Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Sejarah
2
Reserpine (serpasil) bukan merupakan antagonis reseptor dopamine,
malahan, ia menurunkan cadangan nerurotransmitter amin biogenic prasinaptik,
termasuk dopamine. Namun demikian, reserpinic secara historic merupakan obat
antipsikotik efektif pertama. Reserpine adalah unsur dari semak belukar rauwolfa,
yang tumbuh di daerah India, Afrika, dan Amerika Selatan dan telah dicampurkan
kedalam campuran obat-obatan tradisional selama berabad-abad. Di tahun 1931
Sen dan Bose menerbitkan tulisan pertama yang melaoprkan efektivitas rauwolfa
dalam hipertensi dan mania. Di tahun 1953 unsur aktif, reserpine, diidentifikasi
dan dengan cepat masuk ke dalam pendekatan farmakologis yang terbatas untuk
psikosis. 1
3
merugikan neurologis, seperti tardive dysinesia, parkinsonisme, distonia dan
akathisia. 1,2
4
Penggunaan utama antipsikotik untuk skizofrenia, sindrom otak organik
dengan psikosis. Obat ini juga berguna untuk pasien yang mengalami ansietas
berat dan menyalahgunakan obat atau alkohol karena benzodiazepin
dikontraindikasikan bagi mereka. 1
C. Indikasi Penggunaan
D. Jenis-Jenis Antipsikotik
5
Obat antipsikotik yang ada di pasaran saat ini, dapat di kelompokkan
dalam dua kelompok besar yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan
antipsikotik generasi kedua (APG II). Antipsikotik generasi pertama mempunyai
cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine
pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan Antagonist Reseptor
Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau tipikal.4
6
APG I dapat dibagi berdasarkan potensi dan rumus kimia. Pembagian
berdasarkan potensi adalah potensi tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan
pembagian berdasarkan rumus kimia adalah phenotiazine dan non-phenotiazine.4
Potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg.
APG I potensi tinggi diantaranya adalah haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine
dan thiothixine. Potensi anti dopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping
tinggi seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan
darah rendah.4
Potensi sedang bila dosis APG I yang digunakan antara 10- 50 mg. APG I
potensi sedang diantaranya perphenazine, loxapine dan molindone. Digunakan
untuk penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG I potensi tinggi
dan potensi rendah.4
Potensi rendah bila dosis APG I yang digunakan lebih dari 50 mg. APG I
potensi rendah diantaranya adalah clorpromazine, thiridazine, dan mesoridazine.
Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi ortostatik, lethargi dan gejala
antikolinergik meningkat berupa mulut kering retensi urine, pandangan kabur dan
konstipasi.4
1. Phenotiazine
2. Butyrophenoone: Haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine: Pimozide
7
CLORPROMAZINE (Largactil, Promactil, Cepezet)
- Psikosis manik-depresif;
- Gangguan kepribadian
- Psikosis involusional
Dosis: 6,7,
8
- Bila gejala belum hilang dosis dapat ditingkatkan perlahan-lahan hingga
600-900 mg/hari.
Dosis : 7
- dosis awal 2 – 3 x 2,5 mg.
- dosis pemeliharaan 3 x 5 – 10 mg.
Efek samping : 7
9
- Ngantuk, pusing lemas.
- Gangguan ekstra piramidalis.
- Occulogyric crisis.
- Hiperefleksi.
- Kejang-kejang grandmal.
Kontra indikasi : 7
- Depresi SSP.
- Koma.
- Gangguan liver.
- Dyscrasia darah.
- Hipersensitif.
FLUPHENAZINE
Dosis : 4,7
- awal : 12,5 mg / 2 minggu.
- bila efek samping ringan/tidak ada, ditingkatkan 25 mg / 3 – 6 minggu.
10
- Mimpi2 aneh.
PERPHENAZINE (Trifalon)
Indikasi : 7
- Gejala positif Skizofrenia.
- Dalam dosis rendah digunakan untuk nausea, vomitus dan cegukan.
Dosis : 7
- 3 x 4 - 8 mg / hari.
Efek samping : 7
- Sering timbul gangguan ekstra piramidalis.
- Gangguan endokrin, seperti : laktasi meningkat, gnekomasti, menstruasi
terganggu, sukar eyakulasi.
Kontra indikasi : 7
- hipersensitif.
- Koma.
- Depresi berat.
