Professional Documents
Culture Documents
FBS 4: URINALISA
Anggota:
Fakultas Kedokteran
2010/2011
Daftar Isi
1
Cover.....................................................................................................................................1
Daftar isi................................................................................................................................2
BAB I
Kasus tutorial.............................................................................................................3
BAB II
Terminology..............................................................................................................4
Problems....................................................................................................................4
Hipotesis....................................................................................................................4
Mekanisme ..............................................................................................................5
BAB III
Landasan teori...........................................................................................................7
Urologi......................................................................................................................7
Sistem perkemihan....................................................................................................7
Urine........................................................................................................................22
Patologi urine...........................................................................................................43
Homeostasis.............................................................................................................44
Daftar pustaka......................................................................................................................47
2
Bab I
Kasus Tutorial
Aldo, anak laki-laki berusia 7 tahun, mendatangi ibunya di sore hari dan mengeluh tentang
nyeri yang dideritanya saat buang air kecil (berkemih) dan merasa berkemihnya tidak tuntas. Hal ini
baru saja ia alami sepulang bermain bola sepanjang siang hingga sore tadi. Saat ditanya tentang air
seninya, Aldo mengatakan bahwa warna urinnya kuniang tua dan volumenya sedikit.
Ibu Aldo mengatakan bahwa mungkin saja Aldo kurang minum air putih, sehingga jumlah air
seni yang dikeluarkan pun jadi berkurang. Karena Aldo masih bingung dengan penjelasan ibunya, lalu
ibunya menjelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat organ yang berfungsi untuk mengatur
jumlah air seni yang dikeluarkan akan berada dalam jumlah yang cukup.
Kini Aldo pun mengerti. Lalu Aldo minum cukup air putih untuk mengganti keringat yang
keluar dan agar tidak mengalami masalah dengan berkemihnya lagi.
3
Bab II
A. Terminologi[1]
1. Kidney (ren): salah satu dari dua organ di daerah lumbal yang menyaring
darah, mengekskresikan hasil metabolisme tubuh dalam bentuk urine, dan
mengatur kadar ion hidrogen, natrium, kalium, fosfat, dan ion-ion lain dalam
cairan ekstrasel
2. Bladder (vesika urinaria): kantong muskulomembranosa yang terletak di
bagian anterior rongga panggul, yang merupakan penampung kemih
B. Problem
1. Mengapa Aldo merasakan nyeri pada saat buang air kecil dan merasa
berkemihnya tidak tuntas?
2. Mengapa urinnya kuning tua dan volumenya sedikit?
3. Kandungan apa yang menyebabkan variasi warna urin?
4. Mengapa kurang minum air putih dapat menyebabkan urin yang dikeluarkan
sedikit?
5. Apa hubungan keringat dengan pengeluaran urin?
C. Hipotesis
1. Infeksi saluran kemih, batu ginjal
2. Kurangnya cairan tubuh
3. Cairan urobilinogen, pewarna makanan
4. Karena asupan cairan ke tubuh sedikit mengakibatkan cairan yang
diekskresikan berkurang
5. Regulasi sistem ekskresi (homeostasis)
4
D. Mekanisme
Aldo (7 tahun)
5
E. IDK (I Don’t Know)
1. Urologi definisi
2. Saluran kemih definisi
Anatomi
Histologi
Fisiologi
Mekanisme kerja ginjal
Mekanisme pembentukan dan pemekatan urin
Fungsi, hormon yang mempengaruhi fisiologi kerja
ginjal dan mekanismenya
3. Urine definisi
Komposisi
Klasifikasi waktu
Sifat dan ciri
Pemeriksaan urin lengkap
urine saja
makroskopik
mikroskopik
kimiawi
4. Patologi urin
Anuria
Oligouria
5. Homeostasis mekanisme pengeluaran keringat dan urin
Makan dan minum haus
6
Bab III
Landasan Teori
Urologi[2]
Definisi: adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dan kelainan traktur
urogenitalia pria dan wanita.
SISTEM PERKEMIHAN[3]
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Ginjal (Ren)
7
Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b)
mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan
basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c) kapsula yang
sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di
bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat
lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,
pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan
ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle,
tubulus distal dan tubulus urinarius.
8
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ±
25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian
lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke
dalam kandung kemih.
9
Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi).
letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet.
3. Tunika submukosa.
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air
kemih ke luar.
10
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran
ekskresi.
