You are on page 1of 14

c  


   


Kelas MPKT 14
Home Group 3:
Pretty Kusumaningrum, 1006692146
Riezca Biastami Radaini, 1006701472
Servulus Erlan de Robert, 1006693893
Su¶adah, 1006693911
Y. Suryapama Tera Gia S., 1006700141
Yuni Annisah, 1006702784
Zaffan Audi, 1006699045

Makalah untuk Tugas


Mata Kuliah MPKT Tahun 2010

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA


UNIVERSITAS INDONESIA
 

Manusia adalah makhluk sosial dan berbudaya, yang senantiasa berinteraksi, sehingga
terbentuklah kumpulan manusia yang disebut masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat,
terdapat nilai-nilai dan norma-norma sosial serta tumbuh dan berkembangnya organisasi-
organisasi kemasyarakatan seperti agama dan sistem kepercayaan tradisional. Masyarakat yang
telah memiliki tujuan menciptakan tradisi dan kebudayaan sebagai pedoman tingkah laku angota-
anggotanya. Kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai konflik dan konsensus. Konflik yang
terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh perbedaan kepentingan di antara sesama anggota
masyarakat. Perilaku seks bebas di kalangan remaja merupakan salah satu sumber konflik dalam
masyarakat sebab bertentangan dengan tradisi dan kebudayaan yang telah diwariskan turun
temurun.

 manusia, seks bebas, sosial, agama, tradisi, budaya, interaksi, informasi

ð



Abstrak ««««««««««««««««««««««««««««.. 2

Bab I «««««««««««««««««««««««««««««... 4

1.1? Latar Belakang ««««««««««««««««««««... 4


1.2? Tujuan Makalah ««««««««««««««««««««.. 5

Bab II ««««««««««««««««««««««««««««« 6
2.1 Manusia sebagai Makhluk Individu, Sosial, dan Budaya dalam
Konteks Seks Bebas«««««««««««««««««««««««« 6

2.2 Hubungan antara Seks Bebas dengan Agama, Tradisi, dan Budaya ..7

2.3 Seks Bebas Bukanlah Perwujudan dari Cinta Kasih ««««««.. 9

2.4 Perlunya Fitler Budaya «««««««««««««««««..10

Bab III ««««««««««««««««««««««««««««...13

3.1 Kesimpulan ««««««««««««««««««««......... 9

3.2 Saran««««««««««««««««««««....................10

Daftar Pustaka «««««««««««««««««««««««««.. 14

 

O


 

c
 

?   

Kehidupan remaja di Indonesia beberapa tahun belakangan ini marak


diwarnai dengan pergaulaun seks bebas yang tidak terjadi pada generasi
sebelumnya. Fenemona ini muncul karena terbukanya informasi melalu jaringan
internet yang tidak lagi terbatas dalam lintas budaya nasional, tetapi meluas
mencakup lintas budaya internasional. Informasi yang baik dan benar dapat
memacu perkembangan remaja secara normal, baik pengetahuan maupun budi
pekerti. Tetapi informasi yang buruk akan memberikan dampak dekadensi moral
remaja terutama yang berhubungan dengan perilaku seks bebas. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu ingin memenuhi sifat kemanuisannya untuk berinteraksi
dengan manusia lain. Seks bebas marak di Indonesia salah satunya disebabkan
oleh informasi lintas budaya yang buruk tersebut.

Interaksi antar manusia yang didasari oleh budaya dan budi pekerti
setempat dan berkiblat pada tuntutan agama akan memberikan pengaruh baik
terhadap kehidupan sosial. Tetapi interaksi manusia yang terpengaruh oleh budaya
lain akibat dari kebebasan informasi yang ada, yang berdampak pada tingginya
perilaku seks bebas di Indonesia. Setiap manusia dianugerahi cinta dan kasih
terhadap manusia lain. Penerapan cinta kasih tersebut belakangan berkembang.
Penerapan cinta kasih yang buruk adalah yang berupa seks bebas, yang diduga
tidak didasarkan pada cinta kasih yang tulus melainkan didasarkan pada dorongan
birahi semata.

