang sudah maju. Kapan?
C. GURU PROFESIONAL >< GURU BELUM PROFESIONAL
tersertifikasi. Guru yang demikian masih langka. Namun masih banyak juga
dengan asumsi sekolah di kota Malang sudah cukup memadai dan dapat
pada bulan Februari dan Maret 2010 menghasilkan kesimpulan bahwa masih
perlu adanya Inservice Training guru (pembinaan guru dalam jabatan) dalam
Malang, mengambil sampel 11 SMP terdiri dari 1 RSBI, 2 SSN, 3 SMPN non
SSN, 3 SMP Swasta, 1 MTs N dan 1 MTs Swasta, bertujuan untuk mengetahui
beberapa anggota TPK Kota Malang (KASI Kurikulum dan 3 orang pengawas
SMP), Kepala MAPENDA Kantor Departemen Agama Kota Malang dan Staf, 11
Kepala Sekolah SMP/MTs negeri dan swasta, dan sejumlah orang guru
matematika dan IPA, serta beberapa orang guru non MIPA. Pengumpulan data
Tingkat Pusat, Provinsi, ke Kota dan Sekolah berlangsung baik. Setiap Tim
KTSP. Pendek kata, secara normatif dan administratif segalanya berjalan baik.
a. Umumnya para guru masih menyusun KTSP Buku II (silabus, RPP dan
LKS) dengan teknik “copy paste”, yang berarti mereka belum menyusun
silabus, RPP dan LKS berdasar keperluan dan kondisi mereka sendiri;
c. Dari analisis RPP yang diperoleh ternyata terdapat perbedaan antara apa
bermutu”, yang artinya bahwa baik sekolah “bermutu” maupun sekolah “tidak
profesional. Rupaya prestasi siswa sekolah “bermutu” selama ini bukan karena
karena beberapa alasan yang sering dikemukakan para guru sebagai berikut::
bawah, dari desa/daerah terpencil) yang sulit untuk diajak aktif dan kreatif;
berorientasi pada faktor dari luar dirinya alias lebih menyalahkan faktor luar
Study, alasan guru itu akhirnya dapat diatasi sendiri oleh mereka, kecuali alasan
Ujian Nasional.
komando yang tegas dalam menentukan bentuk kegiatan guru di kelas. Berdasar
uji kompetensi yang dilakukan oleh Dirjen PMPTK menunjukkan bahwa 70% dari
diangkat oleh DIKNAS biasanya terdiri dari guru yang sudah hampir pensiun,
tanpa adanya supervisi yang memadai. Para KS tidak pernah menjenguk proses
bahan tidak lengkap, sementara di dalam perpustakaan yang ada hanyalah buku
yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Tidak ada pilihan buku yang
1. Payung Hukum
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses
upaya lain misalnya memberikan block grant dsb. Dengan kata lain, apa
semua siswa di suatu daerah lulus UN, maka daerah tersebut dikatakan
sebagai daerah yang pendidikannya berhasil. Peringkat kelulusan juga
akan marah.
Menyimak dari upaya yang dilakukan sebelum UN, yakni melakukan dril
dan latihan penyelesaian soal, kita cukup prihatin karena dril dan latihan
bertahan lama.
Ironisnya lagi, soal-soal dalam UN yang hanya berupa soal kognitif tidak
digigit lintah kalau soal UN tidak pernah beranjak dari hafalan di buku?
Begitulah kira-kira apa yang ada di benak guru. Akhirnya guru kembali
Dari uraian ini nampak bahwa UN memberikan andil yang tidak sedikit
adalah metode yang dianggap guru paling cocok dan mudah untuk itu.
belajar lebih giat, guru mengajar lebih baik, kepala sekolah memperbaiki
mutu sekolah, dan orang tua lebih memperhatikan anak belajar (Hasil
Seminar PPS Psikologi UI), tetapi yang perlu dikritisi adalah dengan
Jika hal ini dilakukan, maka perlu adanya perubahan rumusan dalam
tersebut?
sedang atau tinggi? Jika indikator banyaknya calon mahasiswa yang mendaftar
MIPA yang dijadikan ukuran, maka beberapa tahun terakhir minat siswa menjadi
guru MIPA dengan memasuki FMIPA UM (juga di FMIPA LPTK lain) cukup
tinggi. Pada tahun 2008- 2010 minat masuk FMIPA selalu meningkat.
