You are on page 1of 82

Teknik Antena

Kegiatan Belajar 1

PERAMBATAN GELOMBANG

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
⇒ Menerangkan arti gelombang bumi dan angkasa.
⇒ Menyebutkan daya jangkau perambatan gelombang dalam daerah LW, MW,
SW dan VHF serta UHF.
⇒ Menerangkan akibat pantulan oleh ionosphere.
⇒ Menerangkan arti fading pendek dan jauh.
⇒ Menerangkan cara perambatan gelombang LW, MW, SW, VHF dan UHF.
2. INFORMASI :
2.1 Perambatan Gelombang
2.1.1 Cara Perambatan.
Pada gambar 1 dapat dilihat sebuah antena yang memancarkan gelombang radio
pancaran gelombang radio ini menyebar kesegala penjuru secara merata untuk
antena vertikal sebagian gelombang yang bergerak pada permukaan bumi disebut
GELOMBANG BUMI, selain dari pada itu disebut GELOMBANG ANGKASA.

Gelombang angkasa

ANTENA

Gelombang bumi
BUMI

Gambar 1

2.1.2. Jangkauan perambatan gelombang.


Kerugian pada permukaan bumi dengan naiknya frekuensi akan semakin BESAR.
Gelombang bumi dapat merambat dalam daerah gelombang panjang sampai 1000
km, dalam daerah gelombang menengah hanya sampai 300 Km dan dalam daerah

Perambatan Gelombang 1
Teknik Antena

gelombang pendek sampai 100 km. gelombang angkasa merambat secara GARIS
LURUS, berhubung dengan itu angkasa tidak bisa mengikuti permukaan bumi kita.

Gelombang bumi Gelombang Angkasa Jenis gelombang


Daerah
Redaman Jangkauan Redaman Pantulan yang dipakai
LW Sedikit ≈ 100 km sangat - Gelombang bumi
kuat
MW Kuat ≈ 300 km kuat Sangat Gelombang bumi
kuat dan angkasa
SW Sangat ≈ 100 km Sedikit Kuat Gelombang
kuat angkasa
VHF Seluruhnya ≈ 100 km Sangat Kadang Gelombang
UHF sedikit kadang angkasa

2.2. Pantulan oleh Ionosphere


Pada daerah frekuensi sebagian dari gelombang angkasa kembali ke permukaan
bumi. Mereka dipantulkan oleh lapisan udara yang terhampar diketinggian 50 km
sampai 300 km. Lapisan udara pemantul disebut ionosphere. Lapisan udara yang
terionisasi kuat dinamakan lapisan heaviside.

VHF

PANTULAN PEMBENGKOKAN

SW

SW - MW

LAPISAN HEAVISIDE
IONOSPHERE
LW MW
SW VHF

PERMUKAAN BUMI

Gambar 2

Daya pantul lapisan heaviside bergantung pada frekuensi pada suatu tempat
penerimaan dapat diterima gelombang bumi dan angkasa bersama, gelombang
angkasa datang lebih akhir, sehingga terdapat PERGESERAN FASA. Ini akan
menimbulkan FADING, dimana kuat medan penerimaan goyah.

Perambatan Gelombang 2
Teknik Antena

30 MHz
30 MHz
LAPISAN F1 3
20MHz

LAPISAN 2 10MHz
20MHz
LAPISAN E 1 2
10MHz
5 MHz 5 MHz

BUMI

Gambar 3

2.3. Perambatan LW,MW,SW,VHF.

LAPISAN F
200 km - 300 km

LAPISAN E 110 KM

LAPISAN D
50 KM

FADING DEKAT
GELOMBANG BUMI

Gambar 4

Perambatan gelombang panjang, λ = 1km - 10 km, polarisasi vertikal pada malam


hari melalui interferensi antara gelombang bumi dan angkasa dapat menimbulkan
FADING DEKAT.

Perambatan Gelombang 3
Teknik Antena

LAPISAN F

LAPISAN D TERJADI
HANYA PADA TENGAH HARI
FADING DEKAT FADING JAUH
GELOMBANG BUMI
Gambar 5

Perambatan gelombang menengah, λ = 100m -100m, polarisasi vertikal. Pada jarak


yang jauh dapat timbul interfrensi diantara gelombang angkasa yang disebut FADING
JAUH.

PANCARAN JAUH
PANCARAN DEKAT

FADING JAUH

Gambar 6

Perambatan gelombang menengah, λ = 100m -100m, polarisasi vertikal. Antara


gelombang bumi yang sangat pendek dan jatuhnya gelombang angkasa terjadi
DAERAH MATI. Jarak ini disebut jarak lompatan, yang bergantung pada frekuensi
hari dan tahun. λg ≈ 20o pada λ : 15 m
≈ 20o pada λ : 25 m

Perambatan Gelombang 4
Teknik Antena

BUMI

PANCARAN
GELOMBANG ANGKASA
HORISONTAL

Gambar 7

Perambatan gelombang sangat pendek, λ = 1m - 10m, pada band 1 dengan


polarisasi vertikal, band II dan III dengan polarisasi horisontal dalam daerah
frekuensi 30 MHz - 300 MHz dengan semakin pendeknya panjang gelombang akan
memisahkan diri dari permukaan bumi, merambat diatas bumi tanpa kerugian dan
LURUS seperti GELOMBANG CAHAYA. Jangkauannya dengan begitu sejauh
pandangan antara antena pemancar dan penerima ( maksimum kira-kira 50 km ).
Perambatan gelombang desimeter dengan λ = 10 Cm - 100 Cm dengan polarisasi
horisontal. Dalam daerah frekuensi antara 300 MHZ - 3 GHz ( televisi band IV dan V )
mempunyai jangkauan terbatas ( ≈ 50 km )
Pada semua jangkauan gelombang untuk menaikkan daya jangkauan dapat dengan
menaikkan daya pancar, menaikkan antena pemancar jauh dengan bumi.

Perambatan Gelombang 5
Teknik Antena

3. Lembar latihan
a) Terangkan ariti gelombang bumi dan angkasa.
b) Sebutkan daya jangkau perambatan gelombang dalam daerah LW ; MW ;
SW ; VHF dan UHF.
c) Terangkan akibat pantulan oleh ionosphere
d) Terangkan arti fading pendek dan jauh.
e) Terangkan cara perambatan gelombang LW ; MW ; SW ; VHF/UHF.

Perambatan Gelombang 6
Teknik Antena

Lembar Jawaban
Jawaban a :
 Gelombang bumi adalah gelombang radio yang merambatnya menyusun
permukaan bumi.
 Gelombang angkasa adalah gelombang radio yang merambatnya ke angkasa.
Jawaban b :
 LW ≈ 100 km
 MW ≈ 300 km
 SW ≈ 100 km
 VHF ≈ 0 km
 UHF ≈ 0 km
Jawaban c :
 Berakibat terjadinya fading, ini terjadi karena kuat medan penerimaan goyah /
goyang.
 Fading pendek / dekat adalah akibat yang ditimbulkan karen interferensi antara
gelombang bumi dan angksa pada polarisasi vertikal saat malam hari. Panjang
gelombang perambatan λ = 1Km - 10Km.
 Fading jauh adalah interferensi diantara gelombang angkasa pada jarak yang jauh
Panjang gelombang perambatan 100 m - 1000 m, polarisasi vertikal.
Jawaban d :
1. Perambatan gelombang panjang, ,λ = 1 Km - 10 Km , polarisasi vertikal.
2. Perambatan gelombang menengah, ,λ = 100 m - 1000 m,polarisasi vertikal.
3. Perambatan gelombang pendek, ,λ = 10 m - 100 m, polarisasi vertikal.
4. Perambatan gelombang sangat pendek, pada band I dengan polarisasi Vertikal.
5. Band II dan III dengan polarisasi horisontal dalam daerah frekuensi 30 MHz - 300
Mhz.
6. Perambatan gelombang desimeter dengan ,λ = 10 Cm - 100 Cm polarisasi
horisontal. Daerah frekuensi 300 Mhz - 3 GHz ( televisi band IV dan V ),
jangkauan terbatas ≈ 50 Km.

Perambatan Gelombang 7
Teknik Antena
Kegiatan Belajar 2

CARA BEKERJA SUATU ANTENA

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
⇒ Menerangkan bentuk pancaran dari sebuah antena.
⇒ Membandingkan resonator paralel dari antena.
⇒ Menerangkan proses pemancaran dan penerimaan dari antena.

2. INFORMASI.
2.1. Pemancaran gelombang elektromagnetis

a b c d

Gambar 8

Lingkaran resonator a, jika kumparan diperkecil terjadilah gambar b dan jika kedua
plat dari kapasitor dijauhkan satu sama lain maka terjadilah gambar c dan d.
Gambar a adalah lingkaran resonator TERTUTUP dan gambar d adalah lingkaran
resonator TERBUKA, dalam kedua resonator tetap dijumpai medan magnetis dan
elektris yang saling berganti.
Pada resonator tertutup, kapasitansi dan induktansi terpusat pada masing-masing
komponen. Sedang pada resonator terbuka, kapasitansi dan induktansinya terbagi
pada sebuah kawat. Sehingga pada resonator terbuka kedua medan mendesak pada
ruangan sendiri-sendiri

Cara kerja suatu antena 8


Teknik Antena

Medan
Medan listrik
magnit

U
G Pemindah G
enersi

Gambar 9

Resonator terbuka, jika bertugas mengirimkan energi frekuensi tinggi disebut


ANTENA PEMANCAR. Jika untuk menerima energi frekuensi tinggi disebut ANTENA
PENERIMA. antena diberi energi frekuensi tinggi melalui pemindah energi, sesuai
dengan keadaan getaran energi, dalam antena mengalir arus atau terdapat tegangan
antara ujung-ujung antena.
Arus akan membangkitkan MEDAN MAGNIT berbentuk ring disekitar antena.
Tegangan membangkitkan MEDAN LISTRIK antara ujung-ujung antena. Kedua
medan akan dipancarkan ke udara.
0
Medan berganti-ganti magnetis dan listrik satu sama lain mempunyai sudut 90 dan
keduanya membentuk pemancaran elektromagnetis dari antena.
Medan magnetis yang berjalan disebut GELOMBANG ELEKTROMAGNETIS.

