Professional Documents
Culture Documents
Kegiatan Belajar 1
PERAMBATAN GELOMBANG
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
⇒ Menerangkan arti gelombang bumi dan angkasa.
⇒ Menyebutkan daya jangkau perambatan gelombang dalam daerah LW, MW,
SW dan VHF serta UHF.
⇒ Menerangkan akibat pantulan oleh ionosphere.
⇒ Menerangkan arti fading pendek dan jauh.
⇒ Menerangkan cara perambatan gelombang LW, MW, SW, VHF dan UHF.
2. INFORMASI :
2.1 Perambatan Gelombang
2.1.1 Cara Perambatan.
Pada gambar 1 dapat dilihat sebuah antena yang memancarkan gelombang radio
pancaran gelombang radio ini menyebar kesegala penjuru secara merata untuk
antena vertikal sebagian gelombang yang bergerak pada permukaan bumi disebut
GELOMBANG BUMI, selain dari pada itu disebut GELOMBANG ANGKASA.
Gelombang angkasa
ANTENA
Gelombang bumi
BUMI
Gambar 1
Perambatan Gelombang 1
Teknik Antena
gelombang pendek sampai 100 km. gelombang angkasa merambat secara GARIS
LURUS, berhubung dengan itu angkasa tidak bisa mengikuti permukaan bumi kita.
VHF
PANTULAN PEMBENGKOKAN
SW
SW - MW
LAPISAN HEAVISIDE
IONOSPHERE
LW MW
SW VHF
PERMUKAAN BUMI
Gambar 2
Daya pantul lapisan heaviside bergantung pada frekuensi pada suatu tempat
penerimaan dapat diterima gelombang bumi dan angkasa bersama, gelombang
angkasa datang lebih akhir, sehingga terdapat PERGESERAN FASA. Ini akan
menimbulkan FADING, dimana kuat medan penerimaan goyah.
Perambatan Gelombang 2
Teknik Antena
30 MHz
30 MHz
LAPISAN F1 3
20MHz
LAPISAN 2 10MHz
20MHz
LAPISAN E 1 2
10MHz
5 MHz 5 MHz
BUMI
Gambar 3
LAPISAN F
200 km - 300 km
LAPISAN E 110 KM
LAPISAN D
50 KM
FADING DEKAT
GELOMBANG BUMI
Gambar 4
Perambatan Gelombang 3
Teknik Antena
LAPISAN F
LAPISAN D TERJADI
HANYA PADA TENGAH HARI
FADING DEKAT FADING JAUH
GELOMBANG BUMI
Gambar 5
PANCARAN JAUH
PANCARAN DEKAT
FADING JAUH
Gambar 6
Perambatan Gelombang 4
Teknik Antena
BUMI
PANCARAN
GELOMBANG ANGKASA
HORISONTAL
Gambar 7
Perambatan Gelombang 5
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan ariti gelombang bumi dan angkasa.
b) Sebutkan daya jangkau perambatan gelombang dalam daerah LW ; MW ;
SW ; VHF dan UHF.
c) Terangkan akibat pantulan oleh ionosphere
d) Terangkan arti fading pendek dan jauh.
e) Terangkan cara perambatan gelombang LW ; MW ; SW ; VHF/UHF.
Perambatan Gelombang 6
Teknik Antena
Lembar Jawaban
Jawaban a :
Gelombang bumi adalah gelombang radio yang merambatnya menyusun
permukaan bumi.
Gelombang angkasa adalah gelombang radio yang merambatnya ke angkasa.
Jawaban b :
LW ≈ 100 km
MW ≈ 300 km
SW ≈ 100 km
VHF ≈ 0 km
UHF ≈ 0 km
Jawaban c :
Berakibat terjadinya fading, ini terjadi karena kuat medan penerimaan goyah /
goyang.
Fading pendek / dekat adalah akibat yang ditimbulkan karen interferensi antara
gelombang bumi dan angksa pada polarisasi vertikal saat malam hari. Panjang
gelombang perambatan λ = 1Km - 10Km.
Fading jauh adalah interferensi diantara gelombang angkasa pada jarak yang jauh
Panjang gelombang perambatan 100 m - 1000 m, polarisasi vertikal.
Jawaban d :
1. Perambatan gelombang panjang, ,λ = 1 Km - 10 Km , polarisasi vertikal.
2. Perambatan gelombang menengah, ,λ = 100 m - 1000 m,polarisasi vertikal.
3. Perambatan gelombang pendek, ,λ = 10 m - 100 m, polarisasi vertikal.
4. Perambatan gelombang sangat pendek, pada band I dengan polarisasi Vertikal.
5. Band II dan III dengan polarisasi horisontal dalam daerah frekuensi 30 MHz - 300
Mhz.
6. Perambatan gelombang desimeter dengan ,λ = 10 Cm - 100 Cm polarisasi
horisontal. Daerah frekuensi 300 Mhz - 3 GHz ( televisi band IV dan V ),
jangkauan terbatas ≈ 50 Km.
Perambatan Gelombang 7
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 2
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
⇒ Menerangkan bentuk pancaran dari sebuah antena.
⇒ Membandingkan resonator paralel dari antena.
⇒ Menerangkan proses pemancaran dan penerimaan dari antena.
2. INFORMASI.
2.1. Pemancaran gelombang elektromagnetis
a b c d
Gambar 8
Lingkaran resonator a, jika kumparan diperkecil terjadilah gambar b dan jika kedua
plat dari kapasitor dijauhkan satu sama lain maka terjadilah gambar c dan d.
Gambar a adalah lingkaran resonator TERTUTUP dan gambar d adalah lingkaran
resonator TERBUKA, dalam kedua resonator tetap dijumpai medan magnetis dan
elektris yang saling berganti.