Perhatikan Tabel berikut (Berdasar Data Kabag. Pendidikan dan Kerjasama
No Prog Study
Pminat Ditrima Pminat Ditrima Pminat Dtrima
1 P. Matematika 1922 188 2760 163 3049 171
2 Matematika 504 123 524 131 673 109
3 P. Fisika 885 176 1380 124 1967 160
4 Fisika 270 154 275 142 283 95
5 P. Kimia 1027 187 2051 146 2398 125
6 Kimia 413 176 521 114 602 88
7 P. Biologi 1285 163 1963 141 2500 129
8 Biologi 427 165 457 147 529 117
FMIPA 6733 1332 9931 1108 12001 994
Peningkatan minat tersebut di duga ada kaitannya dengan gaji guru yang
meningkat. Dulu, ketika gaji guru rendah, minat masuk MIPA (juga masuk
Fakultas lain di LPTK) rendah. Sekarang setelah gaji guru meningkat, maka
minat masuk FMIPA juga meningkat. Dengan demikian ketertarikan pada bidang
menerima mahasiswa MIPA untuk dididik menjadi calon guru. Jika FMIPA LPTK
menjadi baik dan dapat memotivasi para siswa untuk lebih meningkatkan minat
mereka pada bidang MIPA. Sebaliknya, jika LPTK Swasta tersebut hanya
bertujuan untuk mendapatkan mahasiswa yang banyak (jumlah kelas besar,
jumlah mahasiswa perkelas besar, tenaga dan fasilitas tidak memadai walaupun
telah terakreditasi), maka akan menjadi bumerang bagi dunia pendidikan kita
sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Dunia pendidikan kita tidak pernah maju
swasta yang tidak bermutu lebih besar daripada populasi guru LPTK bermutu.
Jika mutu guru masih diragukan, maka mutu pendidikan akan tetap rendah dan
kualitas hasil pendidikan MIPA tetap rendah. Bagaimana bangsa ini akan dapat
berdasarkan IP, dengan asumsi IP yang tinggi lebih mumpuni daripada yang
kognitif. Sementara itu apabila guru yang diterima tidak bermutu, Pemerintah
pada kurun waktu tertentu. Jika telah dilakukan 3 X pelatihan yang bersangkutan
Apakah para guru itu rajin masuk ke sekolah? Berdasarkan survei yang
sekolah yang terpilih secara random. Jadi, terdapat 20 persen dari dana yang
di kelas.
sementara di tempat lain berlebihan. Saat ini di daerah Jawa Timur yang
tergolong daerah “maju” masih terdapat guru yang mengajar bidang MIPA yang
banyaknya jam mengajar, mengajar di lebih dari satu sekolah, dsb. Semuanya
kontribusi yang tinggi untuk peningkatan hasil belajar siswa. Hasil studi yang
Tabel : Kontribusi Guru, Manajemen, Waktu Belajar dan Sarana Fisik terhadap
Prestasi Belajar Siswa
sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang
profesional, sejahtera dan bermartabat. Karena itu sangat tepat jika Pemerintah
guru adalah:
cara yaitu (1) penilaian portofolio guru dan (2) Jalur pendidikan.