Cara kerja suatu antena 9


Teknik Antena
2.2. Perbandingan resonator paralel
Waktu Resonator paralel Antena pemancar

U
t=0 + +
U
Ι

A ntara uj ung-uj ung antena ditemui tegangan yang mengakibatkan adanya


MEDAN LISTRIK.

Ι
+ Ι
t=T U=0
4
U Ι

Dalam antena tegangan menimbulkan arus . Arus menimbulkan MEDAN MAGNIT di -


sekeliling antena . Jika arus mencapai harga tert ingginya tegangan sama dengan nol.
Ι

t =T _
2 U U
+
U

A ntara uj ung-uj ung antena terbangkit tegangan dengan polaritas yang TERBALIK
medan list rik yang baru mendesak medan listrik dari setengah getaran yang lama
keluar.
Ι
+
3 U=0
t = T
4 Ι
ΙΙ
U

Sekarang medan mangnet yang lama tergeser oleh medan magnit yang baru

Gambar 10
2.3. Proses pemancaran dan penerimaan

Garis medan Garis medan


listrik magnet

U
U U

Atena pemancar Atena penerima Atena pemancar

Gambar 11
Medan magnet dan medan listrik dipancarkan, satu sama lain membentuk sudut 900

Cara kerja suatu antena 10


Teknik Antena

Arah rambat Arah rambat

A
Polarisasi Polarisasi
vertikal horizontal

Atena batang E = Medan Listrik


Atena dipole H = Medan Magnit

Gambar 12

Medan listrik membangkitkan tegangan pada antena batang , medan magnet


membangkitkan tegangan pada KUMPARAN.
2.4. Tegangan batang dan kawat panjang
Pembagian tegangan dan arus pada antena : Dalam antena mengalir arus bolak-balik
frekuensi tinggi. Pada ujung antena elektron-elektron tidak dapat bergerak kesana
kemari maka pada posisi ini arusnya NOL.

u u u

Ι Ι Ι

Gambar 13

Pembagian tegangan pada frekuensi yang berbeda-beda . Antena dengan panjang


λ
h = adalah antena tertala, mempunyai arus paling besar pada titik kaki antena,
4
antena berada dalam resonansi dengan FREKUENSI PENERIMAAN Jika lebih
panjang maka arus menjadi lebih kecil.
Tegangan antena terbangkit bergantung pada kuat medan penerimaan E dan panjang
antena h.

Cara kerja suatu antena 11


Teknik Antena
mV
Contoh E = 1,25 dan h = 4 m
m
mV
maka U ≈ 1,25 . 4m = 5mV
m

Kumparan yang dipasang seri dengan kawat antena, memperbesar INDUKTANSI


resonator dan memperkecil FREKUENSI resonansi. Kumparan ini mengakibatkan
PERPANJANGAN antena disebut sebagai pemanjang antena. Kapasitor yang
disambung seri dengan antena akan memperkecil KAPASITANSI antena dan
mengakibatkan PEMENDEKAN antena dan disebut kapasitor pemendek.
2.5. Antena Ferit
Batang Ferit mempunyai permeabitas yang besar dan mempunyai daya hantar medan
magnit yang baik

Garis medan magnit


2

HF
Gambar 14
Medan magnit dalam udara bebas mengambil jalan melalui TAHANAN MAGNETIS
YANG KECIL dari batang ferit. Garis medan yang berjarak lebih dari setengah
panjang batang ferit mengambil jalan udara karena ini lebih singkat bagi medan
magnit.

Medan manget
2

Cara kerja suatu antena 12


Teknik Antena
Gambar 15
Untuk penagkapan yang baik batang ferit, jika dapat diputar-putar, atau pesawat
diarahkan sedemikian rupa sehingga batang ferit SEJAJAR GARIS MEDAN
MAGNETIS ( 2 ) . Antena ferit digunakan pula sebagai antena PENDUGA ARAH.
Antena ferit menagkap medan magnetis dengan polarisasi datar ( horisontal ) dari
pemancar MW dan LW. Untuk menginduksi tegangan yang besar ukurannya ( misal l
≈ 14 cm, d ≈ 1 cm ), permeabilitas dari batang ferit dan jumlah lilitan kumparan harus
besar.

Cara kerja suatu antena 13


Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan bentuk pancaran dari sebuah antena
b) Bandingkan resonator paralel dari antena
c) Terangkan proses pemancaran dan penerimaan dari antena

Cara kerja suatu antena 14


Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan bentuk pancaran dari sebuah antena
Jawab :
Medan magnit dan medan listrik dipancarkan, satu sama lain membentuk
sudut 90°°

Arah rambat Arah rambat

Polarisasi Polarisasi
vertikal horizontal

Atena batang E = Medan Listrik


Atena dipole H = Medan Magnit

Medan listrika membangkitkan tegangan pada antena BATANG, medan magnit


membangkitkan tegangan pada KUMPARAN

Cara kerja suatu antena 15


Teknik Antena
b) Bandingkan resonator paralel dari antena
Waktu Resonator paralel Antena pemancar

U
t=0 + +
U
Ι

A ntara uj ung-uj ung antena ditemui tegangan yang mengakibat kan adanya
MEDAN LISTRIK.

Ι
+ Ι
t=T U=0
4
U Ι

Dalam antena tegangan menimbulkan arus. Arus menimbulkan MEDAN MAGNIT di -


sekeliling antena . Jika arus mencapai harga tert ingginya tegangan sama dengan nol.
Ι

t =T _
2 U U
+
U

A ntara uj ung-uj ung antena terbangkit tegangan dengan polaritas yang TERBALIK
medan list rik yang baru mendesak medan listrik dari setengah getaran yang lama
keluar.
Ι
+
3 U=0
t= T
4 Ι
ΙΙ
U

Sekarang medan mangnet yang lama tergeser oleh medan magnit yang baru

c) Terangkan proses pemancaran dan penerimaan dari antena

Garis medan Garis medan


listrik magnet

U
U U

Atena pemancar Atena penerima Atena pemancar

Medan magnet dan medan listrik dipancarkan, satu sama lain membentuk sudut
0
90

Cara kerja suatu antena 16


Teknik Antena

Arah rambat Arah rambat

A
Polarisasi Polarisasi
vertikal horizontal

Atena batang E = Medan Listrik


Atena dipole H = Medan Magnit

Gambar 12

Medan listrik membangkitkan tegangan pada antena batang , medan magnet


membangkitkan tegangan pada KUMPARAN.

Cara kerja suatu antena 17


Teknik Antena

Kegiatan Belajar 3

ANTENA DIPOLE

1. Tujuan pembelajaran

⇒ Menerangkan terjadinya antena dipole.


⇒ Menyebutkan dua macam antena dipole.
⇒ Menggambarkan dua macam bentuk antena dipole.
⇒ Menggambarkan diagram arah antena dipole.

2. INFORMASI :
2.1. Antena Dipole
2.1.1. Terjadinya antena dipole

G R=Zo G
Zo

Gambar 16
Beban R dipasang pada generator frekuensi tinggi. Skema tahanan R terhubung,
hanya tahanan gelombang sama dengan Zo, terdapat penyesuaian antara beban dan
penghantar, energi dari generator dipindahkan ke TAHANAN BEBAN R.
Dengan demikian penghantar TIDAK MEMANCARKAN ENERGI dalam bentuk
gelombang elektromagnetik.
Jika tahanan R dilepas maka energi akan dipantulkan kembali ke generator, dengan
begitu ada sedikit energi yang dipancarkan. Kemudian kedua penghantar gambar
kanan direntangkan seperti gambar kanan, maka akan banyak ENERGI yang
dipancarkan dalam bentuk gelombang ELEKTROMAGNETIS.
Demikian terbentuk antena dari penghantar yang disebut antena Dipole. Seperti pada
antena batang , kualitas pancaran antena dipole juga tergantung panjang antena
dalam perbandingan dengan gelombang yang digunakan.

18
Teknik Antena

u u

Antena batang Antena dipole


Gambar 17
2.1.2. Bentuk antena dipole
Dua antena batang dengan terminal; yang sederajat dinamakan antena dipole.

Gambar 18
Antena dipole tertala adalah antena semacam itu yang panjangnya ditala atas
PANJANG GELOMBANG yang diterima. Antena ini memberikan tegangan
penerimaan yang besar dibanding antena yang tidak tertala.
Kebanyakan digunakan dipole λ/2, disini akan diperoleh pembagian tegangan dan
arus sepanjang antena yang simetris.

I
I

U
Gambar 19
Tegangan maksimum antara UJUNG-UJUNG antena dan arus maksimum ditengah-
tengah antena diputus hubungkan dengan kabel antena untuk dihubungkan ke
penerima ( sebagai antena penerima ).

19
Teknik Antena
Antena dipole λ/2 jika dibandingkan dengan rangkaian resonator, sama seperti
resonator seri saat resonansi. Tahanan resonansi suatu resonator seri adalah KECIL,
pada antena dipole tahanan ini sekitar 60 Ω. Pada pemancar tahanan ini disebut
TAHANAN PANCARAN, pada antena penerima disebut TAHANAN TITIK KAKI.

2.1.3. Bentuk antena dipole terlipat ( Folded dipole )


Selain dipole λ/2 terdapat pula dipole satu λ, pada antena ini panjang batang
sepanjang panjang gelombang yang diterima.
Antena dipole terlipat diperoleh jika ujung-ujung antena dipole satu dalam jarak λ/4
ditekuk hingga ujungnya bersentuhan.


b:50mm -
100mm
λ /4 λ /4
λ/2

Gambar 20
Antena dipole λ/2 dan dipole terlipat memancarkan daya yang sama, maka antena
dipole terlipat menarik arus SETENGAH KALI dari arus yang ditarik oleh antena
dipole λ/2. Sedang arus separuh yang lain berada dalam batang yang lain yang
terbangkit oleh pengaruh batang disampingnya.
Untuk membangkitkan daya yang sama dengan arus yang hanya separuhnya,
diperlukan tahanan antena EMPAT KALI lebih besar. Tahanan antena dipole terlipat
berharga sekitar 240 Ω.

Ι1 Ι1 Ι2

λ/2

Gambar 21
Arus dalam dipole dan dipole terlipat

20
Teknik Antena
2.1.4. Diagram arah antena dipole

Diagram arah vertikal Diagram arah horisontal


Gambar 22

21
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan terjadinya antena dipole ?
b) Sebutkan dua macam antena dipole ?
c) Gambarkan dua macam bentuk antena dipole ?
d) Gambarkan diagram arah antena dipole ?