Pada resonator tertutup, kapasitansi dan induktansi terpusat pada masing-masing
komponen. Sedang pada resonator terbuka, kapasitansi dan induktansinya terbagi
pada sebuah kawat. Sehingga pada resonator terbuka kedua medan mendesak pada
ruangan sendiri-sendiri
Medan
Medan listrik
magnit
U
G Pemindah G
enersi
Gambar 9
U
t=0 + +
U
Ι
Ι
+ Ι
t=T U=0
4
U Ι
t =T _
2 U U
+
U
A ntara uj ung-uj ung antena terbangkit tegangan dengan polaritas yang TERBALIK
medan list rik yang baru mendesak medan listrik dari setengah getaran yang lama
keluar.
Ι
+
3 U=0
t = T
4 Ι
ΙΙ
U
Sekarang medan mangnet yang lama tergeser oleh medan magnit yang baru
Gambar 10
2.3. Proses pemancaran dan penerimaan
U
U U
Gambar 11
Medan magnet dan medan listrik dipancarkan, satu sama lain membentuk sudut 900
A
Polarisasi Polarisasi
vertikal horizontal
Gambar 12
u u u
Ι Ι Ι
Gambar 13
HF
Gambar 14
Medan magnit dalam udara bebas mengambil jalan melalui TAHANAN MAGNETIS
YANG KECIL dari batang ferit. Garis medan yang berjarak lebih dari setengah
panjang batang ferit mengambil jalan udara karena ini lebih singkat bagi medan
magnit.
Medan manget
2
Polarisasi Polarisasi
vertikal horizontal
U
t=0 + +
U
Ι
A ntara uj ung-uj ung antena ditemui tegangan yang mengakibat kan adanya
MEDAN LISTRIK.
Ι
+ Ι
t=T U=0
4
U Ι
t =T _
2 U U
+
U
A ntara uj ung-uj ung antena terbangkit tegangan dengan polaritas yang TERBALIK
medan list rik yang baru mendesak medan listrik dari setengah getaran yang lama
keluar.
Ι
+
3 U=0
t= T
4 Ι
ΙΙ
U
Sekarang medan mangnet yang lama tergeser oleh medan magnit yang baru
U
U U
Medan magnet dan medan listrik dipancarkan, satu sama lain membentuk sudut
0
90
A
Polarisasi Polarisasi
vertikal horizontal
Gambar 12
Kegiatan Belajar 3
ANTENA DIPOLE
1. Tujuan pembelajaran
2. INFORMASI :
2.1. Antena Dipole
2.1.1. Terjadinya antena dipole
G R=Zo G
Zo
Gambar 16
Beban R dipasang pada generator frekuensi tinggi. Skema tahanan R terhubung,
hanya tahanan gelombang sama dengan Zo, terdapat penyesuaian antara beban dan
penghantar, energi dari generator dipindahkan ke TAHANAN BEBAN R.
Dengan demikian penghantar TIDAK MEMANCARKAN ENERGI dalam bentuk
gelombang elektromagnetik.
Jika tahanan R dilepas maka energi akan dipantulkan kembali ke generator, dengan
begitu ada sedikit energi yang dipancarkan. Kemudian kedua penghantar gambar
kanan direntangkan seperti gambar kanan, maka akan banyak ENERGI yang
dipancarkan dalam bentuk gelombang ELEKTROMAGNETIS.
Demikian terbentuk antena dari penghantar yang disebut antena Dipole. Seperti pada
antena batang , kualitas pancaran antena dipole juga tergantung panjang antena
dalam perbandingan dengan gelombang yang digunakan.
18
Teknik Antena
u u
Gambar 18
Antena dipole tertala adalah antena semacam itu yang panjangnya ditala atas
PANJANG GELOMBANG yang diterima. Antena ini memberikan tegangan
penerimaan yang besar dibanding antena yang tidak tertala.
Kebanyakan digunakan dipole λ/2, disini akan diperoleh pembagian tegangan dan
arus sepanjang antena yang simetris.
I
I
U
Gambar 19
Tegangan maksimum antara UJUNG-UJUNG antena dan arus maksimum ditengah-
tengah antena diputus hubungkan dengan kabel antena untuk dihubungkan ke
penerima ( sebagai antena penerima ).
19
Teknik Antena
Antena dipole λ/2 jika dibandingkan dengan rangkaian resonator, sama seperti
resonator seri saat resonansi. Tahanan resonansi suatu resonator seri adalah KECIL,
pada antena dipole tahanan ini sekitar 60 Ω. Pada pemancar tahanan ini disebut
TAHANAN PANCARAN, pada antena penerima disebut TAHANAN TITIK KAKI.
1λ
b:50mm -
100mm
λ /4 λ /4
λ/2
Gambar 20
Antena dipole λ/2 dan dipole terlipat memancarkan daya yang sama, maka antena
dipole terlipat menarik arus SETENGAH KALI dari arus yang ditarik oleh antena
dipole λ/2. Sedang arus separuh yang lain berada dalam batang yang lain yang
terbangkit oleh pengaruh batang disampingnya.
Untuk membangkitkan daya yang sama dengan arus yang hanya separuhnya,
diperlukan tahanan antena EMPAT KALI lebih besar. Tahanan antena dipole terlipat
berharga sekitar 240 Ω.
Ι1 Ι1 Ι2
λ/2
Gambar 21
Arus dalam dipole dan dipole terlipat
20
Teknik Antena
2.1.4. Diagram arah antena dipole
21
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan terjadinya antena dipole ?
b) Sebutkan dua macam antena dipole ?
c) Gambarkan dua macam bentuk antena dipole ?
d) Gambarkan diagram arah antena dipole ?
22
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Terjadinya antena dipole adalah sbb :
G R=Zo
Zo G
u u
23
Teknik Antena
2. Antena dipole lipat
b:50mm -
100mm
/2
24
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 4
1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan tujuan penggunaan banyak elemen pada antena.
⇒ Menerangkan cara kerja antena berelemen banyak.
⇒ Menggambarkan susunan antena berelemen banyak.
⇒ Menerangkan kelebihan antena berelemen banyak dibanding antena berelemen
tunggal.
2. Informasi :
2.1. Antena Berelemen Banyak
2.1.1. TUJUAN
Penguatan dan perbandingan muka belakang suatu antena akan bertambah besar
jika dimuka dan dibelakang antena dipole atau dipole terlipat diletakkan batang-
batang yang lain secara paralel pada jarak yang tertentu.