@
?  c  

 Makalah ini dibuat dengan tujuan memberikan gambaran tentang pengaruh


interaksi lintas budaya terhadap perilaku seks bebas remaja di Indonesia.




 

±
 




2.1 Manusia sebagai Makhluk Individu, Sosial, dan Budaya dalam
Konteks Seks Bebas

Tidak dapat disangkal bahwa manusia adalah makhluk yang tak pernah
berhenti bersosialisasi sepanjang hidupnya. Sebagai makhluk dengan karakter
individual, sosial dan berbudaya, manusia memegang peranan penting dalam
kehidupan makhluk lainnya. Karakter manusia sebagai makhluk sosial
menuntutnya untuk tetap berinteraksi dengan sesamanya dan makhluk lainnya.
Kompleksitas yang ada di lingkungannya memungkinkannya menerima pengaruh-
pengaruh positif dan negatif, dan hal ini tercermin dari tingkah lakunya sehari-hari
dalam kehidupan bermasyarakat , baik dalam komunitasnya maupun di komunitas
lain.

Fenomena mencengangkan sekaligus memprihatinkan tengah terjadi di


tanah air yaitu maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja yang berujung pada
seks bebas hingga berpuncak pada tingginya angka aborsi dan HIV/AIDS. Hal ini
disebabakan oleh lemahnya kontrol individu dan orang-orang terdekatnya dalam
membatasi dan menyaring pengaruh budaya asing yang masuk. Perilaku seks
bebas di kalangan remaja merupakan dampak perkembangan fisik dan psikologis
yang mereka alami. Kaum remaja umumya kerap mencoba hal-hal yang dianggap
baru tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan. Ada banyak faktor
yang menyebabkan seks bebas menjadi suatu ³kelaziman´ saat ini di antaranya
pengaruh lingkungan yang mengakomodasi perilaku ini seperti ajakan teman dan
keretakan dalam keluarga, pendidikan formal dan informal yang kurang
menanamkan nilai moral dan budi pekerti dalam diri remaja serta faktor individu
yang kurang menyadari bahaya seks bebas walaupun sebenarnya ia
mengetahuinya. Sosialisasi yang dilakukan manusia pada umumnya mengacu
pada sistem nilai yang dipakai oleh individu dan masyarakat. Ada takaran-takaran

ï
khusus yang diberikan oleh sistem nilai yang menentukan pola perilaku
anggotanya.dalam konteks remaja, sosialisasi yang ia terapkan adakalanya
menyimpang dari sistem nilai yang telah ia terima sebagai suatu ukuran normatif
dalam dirinya dan masyarakat.

Manusia yang dikatakan sebagai makhluk sosial berdampak kompleks


pada individu maupun masyarakat. Seks bebas di kalangan remaja merupakan
salah satu konsekuensi interaksi sosial dalam bentuk imitasi dan identifikasi.
Remaja kerap mengikuti gaya hidup idolanya. Tidak hanya hal baik yang mereka
tiru tetapi juga hal yang buruk. Hal ini mendatangkan akibat buruk sebab
kepribadiannya telah mengikuti nilai-nilai yang ada dalam diri orang lain dan
diterimanya sebagai kebenaran personal, tanpa mempertimbangkan persepsi
umum mengenai kebenaran tersebut. Tindakan meniru yang dilakukan remaja
terhadap pribadi tertentu dapat diterima apabila sisi positifnya yang ditiru namun
apabila yang lebih diidentifikasi adalah sisi negatifnya maka dampaknya akan
buruk bagi perkembangan remaja. Interaksi sosial yang terjadi di masyarakat
sangat mungkin telah mengandung budaya-budaya asing yang memperkaya
budaya setempat namun tak sedikit merusak tatanan dalam masyarakat itu. Hal
ini ditandai dengan bergesernya nilai-nilai moral yang sangat terasa dalam diri
para remaja sebagai lapisan umur terbesar dalam masyarakat. Pergeseran ini dapat
diukur dari separah apakah tingkat pergaulan bebas di kalangan remaja yang
mengarah pada seks bebas.