22
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Terjadinya antena dipole adalah sbb :

G R=Zo
Zo G

Beban R dipasang pada generator frekuensi tinggi. Skema tahanan R


terhubung, hanya tahanan gelombang sama dengan Zo, terdapat penyesuaian
antara beban dan penghantar, energi dari generator dipindahkan ke TAHANAN
BEBAN R.
Dengan demikian penghantar TIDAK MEMANCARKAN ENERGI dalam bentuk
gelombang elektromagnetik.
Jika tahanan R dilepas maka energi akan dipantulkan kembali ke genrator,
dengan begitu ada sedikit energi yang dipancarkan. Kemudian kedua
penghantar gambar kanan direntangkan seperti gambar kanan, maka akan
banyak ENERGI yang dipancarkan dalam bentuk gelombang
ELEKTROMAGNETIS.
Demikian terbentuk antena dari penghantar yang disebut antena Dipole. Seperti
pada antena batang , kualitas pancaran antena dipole juga tergantung panjang
antena dalam perbandingan dengan gelombang yang digunakan.

u u

Antena batang Antena dipole


b) Dua macam antena dipole .
Jawab :
1. Antena dipole biasa ( dipole terbuka )

23
Teknik Antena
2. Antena dipole lipat

c) Gambar bentuk antena dipole sbb :


Jawab :
Antena dipole

Antena dipole lipat

b:50mm -
100mm
/2

d) Gambar diagram arah antena dipole sbb :


Jawab :
Diagram arah antena dipole

Diagram arah vertikal Diagram arah horisontal

24
Teknik Antena

Kegiatan Belajar 4

ANTENA BERELEMEN BANYAK

1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan tujuan penggunaan banyak elemen pada antena.
⇒ Menerangkan cara kerja antena berelemen banyak.
⇒ Menggambarkan susunan antena berelemen banyak.
⇒ Menerangkan kelebihan antena berelemen banyak dibanding antena berelemen
tunggal.

2. Informasi :
2.1. Antena Berelemen Banyak
2.1.1. TUJUAN
Penguatan dan perbandingan muka belakang suatu antena akan bertambah besar
jika dimuka dan dibelakang antena dipole atau dipole terlipat diletakkan batang-
batang yang lain secara paralel pada jarak yang tertentu.

Gambar 23

25
Teknik Antena
2.1.2. Prinsip Kerja
Setiap batang menerima energi dan memancarkan kembali energi ini. Batang-batang
yang bertetangga mengambil kembali sebagian energi yang dipancarkan tadi, jika
batang-batang itu terletak dalam jarak yang baik.
Keadaan ini memperlihatkan suatu PENGGANDENG PEMANCARAN. Cara ini
ditemukan ahli fisika Jepang Yagi dan Uda.
2.1.3. Penguatan
Penguatan suatu antena penerimaan adalah perbandingan dari daya yang
DIBERIKAN PADA antena ini PA dengan daya PN yang DIBERIKAN OLEH antena
pembanding, jika kedua antena berada dalam medan elektromagnetis yang sama dan
arah penerimaan yang sama.
Penguatan dinyatakan dalam dB, misal dinyatakan G = 16 dB berarti bahwa : antena
yang diuji mempunyai tegangan keluaran sekitar 16 dB lebih tinggi dari antena
pembanding.
2.1.4. Perbandingan muka belakang ( front to back ratio )
Perbandingan muka belakang adalah suatu ukuran keterpengaruhan ARAH dari
antena dan dinyatakan sebagai perbandingan logaritmis dari tegangan-tegangan
pada α = 0 dan α = 180 .
0 0

Perbandingan muka
a
belakang =
b

a b

Perbandingan muka belakang dinyatakan dengan dB.


Gambar 24
Perbandingan muka belakang dinyatakan dalam dB.

26
Teknik Antena
2.2. Antena Yagi

1/ 2 4 3 3 3 l1 = 0,25 λ
l2 = 0,15 λ
l3 = 0,1 λ

2
/2 l4 < 0,1 λ
> /2

DIREKTOR
DIPOL TERLIPAT
REFLEKTOR

Gambar 25
Batang terpanjang yang terlihat dari pemancar berada dibelakang dipole terminal
melemparkan kembali energi ke dipole terminal dan sekaligus melindungi medan dari
sisi yang lain.
Batang ini disebut REFLEKTOR.
Batang-batang yang pendek dimuka dipole terminal mengalirkan energi yang
terkonsentrasi dari arah pancar. dengan demikian dicapai jatuh energi yang
terkuatkan pada dipole terminal.
Batang-batang ini disebut direktor. Penguatan , keterpengaruhan arah dan
perbandingan muka belakang sebuah antena Yagi tergantung dari jumlah dan
penempatan DIREKTOR DAN REFLEKTORNYA.

27
Teknik Antena

Diagram arah antena Yagi Pada saat 00 adalah arah


kemana antena harus
Ua diletakkan menghadap
E Ua max Ua max
pemancar. Gambar
30° 20° 0/360° 340° 330°
10
0,9 E 0,7 =36° disamping mempunyai
0,8
sudut bukaan αEo , 7 = 36 ,
0
40° 320°
0,70
0,6
50°
310° pemancar yang terletak
0,5
60° 0,4
300°
pada arah daerah bukaan
0,3
0,2 Un max akan diterima dengan baik.
( E =300° )
90° 270°
E0 U n max
=90° 0,2 ( E =240° )
120° 0,3 240°
0,4
0,5
150° 210° U 180°
180°

Diagram arah horisontal


Gambar 26

28
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan tujuan penggunaan banyak elemen pada antena.
b) Terangkan cara kerja antena berelemen banyak.
c) Gambarkan susunan antena berelemen banyak.
d) Terangkan kelebihan antena berelemen banyak dibanding antena berelemen
tunggal.

29
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan tujuan penggunaan banyak elemen pada antena.
Jawab :
Tujuannya adalah memeperbesar penguatan dan perbandingan muka belakang.
Namun peletakan batang-batang elemen tersebut harus paralel dan jaraknya pun
tertentu satu dengan lainnya.
b) Terangakan cara kerja antena berelemen banyak.
Jawab
Setiap batang menerima energi dan memancarkan kembali energi ini. Batang-
batang yang bertetangga mengambil kembali sebagian energi yang
dipancarkan tadi . Jika batang-batang itu terletak dalam jarak yang baik.
Keadaan ini memperlihatkan suatu penggandeng pemancaran.
c) Gambarkan susunan antena berelemen banyak.
Jawab

1/ 2 4 3 3 3

l1 = 0,25 λ
l2 = 0,15 λ

2
/2
l3 = 0,1 λ
> /2
l4 < 0,1 λ

DIREKTOR
DIPOL TERLIPAT
REFLEKTOR

d) Terangkan kelebihan antena berelemen banyak dibanding antena


berelemen tunggal.
Jawab
Mempunyai reflektor, sehingga pancaran yang arahnya tidak sesuai (
berlawanan maksud tujuan ) akan dikembalikan ke dipole dan sekaligus
melindungi medan dari sisi yang lain. - Mempunyai direktor , semakin banyak
jumlahnya akan menentukan penguatan, keterpengaruhan arah dan
perbandingan muka belakang.

30
Teknik Antena

Kegiatan Belajar 5

PENYESUAI IMPEDANSI

1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan perlunya penyesuaian impedansi.
⇒ Menerangkan cara-cara penyesuai impedansi.
⇒ Menghitung harga-haraga komponen rangkaian penyesuai.

2. Informasi :
Tugas antena pemancar adalah memancarkan sinyal RF dari pesawat pemancar
dalam bentuk gelombang elektromagnetis.
Sedang tugas antena penerima memberikan sinyal RF lebih lanjut, energi yang ia
terima ke pesawat penerima.

Gambar 27
Rangkaian pengganti saluran transmisi

Pemancar mempunyai impedansi keluaran Z1,penghantar mempunyai impedansi Zo ,


dan antena mempunyai tehanan terminal Ze , ketiga besaran impedansi itu harus
SAMA BESAR.
Jika Z1 = Zo = Ze ( SESUAI / MATCH )

Sehingga antena dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.


Jika ada nilai impedansi yang berlainan atau seluruhnya berlaianan, sebagian energi
akan DIPANTULKAN KEMBALI ke pesawat pemancar.
Faktor pantul r, jika terdapat kesesuaian maka r = 0, jika terdapat ketidaksesuaian
penuh harga r = 1.

Penyesuai Impedansi 31
Teknik Antena
Saat r = 0, energi dari pemancar SELURUHNYA SAMPAI di antena tanpa gangguan.
Sedangan saat r = 1, seluruh energi MENGALIR KEMBALI ke pesawat pemancar.
2.1. Penyesuaian dengan komponen terkonsentrasi

Zo
C Ze

Gambar 28
Penyesuai terkonsentrasi

Impedansi antena Ze = Ra + jxa, pertama kali kita abaikan bilangan imajiner ± jxa,
tinggal Ra yang akan kita sesuaikan dengan tahanan gelombang penghantar Zo
Ra - Zo
X L = Zo ....................... ( 1 )
Zo
maka
Zo
X C = Ra ........................ ( 2 )
Ra - Zo

Setelah itu bagian imajiner ± jXa dikompensasikan dengan induktansi atau


kapasitansi yang sesuai dalam seri dengan Ze.
Dalam rumus 1 dan 2, Ra>Zo, jika perkirakan ini tidak ada maka rangkaian dapat
dipertukarkan.
Contoh 1 : Impedansi antena Ze = 80 + j25 ohm harus dicatu dengan kabel koaksial
dengan Zo = 50 ohm, serapa besar L dan C jika frekuensi operasi f = 200 MHz.
Penyelesaian :
Zo 50
Xc = Ra = 80 = 103,2 Ω
Ra - Zo 80 - 50
1 1
C = = = 7,7 pF
2. π. f. Xc 8
2. π.2.10 .103,2
Ra - Zo 80 - 50
X L = Zo = 50 = 38,7 Ω
Zo 50
XL 38 -8
L = = ≈ 3.10 H = 30 nH
2. π. f 2. π.2.10
8

Bagian imajiner + j25 ohm dikompensasi oleh Xc, harga dari tahanan ini

Penyesuai Impedansi 32
Teknik Antena
1 1 1
= 25 ohm dan C = = ≈ 32 pF
ωC 2. π.f.25 8
2. π.2.10 25

Sehingga rangkaiannya menjadi

30nH 32pF

Zo=50 + j25
7,7pF

80

Gambar 29
Rangkaian penyesuai LC ( Ra > Zo )

Contoh 2 : Impedansi masukan antena Ze = 30 + j25 ohm dicatu dengan kabel


koaksial Zo = 50 ohm, frekuensi f = 200 MHz. Bagaimanakah rangkaian
penyesuaiannya ?
Penyelesaian : Sekarang Zo > Ra, maka ranmgkaian dipertukarkan ( gb 2 ) sehingga
rumus 1 dan 2 menjadi.

