You are on page 1of 63

Kegiatan Belajar 1

KONSEP DASAR PENGELOLAAN KELAS

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda mempelajari materi pembelajaran Pada kegiatan 1 ini, diharapkan dapat

menjelaskan konsep dasar/pengertian pengelolaan kelas dan pengelompokkan masalah

pengelolaan kelas.

B. Materi Pembelajaran

Materi yang harus Anda pelajari pada kegialan 1 ini yaitu Konsep dasar/pengertian

pengelolaan kelas dan pengelompokkan masalah pengelolaan kelas.

C. Uraian Materi Pembelajaran

1. Pengertian pengelolaan kelas.

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata "managemen" asal kata dari Bahasa Inggris

yang diindonesiakan menjadi "manajemen" atau menejemen.

Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1958:412), disebutkan bahwa pengelolaan berarti

penyelenggaraan. Dilihat dari asal kata "manajemen" dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan

dengan lancar, efektif dan efisien.

Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil

dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain (Oemar Hamalik, 1986: 18).

Sebelum kita membicarakan definisi pengelolaan kelas terlebih dahulu kita perlu mengetahui

apa sebenamya yang dimaksud dengan kelas.

1
1. Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat

sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Kelas dalam

pengertian tradisional mengandung sifat statis, karena sekedar menunjuk

pengelompokkan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain di

dasarkan pada batas umur kronologisnya masing-masing.

2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari

masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara

dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk

mencapai suatu tujuan.

Ditinjau dari sudut pandang didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas

yakni kelas adalah sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang

sama dari guru yang sama.

Dengan batasan tersebut di atas, yang dimaksudkan kelas itu adalah sistem pengajaran

klasikal dalam pelaksanaan pengajaran secara tradisional.

Kelas merupakan bagian atau unit sekolah terkecil. Penggunaan istilah "Unit" mengandung

suatu pengertian bahwa kelas mempunyai ciri yang khusus dan spesifik, maksudnya setiap

kelas akan memiliki suasana yang berbeda atau kondisi yang berbeda satu sama lain.

Contoh:

Salah satu SD mempunyai kelas paralel terdiri dari kelas A, B, (kelas 1 s.d. VI). Masing-

masing kelas keadaannya berbeda, misalnya kelas VA, VB, dan VC.

Kelas VA yang siswa-siswanya tidak ada gairah dan semangat belajar, kelas VB merupakan

kelas yang selalu gaduh dan membuat onar tetapi prestasinya rendah, sedangkan kelas VC

merupakan kelas yang menyenangkan, siswa-siswanya aktif dan kompak dalam belajar

sehingga prestasinya menonjol di antara kedua kelas tadi.

2
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pengertian pengelolaan kelas adalah suatu

usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar

tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang

diharapkan.Atau pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak dari seorang

guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke

arah yang lebih baik.

Definisi-definisi Pengelolaan kelas

1. Menurut Lois V, Johnson dan Mary A. Bani (Claaroom Management), yang diikhtisarkan

oleh Dr. Made Pidarta, 1970.

a. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban

kelas.

b. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan

penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.

2. J.M. Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:

a. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan

mempertahankan ketertiban

suasana kelas.

Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah

laku siswa. Pandangan ini bersifat "Otoratif". Kaitannya dengan tugas guru adalah

menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin sangat

diutamakan.

b. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan

kebebasan siswa.

Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat "permisif'. Kaitannya dengan

3
tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya guru

membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.

c. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan

tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku

yang tijdak diinginkan.

Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip mengubahan tingkah taku

(behavioral modification), dan memandang pengelolaan kelas sebagai proses

pengubahan tingkah laku siswa. Guru di sini berfungsi sebagai pembantu siswa

dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip reinforcement

(penguatan).

d. Pergelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan

hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif.

Definisi keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim

sosioemosional yang positif di dalam kelas.

Definisi ini beranggapan, bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal

di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik

antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

e. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan

mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Definisi kelima ini mengangap kelas merupakan sistem sosial dengan proses

kelompok (group proses) sebagai intinya. pengajaran berlangsung dalam kaitannya

dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap proses individual, maka kehidupan

kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang sangat berarti

terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini adalah mendorong berkembangnya

dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.

Tiga di antara lima definisi di atas yaitu: pandangan tentang pengubahan tingkah laku. Iklim

sosioemosional, dan proses kelompok, masing-masing berangkat dari dasar pandangan

yang berbeda tetapi memiliki unsur-unsur yang efektif apabila diterapkan untuk pengelolaan

4
kelas sehingga bermanfaat bagi guru untuk membentuk satu pandangan yang bersifat

"Prulalistik", yaitu pandangan yang merangkum ketiga dasar pandangan tersebut di atas.

Definisi pengelolaan kelas yang dikemukakan berdasarkan atas pandangan "Pluralistik'

menganggap pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan

tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang

tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosioemosional yang

positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan

produktif.

Dalam kegiatan sehari-hari seorang guru akan menghadapi kasus-kasus dalam kelasnya.

Misalnya dalam hal pengaturan siswa, yang dapat dikelompokan menjadi dua masalah, yaitu

masalah individu/perorangan dan masalah kelompok. Agar dalam melaksanakan

pengelolaan kelas secara efektif dan tepat guna, maka guru harus rnengidentifikasikan

kedua masalah tersebut, tetapi tak kalah pentingnya dari kedua masalah tersebut adalah

masalah organisasi sekolah.

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik di tingkat kelas maupun pada

tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Pengaruh organisasi

sekolah dipandang cukup menentukan dalam pengarahan perilaku siswa. Pengaturan atau

pengorganisasian kelas hendaknya sering diadakan perubahan. Hal ini untuk mencegah

kejenuhan bagi siswa-siswa selama mengikuti kegiatan belajar, selain itu juga hendaknya

disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan.

Adapun kasus-kasus yang dijumpai guru dalam pengelolaan kelas antara lain, seperti:

a) Tingkat penguasaan materi oleh siswa di dalam kelas.

Misalnya, materi yang diberikan kepada siswa terlalu tinggi atau sulit sehingga tidak

bisa diikuti oleh siswa, maka di sini diperlukan penyesuaian agar siswa dapat

mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Apabila tidak diadakan penyesuaian, siswa-

siswa tidak akan serius dan selalu menimbulkan kegaduhan.

5
b) Fasilitas yang diperlukan,

Misalnya, alat, media, bahan, tempat, biaya, dan lain-lain, akan memungkinkan

siswa belajar dengan baik

c) Kondisi siswa

Misalnya, siswa yang kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam menerima

peiajaran, hal ini dapat mempengaruhi situasi kelas.

d) Teknik mengajar guru

Misalnya, dalam memberikan pengajaran kurang menggairahkan suasana kelas dan

menjemukan.

2. Pengelompokan Masalah dalam Pengelolaan kelas

a. Masalah Pengelolaan Kelas


Masalah pergelolaan kelas dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok.
Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi
dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, dan dapat memilih strategi
penanggulangannya dengan tepat pula.

b. Masalah Individu/Perorangan

Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassell (Noorhadi,1985:5), mengemukakan bahwa semua tingkah

taku individual merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan kebutuhan untuk diterima

kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri.

Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan, kemungkinan akan terjadi beberapa tindakan siswa

yang dapat digolongkan menjadi:

1. Tingkah-Iaku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting

behavior), misalnya membadut di dalam kelas (aktif), atau dengan berbuat serba

lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif).

2. Tingkah-Iaku yang ingin merujukan kekuatan (power seeking behaviours), misalnya

selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional, seperti marah-marah, menangis

atau selalu "Iupa" pada aturan penting di kelas (pasif).

6
3. Tingkah-Iaku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors),

misalnya menyakiti orang lain seperti mengata-ngatai, memukul, menggigit dan

sebagainya (kelompok ini nampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif atau pasif).

4. Peragaan ketidakmampuan (displaying indequacy) yaitu dalam bentuk sama sekali

menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya

kegagalanlah yang menjadi bagiannya.

Keempat tindakan yang dilakukan individu tersebut di atas dapat diistilahkan menjadi:

- Pola aktif yang konstruktif


- Pola aktif yang distruktif
- Pola pasif yang konstruktif
- Pola pasif yang distruktif

c. Masalah Kelompok
Masalah ini merupakan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Masalah
kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas
frustasi atau lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak
puas dan belajarnya terganggu. Apabila kebutuhan kelompok ini terpenuhi, anggotanya akan
aktif, puas, bergairah dan belajar dengan baik.

Lois V Johnson dan Mary A Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas:

a. Kesatuan kelompok

Kesatuan kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggota-

anggotanya bertingkah laku.

b. Interaksi dan komunikasi

Interaksi terjadi dalam komunikasi, kalau beberapa orang anggota mempunyai

pendapat tertentu, maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan

dengan interaksi membahas, pendapat tersebut, yang sering disertai dengan emosi

yang mempekuat interaksi.

c. Struktur kelompok

Struktur informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal, bila selalu

ditempatkan pada posisi yang tinggi hal ini dapat merusak keakraban kelompok.

d. Tujuan-tujuan kelompok.

7
Apabila tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan

dengan tujuan pendidikan maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih

produktif menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain siswa akan bekerja dengan baik

apabila hal itu berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.

e. Kontrol

Hukum-hukum yang diciptakan bersama bagi siswa yang melanggar, mungkin dapat

memperkecil pelanggaran, akan tetapi beberapa soal tetap atau tidak tetap akan

tidak dapat belajar dengan baik, hal ini merupakan masalah baru.

f. Iklim Ke!ompok

Iklim Kelompok adalah hasil dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam

kelompok. Iklim kelompok ditentukan oleh tingkah keakraban kelompok, sebagai

hasil dari aspek-aspek tersebut di atas.

d. Masalah organisasi

Sekolah sebagai organisasi sosial dan sebagai sub sistem dari sistem sosial yang lebih luas

termasuk sistem persekolahan nasional. Pengaruh organisasi sekolah dipandang cukup

menentukan dalam pengarahan peri/aku siswa.

Dengan kata lain guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara keseluruhan,

termasuk cara pengelompokan, kurikulum, rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap dan

tindakan.

Kebijaksanaan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap nilai, organisasi, tujuan

dan peri/aku siswa dalam kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan

dikomunikasikan kepada seluruh siswa secara terbuka, maka akan menyebabkan tertanam

pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku.

Adapun kegiatan-kegiatan rutin yang sudah diatur tersebut antara lain berupa:

1. Penggantian pelajaran, hal rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib.

8
2. Guru yang berhalangan hadir oleh satu atau lain hal maka siswa harus sudah

mengetahui cara mengatasinya.

3. Masalah antara siswa, dapat dipecahkan bersama-sama dengan guru (wakil

kelas/ketua kelas/ketua OSIS).

