Professional Documents
Culture Documents
1. DEFINISI ICU
ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi dengan staf dan
peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa
oleh kegagalan / disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible).
2. SEJARAH ICU
ICU mulai muncul dari ruang pulih sadar paska bedah pada tahun 1950.
ICU modern berkembang dengan mencakup penanganan respirasi dan jantung
menunjang ffal organ dan penanganan jantung koroner mulai tahun 1960.
Pada tahun 1970, perhatian terhadap ICU di Indonesia semakin besar (ICU
pertama kali adalah RSCM Jakarta), terutama dengan adanya penelitian
tentang proses patofisiologi, hasil pengobatan pasien kritis dan program
pelatihan ICU.
Dalam beberapa tahun terakhir, ICU mulai menjadi spesialis tersendiri,
baik untuk dokter maupun perawatnya.
3. LEVEL ICU
Pada Rumah Sakit di daerah yang kecil, ICU lebih tepat disebut sebagai
unit ketergantungan tinggi (High Dependency). Di ICU level I ini dilakukan
observasi perawatan ketat dengan monitor EKG. Resusitasi segera dapat
dikerjakan, tetapi ventilator hanya diberikan kurang dari 24 jam.
2. Level II
3. Level III
ICU Level III biasanya pada Ruamh Sakit tipe A yang memiliki semua
aspek yang dibutuhkan ICU agar dapat memenuhi peran sebagai Rumah
Sakit rujukan.
Personil di ICU level III meliputi intensivist dengan trainee, perawat
spesialis, profesional kesehatan lain, staf ilmiah dan sekretariat yang baik.
Pemeriksaan canggih tersedia dengan dukungan spesialis dari semua disiplin
ilmu.
4. FUNGSI ICU
1. ICU Medik
2. ICU trauma/bedah
3. ICU umum
4. ICU pediatrik
5. ICU neonatus
6. ICU respiratorik
Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola
pasien yang sakit kritis sampai yang terancam jiwanya.
1. Ruang Pasien
Setiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur seluas 18,5 m2. untuk
kamar isolasi perlu ruangan yang lebih luas. Perbandingan ruang terbuka
dengan kamar isolasi tergantung pada jenis rumah sakit.
2. Fasilitas Bed
Untuk ICU level III, setiap bed dilengkapi dengan 3 colokan oksigen, 2
udara tekan, 4 penghisap dan 16 sumber listrik dengan lampu penerangan.
Peralatan tersebut dapat menempel di dinding atau menggantung di plafon.
6. PERALATAN
Jumlah dan tingkat peralatan tergantung pada peran da tipe ICU. ICU level
I dan II peralatannya akan lebih sederhana dibandingkan dengan ICU level III.
Misalnya Monitor samping bed di ICU pada level I dan II cukup 2 saluran,
sedangkan di ICU level III minimal 4 saluran.
7. PERSONIL
Tenaga dokter, perawat, paramedik lain dan tenaga non medik tergantung
pada level ICU dan kebutuhan masing-masing ICU.
8. ETIK DI ICU
Etik dalam penanganan pasien riset, dan hubungan dengan kolega harus
dilaksanakan secara cermat. Etik di ICU perlu pertimbangan berbeda dengan
etik di pelayanan kesehatan atau bangsal lain. Terkadang muncul kontroversi
etik dalam legalitas moral di ICU, misalnya tentang euthanasia.
Pasien yang masuk ICU dikirim oleh dokter disiplin lain di luar Icu setelah
berkomsultasi dengan doketr ICU. Konsultasi sifatnya tertulis, tetapi dapat
juga didahului secara lisan (misalnya lewat telepon), terutama dalam keadaan
mendesak, tetapi harus segera diikuti dengan konsultasi tertulis. Keadaan yang
mengancam jiwa akan menjadi tanggungjawab dokter pengirim.
Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam
jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan atau disfungsi satu atau multple
organ atau sistem dan masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali
melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif.
Selain adanya indikasi medik tersebut, masih ada indikasi sosial yang
memungkinkan seorang pasien dengan kekritisan dapat dirawat di ICU.
Yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien dengan penyakit yang
sangat menular, misalnya gas gangren.
Pada prinsipnya pasien yang masuk ICU tidak boleh ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular.
12.KRITERIA KELUAR DARI ICU
1. Meninggal dunia
2. Tidak ada kegawatan yang menganca jiwa sehingga dirawat di ruang biasa
atau dapat pulang
3. Atas permintaan keluarga atau pasien. Untuk kasus seperti ini keluarga atau
pasien harus menandatangani surat keluar ICU atas permintaan sendiri.
Pasien di ruang ICU berbeda dengan pasien di ruang rawat inap biasa,
karena pasien ICU mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
perawat dan dokter. Di ICU, pasien kritis atau kehilangan kesadaran atau
mengalami kelumpuhan sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam diri pasien
hanya dapat diketahui melalui monitoring yang baik dan teratur.
Hasil yang paling baik dari pengobatan di ICU adalah keberhasilan dalam
mengembalikan pasien pada aktifitas kehidupan sehari-hari seperti keadaan
sebelum pasien sakit, tanpa defek atau cacat
15.REAKSI PASIEN DAN KELUARGA PASIEN ICU
Keluarga pasien juga dapat mengalami hal serupa dengan pasien, antara
lain cemas sampai dengan insomnia. Untuk meminimalkan reaksi negatif
keluarga pasien dapat dilakukan beberapa hal, antara lain :
3. Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan Fisik
1. ABC
2. Jalan nafas dan kepala
3. Sistem pernafasan
4. Sistem sirkulasi
5. Sistem gastrointestinal
6. Anggota gerak
3. Monitoring rutin
4. Intubasi dan Pengelolaan Trakhea
5. Cairan : Dehidrasi
6. Perdarahan Gastrointestinal
7. Nutrisi
1. Usia Lanjut
0 komentar:
Poskan Komentar