Ra 30
Xc = Zo = 50 = 61 Ω
Zo - Ra 50 - 30
Sehingga
1
C = 8
≈ 13 pF
2. π.2.10 .61
dan

Zo - Ra 50 - 30
X L = Ra = 30 = 24,5 Ω
Ra 30

Tahanan XL ini hamp[ir sama dengan bagian induktif dari antena, maka XL dapat
ditiadakan. Pada kasus harus dikopensasi.
Maka rangkaiannya menjadi :

Penyesuai Impedansi 33
Teknik Antena

Zo=50 + j25
13pF

30

Gambar 30
Rangkaian penyesuai dengan Ra<Zo
Contoh 3 :
Masukan antena simetri Ra = 280 ohm
kabel antena Zo = 240 ohm
Bagaimanakah rangkaian penyesuaiannya ?
Penyelesaian :

Ra - Zo 280 - 240
X L = Zo = 240 = 98 Ω
Zo 240
Karena simetris XL dibagi dua = 49 ohm

Zo 240
X C = Ra = 280 = 686 Ω
Ra - Zo 280 - 240

Ra

Gambar 31

2.2. Rangkaian Simetris


Dalam banyak hal, suatu antena simetris ( misal dipole λ/2 ) harus dicatu melalui
penghantar tidak simetris ( misal kabel koaksial ), untuk ini diperlukan rangkaian
antara.

Penyesuai Impedansi 34
Teknik Antena

Salah satu contoh :


/2
Rangkaian pengubah impedansi
dengan perbandingan 4 : 1
disamping dengan bantuan
penghantar λ/2.
/2 penghantar λ/2 ini untuk membuat
PERGESERAN FASA SEBESAR
1800, dengan begitu kedua elemen
dipole dicatu dengan amplitudo
yang sama tetapi FASANYA
BERBEDA.
Gambar 32

Penghantar λ/2 hanya diperlukan panjang secara listriknya bukan tahanan


gelombangnya. Rangkaian ini adalah rangkaian band sempit, hanya sekitar ± 15 %
dari frekuensi tengahnya. Penghantar bengkok λ/2 dapat membentuk suatu resonator
atau kumparan dan sebagainya.

Zo Contoh rangkaian pengubah


impedansi band lebar. Disini
2Zo diperlukan dua pasang kumparan
Zo/2 membentuk dua penghantar
Zo simetris dengan tahanan
gelombang Zo.
Gambar 33 Penghantar ini dilihat dari satu sisi
merupakan rangkaian paralel disisi
lain SERI.

Seperti hal pengubah impedansi yang diatas dengan penghantar λ/2, disini
perbandingan impedansinya 4 : 1.
Lebar band dapat mencapai 3 : 1dan banyak digunakan untuk televisi.

Penyesuai Impedansi 35
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan perlunya penyesuaian impedansi
b) Terangkan cara-cara penyesuaian impedansi
c) Hitung harga-harga komponen penyesuai, dari soal berikut :
Impedansi antena : 60 Ω + 15 j diumpan menggunakan tabel koaksial Zo = 50
ohm, frekuensi kerja 108 MHz

Penyesuai Impedansi 36
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan perlunya penyesuaian impedansi
Jawab :
Sebab antara pemancar , saluran dan antena impedansinya belum tentu sesuai.
Apabila tidak sesuai, maka tenaga yang dihasilkan oleh pemancar sebagian atau
lebih seluruhnya dipantulkan kembali ke pemancar. Untuk itulah perlu adanya
penyesuaian impedansi.
b) Terangkan cara-cara penyesuaian impedansi
Jawab :
Dengan cara pemasangan komponen terkonsentrasi diantara antena dan saluran
pemancar.

Saluran Antena
transmisi

rangkaian terkonsentrasi

c) Hitung harga-harga komponen penyesuai, dari soal berikut :


Impedansi antena : 60 Ω + 15 j diumpan menggunakan tabel koaksial Zo =
50
ohm, frekuensi kerja 108 Mhz
Jawab :
Zo 50
Xc = Ra = 60 = 134,2 Ω
Ra - Zo 60 - 50
1 1
C = = 8 6
= 10,99 pF
2. π. f. Xc 2. π.2.10 .10 .134,2
Ra - Zo 60 - 50
X L = Zo = 50 = 22,4 Ω
Zo 50
XL 22,4
L = = 8 6
= 33 nH
2. π. f 2. π ..10 .10
Bilangan imajiner + 15j ohm dikompensasi oleh Xc, sebesar

Penyesuai Impedansi 37
Teknik Antena
1
= 15 Ω
ωC
1 1
C = =
2. π.f.15
8 6
2. π.2.10 .10 .15
= 98 pF

Penyesuai Impedansi 38
Teknik Antena

Kegiatan Belajar 6

PENGHANTAR ANTENA

1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan konstruksi dan sifat penghantar antena.
⇒ Menghitung tahanan gelombang dari penghantar.
⇒ Menerangkan terjadi gelombang berdiri.

2. Informasi :
2.1. Kabel Antena
Untuk menghubungkan antena dengan pesawat dan pemancar dengan antena
diperlukan kabel yang khusus. Kerana energi yang dipindahkan berfrekuensi tinggi.
Maka induktifitas dan kapasitansi kabel akan sangat mempengaruhi pemindahan
energi. kecepatan rambat akan TERBATAS. Untuk mengatasi hal itu diperlukan kabel
untuk frekuensi tinggi.
2.2. Kunstruksi dan sifat

Gambar 34 Gambar 35

Kabel koaksial Kabel pita

l
R L

C G

Gambar 36

Penghantar Antena 39
Teknik Antena
Tahanan R adalah tahanan nyata penghantar, induktansi L adalah induktansi kawat
dan kapasitansi C adalah kapasitansi yang terbentuk antara kawat dengan kawat (
kabel pita ) dan kawat dengan pelindungnya ( kabel koaksial ) dengan dialektrikum
dari isolasi kabel.
Tahanan antar kawat membentuk daya hantar G.
Semakin tinggi frekuensi sinyal yang lewat akan semakin TINGGI XL dan semakin
KECIL XC. Dari rangkaian pengganti dapat dilihat koponen-komponen membentuk
suatu PELALU BAWAH.
Dikarenakan tahanan R, tegangan menurun, dan sebagian melewati daya hantar G.
kerugian-kerugian ini disebut REDAMAN. Konstanta redaman α dinyatakan dalam dB
tiap 100 m.

1 MHz 50 MHz 100 MHz 200 MHz 500 MHz 600 MHz
1,0 7,0 10,0 15,0 25,0 27,5

Redaman kabel dalam dB tiap 100 m pada t = ± 200 C.


2.3. Kecepatan rambat
Kecepatan rambat gelombang elektromagnetis V dalam kawat ganda berisolasi lebih
8 m
KECIL daripada dalam vakum ( c = 3 . 10 ).
s
c
V =
εr

V = Kecepatan rambat dalam kawat


c = Kecepatan cahaya
εr = Konstanta dielektrikum bahan isolasi

Lebih lanjut panjang gelombang dalam kawat lebih pendek, faktor pemendekan k
adalah sebesar
1 V
k = atau k =
εr c
Faktor pemendekan k pada kabel koaksial sekitar 0,65 ........... 0,82.

Penghantar Antena 40
Teknik Antena
2.4. Tahanan gelombang
Pada sinyal frekuensi tinggi ( f > 100 kHz ) tahanan kawat R dapat diabaikan
dibanding reaktansi induktif XL = ωL ( R << ωL ).
Daya hantar dari kapasitansi antar kawat ( G << ωC ).
Energi elektromagnetis terdapat antara setengahnya elemen induktif dan kapasitif.
1
2
. L . i2 = 1
2
. C . U2

Energi dalam induktansi = energi dalam kapasitansi.


Dari persamaan diatas diperoleh tahanan gelombang
L
Zo = ( untuk sebuah penghantar )
C
L dan C adalah induktansi dan kapasitansi tiap satuan panjang tahanan gelombang
suatu kabel tergantung pada frekuensi dan berlaku hanya pada frekuensi tinggi,
bukan merupakan tahanan nyata maupun tahanan semu. Tahanan ini terbentuk
melalui ukuran d dan D serta pemilihan DIELEKTRIKUM εr
2.5. Gelombang berdiri

l =1m
G
20cm

Gambar 37

Percobaan diatas untuk melihat terjadinya gelombang berdiri pada suatu penghantar.
Generator bergetar pada f = 300 MHz dimana panjang gelombangnya λ = 1m.
Diameter penghantar d = 1 mm. Kedua penghantar ujung yang lain tetap terbuka.
U

l
0,25 0,75 1m

0 1/4 3/4 1

Gambar 38

Penghantar Antena 41
Teknik Antena
Hasil pengukuran dari percobaan memperlihatkan gelombang berdiri pada suatu
penghantar dengan ujung terbuka. Jika terjadi hubung singkat pada jarak 0,25 m atau
0,75 tidak akan merubah pembagian tegangan.

λ
a) R=
Z

I,U U

\4 \4 \4 \4
b)
Z R=0

I,U
U

Gambar 39

c)
Z R=Z

I,U

d)
Z R<Z

I,U U Ι

Gambar 40

Penghantar Antena 42
Teknik Antena
Gambar diatas memperlihatkan kemungkinan yang terjadi dengan kondisi beban
pada ujung penghantar. Jika tahanan beban sama dengan tahanan gelombang
penghantar ( R = Z ) maka pada penghantar tidak terdapat gelombang berdiri.
Ini dikarenakan seluruh energi dipindahkan ke beban (tahanan penutup ), amplitudo
tegangan dan arus konstan sepanjang penghantar.
Diluar keadaan diatas ( R ≠ Z ; R = ∼ ; R = 0 ) terdapat gelombang berdiri pada
penghantar dengan jarak maksimal amplitudo dengan maksimal amplitudo yang lain =
λ/2 dan maksimal = λ/4.
2.6. Kabel simetris

Penghantar
Bahan isolasi E

Gambar 41

Satu kabel /penghantar simetris dengan dua penghantar dengan jarak tertentu ( 20
cm - 30 cm ) yang dijaga oleh bahan isolasi.
Tahanan gelombang jenis ini dipilih sekitar 600 ohm berdasarkan pertimbangan
mekanis.
Gambar kanan memperlihatkan garis medan magnit dan garis medan listriknya .
Besar tahanan gelombang dapat dihitung dengan rumus :

Penghantar Antena 43
Teknik Antena

120 l ( 2a)
Zo = n
Cr d d = diameter penghantar
dalam m
Tabel .1.
500 a= jarak antara penghantar
dalam m

400

Cr = 1

300
120 l ( 2a)
Zo = n Cr = 2,6
Cr d

200

d d

a
100
1 2 3 4 6 8 10 20 40 50
a/d

Gambar 42

Jenis yang lain yang terkenal dengan kabel pita, banyak dipergunakan pada televisi.
Kedua penghantarnya di cor dengan bahan isolasi

Gambar 43

Dibanding jenis yang pertama, redaman pada kabel jenis ini LEBIH BESAR.
Penghantar jenis ini mempunyai tahanan gelombang 240 ohm.
Pengaruh cuaca sangat besar, bahan isolasi akan berubah dan menyebakan sifat
listriknya berubah pula. Dalam penggunaan yang lama, redaman semakin besar
untuk memperbaiki sifat itu dikembangkan kabel simetris dengan pengaman.

Penghantar Antena 44
Teknik Antena

Pengaman

Gambar 44
Kabel jenis ini biasanya mempunyai tahanan gelombang 120 ohm dan juga 240 ohm.
2.7. Kabel tidak simetris
Kabel simetris hanya mampu sampai beberapa ratus MHz maka dikembangkan
seperti kabel koaksial. Kabel koaksial terdiri dari penghantar dalam dan penghantar
luar berbentuk pipa, diantaranya adalah kosong.

D d

Dielektrikum
Pengaman/pelindung

Gambar 45
Untuk menjaga jarak antara penghantar dalam dan luar dibagian antar diisi dengan
bahan dielektrikum, dan ini merubah sifat listrik kabel.
Tahanan gelombang dihitung berdasarkan ukuran diameter d dan D, bahan-bahan
dielektrikum εr.
60 D
Zo = 1n
εr d
Besar Zo dalam praktek adalah 50 ohm, 60 dan 75 ohm. Sedang frekuensi
maksimum yang dapat dilakukan dapat dihitung dengan :

Penghantar Antena 45
Teknik Antena

f maks ≈ 0,64
Co = Kecepatan cahaya
3.108

Gambar 46
Hubungan antara ukuran kabel koaksial
dengan tahanan gelombang

Frekuensi (MHz)
Daya (Watts)

Gambar 47

Penghantar Antena 46
Teknik Antena
Daya yang diijinkan pada kabel koaksial berlainan tipe dalam keterpengaruhan
frekuensi operasi. Pada grafik diatas menunjukkan semakin tinggi frekwensi maka
kemampuan akan semakin menurun.

Penghantar Antena 47
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan konstruksi dan sifat penghantar antena
b) Hitung besarnya variabel berikut ini ( perhatikan tabel 1 dan 2 )
1. Kabel simetris dengan d = 1 mm
εr = 1 ( udara )
Zo = 300 Ω
hitung a (jarak antara sumbu penghantar simetris) !
2. Kabel unbalance dengan Zo = 50 Ω
εr = 2,6
D = 8 mm
hitung d (diameter penghantar dalam) !
c) Terangkan terjadinya gelombang berdiri.

Penghantar Antena 48
Teknik Antena
d) Lembar Jawaban
a) Terangkan konstruksi dan sifat penghantar antena
Jawab :
Ada 2 macam konstruksi yaitu - Koaksial - Pita (twin lead)
Didalam kabel antena mempunyai beberapa besaran yaitu R , L , C dan G.
R adalah tahanan nyata kawat penghantar. L adalah induktansi kawat. C adalah
kapasitansi.
Tahanan antar kawat membentuk daya hantar G. Semakin tinggi frekuensi
sinyal yang lewat akan semakin tinggi XL dan semakin kecil XC.
Tahanan R menyebabkan tegangan menurun dan sebagian melewati daya
hantar G. Kerugian ini disebut redaman. Konstanta redaman α dinyatakan dalam
dB tiap 100 m.
b) Hitung besarnya variabel berikut ini ( perhatikan tabel 1 dan 2 )
1. Kabel simetris dengan d = 1 mm
εr = 1 ( udara )
Zo = 300 Ω
hitung a (jarak antara kedua sumbu penghantar simetris) !
Jawab :
120 2a
Zo = Ln
er d
120 2a
300 = Ln
1 d
2a 300
Ln =
d 120
2a
Ln = 2,5
0,001
Ln 2000 a = 2,5
a = 6 mm.

2. Kabel unbalance dengan Zo = 50 Ω


εr = 2,6
D = 8 mm
hitung d (diameter penghantar dalam) !

Penghantar Antena 49
Teknik Antena
Jawab :
60 D
Zo = Ln
er d
60 D
50 = Ln
2,6 d
D 50
Ln =
d 60
2,6
50. 2,6
=
60
= 1,344
0,008
Ln = 1,344
d
d = 2,086403 mm

c) Terangkan terjadinya gelombang berdiri.


Jawab :
Gelombang berdiri terjadi pada R beban = ∼
R beban = o
R beban < Z
Apabila R = ∼ ; R = o ; R < Z akan ada selisih hambatan antara saluran
dengan beban (antena) sehingga akan terjadi tegangan pada selisih
hambatan tadi. tegangan pada selisih hambatan tadi kita sebut dengan
gelombang berdiri

Penghantar Antena 50
Teknik Antena

Kegiatan Belajar 7

PEMANTULAN GELOMBANG

1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menerangkan kejadian akibat pemantulan gelombang elektromagnetis.
⇒ menghitung jarak dinding pantul terhadap penerima.
⇒ Menerangkan proses pembengkokan perambatan gelombang.

2. Informasi:
2.1. Pemantulan
Gelombang elektromagnetis dalam daerah SW, VHF sampai UHF pada kondisi
tertentu memancarkan dan atau tidak memancarkan akan dipantulkan seperti halnya
cahaya (optik). Terutama pada penerimaan VHF sampai UHF. Terdapat banyak jalan
perambatan, ini akan menimbulkan kejadian medan penerimaan yang bergoyang (
fading ) pada radio dan bayangan setan pada televisi.
PEMANCAR

GUNUNG
PEMANCAR

PENERIMA PENERIMA
Kejadian refleksi diinginkan

Kejadian refleksi tidak diinginkan

Gambar 49
Gambar 48

Perbedaan jalan tempuh antara sinyal langsung dengan sinyal pantul untuk
∆t = 1 µs adalah : d = c . ∆t = 3.10 m/s. 1 . 10
8 -6
S = 300 meter.

Pemantulan Gelombang 51
Teknik Antena

Dinding
pantul

17"
2cm

Gambar 50

17 inchi = 43,18 Cm.


43,18
Lebar layar = Cm . 4 = 34,52 Cm ( layar televisi 4 : 3 ) angka 5 didapat dari 4 2 + 3 2
5

Waktu arah maju = 52 µs


52 µs
Perbedaan waktu ∆t = . 2 Cm = 3,012 µs
34,52 Cm

Perbedaan jarak tempuh d = 3.108 m/s . 3,012 . 10-6S = 903,6 m.


berarti jarak pesawat televisi ( antenanya ) dengan dinding pantul sejauh

d 903,6
D = = = 451,8 meter
2 2
2.2. Pembekokan
Pembengkokan perambatan gelombang oleh lereng atau puncak gunung, rumah atau
juga suatu celah, seperti cahaya yang melewati celah.

Lampu celah
Dinding
Gambar 51

Pemantulan Gelombang 52
Teknik Antena

Gambar 52
Selain prinsip diatas terdapat pula pembengkokan arah rambat gelombang
elektromagnetis pada pergantian medium yang satu dengan medium yang lain
(pematahan). Ini terjadi karena terdapat perbedaan kerapatan pada setiap lapisan
medium.

Gambar 53

Pemantulan Gelombang 53
Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Terangkan akibat pemantulan gelombang elektromagnetis.
b) Hitung jarak dinding pantul terhadap penerima. Apabila diketahui : ukuran
layar TV : 24 inchi. Jarak gambar asli dengan bayangan ( ghost ) = 11/2 cm.
c) Terangkan proses pembengkokan perambatan gelombang.

Pemantulan Gelombang 54
Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Trengkan akibat pemantulan gelombang elektromagnetis.
Jawab :
Pada radio berakibat , penerimaan yang bergoyang ( fading )
Pada Televisi berakiibat : bayangan setan ( Ghost ).
b) Hitung jarak dinding pantul terhadap penerima. Apabila diketahui :
ukuran layar TV : 24 inchi. Jarak gambar asli dengan bayangan ( ghost ) =
1
1 /2 cm
Jawab :.
Ukuran layar TV = 24 x 2,54 cm = 60, 96 cm.
60,96 cm
Lebar layar TV = x 4 = 48,768 cm.
5
Waktu arah maju = 52 µs.
52 µs
Perbedaan waktu ( ∆t ) = . 1 12 cm.
48,768 cm

= 1,6 µs.
Perbedaan jarak tempuh
d = 3.108 m/s . 1,6 . 10-6S
= 480 m
Jadi jarak antena pesawat televisi terhadap dinding pantul =
d
D =
2
480 m
=
2
= 240 m
c) Terangkan proses pembengkokan perambatan gelombang.
Jawab :.
Pembengkokan perambatan gelombang terjadi akibat suatu gelombang yang
melewati lereng, celah atau puncak gunung. Dapat kita bayangkan sebuah sinar
yang menerobos celah, maka keluar dari celah sinar akan ada yang berbelok
arah.
Juga terjadi pada suatu gelombang yang melewati beberapa lapisan medium
yang berbeda kerapatannya, maka gelombang tadi akan berbelok arahnya.