saja, penilaian portofolio ini mengandung sisi kelemahan dan para guru
(2) Jalur Program Pendidikan Guru (PPG) saat ini baru akan diawali
untuk workshop dan latihan di sekolah. Kegiatan ini masih terlalu dini
Tidak semua guru yang ada di sekolah saat ini dihasilkan oleh
yang menerima 12 kelas (12 kelas dalam satu jurusan dalam bidang
para mahasiswa sepi namun terasa ramai dan semarak ketika wisuda
kita telah mampu menyusunnya dengan baik. Kita memang ahli dalam
mendeskripsikan hal-hal yang bersifat filosofis dan normatif, namun jauh dari
dirumuskan;
3. Semua pihak menyadari bahwa mutu pendidikan kita rendah,
akan tetapi solusi untuk mengatasinya belum diikuti oleh kebijakan yang
mengacu kepada aspek pendidikan. Aspek lain misalnya politik, ekonomi, ikut
berperan serta
diikuti upaya monitoring dan evaluasi. Para guru hanya diberi prinsip-prinsip
atau teori, tetapi tidak dibimbing bagaimana menerapkan teori dan prinsip
dalam pola pembelajaran lama yang berpusat kepada guru, bukan berpusat
yang berhenti sebagai sesuatu yang diketahui, tetapi sulit untuk diterapkan di
kelas.
(Jatim), Bantul DIY dan Sumedang (Jabar) atas bimbingan teknis dari JICA.
Melalui Lesson Study, guru berkolaborasi dengan guru, dibimbing oleh dosen
model dan guru lain bertindak selaku observer. Guru membelajarkan siswa
belajar. Apakah semua siswa bisa (bukan sebagaian besar siswa). Observer
obyektif. Siswa mana yang belajar dan mana yang tidak. Mengapa hal itu terjadi,
akan dipergunakan untuk merevisi RPP. RPP hasil revisi dapat diterapkan untuk
yang menghasilkan RPP dan LKDS; tahapan pelaksanaan (do) yakni menunjuk
seorang guru untuk menjadi guru model sementara yang lainnya menjadi
pengamat; tahap ketiga adalah diskusi refleksi (see), yang merupakan diskusi
berulang berkali-kali, karena setiap pembelajaran itu khas, kondisi tidak sama,
dengan mudah? Apakah semua siswa bisa? Apakah antar siswa terjadi proses
menyusun RPP dan LKS yang kreatif dan membelajarkan, kolegalitas antar guru
terbentuk dan mereka saling membelajarkan, guru model tidak takut diamati
pihak manapun, guru tidak sakit hati tetapi justru senang mendapatkan
masukan, para guru tidak saling menjelekkan tetapi muncul solusi konstruktif,
guru lebih memperhatikan hak setiap siswa belajar, siswa merasa senang,
siswa senang mengemukakan pendapat dan kreatif, siswa saling belajar, dan
juga halnya siswa akhirnya menyenangi fisika, kimia dan biologi karena mereka
Lesson Study bukanlah suatu metode, tetapi suatu wahana tempat guru
adalah kelas nyata, dan jalan keluar yang ditawarkannya adalah jalan keluar
yang praktis. Melalui Lesson Study guru dapat menggunakan pendekatan
guru untuk meningkatkan minat siswa pada MIPA, jawabannya adalah dengan
komitmen dari para guru, kepala sekolah, pengawas dan DIKNAS. Lesson Study
tidak dapat hanya dilaksanakan satu dua kali, melainkan harus terus menerus
Lesson Study. Tidak harus setiap mengajar melaksanakan Lesson Study dalam
arti kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk diamati guru lain. Seorang guru
cukup sekali dalam satu semester melaksanakan open lesson, yang diamati
guru-guru lain (boleh mengundang orang tua siswa, stake holder, organisasi
sosial, dst sebagai peninjau). Setelah itu mereka melaksanakan sendiri proses
Agar segala proses dapat berlangsung dengan baik dan dapat terus
Evaluasi yang akan melakukan pengukuran dan evaluasi sejak program belum
tertentu. Melalui Lesson Study, para guru diajak berfikir ilmiah, melakukan
pengkajian terhadap proses pembelajaran di kelas nyata, menyampaikan saran-
saran perbaikan, dan menyusun laporan baik dalam bentuk karya ilmiah maupun