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan
elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
3. Lapisan mukosa.
11
HISTOLOGI SALURAN KEMIH[4]
12
FUNGSI GINJAL[5]
• Kadar Na+ , K+, Ca2+, Mg2+, Chlorida (Cl-) dan Fosfat (PO43-)
• Filtrasi glomerulus
13
• Reabsorpsi tubulus
• Sekresi tubulus
• Eksresi
FILTRASI GLOMERULUS
Pada saat darah mengalir melalui glomerulus terjadi filtrasi plasma bebas-protein menembus
kapiler glomerulus kedalam kapsul bowman. Untuk melewati kapsul bowman harus melewati 3
lapisan yang membentuk membran glomerulus, yaitu:
Ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah merah dan
protein plasma, tetapi melewatkan air dan zat terlarut lain yang ukuran molekulernya cukup kecil. Di
sini juga bisa disebut sebagai urin primer atau filtrat.
REABSORPSI TUBULUS
Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke
plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan-bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus
14
(lumen tubulus) ke dalam darah di sebut reabsorpsi tubulus. Zat-zat yg direabsorpsi tidak keluar
melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus kedalam vena dan kemudian ke jantung untuk
kembali di edarkan.
Dengan demikian hanya sejumlah kecil dari konstituen plasma yang difiltrasi dan bermaanfaat
bagi tubuh ditemukan dalam urin.
Taut erat umumnya mencegah bahan-bahan, kecuali air berpindah diantara sel, sehingga bahan-
bahan harus lewat menembus sel untuk dapat meninggalkan lumen tubulus dan masuk ke darah.
1. Bahan tersebut meninggalkan cairan tubulus dengan melintasi membran luminal sel tubulus
2. Bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainya
3. Bahan tersebut harus menyeberangi membran basolateral sel tubulus untuk masuk kecairan
interstisium
4. Bahan tersebut harus berdifusi melintasi cairan interstisium
5. Bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah
• Reabsorpsi pasif
15
Tidak ada penggunaan energi untuk memindahkan secara netto bahan tersebut,yang terjadi
kerena mengikuti penurunan gradien elektrokimia atau osmotik.Contoh transporatsi transepitel.
• Reabsorpsi aktif
Apabila salah satu dr kelima rangakain td memerlukan energi meskipun keempat rangkain td
bersifat pasif.
REABSORPSI NA⁺
Reabsorpsi natrium bersifat unik dan kompleks. 80% dari kebutuhan energi total ginjal digunakan
untuk reabsorpsi Na+, membuktikan betapa pentingya. Dari semua Na+ yang difiltrasi, dalam
keadaan normal 99,5% direabsorpsi, dengan rata2 67% direabsorpsi di tubulus proksimal 25% di
lengkung henle, dan 8% di tubulus distal dan tubulus pengumpul.
• Reabsorpsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorpsi glukosa, asam
amino, air, Cl- dan urea
• Reabsorpsi natrium di lengkung henle, bersama dengan reabsorpsi Cl-, berperan penting
dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin
• Reabsorpsi natrium dibagian distal nefron bersifat variabel dan berada di bawah kontrol
hormon, menjadi penting dalam mengatur volume CES. Reasorpsi tersebut juga sebgian
berkaitan dengan sekresi K+ dan H+
• Reabsorpsi klorida
16
Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik
yg diciptakan reabsorpsi aktif ion natrium yang bermuatan positif.Jumlah klorida yg di reabsorpsi
tergantung kecepatan reabsorpsi natrium.
• Reabsorpsi air
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis diseluruh panjang tubulus.dari air yang dfiltrasi,80
di absorpsi secara obligatorik di tubulus proksimal dan lengkung henle karen secara osmotis
mengikuti reabsorpsi zat terlarut.Gaya yang mendorong reabsorpsi adlah kompartemen
hipertonisitas.
• Reabsorspsi urea
Urea yaitu suatu produk sisa yang berasal dari penguraian protein. Reabsorpsi air yang diinduksi
secara osmotik di tubulus proksimal yang sekunder terhadap reabsorpsi aktif Na menimbulkan
gradien konsentrasi untuk urea yang mendorong reabsorpsi zat sisa bernitrogen ini.
Jumlah urea yang terdapat di dalam 125 ml cairan filtrasi di permulaan tubulus proksimal
mengalami pemekatan hampir 3 kali lipat dalam volume yang hanya 44 ml di akhir tubulus
proksimal.
17
Produk akhir lainnya yang di
filtrasi selain urea adalah fenol
dan kreatinin. Molekul urea
merupakan molekul yang
direabsorpsi secara pasif akibat
efek konsentrasi ini. Zat sisa
lain berkosentrasi di cairan
tubulus, tetapi mereka tidak
mampu menembus dinding
tubulus
SEKRESI TUBULUS
• Sekresi hidrogen
• Sekresi kalium
Kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai
bagian tubulus. Zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif di sekresi di
tubulus pengumpul dan distal. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan
dengan reabsorpsi Na⁺ melalui pompa Na⁺ - K⁺ basolateral yang bergantung energi.
18
Tubulus proksimal mengandung 2 jenis pembawa sekretorik yang terpisah, 1 untuk sekresi anion
dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Sistem ini memeliki beberapa fungsi
penting, contoh: dengan menambahkan lebih banyak ion oraganik tertentu ke cairan tubulus yang
sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi. Jalur sekretorik organik ini
mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ion tersebut adalah zat
perantara kimiawi yang terdapat dalam darah misalnya prostaglandin, yang setelah menjalankan
tugasnya perlu dibersihkan sehingga aktivitas bilogis mereka tidak berkepanjangan.
EKSKRESI URIN
• Ureum, sulfat, fosfat dan sisa metabolisme merupakan bahan yang akan dieksresikan oleh
tubuh
• Eksersi zat terlalut selalu disertai oleh eksresi H2O yang setara karena pengaruh faktor
osmotic
• Jika kelebihan zat terlarut yang tidak direabsorsi di cairan tubulus maka akan menimbulkan
efek osmotik
• Bila urin pekat terjadi retensi air dengan zat terlarut dan apabila encer terjadi sektersi air
berlebih dibandingkan zat terlarut
19
PEMEKATAN URIN[6]
Kepekatan atau keenceran urin bergantung pada hormon argininine vasopressin (AVP) atau
vasopressin, argipressin, atau antidiuretic hormone (ADH). Saat cairan tubuh berkurang (yang dapat
disebabkan oleh kurangnya minum air atau banyaknya cairan tubuh yang keluar), kelenjar pituitari
posterior atau neurohypophysis mensekresi ADH yang akan mereabsorpsi urin di tubulus ginjal
sehingga urin dikembalikan ke aliran darah untuk menghindari kekurangan cairan tubuh sehingga
hanya sedikit urin yang diekskresikan (urin pekat). Sedangkan saat cairan tubuh meningkat, ADH
akan mengencerkan urin agar urin banyak yang diekskresikan sehingga cairan tubuh tidak berlebihan.
Aldosteron
Reabsorpsi sejumlah kucil Na+ di bagian distal tubulus berada di bawah control hormon. Sitem
hormon ini yang terpenting adalah Renin-angiotensin-aldosteron yang merangsang absorpsi Na+
Sel – sel granuler aparotus jukstagromelurus mensekresikan hormone renin ke dalam darah sebagai
respons terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah.
Angiotensinogen
Setelah di ekskresikan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan
angiotensinogen menjadi angiotensin I
Pada saat melalui paru, angiotensin I diubah oleh angiotensin-converting enzyme (ACE) menjadi
angiotensin II . Angiotensin II merupakan stimulus utama untuk sekresi hormone aldosteron dari
kelenjar adrenal.
Salah satu efek aldosteron adalah meningkatnya reabsorpsi Na+ oleh tubulus distal dan tubulus
pengumpul.
20
Protein – protein itu, yang disebut aldosterone-induced proteins, meningkatkan reabsorpsi Na+
dengan dua cara:
1. Pembentukan saluran Na+ di membran luminal sel tubulus distal dan tubulus pengumpul,
sehingga meningkatkan perpindahan pasif Na+ dari lumen ke dalam sel
2. Menginduksi sintesis pembawa Na+-K+ ATPase, yang disisipkan ke dalam membran
basolateral sel-sel tersebut
Angiotensin II juga merupakank konstriktor kuat bagi arteriol, sehingga zat ini secara langsung
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi perifer total.
Angiotensin II juga merangsang rasa haus dan merangsang vasopressin, keduanya berperan
menyebabkan ekspansi volume plasma dan peningkatan tekanan arteri
21
URINE[8]
Definisi: Urin adalah cairan sisa yang di ekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan di keluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinalisis.
Komposisis urin:
95% air
5 % , elemen terlarut terdiri dari :
1. Urea
2. Sodium
3. Potassium
4. Phosphate
5. Sulfhate
6. Creatininine
7. Uric acid
8. Calcium
9. Magnesium dan bikarbonat
Klasifikasi urin :
Urin sewaktu
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan
khusus..urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai
pemerikasaan badan tanpa pendapat khusus.
Urin pagi
Yang dimaksudjan dengan urin pagi ialah urin yang pertama-tama kali dikeluarkan pada pagi
hari setelah bangun tidur.urin ini juga lebih pekat dari pada urin yang dikeluarkan pada siang
hari, jadi baik untuk pemeriksaan sediment, berat jenis, protein, dll. Dan juga baik untuk
pemeriksaan kehamilan bedasarkan HCG ( human chorionic gonadotropin )
Urin postprandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria; ia merupakan urin yang
pertama kali dilepaskan 1setengah – 3 jam sehabis makan.
Urin 24 jam
Merupakan kumpulan kuantitatif urin dalam waktu 24 jam pada selang-selang waktu tertentu
biasanya pemeriksaan di tujukan bagi penderita diabetes mellitus untuk melihat banyaknya
glukosa yang dikeluarkan dari santapan 1 hingga santapan berikutnya.
22
Urin 3 gelas dan 2 gelas pada orang laki-laki
Penampungan secara ini dipakai pada pemerikasaan urologic dan dimaksudkan unutk
mendapat gambaran tentang letaknya radang atau lesi yang mengakibatkan adanya nanah atau
darah dalam urin seorang laki-laki.
Identifikasi cairan sebagai urin: bila kadar ureum tinggi (melebihi 1 g/dl) dan kadar kreatinin lebih
tinggi dari 50 mg/dl
Jumlah urin 24 jam: berbeda- beda tiap orang karena faktor makanan, minuman, berat badan,
umur, dan jenis kelamin. Rata-rata daerah tropik antara 800-1300 ml untuk dewasa, anak-
anak usia 6-12 tahun rata-rata ½ dari dewasa, dan anak-anak usia 1-6 tahun rata-rata ¼ dari
dewasa.
Jumlah urin 12 jam siang: 2-4 kali lebih besar dari 12 jam malam
Warna urin: pada umumnya ditentukan oleh besarnya diuresis. Makin tinggi diuresis, makin
muda warna urin. Warna normal urin antara kuning muda-kuning tua, disebabkan oleh zat
warna terutama urobilin dan urochrom
Kejernihan: sebab-sebab urin keruh
Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar
Bakteri-bakteri
Unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar (eritrosit, leukosit, sel epitel)
Chyclus dan lemak (menyebabkan urin menyerupai susu encer)
Benda-benda koloid
Berat jenis: makin tinggi diuresis, makin rendah berat jenis urin
Urin 24 jam normal: 1,016-1,022
Urin sewaktu: 1,003-1,030
Bau urin: disebabkan oleh
Makanan
Obat-obatan
Perombakan bakteri dan ureum (bau amonial)
Bau pada ketonuria (asam asetat, aseton)
Bau busuk
23
PEMERIKSAAN URIN (URINALISIS)[9]
Urinalisis, istilah untuk tes urin umum, dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan seseorang,
mendiagnosis kondisi medis seseorang, atau untuk memonitor penyakit seseorang. Tidak semua tes
pada urin disebut urinalisis, misalnya tes kehamilan dan tes narkoba
Urinalisis[10]
• Pengumpulan bahan mudah, dapat memberikan informasi berbagai fungsi metabolik tubuh,
baik fungsi renal maupun non renal
• Pemeriksaan khusus :Biakan urin, Protein kuantitatif 24 jam, Hemosiderin urin , Oval fat
bodies, dsb
Berdasarkan hasil urinalisis, kita akan mengetahui apakah kondisi kita baik atau buruk secara
medis, biasanya dibuat berdasarkan tiga pemeriksaan.
Pertama, pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila
tidak, maka ada masalah dalam tubuh kita. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh
kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal.
24
WARNA URIN
Kuning :
Hijau :
Merah :
d. Kuman : B. prodigiosus
Cokelat :
Coklat tua-hitam :
Serupa susu
25
b. Zat warna abnormal : pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri, protein beku
KEJERNIHAN
* Bakteri
BAU URIN
Bau buah-buahan
Amoniak (perombakan oleh bakteri)
Bau busuk (Ca saluran kemih)
Bau jengkol, karena makan jengkol
Kedua, kita akan mendapatkan hasil dari tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti
warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. Tes ini dimaksudkan untuk
memeriksa:
Level pH yang mengindikasikan kadar asam di urin. Level pH tidak normal bisa bermakna
gangguan ginjal atau saluran kencing.
Konsentrasi yang menunjukkan tingkat konsentrasi partikel-partikel yang ada di urin.
Konsentrasi di atas normal biasanya mengindikasikan dehidrasi.
26
Protein yang seyogianya tidak terdeteksi. Pertambahan sedikit tidak terlalu mengkhawatirkan,
namun jumlah besar mungkin menunjukkan sebuah masalah di ginjal.
Gula yang biasanya terlalu rendah untuk dapat dideteksi. Makanya, keberadaan sedikit gula
akan dilanjutkan dengan tes untuk diabetes.
Keton yang, bila terdeteksi, menandakan diabetes dan membutuhkan tes lanjutan.
Berbagai produk sel darah putih, misalnya nitrit dan lekosit esterase, yang mungkin
menandakan infeksi saluran kencing.
Sel darah merah atau komponen darah lain, seperti hemoglobin atau myoglobin, yang
mungkin menandakan kerusakan ginjal, batu ginjal, infeksi, kelainan darah, atau kanker
kandung kemih. Hasil ini tentunya membutuhkan tes lanjutan.
Ketiga, hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah
kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak.
Prosedur Tes
27
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan strip
reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan
strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna
diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel
pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin
tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan
dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan
secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus
diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis
mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar
terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk
memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.
CARIK CELUP
• Carik celup dicelupkan ke dalam urin dalam waktu < 1 detik, angkat
• Letakkan carik celup mendatar pada sisinya di kertas saring, agar kelebihan urin mengalir &
diserap, mencegah carry over antar pita reagen.
• Setelah 30-60 detik warna yg terjadi dibandingkan dgn warna pd botol carik celup secara
visual.
Glukosa
dg cara benedict :
Menilai hasil
28
Negati+f (-) : tetap biru jernih
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang
dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal
terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes
mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes
mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase
(POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus
ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam
setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama
olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam
jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat
menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda
yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes
mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap
albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
29
Bilirubin
Tes Harison :
Kertas yang berisi presipat diangkat dari corong, buka lipatan dan ditaruh mendatar diatas corong,
biarkan sampai agak kering
Tambah 2-3 tetes reagens fouchet, timbul warna hijau menandakan positif bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak
terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine
bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Urobilinogen
Cara Schlesinger :
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum,
tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen
30
berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses
ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat
kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk
melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan
(ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik
hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan
kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun
dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang
dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh
kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul
dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat
berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat
basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi
hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan
keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah
menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan
unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH
urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam
dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau
Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis
tubulus ginjal, spesimen basi.
pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik
(kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu
pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
31
Berat Jenis (Specific Gravity, SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat
terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi
ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan
minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi
dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia
dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau
mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk
studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1%
glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria,
hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan
pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi
hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan
metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya
hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine
didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam
pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah
raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh
glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
32
Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau
peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet
formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
Keton
Cara Rothers :
Warna ungu kemerahan mpada perbatasan kedua cairan menandakan positif, kecepatan warna
mempengaruhi banyaknya, warna coklat menandakan negatif
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk
menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-
hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk
otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah
mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi
keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama
adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet
tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal),
gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi
dari lemak atau protein, febris.
Nitrit
33
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian
jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter,
Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi
nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative
bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit,
atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4
jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun
kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar,
sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih,
yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine
merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup
banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak
mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6
jam, atau berat jenis urine tinggi.
Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya.
Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri,
virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk dikerjakan dengan
pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat
pada sediaan natif dapat terlihat jelas.
34
Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara teoritis,
harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan
0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena:
kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih,
infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah,
nefrotoksin, dll.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost
cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit
berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin
yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali
dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi
Leukosit
35
o Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan
jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya
infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau
glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress,
leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit
meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas
membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin
rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN
yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali
leukosit cenderung berkelompok. Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu
kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau
meatus uretra eksterna pada laki-laki.
Sel Epitel
Sel Epitel Tubulus
36
berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat
bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit.
Sel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria), atau uretra, lebih
besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel epitel
ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan.
Sel skuamosa
1. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein
Tamm-Horsfall) yang
dikeluarkan oleh sel-sel
tubulus. Silinder ini homogen
(tanpa struktur), tekstur halus,
jernih, sisi-sisinya parallel, dan
ujung-ujungnya membulat.
Sekresi protein Tamm-Horsfall
membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul
2. Silinder Eritrosit
37
Silinder eritrosit bersifat
granuler dan mengandung
hemoglobin dari kerusakan
eritrosit. Adanya silinder
eritrosit disertai hematuria
mikroskopik memperkuat
diagnosis untuk kelainan
glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau
kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada
matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder
eritrosit.
3. Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam
matriks Silinder. Kehadiran mereka
menunjukkan peradangan pada ginjal,
karena silinder tersebut tidak akan
terbentuk kecuali dalam ginjal.
Silinder lekosit paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi juga dapat
ditemukan pada penyakit glomerulus
(glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai
silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri
mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat
berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara
progresif.
4. Silinder Granular
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi.
Disintegrasi sel selama transit
melalui sistem saluran kemih
menghasilkan perubahan
membran sel, fragmentasi inti,
dan granulasi sitoplasma.
Hasil disintegrasi awalnya
granular kasar, kemudian
menjadi butiran halus.
5. Silinder Lilin (Waxy Cast)
38
Silinder lilin adalah silinder
tua hasil silinder granular
yang mengalami perubahan
degeneratif lebih lanjut.
Ketika silinder selular tetap
berada di nefron untuk
beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat
berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder
granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy).
Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis
ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi
nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau
meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine
pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul,
kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di
saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar
(lihat pengumpulan spesimen urine)
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes
biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah
bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme
mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi.
Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik
harus dianggap signifikan.
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-
laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit.
Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan
pergerakannya yang tidak menentu.
39
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat.
Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam
jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya
penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang
ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel
terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus
disertai pembentukan batu.
1. Kalsium Oksalat
2. Triple Fosfat
3. Asam Urat
4. Sistin (cystine)
40
5. Leusin dan Tirosin
6. Kristal kolesterol
Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri,
atau bulat bertanduk
41
PATOLOGI URIN[11]
Anuria : Supresi total sekresi urin oleh ginjal, disebut juga anuresis. Sekresi jumlah urin
kurang dari 100ml per 24 jam.
Oligouria : Sekresi jumlah urin yang berkurang dalam hubungan dengan asupan cairan,
biasanya dinyatakan sebagai kurang dari 400ml per 24 jam atau sekitar 100-300ml
per 24 jam. Disebut juga hypouresis dan oliguresis.
42
Homeostasis[12]
Panas
Hipotalamus
Vasodilatasi
Berkeringat
43
Karena berkeringat......
Volume CES
Vasopresin
Vasokontriksi anterior
Reabsorpsi H2O
Pengeluaran urin
44
Mekanisme haus[13]
H2O ditahan
Na+ (dan Cl-) secara osmotis menahan lebih banyak H2O dlm CES
Renin ACE
reabsorpsi Na+ oleh tubulus ginjal (reabsorpsi Cl- mengikuti secara pasif)
reabsorpsi H2O oleh tubulus ginjal Pemasukan cairan
45
DAFTAR PUSTAKA
[2] Dasar-dasar Urologi. 2nded. [ Basuki B. Purnomo]. CV.Sagung Seto, Jakarta. 2009.p.1
[3] http://www.dostoc.com/
[4] Luiz Carlos Junquiera, Jose Carneiro. Histologi Dasar. 10 thed. The McGraw Hill Companies, Inc.
2003.p.369-386
[5] Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia. 2nd. A Division of International Thomson Publishing, Inc..
1996.p.461
[6] http://www.dostoc.com/
[7] Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia. 2nded. A Division of International Thomson Publishing,
Inc.. 1996.p.477-478
[9] http://www.dostoc.com/
[11] Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi. 6thed. Elsevier Science. 2002.p.895
[12] Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia. 2nded. A Division of International Thomson Publishing,
Inc.. 1996.p.602
[13] Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia. 2nded. A Division of International Thomson Publishing,
Inc.. 1996.p.478-479
46