Gambar 23
25
Teknik Antena
2.1.2. Prinsip Kerja
Setiap batang menerima energi dan memancarkan kembali energi ini. Batang-batang
yang bertetangga mengambil kembali sebagian energi yang dipancarkan tadi, jika
batang-batang itu terletak dalam jarak yang baik.
Keadaan ini memperlihatkan suatu PENGGANDENG PEMANCARAN. Cara ini
ditemukan ahli fisika Jepang Yagi dan Uda.
2.1.3. Penguatan
Penguatan suatu antena penerimaan adalah perbandingan dari daya yang
DIBERIKAN PADA antena ini PA dengan daya PN yang DIBERIKAN OLEH antena
pembanding, jika kedua antena berada dalam medan elektromagnetis yang sama dan
arah penerimaan yang sama.
Penguatan dinyatakan dalam dB, misal dinyatakan G = 16 dB berarti bahwa : antena
yang diuji mempunyai tegangan keluaran sekitar 16 dB lebih tinggi dari antena
pembanding.
2.1.4. Perbandingan muka belakang ( front to back ratio )
Perbandingan muka belakang adalah suatu ukuran keterpengaruhan ARAH dari
antena dan dinyatakan sebagai perbandingan logaritmis dari tegangan-tegangan
pada α = 0 dan α = 180 .
0 0
Perbandingan muka
a
belakang =
b
a b
26
Teknik Antena
2.2. Antena Yagi
1/ 2 4 3 3 3 l1 = 0,25 λ
l2 = 0,15 λ
l3 = 0,1 λ
2
/2 l4 < 0,1 λ
> /2
DIREKTOR
DIPOL TERLIPAT
REFLEKTOR
Gambar 25
Batang terpanjang yang terlihat dari pemancar berada dibelakang dipole terminal
melemparkan kembali energi ke dipole terminal dan sekaligus melindungi medan dari
sisi yang lain.
Batang ini disebut REFLEKTOR.
Batang-batang yang pendek dimuka dipole terminal mengalirkan energi yang
terkonsentrasi dari arah pancar. dengan demikian dicapai jatuh energi yang
terkuatkan pada dipole terminal.
Batang-batang ini disebut direktor. Penguatan , keterpengaruhan arah dan
perbandingan muka belakang sebuah antena Yagi tergantung dari jumlah dan
penempatan DIREKTOR DAN REFLEKTORNYA.
27
Teknik Antena
28
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan tujuan penggunaan banyak elemen pada antena.
b) Terangkan cara kerja antena berelemen banyak.
c) Gambarkan susunan antena berelemen banyak.
d) Terangkan kelebihan antena berelemen banyak dibanding antena berelemen
tunggal.
29
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan tujuan penggunaan banyak elemen pada antena.
Jawab :
Tujuannya adalah memeperbesar penguatan dan perbandingan muka belakang.
Namun peletakan batang-batang elemen tersebut harus paralel dan jaraknya pun
tertentu satu dengan lainnya.
b) Terangakan cara kerja antena berelemen banyak.
Jawab
Setiap batang menerima energi dan memancarkan kembali energi ini. Batang-
batang yang bertetangga mengambil kembali sebagian energi yang
dipancarkan tadi . Jika batang-batang itu terletak dalam jarak yang baik.
Keadaan ini memperlihatkan suatu penggandeng pemancaran.
c) Gambarkan susunan antena berelemen banyak.
Jawab
1/ 2 4 3 3 3
l1 = 0,25 λ
l2 = 0,15 λ
2
/2
l3 = 0,1 λ
> /2
l4 < 0,1 λ
DIREKTOR
DIPOL TERLIPAT
REFLEKTOR
30
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 5
PENYESUAI IMPEDANSI
1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan perlunya penyesuaian impedansi.
⇒ Menerangkan cara-cara penyesuai impedansi.
⇒ Menghitung harga-haraga komponen rangkaian penyesuai.
2. Informasi :
Tugas antena pemancar adalah memancarkan sinyal RF dari pesawat pemancar
dalam bentuk gelombang elektromagnetis.
Sedang tugas antena penerima memberikan sinyal RF lebih lanjut, energi yang ia
terima ke pesawat penerima.
Gambar 27
Rangkaian pengganti saluran transmisi
Penyesuai Impedansi 31
Teknik Antena
Saat r = 0, energi dari pemancar SELURUHNYA SAMPAI di antena tanpa gangguan.
Sedangan saat r = 1, seluruh energi MENGALIR KEMBALI ke pesawat pemancar.
2.1. Penyesuaian dengan komponen terkonsentrasi
Zo
C Ze
Gambar 28
Penyesuai terkonsentrasi
Impedansi antena Ze = Ra + jxa, pertama kali kita abaikan bilangan imajiner ± jxa,
tinggal Ra yang akan kita sesuaikan dengan tahanan gelombang penghantar Zo
Ra - Zo
X L = Zo ....................... ( 1 )
Zo
maka
Zo
X C = Ra ........................ ( 2 )
Ra - Zo
Bagian imajiner + j25 ohm dikompensasi oleh Xc, harga dari tahanan ini
Penyesuai Impedansi 32
Teknik Antena
1 1 1
= 25 ohm dan C = = ≈ 32 pF
ωC 2. π.f.25 8
2. π.2.10 25
30nH 32pF
Zo=50 + j25
7,7pF
80
Gambar 29
Rangkaian penyesuai LC ( Ra > Zo )
Ra 30
Xc = Zo = 50 = 61 Ω
Zo - Ra 50 - 30
Sehingga
1
C = 8
≈ 13 pF
2. π.2.10 .61
dan
Zo - Ra 50 - 30
X L = Ra = 30 = 24,5 Ω
Ra 30
Tahanan XL ini hamp[ir sama dengan bagian induktif dari antena, maka XL dapat
ditiadakan. Pada kasus harus dikopensasi.
