Professional Documents
Culture Documents
1. Pertumbuhan : Istilah asing disebut growth, merupakan istilah yang lazim dipakai
dalam biologi, sehingga pengertiannya menunjukkan sifat biologi.yaitu diartikan sebagai
akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel. OLeh karena itu dalam psikologi ;
pertumbuhan lebih tepat untuk menyebutkan perubahan -perubahan dalam aspek jasmaniah,
misalnya pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki kepala, jantung, paru-paru dan sebagainya.
Pertumbuhan bila dideskripsikan mengandung beberapa indikator yaitu : Perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan struktur biologis, menyankut perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik berlangsung secara normal
pada anak yang sehat dalam rentangan kehidupannya. Juga menyangkut proses transmisi dari
keadaan jasmaniah yang hereditas dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Mekanisme Hereditas
Secara biologis setiap manusia mulai ada kehidupannya pada saat pertemuan antara
sel benih perempuan yaitu "ovum" dengan sel laki-laku yaitu "sperma". Melalui studi
mikroskopis tentang sel, para ahli biologi berhasil mengisolasikan struktur-strutur
"ceiluladr" yang menentukan hereditas. Stoiktur-struktur cellulair inilah yang disebut
"kromosom" yaitu berupa benang-benang proto plasma yang terdapat berpasang-pasangan
dan setiap pasang itu mempunyai unsur-unsur yang tidak dapat dilihat dengan mata yang
disebut "gène". Menurut perhitungan para ahli bahwa setiap manusia mempunyai 48 buah
kromosom atau 24 pasang (24 pasang dari pihak ayah dan 24 pasang dari pihak ibu).
Hal ini pula yang menjadi dasar bagi sepasang manusia yang akan melangsungkan
perkawinan dapat berlangsung hanya pada orang-orang yang normal. Maksudnya, agar
kepada orang-orang yang mempunyai kelainan secara khusus misalnya: orang yang idiot,
tidak dinikahkan dengan yang idiot, orang yang buta tidak dinikahkan dengan orang yang
buta, orang yang bisu tidak dinikahkan dengan orang bisu. Hal ini sangat dikhawatirkan
oleh para ahli agar tidak melahirkan orang yang idiot, orang buta, maupun orang bisu.
D. TAHAP PERKEMBANGAN
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif
yang menyangkut peningkatan ukuran dan sturukur biologis. Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematngan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak sehat, dalam perjalanan waktu tertentu.
Perkembangan jiwa anak pada masa remaja ini masih dalam kondisi "entropy", yaitu
suatu keadaan dimana kesadarannya masîh belum tersusun rapi. Mungkin saja
pengetahuan, perasaan dan sebagainya telah terisi sedemikian banyaknya, namun isi
tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara
maksimal. Isi kesadaran masih bertentangan dengan pengalamannya. Oleh sebab itu, masa
remaja ini disebut pula sebagai "masa kritis" bagi orang tua maupun bagi guru.
2. Penyebab perubahan :
Adapun penyebab perubahan pada masa remaja ini diduga dua kelenjar yang bekerja
aktif pada sistem endokrin yaitu kelenjar pituitary dan kelenjar gonad, yang terletak di
dasar otak yang erat hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon
ini adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh
dan hormon gonadotropik yaitu hormon yang merangsang gonad (kelenjar kelamin)
supaya aktif bekerja.
Sebelum masa remaja (pra-remaja) kedua hormon ini telah mulai diproduksi dan
dikendalikan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang
dilakukan oleh kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk
merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak.
Kelenjar gonad ini akan aktif oleh hormon gonadotropik dari kelenjar pituitary pada
saat anak memasuki tahap remaja. Setelah tercapai kematangan alat kelamin, maka
hormon gonad akan menghentikan aktivitas hormon pertumbuhan. Selama masa remaja,
seluruh tubuh mengalami perubahan baik di luar maupun di bagian dalam tubuh, baik
perubahan struktur tubuh maupun fungsinya. Pada kenyataannya hampir semua bagian
tubuh perubahannya mengîkuti irama yang tetap, sehingga waktu terjadinya dapat
diperkirakan sebelumnya. Perubahan tersebut tampak jelas sekali pada bagian pertama
masa remaja.
Adapun perabahan-perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa
remaja, adalah:
Ciri tubuh yang proporsional (sebanding, seimbang) pada masa remaja ini tidak
semua untuk seluruh tubuh, ada bagian tubuh yang semakin tidak proporsional.
Proporsi yang tidak seimbang ini akan berlangsung terus sampai seluruh masa puber
selesai dilalui sepenuhnya, sehingga akhirnya proporsi tubuhnya mulai tampak
seimbang menjadi proporsi yang dewasa. Perubahan ini terjadi baik di dalam maupun
di bagian luar tubuh anak.
Yang dimaksud dengan ciri kelamin kedua pada anak perempuan adalah
membesarnya buah dada dan mencuatnya puting susu, panggul melebar lebih lebar
dari bahunya, tumbuh rambut di sekitar alat kemaluan, tumbuh rambut di ketiak,
suara bertambah nyaring. Sedangkan pada anak laki-laki tumbuh kumis dan
jenggot, otot mulai tampak, bahu melebar lebih lebar dari panggul, nada suara agak
parau, tumbuh jakun, tumbuh bulu di ketiak, bulu dada, dan bulu di sekitar
kemaluan, perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori membesar.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
a. Pengaruh keluarga:
Ditinjau dari pengaruh faktor keluarga, maka keturunan dan lingkungan sangat
memegang peranan penting. Faktor keturunan seperti tinggi rendahnya anak, akan
tidak jauh berbeda dari tinggi rendah kedua orang tuanya. Sedangkan faktor
lingkungan akan terwujud pada berat badan anak sesuai dengan tinggi rendahnya anak
tersebut.
b. Pengaruh gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi yang cukup, tubuhnya akan lebih tinggi dan lebih
cepat mencapai taraf remajanya dibandingkan dengan anak yang kurang memperoleh
gizi.
c. Gangguan emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional menyebabkan terbentuknya
steoroid adrenal (kelenjar buntu yang menghasilkan hormon pada bagian ginjal) yang
menghambat pembentukan hormon sehingga tidak tercapainya berat badan yang
seharusnya.
d. Jenis kelamin
Anak laki-laki lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, yang disebabkan
oleh pembentukan tulang dan otot.
f. Kesehatan
Artak-anak yang sehat dan jarang saMt akan memiliki tubuh yang lebih berat dari
anak yang sakit-sakitan.
g. Persepsi Anak
Kita menerima berbagai rangsang dari Iuar diri Jata melalui lima indera. Proses
penerimaan rangsang ini disebut "penginderaan" (sensation).
Deskripsi Karakteristik
Keempat macam kebutuhan tersebut bersifat l^hirarki, dari kebutuhan yang bertingkat
rendah yaitu : kebutuhan jasmaniah, sampai dengan kebutuhan yang bertingkat tinggi yaitu
kebutuhan aktualisasi diri
Hirarki kebutuhan diatas sejalan dengan teori kebutuhan yang dikemukakan Dr. Abraham
Maslow yaitu :
Gambar
piramid
Masa remaja merupkan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Hall
(Dalam Liekerd, dkk 1974 : 478) memandang bahwa masa remaja ini sebagai masa "Strom
and stress". la menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena
remaja itu berupaya menemukan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, agar
ia dapat mengaktualisasikan diri secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan
untuk mewujudkan jati dirinya. Beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan
menjadi kelompok kebutuhan yaitu :
• Kebutuhan organik seperti makan, minum, bernafas, seks.
• Kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan
dari pihak lain dikenal dengan n'aff.
• Kebutuhan berprestasi atau need achievment yang dikenal dengan n'Ach, yang
berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekahgus
menunjukkan kemampuan psiko- fisis.
• Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis
pertumbuhan fisik dan perkembangan sosio-psikologis dimasa remaja.
Pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan, proses
pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Seperti hal nya pertumbuhan
fisik yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder
merupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju ketingkat kematangan
fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam
pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebutuhan fisik dan
kebutuhan psikologis lebih menonjol. Bahwa antara kebutuhan keduanya (fisik
dan psikologis) saling terkait. Oleh karena itu pembagian yang memisahkan
kebutuhan atas dasar kebutuhan fisik dan psikologis pada dasarnya sulit
dilakukan secara tegas. Sebagai contoh "makan" adalah upaya untuk
memenuhi kebutuhan fisik, akan tetapi pada jenjang masa remaja "makan bersama dengan
orang tertentu orang lain", makan dengan mengikuti aturan atau norma yang berlaku
didalam budaya kehidupan masyarakat merupakan kebutuhan yang tidak hanya
dikelompokkan sebagai kebutuhan flsik semata. Kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan
kedalam kebutuhan sosial emosional.
Disamping itu remnaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya yang
menurut maslow kebutuhan ini disebut kebutuhan penghargaan . Remaja membutuhkan
penghargaan dan pengakuan bahwa ia atau mereka telah mampu berdiri sendiri, mampu
melaksanakan rugas-tugas seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, dan dapat
bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Faktor non fisik yang
secara integratif tergabung didalam faktor-faktor sosial atau psikologi dijiwai oleh tiga
potensi dasar yang dimilkiki manusia yaitu pikir, rasa dan kehendak keriganya secara
potensial mendorong munculnya berbagai kebutuhan. Remaja telah memahami berbagai
aturan di dalam kehidupan masyarakat dan tentu saja ia atau mereka berupaya untuk
mengikuti aturan-aturan itu.
Dalam kehidupan dunia modem manusia tidak saja hanya berpikir tentang
kebutuhan pokok mereka telah lebih maju pemikirannya telah bercakrawala luas. Oleh
karena itu kebutuhan pokoknya juga sudah berkembang. Pendidikan dan hiburan misalnya
didalam masyarakat modem telah menjadi kebutuhan hidup yang mendesak bahkan telah
masuk dalam daftar kebutuhan pokok. Kini anda dapat mengamati kingkungannnya,
bahwa perilaku kehidupan manusia telah begitu kompleks. Perubahan ini tentu saja ada
faktor yang mendorong dan mempengaruhinya. Dalam menghadapi masalah dan
perkembangan sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi telah merupakan kebutuhan
sosial yang membimbingnya untuk berhasil dan lebih lanjut untuk menjadi orang
berprestasi yang berhasil.
Beberapa masalah yang dighadapi remaja yang sehubungan dengan kebutuhan/
kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-
kanankan menjadi sikap dan perilaku dewasa tidak semuanya dapat dengan mudah
untuk dicapai baîk oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja
mengahadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang
dilain pihak harapan di tumpukan pada remaja muda untuk dapat meletakkan dasar-
dasar bagi pembentukan sikap-sikap dan pola perilaku-perilaku. Kegagalan dalam
mengatasi ketidak kuasaan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat
Iebih Ianjut dapat menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya.
Bersikap tidak percaya diri, pendiam atau harga diri kurang.
2. Seringkali remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-
perubahan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Hal ini
disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi. Ketidak serasian proporsi
tubuh ini sering menimbulkan kejengkelan, karena karena ia (mereka) sulit untuk
mendapatkan pakaian yang pantas juga hal itu trampak pada gerakan atau perilaku
yang kelihatannya ragu dan tidak pantas.
3. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan
kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan
perilaku yang menentang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamin
dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan bagi remaja laki-laki dapat berperilaku
yang "menentang norma" dan bagi remaja perempuan akan berperilaku "mengurung
diri" atau menjauhi pergaulan dengan sebaya lain jenisnya. Apabila kematangan
seksual itu tidak mendapatkan arahan atau penyaluran yang tepat dapat berakibat
negatip. Konsekuensi yang diderita sering berbentuk pelarian yang bertentangan
dengan norma susila dan sosial, seperti homoseksual, lari kekehidupan"hitam" atau
melacur dan semacamnya. Bagi remaja pria secara berkelompok kadang-kadang
mencoba pergi bersama-sama kelokasi "berlampu merah" atau lokasi WTS. Dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian,
dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan,
kebanyakan akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian
emosional, seperti perilaku yang over akting atau lancang, dan semacamnya .
Kehidupan bermasyarakat banyak menuntut remaja imtuk banyak menyesuaikan diri ,
namun yang terjadi tidak semuanya selaras. Dalam hal terjadi ketidak selarasan antar
pola kehidupan masyarakat dan perilaku yang menurut remaja baik, haï ini dapat
berakibat kejengkelan remaja selalu disalahkan dan akibat mereka prustasi dengan
tingkah lakunya sendiri.
5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial
ekonomis, akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis
pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat
sulit dihadapi oleh remaja. Mereka bukan saja harus menghadapi satu arah kehidupan,
yaitu keragaman norma dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, tetapi juga
norma baru dalam kehidupan sebaya remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya
6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku didalam hidup bermasyarakat merupakan
masalah sendiri bagi remaja sedang dipihak remaja merasa memiliki nilai dan norma
kehidupannya yang dirasa lebih sesuai dalam haï ini para remaja menghadapi
perbedaan nilai dan norma kehidupan. Menghadapi perbedaan norma ini merupakan
kesulitan sendiri bagi kehidupan remaja sering kali perbedaan norma yang berlaku dan
norma yang dianutnya memmbulkan perilaku yang menyebabkan dirinya dikatakan
"nakal".
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini
harus dipenuhi karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya
agar tetap tegar (survival). Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa di masa
perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi,
terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi dan perkembangan psiko-sosial seorang
individu. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup teratur dan sehat sangat
perlu ditanamkan oleh orang tua sekolah dan Iingkungan masyarakat kepada anak-anak
dan para remaja. Realisasi hal ini disekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan
jasmani dan pentingnya usaha kesehatan sekolah (UKS).
Khusus kebutuhan seksual, yang ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha
pemenuhannya harus mendapatkan perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu.
Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini
menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Orang tua harus cukup
tanggap dan waspada serta secara dini menjelaskan dan memberikan pengertian arti dan
fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama wanita) dan arti seksual dalam kehidupan
secara luas. Pemenuhan kebutuhan dan dorongan seksual pada remaja, dimana pada saat
itu mereka telah menyadari akan adanya norma agama, sosial dan hukum maka banyak
dilakukan secara diam-diam aktivitas onani atau masturbasi.
Pendidikan seksual di sekolah dan terutama didalam keluarga harus mendapatkan
perhatian. Program bimbingan keluarga bimbingan perkawinan dapat dilakukan secara
periodik oleh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita pada umumnya . Sekolah
sekali-kali perlu mendatangkan ahli atau dokter untuk memberikan ceramah-ceramah
tentang masalah-masalah remaja khususnya masalah seksual.
BAB III
PROSES BELAJAR DAN IMPLIKASINYA
A. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi)
dengan Iingkungannya, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat
mempertahankan hidupnya (survival). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses
perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relatif bersifat permanen (menetap) dan
tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immédiate behavior), tetapi juga
pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi
karena pengalaman.
Berikut ini akan diketengahkan pengertian belajar dari beberapa pakar aliran
psikologi :
1. Belajar menurut B. F. Skinner (dalam Margaret 1991) Dari aliran Behaviorisme:
belajar adalah suatu perilaku. Pada saat belajar responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menurun.
2. Belajar menurut Robert Gagne (1985) - Aliran Kognitif: belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabiîitas sehingga setelah belajar seseorang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
3. Belajar menurut Jean Piaget (dalam Margaret 1991) - aliran kognitif: belajar adalah
membentuk pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan sehingga intelek
berkembang.
4. Belajar menurut Rogers (dalam Margaret 1991) - Aliran huministik; belajar adalah
mempelajari hal-hal yang bermakna dengan keterlibatan siswa itu sendiri secara penuh
dan sungguh-sungguh.
5. Belajar menurut Wolfgang Kohler (dalam Margaret 1991) - Aliran Gestalt: belajar
adalah perubahan dalam proses persepsi merupakan landasan bagi belajar.
6. Belajar menurut Ivan Pavlov (dalam Margaret 1991) Aliran Behavioristik: bahwa hasil
belajar itu merupakan suatu respons yang dikondisikan.
7. Belajar menurut Albert Bandura (dalam Margaret 1991) - Aliran Sosial: belajar terjadi
karena adanya hubungan segitiga antara Iingkungan, faktor pribadi, dan tingkah Iaku.
Jadi, pengertian tentang belajar adalah: perubahan tingkah Iaku manusia berupa
keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, melalui respon dan lingkungannya.
B. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Salah satu tugas guru adalah mengajar dan dalam kegiatan mengajar ini tentu saja
tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip
belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam melaksanakan pembelajaran,
pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam
memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang
kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain
itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar, guru memiliki dan mengembangkan sikap
yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
Dari berbagai prinsip belajar yang dikemukakan berikut ini merupakan upaya untuk
meningkatkan pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan: perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena pengolahan
informasi tidak akan terungkap tanpa perhatian. Perhatian terhadap pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan,
diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan
membangkitkan motivasi
untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada, maka siswa perlu
dibangkitkan perhatiannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Moiivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi
merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Sebagai alat, motivasi merupakan salah
satu faktor seperti halnya inteiigensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat
menentukan keberhasilan belajar siswa belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minât. Siswa yang memiliki minât
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minât. Siswa yang memiliki minât
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dengan demikian
timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang
dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya bahan-bahan
pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minât siswa dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa
yang menyukai matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk
belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karena guru berkewajiban menanamkan
sikap positif pada diri siswa terhadap mata-mata pelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya. Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan,
dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B. F Skinner dengan
operant conditioning-nya.
Motivasi dapat bersifat internai, artinya datang dari dalam diri sendiri, dan dapat pula
bersifat eksternal, artinya datang dari Iuar atau dari orang lain seperti: guru, orang tua,
teman dan sebagainya.
Motivasi dibedakan atas motif intrinsik dan motif ektrinsik Motif intrinsik adalah
tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. contohnya: seorang
siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pel ajaran di sekolah karena
ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
Sedangkan ekstrinsik, adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Contohnya: siswa belajar dengan sungguh-
sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi
didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas atau mendapat
ijazah adalah "penyerta" dari keberhasilan belajar.
Motif intrinsik dapat bersifat internat datang dari dalam diri sendiri; dan dapat juga
bersifat eksternal; datang dari luar. Motif entrinsik dapat juga bersifat internai maupun
eksternal.
Motif ektrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut "transformasi
motif'. Contohnya: seorang siswa belajar di lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(LFTK), karena menuruti keinginan orang tuanya supaya jadi guru. Mula-mula motifnya
adalah ekstrinsik (karena ia hanya ingin menyenangkan hati orang tuanya), tetapi setelah
belajar beberapa lama di LFTK, ia menyenangi mata-mata pelajaran yang dipelajarinya
dan senang menjadi guru. Jadi, motif pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi
intrinsik.
a. Keaktifan
b. Keterlibatan langsung/pengalaman
c. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan, barangkali yang paling tua
adalah dikemukakan oleh "Teori Dmu Jawa Daya". Menurut teori ini, belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas: daya pengamatan, tanggapan,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir. Dengan mengadakan pengulangan, maka
daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang diasah akan menjadi
tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan
menjadi sempurna.
Demikian pula "teori psikologi asosiasi" menekankan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons yang besar. Teori
lain adalah "teori conditioning classic" dimana belajar adalah pembentukan hubungan
stimulus dan respons, maka pada psikologi conditioning, respons timbul bukan saja oleh
stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang
terjadi karena kondisi, contohnya: siswa berbaris sebelum masuk ke kelas karena
mendengar lonceng berbunyi, kendaraan harus berhenti karena lampu merah. Menurut
teori ini, perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.
Mengajar adalah membentuk kebiasaan mengulang-ulang sesuatu perbuatan
sehingga menjadi kebiasaan. Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama,
pengulangan itu untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan yang kedua dan ketiga
pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
d. Tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
sehingga timbul motif untuk mengatasi hambatan itu dapat diatas, artinya tujuan belajar
telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru.
Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik,
maka bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang
baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi, akan menyebabkan siswa
berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi
tersebut. bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa menyalin
dan menghafalnya, merupakan haï yang kurang baik.
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, terutama ditekankan
oleh "teori belajar Opérant Conditioning" dari B. F. Skinner. Kalau pada teori
Conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada Opérant Conditioning
yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori ini adalah "Iaw of effec-nya
Thorndike". Siswa akan belajar Iebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang lebih baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh bagi usaha belajar selanjutnya.
Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik akan
mendorong anak untuk belajar lebih giat. Nilai yang baik itu merupakan "Opérant
Conditioning" atau penguatan positif. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai jelek, akan
merasa takut naik kelas, sehingga giat, dan hal ini disebut "penguatan négatif'. Balikan
yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode di atas
akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
f. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang yang persis sama,
tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada:
karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya,
perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Dalam
sistem klasikal, perbedaan individual ini kurang mendapat perhatian, pembelajaran lebih
ditekahkan pada kemampuan rata-rata. Agar perbedaan individual ini terlayani
sebagaimana mestinya, seorang guru dapat menggunakan strategi atau metode belajar
mengajar yang bervariasi, penggunaan média pembelajaran, tugas-tugas disesuaikan
dengan minât dan kemampuan siswa, bagi siswa yang relatif pandai diberi pelajaran
tambahan bersifat pengayaan, sedangkan bagi siswa yang kemampuannya cenderung
lemah diberikan brmbingan belajar.
a. Kegiatan berlatih/praktek
Berlatih yang dilakukan secara marathon dapat melelahkan dan membosankan,
sehingga latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan
belajar.
b. Resitasi selama belajar
Untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan jalan menghafal bahan bacaan.
Apabila bahan tersebut telah hafal, akan dilanjutkan pada bahan berikutnya.
c. Pengenalan hasil belajar
Siswa perlu mengetahui kemajuan belajarnya, agar ia dapat meningkatkan upaya
belajarnya.
d. Penggunaan media pembelajaran yang Iengkap:
Baik alat pembantu pembelajaran elektronik maupun non elektronik.
e. Bimbingan belajar :
Kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolah
f. Pemberian insentif
Hal-hal berupa pujian maupun hadiah-hadiah.
3. Faktor-faktor Individual
a. Kematangan
Perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan kualitatif
terhadap struktur tersebut. kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi
fisiologis termasuk sistem syaraf dan fungsi otak menjadi berkembang dan
menumbuhkan kapasitas mental dan hal ini mempengaruhi belajar.
b. Usia Kronologis
Semakin tua usia siswa semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi
fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup
melaksanakan tugas-tugasnya, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya.
c. Perbedaan jenis klamin
Adanya perbedaan pada pola tingkah laku dan peranan serta perhatian terhadap suatu
pekerjaan.
d. Pengalaman siswa sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh anak sebelumnya mempengaruhi belajar terutama pada
transfer belajarnya, terbukti pada anak yang berasal dari kelas sosial ekonomi
menengah dan tinggi, mempunyai pengertian verbal yang lebih baik.
e. Kondisi kesehatan jasmani dan rohani
Kecacadap jasmani maupun rohani akan mengganggu perbuatan belajar seseorang.
Ada beberapa teori belajar yang saat ini dipergunakan dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran antara lain :
1. Teori koneksionisme oleh Edward Thorndike -
Behaviorisme
Landasan teori Thorndike mula-mula dilakukan dalam eksperimen-eksperimen pada
hewan, dengan maksud untuk mengetahui apakah hewan dapat memecahkan masalah
dengan jalan berpikir ataukah melalui proses yang lebih mendasar sifatnya (seperti dilatih
dalam jangka waktu yang lama).
Dari beberapa eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike pada beberapa hewan
kurungan, dimana hewan kurungan tersebut mempunyai kelakuan yang bermacam macam
seperti: menggaruk-nggaruk sangkarnya, menggigit maupun mencakar sangkarnya,
sebagai upaya agar bisa lepas dari sangkar menuju ke tempat penyimpanan makanan di
sangkar sebelahnya.
Dalam satu penelitian Thorndike, dimana seekor kera dimasukkan ke dalam sebuah
kurungan, di sebelahnya terdapat sebuah kotak berisi pisang, dan dikunci memakai palang
pembatas. Pada hari pertama: kera memerlukan 36 menit untuk dapat membuka palang
kunci agar dapat memperoleh pisang di dalam kotak. Pada hari kedua: kera tersebut hanya
memerlukan 2 menit 30 detik saja, kera telah berhasil membuka palang kurungan untuk
memperoleh pisang di dalam kotak.
Dari hasil penelitian Thorndike, dapat disimpulkan bahwa respons lepas dari
kurungan, diasosiasikan sebagai stimulus dalam belajar coba-coba atau "trial and error".
Ditinjau hubungannya dengan dunia pendidikan, maka hasil penelitian Thorndike
memberi sumbangan melalui hukum latihannya dan law effectnya, dimana Iatihan yang
dilakukan secara berulang-ulang memberi peluang timbulnya respons yang berarti.
Penelitian ini menggunakan seekor anjing yang diikat menghadap cermin dan salah
satu bagian pipinya dilobangi Ialu ditanamkan pipa dan sebuah mangkok untuk mengukur
keluarnya air liur (saliva) sang anjing.
Sebelum eksperimen dimulai, Pavlov menaruh daging di mulut anjing, ternyata air
liur anjing itu keluar. Menurut Pavlov air liur (saliva) anjing yang keluar itu adalah suatu
respons "yang tidak dipelajari" yang diberinya istilah "Unconditioned Response = UR",
sedangkan daging yang diberikan disebutnya dengan istilah "Unconditioned Stimulus =
US".
Berikutnya setiap kali anjing diberi daging (makan), bel dibunyikan. Bunyi bel ini
disebut "Conditioning Stimulus = CS". Setiap kali memberi makan dan membunyikan bel
disebut "satu trial". Jadi, satu trial adalah terdiri dari datangnya CS disertai US yang
diikuti UR.
Setelah dilakukan kurang lebih 12 trial, maka terjadi sesuatu hal yang menarik. Pada
saat bel dibunyikan (CS), makanan (daging) tidak diberikan, namun yang menarik anjing
tersebut mengeluarkan aii liurnya (Saliva). Air liur (saliva) yang keluar tersebut disebut
"Conditioned Responses". Keluarnya air liur tersebut disebabkan oleh bel yang berbunyi,
sebab biasanya apabila bel berbunyi, maka makanan ada di tempatnya. Conditioned
Response adalah hasil belajar, sedangkan pemberian makanan disebut sebagai penguatan,
sedangkan makanan disebut penguat. Teori ini memberikan petunjuk praktis dalam
merancang kegiatan belajar mengajar, menghindari perasaan-perasaan negatif, tindakan
guru yang menimbulkan rasa takut pada siswa.
Konsep yang dikembangkan oleh teori ini terhadap belajar adalah "insight =
pemahaman", yaitu pengamatan/pemahaman terhadap hubungan-hubungan antar bagian-
bagian dalam suatu permasalahan.
Wolfgang Kohlar telah mengadakan eksperimen pada seekor simpanse yang
dimasukkan ke dalam sebuah kandang. Di atas kandang tergantung beberapa sisir pisang,
dan terletak pula beberapa buah kota kayu secara sembarangan. Mula-mula simpanse itu
berupaya dengan bermacam-macam perilaku untuk mendapatkan pisang itu, tetapi selalu
gagal. Beberapa lama, rupanya simpanse itu tiba-tiba mengerti hubungan antara kotak-
kotak kayu dengan pisang yang tergantung. Simpanse dapat menyusun kotak-kotak kayu
tersebut sehingga ia dengan mudah dapat mengambil pisang.
Hubungan eksperimen ini dengan belajar adalah adanya 'pemahaman" atau
"insight" yang terjadi sangat tergantung kepada kompleksitasnya situasi
permasalahannya. Apabila permasalahan itu mirip dengan situasi terdahulu, maka insight
akan lebih cepat terjadi. Dengan adanya insight, belajar dapat diulang-ulang. Selain itu,
dengan adanya insight, dapat diterapkan pada situasi yang lain.
BAB IV
PERKEMBANGAN KECERDASAN PESERTA DIDIK
PENGUKURAN INTELIGENSI
Usaha-usaha untuk mengukur inteligensi sudah lama dilakukan. Salah satu usaha yang
terkenal adalah dilakukan oleh Francis Galton (1822-1911). Pada tahun 1884 ia membuka
stand pada sebuah pameran yang disebutnya Antroplogytrice Labroatory, yaitu tempat orang
bisa minta diukur tinggi badannya, berat badannya, kekuatan otot, kejelian penglihatan, lebar
rentang lengan dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya Galton menjadi kecewa, sebab
kegiatan di laboratoriumnya itu tidak mempunyai korelasi dengan kecerdasan.
Pada tahun 1904 Alfred Binet dan Theodor Simon, dua orang psikolog Perancis telah
mempelajari kecerdasan di salah satu lembaga pendidikan di Paris untuk merancang alat
evaluasi yang dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas khusus
(siswa-siswa yang kurang pandai). Tes ira disebut test Binet-Simon.
Mula-mula IQ diperhitungkan dengan membandingkan "umur mental (Mental Age =
MA) dengan umur kronologis (Chronological AGE = CA)". Apabila kemampuan individu
dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental)
tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya pada individu seumur dia saat itu (umur
kronologis), maka akan diperoleh skor 1 (satu). Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai
sebagai dasar perhitungan IQ. Bila MA lebih tinggi dari CA, akan diperoleh skor lebih tinggi
dari 100 (yang mengindikasi kemajuan intelektual). Sebaliknya bila MA lebih rendah dari
CA, akan diperoleh skor kurang dari 100 (yang mengindikasikan keterbelakangan mental).
Rumus:
Penggolongan IQ
Interval IQ Penggolongannya
Diatas 180 • Genius/Luar biasa
140-179 • Gifted, tidak Genius tetapi menonjol dan populer
130 -139 • Cerdas Sekali/Sangat superior (genius)
120 -129 • Cerdas/Superior
110 -119 • Pandai
90-109 • Rata-rata (average) atau sedang *
Jenjang Pendidikan tertinggi yang dapat dicapai dengan tingkat kecerdasan tertentu
adalah sebagai berikut :
1. 110 keatas - Perguruan Tinggi
2. 90(sedang) - SMU
3. 80-89 (bodoh) - SLTP(kelas I kadang kelas H)
4. 70-79 (Inferior) - SD (kelas IV, kadang Kelas V)
5. 60-69 (Moron)-SD Kelas III
6. 50 - 59 (moron) - SD (kelas I, kadang Kelas H)
7. Dibawah 50 (Imbisil dan Idiot) - SD (tidak dapat ditempuh)
F. BAKAT KHUSUS
Setiap orang mempunyai bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan jenjang yang
berbeda-beda. Usaha pengenalan bakat, mula-mula terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi juga
sekarang dalam bidang pendidikan. Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya
dilakukan berdasarkan atas bidang apa bakat tersebut berfungsi seperti bakat matematika,
bakat menyanyi, bakat bahasa, bakat guru, bakat dokter dan sebagainya. Dengan demikian,
maka macam bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan dimana seseorang
individu hidup dan dibesarkan.
Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan
tetapi diperlukan latihan. Pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat
itu dapat terwujud. Misalnya seseorang yang mempunyai bakat menggambar, jika ia tidak
pernah diberi kesempatan untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut tidak akan
terwujud. Jika orang tuanya menyadari bahwa anaknya mempunyai bakat menggambar dan
mengusahakan dengan sebaik-baiknya untuk menggambarkan èakatnya, dan anak itu juga
menunjukkan bakat/minat untuk mengikuti pendidikan menggambar, maka akan dapat
mencapai prestasi bahkan menjadi pelukis terkenal.
Sebaliknya seorang anak yang mendapat pendidikan menggambar dengan baik, namun
tidak memiliki bakat menggambar, maka tidak akan pernah anak tersebut untuk mencapai
prestasi.
Bagaimana kita dapat mengenal, mengidentifikasi para remaja yang mempunyai bakat
khusus? Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri mereka? Alat-alat apa yang dapat digunakan
untuk mengetahui bakat-bakat khusus mereka? Semua informasi ini diperlukan sebelum
dilakukan upaya pengembangan bakat-bakat khusus peserta didik tersebut.
Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada tes bakat yang cukup luas daerah
pemakaiannya (Seperti tes inteligensi); berbagai tes bakat yang sudah ada seperti FACT
(Flanagan Aptitude Classification Test yang disusun oleh Flanagan); DAT (Differential
Aptitude Test yang disusun oleh Binet); M - T Tes (Mathematical dan Technical Test yaitu tes yang
disusun oleh Luning-prak), yang kesemuanya ini masih sangat terbatas daerah berlakimya. Hal ini
disebabkan tes bakat sangat terikat kepada konteks kebudayaan dimana tes itu disusun,
sedangkan macam-macam bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan dimana klasifikasi bakat
itu dibuat.
Yang harus diukur oleh alat identifikasi adalah, baik potensi (bakat pembawaan) maupun
bakat yang sudah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Alat ukur atau tes apa yang dipakai
tentu saja tergantung pada macam bakat yang dicari.
Bagaimana orang tua dapat mengenal bakat khusus anak ? Bakat anak dapat dikenali
dengan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan oleh anak, yang disukai anak, hal-hal
yang dikerjakan anak dengan baik, kesungguhan bakat anak bermanfaat bagi orang tua
mereka dapat memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak.
Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat, orang tua dapat menyediakan lingkungan
pendidikan yang sesuai dengan bakat anak. Mereka dapat membantu anak memahami dirinya
agar tidak melihat bakat sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu anugerah yang harus
dihargai dan dikembangkan. Manfaat lain dari kemampuan orang tua untuk mengenal bakat
anak ialah agar orang tua dapat membantu sekolah dalam prosedur pemanduan anak berbakat,
dengan memberikan informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka.
Sekolah mengirim daftar/ciri-ciri perilaku kepada orang tua dengan penjelasan bahwa sekolah
perlu mengetahui sifat-sifat siswa agar dapat merencanakan pengalaman pendidikan yang
sesuai baginya. Sebagai contoh: orang tua diminta memberi keterangan tentang butir-butir
berikut ini :
• hobi dan minat-minat yang khusus
• jenis buku yang disenangi
• masalah dan kebutuhan khusus
• prestasi unggul yang pernah dicapai
• pengalaman-pengalaman khusus
• kegiatan kelompok yang disenangi
• kegiatan mandiri yang disenangi
• sikap anak kepada sekolah/ guru
• cita-cita untuk masa depan
Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat mempupuk bakat anak adalah
keamanan psikologis dan kebebasan psikologis apabila :
• Pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala
kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia
baik dan mampu.
• Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa "dinilai" oleh orang lain.
Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga
menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
• Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami perrrikiran,
perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melfliat dari
sudut pandang anak serta dalam suasana seperti ini anak merasa aman untuk
mengungkapkan bakatnya.
Anak akan merasa kebebasan psikologis apabila orang tua dan guru memberi kesempatan
padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan atas perasaan-perasaannya. Kecuali
pendidikan hendaknya berfungsi mengembang bakat anak, jangan semata-mata menyajikan
kumpulan pengetahuan yang bersifat skolastik (yang mengenai pelajaran). Dengan pengenalan
bakat yang dimilikinya dan upaya pengembangannya dapat membentuk remaja untuk dapat
menentukan pilihannya yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai tujuan-
tujuannya.
BAB V
PERKEMBANGAN SOSIAL, PRIBADI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KBM
a. Keluarga
Keluarga merapakan lingkungan pertama dan ntama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata
cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosial anak. Di dalam
keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan bertujuan
mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan
dan bagaimana norma ditempatkan dalam lingkungan keluarga yang lebih luas, ditetapkan
dan diarahkan oleh keluarga.
b. Kematangan
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak bukan sebagai anak
yang independent, akan tetapi dipandang dalam konteks yang utuh dalam keluarga anak
itu, "ia anak siapa". Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif
yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial
anak akan senantiasa "menjagà status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu,
maksud "menjaga status sosial ekonomi keluarga" itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial Sosial tidak tepat. Hal ini dapat berakibat
lebih jauh, yaitu anak menjadi "terisolasi" dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membentuk kelompok élit dengan normanya sendiri.
d. Pendidikan:
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti yang Iuas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma Iingkungan dekat, tetapi
dikenalkan pula pada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antara
bangsa. Etika dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk
membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Kapasitas mental (emosi dan inteligensi) :
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulan atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat
bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu
memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor
intelek/ kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.
Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan., karena bahasa pada dasarnya
merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat komunikasi, baik secara lisan, tertulis, maupun dengan
tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai
upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain. 1. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor :
a. Umur anak :
Bertambahnya usia manusia akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah
pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang
sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut
mempengaruhi, sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja
otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat.
b. Kondisi Lingkungan :
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang besar dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan
lingkungan di pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan, dan di daerah-daerah terpencil.
c. Kecerdasan:
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-
tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang
berkorelasi positif dengan kemampuan intelek atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru,
memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat
dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain,
amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
d. Status sosial ekonomi keluarga :
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang
baik bagi perkembangan bahasa anak-anak, dan anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi
berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan Iebih tampak
berbeda perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik.
Dengan kata lain, pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan
bahasa.
e. Kondisi fisik :
Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi sehat anak. Seseorang yang cacat, yang
terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti : bisu, tuli, gagap, organ
suaranya tidak sempurna akan mengganggu perkembangan anak berkomunikasi dan
tentu saja akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain.
Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang
rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang
baik, logis, dan sistematis. Hal ini pula yang mengakibatkan sulirnya berkomunikasi.
Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan
gagasannya orang Iain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil ide dan
gagasannya itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti
bahasa akan berakibat kekaburan persepsi yang di perolehannya. Akibat lebih lanjut
adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil
pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurang mampuan dalam berbahasa.
Kelas terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuan maupun
polanya. Menghadapi hal ini, guru harus mengembangkan strategi belajar mengajar
bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah
diberikan dengan kata dan bahasa disusun oleh siswa-siswa sendiri. Dengan ini senantiasa
guru dapat melakukan identifïkasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa siswanya.
Kedua, berdasarkan hasil identirîkasi itu guru melakukan pengembangan bahasa siswa
dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat
dan benar oleh guru. cerita siswa tentang isi pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas
untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para siswa mampu menyusun cerita lebih
komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa
mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik
lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan, akan lebih
mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing.
Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi
dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pola itu sarana perkembangan bahasa
seperti buku-buku surat kabar, majalah dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah
maupun di rumah.
D. PERKEMBANGAN EMOSI
Kehidupan seseorang pada umumnya penuh dorongan dan minât untuk mencapai atau
memiliki sesuatu. Sebagaimana telah dikatakan terlebih dahulu, bahwa perilaku seseorang dan
munculnya sebagai kebutuhan dan disebabkan oleh berbagai dorongan dan minât Seberapa
dorongan-dorongan dan minat-minat seseorang itu terpenuhi, merupakan dasar dari
pengalaman emosionainya. Perjalanan kehidupan tiap-tiap orang tidak selalu sama kehidupan
seseorang berjalan menurut polanya sendiri-sendiri.
Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan
pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam
kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-
pernikiran dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, untuk memahami remaja memang perlu
mengetahui apa yang mereka lakukan, yang mereka pikirkan, bahkan yang mereka rasakan .
makin banyak kita memahami dunia remaja seperti apa yang mereka alami, makin perlu kita
melihat kedalam kehidupan emosionainya dan memahami perasaan-perasaannya, baik
perasaan tentang dirinya sendiri maupun tentang orang lain.
Gejala-gejala emosional seperti: marah, takut, bangga dan rasa malu, cita dan benci,
harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik.
1. Pengertian emosi :
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu seperti :perasaan senang dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang
selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut "warna efektif ". Warna efektif
itu kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samar-
samar). Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam,
lebih luas, dan lebih terarah sehingga perasaan seperti ini disebut "emosi".
Emosi dan perasaan adalah dua haï yang berbeda. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa : emosi adalah perasaan yang tidak dapat dikendalikan. Sedangkan
perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan
membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam dirinya.
Bagaimana dri-dri khas emosi ? pada saat emosi terjadi, sering kali terjadi perubahan-
perubahan pada fïsik, antara Iain berupa :
• Reaksi elektris pada kulit meningkat, sehingga kelihatan marah.
• Peredaran darah bertambah cepat bila marah.
• Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.
• Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.
• Pupil mata membesar bila marah.
• Liur mengering kalau takut/tegang.
• Bulu roma berdiri kalau takut
• Pencernaan mencret-mencret kalau tegang.
• Otot terjadi tegang dan bergetar.
3. Kemarahan dan permusuhan, dapat timbul oleh rasa cemburu, baik cemburu
karena cinta maupun kecemburuan sosial.
4. marah dapat terjadi karena diri sendiri tidak dapat merealisasi apa yang ingin
dicapai.
E. PERKEMBANGÀN NILAL MORAL DAN SIKAP
c. Upaya pengembangan nilai, moral dan sikap, serta implikasi nya dalam
penyelenggaraan pendidikan :
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan
sikap adalah :
(1) Menciptakan komunikasi :didahului dengan pemberian
informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak akan mengetahuinya dari orang
tuanya bagai mana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan
nilai-nilai moral. Di sekolah anak diberi kesempatan berpartisipasi untuk
mengembangkan aspek moral, misalnya melalui kerja kelompok.
(2) Menciptakan lingkungan yang serasi : seseorang yang
mempelajari nilai hidup, moral tertentu, kemudian berhasil memiliki sikap dan
tingkah Iaku sebagai pencerminan nilai hidup itu. Ini berarti bahwa
pengembangan tingkah laku, nilai hidup, hendaknya tidak hanya mengutamakan
intelek saja, tetapi mempergunakan lingkungan yang kondusif, di mana faktor-
faktor lingkungan itu merupakan penjelmaan konkrit dari nilai-nilai hidup
tersebut.
Akhirnya perlu juga diperhatikan nilai-nilai keagamaan, lingkungan yang
banyak bersifat mengajak, mengundang atau memberi kesempatan, akan Iebih
selektif dari pada lingkungan yang ditandai dengan Iarangan-larangan,
peraturan-peraturan yang serba membatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H.Abu. 1993. Cara Belajar Yang Mandiri dan Sukses. Solo: Toko
Buku Agency.
Conny Semiawan. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah
(Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Jakarta: Gramedia.
Degeng, I.Nyoman Sudana. 1989. Umu Pengajaran Taksonomi variabel.
Jakarta: P2LPTK.
Depdikbud,UT. 1984/1985. Pokok-pokok kesehatan Mental dan Penyesuaîan
diri. Program Akta mengajar V-B komponen Proses Belajar BKS. Buku
II Modul 1 . Jakarta
Gunarsa, Singgih 1998. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Gunarsa, J.Singgih dan Singgih Gunarsa 1999. Psikologi Remaja. Jakarta: PT
Gunung Mulia
Hurlock E.B.1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayantidan kawan-kawan),
Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama
Imam Bawani 1985. Pengantar Itmu Jiwa Perkembangan. Surabaya : PT.
Bina Ilmu
Kartini Kartono,1990. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung :
CV.Mandar
Mapiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Mar'at.1998. Sikap
Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta :
Ghalis Indonesia
Melly,Sri Sulastri Rifai.1987. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta :
PT.Bina Aksara Monks, F.J. 1984. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gama Press.
Sarlito, W.S. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Sunarto, H dan Ny. B.A.
Hartono. 1994. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: P3MT, Dirjen Dikti, Depdikbud. Surakhmad, Winarno,1990. Mewujudkan Nilai-
nilai Hidup dalam Tingkah
laku : Sebuah Ikhtisar Pedoman Pendekatan Metodologik.Bandung :
Tarsito. Sutan, Z.A. & Syahniar, S. 1992/1993. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta:
Depdikbud, Dirjen Dikti P2TK. Wahab, H.Rochmat dan Solehuddin. 1998/1999.
Perkembangan dan Belajar
Peserta didik Depdikbud Dirjen DIKTI P2GSD Westy, Soemanto. 1983. Psikologi
Pendidikan. Malang: Bina Aksara. Winarno, Surakhmad. 1982. Cara Belajar Terbaik di
Universitas. Bandung:
Penerbit Tarsito.