2.2 Hubungan antara Seks Bebas dengan Agama, Tradisi, dan Budaya

Dari segi agama, perbuatan seks bebas jelas jauh menyimpang dan
melanggar norma-norma agama. Tidak ada agama yang memperbolehkan
umatnya untuk melakukan zinah. Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul
dengan lawan jenis, seperti yang tertulis di Al-Qur¶an di surah An-Nur ayat 30-31.
Dalam kedua ayat tersebut diterangkan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan
mata dalam bergaul. Jelas hal tersebut sangat jauh bertolak belakang dengan
perilaku seks bebas.Tak hanya Islam yang melarang perilaku seks bebas. Dalam
agama Kristen, seks bebas tidak diperbolehkan. Larangan tersebut tertulis di
alkitab yaitu Matius 5:27-30, yang tidak membenarkan seks bebas seperti

Ä
perzinahan. Bahkan hanya membayangkan untuk menginginkannya pun/ imajinasi
sudah termasuk zinah. Hindu mengajarkan bahwa hubungan seks memiliki tujuan
mulia, yaitu seks prokreasi, mendapatkan keturunan dengan membangun cinta
kasih suami - istri lewat pawiwahan (pernikahan). Ajaran Hindu tersebut tidak
berarti memperbolehkan seks bebas, karena seks bebas tersebut bukan dilakukan
oleh sepasang suami-istri. Bagi remaja Hindu yang berpacaran, hendaknya
berpegang kepada kesetiaan pada pasangannya, seperti yang disebutkan dalam
Manava Dharmasastra. Penganut agama Buddha mempercayai, patuh kepada
rukun µjangan berzina¶ akan membawa ketentraman dan menjernihkan hati, serta
akan mendapatkan bodhi (kebijaksanaan) dan mencapai nirvana.

Tradisi dan budaya di Indonesia jelas menolak perilaku seks bebas.


Beberapa daerah di Indonesia sangat terlihat menolak hal tersebut karena
pengaruh agama Islam, seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Padang, dan D.I.Y
Yogyakarta. Tradisi dan budaya yang kental tersebut seharusnya dapat
menjauhkan warganya dari perilaku seks bebas. Namun bisa juga berlaku
sebaliknya, ketika individu merasa tertekan dengan tradisi yang terlalu
mengekang atau merasa dipingit oleh tradisi tersebut. Tradisi memberikan batasan
moral pada tingkat kedua pemenuhan rasa ingin tahu. Nilai yang menyatakan
bahwa seks hanya diperbolehkan bagi pasangan yang sudah menikah secara resmi.
Dalam tradisi kita menikah merupakan hal mulia sebab bertautan dengan ajaran
agama dimana kita mengemban tugas dari Sang Pencipta untuk beranak-cucu.
Karena sifatnya yang mulia, secara langsung menjadi seleksi alam bagi para
remaja yang ingin merasakan sendiri bagaimana berhubungan seks. Seleksi alam
lain yang dimiliki tradisi adalah bagaimaan keperawanan masih menjadi tolak
ukur baik atau buruknya seorang perempuan yang belum menikah.

Jika kita melihat ke Amerika, seks bebas yang terjadi disana memang
sudah menjadi hal yang biasa saja. Mengapa? Karena tradisi dan budaya mereka
memang tidak melarang perilaku seks bebas. Di Indonesia seharusnya perilaku
seks bebas itu tidak ada atau tidak tinggi karena latar belakang agama, budaya,
dan tradisi. Tetapi kenyataannya adalah seks bebas yang ada di Indonesia tinggi.
Mengapa hal tersebut terjadi? Ini terjadi karena adanya globalisasi. Perilaku seks

_
bebas yang marak terjadi di Indonesia merupakan salah satu dampak negatif dari
globalisasi.

