Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji serta syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya serta kenikmatan iman dan islam sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam terimpah-curahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya dan semua umatnya yang selalu
senantiasa megikuti dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan
makalah mengenai Psikologi Abnormal “ Gangguan Kepribadian “.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari yang
diharapkan pembaca. Hal ini tidak lain dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari para pembaca, sehingga penulis dapat melengkapi kekurangan yang ada pada
makalah ini dilain kesempatan. Penulis mengucapkan terimakasih banyak terhadap pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Penulis
PENDAHULUAN
Gangguan Kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat heterogen, diberi kode
pada Aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang
bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dalam ekspektasi budaya orang
yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan.
Beberapa diantaranya namun tidak semua dapat menyebabkan distress emosional. Gangguan
kepribadian yang sesungguhnya ditandai oleh keekstremen beberapa trait dan cara
pengekspresian karakteristik tersebut yang kurang fleksibel dan maladaptif. Kepribadian yang
kita kembangkan selama bertahun-tahun mencerminkan cara yang menetap dalam menghadapi
berbagai tantangan hidup, suatu gaya tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Satu orang
dapat sangat dependen yang lain menantang dan agresif yang lain lagi pemalu dan menghindari
kontak sosial dan masih yang lain lagi lebih mengkhawatirkan penampilan dan mendongkrak
egonya yang lemah daripada berhubungan dengan orang lain secara jujur dan dalam kadar yang
mendalam. Para Individu tersebut tidak akan didiagnosis memiliki gangguan kepribadian kecuali
jika pola perilaku tersebut berlangsung lama, pervasif, dan disfungsional. Sebagai contoh ketika
memasuki ruangan yang penuh orang dan tidak lama setelah itu terdengar tawa yang meledak,
Anda mungkin merasa menjadi sasaran semacam gurauan dan bahwa orang-orang tersebut sedang
membicarakan Anda. Kekhawatiran semacam itu menjadi simtom gangguan kepribadian paranoid
hanya jika timbul berulang kali dan secara intens serta menghambat berkembangnya hubungan
pribadi yang dekat.
Pada Bab ini membahas klasifikasi gangguan kepribadian dalam DSM kemudian berbagai
masalah yang berhubungan dengan klasifikasi tersebut. Selanjutnya, beralih ke pembahasan
mengenai gangguan kepribadian itu sendiri, teori dan penelitian mengenai etiologinya, dan
berbagai terapi untuk mengatasinya. Luasnya pembahasan tentang gangguan kepribadian tertentu
bervariasi tergantung pada seberapa banyak yang diketahui tentang gangguan tersebut. Contohnya
sangat sedikit data empiris mengenai gangguan kepribadian histrionik, namun sangat banyak
literatur mengenai gangguan kepribadian antisosial. [ Gangguan Kepribadian yang berbeda ]
akan…menciptakan berbagai cara yang kontras dalam memandang dan menghadapi [ suatu
gangguan Aksis I pada individu ]- nya. Karena alasan tersebut kami yakin bahwa ahli klinis
harus berorientasi pada “ konteks kepribadian “ ketika mereka menghadapi…semua bentuk
gangguan psikiatrik [ Aksis I ]. ( 1996, hlm.vii ).
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI GANGGUAN KEPRIBADIAN: Kelompok, Kategori, dan Masalah
Masalah besar terkait ketegori gangguan kepribadian adalah komordibitas dengan gangguan
Aksis I dan dengan gangguan kepribadian lain. Sering kali sulit untuk mendiagnosis satu
gangguan kepribadian spesifik karena banyak orang yang mengalami gangguan menunjukkan
karakteristik yang sangat luas sehingga dapat ditetapkan beberapa diagnosis sekaligus.
Karakteristik Psikopati
Konsep psikopati berkaitan erat dengan berbagai arti, Hervey Cleckey dan buku klasiknya
The Mask of Sanity (1976). Berdasarkan pengalaman klinisnya yang sangat banyak, Cleckey
memformulasikan serangkaian criteria yang digunakan untuk mengidentifikasi gangguan tersebut.
Tidak seperti criteria gangguan kepribadian anti social dalam DSM, criteria psikopati yang
disusun Cleckley tidak banyak merujuk ke perilaku antisocial itu sendiri dan tidak banyak ke
pikiran dan perasaan individu psikopatik.
Salah satu karakteristik utama psikopati adalah kemiskinan emosi, baik positif maupun
negative. Orang-orang psikopatik tidak memiliki rasa malu, bahkan peran mereka tampak positif
terhadap orang lain hanyalah kepura-puraan. Penampilan Psikopat sangat menawan dan
memanipulasi orang lain untuk memberikan keuntungan pribadi. Kadar kecemasan yang rendah
membuat psikopat tidak mungkin belajar dari kesalahannya, kurangnya emosi positif mendorong
mereka berperilaku secara tidak bertanggung jawab dan sering kali secara kejam kepada orang
lain.