4. Upacara bendera

5. Dan kegiatan lainnya yang harus diatur secara jelas tidak kaku dan harus fleksibel.

Demikianlah telah Anda pelajari perihal konsep dasar pengelolaan kelas dan

pengelompokkan masalah dalam pengelolaan kelas. Untuk lebih memantapkan pemahaman

Anda terhadap materi pembelajaran tersebut, maka bacalah rangkuman berikut, kerjakan

tugas mandiri dan jawablah tes formatif dan minimal 6 item tes dapat dijawab dengan benar.

D. RANGKUMAN

1. Arti pengelolaan kelas dapat ditinjau dari beberapa pendangan:

o pandangan otoriter, bahwa pengelolaan kelas sebagai proses mengontrol

tingkah laku siswa atau seperangkat kegiatan guru untuk mempertahankan

ketertiban kelas.

o Pandangan permisif, bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat, kegiatan

guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.

o Pandangan behaviour modification, adalah seperangkat kegiatan guru untuk

mengubah tingkah laku siswa (proses pengubahan tingkah laku) kearah

positif.

o Pandangan penciptaan iklim sosioemosional, bahwa pengelolaan kelas

adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan

interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional yang positif.

o Pandangan proses kelompok, bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat

kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memperhatikan organisasi kelas

yang efektif.

9
2. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kegiatan pengaturan siswa dan

pengaturan fisik kelas sehingga kegiatan belajar siswa dapat berjalan dengan lancar

dan terciptanya kondisi belajar yang optimal bagi berlangsungnya kegiatan belajar

siswa.

3. Masalah yang dihadapi pengelolaan kelas adalah masalah-masalah individual,

masalah-masalah kelompok, dan juga masalah organisasi.

TES FORMATIF 1

Berikut ini terdapart beberapa kemungkinan jawaban pada setiap soal.


Petunjuk: Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban yang benar.

1. Kelas dalam pengertian tradisional bersifat....


A. statis
B. dinamis
C. organisatoris
D. sistematis

2. Ruang yang dibatasi dinding tempat sejumlah siswa belajar merupakan pengertian kelas
secara....
A. global
B. luas
C. sempit
D. modern

3. Sekelompok siswa pada waktu yang sama merierima pelajaran yang sama dari guru yang
sama, merupakan pengertian kelas ditinjau dari sudut
A. Metodologis
B. Kontektual
C. Tradisional
D. Didaktis

4. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana


kelas, demikian pengertian pengelolaan kelas menurut....
A. Lois
B. JM.Cooper
C. Robert M. Gagne
D. Piaget

5. Proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas,
demikian pengertian pengelolaan kelas menurut... .
A. JM.Cooper
B. John Dewey
C. Lois
D. Bloom

10
6. Kasus-kasus yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas meliputi hal hal berikut,
kecuali....
A. tingkat penguasaan materi
B. fasilitas yang diperlukan
C. kondisi siswa
D. kondisi guru

7. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain contohnya yaitu... .
A. Membadut
B. marah-marah
C. menangis
D. berteriak

8. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain disebut....


A. revenge seeking behavior
B. attention behavior
C. power behavior
D. displaying behavior

9. Ciri-ciri kelompok dalam kelas menurut Lois V Johnson dan Mary A. Bany adalah sebagai
berikut, kecuali....
A. kesatuan kelompok
B. interaksi dan komunikasi
C. kontrol
D. konstruktif

10. Masalah organisasi yang mempengaruhi pengelolaan kelas di antaranya adalah,


kecuali....
A. pergantian pelajaran
B. Upacara bendera
C. siswa yang tidak hadir
D. guru yang tidak hadir

11
Kegiatan Belajar 2
PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda mempelajari materi pembelaiaran 2 ini, diharapkan dapat menjelaskan 5

macam pendekatan dalam pengelolaan kelas.

2. Materi Pembelajaran

Materi pokok pembelajaran yang harus anda pelajari yaitu:

1. Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan dan anjuran

2. Pendekatan pengubahan tingkah laku

3. Pendekatan iklim sosioemosional

4. Pendekatan proses kelompok

5. Pendekatan elektis.

3. Uraian Materi Pembelajaran

Berikut ini akan diuraikan materi-materi pokok sebagaimana yang tercantum tersebut di atas.
Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja guru dalam
pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam
menetapkan pendekatan apa yang akan digunakan hendaknva mempertimbangkan manfaat
dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan tersebut dengan hakekat masalah yang
ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami dan mempunyai
berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta memahami kondisi psikologis para siswa yang
dihadapinya.

Hal lain yang perlu dimiliki seorang guru adalah sikap profesional dalam pengelolaan kelas.

Artinya bahwa walaupun guru sudah yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang

akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang

diharapkan, maka ia hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau

situasi yang ada sehingga dapat menetapkan altematif pendekatan yang lainnya dan

seterusnya. Hal tersebut jelas membedakan sikap seorang profesional dengan seorang

12
tukang atau "Pekerja", dimana seorang tukang menggantungkan diri pada resep-resep atau

petunjuk-petunjuk sehingga ia bingung apabila resep atau petunjuk atau teori/dalil yang

digunakannya tidak memberikan hasil yang diharapkan.

Dalam Pembelajaran 2 ini akan membahas berbagai pendekatan yang digunakan dalam

pengelolaan kelas, antara lain sebagai berikut.

1. Pendekatan dengan penerapan sejumlah "Iarangan dan anjuran" .

Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan

pendekatan permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:

a. penghukuman atau pengancaman

b. penguasaan atau penekanan

c. pengalihan atau pemasabodohan

Ketiga bentuk tersebut akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan

seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat siswa atau

sikap mencari kambing hitam.

Coba Anda kaji contoh berikut ini, mana yang termasuk bentuk penghukuman, penekanan
atau pemasabodohan.

a. "Jika kamu tidak memperbaiki tingkah lakumu, maka saya akan memanggil orang

tuamu".

b. "Jika kalian terus begitu, sekarang terserah kalian, apakah akan meneruskan tugas

atau bubar saja".

c. "Karena kalian begitu, maka setiap pelajaran dari saya, maka kau Amir, Hasan dan

Agus duduk di kantor dan menulis satu buku penuh, saya akan memperbaiki

kelakuan saya".

Pendekatan ini dianggap kurang efektif karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif.

Hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang

13
mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang),

bersikap absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan

yang lebih luwes dan kreatif.

Semboyan dari pendekatan ini adalah "Jika terjadi masalah ini lakukanlah itu atau itu".

Apabila pendekatan ini dilakukan maka ada beberapa tindakan guru yang perlu diperhatikan

antara lain:

o Jangan menegur siswa dihadapan kawan-kawannya

o Apabila memberikan peringatan pada siswa hendaknya tidak merggunakan suara

tinggi

o Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa

o Jangan pilih kasih

o Sebelum menghukum siswa, terlebih dahulu buktikan bahwa siswa itu bersalah

o Patuhiah pada aturan-aturan yang sudah Anda terapkan.

2. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)

Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik. Yang menganggap bahwa semua

tingkah laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap

individu perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran.

Prinsip psikologi tersebut adalah, meliputi:

1. Tindakan penguatan positif, yaitu memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau

pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa

ungkapan seperti "Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah

dibaca".

Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:

a. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari

dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air,

14
udara yang segar dan sebagainya.

Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di

dalam kelas.

b. Penguatan sekunder bersyarat yang menjadi penguat sebagai hasil proses

belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai

angka, rangking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang

disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).

1. Ditinjau dari segi waktu, penguatan positif bisa diberikan secara:

a. Terus menerus pada setiap kali terjadi perbuatan baik atau yang diharapkan

b. Tenggang waktu atau berkala, yaitu setelah jangka jam pelajaran dimulai,

atau setiap "sekian" kali perbuatan.

Ada dua macam penjadwalan dalam panguatan berkala yaitu:

c. Penjadwalan interval yaitu pemberian penguatan siswa setiap jangka waktu tertentu.

Misalnya setiap satu jam, seperti gambar berikut:

Keterangan :

0 = pemberian penguatan

+ = tingkah laku yang dimaksud

d. Penjadwalan rasio

Pada umumnya, penjadwalaninterval lebih efektif untuk "Mempertahankan"

tingkah laku yang dimaksud terus menerus terjadi. Dan penjadwalan rasio

lebih efektif untuk "Meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku yang

15
dimaksud" .

Yang perlu diperhatikan guru juga adalah bahwa makna suatu penguat

bersifat "Unik" artinya sangat tergantung pada si pemberi dan si penerima

penguat tersebut. Apa yang oleh seorang siswa dianggap sebagai penguat,

bagi siswa lain belum tentu diterima demikian. Dalam hal ini, pemahaman

guru terhadap kondisi psikologis siswa akan sangat membantu.

Ada tiga cara yang dikenal dalam upaya pemilihan dan penerapan tindakan

penguat, yaitu:

o Memperhatikan gelagat/tanda-tanda atau petunjuk khusus dengan

cara mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa.

o Memperhatikan petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa

yang terjadi setelah siswa menampilkan perilaku tertentu. Dalam hal

ini guru mencoba menetapkan tindakan dan perilaku apa yang

dilakukan guru dan temanteman siswa itu yang tampaknya

menguatkan perilaku siswa yang bersangkutan.

o Memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan cara langsung

bertanya kepada siswa yang bersangkutan apa yang ingin dimilikinya,

dan untuk apa untuk siapa biasanya siswa itu melakukan sesuatu

yang berarti.

2. Tindakan penghukuman, yaitu suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan

atau tidak disukai, dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku

yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pergelolaan kelas masih bersifat

kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan

alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak

dikehendaki, sekaligus merupakan contoh "yang tidak dikehendaki" bagi siswa lain.

Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru

16
(yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang

dihukum menjadi "Pahlawan" di mats teman-temannya.

3. Tindakan penghilangan, yaitu tidak memberikan ganjaran yang diharapkan seperti

yang lalu (menahan pemberian penguatan positif), atau pembatalan pemberian

ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa.

Contoh: Didi yang waktu sebelumnva mendapat pujian alas hasil pekerjaannya baik

dan rapi yang diserahkan kepada Pak Umar, pada waktu penyerahan pekerjaan

berikutnya dengan hasil yang sama, Pak Umar menerima dan memeriksa tanpa

memberi pujian.

4. Tindakan penguatan negatif, yaitu meniadakan perangsang yang tidak

menyenangkan atau tidak disukai. Atau dengan kala lain menghilangkan hukuman.

Contoh : Wawan yang waktu sebelumnya dimarahi Pak guru karena pekerjaannya

tidak benar dan tidak rapi, pada pengumpulan tugas berikutnya Pak guru tidak

memarahinya lagi.

Harapan dari tindakan-tindakan tersebut dapat menghentikan atau mengurangi

perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat meneruskan atau meningkatkan

perilaku-perilaku yang dikehendaki. Seperti digambarkan pada contoh-contoh di atas,

guru dapat menumbuhkan perilaku-perilaku yang dikehendaki pada diri siswa melalui

penerapan penguatan positif dan penguatan negatif. Dan guru mengurangi perilaku

siswa yang tidak dikehendaki melalui penerapan penghukuman dan penghilangan.

Berdasarkan uraian di alas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan perubahan

tingkah laku (behavior modivication) mengandung prinsip.

Mengabaikan persetujuan atas tingkah laku yang tidak diinginkan, menunjukan

persetujuan atas tingkah laku yang diinginkan, itu sangat efektif menumbuhkan

tingkah laku yang baik pada siswa.

17
Menunjukan persetujuan atas tingkah laku yang baik merupakan kunci pengelolaan

kelas yang efektif. Untuk lebih jelasnya, coba Anda perhatikan diagram prinsip

penguatan tingkah laku berikut ini:

DIAGRAM PENGUATAN TINGKAH LAKU

3. Pendekatan Iklim Sosioemosional (Sosio-Emotional Climate)

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa:

1. Proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya iklim sosioemosional

yang baik artinya suasana hubungan interpesonal yang baik antara guru dan siswa

serta antara siswa dengan siswa.

18
2. Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosioemosional yang baik
itu.
Oleh karena itu, pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang
baik berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Hubungan guru dengan siswa
yang penuh simpati dan saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari
pendekatan ini. Dengan demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah
laku atau tindakan guru yang menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar
terlibat dalam pembinaan siswa dan memperhatikan apa yang dialami siswa balk
suka maupun duka. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa siswa bukan
semata-mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi
dipandang sebagai keseluruhan pribadi yang sedang berkembang.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan guru dalam penerapkan pendekatan ini antara
lain:

a. Membantu setiap anak untuk menyadari dan menerima dirinya masing-

masing (Ke "diri" annya).

b. Menyiapkan masing-masing anak untuk memberi kontribusi

(sumbangan)kepada bermacam-macam antivitas di kelas.

c. Menyadari siswa untuk menerima dan mengerti perbedaan-perbedaan

individual (masing-masing siswa)


d. Membuat rencana kerja sehingga kemampuannya masing-masing anak
dalam kelas bermanfaat.

Susunan yang tercipta, hubungan interpersonal dan iklim sosioemosonal dapat dilihat
diagram berikut ini:

DIAGRAM HUBUNGAN INTERPERSONAL

19
Tiga jenis sikap guru sebagaimana tercantum pada diagram merupakan dasar yang dapat

menumbuhkembangkan hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan

siswa, dan siswa dengan siswa. Sikap-sikap tersebut dapat dijabarkan menjadi tindakan-

tindakan guru, sebagai berikut:

1. Guru berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh

hubungan manusiawi yang diwarnai oleh sikap saling menghargai dan saling

menghormati antar personal di kelas.

2. Setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan

kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan emosional yang

menyenangkan pada setiap siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

masing-masing.

20
3. Bersikap terbuka untuk bersedia mendengar pendapat, saran, gagasan dan lain-lain

dari siswa sehingga pengelolaan kelas berlangsung dinamis.

4. Menjalin hubungan yang harmonis dan manusiawi yang penuh saling pengertian,

saling menghormati dan saling menghargai antara sesama guru.

4. Pendekatan Proses Kelompok (Group Proses)

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa:

1. Pengalaman belajar di sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu

kelompok kelas.

2. Tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan

memelihara kelompok yang efektif dan produktif.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka susunan atau pengelolaan kelas dengan pendekatan ini
memiliki ciri sistem sosial sebagaimana dijumpai di luar sekolah, tentu saja dengan aktivitas
mengarah pada perilaku atau tujuan yang dikehendaki.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany (1970) dalam (Noorhadi 1985:27) mengemukakan bahwa
kelompok sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. multi personal dengan tingkat keakraban tertentu;

b. suatu sistem interaksi;

c. suatu organisasi atau struktur;

d. suatu motif tertentu atau mempunyai tujuan bersama;

e. suatu kekuatan atau standar tingkah laku tertentu; dan

f. mempunyai pola tingkah laku yang dapat diobservasi yang merupakan kepribadian

suatu kelompok.

Johnson dan Bany (1970) dalam (Noorhadi, 1985:28) mengemukakan hal-hal yang berkaitan
dengan proses kelompok.

a. Keakraban, yaitu sifat saling tertarik atau saling membutuhkan antara sesama

siswa/anggota sehingga mereka menjadi suatu ikatan.

21
b. Solidaritas, yaitu kesatuan dan persetujuan yang komplit dalam segi-segi tujuan,

pendapat, minat, dan perasaan kelompok yang memiliki solidaritas mampu

mencegah timbulnya ancaman dari luar yang dapat memecah belah kelompoknya.

c. Loyalitas, yaitu keinginan para anggotanya terhadap kelompok itu sendiri. Nampak

dalam bentuk-bentuk norma atau nilai sosial yang diidentifikasi oleh kelompok.

Norma dan nilai sosial ini diwujudkan bila anggotanya mendapat suatu ancaman dan

bencana dan berusaha untuk mempertahankan dirinya.

d. Moral yang dianut untuk menciptakan keakraban tidak hanya perasaan bersatu

tetapi merupakan kualitas yang tersembunyi yang membuat kelompok gigih

mempertahankan diri dalam menghadapi kesulitan.

e. Kepuasaan, yaitu kondisi yang memberi pengaruh kepada anggota-anggotanya

menyebabkan mereka bekerja secara harmonis bersama-sama terutama dalam

menghadapi kesulitan.

f. Iklim, yaitu kondisi yang dirasakan dalam kelompok, iklim ini berkaitan dengan

kondisi tegang, sepi, tenang, balk. hangat, persahabatan, dan sebagainya.

Dari pendapat Johnson & Bany di atas dapat disimpulkan bahwa kesatuan kelompok yaitu:

a. keakraban kelompok, bergantung kepada tingkat saling menerima dan menyenangi

antara anggota dalam kelompok, dan

b. kesatuan bersumber dart rasa memiliki. Karena itu guru harus berupaya agar

anggota/siswa diterima dan disukai oleh teman-temannya dalam kelas.

c. kesatuan dan kerjasama kelompok dipengaruhi oleh adanya kepuasan kebutuhan

yang dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan kelompok dan antar hubungan

siswa yang harmonis.

Schmuck dalam (Noorhadi, 1985 : 28) mengemukakan enam unsur yang berkenaan dengan

pengelolaan kelas melalui pendekatan proses kelompok, yaitu:

22
a. Harapan, adalah prestasi yang ada pada guru dan siswa berkenaan dengan

hubungan mereka. Harapan merupakan ramalan tentang apa yang diperbuat oleh diri sendiri

dan orang lain dalam sating berhubungan itu. Dengan demikian harapan yang menyangkut

bagaimana anggota-anggota kelompok akan berperilaku akan amat berpengaruh terhadap

bagaimana guru dan siswa akan berperilaku dalam sating berhubungan. Satu kelompok

kelas yang efektif akan terjadi apabiia harapan yang berkembang pada diri guru dan siswa

adalah tepat, realistik, dan jelas dimengerti oleh guru dan siswa. Perilaku guru

menampakkan harapan-harapan yang berkenaan dengan perilaku siswa, dan dengan

demikian siswa akan berperilaku sesuai dengan harapan guru itu.

b. Kepemimpinan dalam hal ini diartikan sebagai perilaku yang mendorong kelompok

bergerak ke arah pencapaian tujuan. Dengan demikian perilaku kepemimpinan tidak

dapat dipisahkan dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anggota dalam:

· membantu menumbuhkan norma kelompok;

· menggerakan kelompok mendekati pencapaian tujuan;

· meningkatkan mutu interaksi antar anggota ketompok; dan

· mengembangkan kerataan hubungan dalam kelompok.

Guru yang efektif adalah guru yang mampu menciptakan iklim dimana siswa

mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sehingga semua anggota kelompok

merasakan bahwa mereka memliki kekuatan dan harga diri untuk melaksanakan

tugas-tugas akademik dan tugastugas lain yang dibebankan kepada mereka.

c. Kemenarikkan, adalah berkaitan dengan pola keakraban yang terdapat dalam

kelompok kelas. Kemenarikkan juga dapat diartikan sebagai tingkat hubungan

persahabatan di antara anggota kelompok kelas. Tingkat kemenarikkan ini

tergantung kepada sampai sejauh hubungan interpersonal yang positif di antara

anggota kelompok kelas, misalnya bagaimana guru berusaha untuk meningkatkan

sikap menerima dari pacta anggota kelas terhadap kehadiran siswa/anggota baru

yang selama ini mereka menolak.

23
d. Norma merupakan suatu pedoman tentang cara berpikir, cara berperilaku, dan rasa

yang diakui bersama oleh anggota kelompok. Hubungan interpersonal sangat

dipengaruhi oleh norma ini, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang

dapat diharapkan dari orang lain dan yang harus dilakukan terhadap orang lain.

Kelompok kelas yang efektif ditandai norma yang produktif. Dalam hal ini tugas guru

adalah membantu kelompok untuk mengembangkan, menerima dan

mempertahankan normanorma kelompok yang produktif. Metode disukai kelompok

yang produktif dapat mengubah norma-norma yang tidak produktif.

e. Komunikasi, merupakan dialog antar anggota kelompok baik melalui komunikasi

verbal maupun non verbal. Komunikasi memungkinkan terciptanya interaksi yang

bermakna di antara anggota kelompok dan memungkinkan terciptanya proses

kelompok. Komunikasi yang efektif ditandai dengan penafsiran secara benar dan

tepat proses yang disampaikan, dengan demikian tugas guru adalah mempunyai

arah ganda, artinya guru bertugas membuka seluruh komunikasi yang

memungkinkan siswa secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaannya, di

samping itu juga menarik pikiran dan perasaan yang mereka komunikasikan kepada

guru. Sebagai tambahan, guru perlu juga membantu siswa untuk mengembangkan

kemampuan khusus berkomunikasi, seperti membuat paraphase dan

mengemukakan balikan.

f. Keeratan berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dipunyai kelompok kelas, atau

merupakan jumlah keseluruhan dari rasa yang dipunyai oleh semua anggota

kelompok terhadap kelompok itu. Keeratan ini menekankan hubungan individu

terhadap kelompok secara keseluruhan, bukan terhadap individu-individu lain di

dalam kelompok, keeratan dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:

besar kecilnya minat terhadap tugas-tugas kelompok;

sejauh mana sikap sating menyukai terhadap sesama anggotanya; dan

24
sejauh mana kelompok memberikan prestasi tertentu kepada anggotanya.

Berdasarkan uraian di alas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas dengan pendekatan

proses kelompok adalah sebagai berikut.

Guru hendaknya mampu membentuk dan memelihara kelompok kelas maupun

kelompok keciI , yang efektif dan produktif.

Kelompok efektif dan produktif dapat terjadi apabila dalam kelompok tersebut

memiliki harapan, kepemimpinan, keterkaitan, suasanaliklim, baik fisik (tempat,

udara dan sebagainya) maupun non fisik (solidaritas, loyalitas, kepuasan,

keakraban), norma aturan dan komunikasi.

Guru tanggap dan mampu merubah kelompok yang tidak efektif dan tidak produktif.

5. Pendekatan Elektis (Electic approach)

Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalarn memilih

berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan elektis

memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam satu situasi pembelajaran.

Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan guru untuk berimprovisasi dalam

menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya terpaku pada penerapan salah

satu pendekatan dalam perbaikan tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya

hendaknya mampu menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua

atau tiga pendekatan.

Demikianlah telah Anda pelajari perihal pendekatan dalam pengelolaan kelas. Untuk lebih

memantapkan pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran tersebut, maka pelajarilah

rangkuman berikut ini, kerjakan tugas mandiri dan jawablah tes formatif.

4. RANGKUMAN

25
Ketepatan tindakan pengelolaan kelas di dasari oleh adanya pemahaman guru terhadap

berbagai pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan pengelolaan kelas yang digunakan

hendaknya mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan dengan hakekat

masalah yang dihadapi dan atau yang akan ditanggulangi.

Beberapa pendekatan yang bisa dijadikan alternatif dalam pengelolaan kelas yaitu:

1. Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan dan anjuran

Pendekatan ini cocok bagi penanggulangan masalah kelas yang bersifat insidental

kurang mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang. Dalam

penerapan pendekatan ini akan muncul bentuk-bentuk: penghukuman atau

pengancaman, penguasaan atau penekaran, pengalihan atau pemasabodohan. aleh

karena itu, dalam penerapan pendekatan ini guru perlu memperhitungkan dampak

psikologisnya siswa agar penggunaan pendekatan ini tetap memberikan manfaat

positif bagi siswa.

2. Pendekatan pengubahan tingkah laku

Pendekatan ini dimaksudkan untuk menghentikan atau mengurangi perilaku-perilaku

yang tidak dikehendaki serta dapat mereruskan atau meningkatkan perilaku-perilaku

yang dikehendaki.

3. Pendekatat iklim sosioemosional

Pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik

berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran. Implikasinya adalah bahwa siswa

bukan semata-mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran tertentu,

tetapi dipandang sebagai keseluruhan pribadi yang sedang berkembang.

4. Pendekatan proses kelompok

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa pengalaman belajar di sekolah

berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas. Dalam hal ini tugas

guru terutama membina dan memelihara kelompok yang efektif dan produktif.

5. Pendekatan Elektis

Pendekatan yang merupakan gabungan atau campuran dari beberapa pendekatan

26
yang terpilih sesuai dengan potensi atau manfaat dalam menghadapi suatu situasi

kelas.

5. TES FORMATIF 2

Berikut ini terdapat beberapa kemungkinan jawaban pada setiap soal.


Petunjuk: Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban yang benar.

1. Pendekatan otoriter dalam pengelolaan kelas dianggap sebagai upaya menegakkan


tatatertib kelas semata, sehingga dianggap bersifat ..
a. tidak manusiawi
b. toleran
c. modern
d. terlalu bebas

2. Pendekatan permisif lebih memusatkan perhatian pada usaha melaksanakan...


a. kegiatan pembelajaran
b. hasil belajar
c. kebebasan guru
d. kebebasan siswa

3. Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan den anjuran dalam pelaksanaannya


menggunakan tindakan berikut, kecuali...
a. Kekuasaan
b. Kebebasan
c. Ancaman
d. Penekanan

4. Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan dan anjuran memungkinkan


munculnva perilaku siswa yang....
a. Kekerasan
b. pura-pura patuh
c. patuh/taat
d. mencari kesalahan orang

5. Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan pada psikologi behavior yang


menganggap bahwa semua tingkah laku yang baik/buruk merupakan hasil dari....
a. Belajar
b. Pengalaman
c. Lingkungan
d. Interaksi

6. Tindakan penguatan positif yaitu memberikan stimulus positif berupa ganjaran atau pujian
terhadap perilaku yang....
a. aneh-aneh
b. diperbuat anak
c. tidak diharapkan
d. diharapkan

27
7. Berikut ini pendekatan yang beranggapan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik
berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran...
a. iklim sosioemosional
b. iklim belajar mengajar
c. interaksi pembelajaran
d. hubungan interpersonal

8. Tugas guru yang utama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara
kelompok yang efektif dan produktif, merupakan asumsi dari pendekatan proses....
a. Individual
b. Kerjasama
c. Kelompok
d. Efektifitas

9. Menurut Jhonson dan Bany bahwa ciri-ciri proses kelompok berkenaan dengan hal-hal
berikut, kecuali....
a. Keakraban
b. Kemandirian
c. Loyalitas
d. Kepuasan

10. Berikut ini pendekatan yang memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan
dalam menghadapi satu situasi....
a. Sistematis
b. Elektis
c. Efektif
d. korelasi

28
Kegiatan Belajar 3
PROSEDUR PENGELOLAAN KELAS

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan 3 ini, diharapkan dapat

menjelaskan prosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan dan dimensi penyembuhan.

B. Materi Pembelajaran

Materi pokok pembelajaran yang harus anda pelajari yaitu:

Prosedur Pengelolaan Kelas dimensi pencegahan (preventif) dan pengelolaan kelas dimensi

penyembuhan (kuratif).

C. Uraian Materi Pembelajaran

Pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukan kepada kegiatan-kegiatan

yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-

mengajar. Tindakan optimal yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan pengelolaan

kelas bukanlah tindakan yang imaginatif semata-mata akan tetapi memerlukan kegiatan

yang sistematik berdasarkan langkah-Iangkah bagaimana seharusnya kegiatan itu dilakukan.

Jadi prosedur pengelolaan kelas merupakan langkah-Iangkah bagaimana kegiatan

pengelolaan kelas dilakukan untuk terciptanya kondisi belajar yang optimal serta

rnempetahankan kondisi tersebut agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara

efektif dan efesien.

Langkah kegiatan pengelolaan kelas mengacu kepada tindakan pengcegahan (preventif)

dengan tujuan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yangmenguntungkan, dan

tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang

dapat mengganggu kondisi optimal dari proses belajar mengajar yang sedang berlangsung

29
melalui pengambilan tindakan pada saat terjadinya gangguan terhadap kondisi optimal

balajar mengajar (dimensi tindakan), dan pengambilan tindakan terhadap tingkah laku yang

menyimpang yang telah terlanjur agar penyimpangan tersebut tidak menjadi berlarut-Iarut

(tindakan kuratif).

Atas dasar tindakan dalam kegiatan pengelolaan kelas dapat dikelompokkan dalam dua

tindakan, yaitu:

Dimensi pencegahan (preventif) , merupakan tindakan dalam mengatur siswa dan

peralatan serta format belajar mengajar yang tepat sehingga menimbulkan kondisi

yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Prosedurnya

dalam hal ini berupa langkah-Iangkah yang harus direncanakan guru untuk

menciptakan suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun

jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan

perkembangan tuntutan dan kebutuhan siswa baik secara individual maupun

kelompok-kelompok dapat berupa kegiatan contoh-contoh ataupun berupa informasi.

Dimensi kuratif, merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah

terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-Iarut. Dalam hal ini guru

berusaha untuk menimbulkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat akhirnya

akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk rnemperbaiki diri sendiri

melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan dua tindakan dalam kegiatan pengelolaan kelas, maka prosedur

pengelolaan kelas yang dapat dilakukan berkaitan dengan kedua tindakan tersebut,

yaitu prosedur dimensi pencegahan/preventif dan prosedur dimensi kuratif.

Langkah-Iangkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan pencegahan adalah sebagai


berikut:

1. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

30
Sikap guru terhadap kegiatan profesinya akan banyak mempengaruhi terciptanya kondisi
belajar mengajar atau menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
belajar.
Oleh karena itu, langkah utama dan pertama yang strategis dan mendasar dalam kegiatan
pengelolaan kelas adalah "Peningkatan kesadaran diri" sebagai guru. Apabila seorang guru
sadar akan profesinya sebagai guru pada gilirannya akan meningkatkan rasa tanggung
jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang
demokratis tidak otoriter, menunjukan kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa.
Sikap demikian pada akhirnya akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon
yang positif dari siswa.

2. Peningkatan kesadaran siswa

Meningkatkan kesadaran diri sebagai guru tidak akan ada artinya tanpa diikuti meningkatnya
kesadaran siswa sebab apabila siswa tidak atau kurang memiliki kesadaran terhadap dirinya
tidak akan terjadi interaksi yang positif dengan guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Pada akhimya dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka belajar mengajar.
Kurangnya kesadaran siswa terhadap dirinya ditandai dengan sikap yang mudah marah,
mudah tersinggung, mudah kecewa, dan sikap tersebut akan memungkinkan siswa
melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji.
Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya sikap negatif tersebut guru harus
berupaya meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan sebagai berikut:

a. Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota
kelas.
b. Memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswa.
c. Menciptakan suasana adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.

3. Sikap Polos dan Tulus dari Guru

Guru dituntut untuk bersikap polos dan tulus, artinya guru dalam tindakan dan sikap
keseharian selalu "Apa adanya" tidak berpura-pura. Tindakan dan sikap demikian akan
merupakan rangsangan positif bagi siswa dan siswa akan memberikan respon atau reaksi
positif. Penciptaan suasana sosioemosional di dalam kelas akan banyak dipengaruhi oleh
polos tidaknya dan tulus tidaknya sikap guru yang pada gilirannya akan berpengaruh
penciptaan kondisi lingkungan yang optimal dalam rangka proses belajar mengajar.

4. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan

Langkah ini mengharuskan guru agar mampu:

a. Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat individual

atau kelompok. Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja dilakukan siswa hanya

sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya.

31
b. Mengenal berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai

dengan situasi atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya

apabila pilihan pertama mengalami kegagalan.

c. Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga

dirinya mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem pengelolaan.

5. Menciptakan "kontrak sosial"

Kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan "Standar tingkah laku" yang diharapkan dan

memberikan gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya untuk memenuhi tuntutan

dan kebutuhan sekolah. Dengan kata lain "Standar tingkah laku yang memadai dalam situasi

khusus".

Suatu persetujuan umum tentang bagaimana sesuatu dibuat, tindakan sehari-hari yang

bagaimana yang diperbolehkan. Standar tingkah laku ini tidak membatasi kebebasan siswa

akan tetapi merupakan tindakan pengarahan ke arah tingkah laku yang memadai atau yang

diharapkan dalam beberapa situasi.

Standar tingkah laku harus melalui "Kontrak sosial" dengan siswa. Dalam arti bahwa aturan

yang berkaitan dengan nilai atau norma yang turun dari atasan (guru/sekolah) tidak timbul

dari bawah akan mengakibatkan aturan tersebut kurang dihormati atau ditaati, sehingga

perumusannya perlu dibicarakan atau disetujui bersama oleh guru dan siswa.

Kebiasaan yang terjadi dewasa ini aturan-aturan sebagai "Standar tingkah laku" berasal dari

atas, siswa hanya menerima apa adanya dan tidak punya pilihan lain. Kondisi demikian akan

memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas karena siswa tidak

merasa membuat serta memiliki peraturan sekolah yang ada.

Kelima langkah tersebut digambarkan pada diagram sebagai berikut.

32
DIAGRAM PROSEDUR PENGELOLAAN DIMENSI PENCEGAHAN

Langkah-Iangkah pengelolaan dimensi penyembuhan (kuratif) meliputi hal-hal berikut:

a. mengidentifikasi masalah;

Pada langkah pertama ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui

masalah-masalah yang timbul dalam kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru harus

dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui siswa yang

melakukan penyimpangan tersebut.

b. b. menganalisa masalah;

Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa

33
penyimpangan tersebut dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada

penyimpangan itu. Setelah diketahui sumber penyimpangan guru kemudian

melanjutkan usahanya untuk menentukan alternatif-alternati penanggulangan atau

penyembuhan penyimpangan tersebut.

c. Menilai alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu

alternatif pemecahan

Pada langkah ketiga ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih alternatif

berdasarkan sejumlah alternatif pemecahan masalah yang telah disusun. Artinya

alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan tersebut.

d. Melaksanakan alternatif yang telah ditetapkan

Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya adalah

melaksanakan alternatif tersebut.

e. Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang

dimaksud.

Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk mendapatkan

data yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari alternatif

pemecahan yang dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan

atau bahkan terjadi perkembangan baru yang lebih baik, semua ini merupakan dasar

untuk melakukan perbaikan program. Apabila langkah prosedur pengelolaan

penyembuhan kuratif ini digambarkan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat

sebagai berikut:

DIAGRAM PROSEDUR PENGELOLAAN DIMENSI PENYEMBUHAN (KURATIF)

34
Demikianlah telah Anda pelajari perihal prosedur pengelolaan kelas. Untuk lebih

memantapkan pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran tersebut, maka bacalah

rangkuman berikut, kerjakan tugas mandiri dan jawablah tes formatif dan minimal 6 item tes

dapat dijawab dengan benar.

D. RANGKUMAN

Pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatan-kegiatan


yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
pembelajaran. Langkah kegiatan pengelolaan kelas mengacu kepada tindakan pencegahan
(preventif) dengan tujuan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar/pembelajaran yang
menguntungkan dan pengambilan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang
telah terlanjur agar penyimpangan tersebut tidak menjadi berlarut-Iarut (tindakan kuratif).
Atas dasar tersebut, maka terdapat dua macam tindakan dalam pengelolaan kelas yakni
dimensi pencegahan (preventif), dan tindakan kuratif.

1. Dimensi pencegahan (preventif), merupakan tindakan dalam mengatur siswa dan


peralatan serta format belajar mengajar yang tepat sehingga menimbulkan kondisi
yang menguntungkan bagi berlangsungnya belajar mengajar.

2. Dimensi penyembuhan (kuratif) merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang

yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-Iarut dan

35
mengembalikannya dalam kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya

proses belajar. Langkah-Iangkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan kelas

dimensi pencegahan (preventif) adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru.

b. Peningkatan kesadaran siswa.

c. Sikap poles dan tulus dari guru.

d. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan.

e. Menciptakan kontrak sosial.

Langkah-Iangkah pengelolaan dimensi penyembuhan (kuratif) adalah sebagai

berikut:

a. Mengidentifikasi masalah.

b. Menganalisa masalah.

c. Melaksanakan afternatif yang telah ditetapkan.

d. Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan

masalah

E. TES FORMATIF 3

Berikut ini terdapat beberapa kemungkinan jawaban pada setiap soal.


Petunjuk: Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban yang benar.

1. Suatu tindakan yang menunjukkan pada kegiatan yang menciptakan dan


mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinva proses pembelajaran, merupakan....
A. arti pengelolaan kelas
B. komponen pengelolaan kelas
C. fungsi pengelolaan kelas
D. bagian pengelolaan kelas

2. Merupakan langkah-Iangkah bagaimana kegiatan pengelolaan kelas dilaksanakan untuk


terciptanya kondisi pembelajaran yang optimal, adalah termasuk....
A. Pendekatan
B. Organisasi
C. Prosedur
D. Sasaran

36
3. Menciptakan kondisi belajar yang menguntungkan dan tindakan korektif terhadap tingkah
laku yang menyimpang, termasuk tindakan... .
A. Pengembangan
B. Perbaikan
C. Penyembuhan
D. Pencegahan

4. Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengelolaan kelas dimensi pencegahan
adalah....
A. peningkatan kesadaran siswa
B. peningkatan kesadaran diri sebagai guru
C. sikap tulus dari guru
D. menemukan alternatif

5. Langkah terakhir yang harus ditempuh dalam pengelolaan kelas dimensi pencegahan
adalah....
A. menciptakan kontrak sosial
B. menemukan alternatif
C. melaksanakan alternatif
D. sikap poles dari guru

6. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru sebagai
berikut, kecuali....
A. Demokratis
B. kepribadian yang stabil
C. otoriter
D. berwibawa

7. Kurangnya kemampuan kesadaran siswa terhadap dirinya dalam belajar ditandai dengan
sikap siswa sebagal berikut, kecuali... .
A. peduli
B. mudah marah
C. mudah tersinggung
D. kecewa

8. Dalam upaya pengelolaan kelas guru perlu memiliki sikap polos dan tulus artinya bahwa
guru dalam tindakan/sikap kesehariannya selalu....
A. berpura-pura semangat
B. bertindak tenggangrasa
C. apa adanya tidak berpura-pura
D. bersikap mawas diri

9. Langkah pertama yang harus ditempuh guru dalam pengelolaan kelas berdimensi
penyembuhan adalah....
A. mengidentifikasi masalah
B. memilih alternatif
C. menganalisa masalah
D. melaksanakan alternatif

10. Menyimpulkan latarbelakang dan sumber dari pada penyimpangan perilaku dalam
pengelolaan kelas, merupakan kegiatan pada langkah....
A. identifikasi masalah

37
B. memilih alternatif
C. analisa masalah
D. mendapat balikan

38
Kegiatan Belajar 4
RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN KELAS

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan 4 ini, diharapkan dapat

menjelaskan rancangan prosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan (preventif) dan

dimensi penyembuhan (kuratif).

B. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang akan anda pelajari adalah: Rancangan prosedur pengelolaan

kelas dimensi pencegahan dan dimensi penyembuhan.

C. Uraian Materi Pembelajaran

Berikut ini akan diuraikan materi pokok sebagaimana yang tercantum tersebut di atas.
Guru perlu mengetahui dan mengenal masalah pengelolaan kelas baik dimensi preventif
maupun kuratif serta menguasai prosedur pelaksanaannya. Hal ini merupakan dasar yang
diperlukan untuk menyusun rancangan prosedur lebih rinci pengelolaan kelas. Dengan kata
lain, penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas harus di landasi oleh prosedur
pengelolaan baik dimensi preventif maupun kuratif.

Penyusunan rancangan prosedur ini, berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang
langkah-Iangkah pengelolaan kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran
yang rasional guna menciptakan kondisi lingkungan yang memberi kemudahan bagi siswa
untuk melakukan kegiatan belajar.

Pengelolaan kelas merupakan langkah kegiatan yang dapat berdimensi preventif dan kuratif
sehingga perencanaan prosedur pengelolaan kelas ke arah dimensi preventif dan dimensi
kuratif yang kesemuanya bermuara atau menuju pada tujuan yang diharapkan, yaitu
terciptanya kondisi serta mempertahankan kondisi optimal yang mendukung terlaksananya
proses belajar mengajar. Untuk jelasnya rancangan prosedur pengelolaan kelas ini dapat
divisualisasikan melalui bagan berikut.

DIAGRAM DIMENSI PREVENTIF DAN KURATIF PENGELOLAAN KELAS

39
Dalam penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain:

1. Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat pengelolaan kelas.

2. Pemahaman terhadap hakikat siswa yang dihadapinya.

3. Pemahaman terhadap penyimpangan yang dihadapinya.

4. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam

pengelolaan kelas.

5. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur

pengelolaan kelas.

40
Kelima faktor di atas merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam penyusunan

rancangan prosedur pengelolaan kelas. Atas dasar faktor-faktor yang dikemukakan di atas

dapat divisualisasikan melalui diagram berikut.

DIAGRAM LANGKAH-LANGKAH RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN KELAS

Setelah rancangan prosedur pengelolaan kelas selesai dirumuskan, maka hal yang penting

berikutnya adalah proses pelaksanaan rancangan tersebut. Dalam pelaksanaan proses ini

faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan rancangan.

2. Sikap, tingkah laku dan kepribadian guru.

3. Kemampuan berinteraksi dengan siswa.

Jadi selama rancangan ini dilaksanakan, fungsi dan peranan guru sangat menentukan. Di

samping itu, guru harus melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana hasil

41
pemecahan masalah itu dilaksanakan dan ditaati ataukah telah terjadi perkembangan baru.

Hasil monitoring ini dijadikan dasar untuk mendapatkan umpan balik, yaitu untuk

menentukan langkah-Iangkah selanjutnya.

Demikianlah telah Anda pelajari perihal rancangan prosedur pengelolaan kelas. Untuk lebih

memantapkan pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran tersebut, maka bacalah

rangkuman berikut kerjakan tugas mandiri dan jawablah tes formatif dan minimal 6 item tes

dapat dijawab dengan benar.

D . RANGKUMAN

Penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas mengandung arti bahwa guru

menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-Iangkah pengelolaan kelas yang disusun

secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk tujuan menciptakan kondisi

lingkungan yang optimal bagi berlangsungnya kegiatan belajar siswa.

Pengelolaan kelas merupakan langkah kegiatan yang dapat berdimensi preventif dan kuratif

sehingga perencanaan prosedur pengelolaan kelas ke arah kedua dimensi tersebut yang

kesemuanya menuju pada tujuan yang diharapkan, yaitu terciptanya kondisi serta

mempertahankan kondisi optimal bagi berlangsungnya proses belajar

mengajar/pembelajaran.

Penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut:

1. Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat pengelolaan kelas.

2. Pemahaman terhadap hakikat siswa yang dihadapi.

3. Pemahaman tehadap penyimpangan yang dihadapi.

4. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam

pengelolaan kelas.

5. Kemampuan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur

pengefolaan kelas.

42
E. TES FORMATIF 4

Berikut ini terdapat beberapa kemungkinan jawaban pads setiap soal.


Petunjuk: Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban yang benar

1. Penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas yang berarti guru menentukan hat-
hat berikut, kecuali...
a. serangkaian kegiatan
b. langkah-Iangkah kegiatan
c. urusan kegiatan
d. tujuan kegiatan

2. Penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas harus disusun secara sebagai berikut,

kecuali....

a. Sistematis

b. Logis

c. Rasional

d. Sederhana

3. Mengembalikan kondisi belajar yang kacau menjadi kondisi belajar yang teratur sehingga

siswa dapat bel ajar dengan baik merupakan kegiatan pengelaolaan kelas berdimensi....

a. Efektif

b. Selektif

c. Kuratif

d. Preventif

4. Penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya sebagai berikut, kecuali...

a. hakikat pengelolaan kelas

b. hakikat siswa yang dihadapi

c. kegiatan yang direncanakan

d. pendekatan yang digunakan

43
5. Kemampuan berinteraksi dengan siswa merupakan salah satu lakier yang mempengaruhi

dalam proses....

a. pelaksanaan rancangan

b. penyusunanrancangan

c. penilaian rancangan

d. monitoring rancangan

6. Pelaksanaan rancangan pengelolaan kelas ditentukan juga oleh...

a. tanggungjawab siswa

b. keberanian siswa

c. peranan guru

d. penilaian guru

7. Hasil monitoring pelaksanaan pengelolaan kelas dapat dimanfaatkan untuk

mendapatkan....

a. peranan guru

b. umpan balik

c. peran serta siswa

d. manfaat pengelolaan

8. Umpan balik diperlukanuntuk menentukan....

a. penilaian dari siswa

b. langkah-Iangkah selanjutnya

c. kegiatan yang bermanfaat

d. sasaran yang diperlukan

9. PengeloJaan kelas berdimensi preventif dapat dilakukan secara…

a. individual dan kelompok

b. seluruh kelas

44
c. satu kelas

d. satu sekolah

10. Salah satu faktor penting dalam upaya pengelolaan kelas adalah dengan pemanfaatan....
a. tempat sebagai sarana
b. transfortasi ke sekolah
c. halaman untuk bermain
d. lingkungan sebagai sumber belajar

45
Kegiatan Belajar 5
PENGATURAN LINGKUNGAN FISIK KELAS

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan 5 ini Anda diharapkan dapat

mengatur lingkungan fisik kelas sedemikian rupa sehingga mendukung terhadap

berlangsungnya proses pembelajaran.

B. Materi Pembelajaran

Materi pokok yang harus Anda pelajari pada kegiatan 5 ini adalah tentang: Lingkungan fisik

kelas dan Pengaturan tempat duduk siswa.

C . Uraian Materi Pembelajaran

Berikut ini akan diuraikan meteri pembelajaran sebagaimana tercantum tersebut di atas.

Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah lingkungan. Sejak dulu pengaruh

lingkungan terhadap pendidikan telah disadari. Sistem pendidikan Sparta misalnya,

menyiapkan kehidupan anak-anak dengan mengirimkannya ke hutan yang bertujuan agar

anak belajar mempertahankan dirinya. Demikian yang dilakukan oleh Mede dan Temme dari

Siere Leone, yang benar-benar menjalankan sekolah udara terbuka di hutan. Pendidik besar

seperti Comenius. John Dewey, dan Tyler menggaris bawahi pentingnya lingkungan

terhadap pendidikan anak. Menurut Tyler proses belajar terjadi melalui pengalaman yang

diperoleh siswa dari lingkungan tempat siswa berada.

Sekalipun lingkungan itu mempunyai makna yang luas, tetapi dalam bab ini hanya akan

menguraikan lingkungan fisik sebagai salah satu dari sekian banyak masalah yang

berhubungan dengan penciptaan lingkungan yang baik, yang mendesain tempat duduk

46
siswa sehingga dapat menciptakan suasana kelasyang mampu mendorong siswa belajar

dengan baik.

1. Lingkungan Fisik Kelas

Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan
subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat menciptakan
kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini hendaknya mencerminkan kepribadian guru
dan perhalian serta penghargaan atas usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus
menerus memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi
sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Masalahnya bagaimana hal itu dilaksanakan?
Langkah-Iangkah praktis yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut

a) Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat. Harus ada bukti bahwa
keprihatinan guru tidak hanya terhadap kebersihan kelas akan tetapi juga untuk
kesehatan semua siswanya.

b) Kelas adalah tempat anak menghabiskan sebagian besar kegiatan, ahli


pendidikan seperti John Dewey merumuskan agar ruangan kelas itu sedapat
mungkin seluas rumah, sehingga siswa dapat berkembang semaksimal mungkin.

c) Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan
menyenangkan. Dinding kelas harus dibuat hidup dengan proses kerja yang
dilakukan oleh siswa, dan dengan koleksi benda-benda yang menarik dari daerah
sekitarnya. Guru harus selalu ingat bahwa setiap benda yang ada dalam kelas itu
menyampaikan pesan dan dapat menjadi butir fokal kegiatan belajar.

d) Guru membagi dan membuat tanggung jawab latar belakang fisik itu menjadi milik
siswa yang ada di kelas tersebut, dan tidak hanya milik guru. Siswa harus aktif
dalam membuat keputusan mengenai tata pameran, dekorasi dan sebagainya.

e) Banyak hal yang harus dipertimbangkan bila mengorganisasi lingkungan fisik


kelas. Penataan dan dekorasi harus terlihat oleh semua siswa, dan juga harus sering
diubah. Setiap gambar dan dekorasi harus mempunyai maksud tujuan tertentu. Oleh
karena itu gambar dan dekorasi harus diganti apabila tujuan telah tercapai.
Lingkungan fisik kelas harus menyampaikan pesan kepada siswa yang ada di dalam
kelas dan harus menyajikan fenomena yang dinamis.

f) Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan. Sebagai tambahan


pada semua hal tersebut di atas, peredaran udara dan cahaya yang memadai
sangat diperlukan. Bila sinar matahari masuk terlalu tajam pada papan tulis atau
wajah siswa, atau hila ada tetesan air pada musim hujan guru harus berusaha
sedapat mungkin supaya semuanya itu tidak mengganggu. Guru harus menyadari
adanya hubungan yang erat antara lingkungan fisik kelas, iklim emosional kelas dan
moral seluruh siswa.

B. Pengaturan Tempat Duduk Siswa

47
Pengaturan tempat duduk paling populer di kebanyakan kelas adalah siswa secara berderet
menghadap ke papan tulis dan guru. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut
tinggi pendeknya siswa. Yang tinggi duduk di belakang yang pendek di depan. Pada situasi
tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak jauh atau pendengarannya
kurang, atau jika banyak yang membuat gaduh, siswa tersebut duduk di deretan paling
depan tanpa menghiraukan tinggi badannya.

Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini tampaknya sangat baik untuk pengajaran formal.
Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk di belakang dan
yang terpendek di depan. Papan tulis terletak di muka semua siswa dan guru mengambil
posisi tidak jauh dari papan tulis. Dengan demikian papan tersebut mudah dicapai guru dan
dapat dilihat oleh semua siswa. Jenis pengaturan tempat duduk seperti ini juga
memudahkan bergerak antara deretan dan pengumpulan serta pembagian buku dan bahan
lain.
Bila digambarkan maka tipe pengaturan tempat duduk tradisional seperti tersebut di atas
seperti yang dikemukakan Noorhadi 1985:45 adalah sebagai berikut:

Gambar 1
Pengaturan Tempat Duduk pada Umumnya

Jenis pengaturan tempat duduk seperti dijelaskan di atas kadang-kadang mengurangi


kemampuan belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempuryai otoritas mutlak dan
memberikan pengaruh langsung yang besar kepada siswa akhirnya siswa menjadi terlalu
tergantung. Tidak ada kelompok kerja yang dapat dilakukan. Komunikasi antara siswa
sangat terbatas.

Tipe atau pola pengaturan tempat duduk yang kedua adalah: Pola pengaturan tempat duduk
yang berkelompok. Pola ini mengatur tempat duduk secara berkelompok. Siswa dapat
berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan dapat berpindah dari satu kelompok ke
kelompok lainnya secara tak terbatas. Pola ini lebih mudah bagi siswa untuk bekerja sama
dan menolong satu sama lain sebagai teman sebaya.

Kepemimpinan dan kerja sama merupakan dua unsur yang penting dari hubungan kelas,
sebagai akibat dari pola tempat duduk ini. Bila anak perlu mengerjakan tugas kelompok atau
memecahkan masalah secara bersama-sama, guru diserahkan memakai pola susunan
tempat duduk berkelompok. Tempat duduk dengan pola berkelompok ini adalah sebagai
berikut:

48
Gambar 2
Tempat Duduk dengan Pola Berkelompok

Pada pola ini guru sebaiknya membatasi besarnya tiap kelompok agar tidak lebih dari enam
anak. Pembatasan ini dapat mencegah adanya siswa yang bersembunyi di belakang teman-
teman lainnya dan tidak berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelompok. Kadang-kadang
guru harus memutuskan sendiri susunan kelompok siapa-siapa yang menjadi anggotanya
tetapi pada saat lain siswa juga perlu diberi kesempatan memutuskan sendiri menjadi
anggota kelompok yang sesuai dengan pilihannya.

Setiap kelompok harus ada pemimpinnya, namun sebaiknya kepemimpinan dilakukan


secara bergilir, sehingga setiap siswa sekurang-kurangnya memperoleh kesempatan untuk
memimpin.

Dalam situasi ini, otoritas guru berperan dalam posisi terdesentralisasi. Dia hanya memberi
bimbingan kepada siswa.
Pola pengaturan tempat duduk yang ketiga adalah pola pengaturan tempat duduk formasi
tapal kuda. Pada pola ini; posisi guru berada di tengah-tengah siswanya. Pola semacam ini
dapat dipakai jika pelajaran banyak diterapkan diskusi antara siswa dengan guru seperti ini
menggaris bawahi otoritas guru dan sekaligus juga memisahkan guru dari kelompok. Namun
kelompok tetap dalam pengawasan guru bagaikan sinar yang memanear ke setiap anggota
kelompok yang duduk dalam formasi ini.

Hal ini juga memudahkan waktu pengaturan berkonsultasi dan berkomunikasi. Demikian
pula banyak membuang waktu jika pengaturan seperti ini diubah menjadi pola berkelompok.
Atau formasi kelompok keeil. Begitu juga sebaliknya, lebih-Iebih bila kelompok itu harus
berkumpul untuk menyajikan laporan kelompoknya.