2.3 Seks Bebas Bukanlah Perwujudan dari Cinta Kasih

Remaja pada kisaran umur 12 sampai dengan 15 tahun disebut dengan


ramaja pada usia puber. Pada usia puber ini, remaja mulai menyukai lawan
jenisnya. Hal ini adalah hal yang biasa dan sangat manusiawi, mengingat cinta
yang menjadi dasar rasa suka itu adalah anugerah dari Tuhan. Sebenarnya
manusia dianugerahi rasa cinta semenjak manusia lahir di dunia, namun kita baru
dapat merasakan cinta itu pada usia puber, yakni usia peralihan dari kanak-kanak
menjadi remaja1. Apabila tidak diberi pengawasan secara khusus, pada masa ini
remaja akan menjadi rentan terhadap seks bebas. Secara tidak disadari, terdapat
lima macam cinta dalam diri tiap manusia, diantaranya: cinta kepada Tuhan, cinta
persaudaraan, cinta erotis, cinta keibuan, dan cinta diri sendiri2. Dalam perilaku
seks bebas yang menonjol dari cinta-cinta tersebut adalah cinta erotis. Cinta erotis
adalah cinta yang berdasarkan ketertarikan secara fisik dan hanya mementingkan
kepuasan duniawi saja. Maka, perlu adanya suatu hal yang µmemagari¶
tumbuhnya cinta erotis itu.
Cinta kepada Tuhan merupakan sebuah pencerminan dari iman manusia.
Cinta kepada Tuhan perlu diperkuat dalam diri remaja terkait dengan maraknya
perilaku seks bebas akhir-akhir ini. Hal ini dapat µmemagari¶ timbulnya cinta
erotis ataupun rasa ingin mencoba hal-hal yang berbau seksual. Cinta kepada
Tuhan bisa menjadi µbenteng¶ diri terhadap kencangnya perkembangan informasi
juga dalam era globalisasi saat ini. Cinta persaudaraan, cinta keibuan, dan cinta
diri sendiri saling terkait guna mencegah remaja terjun ke dalam dunia seks bebas.
Cinta kepada diri sendiri adalah bagaimana seseorang menghargai dirinya sendiri.
Cinta ini terkait dengan cita persaudaraan, yang artinya adalah bagaimana
manusia menghargai orang lain. Jika kedua cinta ini tertanam kuat, perilaku seks
bebas pun dapat dicegah. Apabila seorang remaja menghargai dirinya sebagai
makhluk µsuci¶ di hadapan Tuhan, maka ia pasti dapat menghargai µkesucian¶


Disadur dari buku ajar biologi SMA kelas X
ð
Sumber: Buku Ajar II MPKT 2010


orang lain. Cinta keibuan turut mengawasi perbuatan remaja, karana cinta keibuan
adalah cinta seorang ibu kepada anaknya. Seorang ibu yang mencintai anaknya
pasti tidak ingin terjadi sesuatu terhadap anaknya. Dengan demikian sang ibu
sebisa mungkin akan mengawasi segala tingkah laku anaknya agar tak terjerumus
dalam seks bebas.
Tanggung jawab ialah sebuah kepatutan yang harus dimiliki oleh tiap
remaja. Remaja yang bertanggung jawab pasti penuh perhitungan apabila akan
melakukan sesuatu. Ia akan senantiasa memikirkan segala akibat dari perbuatan
yang akan dilakukannya. Ramaja harus mampu bertanggung jawab dalam
pergaulannya, supaya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.

2.4 Perlunya Filter dalam Interaksi Lintas Budaya


Interaksi lintas budaya sangat erat kaitannya dengan globalisasi. Menurut
Fuad Hassan, seorang pengamat sosial, globalisasi pada hakikatnya adalah proses
yang ditimbulkan oleh sesuatu kegiatan yang dampaknya bekelanjutan melampaui
batas-batas kebangsaan o   dan kenegaraan o
  Globalisasi
dalam prosesnya juga terjadi secara lintas-budaya o 
  Dalam gerak
lintas-budaya itu, terjadi berbagai pertemuan antar-budaya yang juga
menimbulkan proses saling mempengaruhi. Saling-pengaruh antar-budaya itulah
yang harus dihadapi masing-masing bangsa yang menjalaninya. Bahkan pada hal-
hal mendasar yang berkaitan dengan falsafah hidup sekalipun.