- Gangguan liver.
- Gangguan darah.
THIORIDAZINE
Indikasi : 7
- Gejala positif Skizofrenia.
- Depresi dengan agitasi, ansietas dan afek hipotim.
Dosis : 7
11
- Awal (initial) : 3 x 50 – 100 mg / hari.
- Pemeliharaan (maintenance) : 200 – 800 mg / hari.
Efek samping : 7
- sedasi, mulut kering, gangguan akomodasi, vertigo, hipotensi ortostatik.
- Jarang timbul ganguan ekstra piramidalis.
Kontra indikasi : 7
- Koma.
- Depresi SSP berat.
- Diskrasia darh.
- Hipersensitif.
HALOPERIDOL
Haloperidol mempunyai afinitas yang kuat pada reseptor D2, lebih lemah
antagonis reseptor kolinergik dan histamin. Kadar puncak plasma Haloperidol
dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian oral dan dalam waktu 20 menit setelah
pemberian intramuskular. Waktu paruhnya antara 10-12 jam. Diekskresi dengan
cepat melalui urine dan tinja dan berakhir dalam 1 minggu setelah pemberian. 4
Secara farmakologi, struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi
butirofenon memperlihatkan banyak sifat farmakologi fenotiazin. Pada orang
normal, efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan
antipsikotik yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik deprsif dan
skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif
keran butirofenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over
rate nya. 6
Secara farmakokinetik, haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar
puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat,
menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai
berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang
diberikan diekskresi melalui empedu. Eksresi haloperidol lambat melalui ginjal,
kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal. 6
12
Dosis Haloperidol dapat dimulai dari 1 atau 2 mg dengan pemberian 2 atau
3 kali per hari, kemudian peningkatan dosis disesuaikan dengan gejala yang
belum terkontrol, beberapa kepustakaan mengatakan dosis per hari yang efektif
antara 5-20 mg. Pada pasien dengan efek samping mininal dan belum tercapai
respon terapi, dosis obat dapat ditingkatkan sampai dosis 30-40 mg per hari.
Setelah pemberian awal perlu dilakukan monitoring efikasi klinis, sedasi atau efek
samping lainnya yang mungkin timbul sehingga dapat dilakukan penyesuaian
dosis atau penggantian dengan antipsikotik lain. 4
Pada anak-anak atau usia lanjut dosis dapat diturunkan dan dapat dimulai
dengan 0,5-1,5 mg per hari dengan pemberian 2 atau 3 kali perhari. 4
Haloperidol decanoate (injeksi long acting) setelah disuntikan dilepas
secara lambat ke dalam pembuluh darah, sehingga pemberiannya tiap 3-4 minggu
perkali, karena waktu paruhnya panjang. 4
Kontraindikasi pemberian Haloperidol adalah pasien dalam keadaan koma,
depresi SSP yang disebabkan alkohol atau obat lain, sindrom parkinson, usia
lanjut dengan Parkinson Like Symptomps, wanita menyusui dan sesitif terhadap
Haloperidol. 2,4,6,7,8
Interaksi Haloperidol akan menghambat metabolisme antidepresan
trisiklik, dapat mengganggu efek antiparkinson dan levodopa, tekanan intra okuler
bola mata dapat terjadi apabila diberikan bersama dengan antikolinergik.
Metabolisme Haloperidol meningkat bila diberikan bersama dengan
carbamazepine. 4
Efek samping yang paling sering adalah efek ekstrapirmidalis (EPS)
seperti parkinson like symptomps, akatisia, diskinesia, distonia, hyperreflexia,
rigiditas, opistotonus, dan kadang-kadanga krisi okulogirik. Efek samping yang
lain adalah tardive dyskinesia pada pemakaian haloperidol yang lama atau
penghentian haloperidol tiba-tiba. Efek samping lain yang ringan seperti sedasi
dan autonomik. Pemberian haloperidol dalam waktu lama dapat terjadi
peningkatan berat badan dan penurunan fungsi kognitif. 4,6
PIMOZIDE (Orap)
13
Indikasi : 5
- Gangguan skizofrenia kronik untuk memperbaiki sosialisasi.
Dosis : 2 – 8 mg / hari.
Efek samping : 7
- Jarang timbul gangguan ekstra piramidalis pada dosis terapeutik.
Kontra indikasi : 7
- Koma.
- Hipersensitif.
- Depresi endogen.
- Penyakit parkinson.
14
Dapat diberikan per-oral atau per-enteral dengan dosis 50 – 100 mg /
hari.
3. Sulfas atropin
dapat diberikan per-oral atau per-enteral
tablet 0,5 mg ; 3 x 1
injeksi 0,25 mg/amp. ; 3 x 1 amp.
4. Benzodiazepin.
1. Mesokortikal Pathways
15
dopamin pathways sehingga terjadi keseimbangan antara keseimbangan
antara serotonin dan dopamin. APG II lebih berpengaruh banyak dalam
memblok reseptor 5HT2A dengan demikian meningkatkan pelepasan
dopamin dan dopamin yand dilepas menang daripada yang dihambat di
jalur mesokortikal. Hal ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif
maka tidak terjadi lagi penurunan dopamin di jalur mesokortikal dan
gejala negatif yang ada dapat diperbaiki.
2. Mesolimbik Pathways
3. Tuberoinfundibular Pathways
16
sehingga menyebabkan pelepasan dopamin menigkat. Ini mengakibatkan
pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi hiperprolaktinemia.
4. Nigrostriatal Pathways
Obat antipsikotik yang sering digunakan ada 21 jenis yaitu 15 jenis berasal
dari APG I dan 6 jenis berasal dari APG II. Keuntungan yang didapatkan dari
pemakaian APG II selain efek samping yang minimal juga dapat memperbaiki
gejala negatif, kognitif dan mood sehingga mengurangi ketidaknyamanan dan
ketidakpatuhan pasien akibat pemakian obat antipsikotik. 4
17
aspek occupational dysfunction, social dysfunction, instrumental skills deficits,
self-care, dan independent living. 4
CLOZAPINE
Merupakan APG II yang pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnya
EPS, tidak menyebabkan terjadinya tardice dyskinesia dan tidak terjadi
peningkatan dari prolaktin. Clozapine merupakan gold standard pada pasien yang
telah resisten dengan obat antipsikotik lainnya. Profil farmakoligiknya atipikal
bila dibandingkan dengan antipsikotik lain. Dibandingkan terhadap psikotropik
yang lain, clozapine menunjukkan efek dopaminergik rendah, tetapi dapat
mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal otak,
yang berhubungan dengan fungsi emosional dan mental yang lebih tinggi, yang
berbeda dari dopamin neuron di daerah nigrostriatal (darah gerak) dan
tuberoinfundibular (daerah neruendokrin). 4
Clozapine efektif untuk menggontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia
baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social disinterest dan
incompetence, personal neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2
minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat
ini berguna untuk pasien yang refrakter dan terganggu berat selam pengobatan.
Selain itu, karena resiko efek samping EPS yang sangat rendah, obat ini cocok
untuk pasien yang menunjukkan gejala EPS yang berat bila diberikan antipsikosis
yang lain. Namun, karena clozapin memiliki efek resiko agranulositosis yang
lebih tinggi dibandingkan antipsikosis yag lain, maka pengunaannya di batasi
hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis lain.
Pasien yang diberi clozapine perlu di pantau sel darah putihnya setiap minggu.
4,6,10
18
rata 11,8 jam sehingga pemberiannya dianjurkan 2 kali dalam sehari. 6 Distribusi
dari clozapine dibandingkan obat antipsikotik lainnya lebih rendah. Umunya
afinitas dari clozapine rendah pada reseptor D2 dan tinggi pada reseptor 5HT2A
sehingga cenderung rendah untuk menyebabkan terjadinya efek samping EPS.
Pada reseptor D4 afinitasnya lebig tinggi 10 kali lipat dibandingkan antipsikotik
lainnya, dimana reseptor D4 terdapat pada daerah korteks dan sedikit pada daerah
srtiatal. Hal ini lah yang membedakan clozapine dengan APG I. 4
Dosis : 4,7
- Hari 1 : 1 – 2 x 12,5 mg.
- Berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg / hari sp 300 – 450 mg / hari dengan
pemberian terbagi.
- Dosis maksimal 600 mg / hari.
- Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg
19
- Depresi SSP.
- Ganguan jantung dan ginjal berat.
- Gangguan liver.
RISPERIDONE
20
Indikasi : 4,7
- Skizofrenia akut dan kronik dengan gejala positif dan negatif.
- Gejala afektif pada skizofrenia (skizoafektif).
Dosis : 4,7
- Hari 1 : 1 mg, hari 2 : 2mg, hari 3 : 3 mg.
- Dosis optimal - 4 mg / hari dengan 2 x pemberian.
- Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5 mg,
ditingkatkan sp 1 – 2 mg dengan 2 x pemberian.
- Umunya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal,
jika belum terlihat respon perlu penilaian ulang.
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian
oral.
OLANZAPINE
Merupakan derivat dari clozapine dan dikelompokkan dalam golongan
Thienobenzodiazepine. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Plasma puncak
olanzapine dicapai dalam waktu 5-6 jam setalah pemberian oral, sedangkan pada
pemberian intramuskular dapat dicapai setelah 15-45 menit dengn waktu paruh 30
jam (antara 21-54 jam) sehingga pemberian cukup 1 kali sehari. 4
21
Olanzapine merupaka antagonis monoaminergik selektif yang mempunyai
afinitas yang kuat terhadap reseptor dopamin (D1-D4), serotonin (5HT2A/2c),
Histamin (H1) dan α1 adrenergik. Afinitas sedang dengan reseptor kolinergik
muskarinik (M1-5) dan serotonin (5HT3). Berikatan lemah dengan reseptor
GABAA, benzodiazepin dan β-adrenergik. Metabolisme olanzapine di sitokrom
P450 CYP 1A2 dan 2D6. Metabolisme akan meningkat pada penderita yang
merokok dan menurun bila diberikan bersama dengan antidepresan fluvoxamine
atau antibiotik ciprofloxacin. Afinitas lemah pada sitokrom P450 hati sehingga
pengaruhnya terhadap metabolisme obat lain rendah dan pengaruh obat lain
minimal terhadap konsentrasi olanzapine. 4
Eliminasi waktu paruh dari olanzapine memanjang pada penderita usia
lanjut. Cleareance 30% lebih rendah pada wanita dibanding pria, hal ini
menyebabkan terjadinya perbedaan efektivitas dan efek samping anatar wanita
dan pria. Sehingga perlu modifikasi dosis yang lebih rendah pada wanita.
Cleareance olanzapine meningkat sekitar 40% pada perokok dibandingkan yang
tidak merokok, sehingga perlu penyesuaian dosis yang lebih tinggi pada penderita
yang merokok. 4
Indikasi : 4,7
- Sizofrenia atau psikosis lain dengan gejala positive dan negatif.
- Episode manik moderat dan severe.
- Pencegahan kekambuhan gangguan bipoler.
Dosis : 4,7
- Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.
- Untuk episode manik mulai dengan dosis 15 mg 1 x sehari.
- Untuk pecegahan kekambuhan gangguan bipolar 10 mg / hari.
- Somnolen
22
- Hipotensi ortostatik berkaitan dengan blokade reseptor α1
QUETIAPINE
ZIPRASIDONE
23
APG II dengan struktur kimia yang baru, obai ini belum tersedia di
Indonesia. Ziprasidone merupakan antipsikotik dengan efek antagonsis antara
reseptor 5HT2A dan D2. Berinteraksi juga denga reseptor 5HT2C, 5HT1D dan 5HT1A,
afinitasnya pada reseptor ini sama atau lebih besar dari afinitas pada reseptor D2.
Afinitas sedang pada reseptor histamin dan α1. Ziprasidone tidak bekerja pada
muskarinik (M1). 4
Dosis intial yang aman diberikan tanpa dosis titrasi adalah sebesar 40 mg
perhari. Pemberiannya akan semakin efektif bila bersamaan dengan makanan.
Dosis pemeliharaan berkisar antara 40-60 mg per hari. 4
Terjadinya efek samping EPS rendah dan tidak terjadi peningkatan kadar
prolaktin. Efek samping yang dijumpai selama uji klinis adalah somnolen (14%),
peningkatan berat badan (10%), gangguan pernafasan (8%), EPS (5%), dan
bercak-bercak merah di kulit (4%). Peningkatan berat badan sangat kecil atau
dapat dikatan tidak ada, karena bekerja sangat lemah pada reseptor AH1 walaupun
24
bekerja juga sebagai antagonis pada reseptor 5HT2c. Ziprasidone tidak
menyebabkan gangguan jantung. 4
ARIPIPRAZOLE
Dosis :
- 10 atau 15 mg 1 x sehari.