Berdasarkan kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang tua
merupakan penyebab utama perilaku psikopatik. Beberapa studi lain menghubungkan perilaku
psikopatik dengan tidak konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak-anak mereka dan
dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain, penyiksaan fisik, dan kehilangan orang
tua (marshall & Cooke, 1999; Johnson dkk, 1999). Lebih jauh lagi, ayah para psikopat
kemungkinan memiliki perilaku antisocial.
Psikopat memiliki reaksi yang berbeda dengan sebagian besar diantara kita. Secara khusus,
mereka hanya memiliki sedikit kecemasan, sehingga kecemasan hanya memberikan sedikit efek
penghambat da;am perilaku antisocial mereka. Perlakuan mereka yang semena-mena kepada
orang lain juga dapat dikaitkan dengan kurangnya empati yang mereka miliki. Karena psikopat
kurang mampu menggunakan ingormasi kontekstual dan membuat perencanaan. Perilaku mereka
menjadi impulsive. Hal itu kemungkinan merupakan penyebab psikopat bertingkah laku salah
tanpa menyesal dan mencari kesenangan tanpa menghargai berbagai aturan masyarakat.
Kelompok Pencemas/Ketakutan
Kelompok ini terdiri dari tiga gangguan kepribadian:
1. Gangguan kepribadian menghindar (avoidant personality disonder) ditegakkan bagi
orang-orang yang merasa takut dalam situasi social
2. Gangguan kepribadian dependen (dependent personality disorder) merujuk pada mereka
yang kurang memiliki kemandirian dan terlalu bergantung pada orang lain.
3. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (obsessive –compulsive personality disorders)
ditegakan bago mereka yang memiliki pendekatan perfeksionistik terhadap
kehidupannya.
Pandangan pesimistik tersebut baru-baru ini mendapat tantangan dari sebuah meta analis
komprehensif terhadap 42 studi mengenai pananganan psikososial bagi psikopat (Salekin,2002).
Meskipun berbagai studi tersebut memiliki banyak masalah metodologis, 17 studi yang
melibatkan 88 individu psikopatik menemukan bahwa psikoterapi psikoanalitik sangat membantu
dalam bidang-bidang seperti hubungan interpersonal yang lebih baik, meningkatnya kemampuan
untuk merasa menyesal dan empati, lebih sedikit berbohong, dibebaskan dari hukuman
percobaan, dan mempertahankan pekerjaan.Efek terapeutik positif yang sama ditemukan dalam
lima studi yang menggunakan teknik behavioral kognitif terhadap 246 psikopat. Semakin muda
usia pasien, semakin baik manfaat yang diperoleh dari terapi. Agar sepenuhnya epektif,
penanganan harus cukup intensif, yaitu, empat kali seminggu selama minimal satu tahun, suatu
dosisi penanganan psikososial yang sangat tinggi apapun orientasi teoritis si terapis.
Ini merupakan temuan yang sangat positif mengingat adanya keyakinan luas bahwa
psikopatik pada dasarnya tidak dapat di tangani. Dan meskipun demikian, seoptimis salekin
tentang berbagai upaya pananganan bagi psikopat di masa kini dan masa yang akan mendatang,
kami menganggap perlu untuk mencatat komentar peringatannya dibagian akhir artikelnya:
“...penelitian perlu melakukan beberapa upaya untuk mengetahui apakah para klien tersebut
“memalsukan kebaikan” dalam berbagai studi mengenai penanganan atau apakah perubahan
tersebut sungguh-sungguh terjadi” (hlm.144).
Banyak psikopat yang dipenjara untuk beberapa lama karena melakukan tindak kejahatan, dan
hasil-hasil rehabilitasi dengan pemenjaraan yang tidak menggembirakan sebagian dapat
disebabkan oleh sangat sulitnya mengubah perilaku psikopatik. Sebagaimana berulangkali
disampaikan oleh kriminolog, sistem penjara kita tampaknya lebih berfungsi sebagai sekolah
kriminalitas daripada sebagai tempat dimana para penjahat, dan psikopat, dapat direhabilitasi.
Sebuah argumen menarik yang mendukung pemenjaraan adalah psikopat seringkali
menjadi tenang pada usia separuh baya dan seterusnya (Craft,1969). Apakah melalui perubahan
biologis, insight pamungkas atas karakteristik mereka yang merusak diri sendiri, atau sekedar
menjadi tua dan tidak mampu melanjutkan cara-cara licik mereka yang bahkan sering kali kejam,
banyak psikopat menjadi kurang berbahaya seiring memasuki 40 tahun.Dengan demikian, penjara
melindungi masyarakat dari perilaku antisosial aktif, dengan masa pembebasan yang dianggap
lebih beralasan ketika narapidana tersebut memasuki tahap kehidupan dimana ekses-ekses
gangguan tersebut lebih sedikit.