Maka rangkaiannya menjadi :
Penyesuai Impedansi 33
Teknik Antena
Zo=50 + j25
13pF
30
Gambar 30
Rangkaian penyesuai dengan Ra<Zo
Contoh 3 :
Masukan antena simetri Ra = 280 ohm
kabel antena Zo = 240 ohm
Bagaimanakah rangkaian penyesuaiannya ?
Penyelesaian :
Ra - Zo 280 - 240
X L = Zo = 240 = 98 Ω
Zo 240
Karena simetris XL dibagi dua = 49 ohm
Zo 240
X C = Ra = 280 = 686 Ω
Ra - Zo 280 - 240
Ra
Gambar 31
Penyesuai Impedansi 34
Teknik Antena
Seperti hal pengubah impedansi yang diatas dengan penghantar λ/2, disini
perbandingan impedansinya 4 : 1.
Lebar band dapat mencapai 3 : 1dan banyak digunakan untuk televisi.
Penyesuai Impedansi 35
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan perlunya penyesuaian impedansi
b) Terangkan cara-cara penyesuaian impedansi
c) Hitung harga-harga komponen penyesuai, dari soal berikut :
Impedansi antena : 60 Ω + 15 j diumpan menggunakan tabel koaksial Zo = 50
ohm, frekuensi kerja 108 MHz
Penyesuai Impedansi 36
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan perlunya penyesuaian impedansi
Jawab :
Sebab antara pemancar , saluran dan antena impedansinya belum tentu sesuai.
Apabila tidak sesuai, maka tenaga yang dihasilkan oleh pemancar sebagian atau
lebih seluruhnya dipantulkan kembali ke pemancar. Untuk itulah perlu adanya
penyesuaian impedansi.
b) Terangkan cara-cara penyesuaian impedansi
Jawab :
Dengan cara pemasangan komponen terkonsentrasi diantara antena dan saluran
pemancar.
Saluran Antena
transmisi
rangkaian terkonsentrasi
Penyesuai Impedansi 37
Teknik Antena
1
= 15 Ω
ωC
1 1
C = =
2. π.f.15
8 6
2. π.2.10 .10 .15
= 98 pF
Penyesuai Impedansi 38
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 6
PENGHANTAR ANTENA
1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan konstruksi dan sifat penghantar antena.
⇒ Menghitung tahanan gelombang dari penghantar.
⇒ Menerangkan terjadi gelombang berdiri.
2. Informasi :
2.1. Kabel Antena
Untuk menghubungkan antena dengan pesawat dan pemancar dengan antena
diperlukan kabel yang khusus. Kerana energi yang dipindahkan berfrekuensi tinggi.
Maka induktifitas dan kapasitansi kabel akan sangat mempengaruhi pemindahan
energi. kecepatan rambat akan TERBATAS. Untuk mengatasi hal itu diperlukan kabel
untuk frekuensi tinggi.
2.2. Kunstruksi dan sifat
Gambar 34 Gambar 35
l
R L
C G
Gambar 36
Penghantar Antena 39
Teknik Antena
Tahanan R adalah tahanan nyata penghantar, induktansi L adalah induktansi kawat
dan kapasitansi C adalah kapasitansi yang terbentuk antara kawat dengan kawat (
kabel pita ) dan kawat dengan pelindungnya ( kabel koaksial ) dengan dialektrikum
dari isolasi kabel.
Tahanan antar kawat membentuk daya hantar G.
Semakin tinggi frekuensi sinyal yang lewat akan semakin TINGGI XL dan semakin
KECIL XC. Dari rangkaian pengganti dapat dilihat koponen-komponen membentuk
suatu PELALU BAWAH.
Dikarenakan tahanan R, tegangan menurun, dan sebagian melewati daya hantar G.
kerugian-kerugian ini disebut REDAMAN. Konstanta redaman α dinyatakan dalam dB
tiap 100 m.
1 MHz 50 MHz 100 MHz 200 MHz 500 MHz 600 MHz
1,0 7,0 10,0 15,0 25,0 27,5
Lebih lanjut panjang gelombang dalam kawat lebih pendek, faktor pemendekan k
adalah sebesar
1 V
k = atau k =
εr c
Faktor pemendekan k pada kabel koaksial sekitar 0,65 ........... 0,82.
Penghantar Antena 40
Teknik Antena
2.4. Tahanan gelombang
Pada sinyal frekuensi tinggi ( f > 100 kHz ) tahanan kawat R dapat diabaikan
dibanding reaktansi induktif XL = ωL ( R << ωL ).
Daya hantar dari kapasitansi antar kawat ( G << ωC ).
Energi elektromagnetis terdapat antara setengahnya elemen induktif dan kapasitif.
1
2
. L . i2 = 1
2
. C . U2
l =1m
G
20cm
Gambar 37
Percobaan diatas untuk melihat terjadinya gelombang berdiri pada suatu penghantar.
Generator bergetar pada f = 300 MHz dimana panjang gelombangnya λ = 1m.
Diameter penghantar d = 1 mm. Kedua penghantar ujung yang lain tetap terbuka.
U
l
0,25 0,75 1m
0 1/4 3/4 1
Gambar 38
Penghantar Antena 41
Teknik Antena
Hasil pengukuran dari percobaan memperlihatkan gelombang berdiri pada suatu
penghantar dengan ujung terbuka. Jika terjadi hubung singkat pada jarak 0,25 m atau
0,75 tidak akan merubah pembagian tegangan.
λ
a) R=
Z
I,U U
\4 \4 \4 \4
b)
Z R=0
I,U
U
Gambar 39
c)
Z R=Z
I,U
d)
Z R<Z
I,U U Ι
Gambar 40
Penghantar Antena 42
Teknik Antena
Gambar diatas memperlihatkan kemungkinan yang terjadi dengan kondisi beban
pada ujung penghantar. Jika tahanan beban sama dengan tahanan gelombang
penghantar ( R = Z ) maka pada penghantar tidak terdapat gelombang berdiri.
Ini dikarenakan seluruh energi dipindahkan ke beban (tahanan penutup ), amplitudo
tegangan dan arus konstan sepanjang penghantar.
Diluar keadaan diatas ( R ≠ Z ; R = ∼ ; R = 0 ) terdapat gelombang berdiri pada
penghantar dengan jarak maksimal amplitudo dengan maksimal amplitudo yang lain =
λ/2 dan maksimal = λ/4.
2.6. Kabel simetris
Penghantar
Bahan isolasi E
Gambar 41
Satu kabel /penghantar simetris dengan dua penghantar dengan jarak tertentu ( 20
cm - 30 cm ) yang dijaga oleh bahan isolasi.
Tahanan gelombang jenis ini dipilih sekitar 600 ohm berdasarkan pertimbangan
mekanis.
Gambar kanan memperlihatkan garis medan magnit dan garis medan listriknya .
Besar tahanan gelombang dapat dihitung dengan rumus :
Penghantar Antena 43
Teknik Antena
120 l ( 2a)
Zo = n
Cr d d = diameter penghantar
dalam m
Tabel .1.
500 a= jarak antara penghantar
dalam m
400
Cr = 1
300
120 l ( 2a)
Zo = n Cr = 2,6
Cr d
200
d d
a
100
1 2 3 4 6 8 10 20 40 50
a/d
Gambar 42
Jenis yang lain yang terkenal dengan kabel pita, banyak dipergunakan pada televisi.
Kedua penghantarnya di cor dengan bahan isolasi
Gambar 43
Dibanding jenis yang pertama, redaman pada kabel jenis ini LEBIH BESAR.
Penghantar jenis ini mempunyai tahanan gelombang 240 ohm.
Pengaruh cuaca sangat besar, bahan isolasi akan berubah dan menyebakan sifat
listriknya berubah pula. Dalam penggunaan yang lama, redaman semakin besar
untuk memperbaiki sifat itu dikembangkan kabel simetris dengan pengaman.
Penghantar Antena 44
Teknik Antena
Pengaman
Gambar 44
Kabel jenis ini biasanya mempunyai tahanan gelombang 120 ohm dan juga 240 ohm.
2.7. Kabel tidak simetris
Kabel simetris hanya mampu sampai beberapa ratus MHz maka dikembangkan
seperti kabel koaksial. Kabel koaksial terdiri dari penghantar dalam dan penghantar
luar berbentuk pipa, diantaranya adalah kosong.
D d
Dielektrikum
Pengaman/pelindung
Gambar 45
Untuk menjaga jarak antara penghantar dalam dan luar dibagian antar diisi dengan
bahan dielektrikum, dan ini merubah sifat listrik kabel.
Tahanan gelombang dihitung berdasarkan ukuran diameter d dan D, bahan-bahan
dielektrikum εr.
60 D
Zo = 1n
εr d
Besar Zo dalam praktek adalah 50 ohm, 60 dan 75 ohm. Sedang frekuensi
maksimum yang dapat dilakukan dapat dihitung dengan :
Penghantar Antena 45
Teknik Antena
f maks ≈ 0,64
Co = Kecepatan cahaya
3.108
Gambar 46
Hubungan antara ukuran kabel koaksial
dengan tahanan gelombang
Frekuensi (MHz)
Daya (Watts)
Gambar 47
Penghantar Antena 46
Teknik Antena
Daya yang diijinkan pada kabel koaksial berlainan tipe dalam keterpengaruhan
frekuensi operasi. Pada grafik diatas menunjukkan semakin tinggi frekwensi maka
kemampuan akan semakin menurun.
Penghantar Antena 47
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan konstruksi dan sifat penghantar antena
b) Hitung besarnya variabel berikut ini ( perhatikan tabel 1 dan 2 )
1. Kabel simetris dengan d = 1 mm
εr = 1 ( udara )
Zo = 300 Ω
hitung a (jarak antara sumbu penghantar simetris) !
2. Kabel unbalance dengan Zo = 50 Ω
εr = 2,6
D = 8 mm
hitung d (diameter penghantar dalam) !
c) Terangkan terjadinya gelombang berdiri.
Penghantar Antena 48
Teknik Antena
d) Lembar Jawaban
a) Terangkan konstruksi dan sifat penghantar antena
Jawab :
Ada 2 macam konstruksi yaitu - Koaksial - Pita (twin lead)
Didalam kabel antena mempunyai beberapa besaran yaitu R , L , C dan G.
R adalah tahanan nyata kawat penghantar. L adalah induktansi kawat. C adalah
kapasitansi.
Tahanan antar kawat membentuk daya hantar G. Semakin tinggi frekuensi
sinyal yang lewat akan semakin tinggi XL dan semakin kecil XC.
Tahanan R menyebabkan tegangan menurun dan sebagian melewati daya
hantar G. Kerugian ini disebut redaman. Konstanta redaman α dinyatakan dalam
dB tiap 100 m.
b) Hitung besarnya variabel berikut ini ( perhatikan tabel 1 dan 2 )
1. Kabel simetris dengan d = 1 mm
εr = 1 ( udara )
Zo = 300 Ω
hitung a (jarak antara kedua sumbu penghantar simetris) !
Jawab :
120 2a
Zo = Ln
er d
120 2a
300 = Ln
1 d
2a 300
Ln =
d 120
2a
Ln = 2,5
0,001
Ln 2000 a = 2,5
a = 6 mm.
Penghantar Antena 49
Teknik Antena
Jawab :
60 D
Zo = Ln
er d
60 D
50 = Ln
2,6 d
D 50
Ln =
d 60
2,6
50. 2,6
=
60
= 1,344
0,008
Ln = 1,344
d
d = 2,086403 mm
Penghantar Antena 50
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 7
PEMANTULAN GELOMBANG
1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan kejadian akibat pemantulan gelombang elektromagnetis.
⇒ menghitung jarak dinding pantul terhadap penerima.
⇒ Menerangkan proses pembengkokan perambatan gelombang.
2. Informasi:
2.1. Pemantulan
Gelombang elektromagnetis dalam daerah SW, VHF sampai UHF pada kondisi
tertentu memancarkan dan atau tidak memancarkan akan dipantulkan seperti halnya
cahaya (optik). Terutama pada penerimaan VHF sampai UHF. Terdapat banyak jalan
perambatan, ini akan menimbulkan kejadian medan penerimaan yang bergoyang (
fading ) pada radio dan bayangan setan pada televisi.
PEMANCAR
GUNUNG
PEMANCAR
PENERIMA PENERIMA
Kejadian refleksi diinginkan
Gambar 49
Gambar 48
Perbedaan jalan tempuh antara sinyal langsung dengan sinyal pantul untuk
∆t = 1 µs adalah : d = c . ∆t = 3.10 m/s. 1 . 10
8 -6
S = 300 meter.
Pemantulan Gelombang 51
Teknik Antena
Dinding
pantul
17"
2cm
Gambar 50
d 903,6
D = = = 451,8 meter
2 2
2.2. Pembekokan
Pembengkokan perambatan gelombang oleh lereng atau puncak gunung, rumah atau
juga suatu celah, seperti cahaya yang melewati celah.
Lampu celah
Dinding
Gambar 51
Pemantulan Gelombang 52
Teknik Antena
Gambar 52
Selain prinsip diatas terdapat pula pembengkokan arah rambat gelombang
elektromagnetis pada pergantian medium yang satu dengan medium yang lain
(pematahan). Ini terjadi karena terdapat perbedaan kerapatan pada setiap lapisan
medium.
Gambar 53
Pemantulan Gelombang 53
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan akibat pemantulan gelombang elektromagnetis.
b) Hitung jarak dinding pantul terhadap penerima. Apabila diketahui : ukuran
layar TV : 24 inchi. Jarak gambar asli dengan bayangan ( ghost ) = 11/2 cm.
c) Terangkan proses pembengkokan perambatan gelombang.
Pemantulan Gelombang 54
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Trengkan akibat pemantulan gelombang elektromagnetis.
Jawab :
Pada radio berakibat , penerimaan yang bergoyang ( fading )
Pada Televisi berakiibat : bayangan setan ( Ghost ).
b) Hitung jarak dinding pantul terhadap penerima. Apabila diketahui :
ukuran layar TV : 24 inchi. Jarak gambar asli dengan bayangan ( ghost ) =
1
1 /2 cm
Jawab :.
Ukuran layar TV = 24 x 2,54 cm = 60, 96 cm.
60,96 cm
Lebar layar TV = x 4 = 48,768 cm.
5
Waktu arah maju = 52 µs.
52 µs
Perbedaan waktu ( ∆t ) = . 1 12 cm.
48,768 cm
= 1,6 µs.
Perbedaan jarak tempuh
d = 3.108 m/s . 1,6 . 10-6S
= 480 m
Jadi jarak antena pesawat televisi terhadap dinding pantul =
d
D =
2
480 m
=
2
= 240 m
c) Terangkan proses pembengkokan perambatan gelombang.
Jawab :.
Pembengkokan perambatan gelombang terjadi akibat suatu gelombang yang
melewati lereng, celah atau puncak gunung. Dapat kita bayangkan sebuah sinar
yang menerobos celah, maka keluar dari celah sinar akan ada yang berbelok
arah.
Juga terjadi pada suatu gelombang yang melewati beberapa lapisan medium
yang berbeda kerapatannya, maka gelombang tadi akan berbelok arahnya.
Pemantulan Gelombang 55
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 8
0°
Gambar 54
Karakteristik penerimaan secara ruangan
Ua
E Ua max Ua max
Ua-max = Tegangan maksimum
30° 20° 0/360°
10
340° 330° pada sudut αE = 00 (
0,9 E 0,7 =36°
40°
0,8
320°
UO )
0,70
0,6
50°
310° Un-max = Tegangan maksimum
0,5
60° 0,4
0,3
300° pada gada sisi
0,2 Un max
( E =300° )
U180 = Tegangan pada 1800
90° 270°
E0 U n max αE0 = Posisi nol ( pada 900 )
=90° 0,2 ( E =240° )
120° 0,3 240° αE0,7 = Sudut buka ( lebar harga
0,4
0,5
150° 210° U 180°
separuh )
180°
Selain itu lazim pula disebut lebar harga setengah, pada daerah ini daya yang
diberikan oleh antena turun sampai setengahnya.
2.2.3. Perbandingan muka belakang ( front to back ratio )
Perbandingan muka belakang adalah suatu ukuran untuk keterpengaruhan arah dari
antena dan dinyatakan sebagai perbandingan logaritmis dari tegangan-tegangan
pada α = 00 dan α = 1800.
Perbandingan muka
a
belakang =
b
a b
Gambar 56
Perbandingan muka belakang dinyatakan dalam dB.
G (dB)
10
b
8 c
4 a
Gambar 57
Dalam contoh gambar diatas ditampilkan, misal pada daerah a adalah penggunaan
jangkauan yang lebar atau keseluruhan daerah, b adalah penggunaan jangkauan
lebar untuk beberapa kanal, sedang C adalah penggunaan jangkauan sempit atau
antena kanal.
Maka ditetapkan suatu antena untuk daerah VHF, daearah UHF untuk daerah IV dan
V.
2.3. Data Pengenal mekanis
Dalam data itu ditampilkan, UKURAN FISIK, BERAT dan juga persesuaiannya
dengan data listriknya.
Selain itu juga BAHAN dan KUALITAS PERMUKAANNYA.
Kegiatan Belajar 9
⇒ Dummy load
⇒ SWR / Power meter
⇒ Coaxial kabel kelengkapannya (2buah). yang meliputi coaxial kabel dengan
ujung BNC - konektor dan konektor - konektor
⇒ Generator 2M Band (167,2MHz.)
4. Keselamatan Kerja
⇒ Tempatkan alat dan bahan denganbaik dan teratur, pada meja praktek.
⇒ Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya dan atur range pada SRW sesuai
batasannya.
⇒ Jangan sampai menghidupkan sakelar transmit sebelum sistim terpasang
semuanya.
⇒ Jangan menghidupkan sakelar transmit saat memindahkan posisi pengaturan
fungsi/power pada SWR meter.
63
Teknik Antena
5. Langkah Kerja
5.1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
5.2. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke SWR (dengan tanda TX) dan satunya
ke generator, dengan tanda ujung BNC.
5.3. Pasang dummy load pada SWR dengan tanda .ANT dibelakang SWR.
TX
Dummy load
dipasang dibelakang
CAL
POWER
MIN MAX
VHF GENERATOR
V 1672
FREQUENCY 167.20
BNC
ON
Jangan hidupkan
sakelar transmit
tanpa beban pada OFF
RF out. STD BY TRANS RF OUT
POWER MIT
Gambar 58
Susunan pengabelan antara Generator,SWR dan Dummy load
5.4. Atur posisi “ Function “ pada SWR meter ( Power, Cal, SWR ) pada posisi
CAL, dan kedudukan “ Power “ ( REV, FORW, OFF ) pada posisi FORW,
sedangkan Range pada 5W.
5.5. Hidupkan Power Generator, sakelar stand by dan sakelar transmit, lalu atur
potensio calibrasi pada SWR meter sampai posisi jarum meter tepat
menunjuk pada kedudukan CAL, lalu matikan dulu Sakelar transmit.
5.6. Pindahkan posisi Function dari CAL ke SWR dan hidupkan lagi sakelar
transmit lalu lihat pembacaan yang ditunjukkan oleh jarum meter, catat
hasilnya pada tabel yang tersedia, lalu matikan dulu sakelar transmit.
64
Teknik Antena
Gambar 59
Panel depan sebuah Power / SWR meter merk Diamond
5.7. Pindahkan posisi Function dari SWR ke Power dan Power pada FWD
hidupkan lagi sakelar transmit lalu lihat pembacaan yang ditunjukkan oleh
jarum meter, catat hasilnya pada tabel daya FWD yang tersedia, lalu matikan
dulu sakelar transmit.
5.8. Ulangi langkah 7 dengan merubah sakelar power dari FWD ke REF untuk
mendapatkan data daya REFnya.
Tabel 1.
SWR daya FWD daya REF
65
Teknik Antena
6. Tugas :
6.1. Isikan tabel data hasil pengukuran pada tabel yang telah tersedia
6.2. Satu kelompok penentuannya sesuai dengan pembagian kelompoknya.
6.3. Jawab pertanyaan
7. Pertanyaan :
7.1. Berapakah seharusnya angka VSWR yang baik dari sebuah dumy load yang
ideal ?
7.2. Samakah besar kecilnya VSWR jika frekuensinya diubah-ubah ?.
7.3. Jika terjadi perubahan mengapa bisa terjadi ?.
7.4. Bilamanakah VSWR mencapai angka besar ?.
7.5. Dari data pengukuran dummy load bagaimanakah hubungan penunjukan dari
VSWR, daya FWD dan daya REF ?.
7.6. Samakah besarnya penunjukan SWR saat digunakan daya sedang dengan
daya yang lebih besar saat dipergunakan dalam pengukuran?
7.7. Apakah perlunya kita mengadakan pengukuran dengan dummy load?
8. Kriteria Penilaian
8.1. Penempatan alat-alat praktek.
8.2. Penggunaan alat
8.3. Keselamatan kerja
8.4. Grafik/data/dan gambar kerja
8.5. Jawaban pertanyaan.
66
Teknik Antena
9. Jawaban Tugas.
Tabel 1.
SWR daya FWD daya REF
1,1 5W 0W
1,1 5W 0W
67
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 10
4. Langkah Kerja
4.1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
4.2. Rakitlah antena yang akan dipakai percobaan pengukuran seperti pada
gambar dibawah.
DRIVEN ELEMENT
D
REFLEKTOR
DIREKTOR
C
A
B
BOOM
DUDUKAN REFLEKTOR DAN DIREKTOR
TERHADAP BOOM
DIREKTOR 448mm
1
2
PENGGESERAN SHORTING
3
BAR UNTUK MATCHING
2cm 1cm
0cm
BAUT PENGUNCI
G
ambar 60
Susunan pemasangan elemen antena
4.3. Tempatkan driven elemen pada lubang ke dua dari akhir(belakang) titik A,
dan shorting bar berada pada ujung.(angka 1).
4.4. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke antena dan satunya ke SWR/power
meter yang bertanda ANT ,dengan ujung-ujung kabel keduanya konektor.
4.5. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke SWR (dengan tanda TX) dan satunya ke
generator, dengan tanda ujung kabel satu konektor satunya lagi BNC.
arah pancaran
TX ANT
CAL
POWER
MIN MAX
VHF GENERATOR
V 1672
FREQUENCY 167.20
BNC
ON
Jangan hidupkan
sakelar transmit
tanpa beban pada OFF
RF out. STD BY TRANS RF OUT
POWER MIT
Gambar 61
Susunan pengabelan antara Generator,SWR dan Antena
4.6. Atur posisi “ Function “ pada SWR meter ( Power, Cal, SWR ) pada posisi CAL,
dan kedudukan “ Power “ ( REV, FORW, OFF ) pada posisi FORW, sedangkan
Range pada 5W.
4.7. Hidupkan Generator lalu atur potensio Cal pada SWR meter sampai posisi
jarum meter tepat menunjuk pada kedudukan CAL, lalu matikan dulu
Generator.
4.8. Pindahkan kedudukan Function pada SWR dan hidupkan lagi sakelar transmit
lalu atur VC yang ada di(PCB) dengan cara memutar-mutar VC dengan obeng
Tabel 1.
Kedudukan driven Elemen : A
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm
4.14. Ulangi langkah 13 dengan merubah kedudukan driven elemen pada posisi B
dan catat hasil pengamatan pada tabel 2.
Tabel 2.
Kedudukan driven Elemen : B
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm
4.15. Ulangi langkah 14 dengan merubah kedudukan driven elemen pada posisi C
dan catat hasil pengamatan pada tabel 3.
Tabel 3.
Kedudukan driven Elemen : C
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm
5. Tugas :
⇒ Isikan tabel data hasil pengukuran pada tabel yang telah tersedia pada antena
masing-masing.