Salah satu dampak dari interaksi lintas budaya terutama di dalam proses
globalisasi terhadap peradaban manusia diantaranya adalah masyarakat dapat
mengalami anomi (tidak memiliki norma) atau heteronomy (banyak norma),
sehingga terjadi kompromisme sosial terhadap hal-hal yang sebelumnya dianggap
melanggar norma tunggal masyarakat. Perilaku seks bebas di kalangan remaja
sering menjadi contoh dasar atas hal ini. Di zaman modern seperti sekarang, para
remaja seolah sudah tidak lagi mempunyai rasa malu dalam melakukan perilaku
ini apalagi merasa tabu untuk membicarakannya secara terang-terangan. Hal ini
sangat berbeda dengan beberapa puluh tahun yang lalu, dimana hal-hal yang
berhubungan dengan seks dianggap sesuatu yang tabu dan tidak boleh dibicarakan
secara sembarangan. Perubahan ini jelas menunjukkan bahwa masyarakat


khususnya para remaja telah melakukan kompromisme atas apa yang seharusnya
dianggap melanggar norma-norma yang berlaku, yaitu seks bebas.

Perilaku seks bebas di kalangan remaja sendiri sering disebutkan sebagai


pengaruh dari budaya Barat yang menganut ideologi liberal, dimana para
masyarakatnya bebas melakukan apa saja selagi hal itu tidak melanggar hukum
yang berlaku. Para remaja zaman sekarang yang telah bebas mendapatkan
informasi (terutama bagi yang memiliki pengetahuan yang minim dalam
menyikapi hal itu) tentunya dapat mengakses apapun yang berkaitan dengan hal-
hal tersebut dan terpengaruh dengan budaya itu. Inilah salah satu sisi negatif dari
interaksi lintas budaya. Budaya luar dengan mudah masuk ke budaya Indonesia.
Teknologi informasi yang tak ada batasnya membuat perilaku seks bebas yang
tadinya hanya kebiasan budaya barat, sekarang menjadi marak di Indonesia.
Penyampaian informasi yang begitu cepat memperparah tingkat seks bebas itu
sendiri di Indonesia. Untuk itu, diperlukan filter agar para remaja tidak terjerumus
ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan. Filter tersebut dapat berupa norma,
agama, pengenalan dini, pendidikan, dan hukum

A.? Norma
Hal ini tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja karena telah mengganggu
moral kehidupan sosial masyarakat meskipun hanya di kalangan remaja. Untuk
itu, diperlukan filter agar para remaja tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak
diinginkan. Filter tersebut dapat berupa norma, agama, pengenalan dini,
pendidikan, dan hukum. Perilaku seks bebas dianggap melanggar norma
kesusilaan, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani atau akal manusia.
Norma ini juga berkaitan erat dengan fungsinya sebagai tata kelakuan (i
)
yaitu suatu alat pengendalian sosial dengan melarang suatu perbuatan, dalam hal
ini adalah perilaku seks bebas.
B.? Agama
Agama merupakan filter yang paling berpengaruh di dalam diri manusia,
oleh karenanya pendalaman agama merupakan hal yang amat penting. Agama
manapun yang mengajarkan kebaikan pasti melarang segala bentuk perbuatan
zina, terlebih pada perilaku seks bebas.