KESIMPULAN
Dikelompokkan pada Aksis II dalam DSM-IV-TR, gangguan kepribadian didefinisikan
sebagai pola perilaku dan pengalaman dalam diri yang bertahan lama, yang mengganggu
keberfungsian sosial dan pekerjaan. Gangguan tersebut biasanya didiagnosis bersama
dengan gangguan Aksis I seperti depresi dan gangguan anxietas. Diagnosis-diagnosis
tersebut sangat tumpang tindih, dan seseorang biasa memenuhi kriteria lebih dari satu
diagnostik. Komordibitas yang tinggi tersebut, ditambah dengan fakta bahwa gangguan
kepribadian dianggap sebagai sisi ekstrem karakteristik kepribadian yang terdistribusi
secara berkesinambungan, telah mendorong usulan pengembangan suatu cara
dimensional daripada ketegorikal untuk mengklasifikasi gangguan-gangguan tersebut.
Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IV-TR:aneh atau
eksentrik, dramatik atau eratik, dan pencemas atau ketakutan.
Diagnosis spesifik dalam kelompok aneh atau eksentrik mencakup paranoid,skizoid, dan
skizotipal. Beberapa gangguan ini dianggap sebagai varian skizofrenia yang tidak terlalu
parah. Penelitian genetika perilaku cukup mendukung asumsi ini, terutama dalam
gangguan kepribadian skizotipal.
Kelompok dramatik atau eratik mencakup gangguan kepribadian ambang, histrionik,
narsistik, dan antisosial. Simtom utama gangguan kepribadian ambang adalah emosi dan
perilaku yang tidak stabil dan sangat berubah-ubah, gangguan kepribadian histrionik,
ekspresi emosional yang berlebihan dan gangguan kepribadian narsistik, harga diri yang
melambung tinggi. Gangguan kepribadian antisosial dan psikopati menekankan pada
emosionalitas yang rendah seperti kurangnya rasa takut,penyelasan,rasa bersalah,atau
rasa malu.
Berbagai teori mengenai etiologi gangguan ambang,histrionik,dan narsistik
memfokuskan pada hungan orang tua anak dimasa kecil. Teori kognitif behaviorial yang
dikemukakan Linehan mengenai gangguan kepribadian ambang memfokuskan pada
hubungan antara rendahnya pengaturan emosi dan lingkungan keluarga yang
menginvalidas.
Berbagai studi genetik menunjukkan bahwa predisposisi gangguan kepribadian antisosial
diturunkan secara genetik. Seperti dalam etiologi psikopati, penelitian mengindikasikan
bahwa para psikopat cenderung memiliki ayah yang antisosial dan tidak adanya disiplin
atau disiplin yang tidak konsisten dimasa anak-anak mereka. Meskipun
demikian,masalah utama psikopat mungkin adalah ancaman hukum tidak menghambat
mereka untuk melakukan tindakan antisosial. Kurangnya empati juga dapat menjadi
faktor dalam perlakuan semena-mena psikopat kepada orang lain.
Kelompok pencemas atau ketakutan mencakup gangguan kepribadian
menghindar,dependen dan obsesif-kompulsif. Simtom utama gangguan kepribadian
menghindar adalah rasa takut terhadap penolakan atau kritik;gangguan kepribadian
dependen,rendahnya kepercayaan diri dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif,gaya
perfeksionistik dan berorientasi pada detail.
Berbagai teori etiologi kelompok pencemas atau ketakutan memfokuskan pada
pengalaman masa kecil. Gangguan kepribadian menghindar dapat diakibatkan oleh
menularnya rasa takut yang dialami orang tua ke anak melalui pro modeling. Kepribadian
dependen dapat disebabkan oleh terganggunya hubungan orangtua anak, karena
perpisahan yang membuat orang yang bersangkutan merasa takut kehilangan.
Meskipun penanganan psikodinamika, behavioral dan kognitif dan farmakologis
digunakan untuk menangani gangguan kepribadian,hanya sedikit yang diketahui
mengenai efektifitasnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa bukti yang menjanjikan
perilaku dialektikal bagi gangguan kepribadian ambang. Pendekatan ini
mengombinasikan penerimaan yang berpusat pada klien dengan fokus kognitif behavioral
untuk menghasilkan perubahan spesifik dalam pikiran,emosi,perilaku. Penelitian baru-
baru ini menunjukkan bahwa psikopati sekalipun,yang sering dianggap hampir tidak bisa
ditangani.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN