You are on page 1of 23

DISUSUN OLEH:

Dzul Ikram

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 PAREPARE


TAHUN AJARAN 2007/ 2008

KATA PENGANTAR

1
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkah, rahmat, dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana
yang kita harapkan. Tak lupa kita kirimkan shalawat dan salam ats junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua menuju kepada
kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya.

Dengan begitu banyaknya Kerajaan-Kerajaan Islam yang berkembang di


Indonesia pada masa lampau sehingga meninggalkan banyak peninggalan
kebudayaan yang membuat kita tertarik untuk mengulas kembali sejarah tentang
kerajaan tersebut. Kebetulan saya ditunjuk untuk membuat makalah tentang
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia dan membahas tentang perkembangannya
di berbagai bidang.

Kemudian dengan selesainya makalah ini, saya menghaturkan rasa terima


kasih kepada Ibu guru yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah
ini. Khususnya kepada guru mata pelajaran Sejarah. Semoga malakah yang telah
saya susun ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca dan pelajar
yang sedang menuntut ilmu.

Parepare, 27 Oktober 2007

DZUL IKRAM

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul------------------------------------------------------------------------------ 1
Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------------- 2
Daftar Isi-------------------------------------------------------------------------------------- 3
Bab I Kerajaan Samudera Pasai------------------------------------------------------------ 5
A. Awal Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai------------------------------
5
B. Aspek Kehidupan Politik--------------------------------------------------------
5
C. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial----------------------------------------
6
D. Kemunduran Kerajaan Samudera Pasai----------------------------------------
7
Bab II Kerajaan Aceh----------------------------------------------------------------------- 8
A. Awal Perkembangan Kerajaan Aceh------------------------------------------
8
B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan---------------------------------
8
C. Aspek Kehidupan Kebudayaan-------------------------------------------------
8
D. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial----------------------------------------
9
E. Kemunduran Kerajaan Aceh----------------------------------------------------
9
Bab III Kerajaan Demak-------------------------------------------------------------------- 10
A. Awal Perkembangan Kerajaan Demak---------------------------------------
10
B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan---------------------------------
10
C. Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya-----------------------------------------
11
D. Aspek Kehidupan Ekonomi---------------------------------------------------
11
E. Keruntuhan Kerajaan Demak-------------------------------------------------
11

3
Bab IV Kerajaan Banten------------------------------------------------------------------- 12
A. Awal Perkembangan Kerajaan Banten---------------------------------------
12
B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan--------------------------------
12
C. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial---------------------------------------
13
D. Kemunduran Kerajaan Banten-----------------------------------------------
13
Bab V Kerajaan Mataram Islam----------------------------------------------------------- 14
A. Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam------------------------------
14
B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan---------------------------------
14
C. Aspek Kehidupan Sosial--------------------------------------------------------
15
D. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan--------------------------------
15
E. Kemunduran Kerajaan Mataram Islam--------------------------------------
15
Bab VI Kerajaan Makassar------------------------------------------------------------------ 16
A. Awal Perkembangan Kerajaan Makassar------------------------------------
16
B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan---------------------------------
16
C. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan----------------------
17
D. Kemunduran Kerajaan Makassar----------------------------------------------
17
Bab VII Kerajaan Ternate------------------------------------------------------------------ 18
A. Awal Perkembangan Kerajaan Ternate---------------------------------------
18
B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan---------------------------------
18

4
C. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan----------------------
18
D. Kemunduran Kerajaan Ternate-----------------------------------------------
19
Bab VIII Kerajaan Tidore----------------------------------------------------------------- 20
A. Awal Perkembangan Kerajaan Tidore--------------------------------------
20
B. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan---------------------------------
20
C. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial -------------------------------------
20
D. Keruntuhan Kerajaan Tidore-------------------------------------------------
21
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------------- 22

5
BAB I
KERAJAAN SAMUDERA PASAI

A. Awal Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai
Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu samudera (agak
jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah
masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Sile yang masuk Islam berkat
pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu
kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh.
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam, Samudera Pasai berkembang pesat
menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari
India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak
berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke
daerah pedalaman meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana,
Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi,
Tukas, Pekan, dan Pasai.