C.? Pembiasaan sejak dini
Orang tua memegang peranan penting dalam hal ini karena orang tualah
sumber awal dan utama bagi seorang anak dalam mengenal ¶dunia¶. Jika anak
tersebut telah mengetahui setidaknya hal-hal apa saja yang berdampak buruk
baginya, tentu ia akan berusaha menjauhi hal tersebut, contohnya seperti perilaku
seks bebas.
D.? Pendidikan dari sekolah dan lembaga formal lainnya
Pendidikan sesungguhnya merupakan filter pendukung pembiasaan dini
untuk menghindarkan seorang anak dari perilaku-perilaku negatif seperti seks
bebas. Jika pada pembiasaan dini seorang anak mendapatkan informasi utama dari
orangtua, dalam lembaga formal informasi yang lebih jelas dapat diperoleh dari
guru atau pembimbing terutama bagi anak yang sudah menginjak usia remaja.
Melalui lembaga formal, seorang remaja dapat lebih memperdalam
pengetahuannya mengenai seks bebas dan dampak yang ditimbulkan.
E.? Hukum
Hukum merupakan filter yang paling ¶keras¶ karena mengandung
konsekuensi yang berat apabila dilanggar. Di Indonesia, undang-undang resmi
yang menjelaskan secara gamblang mengenai seks bebas dan segala konsekuensi
hukumnya memang masih belum jelas terlihat. Namun, beberapa undang-undang
dan pasal yang berkaitan dengan hal ini sudah diterapkan seperti tentang
kesusilaan dan hukum tertulis yang menyangkut kasus mengganggu ketertiban
sosial masyarakat.
Pada intinya, kita harus memiliki filter dalam membentengi diri dari perilaku-
perilaku yang tidak sejalan dengan ideologi yang kita anut seperti seks bebas.
Filter itu dapat berupa agama, norma-norma yang berlaku di masyarakat,
pembiasaan serta pendidikan sejak dini, pemberian pengetahuan melalui lembaga-
lembaga resmi seperti sekolah, dan hukum. Kelima filter tersebut adalah modal
dasar yang harus dimiliki manusia agar tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak
diinginkan.


 

c c

 3.1 Kesimpulan
Masalah seks bebas yang kian marak dikalangan remaja makin menghawatirkan.
Berkembangnya seks bebas adalah buah negatif dari masuknya budaya barat yang
lebih bebas dan tidak sesuai dengan tradisi, agama, dan budaya Indonesia yang
lebih ketimuran. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang pasti akan
selalu berinteraksi dengan manusia lainya, akan tetapi interaksi antar individu juga
bisa berdampak buruk jika dilakukan dengan cara yang salah atau bergaul dengan
orang-orang yang tidak baik, dalam hal ini adalah seks bebas. Seks bebas,
khususnya dikalangan remaja, diharapkan bisa ditanggulangi dengan adanya filter
terhadap budaya asing yaitu norma, agama, pembiasaan sejak dini, pendidikan
dari sekolah, dan hukum.

3.2 Saran
Untuk menanggulangi seks bebas dikalangan remaja, peran keluarga sebagai
wadah sosialisasi primer sangat penting. Orangtua harus member pendidikan seks
yang cukup pada anaknya, mengontrol masuknya informasi, dan menanamkan
budi pekerti dan pendidikan agama yang baik. Pemerintah seharusnya juga
tanggap dengan masalah seks bebas. Seharusnya pemerintah membuat undang-
undang yang lebih konkrit terkait dengan seks bebas agar menimbulkan efek jera
bagi masyarakat.
  

O

c

Anonim. ´Dampak Globalisasi Bagi Peradaban Manusia.´ Style Sheet.
http://ristizona.blogspot.com/2010/05/dampak-globalisasi-bagi-peradaban.html
(16 Okt.2010)

Hassan, Fuad. ´Pertemuan Antar-Budaya Dalam Era Globalisasi.´ ftp


onno.vlsm.org/v01/OnnoWPurbo/contrib/aplikasi/pertemuan-antar-budaya-dalam-
era-globalisasi-03-2000.rtf (16 Oktober 2010)

Mubarak, Zakky, dkk. 2010. m      


  m
    
   Penerbit FK UI: Jakarta

Tim Penulis Erlangga. 2008. m  


. Erlangga: Jakarta
Wahyuni, Niniek Sri, dan Yusniati,  
  
  (Jakarta: Ganeca
Exact, 2007)
http://wawanoutsider.wordpress.com/2010/03/18/cinta-erotis -dan-cinta-
persaudaraan/ (23 Oktober 2010)


@

You might also like