Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN SHOLAT
Sholat adalah salah satu ibadah fardhu atau sunnah yang dibutuhkan seorang muslim untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Syeh Mushofa Masyhur menjelaskan bahwa di dalam sholat, kita
mensucikan Allah Azza Wajalla, kita juga bermunajad dengan kalam-kalamNya, kita rukuk dan sujud
untukNya, kita menghubungkan ruh kita dengan Allah Yang Maha Pencipta.
Shalat adalah tiang agama, shalat juga merupakan rukun Islam yang kedua. Maka kita diwajibkan untuk
melakukan yang namanya shalat, karena Allah SWT telah memerintahkan shalat sesuai dengan wahyu-
Nya.
Artinya : “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir
tidak menyukai(nya). (Q.S. 40 : 14)
Karena shalat merupakan cara manusia untuk dapat menghadap tuhannya, dan dengan shalat makhluk
Allah yang namanya manusia ini dapat melapangkan segala permasalahan yang terjadi dan apabila kita
shalat dengan khusyu’ kita akan merasakan bahwa Tuhan (Allah) ada di hadapan kita, jadi shalat
merupakan jalan satu-satunya untuk menghadap-Nya. Walau kita berada di depan Ka’bah, kita tidak
akan merasakan seperti yang dirasakan dalam shalat yang khusyu’, shalat yang khusyu’ terdapat
ketenangan, kenikmatan dan kesempurnaan hidup.
Shalat dapat didefinisikan sebagai “Shalat” atau “Ibadah” yang diartikan sebagai perbuatan untuk
mencari ridha Allah SWT dan langsung untuk menghadap kepada-Nya.
2. PEMBAGIAN SHALAT
Shalat dapat dibagi menjadi dua macam jenis shalat, yakni shalat wajib dan shalat sunnat.
Shalat wajib (fardlu) sendiri terbagi menjadi lima jenis shalat, diantaranya shalat Subuh, Dzuhur, ‘Asar,
Maghrib, dan Isya. Shalat ini harus dilaksanakan secara rutin dan harus sesuai dengan waktunya tidak
seperti shalat sunnah, shalat sunnah dapat dilaksanakan kapan pun. Shalat sunnah memiliki banyak
jenisnya, salah satunya shalat Dhuhah yakni dilaksanakan di pagi hari, Shalat Witir, shalat Tasbih dan
shalat Tahajud yakni di malam hari. Selain itu shalat qobliyah dan ba’diyah pun termasuk shalat sunnah.
Shalat fardlu sudah biasa kita lihat, dan suatu kebiasaan bagi orang mukmin tetapi apabila sekaligus
shalat sunnahnya itulah seorang mukmin yang sudah merasakan tenang dan nikmatnya shalat dan Maha
Benar Allah yang tidak akan menyusahkan makhluknya apabila makhluk iutu tidak menganggap suatu
perkara menjadi susah.
Selain itu ada shalat sunnah yang diwajibkan yaitu shatal menyolati orang mati (jenazah), apabila tidak
satu pun orang yang menyolati, maka berdosalah masyarakat yang tidak menyolatinya. Tetapi apabila
jenazah telah dishalati walau satu orang orang lain pun tidak mendapatkan apa-apa. Maka shalat ini
dapat dihukumkan sebagai fardlu kifayah (shalat sunnah yang diwajibkan).
a. Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah ialah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang
imam. Bagi perempuan ialah tidak boleh menjadi imam para laki-laki, tetapi bagi kaum laki-laki ialah
diperbolehkan menjadi imam para makmum laki-laki maupun perempuan.
Hukum Shalat Berjamaah adalah sunnah muakad, karena shalat berjamaah lebih utama dari shalat
sendirian (berdiri sendiri) dengan 20 derajat yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam kitab sucinya yang
mulia dalam surat An-Nissa ayat 102 yang berbunyi :
Artinya : “Dan apabila kita berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kita hendak mendirikan
shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu …”
Shalat berjamaah yang bisa dibilang wajib karena isi ayat tadi ialah menyuruh nabi Muhammad SAW
agar mebdirikan shalat bersama-sama maka hendaklah kita shalat berjamaah agar mendapatkan berkah
dari Tuhan Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana dan semoga mendapatkan pahala yang
berlimpah bagi orang yang melakukan shalat berjamaah.
Artinya : “Dan apabila kita bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kita men-qashar
sembahyang(mu), jika kita takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah
musuh yang nyata bagimu. (Q.S. An-Nissa : 101)
Karena shalat itu wajib, maka qasharlah daripada tidak melakukan shalat sama sekali. Dari beberapa
para fuqaha berpendapat , bahwa qashar itu memiliki hukum yang wajib. Adapula yang mengatakan
sunnah dan lain sebagainya pendapat yang berbeda-beda.
Qashar juga merupakan keringanan (Rukshah) serta kelapangan bagi hamba dalam melaksanakan
hukum syariat terutama ketika menghadapi kesulitan maupun perjalanan yang belum tentu. Altahami
dari Ibnu Abbas berkata “Apabila tidak diketahui lamanya untuk dalam menetap itu, diizinkan shalat
untuk diqashar”. Jadi kita dibolehkan untuk mengqashar shalat dengan syarat perjalanan hingga
mengharuskan untuk qashar, menetap di saat tidak tahu kapan pulang dan kapan perginya.
ﺐﺭﻐﻣﻠﺍﺭﺧﺅﻳﺭﻔﺴﻠﺍﻰﻓﺭﻳﺴﻠﺍﻪﺑﻞﺠﻋﺍﺫﺍ ﻢﺺ ﷲﺍﺭﻮﺴﺭﺖﻴﺍﺭ
ﺀﺎﺸﻌﻠﺍﻦﻴﺑﻢﺎﻤﻧﻴﺑﻊﻤﺟﻴ
“Ibnu Umar berkata saya melihat Rasulullah SAW jika cepat-cepat berjalan dalam bepergian maka ia
menunda shalat maghrib, sehingga ia mengumpulkan antara shalat maghrib dengan shalat Isya”.
Tidak semua shalat dapat dijamak, yakni shalat subuh tidak diperbolehkan untuk dijamak ke shalat
apapun, yang boleh dijamakkan ke shalat ialah dzuhur ke shalat ashar dan sebaliknya juga maghrib ke
isya dan sebaliknya.
Selain yang dijamak harus dalam keadaan sibuk, takut hujan, bepergian maupun berhalangan. Shalat
jamak pun tidak lain untuk meringankan beban taktif (rukhsah) dan kemudian agar dapat diikuti para
sahabat dan umatnya.
Para fuqaha berpendapat dibolehkan tetapi menurut imam Abu Hanifah dan pengikut-pengikutnya
melarang untuk melakukan Jamak, perselisihan pendapat mereka ialah tentang sahihnya hadits-hadits
dan bolehnya memakai kiyas dalam jamak.
Artinya : “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kita kerjakan”. (Q.S. Al-Ankabut : 45)
Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada umatnya agar mendirikan shalat, karena shalat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar yang pastinya shalat tersebut dilakukan secara khusyu’, dengan
shalat hidup kita akan terasa tenang dan nyaman, selain itu pula shalat memiliki keutamaan daripada
ibadah-ibadah lain. Tanpa shalat segala sesuatu yang kita kerjakan (ibadah) akan menjadi sia-sia, apabila
kita shalat walau amal yang kita lakukan sedikit tetapi balasan (pahala) Allah SWT sangat besar. Saat kita
meninggal yang ditanyakan perbuatan (amal) kita yang pertama kali ialah shalat. “Apakah shalat kita
baik atau rusak?” Apabila baik maka baiklah segala perbuatan (amal) yang telah dilakukan. Apabila
rusak, rusaklah perbuatannya.
Shalat ialah memiliki kedudukan yang sangat penting bagi hamba Allah yang bertaqwa, Rasulullah
menegaskan sebagaimana sabdanya :
ﻥﻴﺪﻠﺍﻢﺩﻫﺪﻗﻓﺎﻬﻜﺭﺘﻥﻤﻮﻥﻳﺩﻠﺍﻢﺎﻘﺍﺪﻘﻔﺎﻬﻣﺎﻘﺍﻥﻣﻔﻥﻴﺪﻠﺍﺩ ﺎﻤﻋﺓﻼﺼﻠﺍ
Artiinya : “Shalat adalah tiang agama, maka barangsiapa yang menegakkannya, berarti menegakkan
agama. Dan barang siapa meninggalkannya, berarti meruntuhkan agama” (HR.Bukhari dari Umar r.a.)
Bagi umat islam yang bertaqwa ialah diwajibkan untuk menegakkan agamanya (mengerjakan shalat)
bahkan umat Islam dianjurkan untuk memperkokoh agamanya. Dan janganlah sesekali kalian
meninggalkan shalat karena sama saja kalian memerangi agamamu sendiri.
D. Hikmah Shalat
1. Membiasakan hidup bersih
Dalam shalat disunahkan agar membersihkan diri dari khadas besar (mandi), memakai wangi-wangian,
berpakaian rapi lagi baik dan lain-lain.
2. Terbiasa hidup sehat
Seorang muslim/muslimah yang terkena kotoran (haid/nifas) diwajibkan untuk dibersihkan dengan cara
mandi maupun berwudlu.
3. Membina Kedisiplinan
Umat Islam dianjurkan agar shalat sesuai dengan waktunya, bangun pagi untuk melakukan shalat subuh.
Jangan dulu tidur sebelum shalat isya, waktunya siang (istirahat) untuk shalat dzuhur, dan sebagainya.
4. Melatih Kesabaran
Orang yang telah mendirikan shalat dengan sebenar-benarnya akan menjadi kuat tekadnya dan tidak
putus asa dalam menghadapi pahitnya hidup.
5. Mengikat Tali Persaudaraan Sesama Muslim
Dalam shalat berjamaah kita dapat mengikat dan memupuk persaudaraan.
6. Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
Dalam kitabullah kitab suci Al-Qur’an yang benar lagi seutuh-utuhnya menegaskan bahwa shalat itu
dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar
G. Sujud Syahwi
Apabila saat shalat terdapat kekurangan maupun kelupaan dalam rukun shalat diwajibkan untuk
melakukan sujud syahwi (sujud kelupaan). Namun apabila dalam shalat tidak terdapat kekurangan
maupun kelupaan maka tidak diperbolehkan untuk melakukan sujud syahwi.
1. Dalil Dari Al-Qur`an
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’.” (QS. Al-Baqarah : 43)
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya
Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah : 110)
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabuut :
45)
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu
diberi rahmat”. (QS. An-Nuur : 56)
Dari dalil–dalil Al-Qur’an di atas tidak ada kata–kata perintah shalat dengan perkataan
“laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”.
Dari unsur kata–kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak
mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar.
Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah
sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.
a. Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
ia berkata: “Ya Rasulullah, beritahukan kepada saya satu amalan yang jika diamalkan, saya dapat
masuk surga” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah engkau
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun walaupun engkau disiksa dan dibakar. Taatilah
kedua orang tuamu. Janganlah engkau meninggalkan shalat dengan sengaja, karena siapa yang
meninggalkannya dengan sengaja, berarti ia telah melepaskan diri dari jaminan Allah”.[1]
b. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya shalat yang paling berat
bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa
yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid)
sekalipun dengan merangkak”.[2]
c. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Berilah kabar gembira bagi orang-orang
yang berjalan di kegelapan malam menuju masjid, bahwa mereka akan mendapatkan cahaya
yang sempurna pada hari kiamat”.[3]
d. Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pemisah Antara seorang hamba
dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat.
e. “Amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalat. Jika
shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya dan jika buruk maka buruklah seluruh
amalannya”.
f. Wasiat terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat adalah shalat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Jagalah shalat, jagalah shalat dan berlaku baiklah terhadap budak-budak yang
kamu miliki”.