B. Aspek Kehidupan Politik


Ada beberapa raja yang pernah memerintah Samudera Pasai, antara lain:
1) Sultan Malik al Saleh ( 1290 - 1297)
2) Muhammad Malik az Zahir ( 1297 – 1326 )
3) Mahmud Malik az Zahir ( 1326 – 1345)
4) Mansur Malik az Zahir ( …. – 1346 )
5) Ahmad Malik az Zahir ( 1346 – 1383 )
6) Zain al Abidin Malik az Zahir ( 1383 – 1405 )
7) Nahrasiyah ( 1405 – 1412 )
8) Sallah ad Din ( 1412 - … )
9) Abu Zaid Malik az Zahir ( … - 1455 )
10) Mahmud Malik az Zahir ( 1455 – 1477 )
11) Zain al Abidin ( 1477 – 1500 )
12) Abdullah Malik az Zahir ( 1501 – 1513 )
13) Zain al Abidin ( 1513 – 1524 )
Kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Samudera Pasai dapat dilihat
pada masa pemerintahan raja-raja berikut ini:
1. Sultan Malik al Saleh
Sultan Malik al Saleh merupakan raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Beliau berhasil menyatukan dua kota
besar di Kerajaan Samudera Pasai, yakni kota Samudera dan kota Pasai

6
dan menjadikan masyarakatnya sebagai umat Islam. Setelah beliau mangkat pada
tahun 1297, jabatan beliau diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Lalu
takhta kerajaan dilanjutkan lagi oleh kedua cucunya yang bernama Malik al
Mahmud dan Malik al Mansur.
2. Malik al Mahmud dan Malik al Mansur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur pernah memindahkan ibu kota kerajaan ke Lhok Seumawe dengan
dibantu oleh kedua perdana menterinya.
3. Sultan Ahmad Perumadal Perumal
Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Perumadal Perumal inilah,
Kerajaan Samudera Pasai pertama kalinya menjalin hubungan dengan Kerajaan /
Kesultanan lain, yakni Kesultanan Delhi (India).

C. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial


Kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Samudera Pasai dititikberatkan
pada kegiatan perdagangan, pelayaran dan penyebaran agama. Hal ini
dikarenakan, banyaknya pedagang asing yang sering singgah bahkan menetap di
daerah Samudera Pasai, yakni Pelabuhan Malaka. Mereka yang datang dari
berbagai negara seperti Persia, Arab, dan Gujarat kemudian bergaul dengan
penduduk setempat dan menyebarkan agama serta kebudayaannya masing-
masing. Dengan demikian, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Samudera
Pasai bertambah maju, begitupun di bidang perdagangan, pelayaran dan
keagamannya.
Keberadaan agama Islam di Samdera Pasai sangat dipengaruhi oleh
perkembangan di Timur Tengah. Hal itu terbukti pada saat perubahan aliran
Syi’ah menjadi Syafi’i di Samudera Pasai. Perubahan aliran tersebut ternyata
mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu, di Mesir sedang terjadi pergantian
kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syi’ah kepada Dinasti Mameluk
yang beraliran Syafi’i.
Aliran Syafi’i dalam perkembangannya di samudera Pasai menyesuaikan
dengan adat istiadat setempat. Oleh karena itu kehidupan sosial masyarakatnya
merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.

7
D. Kemunduran Kerajaan Samudera Pasai
Pada waktu Samudera Pasai berkembang, Majapahit juga sedang
mengembangkan politik ekspansi. Majapahit setelah meyakini adanya hubungan
antara Samudera Pasai dan Delhi yang membahayakan kedudukannya, maka
pada tahun 1350 M segera menyerang Samudera Pasai. Akibatnya,
Samudera Pasai mengalami kemunduran. Pusat perdagangan Samudera Pasai
pindah ke pulau Bintan dan Aceh Utara (Banda Aceh). Samudera Pasai runtuh
ditaklukkan Aceh

8
BAB II
KERAJAAN ACEH

A. Awal Perkembangan Kerajaan Aceh


Aceh semula menjadi daerah taklukkan Kerajaan Pedir. Akibat Malaka
jatuh ke tangan Portugis, pedagang yang semula berlabuh di pelabuhan Malaka
beralih ke pelabuhan milik Aceh. Dengan demikian, Aceh segera berkembang
dengan cepat dan akhirnya lepas dari kekuasaan Pedir. Aceh berdiri sebagai
kerajaan merdeka. Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus pendiri
Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M).

B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Aceh cepat tumbuh menjadi kerajaan besar karena didukung oleh faktor
sebagai berikut:
1) Letak Ibu kota Aceh yang sangat strategis.
2) Pelabuhan Aceh ( Olele ) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan
dagang.
3) Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang
penting.
4) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak
yang singgah ke Aceh.
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan Raja pertama di Aceh sekaligus
beliau merupakan pendiri Kerajaan Aceh. Setelah beliau mangkat, raja
selanjutnya adalah Sultan Ibrahim. Dalam pemerintahannya beliau berhasil
menaklukkan Pedir. Raja berikutnya adalah Iskandar Muda. Pada masa
pemerintahan beliau, Aceh mencapai puncak kejayaan dan menjadi sumber
komoditas lada dan emas. Beliau mangkat pada tahun 1636 M dan digantikan
oleh menantunya Iskandar Thani yang tidak memiliki kecakapan. Dalam
pemerintahannya, Kerajaan Aceh terus-menerus mengalami kemunduran.

C. Aspek Kehidupan Kebudayaan


Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat.
Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju
karena sering berhubungan dengan bangsa lain. Contohnya, yaitu tersusunnya
hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam.

9
Dengan hukum adat Makuta Alam itulah, sehingga tata kehidupan dan
segala aktivitas masyarakat Aceh didasarkan pada aturan Islam. Dengan
demikian, keadaan Aceh seolah-olah identik dengan Mekah, Arab Saudi. Atas
dasar itulah, Aceh mendapat julukan Serambi Mekah.

D. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial


Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah
Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin
bertambah makmur dan menjadi sumber komoditas lada dan emas. Dengan
kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun angkatan bersenjata yang kuat.

E. Kemunduran Kerajaan Aceh


Kemunduran Kerajaan Aceh ketika itu disebabkan oleh hal-hal sebagai-
berikut:
1. Kekalahan perang antara Aceh melawan Portugis di Malaka pada tahun
1629 M.
2. Tokoh pengganti Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
3. Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran
berbeda.
4. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat melepaskan diri
dengan Aceh.
5. Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa lainnya berhasil
mendesak dan menggeser daerah-daerah perdagangan Aceh. Akibatnya
perekonomian semakin melemah.

10
BAB III
KERAJAAN DEMAK

A. Awal Perkembangan Kerajaan Demak


Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak
sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini
diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan
diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para
bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati
Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak
saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat.
Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang,
Jambi, Banjar, dan Maluku.

F. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan
digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak
dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya
memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke
Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya
Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar
membendung masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan
Kerajaan Demak.
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa
Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten
dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara
Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan Demak. Faletehan kemudian
diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak terus bergerak ke daerah
pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk
memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik
dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra
Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.

11
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak.
Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga
saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan
baru, yakni Kerajaan Pajang.

G. Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya


Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma
lama begitu saja. Hasil kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang
berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung
Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan
lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.

H. Aspek Kehidupan Ekonomi


Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai
daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan,
terutama beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor,
antara lain beras, madu, dan lilin.

E. Keruntuhan Kerajaan Demak


Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang
dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang
Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang
sebagai pemimpin Kerajaan Demak karena Aria Penansang telah membunuh
suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka
berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah
Aria Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat
itu pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan
Demak.

12
BAB IV
KERAJAAN BANTEN

A. Awal Perkembangan Kerajaan Banten


Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya
(Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung
meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil
menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera
tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh
di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada
putranya, Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570
M), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke
Lampung, Bengkulu, dan Palembang.

I. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan
digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas
daerah kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan
Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam
pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak
kejayaan. Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya
diperhatikan, seperti dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang
pertanian juga diperhatikan dengan membuat saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat,
terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah
peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru
berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-1605
M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak
didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala
wafat, Banten mengalami kemunduran.

13
J. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai
karena menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India,
gujarat, Persia, dan Arab banyak yang datang berlabuh di Banten. Kehidupan
sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan Islam.
Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah perdagangan, tetapi
meluas hingga ke pedalaman.

K. Kemunduran Kerajaan Banten


Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja
Besar Banten Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang
saudara di Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan
Banten. Sejak saat itu Banten mulai hancur karena terjadi peang saudara, apalagi
sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti Maulana Yusuf.

14
BAB V
KERAJAAN MATARAM ISLAM

A. Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam


Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan
dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya
membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan
diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat
pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah
menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang
menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528
M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan
kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri
yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang,
Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya)
menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat
pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah
Kerajaan Mataram.

L. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak
menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara,
dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan
menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan
bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram berhasil meletakkan
landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas
Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan
Sultan Agung, muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati
Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan
sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan
fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M.
Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia,
Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung

15
mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami
kegagalan.
M. Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja.
Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang
keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas
memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan, dalam istana
terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan
yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.

N. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan


Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang.
Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini
karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki
daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut.
Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan
Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa
seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah
Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha
dengan Islam.
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya
sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan
perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum
Surya Alam.

O. Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut
Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu,
kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk
berperang.

16
BAB VI
KERAJAAN MAKASSAR

A. Awal Perkembangan Kerajaan Makassar


Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi
yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat
dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja
Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua
kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam
menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam
yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara
Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.

P. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin
(1591-1639 M). Raja berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan
dilanjutan oleh putranya, Hasanuddin (1654-1660 M). Sultan Hasanuddin
berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukkan kerajaan-
kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup
ramai dan banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk
membuka hubungan dagang. Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai
membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda (pusat
rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik.
Terlebih lagi setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar
Makassar diundang untuk suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya
malahan dilucuti dan terjadilah perkelahian yang menimbulkan banyak korban di
pihak Makassar. Keadaan meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam
peperangan tersebut, VOC sering mengalami kesulitan dalam menundukkan
Makassar. Oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang
ingin lepas dari kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.

17
Q. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil
perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan.
Pelabuhan Sombaupu ( Makassar ) banyak didatangi kapal-kapal dagang
sehingga menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan demikian,
masyarakatnya hidup aman dan makmur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu oleh Bate Salapanga
(Majelis Sembilan) yang diawasi oleh seorang paccalaya (hakim). Sesudah
sultan, jabatan tertinggi dibawahnya adalah pabbicarabutta (mangkubumi) yang
dibantu oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima tertinggi disebut anrong
guru lompona tumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali raten yang
juga bertugas mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri. Pejabat bidang
keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan bilal.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar adalah
keahlian masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi dan lambo.

D. Kemunduran Kerajaan Makassar


Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya
dengan VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang
memperalat Aru Palakka ( Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan
saat itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga
Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.

18
BAB VII
KERAJAAN TERNATE

A. Awal Perkembangan Kerajaan Ternate


Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota
Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate,
di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan
Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan
Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang
asing.

R. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja
berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal
Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan
sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M.
Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan
Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan
Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.

S. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan


Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga
pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing
datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan
dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar
bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang
cukup kuat.
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam
kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat
dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis
melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-
Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah
keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.

19
T. Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

20
BAB VIII
KERAJAAN TIDORE

A. Awal Perkembangan Kerajaan Tidore


Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-
raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang
naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab.

U. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan


Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean
Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah
adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah
kembali.

V. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial


Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada
saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan
perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah
Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi
oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain
Portugis, Spanyol, dan Belanda.

21
W. Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba
oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut
tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi
yang kuat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa, Shodiq. 2007. Wawasan Sejarah 2 Indonesia dan Dunia. Kelas XI


SMA dan MA. Solo: Tiga Serangkai.

Kurnia, Anwar. 2003. Kronik Sejarah. Kelas 1 SMP. Jakarta: Yudhistira.

23

You might also like