Professional Documents
Culture Documents
Kelas : 1- EB19
PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini kami buat sendiri
tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, kami siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai
1/100 untuk mata kuliah ini.
Penyusun
UNIVERSITAS GUNADARMA
Tahun 2010
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah tentang MASALAH SOSIAL SEBAGAI INSPIRASI
PERUBAHAN (KASUS KEMISKINAN) dan UPAYA PEMECAHANNYA.
Dalam makalah ini saya membahas lebih dalam tentang MASALAH SOSIAL SEBAGAI
INSPIRASI PERUBAHAN (KASUS KEMISKINAN) dan UPAYA
PEMECAHANNYA. Mulai dari latar belakang kemiskinan hingga upaya untuk
mengatasi kemiskinan di Indonesia.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari baik. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat saya harapkan.
Penyusun
Daftar isi
Halaman
Depan……………………………………………………………………………… i
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi…………….
……………………………………………………………………… iii
BAB 1
-
Pendahuluan………………………………………………………………………………..
1
- Definisi
Kemiskinan……………………………………………………………………….. 2
- Penyebab
Kemiskinan……………………………………………………………………… 3
D. UPAYA PENANGANAN
MASALAH…………………………………………………. 5
E. PENUTUP
- Kesimpulan dan
Referensi…………………………………………………………………. 6
BAB 1
1. Pendahuluan
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
Masalah sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan, Pemerintah telah membuat
peraturantentangakan memberi denda pada orang yang bersedekah pada pengemis, dan
pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dibuat yang
berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi di Indonesia seperti PNPM Mandiri, Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
Masalah sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini adalah realita kemiskinan yang
dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan
merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi.
Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita
temui permukiman masyarakat miskin hamper di setiap sudut kota.Keluhan yang paling
sering disampaikan mengenai pemukiman masayarakat miskin tersebut adalah rendahnya
kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.
Melihat kenyataan tersebut, usaha untuk memahami dan kemudian menangani berbagai
masalah sosial tadi akan mempunyai dampak yang sama dengan usaha untuk
mempercepat laju proses perubahan itu sendiri. Ibaratnya orang mendorong mobil, usaha
menghilangkan gunduk-gundukan tanah di jalan yang menghambat jalannya mobil,
mempunyai pengaruh yang sama terhadap laju jalannya mobil dibandingkan apabila
harus menambah jumlah orang yang mendorong mobil tersebut.
2. Definisi Kemiskinan
Ekonom Amartya Sen juga mengenalkan makna kemiskinan secara lebih luas, yakni
ketidakmampuan manusia, yang ditandai pendidikan rendah, tak berpengetahuan, tak
berketerampilan, tak berdayaan. Bahkan, Sen menyentuh dimensi politik: ketiadaan
kebebasan dan keterbatasan ruang partisipasi, yang menghalangi warga untuk terlibat
proses pengambilan kebijakan publik. Dalam situasi demikian, masyarakat ada dalam
posisi tidak setara untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber ekonomi produktif
sehingga terhalang untuk memperoleh sesuatu yang menjadi hak mereka (lihat
Development as Freedom, 1999).
- Faktor Agensi
Apabila studi masalah sosial dianggap sebagai suatu proses, maka penanganan
kemiskinan sebagai salah satu bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman
terhadap latar belakang atau faktor-faktor yang di anggap sebagai sumber
masalah.Strategi dan pendekatan dalam nenangani masalah akan sangat di tentukan oleh
pendekatan yang sangat di tentukan oleh pendekatan dalam menangani masalah akan
sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan dalam memahami latar belakang
masalanya.Sebagaimana sudah di uraikan sebelumnya maka strategi pembangunan
masyarakat dalam menangani kemiskinan akan sangat di pengaruhi oleh pendekatan
dalam memahami latar belakang dari sumber masalahnya.
Dalam hal ini upaya pembangunan masyarakat akan lebih di titik beratkan pada
peningkatan kualitas manusianya sehingga dapat berfungsi lebih efektif dalam upaya
peningkatan taraf hidupnya.Sementara itu apabila kemiskinan dianggap merupakan
akibat dari kelemahan struktur dan sistem maka strategi penanganan kemiskinan lebih di
titikberatkan pada perubahan sistem dan perubahan struktural.Di samping itu perubahan
struktural juga di maksutkan sebagai upaya pemberdayaan lapisan miskin sehingga akan
memberi peluang yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam
posisi tawar.
Dalam kaitannya dengan pembangunan masyarakat desa, Long (1977: 144)
mengetegahkan adanya dua pendekatan utama.pendekatan ini tidak melakukan perubahan
mendasar dalam sistem dan struktur sosial sehingga memungkinkan kesinambungan dan
bertahannya institusi sosial dan sistem pemilikan tanah.Di banding pertanian pendekatan
ini pernah diimplementasikan secara luas dalam bentuk revolusi hijau, yang di indonesia
salah satunya dalam program bimas dam inmas.Dengan cara tersebut dapat terwujud
dengan adanya redistribusi penguasaan resources yang memungkinkan berkurangnya
konsentrasi penguasaan pera petani, dapat bekerja bagi tanah miliknya sendiri.