Pemantulan Gelombang 55
Teknik Antena

Kegiatan Belajar 8

DATA PENGENAL ANTENA


1. Tujuan pembelajaran
⇒ Menyebutkan data-data pengenal listrik, minimal 5 macam.
⇒ Menerangkan maksud masing-masing data pengenal listrik.
⇒ Menerangkan yang dimaksud data pengenal mekanis.
2. Informasi :
2.1. Data Pengenal Listrik
2.1.1. Tahanan Masukan
Tahanan masukan sebuah antena, yang juga dinamakan TAHANAN TITIK KAKI
melambangkan sifat IMPEDANSI pada terminalnya.
Untuk pemindahan yang baik antara antena dan pesawat penerima, harga tahanan
gelombang dari kabel penyalur antena harus sesuai. Tergantung dari jenis antena,
terdapat harga nominal yang telah dinormakan yaitu 75 Ω dan 300 Ω.
2.1.2. Penguatan
Penguatan suatu antena penerimaan adalah perbandingan dari daya yang
DIBERIKAN PADA antena ini PA, dengan daya PN yang DIBERIKAN OLEH antena
pembanding, jika kedua natena berada dalam medan elektromagnetis yang sama dan
arah penerimaan yang sama.
Penguatan dinyatakan dalam dB, misal dinyatakan G = 16 dB berarti bahwa : antena
yang diuji mempunyai tegangan keluaran sekitar 16 dB lebih tinggi dari antena
pembanding.
2.2. Karakteristik arah
Karakteristik arah adalah penampilan ruangan dari tegangan penerimaan dari suatu
antena dalam keterpengaruhan sudut jatuh dari gelombang elektromagnetis, maka
terdapat karakteristik bola atau juga karakteristik gada.

Data Pengenal Antena 56


Teknik Antena

Gambar 54
Karakteristik penerimaan secara ruangan

2.2.1. Diagram arah


Diagram arah adalah secara gambar sebuah potongan horisontal vertikal melalui
karakteristik arah dari sebuah antena.

Ua
E Ua max Ua max
Ua-max = Tegangan maksimum
30° 20° 0/360°
10
340° 330° pada sudut αE = 00 (
0,9 E 0,7 =36°

40°
0,8
320°
UO )
0,70
0,6
50°
310° Un-max = Tegangan maksimum
0,5
60° 0,4
0,3
300° pada gada sisi
0,2 Un max
( E =300° )
U180 = Tegangan pada 1800
90° 270°
E0 U n max αE0 = Posisi nol ( pada 900 )
=90° 0,2 ( E =240° )
120° 0,3 240° αE0,7 = Sudut buka ( lebar harga
0,4
0,5
150° 210° U 180°
separuh )
180°

Diagram arah horisontal


Gambar 55
Dalam diagram ditunjukkan besarnya tegangan pada terminal antena dalam
ketergantungan dengan SUDUT JATUH, pada saat antena menerima pancaran
dengan intensitas yang sama.

Data Pengenal Antena 57


Teknik Antena
Penampilan gambar dinormakan, pada saat tegangan yang diterima saat arah
tertentu Ua dibandingkan dengan tegangan penerimaan maksimum Ua-max.
Perbandingan Ua dengan Ua-max = 1 didapat pada arah dengan sudut 0 derajat ke
pemancar.
Untuk diagram arah selalu didasarkan pada kuat medan listrik E dari medan
elektromagentis.
Diagram arah gambar diatas memproduksi penampilan sebuah antena dengan
polarisasi horisontal.
Tegangan-tegangan pada tiap sudut jatuh dapat dibaca pada bidang E ( αE )
2.2.2. Sudut bukaan ( beamwidth )
Sudut bukaan informasi tentang ketajaman arah suatu antena. Untuk memperolehnya
kita beri tanda titik pada kedua sisi dari arah penerimaan utama, dimana tegangan
pada titik itu adalah 0,7 kali ( -3 dB ) dari tegangan maksimumnya. Gambar di atas
memperlihatkan sudut bukaan αE 0,7 = 36 ( lihat gambar diagram arah horisontal ).
0

Selain itu lazim pula disebut lebar harga setengah, pada daerah ini daya yang
diberikan oleh antena turun sampai setengahnya.
2.2.3. Perbandingan muka belakang ( front to back ratio )
Perbandingan muka belakang adalah suatu ukuran untuk keterpengaruhan arah dari
antena dan dinyatakan sebagai perbandingan logaritmis dari tegangan-tegangan
pada α = 00 dan α = 1800.

Perbandingan muka

a
belakang =
b

a b

Gambar 56
Perbandingan muka belakang dinyatakan dalam dB.

2.2.4. Lebar jangkauan ( band width )

Data Pengenal Antena 58


Teknik Antena
Lebar jangkauan sebuah antena tidak dapat didefinisikan seperti lazimnya dengan
bantuan jatuhnya penguatan pada -3 dB, karena penguatan berubah hanya sedikit
sekali pada daerah frekuensi lebar.
Tujuannya adalah, pernyataan harga nominal dan maksimal dimana diantaranya
penguatan bervariasi pada lebar jangkauan tertentu.

G (dB)

10
b
8 c

4 a

500 540 580 620 f (MHz)

Gambar 57

Dalam contoh gambar diatas ditampilkan, misal pada daerah a adalah penggunaan
jangkauan yang lebar atau keseluruhan daerah, b adalah penggunaan jangkauan
lebar untuk beberapa kanal, sedang C adalah penggunaan jangkauan sempit atau
antena kanal.
Maka ditetapkan suatu antena untuk daerah VHF, daearah UHF untuk daerah IV dan
V.
2.3. Data Pengenal mekanis
Dalam data itu ditampilkan, UKURAN FISIK, BERAT dan juga persesuaiannya
dengan data listriknya.
Selain itu juga BAHAN dan KUALITAS PERMUKAANNYA.

Data Pengenal Antena 59


Teknik Antena
3. Lembar latihan
a) Sebutkan data-data pengenal listrik, minimal 5 macam
b) Terangkan maksud masing-masing data pengenal listrik.
c) Terangkan yang dimaksud data pengenal mekanis.

Data Pengenal Antena 60


Teknik Antena
4. Lembar Jawaban
a) Sebutkan data-data pengenal listrik, minimal 5 macam
Jawab :
 Tahanan masukan
 Penguatan
 Karakteristik arah
 Diagram arah
 Sudut bukaan ( beam width )
 Perbandingan muka belakang ( front to back ratio )
 Lebar kjangkauan ( band width )
b) Terangkan maksud masing-masing data pengenal listrik.
Jawab :
 Tahanan masukan
Juga disebut tahanan titik kaki atau impedansi . Harga nominal yang
dinormakan adalah 75 Ω dan 300 Ω.
 Penguatan
Perbandingan antara daya yang diberikan oleh antena terhadap daya yang
diterima oleh antena.
 Karakteristik arah
Penampilan ruangan oleh tegangan penerimaan dari suatu antena dalam
keterpengaruhan sudut jatuh dari gelombang elektromagnetis.
 Diagram arah
Penampilan secara gambar sebuah potongan horisontal vertikal melalui
karakteristik arah dari sebuah antena.
 Sudut bukaan ( beam width )
Menentukan ketajaman arah suatu antena.
 Perbandingan muka belakang ( front to back ratio )
Ukuran untuk keterpengaruhan arah dari antena dan dinyatakan sebagai
perbandingan logaritmis dari tegangan-tegangan pada α = 00 dan α = 1800.
 Lebar kjangkauan ( band width )

Data Pengenal Antena 61


Teknik Antena
Lebar jangkauan sebuah antena tidak dapat disamakan dengan penentuan
lebar band suatu penguat dengan bantuan -3 dB karena penguatan antena
berubah hanya sedikit sekali pada daerah yang lebar.
c) Terangkan yang dimaksud data pengenal mekanis.
Jawab :
Data yang diberikan oleh pembuat / pabrik berupa :
 Ukuran fisik
 Berat
 bahan.

Data Pengenal Antena 62


Teknik Antena

Kegiatan Belajar 9

Pengukuran Daya Pada Dummy Load


1. Tujuan Pembelajaran
⇒ Mengoperasikan generator 2M Band (167,2MHz.)
⇒ Membaca sekala yang ada pada SWR / Power meter.
⇒ Mengoperasikan SWR/Power meter pada pengukuran Dummy load
⇒ Mengukur perbandingan gelombang tegak (VSWR)
⇒ Mengukur daya Forward(maju) dan daya Mundur dari pemancar

2. Waktu 240 menit

3. Alat dan Bahan

⇒ Dummy load
⇒ SWR / Power meter
⇒ Coaxial kabel kelengkapannya (2buah). yang meliputi coaxial kabel dengan
ujung BNC - konektor dan konektor - konektor
⇒ Generator 2M Band (167,2MHz.)

4. Keselamatan Kerja

⇒ Tempatkan alat dan bahan denganbaik dan teratur, pada meja praktek.
⇒ Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya dan atur range pada SRW sesuai
batasannya.
⇒ Jangan sampai menghidupkan sakelar transmit sebelum sistim terpasang
semuanya.
⇒ Jangan menghidupkan sakelar transmit saat memindahkan posisi pengaturan
fungsi/power pada SWR meter.

63
Teknik Antena

5. Langkah Kerja

5.1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
5.2. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke SWR (dengan tanda TX) dan satunya
ke generator, dengan tanda ujung BNC.
5.3. Pasang dummy load pada SWR dengan tanda .ANT dibelakang SWR.
TX
Dummy load
dipasang dibelakang

CAL

POWER

MIN MAX

200W POWER REV


20W CAL FWD
DIAMOND SX-200 5W SWR OFF
ANTENNA
RANGE FUNCTION POWER

VHF GENERATOR
V 1672

FREQUENCY 167.20
BNC
ON
Jangan hidupkan
sakelar transmit
tanpa beban pada OFF
RF out. STD BY TRANS RF OUT
POWER MIT

Gambar 58
Susunan pengabelan antara Generator,SWR dan Dummy load

5.4. Atur posisi “ Function “ pada SWR meter ( Power, Cal, SWR ) pada posisi
CAL, dan kedudukan “ Power “ ( REV, FORW, OFF ) pada posisi FORW,
sedangkan Range pada 5W.
5.5. Hidupkan Power Generator, sakelar stand by dan sakelar transmit, lalu atur
potensio calibrasi pada SWR meter sampai posisi jarum meter tepat
menunjuk pada kedudukan CAL, lalu matikan dulu Sakelar transmit.
5.6. Pindahkan posisi Function dari CAL ke SWR dan hidupkan lagi sakelar
transmit lalu lihat pembacaan yang ditunjukkan oleh jarum meter, catat
hasilnya pada tabel yang tersedia, lalu matikan dulu sakelar transmit.

