You are on page 1of 10

Kemana Arah Penyuluhan Kehutanan kita?

Oleh: Wira Saut Perianto

Arah Penyuluhan Kehutanan.

Kalau kita mencermati UU 41/1999 pasal 56 yang mengatur tentang penyuluhan kehutanan,
maka terdapat hal-hal yang sangat mendasar untuk dicermati yaitu :

Pertama, penyuluhan kehutanan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. 
Pemerintah jangan diartikan hanya pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah sebagai
institusi pemerintah (birokrat) yang sudah diberi kewenangan untuk menyelenggara-kan
penyuluhan kehutanan, demikian pula tentang masyarakat.   Masyarakat yang mana ? tentu
masyarakat yang mempunyai kapasitas dan potensi untuk menggerakkan atau menyuluh
masyarakat lainnya baik perorangan maupun kelompok, misalnya tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh budaya, kader konservasi alam, kader usaha tani menetap, kelompok pecinta alam,
kelompok sukarelawan pencegah kebakaran hutan, kelompok usaha produktif, kelompok
pelestari alam dan sebagainya, yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan hutan dan
kehutanan.

Kedua, pemerintah memprakondisikan agar semua yang terkait dengan penyuluhan kehutanan
dapat berdaya atau memberdayakan dirinya.  Dalam rangka memprakondisikan keadaan tersebut,
pemerintah berperan sebagai regulator, fasilitator dan supervisor.

Secara sederhana pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya-upaya untuk meningkatkan


kapasitas dan produktifitas kearah kemandirian.

Penyuluhan kehutanan lebih fokus menangani masalah manusianya atau masyarakat agar
berdaya menjadi pelaku pembangunan kehutanan yang dapat dihubungkan dengan aspek
ekonomi, lingkungan, sosial bahkan aspek agama dan budaya. Berbagai contoh, yang terkait
dengan agama adalah “Hutan Larangan” dan budaya adalah “Hutan Baduy”.   Hutan tersebut
dapat dijaga kelestariannya karena didukung oleh faktor agama dan budaya.   Masyarakat akan
berdaya apabila dibangun, diperkuat atau dikembangkan kelembagaannya dan diberi
pendampingan kearah kemandirian.   Hal tersebut dapat dilakukan dengan menguatkan SDM,
organisasi, aturan main, dan sarana prasarananya, pemberian akses berupa ilmu pengetahuan,
modal dan pemasaran serta kemitraan dan jaringan kerja. Melalui pola tersebut diharap-kan
terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat.

Dari uraian tersebut diatas dapat diringkas bahwa penyuluhan kehutanan akan diarahkan pada
pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan dan pendampingan agar terjadi
masyarakat yang produktif dan mandiri berbasis pembangunan hutan dan kehutanan.

Program Penyuluhan Kehutanan.

Ada 6 (enam) program untuk melaksanakan penyuluhan kehutanan yang berintikan pada
Pengembangan Kelembagaan; Pengembangan SDM; Pengembangan Sistem, Metode dan Materi;
Optimalisasi Sarana, Prasarana dan Alat Bantu; Pemberdayaan Masyarakat Sasaran dan
Pengembangan Jaringan Kerja dan Kemitraan.

Keenam program tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi harus berjalan seimbang
dan dilaksanakan bersama oleh unsur pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

Kondisi Penyuluhan Kehutanan.

Penyuluhan kehutanan akan berjalan lebih baik apabila terdapat kepastian karier bagi
penyuluhnya, adanya penghargaan profesinya dan adanya jaminan kesejahteraan bagi
penyuluhnya serta adanya aturan operasional penyuluhan kehutanan yang jelas.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan penyuluhan kehutanan tersebut, maka terdapat 7 (tujuh)
pondasi yang harus mendapatkan perhatian, yaitu :

 3 (tiga) pondasi untuk kepastian karier,


 1 (satu) pondasi untuk mendukung penghargaan profesi penyuluh kehutanan dan
kesejahteraan,
 3 (tiga) pondasi untuk acuan operasionalnya.

Tiga pondasi untuk memberikan kepastian karier penyuluh, yaitu :


1) SK MENPAN No. 130/KEP/M.PAN/12/2002 tanggal 3 Desember 2002, yang mengatur
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya,

2) Kep Ka BKN No 35 Tahun 2003 tentang Juklak Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan
dan

3) Kep Menhut No 272/Kep-II/2003 tentang Juknis Jabatan Fungsional Penyuluh


Kehutanan.

SK MENPAN telah menetapkan, bahwa Penyuluh Kehutanan terbagi dalam 2 kelompok yaitu
Penyuluh Kehutanan Ahli (PKA) dan Penyuluh Kehutanan Terampil (PKT).   Penyuluhan
Kehutanan Ahli (PKA) adalah jabatan fungsional penyuluh kehutanan yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu. 
Sedangkan Penyuluh Kehutanan Terampil (PKT) adalah jabatan fungsional penyuluh kehutanan
yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu.

Pengumpulan  angka kredit bagi Penyuluh Kehutanan didasarkan pada proses dan hasil karya,
sehingga memberikan peluang pada Penyuluh Kehutanan untuk dapat mengumpulkan angka
kredit sebanyak-banyaknya. Dan sebagai tim penilai angka kredit, lebih banyak melibatkan
tenaga fungsional penyuluh, sebagai tenaga profesional dibidangnya.

Selanjutnya satu pondasi untuk mendukung kesejahteraan dan penghargaan profesi adalah
Perpres No. 33/2007 yang mengatur tentang Tunjangan Fungsional Penyuluh Kehutanan. 
Sebelumnya tunjangan fungsional penyuluh kehutanan diatur dengan Perpres   No. 27/2006
menetapkan, bahwa penerimaan tunjangan fungsional penyuluh kehutanan berkisar antara Rp.
197.000,- s/d Rp. 440.000,- per bulannya dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan
ketentuan yang baru tersebut, tunjangan fungsional penyuluh kehutanan berkisar antara Rp.
240.000,- s/d Rp. 550.000,- per bulan yang nilainya sama dengan penyuluh pertanian yang
tunjangannya diatur Perpres No. 32/2007,hal tersebut karena Penyuluhan kehutanan juga
termasuk dalam tenaga fungsional rumpun ilmu hayati.

Kemudian tiga pondasi untuk membantu kegiatan operasional penyuluhan adalah SK Menteri
Kehutanan No. 8206/Kpts-II/2002 tentang Kriteria dan Standar Penyuluh Kehutanan;  SK
Menteri Kehutanan no.132/Menhut-II/2004 tentang Pedoman Umum Penyuluh Kehutanan; dan
SK Kapusbinluh tentang Penyusunan Perencanaan dan Programa Penyuluhan Kehutanan.

Kriteria dan Standar Penyuluhan Kehutanan diperlukan untuk acuan menguatkan kelembagaan
penyuluhan dan menetapkan ukuran keberhasilan penyuluhan. Pedoman umum penyuluhan
kehutanan sebagai acuan dan informasi tentang penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang
melibatkan unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dunia usaha dan masyarakat.
Pedoman perencanaan dan programa penyuluhan kehutanan sebagai acuan membuat rencana
prioritas dalam penyuluhan kehutanan dan dapat dijadikan alat kendali penyuluhan. Rencana
penyuluhan merupakan rencana institusi penyuluhan sedangkan programa penyuluhan
merupakan rencana kelompok penyuluh kehutanan yang merupakan bagian dari rencana
penyuluhan kehutanan.

Apa indikator atau Ukuran Keberhasilan Penyuluhan Kehutanan?

Telah disampaikan sebelumnya bahwa melaksanakan penyuluhan lebih ditekankan kepada


membangun kapasitas dan produktifitas masyarakat untuk berperan serta membangun hutan dan
kehutanan. Kelestarian fungsi dan manfaat hutan merupakan dampak dari kesiapan masyarakat
yang sudah mengerti dan memahami tentang manfaat keberadaan berbagai fungsi hutan, dengan
demikian untuk mengukur keberhasilan penyuluh kehutanan secara sederhana adalah tumbuh
dan berkembangnya Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri (KMPM) berbasis pembangunan
kehutanan, Terbentuknya Masyarakat Peduli Api, Kelompok Masyarakat Peduli Satwa, Kader
Konservasi, dan Kelompok Pecinta Alam dapat menjadi Penyuluh Kehutanan Swadaya
Masyarakat (PKSM) sebagai mitra kerja penyuluh kehutanan dan kesepahaman (komitmen)
masyarakat sebagai pelaku dan pendukung pembangunan hutan dan kehutanan.

KMPM merupakan perwujudan Masyarakat yang berswadaya murni maupun dukungan insentif
yang sudah memiliki komitmen kuat sebagai pelaku pembangunan kehutanan, KMPM tersebut
tidak harus berbasis ekonomi saja, akan tetapi dapat berbasis lingkungan, sosial, budaya dan
agama sepanjang memiliki komitmen untuk

melestarikan fungsi dan manfaat hutan. Sehingga hasil kegiatan KMPM tidak harus berupa fisik
tetapi non fisik yang berupa aturan-aturan kelompok yang bersifat lokal.
Atas kesadaran sendiri atau bagian dari anggota KMPM baik perorangan maupun kelompok akan
termotifasi untuk menggerakkan masyarakat lainnya untuk berperan serta bergabung dalam
kelompoknya atau mengikuti anjuran-anjurannya. Pada kondisi tersebut baik perorangan maupun
kelompok kecil anggota KMPM menjadi PKSM. Jadi KMPM menjadi sumber terbentuknya
PKSM.

Dengan berkembangnya KMPM dan PKSM mencirikan berkembangnya komitmen masyarakat


untuk menyelenggarakan program-program  pembangunan kehutanan. Komitmen masyarakat ini
dapat di pupuk dan dikembangkan menjadi forum-forum kesepakatan antar kelompok, antar desa
maupun forum yang lebih besar berupa Himpunan Masyarakat Pelestari Hutan dan forum
komunikasi kader konservasi serta forum komunikasi kelompok pecinta alam.

Apa saja  Kompetensi Penyuluh Kehutanan yang dibutuhkan?.

Dalam melaksanakan tugasnya penyuluh kehutanan harus memiliki kemampuan profesional


untuk memberdayakan masyarakat atau stake holder lainnya agar secara sadar mendukung dan
sebagai pelaku pembangunan kehutanan. Perlu disampaikan bahwa penyuluh kehutanan bukan
hanya sebagai penyuluh teknis penghijauan sebagaimana yang dikenal sebelumnya karena
merupakan paket dari kegiatan inpres penghijauan. Penyuluh kehutanan saat ini dan kedepan
perlu dibentuk menjadi fasilitator pengembangan dan pengawasan kelembagaan masyarakat atau
sebagai community organiser untuk melaksanakan dan mendukung pembangunan hutan dan
kehutanan.

Sebagai tenaga fungsional yang melaksanakan tugas seperti tersebut, penyuluh kehutanan harus
memiliki kemampuan minimal yaitu menguasai dan memahami : teknologi penyuluhan,
kelembagaan masyarakat, substansi kehutanan dan sistem agro silvo bisnis. Yang dimaksud
dengan teknologi penyuluhan adalah berbagai aspek teknis yang sangat erat hubungannya
dengan pengelolaan penyampaian pesan dan mengolah respon dari sasaran penyuluhan. Hal ini
sangat terkait dengan metode dan materi serta sistemnya.

Kelembagaan masyarakat dikuatkan melalui pendampingan yang didahului dengan


mengidentifikasi potensi masyarakat, potensi SDA serta sarana dan prasarana pendukung.
Kegiatan ini dilakukan untuk menetapkan penyuluhan secara partisipatif dan lokal spesifik agar
masyarakat dapat memberdayakan dirinya sendiri, SDA dan lingkungannya sarana prasarana
pendukung secara efisien dan mendukung kebutuhan hidupnya. Rencana kegiatan penyuluhan
tidak lagi ditetapkan oleh penyuluh, tetapi merupakan kesepakatan antara masyarakat yang
didampingi dengan penyuluh sebagai pendamping. Rencana kegiatan penyuluhan ini sebagai
acuan bersama dan kendali bagi pencapaian keinginan bersama antara penyuluh dan masyarakat.

Sejalan dengan mana penyuluh kehutanan yang harus menjadikan hutan yang perlu direspon oleh
masyarakat, maka penyuluh kehutanan bukan hanya menguasai teknik kehutanan secara terbatas
tetapi memiliki wawasan dan penguasaan yang lebih luas termasuk kebijakan, jaringan kerja
kehutanan, isu internasional tentang kehutanan dan sebagainya.

Mendampingi masyarakat pedesaan yang berbasis kehutanan tidak dapat dilepaskan dari
pengelola lahan baik dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan dan bagaimana hasil
usahanya dapat dipasarkan secara pasti. Secara umum kepastian pasar ini perlu memperhatikan
produktifitas dan kualitas yang tinggi, penjualan yang kontinyu dan harga yang layak untuk
mempertahankan kegiatannya. Ciri dari pertanian bukan kehutanan biasanya berdaur pendek
sehingga mempunyai daya tarik masyarakat pedesaan untuk mengusahakannya, sedangkan usaha
kehutanan khususnya tanaman kayu-kayuan mempunyai daur Lebih lama secepat-cepatnya 5-6
tahun. Agar kepentingan kehutanan dapat dipadukan dengan kebutuhan masyarakat maka
diperlukan pola tanaman campuran antara kehutanan dan pertanian dan berdampak pada kegiatan
pertanian secara luas baik untuk peternakan dan perikanan. Pola tersebut yang dikenal dengan
agroforestry atau wanatani. Yang paling ideal dengan memolakan agroforestry 4 strata tajuk,
mulai yang tertinggi tanaman kehutanan, tanaman buah-buahan, tanaman perkebunan dan
tanaman bawah tegakan yang tahan naungan. Optimalisasi pemanfaatan lahan akan memberikan
peluang hasil jangka pendek dan jangka panjang. Penyuluh kehutanan harus mampu menggali
peluang produksi dan pemasaran secara dinamis dan berkelanjutan sehingga keberadaan
penyuluh kehutanan dalam mendampingi masyarakat petani pedesaan akan dirasakan
manfaatnya. Pertumbuhan pengelolaan usaha argoforestry mulai dari jenis produksi yang
terbatas dengan pemasaran lokal oleh kelompok tani sampai menjadi kelompok usaha berbadan
hukum yang memasarkan berbagai produk agroforestry. Membangun jaringan kerja dan
kemitraan usaha perlu dilakukan sehingga kelompok yang didampingi dapat mengembangkan
akses dan asetnya bagi masyarakat sekitarnya. Hasil usaha masyarakat sekitar hutan dapat berupa
barang dan jasa dari berbagai fungsi kawasan hutan dan potensi lahan pedesaan sekitar hutan.

Yang paling mendesak bagi penyuluh kehutanan adalah melaksanakan pendampingan yang dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat walau sekecil apapun, karena akan menumbuhkan
kepercayaan dan pengakuan masyarakat kepada penyuluh kehutanan.

Apa Peran Penyuluh Kehutanan di Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam?

Semenjak diberlakukanya otonomi daerah, pejabat fungsional penyuluh kehutanan diserahkan


tanggung jawabnya ke pemerintah kabupaten/kota. Saat itu banyak penyuluh kehutanan yang
dimiliki departemen kehutanan (dibaca: RLPS) pindah menjadi pegawai pemerintah daerah.
Dengan semakin beratnya tekanan terhadap kawasan konservasi khususnya kawasan Cagar
Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, dan Taman Nasional, yang tanggung jawab
pengelolaanya masih dibawah Departemen Kehutanan (dibaca: Direktorat Jenderal PHKA),
maka dipandang perlu ”mengadakan kembali” jabatan fungsional penyuluh kehutanan.

Yang menjadi pertanyaan, Apa peran ”penyuluh kehutanan periode baru” boleh dikatakan seperti
itu di tubuh Direktorat Jenderal PHKA?

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA)  memiliki Balai
Konservasi Sumber Daya Alam dan Balai Taman Nasional sebagai penanggung jawab
kawasannya. BKSDA merupakan UPT (Unit Pelaksana Teknis)  yang mengelola kawasan seperti
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Buru, dan Taman Wisata Alam yang ada di Indonesia.
Sedangkan Balai Taman Nasional (BTN) mengelola kawasan taman nasional yang ada di
Indonesia.

Jabatan fugsional Penyuluh Kehutanan dibentuk kembali pada kebutuhan CPNS Departemen
Kehutanan tahun 2007 dan dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan  dan Konservasi
ALam (PHKA). Saat itu jumlah formasi yang diterima sebanyak Penyuluh Kehutanan Terampil
40 orang, dan Penyuluh Kehutanan Ahli sebnyak 25 orang. Dibentuknya jabatan penyuluh
kehutanan ini untuk mendukung program-program Dirjen PHKA yang lebih mengarah ke
pemberdayaan masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat desa penyangga, meningkatkan
peran serta masyarakat, sosialisasi peraturan perundang2an ke seluruh Stakeholder kehutanan.
Beberapa program dan kegiatan Dirjen PHKA terkait dengan peran penyuluh kehutanan antara
lain :

1. Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH: Fasilitasi peningkatan kualitas produk, peran dan
keuangan UKM, Pengembangan pengelolaan hutan wisata

sasaran: Peningkatan produk HHBK, jasa lingkungan dan ekowisata, iklim UKM di  bidang
kehutanan meningkat, akses kpd SDH meningkat serta pemberian ruang kelola kepada
masyarakat untuk menjadi pemain kunci dalam UKM

1. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA & LH: Penyuluhan kehutanan,


pengembangan perhutanan sosial

sasaran: Mendorong pengembangan ekonomi masyarakat sekitar hutan

1. Pemantapan Keamanan dalam negeri: penyuluhan kehutanan, menggalang masyarakat


peduli pemberantasan illegal logging (Pengamanan hutan swakarsa)

Sasaran: Terwujudnya pemberantasan pemanfaatan & perdagangan hasil hutan illegal secara
efektif

1. Perlindungan dan Konservasi SDA: Mendorong swakarsa masyarakat untuk


berpartisipasi aktif dalam penanggulangan kebakaran hutan, mengintensifkan relawan-
relawan pemadam kebakaran hutan, fasilitasi untuk mendorong partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan & pemanfaatan SDA

Sasaran: Penanggulangan kebakaran hutan scr efektif, pengelolaan dan pemanfaatan SDAH scr
lestari/berkelanjutan.

1. Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA: Fasilitasi upaya-upaya pemberdayaan


masyarakat, kerjasama dgn stakeholder dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat

Sasaran: 70% masyarakat sekitar hutan berperan dalam pembangunan


kehutanan

Berikut draft Renstra  Dirjen PHKA 2010 – 2014 yang terkait langsung dengan Peran Penyuluh
Kehutanan antara lain :

 Fokus pengamanan kawasan hutan :

Pembentukan 233 kelompok/unit Masyarakat Mitra Polhut (MMP).

 Fokus pengendalian kebakaran hutan :

Bimtek bagi guru & Siswa, Penyuluhan, Pembentukan Masyarakat Peduli Api, Partisipasi
masyarakat serta kelembagaan pengendalian kebakaran hutan yg kuat di propinsi rawan
kebakaran di 17 propinsi, berkurangnya luas areal yang terbakar  sebesar 50 % dari tahun 2009

 Fokus pengelolaan kawasan konservasi :

Sosialisasi KSA/KPA/TB, Pedoman Juklak, Juknis, kawasan konservasi (KPA, KSA, TB, HL)
10 Buku, Penyelesaian tata batas partisipatif KPA/KSA yang berbatasan dengan wilayah
pembangunan prioritas di 15 lokasi

 Fokus pengelolaan keanekaragaman hayati & produk TSL :

Invesatasi dalam pemanfaatan TSL yang berdampak pada penambahan penerimaan PNBP dan
tenaga kerja meningkat sebesar 5 % dari tahun 2009, Penanganan kejadian konflik manusia
dengan satwa dilindungi (harimau, gajah, banteng, komodo, beruang, dsb) di 70 lokasi

 Fokus pemanfaatan jasa lingkungan & wisata alam :

Pengembangan pemberdayaan masyarakat (desa konservasi, jejaring kerja), pengembangan bina


cinta alam (kader konservasi, pendidikan KSDAHE, Pengembangan Ekonomi produktif, PNBP
dibidang Jasling dan Wisata Alam meningkat sebesar 35 % dari tahun 2009, Pembentukan
kelembagaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi melalui Model Desa
Konservasi (MDK).
Memperhatikan rencana strategis PHKA tersebut, Penyuluh kehutanan dapat berbangga diri
karena perananya di PHKA sangat vital (Penting) dan menentukan. Hampir di setiap kegiatan
yang terdapat pada renstra PHKA ini melibatkan peranan penyuluh kehutanan. Semoga peranan
”penyuluh kehutanan episode baru” ini dapat semakin di andalkan baik di Departemen
Kehutanan secara umum maupun di PHKA secara khusus. Terus Maju Penyuluh Kehutanan,
Hidup Hutan Lestar. Bravo Penyuluh Kehutanan

You might also like