Namun demikian, harus diakui setelah beberapa kali rezim pemerintahan berganti, taraf
kesejahteraan rakyat Indonesia masih belum maksimal. Pemenuhan taraf kesejahteraan
sosial perlu terus diupayakan mengingat sebagian besar rakyat Indonesia masih belum
mencapai taraf kesejahteraan sosial yang diinginkannya. Upaya pemenuhan kesejahteraan
sosial menyeruak menjadi isu nasional. Asumsinya, kemajuan bangsa ataupun
keberhasilan suatu rezim pemerintahan, tidak lagi dilihat dari sekedar meningkatnya
angka pertumbuhan ekonomi. Kemampuan penanganan terhadap para penyandang
masalah kesejahteraan sosial pun menjadi salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Seperti penanganan masalah kemiskinan, kecacatan, keterlantaran,
ketunaan sosial maupun korban bencana alam dan sosial.
Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan
penyandang masalah sosial di atas, tidak dapat terlayani dengan baik. Bahkan muncul
anggapan jika para penyandang masalah sosial tidak terlayani dengan baik, maka bagi
mereka kemerdekaan adalah sekedar lepas dari penjajahan? Seharusnya kemerdekaan
adalah lepas dari kemiskinan?.
Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama dengan
pembangunan ekonomi. Tidak ada dikotomi di antara keduanya. Hal ini selaras dengan
apa yang dikemukakan Nancy Birdsal (1993) yang mengatakan bahwa pembangunan
ekonomi adalah juga pembangunan sosial. Tidak ada yang utama diantara keduanya.
Pembangunan ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara,
namun pembangunan ekonomi yang sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetap
tidak akan mampu menjamin kesejahteraan sosial pada setiap masyarakat. Bahkan
pengalaman negara maju dan berkembang seringkali memperlihatkan jika prioritas hanya
difokuskan pada kemajuan ekonomi memang dapat memperlihatkan angka pertumbuan
ekonomi. Namun sering pula gagal menciptakan pemerataan dan menimbulkan
menimbulkan kesenjangan sosial. Akhirnya dapat menimbulkan masalah kemiskinan
yang baru. Oleh karenanya penanganan masalah kemiskinan harus didekati dari berbagai
sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial.
Oleh karena itu selaras dengan prioritas dan kesepakatan dunia. Maka program
Departemen Sosial juga menempatkan kemiskinan sebagai prioritas utama yang harus
ditangani. Alokasi Anggaran Departemen Sosial tahun 2006 lebih dari 2,2 triliun rupiah,
telah dialokasikan pada 5 kelompok sasaran dimana alokasi terbesar untuk kemiskinan,
lebih dari Rp. 566 milyar. Keterlantaran Rp 207 milyar. Kecacatan Rp 54 milyar.
Ketunaan sosial 41 milyar dan bencana alam dan sosial Rp. 500 milyar.
Hulme dan Turner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu
proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya
untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun
nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif.
Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang mengangkat hubungan
kekuasaan/kekuatan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga
sosial.
Adapun konteks keterberdayaan itu dapat mencakup (1) Perubahan sikap ; masyarakat
miskin didorong, dibimbing dan dibantu kearah perilaku prososial yang normatif. (2)
Peningkatan partisipasi sosial; Masyarakat yang merupakan sasaran kebijakan
kesempatan turut berpartisipasi, bukan saja dalam hal mengambil keputusan-keputusan
khusus, tetapi juga dalam hal merumuskan definisi situasi yang merupakan dasar dalam
pengambilan keputusan. Sehingga arah pembangunan menjadi berpihak pada masyarakat
khususnya masyarakat miskin. (3) Solidaritas sosial ; pemberdayaan sosial mampu
menciptakan suatu kondisi atau keadaan hubungan antara individu/kelompok yang
didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat
oleh pengalaman emosional bersama.(4) Peningkatan kondisi ekonomi warga
masyarakat ; melalui pemberdayaan sosial diharapkan terjadi peningkatan kondisi
ekonomi dan peningkatan pendapatan warga, khususnya warga miskin. (5) Peningkatan
pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga miskin ; lembaga keluarga miskin adalah juga
sasaran pokok dalam pengentasan kemiskinan yang tujuannya untuk mengembalikan
fungsi keluarga yang diharapkan, dimana fungsi ini semakin memudar seiring dengan
ketidakmampuan menampilkan fungsi sosial warga miskin (6) Perubahan orientasi nilai
budaya ; dari keseluruhan aspek pemberdayaan dalam rangka pengentasan kemiskinan,
maka perubahan orientasi nilai budaya menjadi muaranya yang tentunya memerlukan
proses yang tidak mudah. Perubahan dari sifat warga miskin seperti, apatis, malas, masa
bodoh, menghalalkan segala cara, menuju pada orientasi nilai budaya yang prososial
menjadi tujuan utama pada pengentasan kemiskinan.
E. Penutup
- Kesimpulan
Dalam hal ini Departemen Sosial telah merintis data penyandang miskin lengkap
tercantum nama dan alamatnya by name – by address?, Data ini merupakan hasil olah
sahih data SLT terdahulu. Kita berharap data ini menjadi acuan semua pihak yang
berkepentingan dalam penanganan masalah kemiskinan sehinga penanganannya lebih
terpadu, terarah dan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin.
Dengan tersedianya data yang jelas dan akurat diharapkan mampu merangsang
keterlibatan seluruh komponen bangsa untuk terlibat aktif dalam penanganan kemiskinan.
Semoga segala upaya kita menangani kemiskinan semakin hari semakin mampu
membawa pada kejayaan bangsa.
- Referensi
http://idorastafara.blogspot.com/2009/11/masalah-sosial-yang-ada-di-masyarakat.html
http://id.shvoong.com/tags/masalah-sosial-dan-upaya-pencegahannya/
http://www.inisiatif.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=160%3Awacana-
kemiskinan&catid=31%3Apengelolaan-pengetahuan-pengembangan-
sumberdaya&Itemid=78&lang=in
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=216&Itemid=76