64
Teknik Antena

Gambar 59
Panel depan sebuah Power / SWR meter merk Diamond

5.7. Pindahkan posisi Function dari SWR ke Power dan Power pada FWD
hidupkan lagi sakelar transmit lalu lihat pembacaan yang ditunjukkan oleh
jarum meter, catat hasilnya pada tabel daya FWD yang tersedia, lalu matikan
dulu sakelar transmit.
5.8. Ulangi langkah 7 dengan merubah sakelar power dari FWD ke REF untuk
mendapatkan data daya REFnya.

Tabel 1.
SWR daya FWD daya REF

65
Teknik Antena

6. Tugas :
6.1. Isikan tabel data hasil pengukuran pada tabel yang telah tersedia
6.2. Satu kelompok penentuannya sesuai dengan pembagian kelompoknya.
6.3. Jawab pertanyaan

7. Pertanyaan :
7.1. Berapakah seharusnya angka VSWR yang baik dari sebuah dumy load yang
ideal ?
7.2. Samakah besar kecilnya VSWR jika frekuensinya diubah-ubah ?.
7.3. Jika terjadi perubahan mengapa bisa terjadi ?.
7.4. Bilamanakah VSWR mencapai angka besar ?.
7.5. Dari data pengukuran dummy load bagaimanakah hubungan penunjukan dari
VSWR, daya FWD dan daya REF ?.
7.6. Samakah besarnya penunjukan SWR saat digunakan daya sedang dengan
daya yang lebih besar saat dipergunakan dalam pengukuran?
7.7. Apakah perlunya kita mengadakan pengukuran dengan dummy load?

8. Kriteria Penilaian
8.1. Penempatan alat-alat praktek.
8.2. Penggunaan alat
8.3. Keselamatan kerja
8.4. Grafik/data/dan gambar kerja
8.5. Jawaban pertanyaan.

66
Teknik Antena
9. Jawaban Tugas.

Tabel 1.
SWR daya FWD daya REF
1,1 5W 0W
1,1 5W 0W

10. Jawaban Pertanyaan.


10.1. Seharusnya menunjuk angka 1.
10.2. Perubahan frekuensi seharusnya tidak merubah penunjukan VSWR
10.3. Karena dummy load tidak berupa resistip murni atau masih mengandung
komponen L dan C.
10.4. Bila komponen L dan atau C nya juga semakin besar karena pengaruh
frekuensi.
10.5. VSWR akan memberikan indikator dalam pengukuran daya baik FWD maupun
REF, yang mana pengukuran VSWR akan diupayakan mendapatkan angka
yang kecil (1). Agar didapatkan daya FWD yang optimum serta daya REF yang
nol(kecil).
10.6. Penunjukan SWR tidak terpengaruh oleh perubahan daya yang digunakan
pada pengukuran, karena setiap kali perubahan daya ataupun perubahan
frekuensi , setiap kali pula SWR meter harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Perubahan daya dalam sistim pengukuran akan menambah ketelitian didalam
pengukuran saja.
10.7. Untuk mengetahui daya yang dapat dihasilkan dari sebuah pemancar, tanpa
harus memancarkannya agar tidak mengganggu penerima yang lain,
disamping juga untuk mengetahui masih belum cocoknya impedansi pemancar
dengan bebannya.

67
Teknik Antena

Kegiatan Belajar 10

Pengukuran Antena Yagi 3 Elemen


1. Tujuan Pembelajaran

⇒ Mengoperasikan generator 2M Band (167,2MHz.)


⇒ Membaca sekala yang ada pada SWR / Power meter.
⇒ Mengoperasikan SWR/Power meter pada pengukuran antena Yagi Uda 3
Elemen
⇒ Mengukur perbandingan gelombang tegak (VSWR)
⇒ Mengukur daya Forward(maju) dan daya Mundur dari pemancar
⇒ Membuat grafik VSWR fungsi seting VC dan shorting trap
⇒ Menempatkan ( seting ) antena pada frekuensi kerja yang dikehendaki
⇒ Membandingkan pengaruh penempatan (posisi) shorting trap terhadap VSWR
dan daya RF Forward maupun Reverse

2. Waktu 360 menit

3. Alat Bantu Mengajar

⇒ Antena Yagi Uda 3 Elemen.


⇒ Tiang penyangga ( triport )
⇒ SWR / Power meter
⇒ Coaxial kabel kelengkapannya (2buah). yang meliputi coaxial kabel dengan
ujung BNC - konektor dan konektor-konektor
⇒ Obeng + ( plus ) dan (- minus )
⇒ Tang kombinasi
⇒ Kunci Pas 13 mm
⇒ Generator 2M Band (167,2MHz.)
⇒ Tabel pengukuran
⇒ Kertas grafik

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 68


Teknik Antena

4. Langkah Kerja
4.1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
4.2. Rakitlah antena yang akan dipakai percobaan pengukuran seperti pada
gambar dibawah.

DRIVEN ELEMENT
D

REFLEKTOR

DIREKTOR
C
A
B

BOOM
DUDUKAN REFLEKTOR DAN DIREKTOR
TERHADAP BOOM

LUBANG ALTERNATIF PENEMPATAN


DRIVEN ELEMENT

SUSUNAN LENGKAP KONDENSATOR (VC) UNTUK


DRIVEN ELEMENT PENGATURAN MATHING BERSAMA
BAUT PENGUNCI
SAMA DENGAN SHORTING BAR
SETELAH DISET
REFLEKTOR 500mm
DRIVEN ELEMENT 474mm

DIREKTOR 448mm
1
2
PENGGESERAN SHORTING
3
BAR UNTUK MATCHING

2cm 1cm

0cm
BAUT PENGUNCI

G
ambar 60
Susunan pemasangan elemen antena

4.3. Tempatkan driven elemen pada lubang ke dua dari akhir(belakang) titik A,
dan shorting bar berada pada ujung.(angka 1).
4.4. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke antena dan satunya ke SWR/power
meter yang bertanda ANT ,dengan ujung-ujung kabel keduanya konektor.
4.5. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke SWR (dengan tanda TX) dan satunya ke
generator, dengan tanda ujung kabel satu konektor satunya lagi BNC.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 69


Teknik Antena

arah pancaran
TX ANT

CAL

POWER

MIN MAX

200W POWER REV


20W CAL FWD
DIAMOND
ANTENNA SX-200 5W
RANGE FUNCTION
SWR OFF
POWER

VHF GENERATOR
V 1672

FREQUENCY 167.20
BNC
ON
Jangan hidupkan
sakelar transmit
tanpa beban pada OFF
RF out. STD BY TRANS RF OUT
POWER MIT

Gambar 61
Susunan pengabelan antara Generator,SWR dan Antena

4.6. Atur posisi “ Function “ pada SWR meter ( Power, Cal, SWR ) pada posisi CAL,
dan kedudukan “ Power “ ( REV, FORW, OFF ) pada posisi FORW, sedangkan
Range pada 5W.
4.7. Hidupkan Generator lalu atur potensio Cal pada SWR meter sampai posisi
jarum meter tepat menunjuk pada kedudukan CAL, lalu matikan dulu
Generator.
4.8. Pindahkan kedudukan Function pada SWR dan hidupkan lagi sakelar transmit
lalu atur VC yang ada di(PCB) dengan cara memutar-mutar VC dengan obeng

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 70


Teknik Antena
plastik dengan ujung obeng -(minus).sampai didapat sekala pada SWR paling
kecil.
4.9. Cek kembali langkah 7 dan 8 setelah mengadakan pengaturan VC, dan catat
hasil pengukuran pada tabel 1.
4.10. Matikan sesaat sakelar transmit, dan pindahkan posisi ( Power, Cal, SWR )
pada Power dan Power pada posisi FWD dan lihat jarum yang ditunjukkan
pada sekala power, catat dan isikan pada tabel 1.
4.11. Ulangi langkah 10 untuk mendapatkan power REF dengan memindahkan FWD
ke REF dan catat hasil pengukuran pada tabel 1.
4.12. Ulangi langkah 7,8,9,10 dan 11 untuk mendapatkan data yang sama diminta
diatas dengan merubah posisi shorting bar pada posisi angka 2. Dan catat
hasilnya pada tabel 1.
4.13. Ulangi langkah 12 pada kedudukan shorting trap pada angka 3 .

Tabel 1.
Kedudukan driven Elemen : A
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm

4.14. Ulangi langkah 13 dengan merubah kedudukan driven elemen pada posisi B
dan catat hasil pengamatan pada tabel 2.

Tabel 2.
Kedudukan driven Elemen : B
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm

4.15. Ulangi langkah 14 dengan merubah kedudukan driven elemen pada posisi C
dan catat hasil pengamatan pada tabel 3.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 71


Teknik Antena

Tabel 3.
Kedudukan driven Elemen : C
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm

DATA PERBANDINGAN GELOMBANG TEGAK DENGAN BERBAGAI KEDUDUKAN


DRIVEN ELEMEN DAN BERBAGAI POSISI SHORTING TRAP.
KEDUDUKAN DRIVEN ELEMEN
A B C
posisi shorting posisi shorting trap.dlm posisi shorting trap.dlm
trap.dlm cm. cm. cm.
0 1 2 0 1 2 0 1 2

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 72


Teknik Antena

5. Tugas :

⇒ Isikan tabel data hasil pengukuran pada tabel yang telah tersedia pada antena
masing-masing.
⇒ Satu antena dikerjakan oleh satu kelompok penentuannya sesuai dengan
pembagian kelompoknya.
⇒ Buatlah grafik dari berbagai posisi penempatan shorting trap, dengan berbagai
penempatan kedudukan driven elemen .
⇒ Jawab pertanyaan

6. Pertanyaan :

6.1. Apakah fungsi penggeseran shorting trap pada driven elemen dan pengaturan
VC pada PCB ?.
6.2. Adakah pengaruh pemasangan elemen pengarah (direktor) terhadapa
perubahan penunjukan besar kecilnya SWR jika dibandingkan dengan tanpa
adanya direktor?.
6.3. Samakah besarnya penunjukan SWR saat digunakan daya sedang dengan
daya yang lebih besar saat dipergunakan dalam pengukuran?
6.4. Apakah perlunya kita mengadakan pengukuran antena dengan SWR meter
sebelum digunakan untuk memancar ?.
6.5. Apakah kerugian yang diakibatkan jika penggunaan antena dengan sekala
SWR yang cukup besar?.

7. Kriteria Penilaian

⇒ Penempatan alat-alat praktek.


⇒ Penggunaan alat
⇒ Keselamatan kerja
⇒ Grafik/data/dan gambar kerja
⇒ Jawaban pertanyaan.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 73


Teknik Antena
8. Jawaban Tugas.
Tabel 1.
Kedudukan driven Elemen : A
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm
Tabel 2.
Kedudukan driven Elemen : B
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm
Tabel 3.
Kedudukan driven Elemen : C
ked. S. trap. SWR daya FWD daya REF
0 cm
1 cm
2 cm

DATA PERBANDINGAN GELOMBANG TEGAK DENGAN BERBAGAI KEDUDUKAN


DRIVEN ELEMEN DAN BERBAGAI POSISI SHORTING TRAP.
KEDUDUKAN DRIVEN ELEMEN
A B C
posisi shorting posisi shorting trap.dlm posisi shorting trap.dlm
trap.dlm cm. cm. cm.
0cm 1cm 2cm 0cm 1cm 2cm 0cm 1cm 2cm

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 74


Teknik Antena
SWR

1
0 1 2 0 1 2 0 1 2
A B C cm
posisi ST
9. Jawaban Pertanyaan.
9.1. Untuk menepatkan kedudukan shorting trap pada posisi tertentu agar
didapatkan angka penunjukan SWR yang paling rendah atau mendekati satu.
9.2. Pemasangan direktor / pengarah sangat menentukan besarnya angka
penunjukan pada SWR , dari grafik yang dibuat dapat dilihat pemasangan
elemen pengarah akan membantu menurunkan angka penunjukan SWR.
9.3. Penunjukan SWR tidak terpengaruh oleh perubahan daya yang digunakan
pada pengukuran, karena setiap kali perubahan daya ataupun perubahan
frekuensi , setiap kali pula SWR meter harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Perubahan daya dalam sistim pengukuran akan menambah ketelitian didalam
pengukuran saja.
9.4. Untuk mendapatkan kejodohan antara Pemancar, saluran transmisi dengan
antena itu sendiri, dengan harga penunjukan SWR yang rendah (1) akan
dapat diketahui bahwa ketiga komponen diatas sudah jodoh. dan akan
didapatkan daya pancaran yang maksimum.
9.5. Pancaran jadi tidak efisien, Penguat akhir dari TX akan cepat rusak akibat
terkena RF balik dan semakin cepat menjadi panas.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 75


Teknik Antena

Kegiatan Belajar 11

Pengukuran Antena Ground Plane


1. Tujuan Pembelajaran

Peserta dapat:
⇒ Mengoperasikan generator 2M Band (167,2MHz.)
⇒ Membaca sekala yang ada pada SWR / Power meter.
⇒ Mengoperasikan SWR/Power meter pada pengukuran antena Ground-plane
⇒ Mengukur perbandingan gelombang tegak (VSWR)
⇒ Mengukur daya Forward(maju) dan daya Mundur dari pemancar

2. Waktu 360 menit

3. Alat dan Bahan

⇒ Antena Ground-plane.
⇒ Tiang penyangga ( triport )
⇒ SWR / Power meter
⇒ Coaxial kabel kelengkapannya (2buah). yang meliputi coaxial kabel dengan
ujung BNC - konektor dan konektor-konektor
⇒ Kunci pas 13 mm
⇒ Tang kombinasi
⇒ Generator 2M Band (167,2MHz.)
⇒ Tabel pengukuran

4. Keselamatan Kerja

⇒ Tempatkan alat dan bahan denganbaik dan teratur, pada meja praktek.
⇒ Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya dan atur range pada SRW sesuai
batasannya.
⇒ Jangan sampai menghidupkan sakelar transmit sebelum sistim terpasang
semuanya.
⇒ Jangan menghidupkan sakelar transmit saat memindahkan posisi pengaturan
fungsi/power pada SWR meter.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 76


Teknik Antena

5. Langkah Kerja

5.1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
5.2. Rakitlah antena yang akan dipakai percobaan pengukuran seperti pada
gambar dibawah.

Dudukan dasar antena


ground-palne

Empat buah lemen radial


sistim pasang lepas

Mur/baut tempat menempatkan Tempat memasang konektor


antena pada stand dan mengunci dari generator ke antena

Gambar 62
Susunan lengkap elemen antena ground-plane

5.3. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke antena dan satunya ke SWR/power


meter yang bertanda ANT ,dengan ujung-ujung kabel keduanya konektor.
5.4. Hubungkan kabel RG 8 ujung satu ke SWR (dengan tanda TX) dan satunya ke
generator, dengan tanda ujung kabel satu konektor satunya lagi BNC.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 77


Teknik Antena

TX ANT

CAL

POWER

MIN MAX

200W POWER REV


20W CAL FWD
DIAMOND SX-200 5W SWR OFF
ANTENNA
RANGE FUNCTION POWER

VHF GENERATOR
V 1672

FREQUENCY 167.20
BNC
ON
Jangan hidupkan
sakelar transmit
tanpa beban pada OFF
RF out. STD BY TRANS RF OUT
POWER MIT

Gambar 63
Susunan pengabelan antara Generator,SWR dan Antena
5.5. Atur posisi “ Function “ pada SWR meter ( Power, Cal, SWR ) pada posisi CAL,
dan kedudukan “ Power “ ( REV, FORW, OFF ) pada posisi FORW, sedangkan
Range pada 5W.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 78


Teknik Antena
5.6. Hidupkan Power Generator, sakelar stand by dan sakelar transmit, lalu atur
potensio Cal pada SWR meter sampai posisi jarum meter tepat menunjuk
pada kedudukan CAL, lalu matikan dulu Sakelar transmit.
5.7. Pindahkan posisi Function dari CAL ke SWR dan hidupkan lagi sakelar
transmit lalu lihat pembacaan yang ditunjukkan oleh jarum meter, catat
hasilnya pada tabel yang tersedia, lalu matikan dulu sakelar transmit.

Gambar 64
Panel depan sebuah Power / SWR meter merk Diamond

5.8. Pindahkan posisi Function dari SWR ke Power dan Power pada FWD
hidupkan lagi sakelar transmit lalu lihat pembacaan yang ditunjukkan oleh jarum
meter, catat hasilnya pada tabel daya FWD yang tersedia, lalu matikan dulu
sakelar transmit.
5.9. Ulangi langkah 8 dengan merubah sakelar power dari FWD ke REF untuk
mendapatkan data daya REFnya.
Tabel 1.
SWR daya FWD daya REF

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 79


Teknik Antena
6. Tugas :
⇒ Isikan tabel data hasil pengukuran pada tabel yang telah tersedia pada antena
masing-masing.
⇒ Satu antena dikerjakan oleh satu kelompok penentuannya sesuai dengan
pembagian kelompoknya.
⇒ Jawab pertanyaan

7. Pertanyaan :
7.1. Dari data pengukuran antena ground-plane, bagaimanakah hubungan VSWR,
daya FWD dan daya REF ?.
7.2. Dari ketiga besaran diatas (pertanyaan no 1) manakah dua besaran yang
berbanding lurus ?.
7.3. Bilamanakah VSWR mencapai angka besar ?.
7.4. Samakah besarnya penunjukan SWR saat digunakan daya sedang dengan
daya yang lebih besar saat dipergunakan dalam pengukuran?
7.5. Apakah perlunya kita mengadakan pengukuran antena dengan SWR meter
sebelum digunakan untuk memancar ?.
7.6. Apakah kerugian yang diakibatkan jika penggunaan antena dengan sekala
SWR yang cukup besar?.

8. Kriteria Penilaian
⇒ Penempatan alat-alat praktek.
⇒ Penggunaan alat
⇒ Keselamatan kerja
⇒ Grafik/data/dan gambar kerja
⇒ Jawaban pertanyaan.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 80


Teknik Antena
9. Jawaban Tugas.
Tabel 1.
SWR daya FWD daya REF

10. Jawaban Pertanyaan.


10.1. VSWR akan memberikan indikator dalam pengukuran daya baik FWD maupun
REF, yang mana pengukuran VSWR akan diupayakan mendapatkan angka
yang kecil (1). Agar didapatkan daya FWD yang optimum serta daya REF yang
nol(kecil).
10.2. VSWR dan daya REF
10.3. Saat antena tidak terbebani atau beban hubung singkat.
10.4. Penunjukan SWR tidak terpengaruh oleh perubahan daya yang digunakan
pada pengukuran, karena setiap kali perubahan daya ataupun perubahan
frekuensi , setiap kali pula SWR meter harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Perubahan daya dalam sistim pengukuran akan menambah ketelitian didalam
pengukuran saja.
10.5. Untuk mendapatkan kejodohan antara Pemancar, saluran transmisi dengan
antena itu sendiri, dengan harga penunjukan SWR yang rendah (1) akan
dapat diketahui bahwa ketiga komponen diatas sudah jodoh. dan akan
didapatkan daya pancaran yang maksimum.
10.6. Pancaran jadi tidak efisien, Penguat akhir dari TX akan cepat rusak akibat
terkena RF balik dan semakin cepat menjadi panas.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 81


Teknik Antena

DAFTAR PUSTAKA

1. Basic Electronic Circuit and System “ Vol IV , C. T. I. Education Products , inc.


2. Heinz Haeberle , Elektronik 3 Nachrichtenelektronik, verlag Europa - Lehrmittel ,
Wuppertal , 1984
3. Huebscher, Elektrotechnik Fachstufe2, Westermann, Braunschweig, 1986.
4. Dennis Roddy, John Coolen, Komunikasi Elektronika, edisi ketiga Penerbit
Erlangga Jakarta.

Pengukuran Daya / SWR pada Antena 82

You might also like