You are on page 1of 2

Kekuatan Supranatural Suku Dayak Manajah Antang

oleh Dayak Culture pada 03 Maret 2011 jam 19:31

Salah satu kekuatan supranatural suku Dayak di Kalimantan Tengah adalah Manajah Antang, tradisi ini telah berlangsung sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Manajah Antang

digunakan untuk meminta petunjuk roh leluhur. Burung Antang adalah sebutan lain dari burung Elang, namun yang dipanggil tersebut bukanlah Elang sembarangan, karena diyakini

bisa memberikan arah dan petunjuk letak keberadaan orang yang dicari. Seorang Pisur (orang yang bertugas dalam ritual maupun upacara adat dalam agama Kaharingan) ditunjuk

untuk memimpin ritual adat suku Dayak ini.

Pisur Adat Samkurnadi atau Bapak Eluh mengenakan Lawung Bahandang (sejenis penutup kepala bewarna merah) yang diselipi ekor burung Tingang (burung endemik Kalimantan yang

dikeramatkan). Di depan pria paruh baya ini telah terhampar sesaji alat kelengkapan ritual seperti Baram (sejenis tuak), Tambak Hambaruan, Sipa, rokok kretek, dupa, ayam dan

darahnya serta sebuah gelas berisi beras yang di atasnya menancap ekor burung Tingang. Di ekor burung Tingang ini melingkar sebuah cincin emas bernama Singa Hambaruan. Tangan

Samkurnadi memegang sebuah gelas berisi beras, lalu Pisur ini mulai membaca mantra dan menghitung angka dalam logat Dayak Ngaju yang kental, kemudian menaburkan beras ke

beberapa arah empat penjuru mata angin, untuk mengundang roh leluhur datang ke tempat lokasi ritual adat Manajah Antang dilaksanakan. Sejumlah bambu yang atasnya masih

bercabang tampak pula ditancapkan ke sejumlah arah. Bila burung Antang datang, dia akan terbang di atas atau bertengger disalah satu bambu itu, hal demikian menandakan arah

tempat orang yang akan dicari.

Suku Dayak percaya bahwa tradisi ritual adat Manajah Antang mampu menunjukkan letak keberadaan orang yang dicari. Menurut Samkurnadi terdapat cerita yang dipercaya pernah

terjadi beberapa ratus tahun silam, konon leluhur suku Dayak ada yang menjelma menjadi Antang Patahu. Antang Patahu adalah Elang Gaib penjaga wilayah suku Dayak di Kalimantan

Tengah. Saat berada dalam situasi tertentu maupun dalam keadaan genting, Elang penjaga ini bisa dipanggil untuk memberikan petunjuk kepada warga Dayak yang membutuhkan

pertolongan.

Di daerah Kotawaringin Timur Samkurnadi mengenal dua Antang yakni Antang Talunjuk Bunu dan Antang Bukit Gaib, kedua Antang ini berasal dari daerah hulu Tumbang Sabirau,

Kecamatan Parenggean, Sampit Kotawaringin Timur. Ritual adat yang dilaksanakan Samkurnadi pada hari Rabu (23/02/11) dan Kamis (24/02/11) kemarin dilakukan dekat sebuah

Patahu di lokasi Area Budaya Dayak Sampit adalah untuk mencari petunjuk keberadaan orang jahat yang melarikan diri, pasca ketegangan yang terjadi di Samuda, Kotim beberapa

waktu lalu. Menurut Samkurnadi saat ritual adat yang dilaksanakan pada Rabu dan kamis kemarin telah datang Antang Bukit Gaib yang memberikan petunjuk letak keberadaan orang

jahat tersebut bersembunyi.

Samkurnadi adalah salah satu Pisur yang kerap dimintai tolong oleh warga suku Dayak untuk melaksanakan ritual adat, bahkan beliau juga pernah dipanggil oleh warga Dayak di daerah

Kahayan untuk melaksanakan ritual adat Manajah Antang ini. Menurutnya di Kabupaten Gunung Mas dikenal ada Antang yang menjaga Desa Rabauh, selain itu Antang penjaga ini juga

terdapat disekitar Desa Tuyun. Sementara di daerah Mentaya, Sampit ada Antang penjaga yang keberadaannya bisa dipanggil oleh Tokoh Adat sekitar yang mengetahuinya.
Menurut Tjilik Riwut dalam bukunya Maneser Panatau Tatu Hiang (Menyelami Kekayaan Leluhur), Manajah Antang artinya adalah memanggil burung Antang (burung Elang) agar

memberikan isyarat atau pertanda kepada manusia. Bila suku Dayak akan berangkat perang (Asang maupun Ngayau pada masa lalu) terlebih dahulu mengadakan upacara ritual

Manajah Antang yang dilakukan oleh Pangkalima (pemimpin perang) atau oleh orang tertentu yang mempunyai kemampuan supranatural, ia mampu memanggil burung Elang untuk

datang ke tempat upacara Manajah Antang dilaksanakan.

Tjilik Riwut menjelaskan bila yang dipanggil adalah Elang dari hulu Kahayan maka yang datang adalah Elang dari arah sebelah Kapuas, bila yang dipanggil adalah Elang Bukit Batu maka

yang datang adalah Elang yang salah satu bulunya tercabut atau hilang dan bila yang dipanggil adalah Elang milik Kutat (leluhur suku Dayak Katingan) maka yang datang adalah Elang

yang pada kakinya memakai gelang terbuat dari emas. Setelah Elang tersebut datang, dengan bahasa Sangen dijelaskan kepada Elang yang sedang terbang tersebut tujuan atau

maksud pemanggilan.

You might also like