Gambar 3
Pengaturan Tempat Duduk dengan Formasi Tapal Kuda

49
Pola pengaturan keempat adalah pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi.
Pengaturan semacam ini juga baik untuk mangajar yang disajikan dengan diskusi. Bentuk
formasinya bisa bulat atau bisa persegi. Berbeda dengan pola tapal kuda, otoritas guru
sama sekali tidak terpusat dan kepemimpinan formal tidak berperan sama sekali.
Hakikatnya, dalam pengaturan seperti ini biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada
yang harus direkam atau didengarkan maka bentuk ini adalah yang paling baik.
Seandainya ada satu obyek yang harus diragakan atau dalam pengajaran olahraga, seni tari
pada saat guru memberi contoh gerakan-gerakan yang diajarkan, maka guru berada di
tengah-tengah, sehingga mudah dilihat dan diberi komentar oleh samua siswa.
Selama kegiatan kelas tertentu, baik sekali untuk tidak membatasi siswa dengan tipe
pengaturan tempat duduk yang khusus. Siswa diperbolehkan dengan siswa siapa saja yang
ia pilih dimanapun untuk belajar dengan baik. Di sini perlu ditekankan bahwa guru harus
dapat melihat apa yang terjadi di berbagai lokasi tempat duduk berada.
Pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi dapat digambarkan seperti berikut
ini.

Gambar. 4
Pola Pengaturan Tempat Duduk Meja Bundar dan Persegi.

50
Demikianlah telah Anda pelajari perihal pengaturan lingkungan fisik kelas. Untuk lebih
memantapkan pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran tersebut, maka bacalah
rangkuman berikut, kerjakan tugas mandiri dan jawablah tes formatif dan minimal 6 item tes
dapat dijawab dengan benar.

D. RANGKUMAN

Salah satu faktor yang panting dalam proses pembelajaran adalah lingkungan. Yang
dimaksud lingkungan di sini adalah lingkungan fisik kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik
kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga mendukung terhadap berlangsungnya proses
pembelajaran siswa.
Langkah praktis yang harus ditempuh dalam pengaturan lingkungan fisik kelas ini, meliputi
hal-hal berikut:

1. Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat.

2. Kelas adalah tempat anak menghabiskan sebagian besar kegiatan belajar

mengajar.

3. Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan

menyenangkan.

4. Guru harus membagi dan membuat tanggungjawab latar belakang fisik itu menjadi

milik siswa yang ada di kelas tidak hanya milik guru.

5. Banyak hal yang harus dipertimbangkan mengorganisasi lingkungan fisik kelas.

51
6. Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan, sirkulasi udara dan

cahaya harus memadai.

Selain pengaturan lingkungan fisik kelas dan juga perlu diperhatikan pengaturan tempat
duduk siswa hal ini tidak kalah pentingnya dalam rangka kegiatan pengelolaan kelas.
Pengaturan tempat duduk siswa dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain
berderet menghadap ke papan tulis, pola susun tempat duduk berkelompok, para
pengaturan tempat duduk formasi tapal kuda dan yang terakhir adalah pola pengaturan
tempat duduk meja bundar dan persegi.
Penggunaan pola pengaturan tempat duduk siswa tersebut tergantung pada kemampuan
guru dan siswa sesuai dengan jenis kegiatan belajar yang akan dilakukan.

E. TES FORMATIF 5

Berikut ini terdapat beberapa kemungkinan jawaban pada setiap soal.


Petunjuk: Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban yang benar.

1. Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat menciptakan kontribusi iklim kelas yang....
a. Sehat c. Adil
b. Tentram d. Kuat

2. Lingkungan fisik kelas harus....


a. baik dan benar
b. bersih dan sehat
c. luas dan lapang
d. segar dan nyaman

3. John Dewey menyarankan agar ruangan kelas sedapat mungkin seluas rumah, sehingga
siswa dapat....
a. bebas bermain
b. beraktifitas sesuai dengan selera
c. berkomunikasi dengan semua siswa
d. berkembang semaksimal mungkin

4. Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang....


a. bagus dan bersih
b. dirancang dan menarik
c. terang dan nyaman
d. indah dan menyenangkan

5. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mengorganisasi lingkungan fisik kelas di
antaranya tentang....
a. iklim kelas
b. gambar dan hiasan
c. penataan. dan dekorasi
d. tata tertib dan aturan

52
6. Lingkungan fisik kelas selain harus mengandung unsur kesehatan juga sangat diperlukan
yang cukup memadai adalah adanya....
a. peredaran udara dan cahaya
b. jumlah siswa dalam kelas
c. bangku dan meja
d. lemari dan rak buku

7. Pengaturan tempt duduk yang populer dikembangkan di kelas adalah siswa secara
berderet menghadap ke....
a. bapak ibu guru
b. teman sekelas
c. samping kiri dan kanan
d. Papan tulis

8. Tipe pengaturan tempat duduk berderet ke depan sangat baik untuk pelaksanaan
pembelajaran yang bersifat... .
a. Informal
b. Formal
c. non formal
d. relaks

9. Pengaturan tempat duduk yang memungkinkan mudah bagi siswa untuk berkomunikasi
dan bekerjasama adalah pola....
a. Kerjasama
b. Klasikal
c. Individual
d. Kelompok

10.Pola pengaturan tempat duduk yang lain adalah dapat berbentuk....


a. formasi ke samping
b. formasi tapal kuda
c. lurus ke depan
d. lurus horizontal

53
Kegiatan Belajar 6
DISIPLIN KELAS

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan ke 6 ini, diharapkan dapat

menjelaskan pengertian disiplin kelas, teknik-teknik dan upaya menegakkan disiplin, cara

membina self dicipline.

B. Materi Pembelajaran

Materi pokok yang harus anda pelajari pada kegiatan ke 6 ini adalah: Pengertian disiplin

kelas, teknlk-teknik dan upaya menegakkan disiplin, cara membina self dicipline.

C. Uraian Materi Pembelajaran

Berikut ini akan diuraikan materi pembelajaran sebagaimana tercantum tersebut di atas.

1. Pengertian Disiplin Kelas

Perkataan disiplin berasal dari bahasa Yunani "Disciplus" yang artinya murid atau pengikut

seorang guru. Seorang murid atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas

gururya. Karena itu disiplin berarti kesediaan untuk mematuhi ketertiban agar murid dapat

belajar. Adapun menurut kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah

disiplin mengandung pengertian sebagai berikut:

- Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu

mentaati lata tertib di sekolah.

- Ketaatan pada aturan dan lata tertib.

Berdasarkan pengertian tersebut di alas maka dapatlah penulis katakan bahwa disiplin
adalah rasa tanggung jawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial untuk
mematuhi segala aturan dan lata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik. Dan
juga disiplin bukan hanya suatu aspek tingkah laku siswa di dalam kelas/sekolah saja,

54
melainkan juga di dalam kehidupannya di masyarakat sehari-hari. Dengan demikian anak
yang tidak mengenal disiplin akan cenderung menjadi anak nakal/pembangkang, oleh
karena itu pembentukan disiplin adalah sejalan dengan pendidikan watak. Dengan disiplin
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur atau mengontrol perilaku anak untuk mencapai
tujuan pendidikan karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang dan sebaliknya
harus dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat sekarang bukan sekedar menjadikan anak
agar patuh dan taat pada aturan tata tertib tanpa alasan mau menerima begitu saja,
melainkan sebagai upaya mendisiplinkan diri sendiri (self discipline) atau self control, artinya
ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena paksaan dari orang lain atau
guru melainkan karena kesadaran dari dirinya. Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah,
bukanlah paksaan, bukanlah ketaatan kepada otoritas gurunya untuk menuruti aturan.
Disiplin adalah suatu sikap batin bukan kepatuhan otomatis untuk melaksanakan yang baik.
Seperti di atas bahwa disiplin merupakan rasa tanggung jawab siswa berdasarkan
kematangan sosial untuk mentaati aturan/tata tertib. Dahulu memang dianggap disiplin
dalam kelas itu baik, bila siswa diam berjam-jam lamanya di bawah pengawasan guru yang
bersikap keras. Sekarang ini tidak lagi dlinginkan disiplin demikian, karena siswa pun
bertanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang baik,
tidak tegang, ada kebebasan tetapi ada pula kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib
sekolah.

2. Pendekatan yang Digunakan

a) Pemberian Bimbingan

Guru hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbuat dan

menumbuhkan gagasan baru/ide-ide baru secara wajar sesuai tingkat kelasnya.

Dalam hubungan ini siswa perlu diberi bimbingan dan penyuluhan untuk memahami

dan mengenali diri sendiri. Untuk itu diperlukan pendekatan dengan siswa dalam

situasi yang wajar sehingga memungkinkan mereka mengembangkan pola-pola

tingkah laku yang baik ke arah pembinaan diri sendiri.

b) Evaluasi Pada Diri Pribadi

Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi

tingkah lakunya berdasarkan peraturan tata tertib yang telah ditetapkan. Dengan

demikian dapat terwujud disiplin yang baik dalam kelas yang diidamkan. Disiplin

kelas yang baik dimaksudkan untuk pengendalian dan pengarahan segala perasaan

dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk mewujudkan dan memelihara suatu

suasana mengajar belajar yang efektif.

55
3. Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas

a) Teknik Keteladanan Guru

Guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan perilaku yang baik kepada

siswanya

b) Teknik Bimbingan Guru

Guru herdaknya senantiasa memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk

meningkatkan kedisiplinan para siswanya c) Teknik Pengawasan Bersama

Disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, guru

dan siswa menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.

Dalam mewujudkan tujuan bersama beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam

pembinaan disiplin kelas sebagai berikut:

(1) Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.

(2) Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.

(3) Membina organisasi kelas secara demokratis.

(4) Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri/mandiri dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya.

(5) Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.

(6) Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan.

4. Upaya Menegakkan Disiplin

Upaya untuk menegakkan disiplin di dalam kelas dapat dilakukan dengan melalui berbagai

pihak yang terkait, misalnya dari pihak guru siswa dan orang tua. Yang jelas bahwa semua

pihak tersebut harus ada kerjasama yang baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab

untuk menciptakan disiplin bagi para siswa.

Upaya yang dapat dilakukan oleh mas1ng-masing fihak adalah sebagai berikut.

1. Pihak Guru

56
Disiplin banyak bergantung kepada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai

kewibawaan sehingga disegani oleh siswanya. la tidak akan mengalami kesulitan

dalam menciptakan suasana disiplin di dalam kelasnya tanpa menggunakan

tindakan atau hukuman yang ketal.

Ada pula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa

sehingga tidak disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan

yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakannya tidak dihiraukan siswanya.

Sehinggga dengan demikian peranan guru amat menentukan dalam menegakkan

disiplin di dalam kelas. Karena guru merupakan panutan atau suri tauladan bagi para

siswanya. Tanpa adanya keteladanan dari guru, maka jangan diharapkan terwujud

adanya kedisiplinan di kalangan siswanya.

Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru antara lain:

a. Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa patuh

terhadap segala sesuatu yang diperintahkan. Karena sikap guru yang otoriter

suasana kelas menjadi tegang dan sering diliputi olen rasa takut.

b. Guru harus percaya diri, bahwa dirinya mampu menegakkan disiplin bagi dirinya

dan siswanya.

Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya kepada siswa. Apabila pada siswa

perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.

c. Guru jangan menaruh dendam terhadap siswa, siswa jangan sampai merasakan

bahwa dia dibenci oleh gurunya sampai merasakan bahwa dia dibenci oleh gurunya

karena pernah melakukan kesalahan.

d. Guru jangan memberikan janji-janji yang tak mungkin dapat ditepati demikian pula

jangan memaksa siswa berjanji untuk memperbaiki perilakunya. Karena mengubah

57
perilaku tidak mudah memerlukan waktu dan bimbingan.

e. Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan sampai

terlampau bersahabat erat, sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya,

akibatnya siswa menganggapnya sebagai teman, maka hilanglah kewibawaannya.

f. Guru hendaknya jangan mengancam siswa, bila siswa melanggar disiplin, karena

ancaman hanya akan memaksa siswa berbuat baik karena rasa takut bukan

berdasarkan kesadaran. Yang penting di sini adalah menumbuhkan kesadaran pada

diri siswa agar ia mau mentaati aturan bukan karena rasa takut.

2. Pihak Siswa

Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah

pentingnya, karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek

dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab

untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya.

Kesadaran siswa dalam mentaati aturan/tata tertib sangat diperlukan sekolah, sebab

tanpa adanya kesadaran dari siswa itu sendiri, upaya apapun yang dilakukan tak

akan menghasilkan apa-apa.

Untuk itu ada beberapa ha yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan

disiplin dalam kelas, antara lain:

a. Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta

menciptakan suasana disiplin di dalam kelas.

b. Siswa hendaknya memiliki kesadaran untuk mentaati aturan/tata tertib sekolah,

bukan karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.

58
c. Siswa jangan. merasa diawasi oleh guru dalam melaksanakan disiplin, sebab

apabila demikian maka apabila guru tidak mengawasinya, ia akan berbuat

seenaknya.

d. Siswa hendaknya bertindak sebagai pengawas/pengontrol dirinya sendiri, tanpa

harus diawasi oleh orang lain.

e. Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus benjanji pada

dirinya sendiri untuk tidak mengulanginya.

3. Pihak Orang Tua

Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin khususnya bagi putra/putrinya

setidaknya turut membantu, oleh karena orang tualah yang sebenamya banyak

waktu untuk mengawasi putraputrinya ketika ia berada di rumah.

Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka

turut menegakkan disiplin, antara lain:

a. Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus

dilaksanakan putra-putrinya ketika ia berada di sekolah.

b. Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra-putrinya dengan

cara turut serta mengawasinya.

c. Orang tua hendaknya menegur putra-putrinya apabila ia melanggar terhadap tata

tertib/aturan sekolah.

5. Membina Self-discipline

Tujuan pendidikan adalah membimbing anak ke arah kedewasaan, yaitu kematangan sosial,

emosianal, intelektual dan moril, sehingga dapat berdiri sendiri. Kedewasaan berarti

bertanggung jawab atas perbuatan sendiri dan tanggung jawab hanya tercapai bila sejak

kecil anak diberi kebebasan sesuai dangan usia, perkembangan dan kesanggupannya.

59
Dalam pembentukan pribadi yang dewasa ini, bentuk disiplin yang dijalankan terhadapnya,

memegang peranan penting, anak yang terlampau diatur hidupnya dengan disiplin yang

ketal, cenderung untuk tidak sanggup menggunakan kebebasannya, bila ia kelak

pemperolehnya. Itu sebabnya, maka sejauh mungkin anak itu dididik ke arah self discipline.

Self-discipline bukan berarti memberikan kebebasan penuh. Self discipline berarti,

keinsyafan dan kerelaan sendiri mematuhi peraturan dan norma-norma yang diakuinya. Hal

itu baik dan perlu, sekalipun tidak ada orang lain yang mengawasinya.

Jenis disiplin yang diberikan kepada anak banyak bergantung kepada pribadi si pendidik.

Pendidik yang otokratis, yang menjaga ketertiban dengan tangan besi, tidak memberi

kesempatan kepada anak-anak untuk mengatur diri sendiri. Guru serupa ini akan menindak

setiap pelanggaran dengan hukuman dan ancaman, sehingga menimbulkan rasa takut. Self

discipline hanya terdapat di dalam kelas di mana gurunya dikatakan demokratis. Kelas yang

demokratis juga tertib sesuai dengan kegiatan yang dilkakukan oleh anak-anak. Ketertiban

tercapai bukan dengan kekerasan atau paksaan dari pihak guru, melainkan karena anak-

anak patuh akan peraturan. Ketertiban itu akan tetap mereka pelihara sekalipun tidak ada

guru di dalam kelas yang mengawasi mereka.

Apabila anak-anak itu telah sanggup disiplin diri sendiri, maka dengan demikian mereka

telah melangkah menuju kearah kedewasaan.

Demikianlah telah Anda pelajari perihal disiplin kelas. Untuk lebih memantapkan

pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran tersebut, maka bacalah rangkuman berikut,

kerjakan tugas mandiri dan jawablah tes formatif dan minimal 6 item tes dapat dijawab

dengan benar.

D. RANGKUMAN

Tanpa disiplin, tujuan pendidikan dan pengajaran tidak akan tercapai. Itu sebabnya setiap
guru yang baik harus mampu menciptakan disiplin yang baik di dalam kelasnya.

60
Disiplin berasal dari kata “disciplus" dalam bahasa Yunani yang artinya "pengikut seorang
guru". Orang yang berdisiplin tunduk kepada peraturan. Dengan disiplin dimaksud usaha
untuk mengatur dan mengontrol kelakuan guna mencapai tujuan pendidikan.

Menurut konsepsi yang lama disiplin merupakan pengaturan dari luar dengan sering
menggunakan paksaan dan kekerasan. Konsepsi modern lebih menuju kearah self-discipline.

Gangguan terhadap disiplin dapat disebabkan oleh guru, yakni pribadi guru dan
kekurangannya dalam kesanggupan mengajar dan keterampilan sosial. Pelanggaran
terhadap disiplin dapat pula disebabkan oleh anak, yakni oleh interaksi di antara anak-anak
dan oleh gangguan dalam pribadi anak sendiri.

Guru yang berpribadi mempunyai kewibawaan. la disegani anak-anak, bukan karena rasa
takut, melainkan karena guru itu mewujudkan norma-norma tertentu pada dirinya.

Kebanyakan pelanggaran disiplin dapat diatasi. Dalam hal ini kepribadian guru,
kesanggupan mengajar, penyelenggaraan kegiatan rutin dalam kelas serta perbaikan
keadaan dalam kelas memegang peranan yang penting.

Namun demikian bagaimanapun baiknya guru, selalu akan terdapat pelanggaran terhadap
ketertiban di dalam kelas. Oleh sebab itu guru perlu menggunakan hukuman untuk
memulihkan disiplin. Hukuman hendaknya diberikan dengan hati-hati, agar jangan
menimbulkan akibat-akibat yang negatif.

Tiap kelas mempunyai suasana atau iklim tersendiri. Guru dapat mengusahakan iklim yang
sehat di dalam kelasnya. Kelas yang bersuasana sehat juga mempunyai disiplin yang sehat.

Dalam negara kita yang ber-Pancasila, kita hendaknya mendidik anak-anak ke arah self-
discipline, sehingga mereka dapat mematuhi peraturan alas keyakinan akan perlu dan
baiknya peraturan-peraturan itu.

Disiplin adalah rasa tanggungjawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial
untuk mematuhi segala aturan dan lata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam membina disiplin dalam kelas dapat dilakukan
dengan cara memberikan bimbingan dari guru kepada murid dan dalam hal ini murid perlu
diberi bimbingan dan penyuluhan untuk mematuhi dan mengenali diri sendiri.

Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam membina disiplin kelas antara lain: Teknik
keteladanan guru, teknik bimbingan guru dan teknik pengawasan bersama.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menegakkan disiplin antara lain dilakukan baik dari pihak
guru, pihak siswa, dan dari pihak orang tua.

Self dicipline bukan berarti memberikan kebebasan penuh. Self dicipline berarti keinsyafan
dan kerelaan sendiri mematuhi peraturan dan norma-norma yang diakuinya. Hal ini baik
sekali dan perlu, sekalipun tidak ada orang lain yang mengawasinya.

E. TES FORMATIF 6

Petunjuk: Berikut ini terdapat beberapa kemungkinan jawaban pada setiap soal. Pilihlah
salah satu kemungkinan jawaban yang benar.

61
1. Perkataan disiplin berasal dari bahasa Yunani yaitu....
a. Diciplus
b. Disiplin
c. Dicipline
d. Diceplinus

2. Arti kata disiplin adalah....


a. murid patuh
b. murid/pengikut guru
c. murid taat pada aturan
d. sesuai perintah

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat dan menumbuhkan gagasan baru
adalah cara pendekatan....
a. Mengontrol diri
b. mengarahkan siswa
c. membiarkan siswa
d. pemberian bimbingan

4. Siswa mengevaluasi diri sesuai dengan tata tertib yang diterapkan di sekolah merupakan
pendekatan dengan cara....
a. evaluasi tata tertib
b. evaluasi sekolah
c. evaluasi pada diri sendiri
d. guru mengevaluasi siswa

5. Memberi contoh teladan sikap dan perilaku yang baik kepada siswa merupakan teknik
membina disiplin kelas dengan cara....
a. sikap yang baik
b. keteladanan guru
c. teladan yang baik
d. contoh yang baik

6. Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa merupakan teknik


membina disiplin kelas dengan cara....
a. teknik bersama
b. teknik pengawasan bersama
c. kerjasama dengan siswa
d. memberi kesempatan kepada siswa

7. Jangan memberi janji-janji yang tak mungkin ditepati, adatah upaya menegakkan disiplin
dari pihak....
a. siswa-siswa
b. siswa dan guru
c. guru
d. guru dan aturan

8. Upaya menegakkan disiplin kelas hendaknya disertai kesadaran dari siswa antara lain
sebagai berikut, kecuali....
a. memiliki rasa tanggungjawab
b. kesadaran mentaati

62
c. mengontrol diri sendiri
d. meminta diperhatikan oleh guru

9. Self dicipline berarti kesadaran dan kerelaan sendiri untuk mematuhi peraturan dan
norma-norma yang....
a. Ditakutinya
b. Diakuinya
c. Di paksakan
d. Diawasinya

10. Self dicipline akan terwujud atau terbentuk pada diri siswa bilamana suasana kelas lebih
bersifat....
a. Otoriter
b. Demokratis
c. Membiarkan
d. acuh tak acuh

63

You might also like