Efek samping :
- Sakit kepala.
- Mual, muntah.
- Konstipasi.
25
- Ansietas, insomnia, somnolens.
- Akhatisia.
26
Obat anti-psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai
akinat overdosis atau untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari
akibat yang kurang menguntungkan sebaiknya dilakukan “lavage lambung” bila
obat belum lama dimakan. 2
F. INTERAKSI OBAT 5
• Antipsikosis + Antipsikosis lain = potensi efek samping obat dan tidak ada
bukti lebih efektif (tidak ada sinergis antara 2 obat anti-psikosis).
Misalnya, Chlorpromazine + Reserpine = potensiasi efek hipotensif.
• Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik
meningkat (hati-hati pada pasien dengna hipertrofi prostat, glaukoma,
ileus, penyakit jantung).
• Antipsikosis + anti-anxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk
kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute
adjunctive therapy).
• Antispikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat anti-psikosis
pada pagi hari sebelum ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena
angka mortalitas yang tinggi.
• Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan
serangan kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus
lebih besar (dose-related). Yang paling minimal menurunkan ambang
kejang adalah obat anti-psikosis Haloperidol.
• Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat antu-psikosis menurun
disebabkan gangguan absorpsi.
G. CARA PENGGUNAAN
Pemilihan Obat
• Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek
sekunder (efek samping ; sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). 5
Anti-psikosis Mg. Dosis (Mg/h) Sedasi Otonomik Eks.Pir.
27
Eq
Chlopromazine 100 15 - 160 +++ +++ ++
0 0
Thioridazine 100 10 - 900 +++ +++ +
0
Perphenazine 8 8 - 48 + + +++
Trifluoperazine 5 5 - 60 + + +++
Fluphenazine 5 5 - 60 ++ + +++
Haloperidol 2 2 - 100 + + ++++
Pimozide 2 2 - 6 + + ++
Clozapine 25 25 - 200 ++++ + -
Zotepine 50 75 - 100 + + +
Sulpiride 200 20 - 160 + + +
0 0
Risperidone 2 2 - 9 + + +
Quetiapine 100 50 - 400 + + +
Olanzapine 10 10 - 20 + + +
Aripiprazole 10 10 - 20 + + +
• Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis
yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan
dengan dosis ekivalen.
• Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respons klinis dalam dosis
yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti
dengan obat anti-psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama),
dengan dosis ekivalen-nya, dimana profil efek samping belum tentu sama.
• Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis
obat anti-psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan
baik efek samping-nya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
• Apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran
miskin) lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara
kacau, perilaku tak terkendali) pada pasien Skizofrenia, pilihan obat
antipsikosis – atipikal perlu dipertimbangkan. Khususnya pada penderita
Skizofrenia yang tidak dapat mentolerir efek samping ekstrapiramidal atau
mempunyai risiko medik dengan adanya gejala ekstrapiramidal
(neuroleptic induced medical complication).
28
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan : 5
• Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam.
• Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari).
• Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.
Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan
setiap 2-3 hari sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul
peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan “dosis optimal” dipertahankan sekitar 8-12 minggu
(stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu “dosis maintenance”
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2
hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop.
Lama Pemberian
Untuk pasien dengan serangan Sindrom Psikosis yang “multi episode”,
terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun.
Pemberian yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5
kali.
Efek obat anti-psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa
hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung
menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian
baru gejala Sindrom Psikosis kambuh kembali.
Hal tersebut disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat,
metabolit-metabolit masih mempunyai keaktifan anti-psikosis.
Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis sebaiknya dipertahankan
selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali.
29
Untuk “Psikosis Reaktif Singkat” penurunan obat secara bertahap setelah
hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu – 2 bulan.
Obat anti psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat
walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan
obat kecil sekali.
Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala “Cholinergic
Rebound” : gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-
lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi
Sulfas Atropin 0,25 mg (im), tablet Trihexyphenidyl 3x 2 mg/h).
Oleh karena itu pada penggunaan bersama obat anti-psikosis +
antiparkinson, bila sudah tiba waktu penghentian obat, obat antipsikosis
dihentikan lebih dahulu, kemudian baru menyusul obat antiparkinson. 5
Penggunaan Parenteral
Obat anti-psikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoate 25 mg/cc atau
Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2 – 4 minggu sangat berguna untuk
pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau apapun yang tidak efektif
terhadap medikasi oral.
Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan secara oral lebih
dahulu beberapa minggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas.
Dosis mulai dengan ½ cc setiap 2 minggu pad bulan pertama kemudian
bau ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.
Pemberian obat anti psikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi
dan pemeliharaan (maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15 – 25 %
kasus menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ektrapiramidal. 5
H. PERHATIAN KHUSUS
• Efek samping yang sering timbul dan tindakan mengatasinya : 5
Penggunaan Chlorpromazine injeksi (im) : sering menimbulkan
Hipotensi Ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh (efek alfa
30
adrenergic blockade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi Nor-
adrenaline (Nor-epinephrine) sebagai “alfa adrenergic stimulator”.
Dalam keadaan ini tidak diberikan Adrenaline oleh karena bersifat
“alfa dan beta adrenergic stimulator” sehingga efek beta-adrenergic tetap
ada dan dapat terjadi Shock.
Hipotensi ortostatik seringkali dapat dicegah dengan tidak langsung
bangun setelah mendapat suntikan dan dibiarkan tiduran selama sekitar 5-
10 menit.
Bila dibutuhkan dapat diberikan Norepinephrine bitartrate
(LEVOPHED – Abbot atau RAIVAS – Dexa Medica atau VASCON –
Fahrenheit) ampul 4 mg/4cc dalam infus 1000 ml dextrose 5% dengan
kecepatan infus 2-3cc/menit.
Obat anti-psikosis yang kuat (Haloperidol) sering menimbulkan
gejalan Ekstrapiramidal/Sindrom Parkinson. Tindakan mengatasinya
dengan tablet Trihexyphenidyl (Artane) 3-4x 2 mg/hari, Sulfas Atropin
0,50-0,75 mg (im).
Apabila Sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan
dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan
penggunaan obat antiparkinson.
Secara umum dianjurkan penggunaan obat antiparkinson tidak lebih
lama dari 3 bulan (risiko timbul “atropine toxic syndrome”). Tidak
dianjurkan pemberian “antiparkinson profilaksis”, oleh karena dapat
mempengaruhi penyerapan/absorpsi obat anti-psikosis sehingga kadarnya
dalam plasma rendah, dan dapt menghalangi manifestasi gejala
psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat anti-
psikosis agar tercapai dosis efektif.
• “Rapid Neuroleptizattion” : Haloperidol 5 – 10 mg (im) dapt diulangi
setiap 2 jam, dosis maksimum adalah 100 mg dalam 24 jam. Biasanya
dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari Sindrom
Psikosis (agitasi, hiperaktivitas psikomotorm impulsif, menyerang, gaduh-
gelisah, perilaku destruktif dll).
31
• Kontraindikasi :
- Penyakit hati (hepato-toksik),
- Penyakit darah (hemato-toksik),
- Epilepsi (menurunkan ambang kejang),
- Kelainan jantung (menghambat irama jantung),
- Febris yang tinggai (thermoregulator di SSP),
- Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat),
- Penyakit SSP (parkinson, tumor otak dll),
- Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran
makin memburuk).
BAB III
KESIMPULAN
32
postural, hiperprolaktinemia, kejang, salivasi nocturnal, agrabulositosis,
miokarditis, lensa mata bertambah.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Esa, Emy. Antipsikotik. [online]. Scribd 2010 [cited 2010 Okt 15]; [1].
Available from:URL:http://www.scribd.com/doc/39228424/Refer-At
34
9. Anonymous. Psikotropik. [online]. [cited 2008 Okt 24]. Psikofarmaka Mental
Health Nursing Eight Club-Universitas Padjadjaran. Available from:
URL:http://antipsikotik-psikofarmaka.blogspot.com/
Tugas
ANTIPISKOTIK
Oleh :
Pembimbing
35
Dr. H. Asyikin Noor, Sp.KJ. M.AP
Gambut
Oktober 2010
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 2
A. Pengertian ............................................................................. 2
B. Sejarah .................................................................................. 3
C. Indikasi Penggunaan ........................................................... 5
D. Jenis-jenis Antipsikotik ....................................................... 5
E. Profil Efek Samping ............................................................ 25
F. Interaksi Obat ....................................................................... 26
G. Cara Penggunaan ................................................................. 27
H. Perhatian Khusus ................................................................. 30
BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
36