⇒ Satu antena dikerjakan oleh satu kelompok penentuannya sesuai dengan
pembagian kelompoknya.
⇒ Buatlah grafik dari berbagai posisi penempatan shorting trap, dengan berbagai
penempatan kedudukan driven elemen .
⇒ Jawab pertanyaan
6. Pertanyaan :
6.1. Apakah fungsi penggeseran shorting trap pada driven elemen dan pengaturan
VC pada PCB ?.
6.2. Adakah pengaruh pemasangan elemen pengarah (direktor) terhadapa
perubahan penunjukan besar kecilnya SWR jika dibandingkan dengan tanpa
adanya direktor?.
6.3. Samakah besarnya penunjukan SWR saat digunakan daya sedang dengan
daya yang lebih besar saat dipergunakan dalam pengukuran?
6.4. Apakah perlunya kita mengadakan pengukuran antena dengan SWR meter
sebelum digunakan untuk memancar ?.
6.5. Apakah kerugian yang diakibatkan jika penggunaan antena dengan sekala
SWR yang cukup besar?.
7. Kriteria Penilaian
1
0 1 2 0 1 2 0 1 2
A B C cm
posisi ST
9. Jawaban Pertanyaan.
9.1. Untuk menepatkan kedudukan shorting trap pada posisi tertentu agar
didapatkan angka penunjukan SWR yang paling rendah atau mendekati satu.
9.2. Pemasangan direktor / pengarah sangat menentukan besarnya angka
penunjukan pada SWR , dari grafik yang dibuat dapat dilihat pemasangan
elemen pengarah akan membantu menurunkan angka penunjukan SWR.
9.3. Penunjukan SWR tidak terpengaruh oleh perubahan daya yang digunakan
pada pengukuran, karena setiap kali perubahan daya ataupun perubahan
frekuensi , setiap kali pula SWR meter harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Perubahan daya dalam sistim pengukuran akan menambah ketelitian didalam
pengukuran saja.
9.4. Untuk mendapatkan kejodohan antara Pemancar, saluran transmisi dengan
antena itu sendiri, dengan harga penunjukan SWR yang rendah (1) akan
dapat diketahui bahwa ketiga komponen diatas sudah jodoh. dan akan
didapatkan daya pancaran yang maksimum.
9.5. Pancaran jadi tidak efisien, Penguat akhir dari TX akan cepat rusak akibat
terkena RF balik dan semakin cepat menjadi panas.
Kegiatan Belajar 11
Peserta dapat:
⇒ Mengoperasikan generator 2M Band (167,2MHz.)
⇒ Membaca sekala yang ada pada SWR / Power meter.
⇒ Mengoperasikan SWR/Power meter pada pengukuran antena Ground-plane
⇒ Mengukur perbandingan gelombang tegak (VSWR)
⇒ Mengukur daya Forward(maju) dan daya Mundur dari pemancar
⇒ Antena Ground-plane.
⇒ Tiang penyangga ( triport )
⇒ SWR / Power meter
⇒ Coaxial kabel kelengkapannya (2buah). yang meliputi coaxial kabel dengan
ujung BNC - konektor dan konektor-konektor
⇒ Kunci pas 13 mm
⇒ Tang kombinasi
⇒ Generator 2M Band (167,2MHz.)
⇒ Tabel pengukuran
4. Keselamatan Kerja
⇒ Tempatkan alat dan bahan denganbaik dan teratur, pada meja praktek.
⇒ Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya dan atur range pada SRW sesuai
batasannya.
⇒ Jangan sampai menghidupkan sakelar transmit sebelum sistim terpasang
semuanya.
⇒ Jangan menghidupkan sakelar transmit saat memindahkan posisi pengaturan
fungsi/power pada SWR meter.
5. Langkah Kerja
5.1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
5.2. Rakitlah antena yang akan dipakai percobaan pengukuran seperti pada
gambar dibawah.
Gambar 62
Susunan lengkap elemen antena ground-plane
TX ANT
CAL
POWER
MIN MAX
VHF GENERATOR
V 1672
FREQUENCY 167.20
BNC
ON
Jangan hidupkan
sakelar transmit
tanpa beban pada OFF
RF out. STD BY TRANS RF OUT
POWER MIT
Gambar 63
Susunan pengabelan antara Generator,SWR dan Antena
5.5. Atur posisi “ Function “ pada SWR meter ( Power, Cal, SWR ) pada posisi CAL,
dan kedudukan “ Power “ ( REV, FORW, OFF ) pada posisi FORW, sedangkan
Range pada 5W.
Gambar 64
Panel depan sebuah Power / SWR meter merk Diamond
5.8. Pindahkan posisi Function dari SWR ke Power dan Power pada FWD
hidupkan lagi sakelar transmit lalu lihat pembacaan yang ditunjukkan oleh jarum
meter, catat hasilnya pada tabel daya FWD yang tersedia, lalu matikan dulu
sakelar transmit.
5.9. Ulangi langkah 8 dengan merubah sakelar power dari FWD ke REF untuk
mendapatkan data daya REFnya.
Tabel 1.
SWR daya FWD daya REF
7. Pertanyaan :
7.1. Dari data pengukuran antena ground-plane, bagaimanakah hubungan VSWR,
daya FWD dan daya REF ?.
7.2. Dari ketiga besaran diatas (pertanyaan no 1) manakah dua besaran yang
berbanding lurus ?.
7.3. Bilamanakah VSWR mencapai angka besar ?.
7.4. Samakah besarnya penunjukan SWR saat digunakan daya sedang dengan
daya yang lebih besar saat dipergunakan dalam pengukuran?
7.5. Apakah perlunya kita mengadakan pengukuran antena dengan SWR meter
sebelum digunakan untuk memancar ?.
7.6. Apakah kerugian yang diakibatkan jika penggunaan antena dengan sekala
SWR yang cukup besar?.
8. Kriteria Penilaian
⇒ Penempatan alat-alat praktek.
⇒ Penggunaan alat
⇒ Keselamatan kerja
⇒ Grafik/data/dan gambar kerja
⇒ Jawaban pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA