You are on page 1of 374

Sri Hermawati D. A. dkk.

Seni
BUDAYA
Sri Hermawati Dwi Arini dkk.

SENI BUDAYA
ISBN XXX-XXX-XXX-X

Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
untuk
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Sekolah Menengah Kejuruan
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-
nakan dalam Proses Pembelajaran.

HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00


untuk SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Sri Hermawati Dwi Arini,
Ataswarin Oetopo,
Rahmida Setiawati,
Dkk.

SENI BUDAYA

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

SENI
BUDAYA
Untuk SMK

Penulis : Sri Hermawati Dwi Arini, Ataswarin Oetopo, Rahmida Setiawati,


Dkk.

Ukuran Buku : …… x …… cm

……
SHD Sri Hermawati Dwi Arini, Ataswarin Oetopo, Rahmida Setiawati,
Dkk.
…. Pembangki Tenaga Listrik: SMK oleh Muslim, Sri Hermawati
Dwi Arini, Ataswarin Oetopo, Rahmida Setiawati,
Dkk. ---- Jakarta:Pusat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
vi. 376 hlm.
ISBN ……-……-……-……
1. Seni Budaya

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008

Diperbanyak oleh….
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia
Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan
penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk
disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh


penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan,
dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk
penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft
copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya
sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah
Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar
ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya,


kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat
kami harapkan.

Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK
i

Pengantar Penulis
Mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan
seni yang berbasis budaya, yang dimaksud budaya meliputi budaya
nusantara, asia dan periode klasik dan modern. Khusus bahasan aspek
budaya nusantara tidak dibahas terpisah melainkan terintegrasi dengan seni.
Yang dapat diartikan kesenian yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara
yang beragam. Dengan cara ini karakteristik kesenian Indonesia yang khas
akan muncul sebagai sebuah jati diri bangsa yang mampu berkompetisi
dalam percaturan kesenian dunia, pendidikan seni yang berakar dari tradisi
merupakan simbol kebanggaan, keluhuran dan harga diri bangsa Indonesia.
Transformasi nilai-nilai seni ke dalam masyarakat luas karena seni
bisa menjadi penyejuk bagi kepesatan kemajuan sains dan teknologi yang
tidak jarang mengabaikan kehalusan rasa seni dan pendidikan seni berperan
sebagai filter bagi peradaban.
Topik atau materi yang dapat dikupas tidak dapat meliputi 33 propinsi
dan kesenian yang dapat dikupas hanya terdiri dari beberapa kesenian
berdasarkan pertimbangan fenomena kesenian yang hidup dimasyarakat
atau dengan kata lain kesenian bermutu yang mengandung banyak hal untuk
mengungkap masalah seni budaya, kesenian yang banyak mendapat respon
dari bangsa sendiri ataupun dari mancanegara. Topik ataupun materi terbagi
bagian apresiasi, ekspresi dan wirausaha.
Penjenjangan materi hanya dapat dilakukan pada bagian ekspresi /
keterampilan. Buku teks ini bukan hanya memberikan wawasan namun juga
keterampilan yang dapat dipilih sesuai minat, kelebihan buku ini memberikan
pengetahuan keragaman seni budaya nusantara dan keterampilan yang
sangat penting karena penyebarannya yang luas atau sudah dikenal
diberbagai wilayah, serta mempunyai nilai sebagai bekal keterampilan dunia
kerja dan pengetahuan wirausaha.
Semoga buku ini akan memberikan sumbangan yang berarti bagi
anak didik kita dan merupakan pengetahuan tentang kekayaan, kebudayaan
dan kesenian milik bangsa kita Indonesia tercinta untuk juga meningkatkan
kebudayaan dan pariwisata kita.

Jakarta, Juni 2008


iii

KETUA TIM PENILAI BNSP


Dosen Institut Seni
Drs. Pracoyo, M.Hum Seni Rupa Murni
Indonesia Yogyakarta

DAFTAR KONTRIBUTOR

Bidang
Penulis Nama Institusi
Keahlian

Dosen Universitas
Tim Martin Renatus Nadapdap, S.Sn Seni Musik
Negeri Jakarta
Dosen Universitas
Tim Dra. Clemy Ikasari I, M.Pd Seni Musik
Negeri Jakarta
Dosen Universitas
Tim Dra. Bambang Pratjikno, M.Pd Seni Tari
Negeri Jakarta
Dosen Universitas
Tim Dwi Kusumawardani, S.Sn, M.Pd Seni Tari
Negeri Jakarta
Dosen Universitas
Tim Drs. Moh Muttaqin, M. Hum Seni Musik
Negeri Semarang
Dosen STSI
Tim Tardi Ruswandi, S.Kar, M.Hum Seni Musik
Bandung
Dosen Universitas
Tim Didin Supriadi, S.Sen, M.Pd. Seni Musik
Negeri Jakarta
Dosen Universitas
Tim Dini Devi Triana, S.Sen. M.Pd. Seni Tari
Negeri Jakarta
Dosen Universitas
Tim Saryanto, S.Kar Seni Musik
Negeri Jakarta
Tim Dwi Kurniadi, S.Pd Perguruan Cikini Seni Musik

EDITOR
Dosen Universitas Gitar dan Teori
Dra. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd.
Negeri Yogya Musik

DISAIN GRAFIS

Dosen Teknik Elektro


Wafirul Aqli, ST
Universitas Muhamadiyah Jakarta
iv

DAFTAR ISI

Pengantar Penulis ............................................................................... i


Pengantar Direktur Pembinaan SMK .................................................. ii
Daftar Tim Penyusun dan Nara Sumber ............................................. iii
Daftar Isi ............................................................................................. iv
Lembar Pengesahan ........................................................................... viii
Peta Kompetensi ................................................................................. ix
Daftar Gambar Seni Musik ................................................................. x
Seni Tari .................................................................... xii
Seni Teater ................................................................ xv
Seni Rupa .................................................................. xv
Daftar Tabel Seni Musik ................................................................. xvii
Seni Tari .................................................................... xvii
Seni Rupa .................................................................. xvii
Bab VI ....................................................................... xviii

BAB I. DASAR-DASAR
1. Pengertian Kebudayan dan Seni ............................... 1
1.1. Pengertian Kebudayaan ..................................... 1
1.2. Pengertian Seni .................................................. 10
1.3. Sifat Dasar Seni .................................................. 11
1.4. Struktur Seni ....................................................... 12
1.5. Pengertian Nilai Seni ......................................... 13
1.6. Pengertian Ekspresi................................ ............ 14
1.7. Pengertian Genre/Fungsi Seni ........................... 14
1.8. Pengertian Apresiasi............................... ............ 17

BAB II. SENI MUSIK


2. Mengapresiasikan Karya Seni Musik ........................ 24
2.1. Pengertian Musik ............................................... 24
2.2. Sistem Nada ...................................................... 25
2.2.1. Awal Terbentuknya Sistem Nada
Diatonis ................................................... 25
2.2.2. Titi Laras Pentatonik................................ 26
2.3. Musik Klasik.... .................................................... 29
2.3.1.Musik Klasik ............................................... 29
2.3.1.1. Zaman Pertengahan ................. 29
2.3.1.2. Zaman Renaisance .................. 30
2.3.1.3. Zaman Barok ............................ 30
2.3.1.4. Zaman Rokoko ......................... 31
2.3.1.5. Zaman Klasik ............................ 32
2.3.1.6. Zaman Romantik ...................... 37
2.3.1.7. A. Zaman Abad 20 .................... 39
B. Musik Jazz ............................ 40
v

2.4. Musik Tradisi Indonesia ...................................... 41


2.4.1. Musik Betawi .......................................... 41
2.4.2. Musik Bali ................................................ 47
2.4.3. Gamelan ................................................. 49
2.4.4. Angklung ................................................. 58
2.4.5 Sampe .................................................. 68

2.5. Musik Non Barat ................................................ 71


2.5.1. Musik Afrika............................................. 71
2.5.2 Musik India ............................................. 72
2.5.3. Alat Musik Tiongkok dan Jepang ............ 73
2.5.4. Alat Musik Kultur Tinggi Timur
Tengah dan Kultur Tinggi Yunani............ 73
2.6. Ekspresi Melalui Kegiatan Bermusik
2.6.1. Vokal ....................................................... 75
2.6.1.1. Asal Usul Vokal .......................... 75
2.6.1.2. Jenis Pernafasan ....................... 76
2.6.1.3. Wilayah Suara ............................ 77
2.6.2. Tangganada ............................................ 79
2.6.2.1 Tangganada Diatonis Mayor ....... 79
2.6.2.2 Tangganada Diatonis Minor ........ 82
2.6.2.3 Akor ............................................ 83
2.6.2.4 Cara Menentukan Akor Dalam
Sebuah Lagu ............................... 85
2.6.3. Penerapan akor pada Instrumen
Keyboard ................................................. 87
2.6.3.1 Mempelajari Tombol-tombol
Keyboard ..................................... 88
2.6.3.2 Mempraktikan dengan Lagu........ 94
2.6.4. Teknik Memainkan Gambang Kromong.. 122
2.6.5. Teknik Memainkan Gamelan .................. 130
2.6.6. Teknik Memainkan Kacapi ...................... 137
2.6.6.1 Kacapi Fungsi Hiburan ................ 137
2.6.6.2 Teknik Petikan Kacapi ................ 143
2.6.6.3 Mempraktikan Memetik Kacapi
Dengan Cacarakan ..................... 144

BAB III. SENI TARI


3. Mengapresiasikan Karya Seni Tari ........................... 158
3.1. Pengertian Seni Tari ........................................... 158
3.2. Unsur Pokok Tari ................................................ 161
3.2.1 Gerak ..................................................... 161
3.2.2. Motif Gerak Tari ..................................... 164
3.2.3. Motif Gerak Tari Berpasangan
Atau Kelompok ....................................... 169
3.2.4. Ruang .................................................. 169
3.2.5. Tenaga .................................................. 175
3.2.6. Ekspresi ................................................. 176
3.2.7. Iringan Tari ............................................. 177
3.3 Unsur Komposisi Tari.... ..................................... 178
vi

3.4. Penjiwaan Dalam Tari ........................................ 181


3.5 Pembelajaran Apresiasi Tari ............................... 182
3.5.1. Kegiatan Apresiasi Tari ........................... 183
3.5.2. Pembelajaran Kreativitas ........................ 184

3.6. Tari Berdasarkan Konsep Garapan .................... 187


3.6.1. Tari Tradisional ....................................... 187
3.6.1.1. Tari Primitif ................................ 189
3.6.1.2. Tari Rakyat ............................... 190
3.6.1.3. Tari Klasik .................................. 194
3.6.2. Tari Non Tradisional ................................ 195
3.7. Tari Berdasarkan Orientasi Peran Fungsi...........
Di Masyarakat .................................................. 197
3.7.1. Tari Upacara ........................................... 197
3.7.1.1. Tari Adat ................................... 197
3.7.1.2. Tari Agama ............................... 212
3.8. Tari Berdasarkan Orientasi Artistik ..................... 214
3.8.1. Tari Balet ................................................. 214
3.8.2. Musical Dance ......................................... 216
3.9. Fungsi Tari ....... .................................................. 216
3.9.1. Tari Sebagai Sarana Upacara ................. 217
3.9.2. Tari Sebagai Sarana Hiburan .................. 219
3.10.Produksi Tari... .................................................. 221
3.11.Dasar Pijakan .................................................. 222

BAB IV. SENI TEATER


4. Sejarah Teater .............................................................. 228
4.1 Mengapresiasikan Karya Seni Teater ................. 228
4.2. Pengertian Teater ............................................... 229
4.2.1. Bentuk Teater Indonesia
Berdasarkan Penduduknya ..................... 230
4.2.2. Fungsi-fungsi Teater Rakyat ................... 232

4.3. Seni Peran .......................................................... 234


4.4. Akting.. ................................................................ 236
4.5. Gaya Akting... ..................................................... 239
4.6. Beberapa Istilah Dalam Teater .............. ............ 240
4.7. Unsur-unsur lakon Teater....................... ............ 241
4.8. Unsur-unsur Pementasan....................... ............ 242
4.9. Naskah Drama ................................................... 255
4.9.1. Struktur Naskah Drama ........................... 256
4.9.2. Struktur Dramatik .................................... 257
4.9.3. Pembuatan Naskah ................................. 257
4.10. Penyutradaraan .............................................. 258
4.10.1. Pengertian Sutradara .............................. 259
4.10.2. Tugas Sutradara...................................... 259
4.10.3. Tipe Sutradara......................................... 260
4.10.4. Cara Penyutradaan..................... ............ 260
vii

4.11. Teknik Tata Panggung ................................... 261


4.12. Tata Pentas.. .................................................. 263
4.13. Manajemen Produksi
Pertunjukan Teater.... .................................... 264
4.13.1 Tahapan Manajemen.. ........................ 264

BAB V. SENI RUPA

5.1. Pengantar Seni Rupa ......................................... 288


5.1.1. Seni Murni................................... ............ 290
5.1.2. Desain......................................... ............ 291
5.2. Dasar-dasar Seni Rupa ...................................... 295
5.2.1. Unsur-unsur Seni Rupa........................... 295
5.2.2. Prinsip Penyusunan Karya Seni
Rupa ....................................................... 305
5.3. Apresiasi Karya Seni Rupa ................................. 310
5.3.1. Pengertian dan Fungsi Apresiasi ............ 310
5.3.2. Aliran-Aliran Dalam Seni Rupa.... ........... 311
5.3.3. Aspek-Aspek Penilaian Dalam
Apresiasi Karya Seni ............................... 317
5.4. Pameran Karya Seni Rupa ................................. 320
5.4.1 Kegunaan Pameran Seni Rupa
di Sekolah................................... ............ 320
5.4.2. Jenis-jenis Pameran................................ 320
5.4.3. Manfaat Pameran Seni Rupa
di Sekolah.................................... ........... 321
5.4.4. Syarat-syarat Penyelenggaraan
Pemeran Seni Rupa di Sekolah... ........... 322
5.5. Ragam Hias Nusantara........................... ........... 323
5.6. Ekspresi Melalui Kreasi Seni Kriya......... ............ 326
5.7. Seni Kriya Batik....................................... ........... 327
5.7.1 Alat dan Bahan Batik............................... 331
5.7.2 Berkreasi Batik............................ ............ 341
5.8. Seni Kriya Ikat Celup(Tie Dye) ................ .......... 349
5.8.1 Kreasi Teknik Celup Ikat.............. ........... 350

BAB VI WIRAUSAHA
6.1. Usaha Kecil ........................................................ 358
6.2. Menjadi Wirausaha Penyelenggaraan
Pertunjukan Musik..................................... ......... 360
6.3. Penata Musik Film/Sinetron/Kartun.......... .......... 364
6.4. Proses Manajemen Produksi Teater........ .......... 366
6.5. Kewirausahaan Dalam Seni Rupa...... ................ 369
6.6. Wirausaha Penyelengaraan Pameran
Seni Rupa................................................. .......... 371

GLOSARI …………….……………………………………………. ........ 373


DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. ........ 376
ix

PETA KOMPETENSI

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikembangkan


sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan program sekolah
berbasis pada kebutuhan dan kompetensi wilayah.
Materi pembelajaran berorientasi untuk mempersiapkan anak didik
menuju dunia kerja.

Pengembangan Program Materi Pada Bidang Seni

Seni

Seni Pertunjukan Seni Rupa

Kompetensi Seni Pertunjukkan

Pelaku Seni Pemandu Penyeleng- Tim Kreatif


x Pemain x Jasa garaan x Penyutra-
x Penari Informasi x Menyiapkan daraan
Jasa Penye-
x Penulis lenggaraan
x Broad-
Naskah Pertunjukkan casting

Kompetensi Seni Rupa

Seniman/Pengrajin Kewirausahaan
x Produk Seni x Menciptakan
Lapangan Kerja
x Menghasilkan
Barang dan Jasa
x

DAFTAR GAMBAR SENI MUSIK

Bab I
Gambar 1.1. Rumah-Rumah Adat ......................... 1
1.2. Perangkat alat Musik Gamelan Joged
Bumbung (Grantang) ......................... 2
1.3. Alat Musik Sampe ............................. 2
1.4. Tifa Maluku ........................................ 2
1.5. Tari Tradisional Saman ..................... 3
1.6. Tari Merak ......................................... 3
1.7. Motif Banjar Kalimantan Selatan........ 3
1.8. Motif Nusatenggara Timur ................. 3
1.9. Motif Toraja ........................................ 4
1.10. Wayang Golek ................................... 4
1.11. Topeng Cirebon ................................. 4
1.12. Pakaian Adat Kalimantan Timur ........ 5
1.13. Pakaian Adat Banjar Kalimanta Selatan 5
1.14. Perak Kota Gede Yogyakarta ............ 5
1.15. Rumah Adat Toraja ........................... 6
1.16. Patane (Rumah Menyimpan Jenazah/
Adat Toraja) ....................................... 7
1.17. Lembu : Tempat Meletakan Mayat di Bali 8
1.18. Bade: Tempat Meletakan Mayat di Bali 8
1.19. Gadis Suku Dayak ............................. 9
1.20. Fungsi Seni ........................................ 15

Bab II
Gambar 2.1. Instrumen Musik................................. 26
2.2. Notasi Rante (Gamelan) .................... 26
2.3. Komponis Antonio Vivaldi .................. 32
2.4. Komponis Johan Sebastian Buch ...... 32
2.5. Harpsichord........................................ 35
2.6. Grand Piano ....................................... 35
2.7. Papan Bilah Nada .............................. 36
2.8. Komponis J. Haydn ............................ 37
2.9. Komponis W.A. Mozart ...................... 37
2.10. Komponis L.V. Beethoven ................. 37
2.11. Komponis F. Chopin .......................... 38
2.11. Komponis J. Brahms Corbis .............. 38
2.13. Komponis F. Mendeshon ................... 38
2.14. Komponis C. Debussy ....................... 39
2.15. Komponis Bella Bartok....................... 39
2.16. Komponis G. Gershwin ...................... 39
2.17. Ondel-Ondel....................................... 41
xi

2.18. Gambang Kromong ............................ 42


2.19. Kongahyan, Tehyan dan Sukong ....... 43
2.20. Tanjidor ............................................... 43
2.21. Samrah ............................................... 43
2.22. Keroncong Tugu ................................. 46
2.23. Gamelan Gong Gede.......................... 48
2.24. Gamelan Joged Bumbung (Grantang) 48
2.25. Perangkat Gamelan Jawa .................. 49
2.26. Bonang ............................................... 50
2.27. Saron .................................................. 51
2.28. Gender ................................................ 51
2.29. Slentem .............................................. 51
2.30. Gamelan Carabalen ........................... 54
2.31. Denah Penempatan Ricikan Perangkat
Gamelan Carabalen ........................... 54
2.32. Denah Penempatan Ricikan Perangkat
Gamelan Ageng .................................. 55
2.33. Perangkat Gamelan Ageng ................ 57
2.34. Angklung ............................................. 58
2.35. Notasi Gambar untuk Pembelajaran
Angklung ............................................. 60
2.36. Metode Curwen Untuk Pembelajaran
Angklung ............................................. 62
2.37. Alat Musik Sampe Kalimantan Timur.. 68
2.38. Penampang Resonator dan Dawai
Sampe ................................................ 69
2.39. Cara Melaras Dawai Sampe ............... 70
2.40. Musik Afrika ........................................ 71
2.41. Alat Musik India .................................. 72
2.42. Alat Musik Koto ................................... 73
2.43. Alat Musik Yunani ............................... 74
2.44. Bagian Tubuh Manusia ....................... 76
2.45. Wilayah Suara Manusia ...................... 77
2.46. Artikulasi ............................................. 78
2.47. Kacapi Kauh/Siter ............................... 138
2.48. Musik Kacapi Suling............................ 138
2.49. Kacapi Rincik, Melodi, dan Rincik Birama 139
2.50. Kecapi Perahu...................................... 139
2.51. Musik Celempungan............................. 140
xii

DAFTAR GAMBAR SENI TARI

Bab III
Gambar
3.2. Penggunaan Properti ......................... 162
3.3. Mengeksplore Gerak Tubuh untuk
Ruang Gerak...................................... 162
3.4. Gerak Lari Jingkit (Tridik) ................... 162
3.5. Pengolahan Ruang Tari dalam Pentas
Tari .................................................... 163
3.6. Imitasi Gerak Tari Topeng ................. 163
3.7. Imitasi Gerak Tari Topeng ................. 163
3.8. Gerak Pencak Silat ............................ 163
3.9. Sikap Dasar Tari ................................ 163
3.10. Sikap Kuda-kuda................................ 164
3.11. Pelemasan Anggota Gerak Tubuh..... 170
3.12. Eksplorasi Gerak................................ 170
3.13. Gerak Desain Tertunda...................... 170
3.14. Penari Mengolah Ruang .................... 170
3.15. Penguasaan Ruang Pentas dan
Ruang Gerak...................................... 170
3.16. Pengolahan Properti .......................... 172
3.17. Gerak Dalam Memiliki Kesan Dalam . 172
3.18. Gerak Sedang .................................... 172
3.19. Gerak di Udara................................... 173
3.20. Gerak Selit ......................................... 173
3.21. Gerak Teknik Sirkile ........................... 174
3.22. Gerak Teknik Split.............................. 174
3.23. Gerak Respons .................................. 175
3.24. Gerak Sedang .................................... 175
3.25. Kekuatan Lompatan ........................... 175
3.26. Penghayatan Tumpukan Kaki ............ 176
3.27. Pelebaran Ruang Gerak .................... 176
3.28. Penghayatan Mata ............................. 177
3.29. Penghayatan Gerak ........................... 177
3.30. Instrumen Iringan Tari (Bonang) ........ 177
3.31. Gerak Tari Terpulout .......................... 188
3.32. Gerak Tari Terpulout .......................... 188
3.33. Tari Panggung Jati ............................. 188
3.34. Konsep Tradisi Pengembangan......... 188
3.35. Konsep Tradisi Pengembangan......... 188
3.36. Konsep Teater Topeng ...................... 189
3.37. Tari Perang ........................................ 189
3.38. Tari Gejolak........................................ 190
3.39. Tari Tano Doang ................................ 190
xiii

3.40. Tari Jepang Rebana ........................... 190


3.41. Tari Seudati ........................................ 191
3.42. Tari Saman ......................................... 191
3.43. Tari Turun Kavih Vhen ........................ 191
3.44. Tari Rampak dinan Jombang.............. 192
3.45. Tari Rampak dinan Jombang.............. 192
3.46. Tari Payung ........................................ 192
3.47. Tari Barabah ....................................... 193
3.48. Tari Kranag ......................................... 193
3.49. Tari Pendet (Bali) ................................ 194
3.50. Kresno Baladewa ............................... 194
3.51. Topeng Bali ........................................ 194
3.52. Merak .................................................. 195
3.53. Pakarena ............................................ 195
3.54. Gambyong .......................................... 195
3.55. Sequence ........................................... 196
3.56. Quilinte ............................................... 196
3.57. Flash Time .......................................... 196
3.58. Bratasena ........................................... 196
3.59. Cinta Bunda ........................................ 196
3.60. Squestrall ............................................ 197
3.61. Sekapur Sirih ...................................... 198
3.62. Rangguk ............................................. 198
3.63. Rabot .................................................. 198
3.64. Ngelajau ............................................. 199
3.65. Agon Yamuniku .................................. 199
3.66. Merak .................................................. 199
3.67. Badaran .............................................. 200
3.68. Merak .................................................. 200
3.69. Topeng ............................................... 200
3.70. Teater Topeng .................................... 200
3.71. Teater Topeng .................................... 200
3.72. Nyi Kembang ...................................... 200
3.73. Tebal Gempita .................................... 201
3.74. Bahairan ............................................. 201
3.75. Trunajaya ............................................ 201
3.76. Topeng ............................................... 201
3.77. Gimyak Banyumasa............................ 202
3.78. Polalak ................................................ 202
3.79. Gambyong .......................................... 202
3.80. Gagahan ............................................. 203
3.81. Klono Topeng ..................................... 203
3.82. Mbya ................................................... 203
3.83. Warok ................................................. 204
3.84. Ngremo ............................................... 204
3.85. Ngremo ............................................... 204
3.86. Topeng Rangde .................................. 205
xiv

3.87. Manukrawa ........................................ 205


3.88. Oleg Tablingan................................... 205
3.89. Trunajaya ........................................... 205
3.90. Abike Aniku ........................................ 206
3.91. Abike Aniku ........................................ 206
3.92. Kalubu ................................................ 207
3.93. Pamilau .............................................. 207
3.94. Pamilau .............................................. 207
3.95. Assay ................................................. 208
3.96. Laninse .............................................. 208
3.97. Laninse .............................................. 208
3.98. Pakarena............................................ 209
3.99. Pakarena............................................ 209
3.100. Perang ............................................... 209
3.101. Jipeng Rebana ................................... 209
3.102. Perang ............................................... 210
3.103. Giring-giring ....................................... 210
3.104. Giring-giring ....................................... 211
3.105. Pamekik ............................................. 211
3.106. Bambu Gila ........................................ 211
3.107. Mbui Dong Po .................................... 212
3.108. Ndaitita ............................................... 212
3.109. Tuan Pamekik .................................... 213
3.110. Kecak ................................................. 213
3.111. Sekapur Sirih ..................................... 213
3.112. Sekapur Sirih ..................................... 214
3.113. Ranggak............................................. 214
3.114. Time Load .......................................... 214
3.115. Sequence ........................................... 214
3.116. Squarel............................................... 215
3.117. All Fine ............................................... 215
3.118. Time Load .......................................... 215
3.119. Ebegan............................................... 216
3.120. Hung Myung....................................... 219
3.121. Squarel............................................... 219
3.122. Baris ................................................... 219
3.123. Cinta Bunda ....................................... 220
3.124. Fatamorgana...................................... 220
3.125. Manuk Rawa ...................................... 220
xv

DAFTAR GAMBAR SENI TEATER

Bab IV
Gambar 4.1. Orang Baru .............................................. 230
4.2. Ludruk ..................................................... 230
4.3. Wayang Golek ......................................... 231
4.4. Cinta Robot ............................................. 231
4.5. Pramuwisma Stories ............................... 232
4.6. Pertunjukan Teater Arja Bali ................... 233
4.7. Kekawen – Kawin .................................... 234
4.8. Pelajaran ................................................. 235
4.9. Kekawen Kawin ....................................... 236
4.10. Lawan Catur ............................................ 238
4.11. Tabib Gadungan...................................... 256
4.12. Kurikulum 2000 ....................................... 257
4.13. Lautan Bernyanyi .................................... 258
4.14. Buruh Tenun............................................ 260
4.15. Raja Mati ................................................. 262
4.16. Petang Di Taiwan .................................... 263
4.17. Si Gila dari Chailote................................. 264
4.18. Pertunjukan “Attac Theatre” .................... 265

DAFTAR GAMBAR SENI RUPA

Bab V
5.1 Seni Lukis............................................................... 290
5.2 Seni Patung............................................................ 290
5.3 Seni Lukis............................................................... 291
5.4 Seni Patung............................................................ 291
5.5 Kursi Hasil Design Produksi ................................... 292
5.6 Poster Hasil Design Grafis ..................................... 292
5.7 Perkantoran Hasil Desain Arsitektur Modern ......... 294
5.8 Design Interior.. ...................................................... 293
5.9 Batik Sebagai Seni Kriya ........................................ 294
5.10 Macam Jenis dan Karakter Garis ...................... 296
xvi

5.11 Bentuk 3 Dimensi yang Dinamis ....................... 296


5.12 Figuratif.... ......................................................... 296
5.13 Bentuk yang Diabstraktif ................................... 299
5.14 Bentuk Non Figuratif(Abstrak).. ........................ 299
5.15 Ruang Positif dan Negatif ................................. 300
5.16 Hue dalam Lingkaran Warna ........................... 301
5.17 Contoh Intensitas Warna ................................. 302
5.18 Tekstur Halus ................................................... 304
5.19 Keserasian Proporsi sebuah Bentuk Trimatra . 305
5.20 Keseimbangan Warna pada Sebuah Kursi....... 305
5.21 Keseimbangan Simetris ................................... 306
5.22 Keseimbangan Simetris yang Dinamis.. ........... 307
5.23 Keseimbangan Bentuk dan Warna .................. 307
5.24 Irama pada Bangku Panjang ........................... 308
5.25 Kontras Warna ................................................. 308
5.26 Klimaks pada Karya ......................................... 309
5.27 Lukisan Naturalisme.. ....................................... 311
5.28 Lukisan Realisme ............................................. .. 311
5.29 Lukisan Romantisme.. ...................................... 312
5.30 Lukisan Impresionisme.. ................................... 312
5.31 Lukisan Ekspresionisme.. ................................. 313
5.32 Lukisan Kubisme.. ............................................ 314
5.33 Lukisan Konstruksifisme.. ................................. 314
5.34 Lukisan Abstrakisme......................................... 315
5.35 Lukisan Dadaisme.. .......................................... 315
5.36 Lukisan Surealisme.. ........................................ 316
5.37 Lukisan Elektisisme.. ........................................ 316
5.38 Lukisan Elektisisme.. ........................................ 317
5.39 Motif Meandur.. ................................................. 324
5.40 Pembentukan motif pada kain.. ........................ 325
5.41 Contoh Ragam Hias.. ....................................... 325
5.42 Karya dari Kriya Batik.. ..................................... 328
5.43 Kain Non Tenun Indonesia.. ............................. 329
5.44 Bagian-bagian Canting.. ................................... 331
5.45 Ngrengrengi.. .................................................... 341
5.46 Membolei.. ........................................................ 342
5.47 Memasukan Warna........................................... 342
5.48 Pencelupan.. ..................................................... 342
5.49 Kain Ditiriskan.. ................................................. 343
5.50 Napthol dan Soda.. ........................................... 343
5.51 Pencampuran Air Panas... ................................ 343
5.52 Larutan ASG + Soda.. ...................................... 344
5.53 Pencelupan ke larutan garam... ........................ 344
5.54 Pencelupan sampai warna.. ............................. 345
5.55 Bahan-bahan pewarna... .................................. 345
5.56 Pewarnaan kain dengan kuas.. ........................ 346
xvii

5.57 Pelorodan.. ........................................................ 347


5.58 Kain diisi kelereng.. ........................................... 350
5.59 Pencelupan ke larutan garam.. ......................... 350
5.60 Meratakan.. ....................................................... 351
5.61 Pembukaan ikatan jelujur.. ................................ 351
5.62 Pencelupan ke dalam malam... ......................... 352
5.63 Hasil Akhir.. ....................................................... 352

DAFTAR TABEL DAN BAGAN SENI MUSIK

Bab I
Tabel 1.1. Klasifikasi Seni .......................................... 10

Bab II
Tabel 2.1. Laras Slendro dan Pelog ........................... 28
2.3. Propinsi yang Menggunakan Gamelan ..... 52
2.2. Penggunaan Bonang dan Sebutannya di
Berbagai Propinsi ...................................... 53
2.3. Belajar Musik Angklung Sistem Nomor ..... 60

DAFTAR TABEL SENI TARI

Bab III
Tabel 3.1. Tabel Gerak Tari Individu............................. 164
3.2. Motif Gerak Tari Berkelompok ..................... 169
3.3. Tabel Hubungan Tari dengan Aktivitas
Manusia ....................................................... 217

DAFTAR TABEL DAN BAGAN SENI RUPA

Bab V
Tabel 5.1 Aspek-aspek Penilaian dalam Apresiasi
Karya Seni Rupa .......................................... 320
xviii

Tabel 5.2 Jenis Malam / Lilin ....................................... 324


5.3 Jenis Warna ................................................ 335
5.4 Warna Napthol ............................................ 336
5.5 Warna Indigosol .......................................... 337

Bagan 5.1 Cabang-cabang Seni Rupa ......................... 289

DAFTAR TABEL BAB VI

Bab VI
Tabel 6.1. Kaitan Faktor-Faktor Karakter Seorang
Wirausaha ................................................. 357
6.2. Perencanaan Pengembangan Seorang
Wirausaha ................................................. 358
6.3. Struktur Organisasi Persiapan Penyeleng-
garaan Pertunjukan .................................. 360
6.4. Struktur Uraian Kegiatan Persiapan
Penyelenggaraan Pertunjukan ................. 360
6.5. Kisi-Kisi Penilaian Hasil Pertunjukan 362
6.6. Struktur Organisasi Grup Teater.................. 366
Bab 1
Dasar-Dasar
PENGERTIAN KEBUDAYAAN DAN SENI

x Pengertian Kebudayaan
x Pengertian Seni
x Sifat Dasar Seni
x Struktur Seni
x Pengertian Nilai Seni
x Pengertian Genre (Fungsi Seni)
x Pengertian Apresiasi Seni
x Pengertian Ekspresi
1

BAB I
DASAR-DASAR

1. Pengertian Kebudayaan dan Seni


1.1. Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga
sistem, pertama sistem budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua
sistem sosial di mana merupakan suatu rangkaian tindakan yang berpola dari
manusia. Ketiga, sistem teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk
menyambung keterbatasan jasmaniahnya.

Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan


adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu
mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya
perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya
disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola tingkah laku
dalam konteks kemasyarakatan.

Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia


adalah hasil karya putera Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya,
yang penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia
bisa mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya.

Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia


bermodalkan berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan
sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah itu
memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan yang memberi
bentuk kesenian, yang merupakan bagian dari kebudayaan.

Untuk lebih jelas dapat diterangkan apa-apa saja yang


menggambarkan kebudayaan, misalnya ciri khas bentuk rumah adat daerah
yang berbeda satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh ciri khas rumah
adat di Jawa mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera dan
rumah adat Hooi berbentuk panggung.

Sumber : Google@RumahAdat.com.

Gambar 1.1. Macam-macam Rumah Adat


2

2. Alat Musik

Seperti halnya rumah adat, alat musik di setiap daerah pun berbeda
dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat dari perbedaan jenis
bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal di
berbagai wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat
musik seperti yang terlihat di gambar berikut ini Grantang, Tifa dan
Sampe.

Sumber : Buku Lata Mahosadhi STSU Denpasar

Gambar 1.2. Gamelan Grantang Bali

Sumber : Koleksi Pribadi Sumber : Koleksi Pribadi

Gambar 1.3. Sampe Kalimantan Gambar 1.4. Tifa Maluku


Tengah
3

3. Seni Tari

Di samping rumah adat, alat musik, Indonesia juga memiliki


keanekaragaman Seni Tari, seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak
dari Jawa Barat.

Sumber : Koleksi Jurusan Tari UNJ Sumber : Majalah Kriya Dekranas

Gambar 1.5. Tari Saman Aceh Gambar 1.6. Tari Merak

4. Kriya Ragam Hias

Selain kaya akan keanekaragaman musik dan tarian tradisi, Indonesia


juga kaya akan keanekaragaman hiasan serta motif-motif tradisional.
Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat
beragam dari daerah tertentu, dibuat di atas media kain, dan kayu.
Gambar berikut adalah Kriya Ragam Hias.

Sumber : Majalah Kriya Dekranas Sumber : Majalah Kriya Dekranas

Gambar : 1.7. Motif Banjar Kalsel Gambar : 1.8. Motif NTT


4

Sumber : Google.wikipedia.sukutoraja.com

Gambar : 1.9. Motif Toraja

5. Properti Kesenian

Kesenian Indonesia memiliki beragam-ragam bentuk selain seni musik,


seni tari, seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan
ragam kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah salah satu bentuk
seni pertunjukan teater yang menggunakan media wayang, sedangkan
topeng adalah bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng
untuk pendukung.

Sumber : Majalah Kriya Dekranas Sumber : Majalah Kriya Dekranas

Gambar 1.10. Wayang Golek Gambar 1.11. Topeng Cirebon

6. Pakaian Daerah

Setiap propinsi memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang berbeda
antara satu daerah dengan daerah lainnya. Gambar berikut adalah
pakaian daerah Kalimantan
5

Sumber : Koleksi Pribadi

Gambar 1.12. Pakaian Adat Kutai Kaltim

Sumber : Majalah Dekranas

Gambar 1.13. Pakaian Banjar Kalsel

7. Benda Seni

Kaya dan kreatif adalah sebutan yang sesuai untuk bangsa kita, karya
seni yang tidak dapat dihitung ragamnya, merupakan identitas dan
kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir yang terbuat
dari perak yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah satu
karya seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni
dapat menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata.

Sumber : Majalah Kriya Dekranas

Gambar 1.14. Souvenir Perak Kota Gede Yogyakarta

Kesenian khas yang mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian


Ondel-ondel dianggap sebagai boneka raksasa mempunyai nilai filosofi
sebagai pelindung untuk menolak bala, nilai filosofi dari kesenian Reog
Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni rombongan tentara
kerajaan Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putri Kediri dapat
6

diartikan Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh,


selain hal-hal tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, sistem
kekerabatan dan sistem kemasyarakatan, makanan khas, juga
merupakan bagian dari kebudayaan.

Contoh beberapa kebudayaan yang memiliki daya tarik yang tinggi bagi
turis mancanegara dan turis lokal antara lain, adat istiadat di Tana Toraja,
kebiasaan perempuan suku Dayak di Kalimantan yang senang
menggunakan anting yang panjang, berat dan banyak, upacara ngaben
(pembakaran mayat) di Bali.

Berikut diuraikan contoh adat istiadat atau sistem kemasyarakatan di


Tana Toraja yang meliputi :

8. Adat Istiadat

1. Suku Toraja

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian


utara Sulawesi Selatan, Indonesia.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan
dari Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan
sebutan To Riaja, artinya “Orang yang berdiam di negeri atas atau
pegunungan”, sedangkan orang Luwu menyebutnya To Riajang, artinya
orang yang berdiam di sebelah barat. Ada juga versi lain kata Toraya. To
= Tau (orang), Raya = Maraya (besar), artinya orang orang besar,
bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan
kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja
dikenal kemudian dengan Tana Toraja.
Di wilayah Tana Toraja juga digelar “Tondok Lili’na Lapongan
Bulan Tana Matari’ollo”, arti harfiahnya, “Negeri yang bulat seperti bulan
dan matahari”. Wilayah ini dihuni oleh satu etnis (Etnis Toraja).

Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Sumber : Google.wikipedia@Toraja.com

Gambar 1.15. Rumah Adat Toraja


7

Tana Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi


upacara pemakaman yang biasa disebut “Rambu Tuka”. Di Tana Toraja
mayat tidak di kubur melainkan diletakan di “Tongkanan“ untuk beberapa
waktu. Jangka waktu peletakan ini bisa lebih dari 10 tahun sampai
keluarganya memiliki cukup uang untuk melaksanakan upacara yang
pantas bagi si mayat. Setelah upacara, mayatnya dibawa ke
peristirahatan terakhir di dalam Goa atau dinding gunung.
Tengkorak-tengkorak itu menunjukan pada kita bahwa, mayat itu
tidak dikuburkan tapi hanya diletakan di batuan, atau dibawahnya, atau di
dalam lubang. Biasanya, musim festival pemakaman dimulai ketika padi
terakhir telah dipanen, sekitar akhir Juni atau Juli, paling lambat
September.
Peti mati yang digunakan dalam pemakaman dipahat menyerupai
hewan (Erong). Adat masyarakat Toraja antara lain, menyimpan jenazah
pada tebing/liang gua, atau dibuatkan sebuah rumah (Pa'tane).
Rante adalah tempat upacara pemakaman secara adat yang
dilengkapi dengan 100 buah “batu”, dalam Bahasa Toraja disebut
Simbuang Batu. Sebanyak 102 bilah batu yang berdiri dengan megah
terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah sedang, dan 54 buah kecil.
Ukuran batu ini mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan tersebut
hanyalah faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat
pembuatan/pengambilan batu. Simbuang Batu hanya diadakan bila
pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan
dalam tingkat “Rapasan Sapurandanan” (kerbau yang dipotong sekurang-
kurangnya 24 ekor).

Sumber : Google@Rumah Adat.com

Gambar 1.16. Pa’tane

2. Ngaben - pembakaran Jenasah di Bali

Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh


mereka yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di
Pulau Seribu Pura ini. Di dalam “Panca Yadnya”, upacara ini termasuk
dalam “Pitra Yadnya”, yaitu upacara yang ditujukan untuk roh lelulur
8

Makna upacara Ngaben pada intinya adalah, untuk mengembalikan roh


leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang
Pedanda mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah
meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa.
Upacara Ngaben biasanya dilaksanakan oleh keluarga sanak
saudara dari orang yang meninggal, sebagai wujud rasa hormat seorang
anak terhadap orang tuanya. Dalam sekali upacara ini biasanya
menghabiskan dana antara 15 juta sampai 20 juta rupiah. Upacara ini
biasanya dilakukan dengan semarak, tidak ada isak tangis, karena di Bali
ada suatu keyakinan bahwa, kita tidak boleh menangisi orang yang telah
meninggal karena itu dapat menghambat perjalanan sang arwah menuju
tempatnya.
Hari pelaksanaan Ngaben ditentukan dengan mencari hari baik
yang biasanya ditentukan oleh Pedanda. Beberapa hari sebelum upacara
Ngaben dilaksanakan keluarga dibantu oleh masyarakat akan membuat
"Bade dan Lembu" yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas warna-
warni dan bahan lainnya. "Bade dan Lembu" ini adalah, tempat
meletakkan mayat

Sumber : Google wiki pedia @ Ngaben.com Sumber : Google wiki pedia Q.Ngabe.com

Gambar 1.17. Lembu Gambar 1.18. Bade

Kemudian "Bade" diusung beramai-ramai ke tempat upacara


Ngaben, diiringi dengan "gamelan", dan diikuti seluruh keluarga dan
masyarakat. Di depan "Bade" terdapat kain putih panjang yang bermakna
sebagai pembuka jalan sang arwah menuju tempat asalnya. Di setiap
pertigaan atau perempatan, dan "Bade" akan diputar sebanyak 3 kali.
Upacara Ngaben diawali dengan upacara-upacara dan doa mantra dari
Ida Pedanda, kemudian "Lembu" dibakar sampai menjadi abu yang
kemudian dibuang ke laut atau sungai yang dianggap suci.
9

3. Suku Dayak

Sejak abad ke 17, Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi


penandaan tubuh melalui tindik di daun telinga. Tak sembarangan orang
bisa menindik diri hanya pemimpin suku atau panglima perang yang
mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum wanita Dayak
menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar kuping daung
daun telinga, menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran
lubang daun telinga semakin cantik, dan semakin tinggi status sosialnya
di masyarakat.

Sumber : Google Wki Pedia @ suku Dayak.com

Gambar 1.19. Gadis Suku Dayak

Kegiatan-kegiatan adat budaya ini selalu dikaitkan dengan


kejadian penting dalam kehidupan seseorang atau masyarakat. Berbagai
kegiatan adat budaya ini juga mengambil bentuk kegiatan-kegiatan seni
yang berkaitan dengan proses inisiasi perorangan seperti kelahiran,
perkawinan dan kematian ataupun acara-acara ritus serupa selalu ada
unsur musik, tari, sastra, seni rupa. Kegiatan-kegiatan adat budaya ini
disebut Pesta Budaya. Manifestasi dari aktivitas kehidupan budaya
masyarakat merupakan miniatur yang mencerminkan kehidupan sosial
yang luhur, gambaran wajah apresiasi keseniannya, gambaran identitas
budaya setempat.
Kegiatan adat budaya ini dilakukan secara turun temurun dari
zaman nenek moyang dan masih terus berlangsung sampai saat ini,
sehingga seni menjadi perekam dan penyambung sejarah.
Jadi, dapat disimpulkan yang disebut dengan kebudayaan adalah
pikiran, karya, teknologi dan rangkaian tindakan suatu kelompok
masyarakat.
Berbicara tentang apresiasi seni, kita ketahui terlebih dahulu yang
disebut seni dan klasifikasinya.
10

1.2. Pengertian Seni


Konsep seni terus berkembang sejalan dengan berkembangnya
kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis.

Aristoteles mengemukakan bahwa, seni adalah kemampuan membuat


sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan oleh gagasan tertentu, demikian juga dikemukakan oleh
sastrawan Rusia terkemuka Leo Tolstoy mengatakan bahwa, seni merupakan
kegiatan sadar manusia dengan perantaraan (medium) tertentu untuk
menyampaikan perasaan kepada orang lain. Menurut Ki Hajar Dewantara
seni adalah indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia yang
timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat
menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya, selanjutnya dikatakan oleh
Akhdiat K. Mihardja; seni adalah kegiatan manusia yang merefleksikan
kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai
daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si
penerimanya. Ungkapan seni menurut Erich Kahler; seni adalah suatu
kegiatan manusia yang menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan simbol
atau kiasan tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan “dunia
besar”.

Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan dalam


tiga kelompok : seni rupa, seni pertunjukan, dan seni sastra.

Tabel 1.1. Klasifikasi Seni

Seni

Seni Rupa Seni Pertunjukan Seni Sastra

* Seni murni * Seni musik * Prosa


* Seni terapan * Seni teater * Puisi
* Design * Seni tari
* Kriya * Film Sinematographi
* Pantomim
11

1.3. Sifat Dasar Seni


Berdasarkan hasil telaah terhadap teori-teori seni, disimpulkan bahwa seni
memiliki sekurang-kurangnya 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (Gie,
1976:41-46). Uraian mengenai sifat dasar seni adalah sebagai berikut:
a. Ciri pertama adalah sifat kreatif dari seni. Seni merupakan suatu
rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru.
b. Ciri kedua adalah sifat individualitas dari seni. Karya seni yang diciptakan
oleh seorang seniman merupakan karya yang berciri personal, Subyektif
dan individual. Sebagai contoh, (1) Lagu ciptaan Iwan Fals terdengar
berbeda dari lagu ciptaan Ebiet G. Ade; (2) Lukisan Lucia hartini yang
bercorak Surrealisme menampilkan kekuatan daya fantasi atau imajinasi
alam mimpi melalui penguasaan teknik melukis yang piawai.
c. Ciri ketiga adalah seni memiliki nilai ekspresi atau perasaan. Dalam
mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau
ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya
ke dalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati,
memahami dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya.
Sebagai contoh, (1) lagu “Imagine” karya John Lennon merupakan
ungkapan kepeduliannya terhadap nilai-nilai humanisme dan perdamaian
sehingga menggugah perasaan siapapun yang mendengar.
d. Ciri keempat adalah keabadian sebab seni dapat hidup sepanjang masa.
Konsep karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman dan diapresiasi
oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali atau terhapuskan oleh waktu.
Sebagai contoh, (1) lagu Indonesia Raya karangan WR. Supratman
sampai saat ini masih tetap abadi dan diapresiasi masyarakat walaupun
beliau telah wafat; (2) Karya-karya lukis S. Sudjojono dan Affandi sampai
saat ini masih diapresiasi oleh masyarakat dan sangat diminati oleh para
kolektor lukisan walaupun beliau telah wafat
e. Ciri kelima adalah semesta atau universal sebab seni berkembang di
seluruh dunia dan di sepanjang waktu. Seni tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Sejak jaman pra sejarah hingga jaman modern ini
orang terus membuat karya seni dengan beragam fungsi dan wujudnya
sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Sebagai contoh, (1)
desain mode pakaian terus berkembang sesuai trend-mode yang selalu
berubnah dari waktu ke waktu dan banyak mempengaruhi gaya hidup
masyarakat metropolitan; (2) Di banyak negara di dunia seperti Belanda,
Inggris, Jepang, Cina, Indonesia dan sebagainya dijumpai produk keramik
dalam berbagai bentuk dan fungsinya.
12

1.4. Struktur Seni


The Liang Gie (1976-70) menjelaskan bahwa dalam semua jenis kesenian
terdapat unsur-unsur yang membangun karya seni sebagai berikut:
a. Struktur seni merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang
membentuk suatu kesatuan karya seni yang utuh. Contoh struktur seni
dalam bidang seni rupa adalah garis, warna, bentuk, bidang dan tekstur.
Bidang seni musik adalah irama dan melodi. Bidang seni tari adalah
wirama, wirasa dan wiraga. Bidang seni teater adalah gerak, suara dan
lakon.
b. Tema merupakan ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Ide
pokok suatu karya seni dapat dipahami atau dikenal melalui pemilihan
subject matter (pokok soal) dan judul karya. Pokok soal dapat
berhubungan dengan niat estetis atau nilai kehidupan, yakni berupa:
objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa yang metafora atau
alegori. Namun tidak semua karya memiliki tema melainkan kritik.
c. Medium adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan
menjadi suatu karya seni melalui pemanfaatan material atau bahan dan
alat serta penguasaan teknik berkarya. Tana medium tak ada karya seni.
Pada seni rupa mediumnya adalah objek estetik dua dimensi (lukisan cat
air, etsa, cukil, kayu, dan lain-lain), objek estetik tita dimensi (patu batu,
relief logam, ukiran kayu). Semua jenis seni mempergunakan medium,
seni musik mempergunakan medium bunyi (nada), kalau seni tari
mempergunakan medium gerak, seni teater mempergunakan semua itu
oleh sebab itu teater dikatakan seni yang mempergunakan multimedia,
seni sastra mempergunakan keta-keta sebagai medium, seni lukis
mempergunakan garis, bidang dan warna, kalau seni sastra
menggunakan kataa sebagai medium. Kalau seni dapat dianggap sebagai
bahasa maka setiap cabang seni memiliki bahasa tersendiri, sastra
memiliki bahasa verbal, seni rupa memiliki bahasa plastis, seni tari
memiliki bahasa kinetis, seni musik bahasa audio, seni lukis memiliki
bahasa visual, begitu pula seni memiliki dimensi, seni musik mempunyai
dimensi waktu, seni tari memiliki dimensi gerak, dan seni rupa memiliki
dimensi ruang.
d. Gaya atau style dalam karya seni merupakan ciri ekspresi personal yang
khas dari si seniman dalam menyajikan karyanya. Menurut Soedarso SP
(1987:79), gaya adalah ciri bentuk luar yang melekat pada wujud karya
seni, sedangkan aliran berkaitan dengan isi karya seni yang
merefleksikan pandangan atau prinsip si seniman dalam menanggapi
sesuatu.
13

1.5. Pengertian Nilai Seni


Secara umum kata “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau
kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang
penting yang bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia
(Purwadarminto, 1976:667). Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai
keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness). Menurut Koentjaraningrat,
“nilai” berarti suatu ide yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan menjadi
pedoman manusia/masyarakat dalam bertingkah laku, mengapresiasi cinta,
keindahan, keadilan, dan sebagainya
Nilai seni dipahami dalam pengertian kualitas yang terdapat dalam
karya seni, baik kualitas yang bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat
mata. Nilai-nilai yang dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai
yang dihayati oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya
masyarakat yang kemudian diekspresikan daam wujud karya seni dan
dikomunikasikan kepada penikmatnya (publik seni).

Ragam Nilai Seni


Peran keindahan selalu terkait dengan kehidupan sosial budaya
manusia sehari-hari, misalnya: dalam arsitektur rumah tinggal, menata
interior/eksterior, berbusana, menikmati keindahan musik dan sebagainya.
Manusia memerlukan keindahan karena memberikan kesenangan, kepuasan,
sesuatu yang menyentuh perasaan. Perasaan keindahan diperoleh dari alam
dan benda atau karya seni.
Namun dalam perkembangannya, karya seni dicptakan tidak selalu
untuk menyenangkan perasaan manusia. Karya seni dapat memberikan
perasaan terkejut, namun tetap memberikan nilai-nilai yang diperlukan
manusia, seperti perenungan, pemikiran, ajakan, penyadaran, pencerahan,
dan lain sebagainya.
Menurut The Liang Gie jenis nilai yang melekat pada seni mencakup:
1) nilai keindahan, 2) nilai pengetahuan, 3) nilai kehidupan, masing-masing
mempunyai pengertian sebagai berikut :
a. Nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis, merupakan salah satu
persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan
menurut luasnya pengertian, yakni: a) keindahan dalam arti luas
(keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan
intelektual), b) keindahan dalam arti estetis murni, b) keindhaan dalam arti
estetis murni, c) keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya
dengan penglihatan. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya
dengan penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan
dan kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya seni dan
benda-benda lainnya.
b. Dalam kecenderungan perkembangan seni dewasa ini, keindahan positif
tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam berkesenian. Sebagai
14

seniman beranggapan lebih penting menggoncang publik dengna nilai


estetis legatif (ugliness) daripada menyenangkan atau memuaskan
mereka (T.L. Gie, 1976:40). Fenomena semacam ini akan kita jumpai
pada karya-karya seni primitir atau karya seni lainnya yang tidak
mementingkan keidahan tampilan visual namun lebih mementingkan
makna simboliknya. “Ugliness” dalam karya seni termasuk nilai estetis
yang negatif. Jadi sesungguhnya dalam karya seni terdapat nilai estetis
yang positif dan negatif.
Contoh, pameran fotografi Anjasmara dan Isabele Yahya yang
bertemakan Adam dan Hawa yang dinilai sebagai kesenian yang bernilai
estetis negatif.

1.6. Pengertian Ekspresi


Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam
proses penciptaan karya seni, proses ekspresi bisa diaktualisasikan melalui
media. Media musik bunyi; media seni rupa adalah garis, bidang dan warna;
media tari adalah gerak, media teaer adalah gerak, suara dan lakon.

1.7. Pengertian Genre (Jenis/Fungsi) Seni


Menurut kritikus tari terkenal di Indonesia, Sal Murgiyanto aspek
penting lain yang harus diperhatikan adalah, fungsi atau tujuan sebuah
pertunjukan. Sebuah pertunjukan dapat dilakukan sebagai sebuah
persembahan/doa/puji kepada arwah leluhur, ungkapan bakti kepada Dewa,
Tuhan, atau penguasa semesta alam. Dapat juga dilakukan untuk menghibur
diri pelakunya dan atau orang lain, untuk meneguhkan identitas atau
menguatkan nilai-nilai yang diyakini seseorang atau sekelompok orang, dan
bagi kenikmatan ragawi (pleasure) pelaku dan penontonnya.
Fungsi kesenian dianggap tak berbeda dengan fungsi ritual.
Kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk memilih istilah,
kesenian ritual dan kesenian hiburan komersial. Kriteria klasifikasi ini dapat
dikatakan sebagai ungkapan jenis kesenian.
Sal Murgiyanto (2004) mengatakan, sesuatu karya harus indah.
Pandangan ini juga didukung oleh Liang Gie Bapak Estetika seni (1964) yang
menyatakan bahwa, ciri pokok seni adalah ekspresi, oleh karena itu,
penilaian terhadap karya seni harus dilakukan berdasarkan ukuran perasaan
estetis dan nilai-nilai.
15

Fungsi Seni
Fungsi-fungsi seni terdiri atas fungsi ritual, pendidikan, komunikasi,
hiburan, artistik dan fungsi guna.

Hiburan Pendidik
Idealisme
Artistik
Kesenimanan
FUNGSI Ritual

Forum
Dialog Guna

Terapi
(Kesehatan)

Sumber : Endo Suanda

Gambar 1.20. Macam-macam Fungsi Seni

Bagaimana kita dapat mengidentifikasikan sebuah karya seni


khususnya kesenian tradisi berdasarkan fungsi-fungsinya. Berikut diuraikan
tentang fungsi-fungsi seni.

Fungsi Ritual
Suatu pertunjukan yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan
dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernikahan.
Contoh : Gamelan yang dimainkan pada upacara Ngaben di Bali yakni
gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang.
Gamelan di Jawa Gamelan Kodhok Ngorek, Monggang, dan
Ageng.

Fungsi Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan misalnya musik.
Contoh : Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, Angklung
dan Gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian
tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin.

Fungsi Komunikasi
Suatu pertunjukan seni dapat digunakan sebagai komunikasi atau kritik sosial
melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni
teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan.
16

Fungsi Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai hiburan, sebuah pertunjukan khusus untuk
berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan
dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain.

Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan
karyanya tidak untuk hal yang komersial, misalnya terdapat pada musik
kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa kontemporer, tidak bisa
dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati para seniman dan
komunitasnya.

Fungsi Guna (seni terapan)


Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali
sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni, sebaliknya jika
dalam proses penciptaan seniman harus mempertimbangkan aspek
kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan.
Contoh : Kriya, karya seni yang dapat dipergunakan untuk perlengkapan/
peralatan rumah tangga adalah Gerabah dan Rotan.

Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)

Pengobatan untuk penderita gangguan physic ataupun medis dapat


distimulasi melalui terapi musik, jenis musik disesuaikan dengan latar
belakang kehidupan pasien.
Terapi musik telah terbukti mampu digunakan untuk menyembuhkan
penyandang autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu kejadian, dan
lain-lain.
Seperti yang telah dikatakan Siegel (1999) menyatakan bahwa musik
klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat
merangsang sistem limbic jarikan neuron otak. Selanjutnya dikatakan oleh
Gregorian bahwa gamelan dapat mempertajam pikiran.
17

1.8. Pengertian Apresiasi Seni


Menikmati, menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni
lebih tepat lagi dengan mencermati karya seni dengan mengerti dan peka
terhadap segi-segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan memaknai
karya-karya tersebut dengan semestinya.

Kegiatan apresiasi meliputi :

a. Persepsi
Kegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya
seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan tari-tarian, musik, rupa, dan
teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun moderen.
Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan
kemampuan dengan mengidentifikasi bentuk seni.

b. Pengetahuan
Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik
tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang
biasa digunakan di masing-masing bidang seni.

c. Pengertian
Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema
ke dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam
kemampuannya dalam merasakan musik.

d. Analisis
Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni
yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi.

e. Penilaian
Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya
seni yang diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.

f. Apresiasi
Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah
yang terdiri dari tiga hal; value ( nilai ), empathy dan feeling. Value
adalah kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis
dan makna / fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy,
kegiatan memahami, dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada
menghayati karya seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada
karya seni .

Sejalan dengan rumusan di atas S.E. Effendi mengungkapkan bahwa


apresiasi adalah mengenali karya sehingga menumbuhkan pengertian,
18

penghargaan, kepekaan untuk mencermati kelebihan dan kekurangan


terhadap karya.
Menurut Soedarso (1987) ada tiga pendekatan dalam melakukan apresiasi
yakni : 1). pendekatan aplikatif, 2). pendekatan kesejarahan, 3). pendekatan
problematik.
Pendekatan aplikatif, adalah pendekatan dengan cara melakukan
sendiri macam-macam kegiatan seni. Pendekatan kesejarahan adalah,
dengan cara menganalisis dari sisi periodisasi dan asal usulnya. Sedangkan
pendekatan problematik, dengan cara memahami permasalahan di dalam
seni.
Seorang pengamat akan berbeda dengan pengamat lainnya dalam
menilai sebuah pertunjukan seni. Hal ini didasarkan pada pengalaman
estetik, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.

Bahasan kajian dalam mengapresiasi seni pada tingkatan awal dengan


pendekatan aplikatif adalah sebagai berikut:

Seni Musik Klasik


x Ciri khas musiknya
x Bentuk musik dari zamannya
x Struktur musiknya
x Gaya musiknya

Seni Musik Tradisi


x Ciri-ciri khas musiknya : - Laras
- Pola tabuhan
- Instrumen yang dimainkan
- Struktur musiknya
- Gaya musiknya
x Fungsi seni
x Ekspresif (nilai-nilai keindahan)
x Makna / pesan yang terkandung

Seni Tari Kreatif


x Mencermati identifikasi gerak
x Mencermati keharmonisan gerak dan musik
x Mencermati kreativitas gerak
x Mencermati kemampuan wiraga / kelenturan
x Mengidentifikasi jenis tari berdasarkan garapan
x Mengidentifikasi tari berdasarkan orientasi
x Mengidentifikasi berdasarkan fungsinya
19

Seni Teater
x Mengidentifikasi perbedaan teater dan film
x Mengidentifikasi keberhasilan suatu pementasan
x Mengidentifikasi nada ucapan dan makna dalam dialog
x Mengidentifikasi plot lakon

Seni Rupa
x Makna
x Gaya
x Material
x Elemen
x Estetika
20

TES FORMATIF
BAB I

Pilihlah jawaban yang tepat

1. Manakah pernyataan yang benar


a. Seni berbeda dengan kebudayaan
b. Seni sebagian dari kebudayaan
c. Seni adalah kebudayaan
d. Seni adalah wujud kebudayaan

2. Fungsi seni dapat juga diistilahkan dengan :


a. Genre
b. Esetika
c. Apresiasi
d. Ekspresi

3. Salah satu sifat dasar seni adalah ....


a. Indah
b. Kreatif
c. Style
d. Makna

4. Mengkaji keindahan di dalam seni adalah seni dalam konteks ....


a. Klasifikasi seni
b. Karya seni
c. Nilai seni
d. Sifat seni

5. Nilai estetis yang negatif yang tidak mementingkan keindahan


tampilan visual tetapi lebih mementingkan ....
a. Keindahan
b. Orisinalitas
c. Makna simbolik
d. Kreativitas

6. Medium pada seni rupa


a. Kayu, kain, batu, kanvas, dan lain-lain
b. Bunyi
c. Gerak
d. Gerak dan vokal
21

7. Medium pada seni musik ....


a. Kayu, kain, batu, kanvas dan lain-lain
b. Bunyi
c. Gerak
d. Gerak dan vokal

8. Medium pada seni tari ....


a. Kayu, kain, batu, kanvas dan lain-lain
b. Bunyi
c. Gerak
d. Gerak dan vokal

9. Relief patung adalah karya seni rupa berdimensi...


a. Dua dimensi
b. Tiga dimensi
c. Multi dimensi
d. Multi media

10. Seni musik, seni tari dan seni teater adalah bentuk seni yang
diklasifikasikan sebagi seni
a. Seni pertunjukan
b. Bahasa seni
c. Ragam seni
d. Sifat seni

Jawablah dengan penjelasan yang bermakna


1. Apa yang disebut kebudayaan ?
2. Apa yang dapat dikaji seni ?
3. Ada dua bahasan estetika dalam menilai seni, sebutkan dan
jelaskan !
4. Apa saja cabang-cabang seni ?
5. Sebutkan media dari seni musik, seni tarii, seni teater, dan seni
rupa.
Bab 2
Seni Musik
Mengapresiasikan Karya Seni Musik

APRESIASI
x Pengertian Musik
x KLasifikasi Instrumen
x Sistem Nada
x Musik Klasik
x Musik Tradisi Indonesia
x Musik Non Western
EKSPRESI
x Vokal
x Tangga Nada
x Memainkan Keyboard
x Teknik Memainkan Gambang Kromong
x Teknik Memainkan Gamelan
x Teknik Memainkan Kacapi
24 Bu

BAB II
SENI MUSIK

2. Mengapresiasi Karya Seni Musik

2.1. Pengertian Musik


Musik adalah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya, melalui
unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu
dan ekspresi.
Klasifikasi alat musik menurut Curt Suchs dan Hornbostel :
x Idiophone : Badan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi. Contoh
triangle, cabaza, marakas
x Aerophone : Udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik itu
sebagai penyebab bunyi. Contoh: recorder, seruling, saxsophone
x Membranophone : Kulit atau selaput tipis yang ditegangkan sebagi
penyebab bunyi. Contoh : gendang, conga, drum
x Chordophone : Senar (dawai) yang ditegangkan sebagai penyebab bunyi.
Contoh : piano, gitar, mandolin.
x Electrophone : Alat musik yang ragam bunyi atau bunyinya dibantu atau
disebabkan adanya daya listrik. Contoh keyboard. Untuk dapat
mempelajari musik dengan baik kita membutuhkan notasi musik atau
sistem nada.
Contoh gambar di bawah ini :

Gambar 2.1. Instrumen Musik


25

2.2. Sistem Nada


2.2.1.Awal Terbentuknya Sistem Nada Diatonis
Berawal dari bangsa Yunani (sebelum 1100 SM) Terpander adalah
orang yang mengembangkan susunan nada semula 4 nada dan Polynertus
(700 SM) orang yang menggunakan system 7 nada. Tangga nada Diatonis
adalah tangga nada yang mempunyai jarak nada 1 dan ½.
Nada dalam tangga nada Diatonis, awalnya hanya mempunyai 4 nada,
yang disebut dengan Tetrachord 1, awalnya nada-nada ini dimainkan pada
instrumen Lyra, nada-nada tersebut ialah :
Tetrachord 1

Tetrachord 2
Nada-nada kemudian dikembangkan, nada-nada ini disebut Tetrachord
2, nada-nada tersebut adalah :

Dengan demikian jumlahnya menjadi 7 nada. Sehingga untuk


menghasilkan satu tangganada utuh dirangkaikan dua Tetrachord, 7 nada ini
yang disebut dengan tangganada Lydis, yang sampai saat ini dipergunakan.

TANGGA NADA MAYOR (asal dari tangganada Lydis)

Saat ini susunan nada musik Diatonis adalah sebagai berikut :


26 Bu

2.2.2. Titilaras Pentatonik (Musik Indonesia Asli)

Titilaras dalam seni musik biasanya sering disebut notasi, yakni


lambang-lambang untuk menunjukkan tinggi rendah suatu nada berupa
angka atau lambang lainnya. Dalam seni musik Karawitan, titilaras
memegang peranan yang penting dan praktis, sebab dengan menggunakan
titilaras kita dapat mencatat, mempelajari dan menyimpannya untuk dapat
dipelajari dari generasi ke generasi.

Notasi Pentatonik

Sistem notasi yang dipakai dalam gamelan Jawa adalah notasi


pentatonik yaitu hanya menggunakan 5 buah nada. Notasinya disebut notasi
kepatihan yang diciptakan oleh Raden Ngabehi Jaya Sudirga atau Wreksa
Diningrat sekitar tahun 1910. Karena notasi angka ditulis di kepatihan maka
notasi tersebut diberi nama notasi angka kepatihan.
Sebelum muncul notasi angka Demang Kartini telah menciptakan notasi
rante, karena dia tidak bisa menabuh gamelan maka diserahkan pada
Sudiradraka (Guna Sentika) lalu oleh Sudiradraka diserahkan ke Kepatihan
yaitu kepada Sasradiningrat IV, kemudian diserahkan kepada adiknya
Wreksodiningrat. Kemudian Wreksodiningrat punya ide yaitu memberi angka
pada bilah saron karena untuk pembelajaran menabuh gamelan dan
memindahkan notasi rante agar mudah dibaca pada tahun 1890.
Macam-macam nada dalam Notasi Kepatihan adalah sebagai berikut.
Penanggul yaitu nada 1 : siji dibaca ji
Gulu yaitu nada 2 : loro dibaca ro
Dhada yaitu nada 3 : telu dibaca lu
Pelog yaitu nada 4 : papat dibaca pat
Lima yaitu nada 5 : lima dibaca mo
Nem yaitu nada 6 : enem dibaca nem
Barang yaitu nada 7 : pitu dibaca pi

Gambar 2.2. Notasi Rante

Sumber : Demang Kartini, cuplikan melodi


lagu Ladiang Wilujeng bagian umpak
27

Laras
Tangga nada dalam bahasa Jawa secara umum disebut laras atau
secara lengkap disebut titi laras, istilah titi dapat diartikan sebagai angka,
tulis, tanda, notasi atau lambang sedangkan istilah laras dalam pengertian ini
berarti susunan nada. atau tangga nada. Dan dalam bahasa Indonesia
titilaras berarti tangganada.
Dengan demikian istilah titilaras mempunyai pengertian suatu notasi
tulis, huruf, angka atau lambang yang menunjuk pada ricikan tanda-tanda
nada menurut suatu nada tertentu.
Dalam penggunaan sehari-hari istilah titi laras sering disingkat
menjadi laras. Laras ini mempunyai 2 macam, yaitu ada 2 jenis titilaras yaitu:

a. Laras Slendro, secara umum suasana yang dihasilkan dari laras


slendro adalah suasana yang bersifat riang, ringan, gembira dan terasa
lebih ramai. Hal ini dibuktikan banyaknya adegan perang, perkelahian
atau baris diiringi gending laras slendro. Penggunaan laras slendro
dapat memberikan kesan sebaliknya, yaitu sendu, sedih atau romantis.
Misalnya pada gending yang menggunakan laras slendro miring. Nada
miring adalah nada laras slendro yang secara sengaja dimainkan tidak
tepat pada nada-nadanya. Oleh karena itu banyak adegan rindu,
percintaan kangen, sedih, sendu, kematian, merana diiringi gendhing
yang berlaras slendro miring.

b. Laras Pelog, secara umum menghasilkan suasana yang bersifat


memberikan kesan gagah, agung, keramat dan sakral khususnya pada
permainan gendhing yang menggunakan laras pelog nem. Oleh karena
itu banyak adegan persidangan agung yang menegangkan, adegan
masuknya seorang Raja ke sanggar pamelegan (tempat pemujaan).
adegan marah, adegan yang menyatakan sakit hati atau adegan yang
menyatakan dendam diiringi gendhing-gendhing laras pelog. Tetapi
pada permainan nada-nada tertentu laras pelog dapat juga memberi
kesan gembira, ringan dan semarak. misalnya pada gendhing yang
dimainkan pada laras pelog barang.

Laras pentatonik yaitu susunan nadanya tidak hanya mempunyai


jarak 1 dan ½, tetapi juga Titilaras yang ada antara lain :
1. Titilaras kepatihan, dibuat tahun (1910) oleh Kanjeng R.M Haryo
Wreksadiningrat di Keraton Surakarta.
2. Titilaras ding-dong, dibuat oleh pegawai di Singhamandawa 896 M tidak berupa
angka tapi berupa lambang :
/dong, deng, dung, dang, ding
yang digunakan untuk mencatat dan mempelajari gamelan Bali.
28 Bu

3. Titilaras daminatilada, yakni titilaras ciptaan R.M. Machjar Angga


Koesoemadinata untuk karawitan sunda (1916).

Titilaras berwujud angka 1 2 3 4 5 6 7 I sebagai pengganti nama


bilahan gamelan agar lebih mudah dicatat dan dipelajari, namun dibacanya ji
ro lu pat ma nem pi ji.

Tinggi rendah nada titilaras bagi laras slendro dan pelog berbeda.
Pada laras slendro tingkatan suara untuk tiap nada adalah sarna, setiap satu
oktaf dibagi menjadi 5 laras, tetapi pada gamelan laras pelog, tingkatan nada
masing-masing bilahan tidak sama.
Perbedaan antara laras slendro dan pelog dapat dilihat pada
tabel 2

Nada pada laras slendro dan pelog dapat kita lihat :

Slendro Pelog Nem Pelog Barang


Barang Panunggul (Bem) 1 Barang 1
1
Gulu/jangga Gulu/jangga 2 Gulu/jangga 2
2
Dada/tengah Dada/tengah 3 Dada/tengah 3
3
Lima Lima 5 Lima 5
5
Nem Nem 6 Nem 6
6

Tabel 2. Laras Slendro dan Pelog

Notasi Barat (Diatonis) mempunyai jarak 1 dan ½.

Nada yang dihasilkan antara musik Diatonis dan Pentatonik jika diukur
dengan Stroboccon dan melograph tidak sama tinggi nadanya, sebagai
contoh walaupun sama-sama terdengar do, nada-nada yang dihasilkan dari
instrumen gamelan mempunyai perbedaan antara satu perangkat gamelan
yang satu dengan perangkat -gamelan yang lainnya tergantung dari
pembuatannya tetapi jika nada-nada pada instrumen gamelan dimainkan
nada yang terdengar pada laras :
Pelog seperti : do, mi, fa, sol, si, do.
Degung seperti : mi, fa, sol, si, do, mi
Slendro seperti : re, mi, sol, la, do, re
29

Hasil penelitian dari R. Machjar Angga Koesoemadinata dengan


Musicoloog Jaap Kunst selama 50 tahun (1916-1966) tentang tinggi nada
laras pentatonik.
* Raras Pelog ialah : do 200 re 200 mi 100 fa 200 sol 200 la 200 si 100
do' Murdararasnya atau raras-pokoknya ialah : do 400 mi 100 fa 200 sol
400 si 100 do', sedang raras re dan raras la hanyalah bertugas sebagai
raras-perhiasan saja. Jadi raras Pelog itu ialah modus mayor tanpa re
dan la.
* Raras Degung ialah : mi 100 fa 200 sol 400 si 100 do'400 mi', sedang
ra ra s re d a n a p a la gi r aras la dijadikan raras-perhiasan
(uparenggararas). Jadi raras degung itu ialah modus Doris dari musik Yunani
tanpa raras re dan raras la.

Musik tradisi banyak mengalami evolusi, sebagai contoh fungsi


angklung, dahulu berfungsi sebagai ritual penanaman padi dalam acara
mengarak padi dari sawah, namun saat ini disajikan sebagai bentuk seni
pertunjukan. Musik gamelan pun dahulu hanya dimainkan dalam keraton
sebagai sahnya upacara, namun kini telah bergeser fungsi sebagai kesenian
hiburan dan kesenian pendidikan.

2.3. Musik Klasik


Christine Ammer berpendapat, musik klasik adalah musik yang serius.
Scholes mempertegas bahwa, musik klasik adalah musik pada akhir abad
XVI-XVIII. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa, musik klasik digunakan sebagai
label bagi musik yang permanen atau tidak berubah-ubah dan mempunyai
nilai konstan. Ditekankan lagi oleh Rieman; musik klasik adalah hasil karya
seni yang telah terbukti abadi.
Karakter Musik Klasik
Menurut Ammer, musik klasik adalah musik yang anggun, berkesan formal,
mempunyai aturan, yang dimaksud adalah musik klasik tidak dapat
dimainkan sekehendak hati pemainnya, setiap bagian harus dimainkan
sesuai aslinya dan diikuti secara mendetail.

2.3.1 Periode musik klasik


1. Zaman Pertengahan
2. Zaman Renaisance
3. Zaman Barok
4. Zaman Rokoko (pra Klasik)
5. Zaman Klasik
6. Zaman Romantik
7. Abad 20

2.3.1.1 Pertengahan 1300

Gregorion Chant : Acapela


Organum : Tradisional
1500 The Notre Dame Mass : Monofonik, paduan suara, sejenis suara
(1 suara)
30 Bu

2.3.1.2. Zaman Renaisance (1450 – 1600)


Pada zaman ini vokal lebih dipentingkan daripada instrumen,
sehingga komposer lebih memperhatikan syair untuk meningkatkan kualitas
syair dan emosi lagu.
Ciri khas musik “renaissance” adalah, Acappella bernyanyi tanpa diiringi
instrumen dengan teknik dan harmonisasi yang bagus.
x Choral music yang bertipe 4,5,6 suara
x Polyphonic (banyak suara) contohnya menyanyi dalam kelompok
dengan melodi beragam dalam satu kesatuan
x Texturenya Homophonic dengan rentetan akor
x Wilayah nada lebih dari 4 oktaf
Musik Ibadah : Josquin des Prez (vokal)
Kemudian dibakukan Molet
Komonis : Palestina; Pope Marcellus Mass
Thomas Morley
Instrumen Andrea Gabrieli: Karyanya Ricercar in Twelth Mode

2.3.1.3. Zaman Barok (1600 – 1750)

Karakteristik musik
Bas Kontinuo adalah suatu ciri khas musik Barok pada awal sampai
akhir masa itu, kontinuo lengkap dengan bas berangka.
Tekstur musiknya yang polifonik harmonik, suara-suara yang terpenting
dalam musik Barok adalah sopran dan bas. Bas merupakan dasar dari
semua akor, suara bas dimainkan dengan alat musik melodik, seperti viol
atau cello dengan akor-akor, bas atau iringan disuarakan oleh instrumen
harpa, harpsichord atau orgel pipa.
x Munculnya ornamen (not hias)
x Mempelopori dinamik yang berangsur-angsur dari lembut sekali
sampai lembutnya sedang yang disimbolkan (ppp – mp)
x Lahirnya opera dan orkestra.
Komponis : - Antonio vivaldi
- Johan Sebastian Bach
- George Frideric Handel

Musik Bach
Musik Bach adalah paling unik, komposisi Bach bertekstur polyfonik.
Yang dimaksud tesktur adalah rajutan musikal atau cara menjalin alur melodi
yang terbagi monofonik, polifonik dan homofonik.
Komposisi Bach yang bertekstur polifonik artinya adalah masing-
masing suara gerakan melodinya mandiri, lebih dari satu suara maksimal 2
atau 3 suara untuk instrumen dan vokal untuk solo performance, bukan
sebagai pengiring.
Teknik untuk membuat polifonik disebut Kontrapung, contohnya canon
dan fuga (bersahut-sahutan dan suara imitasi).
31

Canon : Komposisi vokal ataupun instrumen yang suara imitasinya dalam


Tonika, contoh sebagai berikut :
J.S. Bach: - Karyanya Brandenburg Concerto No. 1-6
- Opera Claudio Monteverdi Orteo
- Sonata Barok Vivaldi : The Four Season
Suara pokok

Suara imitasi

Fuga : Komposisi untuk instrumen, hanya pada Fuga, terdiri dari suara pokok
dalam Tonika, suara imitasi dalam Dominan, suara 3 kembali dalam
Tonika.

2.3.1.4. Zaman Rokoko (Pra Klasik)

Perbedaan-perbedaan pokok antara Gaya Barok dan Gaya Rokoko :

- Bas tidak lagi terdapat sebagai suara yang bebas, tekstur polifonik
berangsur-angsur menjadi homofonik yakni (melodi dan iringan akor
dalam satu komposisi)
- Pemakaian Kontinuo masih berfungsi dalam musik Gerejawi.
- Pada Zaman Barok motif yang pendek diperpanjang melalui kontrapung
dan sekuens, dalam Zaman Rokoko melodi-melodi berbentuk dalam
frase-frase sepanjang 6 birama dengan banyak kadens.
- Gaya Rokoko melodinya kontras terjadi perubahan nuansa.
32 Bu

KOMPONIS ZAMAN BAROK

Sumber : An Appreciation Music Sumber : An Appreciation Music

Gb. 2.3. Antonio Vivaldi Gb. 2.4. Johan Sebastian Bach

2.3.1.5. Zaman Klasik (1750 – 1820)

Komposisi instrumen periode klasik terdiri dari beberapa bagian yang


kontras dari tempo dan karakter.

Karakteristik gaya musik klasik :

Kontras di tema, perubahan nuansa dalam dinamik dengan gaya


berangsur-angsur dari lembut berangsur-angsur keras kemudian melambat
lagi ataupun dari keras tiba-tiba menjadi lembut, ungkapan ekspresi begitu
pula pada pola ritme, penggunaan tanda istirahat, sinkop, perubahan not
panjang ke not pendek.

Teksturnya homofonik, komposisinya bukan untuk sebagai pengiring,


tetapi untuk permainan solo, kontras pada ritme misal dari melodi dan iringan
sederhana, kemudian berubah menjadi komposisi yang sulit pada bagian
berikutnya.

Dinamik : munculnya crescendo dan decresendo.

Berakhirnya komposisi bas continue.

Vienna
Vienna adalah pusat tempat kegiatan musik Eropa sepanjang zaman
periode klasik, Vienna adalah penyelenggara kegiatan musik yang
berorientasi komersial.
Pada zaman klasik muncul bentuk komposisi musik yang disebut
sonata dan simfoni, Sonata adalah karya musik untuk permainan solo,
sedangkan simfoni adalah sonata untuk orkestra, bentuknya sama dengan
Sonata hanya simfoni biasanya dilengkapi dengan bagian sisipan yang
disebut minuet, trio dan scherzo.
33

Bentuk Komposisi Musik Klasik

Karya musik yang terdiri atas empat bagian satu kesatuan yang utuh,
masing-masing dirancang dalam rangkaian tempo cepat, lambat kemudian
nuansa tempo seperti musik dansa, kembali lagi ke bagian 1 dengan tempo
cepat sebagai penutup.

Bentuk Musik Klasik


1. Fast movement
2. Slow movement
3. Dance related movement
4. Fast movement

Bentuk Komposisi Sonata akan dijelaskan sebagai berikut :

Sonata
Sonata adalah karya musik yang terdiri dari atas 3 bagian, satu
kesatuan yang utuh, masing-masing dirancang dalam rangkaian tempo cepat,
lambat dan kembali ke tempo cepat.

Sonata terbagi atas 4 bagian yakni :


- Eksposisi
- Pengembangan
- Rekapitulasi
- Coda

Bagian Eksposisi

Yang dimaksud eksposisi adalah bagian yang menggambarkan


nuansa penuh semangat, kuat eksposisi terbagi atas tema pokok, bridge,
tema ke II, dan tema penutup, yang dimaksud tema pokok, adalah memuat
pola ritmis dan melodis yang dikenal dengan motif, tema pokok dimainkan
dalam tonik.
Jembatan, berfungsi untuk mengatur perubahan tangganada (modulasi) jika
gerakan berada dalam tangganada Mayor maka tangganada kontras ada
pada dominan, jika gerakan berada dalam tangganada Minor maka
tangganada kontras ada pada relatifnya.
Tema II, bernuansa lebih liris (ekspresif) dan berisi nyanyian yang bersifat
melodis.
Tema penutup, memiliki 1 atau beberapa tema dapat pula mengacu pada
tema ke II yang berfungsi untuk menutup bagian eksposisi.
34 Bu

Pengembangan

Bagian ini mengandung uraian tema dari eksposisi dibentuk kedalam


motif-motif.

Rekapitulasi

Merupakan sebuah pernyataan kembali bagian eksposisi, tetapi


dengan modifikasi-modifikasi tertentu, Pada Rekapitulasi Tema ke II dan
Tema Penutup menggunakan tangganada Tonika bukan tangganada yang
kontras.

Coda

Pada bagian akhir dari sebuah sonata, umumnya menggunakan coda


sebagai penutup, coda merupakan penutup dari seluruh rangkaian, bagian ini
biasanya diawali dengan dominan, apabila awal lagu dalam mayor apabila
awal lagu dimulai dengan minor, dan berakhir pada tonik tetapi apabila akhir
sebuah sonata tidak kembali ke tonika, rangkaian lagu tersebut disebut
Atonal.

Jika digambarkan gerakan komposisi bentuk karya musik sonata adalah :

Eksposisi Pengembangan Rekapitulasi Penutup


(tema pokok) (pengembangan tema pokok) (koda)

Komponisnya yang terkenal antara lain :

W.A. Mozart
Beethoven
J. Haydn

Instrumen Piano muncul pada zaman Klasik.

Piano

Pada zaman sebelumnya(zaman pra klasik) sebelum menjadi Piano


cikal bakal bentuk instrumennya adalah Harpsichord, kemudian pada tahun
1775, lahirlah Piano seperti yang kita kenal saat ini.
35

Zaman klasik sebagai zaman yang mewakili periode pembabakan musik


klasik dikarenakan musiknya yang unik, menegaskan struktur musik yang
jelas, mengalami kemajuan pesat dari karya-karyanya yang menjadi dasar
perkembangan periode musik selanjutnya.

Tahun 1707, Bartolomeo Christofori


menciptakan (Harpsichord) cikal bakal
sebelum menjadi piano, yang mempunyai
bilah nada bertingkat, bilah nada masih
terbuat dari kayu, dan jangkauan oktafnya
belum luas.

Sumber : Buku An Appreciation Music

Gambar 2.5. Harpsichord

Sumber : Buku Pono Banoe


Gambar 2.6. Grand Piano

Piano penting di pelajari karena merupakan induk dari semua Instrumen

1. Piano dalam ukuran yang standard memliki 88 bilah nada 52 putih dan 32
hitam yang tersusun rapih dalam suatu papan nada dengan wilayah nada
yang menjangkaui 7 ¼ oktaf, suatu jangkauan yang tidak dapat dicapai
oleh alat musik manapun juga, sehingga piano merupakan musik yang
mutlak harus dikuasai oleh setiap guru yang bertugas sebagai pendidik
musik.

2. Susunan papan bilah nada, merupakan susunan yang paling sederhana


sebagai alat visual, dari musik diatonis. Hal ini tidak dapat ditampilkan
pada alat musik lain, sehingga nada menjadi suatu yang nyata.

3. Dengan piano, kita dapat bermain musik secara utuh, dengan


menampilkan melodi, irama dan harmoni sekaligus.
36 Bu

4. Dapat dipergunakan untuk menjelaskan semua teori musik dengan


mudah dan nyata.

5. Dalam memproduksi suara menurut dinamika yang dituntut, diatur lemah


lembutnya melalui sentuhan jari serta pengaturan pedal kaki.

Sumber : Buku Beyer


Gambar 2.7. Papan Bilah Nada
37

KOMPONIS ZAMAN KLASIK

Sumber : An Apreciation Music


Gb. 2.8. J. Haydn

Sumber : An Apreciation Music


Gb. 2.9. W. A. Mozart

Sumber : An Apreciation Music


Gb. 2.10. L. V. Beethoven
Opera Mozart Dun Giovanni
W.A. Mozart : Simfoni No. 40 in G minor K 550
J. Haydn Simfoni No. 103 in Es Mayor (Drum Roll)
LV. Beethoven : 9 simfoni, yang terkenal yang bernomor ganjil

2.3.1.6. Zaman Romantik (1820 – 1900)

Musik pada zaman ini menggambarkan nasionalisme , lebih universal, pada


komposisi orkestra terdapat tambahan pemakaian cymbal, triangle dan
harpa.
Piano merupakan pentatonik terfavorit pada zaman pentatonik dan mulai
menjadi musik keluarga
Ciri khas musiknya
Chromatik
Dinamik yang ekstrim ff x pp
ff artinya nada dimainkan keras sekali, kemudian pp, nada dimainkan
lembut sekali yang dilambangkan pp.
38 Bu

Accelerando ritardando
Kebebasan tempo dapat diatur oleh sipemain sendiri, guna penyajian
ekspresi.

Claude Debussy : karya-karyanya adalah Atonal yakni akhir lagu tidak


kembali ke tonik, Debussy gaya musiknya memadu
modus gereja dan pentatonik musik Jawa, Debussy
pernah menyaksikan permainan gamelan Jawa,
sehingga mengadopsi musik Jawa ke dalam karya
musiknya.

KOMPONIS ZAMAN ROMANTIK

Gambar : An Apreciation Music


Gb. 2.11. F. CHOPIN

Gambar : An Apreciation Music


Gb. 2.12. J. BRAHMS CORBIS

Gambar : An Apreciation Music


Gb. 2.13. F. MENDELSSOHN

Romantik
(Awal Romantik)
Schubert : Simfoni No. 8 unvinished in b minor
Franst List : Concerto No. 1 Piano dan orkestra in Es Mayor

(Akhir Romantik)
P.I. Tchaikovsky karyanya karyanya Piano Concerto No. 1 in Bes mayor
J. Brahms, Simfoni No. 1-4

Impresionisme
C Debussy : Prelude to The Afternoon of a Faun
Maurice Rafel : Bolero
39

2.3.1.7. Awal Abad 20


Ekspresionisme
Arnold Schoeberg : Five Pieces for Orchestra op. 16
Aturan-aturan kategori musik abad 20, dilihat dari gaya musik yang baru
terlepas dari estetika zaman romantik, sistem tangganada baru, sistem
harmoni baru, pola ritmik yang beraneka ragam, pada zaman ini instrumen
perkusi dalam orchestra lebih mempunyai peran.

2.3.1.7.A. Abad 20
Perubahan besar-besaran terjadi pada musik zaman ini, nada, ritme,
mendobrak tradisi kelaziman, mengherankan, menakjubkan sebuah karya
master piece.
Stravinsky dan Copland Komposisinya menggunakan ritme jazz.
Bela Bartok Komposisinya menggunakan struktur ritme yang bebas.
Mikrokosmos Dance in Bulgarian Rhythm No. 2
Brahms dan Schoenberg mempelopori penggunaan struktur frase yang
tidak sama, karya Brahms Rhapsody No. 2 opus 79 in G minor
George Gershwin, karya-karya komposisinya terkenal dengan style jazz.
Contoh Prelude I in Bes Mayor dan Prelude III in Es Minor.
Karakteristiik musik abad 20 adalah :
Warna nada : - memakai komposisi dengan munculnya alterasi
- Munculnya teknik pentatonik
Harmoni : - Kreasi harmoni baru yang disebut polychord yang
artinya kombinasi 2 akor, atau akor progresif.
Modulasi
Ritmik : - Komposisi pada zaman ini karyanya beraneka
nuansa yakni terdiri dari nuansa jazz nuansa dari
berbagai Negara.
Poliritmik : - Ritme yang kontras, kaya akan variasi ritmik.

KOMPONIS ZAMAN ABAD 20

Sumber : An Apreciation Music Sumber : An Apreciation Music Sumber : An Apreciation Music

Gb. 2.14. C. DEBUSSY Gb. 2.15. BELLA BARTOK Gb. 2.16. G. GERSHWIN
40 Bu

2.3.1.7.B. Musik Jazz (1910)


Musik yang berasal dari Afrika Amerika, ini adalah musik improvisasi
dan ritme yang sinkop, beat yang mantap, warna musik yang berbeda dan
menunjukkan teknik yang khas, kekhasan musik jazz dapat dilihat dari uraian
berikut :

Ritmik
Ritmik merupakan salah satu pondasi dasar yang membentuk suatu jenis
aliran musik. Seperti dalam musik jazz, ritmik dijadikan kekuatan yang
digunakan untuk membangun suasana. Hal ini dipengaruhi juga dari
akulturasi musik tribal dari Afrika yang kaya akan pola ritmik dan memiliki
ritmik yang sangat kompleks. Beberapa ritmik yang perlu diketahui dalam
melakukan improvisasi adalah sebagai berikut :
a. Time Feel : ketukan yang dilakukan tepat dengan birama atau biasa
disebut dengan on-beat/down beat, seperti yang dilihat pada contoh
gambar berikut :

b. A-head: ketukan yang dilakukan tidak persis tepat pada hitungan


melainkan terjadi percepatan hitungan.
c. Swing Feel : mengetuk birama dengan merasakan triplet. Swing feel
merupakan hal yang sangat mendasar dalam permainan musik jazz.

Penulisan swing feel :

Cara menyanyikan swing feel :

d. Sinkop : ketukan yang dilakukan tepat pada hitungan gantung, istilah


sinkop juga dapat disebut dengan up-beat.
e. Laying back: ketukan yang dilakukan tidak persis tepat pada hitungan
melainkan terjadi penundaan hitungan.

Akar Jazz, Ragtime, dan Blues


Awalnya style jazz adalah style Ragtime, the king of ragtime adalah
Scott Joplin (1868-1917).
Style Blues mempengaruhi perkembangan rhytm rock and roll dan soul.
41

2.4. Musik Tradisi Indonesia


Kesenian yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara yang
beragam, seni yang berakar dari tradisi. Topik atau materi yang dibahas tidak
dapat meliputi keseluruhan propinsi, musik tradisi yang dapat dikupas hanya
terdiri dari beberapa kesenian berdasarkan pertimbangan belum semua
propinsi mendata kesenian daerahnya, beberapa kesenian telah dikenal luas,
tebanya (namanya) telah mendunia seperti Gamelan Jawa dan Kesenian
Bali, kesenian ini juga mengandung banyak hal dari keragaman seni
budayanya.

Kesenian yang akan dibahas adalah :


A. Musik Betawi
B. Musik Bali
C. Gamelan Jawa
D. Angklung sebagai salah satu kesenian Jawa Barat
E. Sampe sebagai salah satu kesenian Kalimantan Timur

Berikut ini akan diuraikan satu persatu musik tradisi tersebut.

2.4.1. Musik Betawi

Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi


Gambar 2.17. Ondel-Ondel

Kesenian yang “representative” mewakili Betawi adalah, Ondel-ondel.


Sejarah kesenian ondel-ondel dimulai pada 1605, iring-iringan Pangeran
Jayakarta untuk ikut merayakan pesta khitanan Pangeran Abdul Mafakhit
(Pangeran Banten), Pangeran Jayakarta membawa boneka berbentuk
42 Bu

raksasa yang sekarang kita kenal sebagai “ondel-ondel” yang dianggap


sebagai pelindung untuk menolak bala.
Keanekaragaman musik Betawi dapat kita lihat antara lain pada orkes
gambang kromong, yang sangat kental dengan entat Cina , pengaruh
Eropa jelas terlihat pada musik tanjidor, entat melayu tampak entaton
pada orkes samrah, dan musik Betawi yang bernafaskan Islam terlihat pada
musik yang umumnya menggunakan alat rebana.
Seni musik Betawi antara lain gambang kromong, tanjidor, keroncong
tugu, gamelan ajeng, gamelan topeng, gamelan rancag, samrah dan macam-
macam rebana.

2.4.1.1. Gambang Kromong

Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi

Gambar 2.18. Gambang Kromong

Gambang Kromong diambil dari nama dua buah alat musik yaitu
gambang dan kromong, bilahan gambang berjumlah 18 buah terbuat dari
kayu suangking, kromong terbuat dari perunggu berjumlah 10 buah
berbentuk pencon, pengaruh Cina tampak pada alat musik Tehyan
Kongahyan dan Sukong, alat musik lainnya adalah gendang, kecrek dan
gong.

Gambang Kromong selain dapat dimainkan sebagai kesenian mandiri,


juga adalah musik pengiring Lenong.

Gambang Kromong dapat berkembang dikarenakan mempunyai 2


bentuk yaitu “Gambang Kromong Asli dan Gambang Kromong Kombinasi”,
gambang kromong asli ialah alat musik berlaras pakem entatonic namun
agar dapat dinikmati masyarakat yang heterogen alat musiknya dapat
dikombinasikan dengan alat musik elektronik seperti bass, organ, saxophone,
drum, namun warna suara gambang kromong masih tetap terdengar.
Keunikan gambang kromong memiliki pola iringan yang baku.
43

Kongahyan, Tehyan, Sukong

Adalah alat musik gesek berdawai dua yang direntangkan pada


tabung resonansi terbuat dari tempurung bertangkai panjang yang kecil
disebut kongahyan yang tengah tehyan dan yang terbesar disebut Sukong.
Lagu-lagu yang selalu dinyanyikan Gambang Kromong disebut lagu
sayur yaitu lagu Jali-Jali, Sirih Kuning, Kicir-Kicir.
Instumentalia musik yang dimainkan tanpa nyanyian disebut Phobin

Sumber : Peta Seni Budaya Betawi


Gambar 2.19. Kongahyan, Tehyan dan Sukong

2.4.1.2. Tanjidor

Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi


Gambar 2.20. Tanjidor

Tanjidor adalah sejenis orkes rakyat Betawi yang menggunakan alat-


alat musik barat terutama alat tiup. Tanjidor berkembang sejak abad ke
sembilan belas.
44 Bu

Pada umumnya alat-alat musik pada orkes tanjidor terdiri dari alat
musik tiup seperti piston (cornet a piston) trombone, tenor, clarinet, bass,
dilengkapi dengan alat musik tambur dan gendering, yang termasuk dalam
golongan instrumen membranophone.
Tanjidor adalah orkes untuk pengiring pawai atau arak-arak
pengantin. Lagu-lagu yang biasa dibawakan oleh orkes tanjidor adalah
batalion, kramton dan bananas. Pada perkembangan kemudian lagu yang
dibawakan ialah lagu seperti surilang dan jali-jali.

2.4.1.3. Samrah

Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi

Gambar 2.21. Samrah

Samrah Betawi adalah suatu ansambel musik yang hidup di Betawi


yang dipengaruhi oleh musik Arab dan Melayu, dengan alat-alat bunyi-
bunyian Harmonium, Biola sebagai Waditra utama.
Samrah lahir pada tahun 1918, dan berasal dari Dulmuluk Riau, lagu-
lagu Samrah Betawi dipengaruhi oleh Japin, India, Cina dan Arab

Gaya Lagu
Lagu-lagu Melayu terdapat Melayu Riau, Melayu Betawi. Disebutkan
pula bahwa lagu-lagu Samrah Betawi dipengaruhi oleh Japin, India, Cina dan
Arab. Di sini dapat dibuktikan bahwa susunan nada yang khas Melayu
sebagai berikut : 6 5 4 4 3 2 1. Di dalam lagu-lagu Samrah sangat banyak
melodi yang bersusunan nada seperti di atas. Dan akan lebih terdengar lagi
pada gereneknya (cengkok) bila disajikan.
45

- Susunan nada Gaya India : 1 6 6 5 4 3 2 1, contoh lagu Irama


India sebagai berikut 2/4, sedang.

Jika sebuah lagu mengandung bagian-bagian lagu menurut susunan


nada Gaya India di atas, maka lagu tersebut dinamakan lagu berirama India.
Yang menonjol pada lagu mandiri lagi irama India.

Sedangkan susunan nadanya menjadi skonder.


- Susunan nada Gaya Cina : 1 6 5 3 2 1
Contoh lagu Gaya Cina 4/4, sedang.

Lagu-lagu yang berirama Lagu Cina sangat terbatas di dalam Musik Samrah,
yaitu lagu Senandung Cina.
- Susunan nada Melayu dalam Tangganada Mayor seperti di bawah ini ; 4/4,
Lambat.

Apabila lagu-lagu Musik Samrah Betawi dipengaruhi Lagu Melayu,


maka susunan nada yang dipergunakan seperti di atas. Dan ini sangat
banyak dipergunakan di dalam lagu-lagu Samrah. Dengan demikian jelas
lagu-lagu Samrah dipengaruhi Lagu-lagu Melayu terutama tentang susunan
nadanya. Ini dapat kita lihat di dalam lampiran.
- Susunan Nada Irama Arab : 1 7 5 4 3 2
Birama 4/4, Lambat

Pada umumnya lagu-lagu yang bersusunan nada seperti di atas


terdapat pada lagu-lagu Orkes Gambus. Kemudian masuk ke Irama Japin.
Sedangkan Japin mempengaruhi juga terhadap lagu-lagu Samrah. Dengan
demikian, tidak asing lagi Irama Samrah diilhami oleh irama Japin.
46 Bu

2.4.1.4. Keroncong Tugu

Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi

Gambar 2.22. Keroncong Tugu

Dahulu dimainkan pada upacara “Pesta Panen”, pesta pertemuan


keluarga, alat musik keroncong terdiri dari biola, okulele, banyo, gitar, rebana,
kempil dan cello, Moresco”, kostum yang dipergunakan untuk laki-laki adalah
baju koko, sedangkan untuk wanita menggunakan kain kebaya.

2.4.1.5. Gambang Rancag

Gambang Rancag adalah kesenian yang dipergunakan untuk


mengiringi cerita-cerita Betawi seperti Pitung yang dibawakan dalam bentuk
pantun berkait.
Rancag artinya tutur dan pantun berkait.
Alat musiknya adalah gambang, kromong, tehyah gendang, kecrek, gong dan
suling.

2.4.1.6. Rebana

Rebana Betawi terdiri dari bermacam-macam jenis dan nama; rebana


ketimpring, rebana ngarak, rebana mauled, rebana birdah, rebana dor dan
rebana biang.
Rebana Ketimpring : terdiri dari 3 buah rebana fungsinya sebagai arak-
arakan pada perayaan maulid.
47

Rebana Hadroh : terdiri dari 3 atau 4 buah rebana, digunakan untuk


mengiringi syair-syair hadroh.
Rebana Dor : pada rebana dor terdapat lubang-lubang kecil untuk
tempat jari, biasa digunakan untuk mengiringi lagu-
lagu dari timur tengah, karena digunakan untuk
mengiringi nyanyi maka disebut pula rebana lagu.
Rebana Kasidah : merupakan perkembangan lebih lanjut dari rebana
dor, dewasa ini lazimnya dimainkan oleh kaum
wanita, dapat dimainkan pada perayaan
keagamaan.
Rebana Maulid : fungsi rebana kasidah adalah sama dengan rebana
maulid.
Rebana Birdah : rebana yang berfungsi membawakan qarda (puisi
arab) pada umumnya lagu-lagu yang dinyanyikan/
dimainkan berirama 4/4 dimainkan sambil duduk
bersila, sedangkan lagu-lagu yang berirama lebih
cepat yang disebut Fansub dimainkan sambil
berdiri.
Rebana Biang : mengiringi tarian Blenggo, seperti rebana-rebana
lainnya, rebana biang biasanya untuk memeriahkan
berbagai perayaan, khitanan, pernikahan.

2.4.2. Musik Bali

Seni Indonesia dalam hal ini fungsi kesenian dianggap tak berbeda
dengan fungsi ritual, kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk
memilih istilah kesenian ritual. Di Bali setiap kegiatan mempunyai kesenian
khusus yang ditampilkan ketika melakukan ritual. Di Bali istilah gamelan
adalah Gambelan.

2.4.2.1. Gamelan untuk upacara

Gambelan sakral untuk Ngaben adalah :


x Gambelan Luwang (pelog 7 nada)
x Gambelan Angklung (slendro 4 nada)
x Gambang

2.4.2.2. Gambelan untuk hiburan :

Gong Gede
Gong Gede adalah gamelan terbesar di Bali yang terdiri dari 46
instrumen yakni termasuk trompong, reyong, kempyung, gangsa jongkok
(saron), penyacah jegogan, jublag, drums (kendang) kempur, gong besar dan
cymbal / ceng – ceng.
48 Bu

Gamelan ini dimainkan pada upacara tahun baru, pada gamelan ini
yang berperan sebagai melodi adalah trompang, gamelan ini dapat pula
sebagai pengiring tari topeng, tari baris dan rejang, gamelan gong gede
mempunyai laras pelog.

Sumber : Buku Lata Mahosadhi STSI Denpasar

Gambar 2.23. Gamelan Gong Gede

2.4.2.3. Gambelan Joged Bumbung (Grantang)

Gambelan ini berlaras slendro (5 nada), gambelan ini khusus untuk


mengiringi tari jogged bumbung, penonton dapat berekspresi dan
berimprovisasi gerak dan banyak mendapat pengaruh dari tari legong, fungsi
seninya dahulu adalah untuk panen padi.
Gambelan jogged bumbung disebut juga gambelan gegeran tangan,
karena pokok-pokok instrumennya adalah gerantang, yaitu gender terbuat
dari bambu berbentuk bumbung, instrumennya terdiri :
Gerantang 4-8 buah, 4 gerantang gede, 4 gerantang kecil berfungsi
sebagai pembawa melodi, kemodong berfungsi sebagai gong dan berfungsi
sebagai penutup lagu kempul, berfungsi sebagai gong kecil, kelentang, rincik/
cengceng berfungsi sebagai pemanis lagu, kendang sebagai penentu irama,
suling 4 buah untuk pemanis lagu.

Sumber : Buku Lata Mahosadhi STSI Denpasar

Gambar 2.24. Gamelan Joged Bumbung (Gantang)


49

2.4.2.4. Gambelan Gambuh

Gambelan di Bali merupakan sumber dari beberapa gamelan lainnya,


dari segi sistem nada.
Gambelan ini bersifat gending yang ditarikan, kaya akan gending dan
juga ada penyanyi (tandak) sebagai pengubah suasana sedih, gembira, lucu
dan marah.

2.4.3. Gamelan

Gamelan atau gangsa adalah campuran dari perkataan tembaga ditambah


rejasa. Tembaga dan rejasa adalah nama logam yang dicampur dengan cara
dipanasi. Selain dari tembaga juga dapat dibuat dari jenis logam lain seperti
kuningan dan besi, namun agar dapat menghasilkan kualitas suara yang
baik, gamelan dibuat dengan cara ditempa.
Gamelan tebanya (gaungnya) telah mendunia, komponis abad 20
Debussy, pernah mengadopsi laras gamelan (Pentatonik) untuk
komposisinya.
Festival Gamelan Dunia I diadakan di Vancouver Canada pada tanggal
18-21 Agustus 1986, di Indonesia festival Gamelan I baru diadakan di
Yogyakarta pada tanggal 2-4 Juli 1995.
Gamelan ada yang berlaras pelog dan yang berlaras slendro, Gamelan
yang berlaras pelog disebut Gamelan Pelog dan Gamelan yang berlaras
Slendro disebut Gamelan Slendro, perangkat gamelan ini adalah merupakan
bagian-bagian dari Gamelan Ageng yang mempunyai Fungsi Hiburan.

Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)
Gambar 2.25. Perangkat Gamelan Jawa
50 Bu

Perangkat-perangkat Gamelan :
x Bilahan : gambang, gender, saron, slentem.
x Pencon : gong, kempul, ketuk, kenong, bonang.
x Kebukan : Kendhang
x Sebulan : Seruling
x Dawai : Rebab, siter

1. Bonang :
x Bonang Penerus/Babarangan :
Berlaras satu oktaf lebih tinggi tetapi
bentuknya lebih kecil dari bonang barung.
x Bonang Barung :
Yang bersuara rendah, bentuknya lebih besar.
x Bonang Penembung :
Larasnya lebih rendah dan bentuknya lebih
besar dari Bonang Barung.

Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)

Gambar 2.26. Bonang

Perbedaan Saron, Gender dan Slentem


2. Saron
x Saron Demung :
Berlaras paling rendah dari saron Barung.
x Saron Barung :
berlaras lebih tinggi dari saron Demung.
x Saron Penerus :
berlaras paling tinggi dari saron Demung
dan Barung.

Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)

Gambar 2.27. Saron


51

2. Gender

Bilahan yang digantung, bilahan gender berjumlah lebih kecil


ukurannya dan jumlahnya lebih banyak (13 bilahan), jenis gender hanya 3
macam.
x Gender Barung :
x Gender Penerus : lebih tinggi 1 oktaf

Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)

Gambar 2.28. Gender

3. Slentem

Bilahan yang digantung, bilahan slentem lebih besar dari bilahan


Gender, jumlahnya lebih sedikit dari jumlah bilahan Gender yakni hanya
berjumlah (7 buah).

Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)

Gambar 2.29. Slentem


52 Bu

Fungsi dalam permainan :


x sebagai pemangku lagu / pemanis

4 Gong terbagi :
x Terbesar : Gong Suwukan
x Sedang : Kempul
x Kecil : Bende

Fungsi bagian-bagian gamelan

Pemimpin irama : Kendhang


Pemangku irama : Ketuk kenong, kempul, gong, kempyang
Pemimpin lagu : Bonang
Pemangku lagu : Slentem, gender, gambang
Pembuka lagu : Rebab
Penghias lagu : Suling, siter, kecer.

Membudayanya Musik Gamelan di Tanah Air

Propinsi di Indonesia ± 58% mempergunakan gamelan sebagai musik


tradisinya, adapun propinsi yang mempergunakan gamelan sebagai musik
utama dapat dilihat pada tabel 3.
Propinsi yang menggunakan gamelan :

Propinsi Nama Gamelan

Lampung Talo Balak


Sumatera Selatan Kelintang 12
Jambi Kelintang/Tauh
Sumatera Barat Talempong
Kalimantan Selatan Gamelan Banjar
Kalimantan Tengah Gandang Garantung
Jawa Tengah Gamelan
Jawa Barat Degung
Jawa Timur Gamelan
Yogyakarta Gamelan
Bali Gamelan
NTB (Kabupaten Lombok) Gamelan Lombok
Kabupaten Lombok Gamelan Gendrung
Kabupaten Sumbawa Gamelan Sumbawa
Kabupaten Bima Gamelan Bima
53

Tabel 4
Penggunaan Bonang dan sebutannya di berbagai Propinsi

Propinsi Nama instrumen jenis Bonang

DKI Kromong
Sumbar Talempong
Jambi Kelintang
Lampung Kulintang
Sumatera Selatan Kelintang
Riau Tetawak
NTB Trompong
Kalbar Geremong
Kaltim Klentangan
Kalteng Kangkanong
Sulteng Kandengo-dengo
Maluku Totobuang
Jawa Timur Bonang
Jawa Barat Bonang
Jawa Tengah Bonang
Yogya Bonang
Bali Trompong/Reyong

Dari macam-macam gamelan seperti gamelan Kodhok Ngorek,


Monggang, Carabalen, Sekaten dan gamelan Ageng.
Kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk memilih
istilah kesenian agama begitu pula gamelan ada yang dimainkan untuk
upacara, ada juga gamelan untuk hiburan, ada pula gamelan untuk pengiring
dan mandiri.

2.4.3.1. Gamelan untuk hiburan :


1. Gamelan Ageng
2.4.3.2. Gamelan untuk upacara :
1. Gamelan Kodhok ngorek (upacara pernikahan masyarakat)
2. Gamelan Monggang (upacara keraton)
3. Gamelan Sekaten (upacara maulidan dan keraton)
4. Gamelan Carabalen mempunyai dwifungsi yaitu untuk upacara
dan hiburan.
54 Bu

Gamelan Carabalen

Sumber : Buku Bothekan Karawitan I

Gambar 2.30 Gamelan Carabalen

Gamelan ini memiliki fungsi yang pasti yaitu untuk menghormati kedatangan
tamu. Gamelan ini pada umumnya dimiliki oleh perorangan maupun lembaga.
Gamelan ini berlaras pelog dan terdiri dari sepasang kendhang, satu
rancak, gambyong, satu rancak bonang, sebuah penonthong, sebuah
kenong, sebuah kempul dan gong.
Menurut Kunst bahwa nama Carabalen memiliki makna filosofis yang
berhubungan dengan siklus hidup manusia. Berikut ini denah penempatan
ricikan-ricikan perangkat gamelan Carabalen.

Sumber : Buku Bothekan Karawitan I

Gambar 2.31. Penempatan Ricikan Gamelan Carabalen


55

Gamelan Ageng

Perangkat gamelan ini dapat dikatakan sebagai perangkat gamelan


standar. Gamelan ini dipergunakan untuk berbagai keperluan yaitu hiburan,
ritual, untuk berbagai ekspresi seperti pengiring wayang, tari, teater.

Rincikan pada perangkat gamelan ageng adalah :

a. Rebab : terdapat satu atau dua buah rebab. Biasanya rebab ponthang
untuk slendro dan rebab byur untuk pelog, dimainkan oleh seorang
pengrawit.
b. Kendhang : terdiri dari satu kendhang ageng, satu kendhang ketipung,
satu kendhang penunthung, satu kendhang ciblon dan satu kendhang
wayangan, ditabuh satu atau dua pengrawit.
c. Gender : satu gender slendro, satu gender pelog nem (atau bem) dan
satu gender pelog barang. Semuanya berbilah 12 s/d 14 buah, ditabuh
oleh seorang pengrawit.
d. Gender penerus : satu rancak gender penerus slendro, satu gender
penerus pelog nem (bem), dan satu gender penerus pelog barang, semua
berbilah antara 12 s/d 14 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
e. Bonang barung : satu rancak bonang barung slendro dengan 10 dan 12
pencon dan satu rancak bonang barung pelog, terdiri dari 14 pencon,
ditabuh oleh seorang pengrawit.
f. Bonang penerus : satu rancak bonang penerus slendro dengan 10 atau
12 pencon dan satu rancak bonang penerus pelog, terdiri dari 14 pencon,
ditabuh oleh seorang pengrawit.
g. Gambang: satu rancak gambang slendro, satu rancak gambang pelog
nem dan satu rancak gambang pelog barang, semua berbilah antara 18
s.d. 21 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
h. Slenthem: satu slenthem slendro dan satu slenthem pelog, masing-
masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pengrawit.
i. Demung: satu demung slendro dan satu demung pelog, masing-masing
berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pengrawit.
j. Saron barung: dua saron slendro dan dua saron pelog, masing-masing
berbilah tujuh. Kadang-kadang salah satu saron slendronya dibuat
dengan sembilan bilah. Saron sembilan bilah adalah saron yang biasa
digunakan untuk keperluan wayangan, ditabuh masing masing oleh
seorang pengrawit.
k. Saron penerus: satu saron penerus slendro dan satu saron pene-rus
pelog, masing-masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pangrawit.
l. Kethuk-kempyang: satu set untuk slendro dengan kempyang berlaras
barang dan kethuk berlaras gulu serta satu set untuk pelog. Kempyang
berlaras nem tinggi dan kethuk berlaras nem rendah, ditabuh oleh
seorang pengrawit.
56 Bu

m. Kenong: tiga sampai enam pencon untuk slendro dan tiga sampai tujuh
pencon untuk pelog, ditabuh oleh seorang pengrawit.

n. Kempul: tiga sampai enam pencon untuk slendro dan tiga sampai tujuh pencon
untuk pelog.
o. Gong suwukan: satu sampai dua pencon untuk slendro dan satu sampai tiga
pencon untuk pelog. Suwukan laras barang sering disebut dengan gong siyem.
p. Gong ageng atau gong besar: satu sampai tiga gong besar yang berlaras nem
sampai gulu rendah. Kebanyakan gong ageng dilaras lima.
q. Siter atau celempung: ada satu siter atau celempung slendro dan satu siter
atau celempung untuk pelog. Sekarang terdapat satu siter yang dapat
digunakan untuk slendro dan pelog. Siter two in one tersebut disebut dengan
siter wolak-walik, ditabuh oleh seorang pengrawit.
r. Suling: satu suling berlubang empat untuk slendro dan satu suling berlubang
lima untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit

Ageng

Sumber : Buku Bothekan Karawitan I

Gambar 2.32. Penempatan Ricikan Gamelan Ageng


57

Bervariasinya pengaturan ricikan gamelan terutama atas pertimbangan


fungsinya sebagai musik mandiri atau sebagai sebagai musik iringan.

Sumber : Buku Bothekan Karawitan I

Gambar 2.33 Gamelan Ageng

Tabuhan gamelan mempunyai 2 gaya yakni gaya Solo dan gaya Yogyakarta,
yang masing-masing mempunyai kekhasan.
Perbedaan ciri musiknya adalah :
1) Pola tabuhan kendhang. Ada kebiasaan yang berbeda dalam menyebut
pola tabuhan kendhang di kedua daerah inL Seperti kita ketahui bahwa
tabuhan kendhang sangat terkait dengan bentuk gendhing; yang
semuanya berbentuk kethuk kalih kerep minggah sekawan, seorang
pengendhang "boleh" ngendhangi gendhing-gendhing tersebut dengan
menggunakan pola yang sama. Kebiasaan seperti itulah seperti yang
diberlakukan pada gaya Solo. Kebiasaan di Yogya lebih suka menyebut
nama dari salah satu gendhing sebagai model garapan kendhang untuk
gendhing-gendhing lainnya yang memiliki bentuk yang sama.
Pola kendhangan kedua daerah memang berbeda. Saya cenderung
mengatakan bahwa kendhangan gaya Yogya pada umumnya lebih sigrak
(animatif) daripada Solo. Yogya banyak menggunakan garapan yang
sinkopatif, sedangkan kendhangan gaya Solo relatif lebih sederhana dan
tenang namun dalam.
2) Bonang. Bonangan Yogya juga lebih sigrak dibandhing dengan
permainan rekannya yang di Solo. Yogya sering menggunakan bonangan
tronjolan, sinkopasi yang berkesan nyrimpet. Bonangan Yogya di satu
segi tidak begitu mempedulikan alur melodik, tidak masalah bila ia
meloncat dari daerah suara tinggi ke rendah atau sebaliknya, sedangkan
di Solo, kemulusan atau kehalusan alur melodik sangat diperhatikan
sehingga ketika seorang pembonang mendapati alur lagu (balungan)
58 Bu

yang meloncat, ia harus menemukan cara agar loncatan tersebut tidak


nyeklek (patah), biasanya seorang pengrawit harus mele-watinya dengan
menggunakan pola nggembyang dan/atau menggunakan rambatan atau
peralihan dengan menggunakan pola-pola lagu dengan variasi khusus.
3) Balungan. Perbedaan auditif yang paling gampang diidentifi-kasikan
adalah lewat tabuhan saron penerus. Tabuhan saron penerus Yogya
mendahului tabuhan balungan pokok, sedangkan tabuhan saron penerus
Solo mengikuti balungan pokok. Tabuhan balungan gaya Yogya
cenderung lebih keras dengan menggunakan pola dan teknik yang lebih
dikembangkan. Mereka memiliki berbagai teknik tabuhan balungan yang
lebih kaya, di antaranya nggenjot, ngencot, kecekan, dan sebagainya.
Kebalikannya, karawitan gaya Yogyakarta cenderung memilih
tempo/irama/laya yang lambat, sedangkan karawitan gaya Surakarta
cenderung menggunakan tempo yang lebih cepat.

2.4.4. Angklung

Angklung di Jawa Barat

Sumber : Buku Angklung di Jawa Barat sebuah perbandingan Buku I


Gambar 2.34. Angklung

Pada zaman kejayaan kerajaan Pajajaran, angklung disamping


sebagai alat upacara pertanian, juga dipergunakan sebagai alat musik bagi
bala tentara kerajaan dimana untuk menambah semangat tempur dalam
menghadapi musuh sebagai alat musik perang pada zaman kerajaan
Pajajaran. Kemudian fungsi angklung bergeser sebagai ritual penanaman
padi dalam acara mengarak padi dari sawah, di desa lain angklung
dipergunakan sebagai sarana penyebaran agama dan kegiatan yang
59

berhubungan dengan pemerintah, kini angklung disajikan sebagai bentuk


seni pertunjukan.

Daeng Sutigna (Pengembang Angklung)

Angklung mulai terangkat diawal tahun 1938 ketika seorang putra ahli
musik Tatar Sunda kelahiran Garut yaitu Daeng Soetigna (13 Mei 1908 - 8
April 1984) memperkenalkan alat musik tersebut. la berguru kepada Bapak
Jaya dari Kuningan, seorang ahli pembuat angklung.
Nada-nada yang dipergunakan yakni dari yang paling rendah G-C 3
dengan penadaan standar internasional yaitu A - 440.
Daeng Sutigna merupakan orang pertama yang mengembangkan
angklung sistem tangganada diatonis yang disebut Angklung Indonesia, yang
bersifat melodis, murid Pak Daeng adalah Pak Udjo, pengembangan yang
dilakukan pak Udjo adalah membuat Angklung tradisi berlaras slendro, pelog
yang bersifat ritmis.

Laras Angklung

x Untuk laras slendro, susunan nada C D E G A C, sedangkan laras


pelog dipakai susunan nada C E F G B C untuk laras madenda
dipakai susunan nada C E F A B C.

x Laras Diatonis, memiliki 7 yaitu nada C D E F G A B C.

Macam-macam Angklung

1. Angklung Modern (pengembang Daeng Soetigna) menggunakan nada


diatonis atau disebut juga Angklung Indonesia.

2. Angklung Tradisi Sunda (pengembang Udjo Ngalagena) murid pak


Daeng, angklung ini berlaras slendro, pelog.

Angklung modern cenderung lebih mengutamakan unsur melodi atau lagu.


Angklung Sunda terdiri dari 24 buah angklung melodi 10 buah rincik, 5 buah,
angklung 4 buah dan pengiring 5 buah.
Angklung Indonesia terdiri dari 73 buah.
28 angklung melodi berukuran kecil, 11 angklung melodi berukuran besar, 17
angklung iringan, 17 penghias.

Pembelajaran angklung pak Daeng dilakukan dengan cara membaca


x Notasi dengan gambar
x Notasi dengan sistem nomor
x Notasi dengan jari
60 Bu

Elang = do

Burung = ti

Capung = la

Tikus = so

Kucing = fa

Ayam jago = mi

Bebek = re

Ikan = do

Sumber : Buku Angklung Pa Daeng


Gambar 2.35. Notasi Gambar

Jadi angklung-angklung yang akan dimainkan diberi atau ditempeli telebih


dahulu gambar-gambar tersebut.

Tabel 2.3.
Belajar Musik Angklung Sistem Nomor

Lagu Halo-halo Bandung 4/4


Do = F

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Fis G Gis A Ais B C Cis D Dis E F Fis G Gis A
Not 2 3 4 5 6 7 1 2

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ais B C Cis D Dis E F Fis G Gis A Ais B C Cis
3 4 5 6 7 1 2 3 4 5

No. Urut Notasi Angka


Angklung
11 1 = [do] rendah
13 2 = [re]
16 3 = [mi]
17 4 = [fa]
19 5 = [sol]
21 6 = [la]
22 7 = [si]
23 1 = [do] tinggi
61

Angklung Udjo

Pak Udjo mengembangkan angklung bertangganada pentatonik juga


diatonis.
Laras pentatonik adalah Slendro CDEGAC
Pelog CEFGBC
Madenda CEFABC

Pola Permainan

Angklung Udjo meliputi jenis permainan angklung, yaitu angklung ‘tradisi’ dan
angklung Indonesia. Yang dimaksud dengan angklung tradisi adalah
permainan angklung dengan pola-pola tabuhan tradisi yang bersifat ritmis,
seperti halnya tabuhan jenis-jenis angklung tradisi pada umumnya. Pola
tabuhannya masih tetap berbentuk terputus-putus dengan teknik dimainkan
dengan digoyang. Bedanya dengan angklung-angklung tradisi lainnya,
angklung tradisi Udjo sudah lebih dikembangkan dari segi pengolahan
bunyinya. Bunyi yang dihasilkan dari permainan digoyangkan sudah
cenderung merupakan pengulangan melodi pendek-pendek yang dihiasi
dengan bunyi panjang unik yang terlahir dari bunyi sebuah angklung yang
dimainkan (digoyangkan) secara terus menerus tanpa berhenti.
62 Bu

Berikut adalah contoh motif-motif tabuhan angklung tradisi Udjo.


Pada tempat pelatihan angklung (Saung) Pak Udjo dalam pembelajarannya
juga menggunakan notasi nomor ataupun kode tangan.

(as adapted by Kodaly

(1) (7)

(7)
(6)

(5)

(5) (4)

(4)

(3)

(2)

(1)

Sumber : education deakin.edv.do/music.ed/history/curwen.html

Gambar 2.36. Pembelajaran Musik Angklung dengan Kode Tangan


63
64 Bu
65

Latihlah lagu-lagu ini


66 Bu
67
68 Bu

2.4.5. Sampe

Alat Musik Tradisional Daerah Kalimantan Timur

Bentuk Kebudayaan Kalimantan Timur sangat sederhana dan


keseniannya terjadi karena kerja sama antar individu, yang pada saat tertentu
memperoleh inspirasi karena persentuhannya dengan alam sekitarnya.
Perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah manifestasi yang
menjadi milik kolektif, karena mereka pula bersama-sama mengerjakan
ciptaan tersebut. Dari sinilah terciptanya seni musik dan seni tari tradisional;
dan terbentuk dalam pola-pola tertentu lalu berkembang dari masa ke masa,
bergandengan erat dengan adat-istiadat, agama, dan kebiasaan-kebiasaan
masyarakat dan dengan demikian menjadi suatu ciri khas daripada
seni/budaya daerah Kalimantan Timur.

Musik Tradisional Suku Dayak Kenyah

Suku Dayak Kenyah adalah salah satu suku di antara suku Dayak
lainnya yang ada di Kalimantan Timur.

Jenis Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kenyah adalah

Sampe

Sampe adalah sejenis alat musik yang dipetik (semacam gitar)


mempunyai dawai/tali, kadang-kadang tiga ataupun empat da-wai
(tergantung dari kesenangan pemiliknya/pemainnya).

Bentuk dan ukurannya


x Panjang sampe - kurang lebih 1.25 meter (termasuk ukuran untuk
kepalanya).
x Lebar bagian bahu: + 25 cm/30 cm, bagian bawah ± 15 cm.
Bentuknya dapat dilihat pada gambar 2.35.

Sumber : Koleksi Pribadi


Gambar 2.37. Sampe
69

Karakteristik Sampe

a. Sampe adalah sejenis alat musik yang dipetik (sejenis gitar) yang
mempunyai dawai/tali, ada yang menggunakan tiga dawai dan ada
pula yang menggunakan empat dawai tergantung dari kesenangan si
pernain.
Sampe yang berdawai tiga, mempunyai nada masing-masing:
- Dawai pertama = C(1)
- Dawai kedua = sama dengan dawai pertama
- Dawai ketiga = G(5)

Sedangkan yang empat snaar :


- Dawai pertama = C(l)
- Dawai kedua = sama dengan dawai pertama
- Dawai ketiga = E (3)
- Dawai keempat = G (5)
Pada mulanya dawai itu dibuat dari tali sejenis pohon enau (aren).
Sudah tentu dapat kita maklumi bahwa suara yang dihasilkan tidak
sebagus jika menggunakan dawai seperti gitar, akan tetapi yang
dernikian itu merupakan ciri khas suara sampe. Kemudian setelah
keadaan berkembang, pengaruh dari luar tentu akan mengubah pula
keadaanya . Dawai dari pohon enau diganti dengan kawat baja (bekas
kawat slang), hingga sampai saat ini masih dipergunakan kawat
tersebut; kadang-kadang dawai gitar (E) yang dipakai untuk ke-3 (4)
dawai sampe tersebut.
b. Khusus pada dawai pertama (C), di bawah dawai itu dibuat tangga-
tangga nada (not). Tangga-tangga ini terbuat dari rotan yang sudah di
potong-potong (+ 1 cm panjangnya) dan bentuknya mulai tebal hingga
menipis.

Jika akan memainkan lagu lain dan kemungkinan not berbeda dengan
not yang sudah disusun tadi, maka rotan tersebut terpaksa harus digeser
untuk dilaras dengan lagu lain (berbeda dengan gitar, yang kolom-kolomnya
tersebut permanen).
Cara melaras sampe (dawai 1), dawai pertama ini dibagi dua yaitu :
C (i) dan C (1).

Gambar 2.38. Penampang Resonatur dan Dawai Sampe


70 Bu

Dari C kemudian dibuat jarak untuk tangga-tangga berikutnya (2 3 4 5 6 …


dst) sesuai dengan keperluan. Dan dari dasar ini (C) sebagai permulaan,
dimulai memainkan irama dari lagu tersebut (yang akornya 5 – 3 – 1 – 1) atau
(5 – 1 – 1).

Salah satu contoh not dari sebuah lagu sebagai pengiring tarian-tarian leleng:

Ket. : dawai I melodi – Dawai 2 – (3) – 4 – Pengiring (irama)


Dengan melihat not tersebut kita dapat melaras sampe sebagai berikut :

Gambar : 2.39. Cara Melaras Dawai Sampe


71

Cara memainkan sampe :


Seperti halnya pada gitar, fungsi tangan kanan adalah untuk memetik nada,
sedangkan tangan kiri menekan dawai (dawai I). Kadang-kadang tangan kiri
(jari) ikut memetik pula, sambil menekan nada-nada yang dibunyikan sebagai
varasi suara.
Musik sampe ini dapat dimainkan dengan dua atau tiga sampe bersamaan
dengan pembagian tugas sebagai berikut :
1. Sampe 1 khususnya untuk melodi
2. Sampe 2 khusus untuk irama/pengiring
3. Sampe 3 khusus variasi (bahasa daerah : Tingkah).

Biasanya alat ini dimainkan :


1. Sebagai pengiring tari-tarian di dalam pesta keramaian (tari gong,
burung enggang, tari perang, tari leleng).
2. Untuk mengisi waktu senggang.

2.5. Musik Non Barat

2.5.1. Musik Afrika

Masing-masing kebudayaan mempunyai karakteristik instrumen,


performance, sistem nada, pola ritmik, ada negara yang memiliki kedua jenis
musik, yakni musik tradisi negara tersebut dan musik popular, ini merupakan
kekayaan bermusik yang menakjubkan.
Musik ini merupakan sumber inspirasi bagi perkembangan musik
abad 20, komponis yang mengadopsi / terinspirasi dalam komposisinya yakni
komponis Prancis, bintang rock Inggirs Band The Beatles (George Harrison),
Artis Jazz Amerika John Coltrane.

Sumber : An Appreciation Music


Gambar 2.40. Singing dan Instrumentation into African
72 Bu

Karakteristik Musik Afrika

Kesenian Afrika selalu berbentuk musik perkusi, tarian juga


nyanyiannya berbentuk polifonik (bersahut-sahutan) ataupun dengan
menyanyi tanpa kata-kata dengan hum ataupun berteriak dan selalu dalam
bentuk kelompok.

Instrumen Afrika

Karakteristik musik Afrika adalah permainan ansambel yang terdiri


dari 20 orang pemain, instrumen perkusinya adalah bell, instrumen melodinya
flute, trumpet, xylophone dan drum.
Keunikannya adalah penyajian musiknya, dalam setiap tari dan alat
musik perkusi ditampilkan dalam satu kesatuan

2.5.2. Musik India

Komponis terbesarnya adalah Tyagaraja (1767-1847) Muthuswamy


Dikshitar (1775-1835) dan Shyama Sastri (1762-1827)
Alat musik khas India adalah :
- Alat musik dawai chordophone disebut sitar
- Alat musik tabuh membranophone disebut tambura
- Alat musik sepasang drum disebut tabla

Dibawah ini contoh alat musik sitar dan tabla :

Ciri khas musik India :


x Pergerakan interval, langkah
setengah nada
x Banyak menggunakan ornamen
x Penuh nuansa karena
perubahan tempo
x Pola notnya disebut raga, not
yang berinterval kadang naik
kadang turun.

Sumber : An Apreciation Music


Gambar 2.41. Musik India

Struktur ritmiknya disebut (Tala)


Beat yang terdiri dari 2 – 3 – 2 – 3 disebut Haptal.
| 1 2 | 3 4 5 | 6 7 | 8 9 10 |
Beat yang terdiri dari 4 – 2 – 4 disebut Shultal
| 1 2 3 4 | 5 6 | 7 8 9 10 |
Tala adalah permainan Tempo dari lambat sampai sangat cepat.
73

2.5.3. Alat-alat Musik Tiongkok dan Jepang

Kultur tinggi Tiongkok didalam sejarah tercatat dalam 5 dynasti yaitu


Dynasti Huang – Ti, Dynasti H Sia, Dynasti Shang, Dynasti Chou dan Dynasti
Han.

Alat musik yang menonjol sampai saat ini adalah alat musik K’in
sejenis Zither kecapi dengan 5 senar sudah ada sejak zaman Dynasti H Sia
(1800 – 1500 SM).

Alat musik serupa ini di Jepang disebut Koto.

Di bawah ini contoh alat musik sejenis Zither, di Jepang disebut Koto.

Sumber : An Apreciation Music


Gambar 2.42. Fusako Yoshida, is a “master of koto”

2.5.4. Alat musik Kultur Tinggi Timur Tengah dan Kultur Tinggi
Yunani

Alat musik Kultur Tinggi Timur Tengah (Palestina)


Kinnor, alat musik yang dipergunakan oleh raja Daud sejenis Harpa,
lebih tepat disebut Leier senarnya sangat terbatas (5-9 senar)
Kinnor adalah cikal bakal gitar hasil kebudayaan pengaruh dari bangsa Semit
di Mesir.

Alat Musik Kultur Tinggi Yunani


- Phorminx termasuk instrumen jenis Leier
- Kithara adalah pengembangan Phorminx yang bersenar 7
- Lyra merupakan pengembangan Kithara, jumlah senar Lyra adalah 7
buah
74 Bu

- Harpa adalah pengembangan dari Harpa Siku dari Italia

Sumber : Buku Pono Banoe


Gambar 2.43. Instrumen Musik Yunani
75

2.6. Ekspresi Melalui Kegiatan Bermusik

2.6.1. Vokal
2.6.1.1. Asal Usul Vokal

Musik vokal dianggap lahir dari adanya usaha manusia untuk


berkomunikasi antar sesamanya, musik vokal muncul pada zaman
periode Renaissance adalah, Acappella bernyanyi tanpa diiringi
instrumen dengan teknik dan harmonisasi yang bagus.
Pada zaman Renaissance vokal lebih dipentingkan daripada
instrumen, sehingga composer lebih memperhatikan syair untuk
meningkatkan kualitas syair dan emosi lagu.
Musik adalah salah satu seni yang bersifat universal, artinya
dapat digemari, dinikmati, didengar oleh semua lapisan masyarakat.
Di dalam musik terdapat musik instrumental dan musik vokal yang
dapat didengar, dirasakan dan dihayati keindahannya melalui
beragam jenis lagu. Antara lain seperti seriosa, jazz, pop, keroncong
dan dangdut.
Suara manusia merupakan instrumen yang telah ada sejak
lahir mempunyai materi suara manusia itu sendiri, dan ini merupakan
alat yang kemanapun seseorang itu pergi akan dibawanya dan
dipergunakan baik dalam berbicara atau dalam musik vokal. Baik
buruknya suara manusia tersebut tergantung pada keadaan dan
kualitas materi suara.

1. Produksi suara
Alat musik seorang penyanyi ada pada tubuhnya sendiri yang
terdiri dari selaput suara/ pita suara sebagai sumber bunyi, badan
dengan rongga kepala, kerongkongan, mulut, rongga perut,
rongga dada diafragma. Suara yang bagus adalah hasil daripada
cara pembentukan bunyi yang benar, sekaligus juga karena
resonator yang baik. Dalam tubuh manusia terdapat beberapa
tempat resonator; dada,mulut, hidung, kerongkongan dan kepala.
Udara yang keluar akan menggetarkan pita suara dan melibatkan
resonator turut bergetar sehingga menghasilkan bunyi.

2. Teknik Pernafasan
Pernafasan merupakan unsur penting dalam memproduksi suara.
Tanpa pernafasan yang baik dan benar seseorang tidak dapat
bernyanyi dengan baik.
76 Bu

2.6.1.2. Jenis-jenis Pernafasan


a. Pernafasan dada
Dengan cara mengisi udara dalam paru-paru bagian atas.
Pernafasan ini sangat pendek dan tidak cocok untuk digunakan
dalam vokal.
b. Pernafasan Perut
Dengan cara membuat perut berongga besar sehingga udara luar
dapat masuk. Pernafasan ini kurang efektif untuk vokal, karena
udara dengan cepat dapat ke luar sehingga paru-paru menjadi
lemah dan cepat letih.
c. Penafasan Diafragma
Saat diafragma menegang atau lurus maka rongga dada dan
rongga perut menjadi longgar dan “volume” menjadi bertambah.
Volume yang bertambah ini mengakibatkan tekanan berkurang
sehingga udara dari luar dapat masuk ke paru-paru, dan nafas
yang dikeluarkan dapat diatur secara sadar oleh diafragma dan
otot-otot bagian samping kiri. Pernafasan ini paling cocok untuk
bernyanyi karena dapat mengambil nafas sebanyak-banyaknya
dan mengeluarkan secara perlahan-lahan dan teratur.

Keterangan Gambar :

1. Parietal Bone ( Tulang Ubun-ubun)


2. Frontal Bone (Tulang Dahi)
3. Frontal Sinus ( Rongga Kepala )
4. Nasal Cavity ( Rongga Hidung )
5. Hard Palate ( Langit-langit keras )
6. Soft Palate ( Langit-langit lunak )
7. Teeth-gigi
8. Tongue-lidah
9. Hyoid Bone ( Tulang Hyoid )
10. Epiglottis (Katup celah suara )
11. Larynx (Pangkal Tenggorok )
12. Tachea ( Batang Tenggorok )
13. Bronchi ( Saluran Pernafasan )
14. Speroid Sinus ( Rongga Speroid )
15. Decipital Bone ( Tulang Belakang )
16. Nasal Pharynx
Lobang tenggorokan yang
berhubungan dengan rongga hidung
17. Oral Pharynx
Lobang tenggorokan yang
berhubungan dengan rongga mulut
18. Laryngeal Pharynx
Lobang pangkal tenggorokan
19. Vocal Cords ( Pita suara )
20. Esophagus ( Paru-paru )
21. Lungs ( Paru-paru )
22. Diaphragm (Diafragma )
23. Abdominal muscles ( Otot-otot perut)

Sumber : Teknik Vokal


Gambar 2.44 Bagian Tubuh Manusia
77

2.6.1.3. Wilayah suara

Pada umumnya jenis suara orang dewasa terbagi atas Sopran, Alto,
Tenor, dan Bas. Jenis suara perempuan yaitu Sopran dan Alto,
sedangkan untuk jenis suara laki-laki Tenor dan Bas.

Suara manusia dewasa :

Perempuan
Alto : F kecil – D2
Mezzo sopran : A kecil – F2
Sopran : C1 – A2

Laki-laki :
Tenor : C kecil – A1
Bariton : A kecil – F1
Bas : F bas – D1

Sumber : An Apreciation Music

Gambar 2.45. Wilayah Suara Manusia


78 Bu

Yang harus diperhatikan dalam belajar menyanyi :

1. Artikulasi/pengucapan :
Pengucapan kata harus tepat dan jelas, sebab bila kurang jelas akan
menimbulkan pengertian yang salah. Pengucapan yang jelas dan baik
akan membantu tercapainya keindahan suara dan kejernihan suara,
berikut ini teknik berlatih artikulasi.
Menyanyi dengan benar akan
menghasilkan suara dan lagu yang
dibawakan dapat dinikmati, dalam
berlatih bernyanyi disamping berlatih
vokalisasi, kita sebaiknya juga
melatih artikulasi.

2. Frasering
Dalam lagu ada yang disebut
“frasering” yaitu panjang /
pendeknya kalimat dan kesatuan
arti.Adanya frasering ini akan
memudahkan pengucapan dan
pengungkapan makna.

3. Ekspresi/penjiwaan
Untuk menyanyikan sebuah lagu,
seorang penyanyi harus
menampilkan sesuatu yang menarik
sesuai syair lagunya, penjiwaan
penyanyi ini disebut ekspresi.

4. Beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam vokal :
a. Memberikan pelemasan artinya
sebelum mulai dengan vokal seluruh
anggota badan harus lemas atau
tidak boleh tegang, caranya dengan
memberi olah raga kecil.
b. Pemanasan: pernafasan, intonasi,
interval, tangganada mayor dan
minor, melodi pendek dan panjang,
ucapan.
c. Gabungan antara praktek dan
Sumber: Teknik Vokal
teori dalam bernyanyi dimulai
vokalisi dan etude dari Concone,
Gambar 2.46. Artikulasi
Vaccai, Keel dan Sieber.
79

2.6.2. TANGGA NADA


Diatonis Mayor: Susunan nada yang mempunyai 7 nada dan memiliki jarak

1-1-½ -1-1-1-½.

Natural : adalah nada-nadanya belum terkena tanda naik, tanda turun


ataupun tanda mengembalikan ke nada semula.

Tanda untuk menaikan ½ nada : # disebut kruis(Palang/Sharp).


Tanda untuk menurunkan ½ nada : E disebut Mol(Flat/Dur).
2.6.2.1. Tangganada Diatonis Mayor
Tangganada Mayor Kruis, Palang atau Sharp ( # )

Untuk membuat tangganada mayor yang baru, adalah dengan mengambil


nada ke 5 dari tangganada mayor (sebelumnya) sebagai nada dasar dari
tangganada mayor baru tersebut.
Sebagai contoh, cara membuat tangganada G Mayor (1#)
1. Susunlah tangganada natural C Mayor
C D E F G A B C
1 1 ½ 1 1 1 ½

2. Ambil nada ke 5 dari tangganada tersebut (C Mayor) yaitu nada G


G A B C D E F G

1 1 ½ 1 1 ½ 1
Pada susunan tangganada tersebut, jarak nada E – F dan F - G belum
benar, karena jarak nada-nada tersebut seharusnya berjarak 1 dan ½.
Untuk itu maka nada F harus dinaikkan ½ laras sehingga menjadi Fis
(F#).
3. Susunlah tangganada Mayor yang baru
G A B C D E F# G

1 1 ½ 1 1 1 ½
Contoh penulisan nada F menjadi Fis (F#) pada paranada kunci G dan
F adalah sebagai berikut

Tanda alterasi yang menyebabkan


nada F menjadi Fis
Dapat diambil kesimpulan bahwa langkah awal dalam menentukan
nada dasar sebuah tangganada yang baru adalah dengan
80 Bu

mengambil/melihat nada ke 5 dari tangganada sebelumnya. Kemudian


susunlah menjadi sebuah tangganada baru.
Menentukan tangganada 2#
Nada dasar dari tangganada 2# ialah nada ke 5 dari tangganada
sebelumnya (G Mayor) yaitu nada D.

1. Selanjutnya kita susun urutan nadanya


D E F# G A B C D
Nada F tetap menjadi Fis

2. Selanjutnya kita cocokan jaraknya

D E F# G A B C D

1 1 ½ 1 1 1

B-C seharusnya berjarak 1 oleh karenanya C menjadi Cis

3. Susunan nada menjadi

D E F# G A B C# D

1 1 ½ 1 1 1 ½

Contoh penulisan nada Fis, dan Cis, pada Paranada Kunci G dan F
adalah sebagai berikut :

Tangganada Mayor Mol, Flat atau Dur ( E )


Langkah-langkah atau cara untuk membuat tangganada baru pada
1Etidak jauh berbeda dengan langkah atau cara membuat
tangganada 1#. Pada pembuatan tangga nada 1E nada dasar diambil
dari nada ke 4 tangganada sebelumnya .
Berikut cara pembuatan tangganada tersebut :
1. Susunlah tangganada natural C Mayor
C D E F G A B C
1 1 ½ 1 1 1 ½

2. Ambil nada ke 4 dari tangganada tersebut, yaitu nada F.


81

3. Susun tangganada baru (F Mayor) dan seterusnya


F G A B C D E F

1 1
Seharusnya jarak A-B adalah ½ agar sesuai dengan rumus jarak
tangganada Mayor yaitu 1-1-½-1-1-1-½. Maka nada B harus diturunkan
½ nada, sehingga B Î BE (Bes)
4. Cocokan jaraknya dengan pola 1 – 1 - ½ - 1 – 1 – 1 – ½
F G A Bes C D E F

1 1 ½ 1 1 1 ½

Tanda alterasi yang menyebabkan


B menjadi Bes.

Tangganada selanjutnya adalah 2E, nada dasar diambil dari nada ke 4


tangganada sebelumnya(F Mayor) yaitu Bes. Maka tangganada 2E adalah
Bes Mayor.
Berikut cara pembuatan tangganada tersebut :
1. Susunlah terlebih dahulu susunan nadanya
Bes C D E F G A B C
2. Cocokan jaraknya agar berpola 1 – 1 – ½ - 1 – 1 – 1 – ½

Bes C D E

1 1

Seharusnya jarak D-E adalah ½, agar dapat berjarak ½ maka nada E


diturunkan ½ maka menjadi EE ( Es )
3. Tangganada Bes yang benar adalah :

Bes C D Es F G A Bes

1 1 ½ 1 1 1 ½

2.6.2.2. Tangganada Diatonis Minor


82 Bu

Tangga nada minor terdiri atas minor asli, harmonis dan melodis. Salah
satu contoh yang sering dipergunakan yakni tangganada minor
harmonis
Susunan nadanya =

A B C D E F G# A
la si do re mi fa sel la

1 ½ 1 1 ½ 1½ ½

Cara membuat tangganada minor :

1. Nada ke 5 dari tangganada minor sebelumnya, dijadikan nada pertama


dari tangganada minor baru.
2. Cara yang kedua adalah nada dasar dari tangganada G mayor
diturunkan 1 ½ laras(relatif minor dari G Mayor).
.
G Mayor

Turun 1 ½ nada

E F G

½ 1

Jadi Tangganada selanjutnya nada dasarnya adalah E minor


Cara ini disebut mencari relatif minor.

3. Cocokan dahulu jaraknya


Jarak untuk tanggganada minor:
1–½-1–1–1–1–½-½

4. Susunan nadanya menjadi

E F# G A B C D# E

1 ½ 1 1 ½ 1½ ½

2.6.2.3. AKOR
83

Akor merupakan sekumpulan nada yang terdiri atas tiga nada atau
lebih yang disusun secara vertikal serta dibunyikan bersama-sama.

1. Trinada

Sekumpulan nada yang disusun secara vertikal dan berdasarkan


interval terts.
a. Susunan Trinada
Terdiri dari dasar, terts dan kuint
Dasar merupakan not yang penting sebagai dasar dari akor.
Sedangkan terts dan kuint adalah not-not berinterval terts dan kuint
diatas dasar.

b. Macam-macam Trinada :
Ada 4 macam trinada yaitu trinada mayor, minor, diminished dan
augmenthed.
- Trinada mayor dibentuk oleh not-not yang berinterval Terts
mayor dan terts minor.

Interval c – e adalah terts mayor


Interval e – g adalah terts minor

- Trinada minor dibentuk oleh not-not yang berinterval Terts minor


dan terts mayor.

Interval d – f adalah Terts minor


Interval f – a adalah Terts mayor

- Trinada diminished dibentuk oleh not-not yang berinterval terts


minor dan terts minor.
84 Bu

Interval d – f adalah Terts minor


Interval f – as adalah Terts mayor

- Trinada augmenthed dibentuk oleh not-not yang berinterval terts


mayor dan terts mayor.

Interval f – a adalah Terts mayor


Interval a – cis adalah Terts mayor

c. Susunan Trinada dalam tangga nada Mayor.

Nama tingkatan akor :

I. Tonik V. Dominan
II. Supertonik VI. Submediant
III. Mediant VII. Leading not
IV. Subdominant

Susunan Trinada dalam tangga nada Minor Harmonik

2. Akor 7 (caturnada) / akor Septim

Sebuah trinada yang mendapat tambahan sebuah not diatasnya yang


interval antara dasar dan not ke tujuh adalah septim.
85

a. Akor septim dalam tangga nada Mayor

b. Akor septim dalam tangga nada Minor Harmonik

2.6.2.4. Cara menentukan akor pada lagu

Pertama yang harus kita lakukan adalah melihat dulu nada dasar dari
lagu yang akan dicari akornya, dengan melihat akhir lagu dan sesuaikan
dengan tanda mulanya.
Misalnya ada sebuah lagu ditulis do = C maka berarti lagu tersebut akan
menggunakan Akor-akor yang terdapat dalam tangganada C Mayor : C
– D – E – F – G – A – B – C.

C Dm Em F G Am ( Bo )
atau jika ditulis dalam bentuk tingkatan nada adalah :
I II III IV V VI ( VIIo)
ini adalah sudah seperti rumusan yang berarti berlaku untuk setiap nada
dasar.
o = adalah diminished
Tingkat I, IV, dan V adalah akor mayor
Tingkat ke II, III, dan VI adalah akor minor
Tingkat VII membentuk akor diminished dan seterusnya sesuai dengan
urutan nadanya.

Contoh : Jika terdapat sebuah lagu dengan nada dasar do=G, maka akor-
akor yang dapat digunakan pada lagu tersebut adalah :
Tingkat I nya adalah G berarti akor G
86 Bu

Tingkat II nya adalah A berarti akor Am


Tingkat III nya adalah B berarti akor Bm
Tingkat IV nya adalah C berarti akor C …. dan seterusnya.

Jika kita lihat akor-akor utama / mayor yang terbentuk di dalam satu tangga
nada tersebut adalah di tingkat I. IV dan V yang berarti kalau do = C maka
akor-akor utamanya adalah akor C, F dan G. Jika do = G berarti akor-akor
utamanya adalah (tingkat I, IV dan V) akor G, C dan D dan seterusnya
berlaku sama untuk setiap tangganada.
Sekarang akor-akor itulah yang akan digunakan untuk sebuah lagu.
1. Pertama-tama kita dapat dengan mudah menentukan akor awal / akor
pertama dari sebuah lagu. Yakni dengan melihat akor pertama dan
terakhir dari lagu tersebut. Akor awal adalah akor pertama dari lagu yaitu
ketukan ke Satu dari lagu atau garis bar pertama dan akor terakhir adalah
ketukan ke Satu dari bar / kotak terakhir pada lagu dan artinya akord itu
merupakan nada dasar dari lagu tersebut. Hal ini dapat kita amati pada
bar awal dan akhir dari contoh lagu berikut ini:

Awal lagu

Akhir lagu

2. Pada melodi yang belum ada akornya akan kita gunakan akor-akor yang
ada di tangganada dasar dari lagu tersebut, prioritas adalah
menggunakan akor-akor tingkat I, IV dan V. Apabila menurut kita akor-
akor tersebut tidak sesuai dengan melodinya maka kita harus
menggunakan akor minor yang terdapat di tangganada dasar lagu yang
bersangkutan, yaitu tingkat II, III, dan VI. Cara meletakan akornya adalah
bisa kemungkinannya :
- satu akor di tiap bar
- dua akor di dalam satu bar
- bisa juga satu akor lebih dari satu bar
(misalnya satu akor memakai dua bar / lebih).

Salah satu cara menentukan akor apa yang dipakai adalah dengan
melihat nada yang tepat jatuh pada ketukan yang disebut ketukan “strong
beat” yaitu nada yang jatuh pada ketukan ke satu dan ke tiga dalam satu
bar, juga dengan cara melihat/menganalisa nada-nada di tiap ketuk yang
87

terdapat didalam bar/kotak yang akan kita cari akornya lebih dominan
membentuk ke akor apa saja.

2.6.3. Penerapan Akor pada Instrumen Keyboard

Pertimbangan dimasukannya Keyboard dalam kurikulum dikarenakan


pertimbangan fenomena kesenian yang hidup di masyarakat atau telah
dikenal luas di masyarakat, serta karena sifat kepraktisan dalam
pembelajaran yang tidak membutuhkan waktu yang bertahun-tahun.
Program keahlian keyboard adalah kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja
pada bidang musik.

Tabel. 2.1. Kompetensi Keterampilan Keyboard

Standar kompetensi Level kualifikasi Jenjang pendidikan


A. Memainkan keyboard Pemain tingkat Madya
SMK
B. Mengoperasikan
Operator
program MIDI

Alat Musik Elektronik


Alat musik electrophone adalah alat musik yang ragam bunyi atau
penguat bunyinya disebabkan adanya daya listrik.
Keyboard dalam kaitannya dengan penampilan panggung pertunjukan musik
pop tentulah membutuhkan kekhususan. Alat musik ini dirancang untuk sajian
musik bagi jangkauan jumlah besar penonton di lapangan terbuka atau dalam
ruangan luas. Alat-alat elektronik kini menjadi jawaban atas kepentingan-
kepentingan tersebut, alat musik inipun diciptakan memiliki produksi suara,
instrumen macam-macam, praktis, yakni memainkan alat ini pemain dapat
menciptakan permainan bersifat band ataupun orchestra kecil.
Sebelum kita memainkan keyboard kita terlebih dahulu mengenal
tombol-tombol keyboard, keterangan di bawah ini adalah khusus untuk
keyboard merk Yamaha, pengoperasian setiap keyboard berbeda tergantung
dari jenis produk dan jenis serinya.
88 Bu

2.6.3.1. Mempelajari Tombol-tombol Keyboard

1. TOMBOL VOICE terbagi menjadi 3 yaitu : A. main voice }


B. layer voice } upper
C. left voice } lower

A. Main voice (right 1) : Tombol yang memfungsikan kerjanya


Suara satu pada keyboard (pilihan
suaranya sangat banyak, tergantung
dari kategori instrumen yang kita pilih).

B. Layer voice (right 2) : Tombol yang memfungsikan kerjanya


Suara dua pada keyboard, jadi dengan
itu kita bisa tekan tuts keyboard
bersamaan disatu tempat dengan suara
89

instrumen beda (dobel) sehingga layer


voice menjadi suara kedua dari main
voice (sama halnya dengan main voice,
pilihan suaranya sama banyaknya dan
bisa diatur sesuai kemauan kita menurut
instrumen yang kita pilih).
C. Left voice : Tombol yang memfungsikan kerjanya
suara keyboard pada bagian kiri dengan
batas range tertentu dan pilihan kategori
suara instrumen tertentu yang dibatasi
split point (sama halnya dengan main
voice dan layer voice pilihan suaranya
sama banyaknya juga bisa diatur sesuai
kemauan kita menurut instrumen yang
kita pilih).

2. STYLE (Irama) : Permainan rhythm (iringan) sekaligus


background (accompaniment/latar) musik yang
terdiri dari beragam jenis musik, dan bisa juga
dibilang musik pengiring yang digunakan saat
kita memainkan melodi dengan tangan kanan,
dan akor berikut rhythm dengan tangan kiri. Di
dalam style ini sendiri terdapat channel-channel
yang berisi permainan drum rhythm.

Bagian-bagian Style :
- Accompaniment : tombol untuk mengaktifkan background musik
yang sesuai dengan style pilihan kita.
- Break : variasi permainan drum rhythm untuk style yang pada tiap
masanya sama.
- Intro : musik pada awal lagu sebelum masuk melodi lagu.
- Main : pilihan variasi musik untuk style agar permainan semakin
lengkap dan penuh.
- Ending : musik pada akhir lagu dan menjadi tanda berakhirnya lagu
setelah melodi lagu.
90 Bu

- Auto fill in : variasi rhythm yang fungsinya sama seperti break dan
akan aktif pada saat menekan main.
- OTS Link : tombol yang secara otomatis mengubah voice disaat
memainkan main pada one touch setting.
- Sync stop : tombol yang menghentikan musik sesaat setelah kita
mengangkat akor yang dimainkan.
- Sync start : tombol yang mengaktifkan style saat akor dimatikan.
- Start + stop : tombol yang menyebabkan style akan aktif langsung
untuk memulai.

3. MEMILIH STYLE DAN USER :


Tempat yang dipakai untuk menyimpan data hasil modifikasi atau
buatan kita sendiri.
User terdiri dari : User style
User song

4. ONE TOUCH SETTING


Tombol yang jika kita tekan maka beberapa pilihan setting suara yang
sesuai dengan style yang kita pilih akan tersedia secara otomatis.

5. MUSIC FINDER
Music finder : tombol yang berfungsi untuk setting otomatis sebuah lagu
yang ingin kita mainkan, jadi bukan hanya setting suara, tapi juga
91

setting style, tempo, efek dan sebagainya (kita bisa menyimpan 400
setting dan bisa kita pilih sendiri sesuai lagu yang akan dimainkan).

6. REGISTRATION MEMORY
Tempat penyimpanan setting yang aman, terdiri dari 8 tempat memory
yang ditulis dalam urutan angka.

7. TRANSPOSE
Tombol yang berfungsi sebagai pengubah nada dasar, jika ingin
memainkan ½ nada kita tekan + satu kali, jika ingin menurunkan ½
nada kita tekan – satu kali.

8. SONG
Lagu jadi yang sudah dibuat, sehingga kita hanya menekan tombol
Play, dan dengarkan menurut pilihan lagu yang kita pilih. Lagu yang
dimaksud disini adalah midifile. Midifile tersebut bisa diperoleh dari
Sample Song di dalam keyboard, download file dari internet, atau hasil
92 Bu

rekaman permainan sendiri, teman atau guru anda, yang disimpan


dalam smart card atau floppy disk.

9. MULTI PAD
Multi Pad bisa digunakan untuk memainkan sebuah permainan pendek
yang berupa rhythm atau rangkaian melodi, yang dapat menambah
variasi permainan kita. Multi Pad dikelompokkan dalam grup-grup atau
“BANK” dimana tiap-tiap BANK berisi 4 tipe permainan.

10. METRONOME
Metronome yang terdapat di
keyboard akan memberi
panduan menghitung birama
saat belajar musik. Panduan
tersebut berupa suara klik
yang berbunyi seiring ketukan
birama dan tempo yang sudah
anda tentukan.

11. SCORE

Anda bisa melihat notasi dari lagu yang telah anda pilih dengan
menggunakan fungsi SCORE, dengan melihat notasi lagu midifile yang
93

telah anda pilih, anda berlatih atau memainkan lagu tersebut tanpa
memerlukan buku atau cetakan lagu tersebut.

23231
2.6.3.2 Mempraktikan dengan lagu
94 Bu
95
96 Bu
97
98 Bu
99
100 Bu
101
102 Bu
103
104 Bu
105
106 Bu
107
108 Bu
109
110 Bu
111
112 Bu
113
114 Bu
115
116 Bu
117
118 Bu
119
120 Bu
121

2.6.4. Teknik Memainkan Gambang Kromong

Nada Gambang

. . . . . . . . . . . .
5 6 1 2 3 5 6 5 6 1 2 3 5 6 5 6 1 2 3 5 6

Nada yang digunakan sebgai standar dalam gambang adalah nada D.


Terdiri dari 18 bilah kayu yang merupakan oktaf (gembyang) yang berulang,
dari nada yang rendah sampai ke nada tinggi, lebih kurang 3 ½ oktaf
(gemyang).
Pola iringan gambang kromong adalah baku.
Pola iringan nada 1 (Do) adalah :

__ __ __ __
15 35 05 35
__ __ __ __
16 36 06 36
Pola iringan nada 2 (Re) adalah :
__ __ __ __
25 25 05 25
__ __ __ __
25 35 05 35

Pola iringan nada 3 (Mi) adalah :


__ __ __ __
35 35 05 35
__ __ __ __
36 36 06 36
Pola iringan nada 5 (Sol) adalah :
__ __ __ __
55 35 05 35

Pola iringan nada 6 (La) adalah :


__ __ __ __
66 36 06 36

Ragam Tabuhan
x Dilagu
x Dicaruk (dikotek)
x Di gemyang
122 Bu

Pola Kotekan Kromong


Nada pada Kromong
Pencon bagian atas 65321
Pencon bagian bawah 23156
Pola nada 1 (Do)
__ __ __ __
15 35 05 35
__ __ __ __
16 36 06 36
Pola nada 2 (Re) adalah :
__ __ __ __
25 25 05 25
__ __ __ __
25 35 05 35

Pola nada 3 (Mi) adalah :


__ __ __ __
35 35 05 35
__ __ __ __
36 36 06 36
Pola nada 5 (Sol) adalah :
__ __ __ __
55 35 05 35

Pola iringan nada 6 (La) adalah :


__ __ __ __
66 36 06 36

Lagu yang selalu dinyanyikan dalam setiap permainan gambang Kromong


disebut lagu Sayur, instrumentalia musik yang dimainkan tanpa nyanyian
disebut Phobin.

PRAKTIK MEMAINKAN GAMBANG KROMONG

1. GAMBANG KROMONG
Seperti telah dibahas pada Bab sebelumnya bahwa ansambel
Gambang Kromong terdiri dari instrumen pokok Gambang, Kromong,
Gong, Kempul, Kecrek serta alat musik gesek seperti Tehyan,
Kongahyan dan Sukong. Tetapi dewasa ini sudah mulai ada perubahan
alat seperti Ningnong (digantung), gitas Bas, Drum dan Keyboard. Pada
bahasan akan dibahas alat pokoknya saja. Dengan contoh lagu Kicir-
kicir diharapkan bisa mewakili untuk memainkan lagu-lagu Gambang
Kromong yang lain. Syair lagu yang terdapat dalam lagu kicir-kicir
berupa sajak. Bisa AB-AB atau AA-BB.
Kerangka lagu kicir-kicir adalah sebagai berikut :
123

Intro :
__ __ __ __ P P
03 35 | 3 . 2 22 3 ||: (2) . . . | 3 . . . |

P P P P
| (1) . . . | 3 . . . | (6) . . . | 3 . . . |

P P
| (5) . . . | 3 . . . :||

Jalannya sajian adalah sebagai berikut, intro dilakukan oleh instrumen


Gambang dan Kromong secara berbarengan nada intro adalah :
__ __ __ __
03 35 3 . 2 22 3 (2)

Instrumen lain masuk dan nada 2 (re). Pada bagian lagu akan dibahas
satu persatu cara memainkannya.

GAMBANG, setelah melakukan intro instrumen Gambang memainkan


lagu dengan pola kotekan yang mengacu pada jatuhnya nada . pola
kotekan adalah sebagai berikut 05 35 dan 06 36 untuk jatuh nada 1
(do), 2 (re), 3 (mi) dan 5 (sol) pola kotekannya menggunakan 05 35
sedangkan untuk jatuh nada 6 pola kotekannya menggunakan 06 36.
Nada yang ada dalam instrumen Gambang adalah sebagai berikut
dimulai dari sebelah kiri atau nada paling rendah.

5 6 1 2 3 5 6 1 2 3 5 6 1 2 3 5 6 1
Wilayah jatuhnya nada Wilayah nada untuk kotekan

untuk lebih jelasnya lihat pertitur lagu dan tabuhan Gambang di bawah
ini :
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| 03 35 | 3 .2 22 3 | (2)5 35 . 5 35 | 35 35 .5 35 |
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| (1)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 | (6)6 36 .6 36 | 36 36 .6 36 |

| (5)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 |

Jatuhnya nada Pola kotekan


124 Bu

KROMONG, nada yang terdapat dalam instrumen Kromong adalah :

Wilayah nada untuk kotekan

6 5 3 2 1

2 3 1 5 6

Wilayah jatuhnya nada

Cara memainkannya sama dengan instrumen Gambang yaitu dengan


pola kotekan

Nada untuk kotekan adalah nada yang terdapat dalam instrumen di


atas, sedangkan nada jatuhnya adalah nada yang ada dibawah. Berikut
tabuhan instrumen kromong :

__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| 03 35 | 3 .2 22 3 | (2)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 |
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| (1)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 | (6)6 36 .6 36 | 36 36 .6 36 |

| (5)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 |

Jatuhnya nada Pola kotekan

GONG dan kempul untuk pola tabuhan Kempul dan Gong lihat pada
kerangka lagu kicir-kicir di atas. Tanda P diatas not menunjukkan
tabuhan Kempul sedangkan tanda ( . ) adalah tabuhan Gong. Setiap
satu gong terdiri dari 2 tabuhan kempul.
125

KECREK, pola tabuhan kecrek adalah sebagai berikut : .x xx .x xx .x


xx dan seterusnya sama. Lihat penerapannya pada cuplikan lagu kicir-
kicir.

__ __ __ __
03 35 3 .2 22 3 (2) . . . 3 . . .
__ __ __ __ __ __ __ __
Kecrek : xx .x xx .x xx .x xx .x

Mulai menabuhnya dan nada 2 (re) yang dipukul dua kali, penekanan
pukulannya pada hitungan ke I dan ke III.

NINGNONG, adalah sejenis kempul yang ukurannya lebih kecil.


Instrumen ini letaknya dengan cara digantung. Urutan nada yang diatas
dari kiri adalah nada 1, nada 6 dan nada 5 lalu yang dibawah nada 3,
nada 2 dan nada 1 rendah. Tabuhan Ningnong kita simbulkan dengan
tanda N diatas not. Ningnong berfungsi untuk menguatkan rasa seleh
atau jatuhnya nada aksen. Lihat penerapannya pada lagu kicir-kicir di
bawah ini :

__ __ __ __ N N
03 35 | 3 .2 22 3 ||: (2) . . . 3 . . .

N N N N
|(1) . . . | 3 . . . | (6) . . . | 3 . . . |

N N
|(5) . . . | 3 . . . :||

KENDHANG, fungsinya sebagai pengatur tempo/irama. Pola


tabuhannya adalah seperti bahasan di atas. Penerapannya dalam lagu
Kicir-kicir adalah :

__ __ __ __
03 35 3 .2 22 3 (2) . . . 3 . . . 1
126 Bu

Jali-Jali
Transkrip oleh Tuti Tarwiyah
127

Sirih Kuning
Transkrip oleh Tuti Tarwiyah
128 Bu

Kicir-Kicir
Transkrip oleh Tuti Tarwiyah
129

2.6.5. Teknik Memainkan Gamelan


Untuk tahap awal menabuh gamelan Jawa dapat dimulai dalam
bentuk Gendhing yang sederhana yaitu bentuk Lancaran. Lancaran sifatnya
riang dan bisa menceritakan suasana gembira. Kemudian dalam bentuk
Lancaran ada yang tidak memakai vokal (instrumentalia) dan ada yang
memakai vokal.
Di bawah ini penjelasan cara memainkan gamelan :

Lancaran Kebo Giro berfungsi untuk penyambutan tamu besan,


pada upacara resepsi pernikahan adat jawa. Jalan sajiannya adalah sebagai
berikut:
Bagian Buka, buka ialah nada yang ditabuh untuk memulai suatu gendhing
dan biasanya dilakukan oleh ricikan Rebab, Gender, Kendhang dan Barung
Barung.
Pada gendhing bentuk lancaran buka dilakukan oleh rincikan Bonang Barung,
titik atas dan titik bawah pada not menunjukkan pukulan dimana saat
melakukan buka. Jadi bila ada not titik bawah artinya nada yang dipukul juga
nada yang ada diricikan bawah. Susunan nada dalam Bonang Barung Pelog
adalah sebagai berikut :

4 6 5 3 2 1 7 Atas

7 1 2 3 5 6 4 Bawah
130 Bu

Setiap bentuk Lancaran gatra terakhir sudah mulai dengan gembyang


cegatan, lihat contohnya :

Nada awal ditabuh satu-satu sesuai not dan letaknya kemudian di gatra
terakhir atau gatra keempat sudah gembyang cegatan. Instrumen kedua yang
masuk adalah instrumen kendhang mulai dari gatra ke tiga, lihat contohnya :

Setelah itu semua instrumen masuk dan nada 5 atau paling belakang. Jadi
kesimpulannya adalah pada bagian buka dilakukan oleh Bonang Barung lalu
diteruskan oleh Kendhang dan semua instrumen baru masuk pada nada
terakhir. Bagian gendhing, Lancaran Kebo Giro terdiri dari 4 baris dimulai dari
baris 1 sampai keempat lalu balik ke baris 1 dan begitu seterusnya sampai
pada suwuk (berhenti).

Dibagian gendhing kita mulai pembahasan dan instrumen :

1. Bonang Barung, setelah melakukan buka kemudian Bonang Barung


memainkan lagu dengan pola gembyang cegatan, yaitu setiap gatra
ditabuh dua kali dengan patokan gembyangnya nada yang dibelakang.
Lihat contoh di bawah ini :
131

Pukulan Bonang Barung tidak berbarengan dengan ricikan Balungan


(Demung, Saron, Slenthem) jika dalam memukulnya berbarengan maka
tabuhan Bonang Barung salah. Begitu seterusnya sampai gendhingnya
berhenti.

2. Bonang Penerus, pola tabuhan dalam bentuk lancaran irama lancaran


sama dengan pola pada Bonang Barung yaitu Gembyang cegatan,
tetapi praktek menabuhnya tentu saja tidak sama cuma namanya saja
yang sama. Untuk lebih jelasnya, lihat di bawah ini :
132 Bu

3. Kendhang, kendhang bertugas sebagai pamurba irama, artinya cepat-


lambat, mulai-berhentinya sebuah sajian gendhing tergantung pada
kendhang. Untuk bentuk lancaran pola kendhangan ada 4 macam yaitu
cengkok A, B, C dan D (lihat pada bab di atas). Kemudian
penerapannya pada lancaran Kebo Giro adalah sebagai berikut :
setelah buka baris I dengan pola A, baris II dengan pola B III dengan
pola B dan baris IV dengan pola C ini pada putaran pertama, kemudian
pada putaran kedua dan seterusnya baris I dengan pola B, baris II
dengan pola B, baris III dengan pola B dan baris IV dengan pola C,
artinya pola A hanya dipakai sekali setelah buka. Untuk lebih jelasnya
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Putaran 1 : A,B,B,C
Putaran II dan seterusnya : B, B, B, C
Kebetulan Lancaran Kebo Giro hanya terdiri dan dan 4 baris jadi
gambaran pola kendhangannya seperti tersebut di atas. Kalau misalnya
ada lancaran yang terdiri dari 3 baris berarti pola kendhangannya
adalah :
Putaran 1 : A,B,C
Putaran II dan seterusnya : B, B, C
Begitu juga apabila bentuk lancaran yang terdiri dan 5 baris berarti
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Putaran 1 : A,B,B,B,C
Putaran II dan seterusnya : B, B, B, B, C

Pola C dinamakan juga cengkok salahan artinya untuk memantapkan


rasa seleh dan hanya digunakan pada baris terakhir tapi bentuk
lancaran. Kemudian pola D atau suwukat digunakan untuk
133

memberhentikan gendhing. Pola D penggunaanya pada baris terakhir,


yaitu jika kendhang sudah menggunakan pola D maka tidak lagi
menggunakan pola C dan artinya gendhing tersebut akan berhenti
dengan ciri pada baris terakhir tempo semakin pelan yang tentu saja
diatur oleh kendhang.

4. Gong, termasuk dalam golongan ricikan struktural artinya


penempatannya dalam sebuah gendhing mempengaruhi jenis gendhing
tersebut. Ricikan Gong terdiri dan 2 macam yaitu gong gedhe dan gong
suwukan. Gong gedhe nadanya 3 dan 5 sedangkan gong suwukan
nadanya 2, 6, 1 dan 7. Dalam jenis Lancaran kita bisa memakai Gong
Gedhe salah satu dan Gong Suwukan dengan nada 2 saja. Gong
Gedhe ditabuh hanya setelah buka dan pada baris terakhir nada
terakhir, sedangkan Gong Suwukan ditabuh pada tiap akhir baris
kecuali baris terakhir. Untuk lebih jelasnya lihat penerapannya pada
bentuk Lancaran Kebo Giro di bawah ini :

Ket : hal ini brlaku untuk setiap bentuk lancaran

5. Kempul, Kempul Laras Pelog terdiri dari nada 6, nada 5, nada 3, nada 1
dan nada 7. Dalam lancaran Kebo Giro kita bisa memakai kempul
dengan nada 6 saja dan cara menabuhnya berbarengan dengan
jatuhnya nada. Tabuhan kempul bisa disimbolkan dengan tanda atau P
yang terletak di atas not. Contoh :
134 Bu

6. Kenong, nada dalam Kenong Laras Pelog adalah nada 6, nada 5, nada
3, nada 2, nada 1 dan nada 7. Setiap satu baris terdiri dan 4 kali
tabuhan dan menabuhnya mengikuti jatuhnya nada atau mengikuti nada
di bawah tanda symbol Kenong. Tabuhan Kenong biasa disimbolkan
dengan tanda atau N yang terletak di atas not Contoh: 5 berarti nada
yang ditabuh kenong juga nada 5 atau 2 berarti nada yang ditabuh
kenong adalah nada 2 dan seterusnya. Lihat penerapannya pada
Lancaran Kebo Giro di bawah ini :

7. Demung, Saron dan Slenthem, termasuk dalam jenis ricikan balungan,


nada-nada yang ada didalamnya adalah : 1 2 3 4 5 6 7 untuk laras
pelog sedangkan untuk laras slendro nadanya adalah; 6123561. Cara
menabuhnya adalah tangan kanan untuk menabuh sedangkan tangan
kiri untuk "mathet" atau memegang setelah nada ditabuh. Tetapi tidak
setelah ditabuh langsung dipegang melainkan berbarengan dengan
tangan kanan menabuh nada berikutnya. Contoh : .6.5 .3.2 .3.2 .6.5
pertama tangan kanan menabuh nada 6 terus nabuh nada 5, pada saat
tangan kanan nabuh nada 5 maka tangan kiri memegang nada 6,
selanjutnya tangan kanan menabuh nada 3 baru tangan kiri memegang
nada 5 dan seterusnya. Jadi tangan kiri mengikuti kemana tangan
kanan menabuh nada.

Di atas sudah dibahas Jenis Lancaran yang tidak memakai vokal,


sekarang akan kita bahas jenis Lancaran yang memakai vokal. Jenis
Lancaran mi pola tabuhan instrumen Balungan, Gong dan Kendhang
tetap sama. Untuk Bonang Barung, Bonang Penerus, Kenong dan
Kempul, tabuhan dan pola sama tetapi yang berbeda hanya nadanya
saja. Untuk jenis gendhing yang memakai vokal kita pakai Lancaran
Gugur Gunung di bawah ini :
135

Untuk ricikan Bonang Barung, Bonang Penerus, Kempul dan Kenong


cara menafsirkan nada tabuhannya adalah tiap 2 gatra. Kalau yang
tidak memakai vokal penafsiran nada tabuhannya tiap 1 gatra.
136 Bu

2.6.6. Teknik Memainkan Kacapi

Perkembangan dimasukannya Kacapi sebagai kurikulum


dikarenakan pertimbangan fenomena kesenian yang hidup di masyarakat,
atau dikenal luas di masyarakat.

Tabel. 6.2. Peta Unit Kompetensi Keterampilan Kacapi

Level Jenjang Pendidikan


Purwana
Yuwana SMK
Madya
Madya
Utama Diploma
Purna

Kacapi merupakan alat musik petik (waditra) yang memiliki (dawai)


sebanyak 7 sampai 20, bahkan bisa lebih, karena pengaruh keperluan teknik
terutama kreasi Mang Koko kacapi dapat berjumlah 22 s/d 26 senar,
resonator mengacu dari kayu dan alat petik tersebut ada yang disebut
jentreng, kacapi perahu, kacapi rincik, dan kacapi siter.
Kacapi adalah bentuk akulturasi dari alat musik K’in dari Cina dan
Koto di Jepang. Berikut diuraikan jenis kacapi :

2.6.6.1 Kacapi Yang Mempunyai Fungsi Hiburan

Kacapi Yang Mempunyai Fungsi Hiburan


Kacapi suling
Kacapi suling instrumennya terdiri dari kacapi dan suling,
kacapinya adalah kacapi kawih/siter, sulingnya berlaras da-mi-na-ti-la-
da dengan 6 lubang. Kacapi kawih/siter dapat pula dimainkan untuk
permainan individu.
Kesenian kacapi suling: adalah memainkan lagu-lagu
instrumentalia dan pop Sunda. Kacapi berlaras pelog dan slendro atau
berlaras da-mi-na-ti-la-da. Yang berlaras pelog bernuansa lembut dan
yang berlaras slendro bernuansa China, gembira, berlaras lebih tinggi,
oleh karenanya warna suaranya berbeda.

Fungsi seninya :
- Dahulu untuk pengiring upacara siraman dan dahulu untuk
dinikmati bangsawan Cianjur
- Saat ini untuk hiburan
137

Sumber : RRI Jakarta


Gambar 2.47.Kacapi Kawih/Siter berlaras pelog dan slendro

Sumber : RRI Jakarta


Gambar 2.48. Gambar Kacapi Suling

1. Permainan Kacapi Suling Secara Mandiri


Tinjauan dari permainan kacapi yang dapat dimainkan secara
mandiri adalah:
- Kacapi tembang Cianjuran
Fungsi seni tembang Cianjuran adalah sebagai pengiring, berlaras
pelog, slendro dan madenda.

Perangkat instrumennya :
Kacapi perahu (indung): berfungsi sebagai tangan kiri, iringan
atau bas.
138 Bu

Kacapi Rincik :
1) Sebagai melodi
2) Sebagai ketukan irama/tempo

Kacapi Indung sebagai ritem dan bas Sedangkan kacapi


Rincik yang lebih kecil berfungsi sebagai melodi dan sulingnya
sebagai pembawa lagu. Sedangkan permaianan kacapi yang ada
vokalnya atau mamaos disebut kacapi tembang sunda cianjuran.
Salah satu contoh lagu tembang cianjuran seperti lagu “Papatet”
yang dibawakan oleh juru tembang atau disebut siden [juru
mamaos] dalam kacapi tembang
Lagu-lagu dalam tembang sunda seperti lagu “Papatet “ ini
bisa disajikan dengan vokal atau bahkan bisa disajikan dengan
suling saja, yang disebut kacapi suling instrumental.

Sumber : RRI Jakarta


Gambar 2.49. Kacapi Rincik Melodi dan Birama

Sumber STSI Bandung


Gambar 2.50. Kacapi Perahu
139

- Celempungan
Celempungan adalah permainan satu atau dua buah kacapi
siter ditambah instrumen Rebab sebagai pembawa melodi lagu,
instrument kendang yang terbuat dari kayu dan kulit sebagai
pembawa irama, vocal atau juru sinden sebagai pembawa lagu,
dan instrumen gong sebagai pemanteb. Dalam penyajiannya
celempungan biasanya membawakan lagu-lagu yang terikat oleh
birama atau tempo, seperti misalnya lagu “Eslilin” atau “Manuk
Dadali” dan sebagainya.

Sumber : RRI Jakarta


Gambar 2.51. Musik Celempungan

Wanda anyar
Yang dimaksud wanda anyar disini adalah permainan
kacapi kreasi baru, dan permainan kacapi wanda anyar ini lebih
banyak dimainkan pada alat kacapi siter elektrik dua sampai tiga
buah kacapi siter dan dan dalam penyajiannya lebih banyak
membawakan lagu-lagu yang lagi populer ngetren pada jamannya.
Misalnya lagu “Kalangkang” dan “Cinta Ketok Mejik”.
Permainan kacapi instrumental wanda anyar menunjukkan teknik
petikan kacapi dan macam-macam tekniknya.
Ciri khas dari petikan wanda anyar ini adalah :
ƒ Aransemen dan gelanyu sebagai jembatan antar melodi
140 Bu

ƒ Aransemen yang disukai kaum muda, ekspresif nada-nadanya,


penuh kreasi.
ƒ Kaya akan hiasan lagu
ƒ Memiliki etude petikan kacapi
Kacapi yang dimainkan adalah kacapi kawih/siter.

2. Permainan Sebagai Pengiring


Petikan-petikan kacapi indung dalam tembang Sunda atau kacapi
suling sangat berperan terutama dalam mengiringi lagu-lagu,
papantunan, jejemplangan, dedegungan dan penambih.
Yang dimaksud dengan papantunan, jejemplangan dan
dedegungan adalah bentuk syair lagu yang dibawakan atau
dinyanyikan secara bebas atau merdeka yang tidak terikat oleh
birama maupun temponya. Contonya : Jenis papantunan dalam
lagu “Papatet”
Daweung di ajar ludeung
Gunung Galunggung kapungkur
Gunung Sumedang katunjang
Talaga sok kawahyahna
Rangkecik ditengah leuweung
Ulah pundung kudisungkun ulah melang teu diteang
Tarima raga wayahna ngancik di nagara deungeun
Sedangkan yang dimaksud dengan panambih adalah lagu
tambahan dari jenis lagu di atas yang dinyanyikan secara teratur
dan terikat oleh aturan birama maupun temponya. Contohnya lagu
“Eslilin”

A. Penjarian
Yang dimaksud penjarian adalah penggunaan jari-jari tangan baik
kanan maupun kiri pada waktu memetik senar kacapi. Untuk
mempermudah dalam penulisannya, tangan kanan dilambangkan
dengan hurup A (besar) dan tangan kiri dengan hurup B (besar).
Sedangkan jari-jarinya baik kanan maupun kiri dilambangkan dengan
huruf-huruf kecil yaitu : Ibu jari (jempol) = a, Telunjuk = b, Jari tengah =
c, jari manis = d dan kelingking = e. Penulisan lambang-lambang jari ini
biasanya diletakkan disebelah kiri susunan nada (melodi gending) yang
akan dimainkan.

B. Sistem dan Nilai Nada


Sistem nada yang digunakan dalam alat petik (kacapi) pada umumnya
meliputi laras salendro, degung (pelog), dan madenda (sorong).
Menurut teori Machyar, yang membedakan tinggi rendah nada dalam
setiap laras, terletak pada intervalnya. Untuk lebih jelasnya perbedaan
141

tersebut lihat figure di bawah dengan menggunakan notasi da-mi-na-ti-


la (1-2-3-4-5).
.
Laras salendro : 1 . . 5 . . 4 . . 3 . . 2 . . 1 . . 5
. .
Laras degung : 2 1 . . . . 5 4 . . 3 . . . . 2 1 . .

Laras madenda : 4 3 . . . . 2 1 . . . . 5 . . 4 3 . .
. . .
Sedangkan susunan nada yang digunakan dalam alat petik (kacapi)
umumnya dimulai dari nada 1 (da) tinggi (titik satu di bawah). Apabila
disusun sebanyak 20 nada (ke samping dan ke atas) seperti di bawah
ini :
. . . . . .. .. .. .. ..
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
. . . . .
___________ ___________ ___________ ___________
Oktaf tinggi oktaf sedang oktaf rendah oktaf lebih rendah

Nilai nada yang digunakan dalam suatu permainan kacapi kalau ditulis
dengan not angka (notasi da-mi-na-ti-la) adalah sebagai berikut :
1. Not yang berdiri sendiri, bernilai satu ketukan. Contohnya 1 2 3 4
2. Not yang diberi garis satu di atasnya, bernilai setengah ketukan.
Contohnya 1 2 3 4.
3. Not yang diberi garis dua di atasnya, bernilai seperempat ketukan.
Contohnya 1 2 3 4
142 Bu

Tanda lain yang sering digunakan dalam penulisan notasi gending


kacapi adalah titik ( . ) yaitu untuk memperpanjang nada dan tanda
istirahat ( 0 ) yaitu tanda untuk berhenti mengeluarkan suara atau
berhenti membunyikan nada. Sedangkan nilai dari kedua tanda tersebut
dalam penulisannya sama seperti notasi pada nomor 1, 2 dan 3.
Khusus mengenai titik, apabila diletakkan di belakang not atau di
samping kanan not, maka nilai not tersebut akan bertambah. Contohnya
1 . berarti 1 nilainya menjadi dua ketukan. Apabila penulisan seperti
1 . 0 berarti nilai 1 menjadi satu setengah ketukan, sebab nilai titik dan
tanda istirahat masing-masing setengah ketukan. Dengan demikian
jelaslah bahwa panjang pendeknya nada yang dilambangkan oleh not
angka akan bergantung pada nilainya, seperti telah dicontohkan di atas.

2.6.6.2. TEKNIK PETIKAN KACAPI

Yang dimaksud teknik petikan kacapi ialah cara memainkan kacapi


untuk nenghasilkan komposisi nada (gending) secara optimal. Cara tersebut
meiliputi banyaknya jari-jari tangan yang digunakan serta posisi dan gerakan
jari-jari tangan ketika memetik senar (kawat).
Teknik petikan kacapi yang sering dipergunakan terutama dalam
Celempungan, Jenaka Sunda, Kawih Kacapian, dan Cianjuran, secara global
ada 3 macam yaitu sintreuk-toel dijambret, dan dijeungkalan. Yang
membedakan antara tenik yang satu dengan lainnya, seperti telah disebutkan
di atas, selain banyaknya jari yang digunakan juga posisi dan gerakan jari-jari
tangan ketika memetik senar. Sehingga dengan demikian nada-nada
(gending) yang dihasilkan jari-jari tangan tersebut akan berbeda pu!a. Untuk
lebih jelasnya ketiga teknik tersebut di atas, akan penulis jelaskan satu
persatu berikut contoh latihannya dalam bentuk cacarakan (cara-cara petikan
kacapi), yang materinya mengacu pada tujuan umum yaitu mendidik
mahasiswa agar dapat mendemontrasikan teknik-teknik petikan kacapi ke
dalam bentuk aransemen (instrumental) dan pirigan lagu (iringan lagu).
Adapun penjelasan dan latihannya adalah sebagai berikut:

A. Teknik Sintreuk-toel
1. Pembahasan

Sintreuk-toel adalah teknik petikan kacapi dengan menggunakan dua


jari yaitu telunjuk kanan dan telunjuk kiri. Posisi dan gerakan jarinya adalah:
(1) telunjuk kanan melipat ke daiam, ujung kukunya menyentuh senar dengan
gerakan nyintreuk (menjentik); dan (2) telunjuk kiri agak lengkung ke bawah,
ujung kukunya menyentuh senar dengan gerakan noel (sentuhan dengan
ujung jari), sehingga gerakan dari kedua jari itu menghasilkan komposisi nada
(gending) yang diinginkan. Gerakan tersebut ada yang searah dalam nada
gembyang (oktaf) atau kempyung (akor), ada yang berlawanan dengan nada
yang berlainan, dan ada pula yang seperti saling bersahutan antara telunjuk
143

kanan dan kiri. Fungsi dari masing-masing jari di atas adalah: ada yang
sama-sama sebagai penyaji melodi, ada pula yang telunjuk kanan sebagai
penyaji melodi serta telunjuk kiri sebagai penyaji bass dan lain-lain. Artinya
tergantung pada kebutuhan musikainya.

2.6.6.3. Mempraktikan Memetik Kacapi dengan Melatih Cacarakan

Dalam latihan ini materi-materinya disebut Cacarakan. Sedangkan


tingkat kesulitan dari materinya disusun secara bertahap, yang pada akhirnya
diharapkan mahasiswa itu mampu menyajikan aransemen. Adapun susunan
cacarakannya seperti di bawah ini :
144 Bu
145
146 Bu
147
148 Bu

Taknik sintreuk-toel yang diaplikasikan ke dalam bentuk Cacarakan 1 - 10, di


dalarnnya sudah mencakup teknik penjarian (posisi dan gerakan jari) dan
teknik petikan (ketepatan jari dalam menghasilkan bunyi yang bersih dari
senar yang disentuhnya). Kedua teknik ini pada dasarnya bertujuan melatih
keterampilan tangan untuk sampai pada garap aransemen (gending macakal)
secara baik dan benar.

B. Teknik Dijambret

Teknik Dijambret adalah petikan kacapi yang posisi dan gerakan


jarinya terutama jari-jari tangan kanan, seperti menjambret2 yaitu
membunyikan tiga buah nada secara bersamaan, dengan menggunakan ibu
jari, t elunjuK, dan jari tengah. Sedangkan posisi dan gerakan tangan kiri (ibu
jari dan telunjuk) seperti ngajeungkalan. Fungsi dari kedua tangan tersebut
masing-masing sebagai penyaji iringan (tangan kanan) dan penyaji bass
149

(tangan kiri). Teknik dijambret biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu


Sunda yang berirama mars (tempo cepat).
Secara praktis, teknik dijambret hanya memiliki satu motif. Oleh sebab
itu dalam cacarakannya hanya akan berorientasi pada nada yang akan
dimainkan saja, yang dalam istilah tradisinya disebut kenongan. Misalnya
teknik dijambret dalam kenongan 5 (la).
Yang perlu diketahui oleh mahasiswa sebelum mempraktikkan teknik
dijambret adalah pasangan nada dari nada yang dijadikan kenongan.
Pasangan nada tersebut seperti di bawah ini:

Gembyang : 1 2 3 4 5
Pasangan : 3/4 5/4 1/5 2/1 2/3
Kenongan 1 2 3 4 5

Kelompok nada di atas dapat pula dijadikan dasar dalam menentukan


pasangan nada pada petikan tangan kiri di setiap pirigan lagu.
150 Bu

C. Permainan Kacapi Gaya Celempungan dalam lagu Banjaran (laras


pelog), gerakan sedang
151

Keterangan : Pirigan disajikan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan


152 Bu

TES FORMATIF
BAB II

Pilihlah jawaban yang tepat !

1. Tangganada diatonis berasal dari tangga nada ....


a. Yunani
b. Lydis
c. Dons-Frigis
d. Tetrachord

2. Apa yang disebut tangganada diatonis?


a. Susunan nada yang mempunyai jarak 1 dan ½
b. Susunan nada yang bernada 5
c. Susunan nada yang berjarak 2, 1 dan ½
d. Susunan nada yang berjarak ½

3. Notasi pentatonik adalah asli milik bangsa Indonesia yang dibuat oleh ....
a. Machjar Angga Koesoemadinata
b. Haryo Wreksadiningrat
c. Demang Kartini
d. W.R. Supratman

4. Cikal bakal instruen piano yang bernama Harpsichord diciptakan pada


tahun 1707 oleh ....
a. Bartolomeo Christofori
b. Aristoteles
c. Steinway
d. Grand

5. Kesenian gambang kromong, kenong dan tanjidor adalah kesenian khas


daerah ....
a. Jawa Tengah
b. Bali
c. Betawi
d. Kalimantan

6. Gambang kromong adalah kesenian yang mendapat pengaruh dari....


a. India
b. Arab
c. Cina
d. Melayu
153

7. Talempong adalah alat musik tradisional seperti gamelan yang berasal


dari propinsi ....
a. Jawa Tengah
b. Sumatera Barat
c. Lampung
d. Bali

8. Angklung berlaras diatonis disebut juga ....


a. Angklung tradisi Sunda
b. Angklung Pak Poeng
c. Angklung Indonesia
d. Angklung Pak Udjo

9. Alat musik tradisional Indonesia serumpun alat musik Koto adalah....


a. Kacapi
b. Sample
c. Sitar
d. Granting

10. Perbedaan gender dan slentem adalah pada ....


a. Jumlah bilahan
b. Bentuk bilahan
c. Fungsi dalam permainan
d. Cara memainkan
154 Bu

Apresiasi :

1. Apa yang kamu rasakan ketika mendengar suara yang beraturan seperti
suara tetesan air dari ledeng ?

2. Apa yang kamu rasakan jika terdengar suara keras dan cepat, seperti
suara drum yang ditabuh dengan bersemangat ?

3. Bagaimana cara kamu mengenali musik yang kamu dengar adalah musk
Melayu (Riau)

4. Bagaimana cara kamu mengenali musik khas darah Sunda?

5. Bagaimana cara kamu mengenali gamelan yang kamu dengar adalah


gamelan daerah :
- Bali
- Jawa Tengah
- Sumatera Barat

6. Dapatkah kamu mengidentiikasi yang mana musik yang merupakan karya


Bach, dari lagu-lagu yang guru perdengarkan?
Bab 3
Seni Tari
Mengapresiasikan Karya Seni Tari

APRESIASI
x Pengertian Seni Tari
x Gerak
x Pembelajaran Apresiasi Seni
x Tari Berdasarkan Konsep Garapan
x Tari Berdasarkan Orientasi Peran Fungsi di Masyarakat
x Teri Berdasarkan Orientasi Artistik
x Fungsi Tari Upacara
EKSPRESI
x Produksi Tari
x Dasar Pijakan
158

BAB III
SENI TARI

3. Mengapresiasikan Karya Seni Tari


Pemahaman suatu tarian sebagai konsep merupakan aspek
terpenting dalam pendidikan tari. Pemahaman konsep dibentuk melalui
proses kreasi. Di bawah ini tahapan apresiasi tari yang berguna bagi yang
mendalami apa arti sutu pendidikan seni khususnya untuk seni tari.
Belajar seni pada tataran apresiasi dapat dimulai dari usia dini,
caranya dengan melihat, membuat, dan menampilkan tari. Cakupan ini
adaptasinya dapat dipelajari melalui penjelasan di bawah ini.

3.1. Pengertian Tari


Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh
manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.
Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk
gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.
Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh
yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang
diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga
menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta
(Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan
penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui
media ungkap yang disamarkan.
Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang
berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari
dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam
upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.
Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari
masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya
pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyarakat. Laju
pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan
sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa
tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali
terus menerus.
Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono
bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak
ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam
159

buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati
yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa
manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang
mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan
perkembangannya.
Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna
khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang
berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang
selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan
maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21). Lebih jauh lagi ditambahkan
CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).
Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi
(TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa
pergelaran tari, paket acara tontonan yang diselenggarakan misalnya oleh
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), paket acara yang digelar oleh Pasar Seni
Ancol, dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara
yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang
berhubungan dengan adat.
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang
digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari
ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media
komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu
kapan saja.
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut
kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai
kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama
dan Adat.
Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak
untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan
kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa,
empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.
Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak
tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting
perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari
komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari
untuk memperoleh makna gerak.
Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian
besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi
manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang
universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa
saja dan kapan saja.
Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai
acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk
mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat
160

membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga


untuk keperluan upacara agama dan adat.
Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari yang tampak meliputi
gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung lainnya. John Martin
dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa, tari adalah gerak sebagai
pengalaman yang paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk
pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.
Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak
baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak
maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat
diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut
tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan
tari.
Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak
unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat
ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk
meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.
Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34)
dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi
musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk
mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari
melalui penari (Jazuli, 1994:44).
Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki
potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya
mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan
berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat
disebut gerak di tempat (Stationary Movement).
Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi
perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media
gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si
penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan
atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.
Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak
ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam
penghayatan ritme tertentu. Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan,
maka tari sebagai pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.
Oleh sebab itu, tari lahir merupakan ungkapan hasrat yang secara periodik
digerakan sebagai pernyataan komunikasi ide maupun gagasan dari
koreografer yang menyusunnya.
Sependapat kedua pakar di atas, Corry Hamstrong menyatakan
bahwa, tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang. Pada sisi lain
Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring
Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota
tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang
161

sesuai dengan maksud tertentu. Soedarsono menyatakan bahwa, tari


sebagai ekspresi jiwa manusia yang diaungkapkan dengan gerak-gerak ritmis
yang indah. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan
gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud
tertentu.
Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah gerak-
gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh
irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain
juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di
dalam dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis.
Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan
manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi
wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer. Sebagai bentuk latihan-
latihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan
irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia
yang mempelajarinya.
Untuk memperoleh pengertian tari lebih mendalam, maka
diperlukan informasi tentang unsur tari, aspek tari, dan pendukung tari melalui
sumber media dalam bentuk foto-foto, VCD/DVD serta media lain.

3.2. UNSUR POKOK TARI

3.2.1. GERAK

Kebanyakan manusia dalam kehidupannya sangat mengharap


terjadinya perubahan. Gerak dalam aktivitas manusia menjadi bagian
penting dari manusia yang masih hidup, dinamis, dan sangat mennghayati
dinamika terutama hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam berbagai peristiwa, manusia hidup berkembang dan bergerak.
Perubahan atas perkembangan dan gerakan yang terjadi sebagai dinamika
manusia menjadi inti adanya perubahan yang diharapkan. Dengan itu
manusia merancang dan mendesain sedemikian rupa untuk perkembangan
dan perubahan yang diinginkan. Faktor keberuntungan dan kehendak yang
kuasa segala yang diinginkan perkembangan dan perubahan atas manusia
menjadi pasrah.
Gerak dalam kehidupan sehari-hari manusia yang kurang menghayati
kehidupan banyak diabaikan. Akan tetapi untuk yang menghayati dinamisasi
gerak menjadi obyek yang banyak dipelajari dan dimaknai agar menjadi
segala sesuatu yang berguna bagi diri maupun masyarakat lain, termasuk
dalam hal ini adalah tari.
Elemen pokok tari adalah gerak. Rudolf Laban pakar tari kreatif
menyatakan bahwa gerak merupakan fungsional dari Body ( gerak bagian
kepala, kaki, tangan, badan), space (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak,
atau tingkatan gerak), time (berhubungan dengan durasi gerak, perubahan
sikap, posisi, dan kedudukan), dinamyc (kualitas gerak menyangkut kuat,
lemah, elastis dan penekanan gerakan ).
162

Berpijak kepada pendapat di atas, tari terdiri dari unsur gerak sebagai
unsur utama, ruang, waktu, dan tenaga. Fungsi gerak yang dihasilkan oleh
tubuh manusia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi gerak keseharian,
olah raga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari. Pada khususnya,
tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam
tari merupakan gerak yang sudah distilisasi atau distorsi.
Gerakan bersifat lembut dan mengalir, serta terputus-putus dan tegas
merupakan pola gerak yang menjadi ciri pembeda antara gerakan tari putra
dan tari putri. Gerakan yang berada diantara gerakan berciri stakato atau
patah-patah dan mbanyu mili, disebut gerak tari tengahan, biasanya
dilakukan untuk jenis karakter herak tari tengahan atau alusan. Uraian ciri
gerak ini sering dilihat pada jenis tari yang berasal dari daerah jawa(tari
Surakarta dan tari Yogyakarta).

Pose gerakan di bawah ini menggambarkan pengembangan gerak


melalui penataan ruang, gerak dan waktu yang secara umum dapat
dicontohkan sebagai berikut.

Sumber Koleksi Pribadi Sumber Koleksi Pribadi

Gb. 3.2 Penggunaan properti Gb. 3.3 Mengeksplor gerak tubuh


butuh ruang gerak sempit untuk ruang gerak

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt


Sumber Koleksi Pribadi
Gb.3.4 Lari jingkit (trisik ) membuat Gb. 3.5 Pengolahan Ruang Tari &
lingkaran Pentas Tari di Proscenium
163

Imitasi atau peniruang gerak dengan pengembangan ruang gerak,


motif gerak, dan gerak dalam ruang secara harmonis dengan ketentuan
gerakan yang diperagakan serta pengolahan ruang yang diharapkan.

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gambar 3.6-3.8 Mahasiswa Jurusan Tari Angkatan 2004/2005 yang sedang eksplorasi gerak
Tari Topeng Jaja dan gerak Pencaksilat (versi Jaya Bandung).

Perhatikan kedua gambar di bawah ini adalah bentuk/motif gerak


Jengkeng pada tari Klasik Jawa dan sikap dasar Pencak silat dalam bentuk
kedua kaki melebar bertumpu secara kuat dan mencengkeram ke tanah
(kuda-kuda).

Sumber Koleksi Pribadi


Gb.3.9 Jengkeng sikap dasar tari/level bawah
164

Sumber Koleksi Pribadi

Gb. 3.10 Sikap Kuda-kuda pada motif sikap Pencak silat


(Sumber: Koleksi Kusnadi )

3.2.2. Motif Gerak Tari


Motif Gerakan Tari Tunggal atau Gerakan Individu pada tabel di bawah ini
dapat disimak secara detail yang memberi bentuk motif gerak tari sebagai
berikut.

Anggota Kompetensi Uraian Teknik


Keterangan
Gerak Gerak Gerak

Anggota Kepala (Caput) Gerakan ke Bentuk dan sikap ke


Gerak relaksasi samping dua kaki rapat (level
Bagian dengan leher kanan/kiri. tinggi, sedang,
Atas Gerakan ke rendah), terbuka
depan/belakang. dan sikap tertentu
Gerakan berpaling seperti Tanjak-
ke kanan/kiri, Tancep, Rapal,
memutar ke Adeg-adeg, kuda-
kanan/kiri. kuda,
Gerakan supinasi,
dan mengayun,
mengangguk,
berputar.
Pronasi pada Badang kontraksi, Pangkal leher
ekstensor rileks, penegangan sebagai tumpuhan
bertumpu pada otot pada seluruh gerakan, sendi leher
otot tengkorak anggota tubuh. berperan sentral.
165

Gerakan pacak
gulu, gebesan,
gileg, gelieur,
anggukan dan
gelengan kepala,
tengok kanan/kiri.
Anggota Sikap Badan Meliuk-liuk, Gerak Olah Tubuh
Gerak (Thorax) mengkerut-kerut, pada pemanasan
Bagian pronasi pada pinggul(pelvis) gerak.
Tengah ruas tulang, berputar dan
supinasi pada berporos pada
pusat cranum. Pelvis
tumpuhan bergerak sebatas
gerakan yang kemampuan
ada setiap sesuai motif ragam
sendi yang tari yg dilakukan.
sedang Kontraksi otot di
difungsikan. sekitar Thorax
secara sendiri atau
bersama-sama Gerak spalula pada
memberi daya tari Klono Topeng
lentur pada dan atau pada
penguatan Topeng Cirebon.
gerakan tubuh. Vibrasi perut yang
Gerakan badan ke dilakukan oleh
samping Tokoh Jin Besar
kanan/kiri, ke Tuyul dan Yul.
depan/belakang.
Vibrasi skapula,
ogak lambung,
Pronasi pada
kontraksi tulang
skapula dan perut
membentuk
gerakan khsusus.
Bentuk dan Gerakan bahu- Bentuk dan sikap
sikap anggota skapula ke tangan bergerak
gerak tangan. atas/bawah, secara sendiri.
Gerakan supinasi ke depan, Bentuk dan sikap
bervariasi. belakang. tangan-kordinasi
Grakan tangan dengan anggota
lurus, tekukan gerak yang lain.
pada siku, tekukan
pada palmar
tangan, serta Sikap palmar dari
gerakan jari-jari tangan Ngiting,
166

melakukan gerak Nyempurit, Ngruji,


pada bentuk dan dan sikap tangan
sikap motif gerak pokok. Bentuk dan
tertentu atau Sikap gerakan
khusus. tangan Elieu pada
Gerakan kordinatif gerak dasar tari
pada sendi India, Nyeluntir
bertumpu pada pada tari gendhing
sentral gerak bahu, Sriwijaya, dan
lengan atas, Nguya pada tari
lengan bawah, dasar Thailand.
palmar tangan, Gerak dasar
dan jari-jari tersebut bila dipadu
membentuk sikap dengan gerak dasar
tertentu. Motif grak senam dan gerak
tari tertentu yang pemanasan mampu
digerakan secara melatih gerak
ideal sesuai tangan sesuai porsi
tuntutan frase dan penegangan
ragam gerak tari. pada gerak tari
tertentu atau
merupakan
penegangan tangan
semata.
Pelvis sebagai Goyang pinggul ke Harmonisasi goyang
penopang, kanan/kiri dengan pinggul, memberi
Cranum volume dan kesan gerak seksi
sebagai reaktivitas gerak bagai orang lain.
otorizet. tertentu. Goyang plastik,
Gerakan dan Kecepatan, goyang pantat pada
getaran macam goyangan, Jaipongan, goyang
pinggul, dilakukan sesuai pinggul oleh
sensualitas, keterampilan penyanyi dangdut.
kelenturan individu, masing-
pada paha, masing berbeda-
Kolumna beda.
vertebralis,
berfungsi
sebagai
penyengga dan
tumpuhan
gerak bertugas
menopang dan
mengkontrol
gerakan
167

Anggota Support Kaki Kepala Gerakan Jalan,


Gerak (Ladix) mengangguk- Geser, Kengser,
Bagian angguk-badan jalan kaki pada
Bawah merunduk, kepala tarian kuda-kuda,
menggeleng badan kaki berputar
mengikuti sikap dengan tumpuan
gerak kepala. satu atau kedua kaki
Kepala –badan adalah dominasi
berputar bersama gerak anggota
dengan berguling bawah.
atau variasi Teknik Tumpuhan
gerakan kpala kaki pada tari balet,
badan dan kedua Salto, loncat
tangan bergoyang harimau, strugel
dalam posisi track di udara,
membungkuk, kiprah perang pada
semua gerakan tari-tarian
dilakukan dalam Yogyakarta.
posisi kedua kaki
rapat atau jika
mungkin bertumpu
satu kaki.
Anggota Kontraksi Kepala Gerakan tersebut
Gerak Atas gerakan mengangguk- dilakukan pada saat
dan Bawah kepala-badan angguk-badan olah tubuh. Gerak
dari supinasi merunduk, kepala pada tari
kerangka axial. menggeleng badan Rebana/Rangguk
Anggota gerak mengikuti sikap (Jambi) peragaan
atas-pinggul gerak kepala. gerak sering
kerangka Kepala –badan dilakukan.
tulang berputar bersama Peragaan gerak
(appendikuler) dengan berguling motif Rodat,
atau variasi Zamrah, dan tari-
gerakan kpala tarian berciri
badan dan kedua kerakyatan
tangan bergoyang mengutamakan
Kepala-badan- dalam posisi gabungan gerak ke
tangan dengan membungkuk, dua anggota tubuh
melakukan semua gerakan ini.
penegangan dilakukan dalam
kaki-kepala posisi kedua kaki Gerak pada tari
proksimal- rapat atau jika Belibis (Bali) Tari
sentripetal mungkin bertumpu Merak (Jawa-
satu kaki. Sunda) seperti
Kepala mematuk- gerakan burung.
matuk, kaki
168

langkah ke Gerak rol, loncat


depan/belakang, harimau, Keept up
samping
kanan/kiri.

Tekukan kepala
dan kaki lurus
pada gerak roll
atau guling
Anggota Sinartrosis, Sinkronisasi gerak Jalan lurus, Lampah
Gerak sinkondrosis, tulang dan jaringan Ringdom, Putar
Atas- sinfibrosis, dimana kedua tangan sikap kaki
Tengah- diarthrosis tulang antara tidak jalan lurus ke
Bawah terjadi efek smua penjuru,
gerakan.
Putaran Tubuh ke
Kordinasi ke2 semua arah.
tulang yang
berhubungan oleh
adanya jaringan
tulang rawan yang
beroperasional
secara tepat. Tegak dan bongkok
badan.
Kedua tulang yang Pacak Gulu, Gileg,
beroperasional Galier, dan Godeg.
dihubungkan oleh
tulang tengkorak.
Gelang kepala
Kedua tulang tidak angguk-anggukan
saling menunjang kepala, tengok
gerak. Gerakan kanan /kiri
dilakukan pada Putar kaki
sendi peluru, sendi dasargerak balet.
poros pada tulang
bahu, tulang
panggul, serta Gerakan merendah
pada karpal dan atau mendak,
falang. Nindak, Tanjekan,
Sinkronisasi Mapal, Ngeseh, dan
karpal dan falang variasi gerakan
dalam menunjang kepala, badan,
gerakan secara tangan, dan kaki.
terpadu.
Tabel 3.1 Motif Gerak Individu
169

3.2.3. Motif Gerakan Tari Berpasangan atau Kelompok

Anggota Kompetensi Uraian Teknik


Keterangan
Gerak Gerak Gerak

Anggota Kepala (Caput) Gerakan supinasi Bentuk dan sikap


Gerak ayunan, anggukan, duduk (tari Saman)
Bagian berputar. atau kedua kaki
Atas (level tinggi,
sedang, rendah)
pada tari Saudati,
tari garapan lain.
Anggota Badan(Thorak) Gerakan relaksasi Bentuk dan sikap
Gerak dan supinasi ke dua kaki rapat
Bagian anggota tubuh (level tinggi,
Tengah secara periodik sedang, rendah),
dan temporer. terbuka dan sikap
tertentu seperti
Tanjak-Tancep,
Rapal, Adeg-adeg,
kuda-kuda.
Gerakan Tari
Topeng Cirebon,
dan topeng Klono.
Anggota Kaki(Ladix) Gerakan supinasi Bentuk dan sikap
Gerak slip, step, lenso, ke dua kaki rapat
Bagian straidel. (level tinggi,
Bawah sedang, rendah),
terbuka dan sikap
tertentu seperti
Tanjak-Tancep,
Rapal, Adeg-adeg,
kuda-kuda,
Tabel 3.1 Motif Gerak Tari Berkelompok

3.2.4. Ruang

Ruang adalah sesuatu yang harus diisi, ruang dalam tari


mencakup semua gerak yang diungkapkan oleh seorang penari terbentuk
melalui perpindahan gerak tubuh, posisi yang tepat dan ruang gerak
penari itu sendiri.
Ruang bersentuhan langsung dengan penari. Ruang gerak penari
merupakan batas paling jauh yang dapat dijangkau penari. Di sisi lain,
ruang menjadi salah satu bentuk dari imajinasi penari dalam mengolah
170

ruang gerak menjadi bagian yang berpindah tempat, posisi dan


kedudukan.

Sumber Koleksi Kusnadi Sumber Koleksi Kusnadi

Gb. 3.11 Pelemasan anggota Gb.3.12 Eksplorasi gerak


gerak tubuh Penari di Ruang Latihan

(Koleksi: Koleksi Kusnadi)

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.13 Gerak Disain Tertunda Gb. 3.14 Penari mengolah


ruang pentas level rendah

Gambar di bawah ini mengisyaratkan pengolahan ruang pentas dan


ruang gerak secara maksimal dengan menjabarkan desain, level, motif
gerak dan perpaduan kedua penari.

Sumber Internet www.Dance_Yahoo.com.

Perhatikan gambar Gb. 3.15 Penguasaan


Ruang Pentas dan ruang Gerak sebagai
potret pemberdayaan ruang gerak dan
ruang pentas.
171

Ruang gerak penari tercipta melalui desain. Disain adalah


gambaran yang jelas dan masuk akal tentang bentuk/wujud ruang secara
utuh. Bentuk ruang gerak penari digambarkan secara bermakna ke
dalam; desain atas dan disain lantai (La Meri: 1979: 12). Ruang gerak tari
diberi makna melalui garis lintasan penari dalam ruang yang dilewati
penari.
Kebutuhan ruang gerak penari berbeda-beda. Jangkauan gerak
yang dimiliki oleh setiap gerakan sesungguhnya juga dapat membedakan
jangkauan gerak penari secara jelas. Bentuk dan ruang gerak yang
dimiliki oleh penari membutuhkan jangkauan gerak, berhubungan dengan
kebutuhan, dan kesanggupan penari dalam melakukan gerakan. Dengan
demikian gerakan penari sesuai pengarahan koreografer. Dalam
mendesain ruang gerak penari, koreografer menyesuaikan, bagaimana
penari bergerak dan dapat mencapai desain yang sesuai dengan
kebutuhan gerakan. Penari membutuhkan sensitivitas rangsang gerak
sebagai bentuk ekspresi keindahan gerak yang dilakukan.
Kebutuhan ekspresi gerak oleh penari berhubungan dengan
kemampuan penari menginterpretasikan kemauan koreografer dalam
melakukan gerakan yang diberikan. Dengan demikian terjadi sinkronisasi
kemauan koreografer dalam mendisain gerak dengan kepekaan penari
dalam menafsirkan gerakan melalui peta ruang.
Penari tidak semata-mata memerlukan ruang gerak yang lebar
saja. Kebutuhan ruang gerak yang sempit, juga menjadi bagian
penerjemahan ruang gerak tari oleh penari. Ruang gerak penari menjadi
alat yang ampuh dalam menciptakan disaian tentang ruang oleh penari
maupun koreografer.
Ruang gerak penari dengan jangkauan gerak luas membutuhkan
teknik dan karakterisasi gerak yang dalam oleh penari. Kebutuhan teknik
gerak yang harus dilakukan penari adalah bagaimana penari mengawali
dan mengakhiri gerakan, dan dasar teknik gerak seperti apa penari harus
menuntaskan harapan geraknya.
Penari dalam mengekspresikan jangkauan gerak membutuhkan
ekspresi gerak yang sepadan dengan jangkauan geraknya. Ekuivalen
gerak dan jangkauan gerak menjadi tuntutan koreografer dalam
menciptakan ruang gerak penari serta penghayatan yang diperlukan
penari dalam mencapai tujuan gerakan tersebut.
Di bawah ini masih terkait motif gerak dan ruang yang
diciptakan oleh penari dalam bentuk ruang gerak penari adalah sebagai
berikut.
172

Sumber www.dance.q.yahoo.com

Gb. 3.16 Ruang Tari sekaligus pengolahan properti


dengan memanfaatkan ruang tari)

Kesan gerak di bawah ini menunjukan gerakan sembah, putaran dan


liukan badan bertumpu pada kaki yang kuat. Disain ruang yang tercipta
sempit di dalam, serta luas dan tertunda.

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Perhatikan gambar atas 3.17 – 3.18 menunjukan proses gerakan yang dilakukan berbeda
penghayatan. Gb. 3.17 gerak lambat memiliki kesan dalam. Gb. 3.18 gerak sedang tidak
mempengaruhi penghayatan. harus dengan teknik putaran yang cepat agar mencapai
gerakan sempurna.
173

Sumber Internet Sumber Koleksi Kusnadi


Internet www.Dance_Yahoo.com.

Gb. 3.19 Gerak di udara Gb. 3.20 Gerak Selut pada tarian Sunda

Dinamika tari terwujud melalui cepat-lambat gerakan dilakukan


oleh penari. Unsur dinamika ini membutuhkan waktu gerak. Apabila
penari bergerak bagian tubuh yang berpindah tempat, berubah posisi,
serta pindah kedudukan. Hal tersebut membutuhkan waktu. Perubahan
gerak ekuivalen dengan kebutuhan waktu, cepat-lambat, panjang-pendek,
dan banyak-sedikit gerakan dilakukan butuh waktu.
Tempo gerakan merupakan panjang-pendek, cepat-lama gerakan
dilakukan. Waktu dalam tari dimensi dari tempo gerak. Tempo gerak
dapat membangun imej tari secara keseluruhan dalam bentuk garapan
tari atau koreografi tari.

Pengolahan ruang gerak dan tenaga yang disalurkan melalui motif


gerak penari di bawah ini adalah memanfaatkan tercapainya gerakan spilt
atau slidding dan sircle atau putaran.
174

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt\
Gerakan Slidding pada tari Kembang Betawi

Perhatikan Gambar 3.21 – 3.22


Gerakan Teknik Sirkle & Gerakan Teknik Split (Trust)
Dilakukan dalam tempo cepat. Apabila dengan tempo lambat banyak terjadi
kemungkinan cidera kaki.

Desain waktu berhubungan dengan kecepatan gerak, situasi, dan


kondisi emosional penari. Pemahaman waktu dapat juga terkait dengan
masalah teknik pengendalian gerak, intensitas gerak, kualitas gerak, dan
proses mengaktualisasikan gerakan ke dalam konsep waktu.
Konsep membangun waktu dipraktikan melalui imajinasi gerak
hubungannya dengan panjang-pendek gerak, kuat-lemah gerak menjadi
konsep tentang rangkaian gerak dalam bentuk kalimat gerak. Usaha untuk
membangun waktu lebih dapat dijabarkan ke dalam bagaimana gerakan
dilakukan sesuai kebutuhan waktu yang ada. Dalam tari, konsep waktu bisa
dihadirkan dengan motif gerak duduk-duduk saja, atau dengan berdiri-
jongkok, atau gerak lain yang tidak memerlukan perpindahan tempat secara
mendasar. Kebutuhan waktu yang mendesak dalam tari adalah
memanifestasi kebutuhan gerakan cepat dan gerakan lambat secara
dilematis. Hal ini berhubungan dengan panjang pendek waktu, kebutuhan
ruang dengan waktu, serta kebutuhan pentas tari dipentaskan. Oleh sebab
itu, koreografer dalam menyikapi kebutuhan waktu biasanya mengoptimalkan
pengembangan kreativitas dalam bentuk pengolahan gerak dan pengolahan
waktu secara bersama ke dalam konsep garapan tarinya.
Waktu dalam gerakan menjadi salah satu konsep tarian. Hal ini
sangat dibutuhkan dalam pengembangan penggarapan koreografi. Dengan
demikian elemen waktu menjadi ukuran frase gerak. denyut nadi gerak, dan
pendalaman ruang gerak secara imajinatif. Keadaan diam manusia nadinya
tetap bergerak di sini membutuhkan waktu. Berdasarkan uraian ini konsep
gerak-ruang-waktu merupakan unsur yang saling terkait dengan lainnya.
175

Ketiga unsur di atas adalah trisula yang sangat memiliki peran sama dan
saling mendukung untuk kebutuhan suatu koreografi.

3.2.5. Tenaga

Gerak tari yang diperagakan menunjukan intensitas gerak yang


dapat menjadi salah satu indikasi. Tenaga yang diwujudkan oleh gerakan
berhubungan dengan kualitas gerak. Hal ini dapat tercermin pada tenaga
yang disalurkan oleh penghasil gerak dalam mengisi gerak menjadi
dinamis, berkekuatan, berisi, dan menjadi anti klimak dari tensi dan
relaksasi gerak secara keseluruhan.

Sumber kedua gambar di halaman ini Internet www.dance_@ Yahoo.com

Perhatikan gambar atas 3.23 – 3.24 menunjukan proses gerakan yang dilakukan
berbeda penghayatan. Gb. 3.23 Gerak respons memiliki kekuatan kesan gerak yang
tinggi. Gambar. 3.24 Gerak sedang tidak mempengaruhi penghayatan. harus dengan
teknik putaran yang cepat agar mencapai gerakan sempurna.

Sumber: Koleksi G

Kekuatan lompatan, kerjasama pembagian intensitas tenaga


176

Sumber: Koleksi GNP TMII Jkt

Gambar 3.25 – 3.27 adalah gambar sinkronisasi


bentuk penghayatan tumpuhan kaki, lompatan dan
pelebaran ruang gerak anggota gerak tubuh secara
Sumber: Koleksi Pribadi
terstruktur pada komposisi tari.

3.2.6. Ekspresi

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengekspresikan diri


bergantung pada situasi psikologis yang bersangkutan dalam menghadapi
berbagai masalah. Ekspresi diri manusia secara umum berbeda dengan
ungkapan ekspresi di dalam tari. Perbedaan yang ada bahwa ekspresi tari
semua yang berhubungan dengan perubahan psikologis, pembawaan suatu
karakter, memiliki keterbatasan pada cara mengungkapkannya. Sebagai
ilustrasi bahwa, marah dalam kehidupan sehari-hari dapat diekspresikan
dengan berbagai cara dan kepekaan diri di dalam melakukan luapan. Dalam
tari semua ungkapan yang diperagakan harus distilisasi/didistorsi, sehingga
wujud ungkapannya menjadi berbeda. Di sinilah letak pembeda dari cara
penghayatan sebuah ungkapan ekspresi diri dan penghayatan karakter
dalam seni maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Ekspresi dalam tari lebih merupakan daya ungkap melalui tubuh


ke dalam aktivitas pengalaman seseorang, selanjutnya dikomunikasikan pada
penonton/pengamat menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak,
emosi atas penghayatan peran yang dilakukan. Dengan demikian daya
penggerak diri penari ikut menentukan penghayatan jiwa ke dalam greget
(dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi jiwa dalam bentuk tari yang
terkendali).
177

Sumber Koleksi Kusnadi Sumber Internet www.Dance_@ Yahoo.com.

Gambar 3.28 dan 3.29 adalah menunjukan penghayatan mata pada tari-tarian Bali,
penghaytan gerak pada gerak Ballet. Koleksi Kusnadi

3.2.7. Iringan Tari

Iringan dan tari adalah pasangan yang serasi dalam membentuk


kesan sebuah tarian. Keduanya seiring dan sejalan, sehingga hubungannya
sangat erat dan dapat membantu gerak lebih teratur dan ritmis.
Musik yang dinamis dapat menggugah suasana, sehingga mampu
membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan tari sehingga
komunikatif. Musik dalam tari memberi keselarasan, keserasian,
keseimbangan yang terpadu melalui alunan keras-lembut, cepat-lambat
melodi lagu. Pada dasarnya tari membutuhkan iringan sebagai pengatur
gerak.

Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.30 Bonang


Bonang memiliki tempo musik yang
berbeda cara dan teknik tabuhnya.
Sebagai salah satu instrumen musik
tradisional, sistem kembangan
untuk tabuhan sekar atau lambat
temponya dan gembyong untuk
irama tempo cepat.
178

3.3. UNSUR KOMPOSISI TARI


Apabila kita melihat sebuah tarian baik jenis tradisional atau non
tradisional, banyak unsur-unsur yang dapat dikenali dan terlihat oleh mata
(visual). Pada dasarnya sebuah tarian tidak hanya terdiri-dari susunan
gerak yang telah mengalami proses stilisasi atau distorsi atau penggarapan
dari aspek tenaga, ruang dan waktu, namun terdapat juga unsur-unsur lain
yang disusun sedemikian rupa hingga menjadi sebuah komposisi yang
disebut dengan tari. Unsur-unsur itu, adalah: desain lantai, desain atas,
desain musik, desain dramatik, tema, tata rias/busana dan tata rambut, serta
tata pentas, disebut dengan unsur komposisi tari .
Dalam jenis tari tradisional yang berasal dari suatu komunitas-
masyarakat etnik, unsur-unsur tersebut dibangun dan disusun sesuai
dengan nilai-nilai dan corak tradisional yang mewarnai kehidupan
masyarakatnya, serta sesuai dengan kepentingan-kepentingan ( fungsi tari)
dalam kehidupan masyarakatnya, sehingga pola gerak, rias, busana,
perlengkapan tari, musik, tempat pementasan mencerminkan ciri khas dari
budaya setempat dan adat masyarakat yang memiliki tarian itu.
Sebagai contoh dalam tari tradisional jenis tari rakyat. Desain gerak,
desain lantai, desain atas, tata rias busana, musik, tempat menari
dipersiapkan dan dalam tari itu disusun sedemikian rupa, walaupun
hasilnya terkesan sederhana dan tidak rumit. Biasanya penyelenggaraan
tari untuk tujuan upacara adat, upacara agama atau untuk tujuan ikatan
kebersamaan warga, maka tempat pementasan tari biasanya sesuai dengan
tujuan upacara tersebut. Hal tersebut sangat berbeda dengan tari klasik dan
jenis tari untuk tujuan pertunjukan. Dalam tari klasik pola gerak, desain
lantai, desain atas, tata rias, busana, musik, perlengkapan, pementasan
bahkan tema tarinyapun, disusun berdasarkan pola-pola koreografi yang
lebih artistik, sehingga hasilnya terkesan rumit, taat kepada aturan-aturan
yang harus dipatuhi yang terkait dengan aturan-aturan yang berlaku dalam
tatanan kehidupan orang istana. Sedangkan tari untuk untuk seni
pertunjukan yang merupakan ungkapan individual yang biasanya dalam
proses penciptaannya, lebih banyak memiliki kebebasan dalam
mengekplorasi semua unsur tari, sehingga memungkinkan pada
pencapaian kualitas artistik maupun estetis dari aspek unsur-unsur tari itu
sangat maksimal. Menurut La Mery (1965: 17-108), unsur-unsur komposisi
tari, sebagai berikut:
1. Desain lantai atau floor design adalah garis-garis di lantai yang dilalui
oleh seorang penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari
kelompok. Garis-garis lantai dibentuk dari garis lurus dan garis lengkung.
Garis lurus dapat menghasilkan bentuk garis diagonal, segitiga, sig-sag, V
atau V terbalik, T atau T terbalik, dan garis lengkung dapat menghasilkan
bentuk lingkaran, lengkung setengah lingkaran, spiral, angka delapan dan
sebagainya
179

2. Desain atas atau air desaign


Adalah desain yang dibuat oleh anggota badan, berada di atas lantai.
Desain ini dilihat dari arah penonton. Menurut La Mery (1965: 22-39) ada
bermacam-macam yaitu desain: datar, dalam, vertikal, horisontal, kontras,
murni, statis, lurus, lengkung, bersudut, spiral, tinggi, medium, rendah,
terlukis, lanjutan, tertunda, simetris, dan asimetris.
3. Desain musik
Desain musik adalah pola ritmik dalam sebuah tari. Pola ritmik di
dalam tari timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi,
gerakan tari yang sesuai dengan harmoni dan gerakan tari yang
sesuai dengan frase musik.
1. Desain dramatik
Desain dramatik adalah tahap-tahap emosional untuk mencapai
klimaks dalam sebuah tari. Tahap –tahap emosional ini perlu ada dalam
sebuah tari agar tarian itu menjadi manarik dan tidak terkesan monoton.
Melalui tahapan ini penonton akan dapat merasakan perbedaan tari bagian
awal, kemudian semakin naik mencapai suatu puncak yang paling menarik,
yang disebut dengan klimaks, berikutnya penonton merasakan mulai ada
penurusan menuju akhir dari sebuah tarian. Kilmaks merupakan puncak
kekuatan emosional dalam sebuah tari dapat dicapai dengan cara
mempercepat tempo, memperluas jangkauan gerak, menambah jumlah
penari, menanbah dimankika gerak atau justru berhenti sama sekali atau
dengan cara-cara lain yang intinya berbeda dan khas dari bagian tari
sebelumnya dan sesudahnya. Dua jenis desain dalam tari adalah desain
kerucut ganda dan desain kerucut tunggal.
2. Dinamika
Dinamika adalah segala perubahan di dalam tari karena adanya
variasi-variasi di dalam tari tersebut . Dinamika di dalam tari memberikan
kesan bahwa tarian itu menarik, tidak membosankan dan tidak monoton.
Dinamika di dalam tari dapat dicapai karena adanya variasi-variasi dalam
penggunaan tenaga dalam gerak, tempo, tinggi rendah (level), pergantian
posisi penari serta perubahan suasana.
3. Tema
Tema adalah ide persoalan dalam tari. Sumber tema tari dapat dari
imajinasi manusia, harapan dan kehendak manusia, benda-benda disekitar
kita, peristiwa-peristiwa yang pernah atau sedang terjadi, kegiatan kerja,
perilaku binatang, cerita rakyat, cerita kepahlawanan, legenda, dan
sebagainya
4. Tata rias, tata rambut dan tata busana tari
Adalah rias wajah, tata rambut (hairdo) dan busana yang dirancang
dan dipakai khusus oleh penari untuk keperluan pementasan tari. Rias
wajah untuk keperluan pementasan tari dikenal tiga jenis, yaitu: (a) rias
wajah korektif, yaitu rias wajah untuk tujuan memperbaiki bagian-bagian
wajah yang kurang sempurna, (b) rias wajah karakter, yaitu rias untuk tujuan
menggambarkan dan memperjelas karakter tokoh atau karakter tari, dan (c)
rias wajah fantasi, yaitu rias wajah untuk tujuan mewujudkan angan-angan
180

atau imajinasi, misalnya untuk mewujudkan sosok putri bunga, rias wakah
dibuat menyerupai bentuk bunga.
Tata rambut untuk keperluan pementasan tari juga bermacam-
macam. Dalam tari tradisional, model tata rambut sesuai dengan adat dan
gaya tata rambut daerah masing-masing, sedangkan tata rambut untuk tari
non trasional biasanya disesuaian dengan konsep tari.
Tata busana untuk keperluan pementasan tari biasanya dirancang
khusus sesuai dengan tema tarinya. Alternatif bahan untuk pembuatan
busana tari bermacam-macam, dapat terbuat dari kain, kertas, plastik,
daun atau apa saja yang ada disekitar kita yang dapat dimanfatkan untuk
bahan busana tari. Dalam tari tradisional pada umumnya desain busana tari
tidak jauh berbeda dengan busana adat setempat. Fungsi busana dalam tari
tradional (klasik bukan hanya untuk keindahan, untuk penutup tubuh, namun
juga untuk memperjelas karakter tokoh dan karakter tari yang sedang
diperankan oleh penari.
5. Tata Pentas
Adalah penataan pentas untuk mendukung pergelaran tari, tata
pentas bukan hanya untuk kepentingan pencapaian efek artistik namun
juga berfungsi untuk membantu penciptaan suasana yang terkait dengan
konsep tari. Di atas pentas biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-
benda dan alat yang berhubungan dengan tari, yang disebut dengan setting.
Pentas yang dipahami dalam pengertian tempat menari dikenal
dengan istilah panggung yang meiliki 2 jenis, yaitu jenis panggung tertutup
dan terbuka. Jenis panggung tertutup disebut dengan prosscenium, cirinya
para penari atau pemain hanya dapat dilihat dari satu arah pandang.
Panggung tertutup berada dalam suatu ruangan yang disebut dengan
auditorium. Panggung terbuka adalah panggung yang berada di tempat
terbuka dan tidak beratap. Bentuknya bermacam-macam, yaitu berbentuk
arena, pendhopo, di halaman Pura, di halaman rumah atau dilapangan.
Ciri panggung terbuka adalah pemain atau penati dapat dilihat dari berbagai
arah pandang.
6. Tata Lampu
Tata lampu adalah seperangkat penataan lampu untuk keperluan
pementasan tari yang fungsinya untuk penerangan, penciptaan suasan atau
untuk memperjelas peristiwa pada suatu adegan. Sumber cahaya untuk
keperluan pementasan tari bermacam-macam, diantaranya berasal dari
obor, lilin dan listrik. Dengan teknologi komputer tata lampu dapat diprogram
dalam hal gelap terang, warna maupun komposisi cahaya sesuai dengan
kebutuhan konsep tari.
7. Tata Suara
Adalah seperangkat alat sumber bunyi untuk tujuan pengaturan musik
untuk iringan tari. Tata suara ini menjadi bagian dari unsur komposisi tari
bila tarian menggunakan musik iringan tari dengan media rekaman, sehingga
tata suara memerlukan pengaturan khusus dari pemutar suara, misalnya dari
alat tape recorder, CD player, MP 3, Synthesizer dan alat pemutar suara
181

lainnya. Namun bila musik iringan tari menggunakan alat musik yang
langusng dimainkan, pengaturan tata suara menjadi tidak begitu penting.

3.4. PENJIWAAN DALAM MENARI


Penjiwaan dalam menari merupakan kemampuan penari dalam
menghayati dan mengekpresikan karakter peran dan karakter tari, pada
waktu menari. Penjiwaan dalam menari dalam bahasa Jawa disebut
dengan istilah wirasa.
Penjiwaan dalam menari dapat dicapai apabila seseorang dalam
menari melibatkan passion, yaitu melakukan dengan perasaan senang,
bersungguh-sungguh (bersemangat) mencurahkan segala perasaannya
dalam kegiatan menari. Menari dengan hati seperti itu, akan menghasilkan
penghayatan dan ekspresi karakter peran dan karakter tari yang dapat
berkomunikasi dengan penonton.
Kemampuan penjiwaan ini merupakan tanda yang tampak dari diri
seseorang sebagai seorang penari yang baik. Koreografi yang indah tidak
akan menjadi indah apabila penarinya tidak memiliki keterampilan teknis,
tidak memiliki kepekaan musikal dan tidak dapat menjiwai tariannya.
Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya peran penari dalam
memperkuat penampilan sebuah tari dan dalam menciptakan keindahan
sebuah tari atau dalam sebuah koreografi.
Penari mempunyai tugas tidak hanya mengkomunikasikan gagasan
dalam tari, namun tugas utamanya adalah memberikan nyawa kepada tari,
melalui bahasa tubuhnya dan melalui ekspresinya, sehingga segala pesan
yang terkandung dalam tari dapat juga dihayati, dipahami dan dapat
diinterpretasikan oleh penontonnya. Untuk sampai kepada kemampuan
penjiwaan dalam menari, ada beberapa kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang penari, yaitu :
1. Memiliki keterampilan teknis gerak , mencakup: kemampuan
menghafal urutan gerak, kemampuan olah tubuh, kemampuan
mentaati gaya tari dan kelenturan.
2. Memiliki kepekaan musikal, yaitu kepekaan dalam
menyelaraskan ritme gerak tubuh dengan ritme musiknya atau
menyelaraskan ritme gerak dengan penari lainnya.
3. Mampu menghayati dan mengekpresikan karakter peran dan
karakter tari.
Di beberapa wilayah budaya di Indonesia kemampuan seorang penari
yang baik, dikenal dengan beberapa istilah. Kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang penari tari gaya Surakarta dan Yogyakarta (Jawa )
dikenal dengan istilah kemampuan wiraga, wirama dan wirasa. Wiraga
adalah keterampilan menari, kaitannya dengan penguasaan teknis gerak,
wirama adalah kepekaan musikal, dan wirasa adalah penjiwaan penari
terhadap karakter peran dan karakter tari.
182

Dalam Bambang (1984) dikemukakan bahwa untuk dapat mencapai wirasa


penari harus melakukan empat hal, yaitu sawiji (konsentrasi), greget
(menyalurkan kekuatan dari dalam / inner dynamic) , sengguh (percaya diri)
dan ora mingkuh (penuh disiplin disertai dedikasi dan loyalitas tinggi).
Menurut I Wayan Dibia ( 2004: 17-18) bagi penari Bali. Seorang penari
muda harus memiliki kemampuan olah fisik dan mempunyai hafalan
terhadap agem, tandang dan tangkis, penari tua harus menguasai wirasa
atau penjiwaan terhadap tarian, sedangkan penari matang (tasak) melalui
kemampuan olah fisik dan olah spirutualnya, dapat mentranformasikan
dirinya ke dalam peran yang dibawakan.
Penjiwaan penari dalam menari merupakan kemampuan tingkat tinggi
bagi seorang penari yang dapat dicapai bila penari telah memiliki
keterampilan teknis menari dan memiliki kepakaan musikal.

3.5. Pembelajaran Keterampilan Apresiasi Tari


Pada umunya orang akan mengatakan bahwa seni adalah untuk
dinikmati melalui kegiatan seni dan kepakaan estetis yang dapat memuaskan
kebutuhan perasaan penikmatnya. Hal ini benar, akan tetapi apabila dikaji
lebih dalam, bahwa keindahan adalah merupakan kepuasan yang hakiki bagi
setiap yang merasakan. Kadar dan bobot penghayatannya berbeda satu
dengan lainnya.
Apabila ditelaah, pengertian apresiasi secara harafiah berasal dari
kata appreciatie (Belanda) atau Apreciation (Inggris) yang berarti kemampuan
seseorang dalam menangkap getaran-getaran nilai seperti memahami,
menghargai, menilai dan mencipta dan mengevaluasi.
Dengan demikian kegiatan apresiasi seni bukan sekedar melihat
sebuah karya seni saja, melainkan memiliki makna memerlukan wawasan
sehingga dapat mengkaji sampai pada batas mengungkapkan keterampilan
melalui kegiatan. Konsep kegiatan apresiasi meliputi beberapa hal antara
lain:
x Persepsi,
Kegiatan pengamatan untuk mengenal, memahami, tari-tarian yang
berkembang di Indonesia baik menyangkut tari Tradisional, tari
Nontradisonal/Kontenporer/kreasi modern. Kesadaran perseptual
dibentuk untuk menjadikan pengalaman berkarya sehingga terbentuk
kesadaran. Kemempuan lain untuk mengobservasi, mengidentifikasi,
membandingkan, secara menyeluruh adalah kompetensi yang dicapai
paling tinggi di bidang persepsi.

x Pengetahuan
Kegiatan pengamatan yang digunakan untuk mengidentifikasi tentang
sejarah, simbol-simbol seni tari, istilah-istilah dalam seni tari, dimana
pengetahuan tentang tari merupakan dasar dalam mengapresiasi.
183

x Pengertian
Kegiatan yang dapat membantu kemampuan merasakan,
menerjemahkan, memilih, berdasarkan pengetahuan dan wawasan
tari dari hasil pengamatan sebelumnya.

x Analisis,
Keterampilan yang dapat mendeskripsikan, menginterpretasikan,
menjelaskan kegiatan seni yang sedang dipelajari, diamati, sehingga
dapat menceriterakan dan menjelaskan kembali hasil pengamatan
yang dilakukan. Oleh sebab itu keterampilan ini sangat berhubungan
dengan kepekaan rasa yang mendalam bagi seseorang yang sangat
konten terhadap seni.

x Penilaian,
Kemampuan melakukan penilaian karya-karya seni baik secara
tertulis, diskusi, dan memilih dalam mencapai sasaran belajar dari
hasil apresiasi. Peserta didik diharapkan dapat mengambil keputusan
tentang keberhasilan individu, kelompok, maupun peserta didik secara
mandiri dalam membantu memberikan komentar maupun kritik di
masa datang.

x Apresiasi,
Kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai penentu, penikmat,
penari dalam tahap penilaian keindahan seni tari. Operasionalisasinya
mencakup kemampuan memahami, menghargai, menghayati
sehingga dapat merasakan keindahan yang mendukung karya tari
tersebut. Hal ini berkaitan dengan kepekaan visual dan sensori yang
merupakan kemampuan dalam berapresiasi.

3.5.1. Kegiatan Apresiasi Tari

1. Melihat Tarian
Sebelum seseorang mampu menilai sebuah karya tari dikarenakan,
terlebih dahulu telah banyak melihat pertunjukan tarian, bahkan sudah
banyak mempunyai pengalaman menari, dengan demikian akan
membentuk pengalaman estetis dan peningkatan penghayatan akan
karya tari.
2. Mengidentifikasi Tarian
Untuk dapat mengidentifikasi tarian terlebih dahulu seseorang harus
mempunyai wawasan tentang berbagai jenis tarian dan mempunyai
pengalaman estetis yang memadai, hal lain yang penting dimiliki adlah
pengetahuan tentang pijakan tari.
3. Membuat Tarian
Seorang pencipta tari atau yang disebut Koregrafi tentulah mempunyai
perbendaharaan wawasan tarian yang banyak, mempunyai pengalaman
184

estetis yang cukup tinggi, dan yang paling penting mempunyai


kemampuan menggarap tarian, kemampuan tersebut yakni :
a. Mampu menerjemahkan konsep kedalam bentuk tari
b. Memiliki kepekaan musik
c. Mengkoreografi sesuai tema dan usia
d. Mampu memperhatikan keseluruhan aspek tari, musik, kostum,
panggung, pencahayaan, rias dan memanage latihan.

3.5.2. Pembelajaran Kreativitas


Kreativitas dapat dipandang dari perspektif yang berbeda berdasarkan
latar belakang disiplin ilmu. Seorang filosof, sejarawan,
psikolog ataupun pendidik memandang kreatifitas dengan cara yang berbeda.
Di antara para ahli timbul perbedaan pandangan tentang konsep kreativitas.
Perbedaan ini terletak pada definisi, kriteria, perilaku, dan proses kreatif; juga
pada hubungan kreativitas dengan kecerdasan, karakteristik orang kreatif,
dan upaya-upaya yang dapat dilihat dari dimensi proses maupun produk
dalam mengembangkan kreativitas. Namun pada dasarnya sebagian besar
memandang kreativitas sebagai sesuatu yang baru, orisinil dan memiliki
keunikan, baik pada setiap proses maupun produknya. Sebagian lain
menghubungkan kreativitas dengan kompetensi spesifik (Husen and
Postlewaite, 1985:1100).
Mary Mayety (1990: 2), Hurlock (tt: 2) memandang bahwa istilah
kreativitas, dalam psikologi, sering digunakan. Namun istilah ini taksa atau
ambigiuos karena digunakan secara bebas di kalangan orang awam. Arti
kreativitas secara umum adalah menekankan pada (1) pembuatan sesuatu
yang baru dan berbeda; (2) kreasi sesuatu yang baru dan orisinal secara
kebetulan; (3) apa saja yang diciptakan selalu baru dan berbeda dari yang
telah ada dan karenanya unik; (4) merupakan proses mental yang unik,
semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan
orisinal; (5) sinonim dengan kecerdasan yang tinggi atau jenius; (6) sepercik
kejeniusan yang diwariskan pada seseorang dan tidak ada hubungannya
dengan belajar (7) sama arti dengan imajinasi dan fantasi. Oleh karenanya
merupakan bentuk permainan mental. Kreativitas merupakan kegiatan otak
yang teratur, komprehensif, dan imajinatif menuju suatu hasil yang orisinal;
(8) merupakan kemampuan mencipta (kreasi), memiliki gagasan orisinal, titik
pandang yang berbeda, atau cara baru menangani dan menghadapi
masalah. Orang kreatif cenderung sebagai pencipta (creator) bukan penurut
(conformer) kepada orang lain.
Mayety (1990) mendefinisikan kreativitas sebagai proses
memunculkan sesuatu hal yang baru, “the process of bringing something new
into being”. Sebagian lainnya kata kreativitas didefinisikan sebagai suatu cara
berpikir dan bertindak, atau membuat sesuatu yang asli oleh seseorang.
Dengan demikian, suatu kreativitas itu memiliki fungsi untuk menyelelesaikan
suatu persoalan, atau menghasilkan suatu produk baru, baik dalam bidang
musik, sastra, mesin, bahkan permainan, dan sebagainya.
Rhodes (1961) membedakan kreativitas ke dalam dimensi person,
proses, produk dan press (Supriadi, 1994). Sedangkan kreativitas sendiri
menurut Supriadi adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
185

yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Begitu pula kreativitas menurut Munandar, adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang
ada (Munandar, 1987). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut,
kreativitas yang dimaksud lebih menekankan kepada produk atau hasil yang
baru dengan gagasan yang orisinil.
Namun demikian apabila berbicara produk, maka tidak terlepas dari
proses bagaimana produk itu dihasilkan, dan proses tidak terlepas dari
individu itu sendiri. Seperti dijelaskan oleh Guilford (1965) bahwa creativity
refers to the abilities that are characteristics of creative people (Supriadi,
1994). Melalui pemikiran-pemikiran orang kreatif inilah, maka produk kreatif
akan dihasilkan.
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk atau ide-ide baru sebelumnya yang tidak dikenal oleh
penyusunnya sendiri (Murgiyanto, 19:11). Demikian pula dengan Reynold
Bean mengungkapkan kreativitas sebagai proses yang digunakan seseorang
untuk mengekspresikan sifat dasarnya melalui suatu bentuk atau medium
sedemikian rupa sehingga menghasilkan rasa puas bagi dirinya,
menghasilkan suatu produk yang mengkomunikasikan sesuatu tentang diri
orang tersebut pada orang lain (Reynold Bean, 1995:3).
Suatu produk seni umumnya merupakan hasil kreativitas apabila
produk tersebut menghasilkan sesuatu yang baru, dan berguna (useful).
Utami Munandar juga menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan
membuat kombinasi baru berdasarkan data atau informasi atau unsur-unsur
yang sudah ada. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai
kemampuan yang mencerminkan kelancaran keluasan (fleksibility),
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengeksplorasi suatu
gagasan (Munandar, 1992:45).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, benang merah dari
kreativitas sesungguhnya tidak lain dari kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur, data atau materi yang diberikan
atau sudah ada sebelumnya.
Kreativitas dalam tari seperti yang diungkapkan Alma Hawkins
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang, sehingga ia melihat
kreativitas dari sisi seniman pencipta atau seniman pelaku, oleh karenanya
dapat dikatakan bahwa kreativitas sebagai jantungnya tari.
Untuk menghasilkan suatu bentuk tari yang mempunyai nilai dan
makna, sentuhan kreativitas adalah hal yang terpenting. Kemampuan berpikir
divergen berdasarkan informasi, ide atau unsur yang tersedia dapat
menemukan kemungkinan-kemungkinan jawaban. Hal ini dapat dilihat dari
ide atau pola garap tari, di mana akan menghasilkan sesuatu yang original,
berkualitas dan lebih kaya dalam mengungkapkan gagasan.
Teori tentang kecerdasan majemuk mengisyaratkan bahwa titik pusat
bidang kreativitas adalah mengembangkan, keceerdasan dan pola kreatif
dengan melakukan eksperimen atau percobaan dan menemukan cara baru
memanfaatkan pikirannya. Sesempit apapun bayangan semasa kecil kita
186

menggambarkan bahwa kecerdasan dan potensi kreatif dapat dikembangkan


secara maksimal. Ia mengisyaratkan bahwa berpikir dapat dikembangkan
dengan melalui 7 pola berpikir dengan mengguankan kecerdasan diri
(Gardner: 2004, 23).
Adapun 7 tahapan berpikir dengan menggunakan kecerdasan terdiri dari
aspek sebagai berikut:
x Verbal adalah kemampuan memanipulasi kata secara lisan dan
tertulis.
x Logis adalah kemampuan memanipulasi sistem berpikir secara
konsep logis.
x Spasial adalah kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan
disain.
x Musical adalah kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep
musik, nada, irama dan keselarasan.
x Kinestetik-tubuh adalah kemampuan memenfaatkan gerakan tubuh
dalam olah raga dan tari
x Inferansial adalah kemampuan memahami perasaan diri sendiri
merenung serta berfilsafat.
x Interpersonal adalah kemampuan memahami dengan lain, pikiran,
dan perasaan mereka

Personalisasi Kecerdasan ini lebih menekankan kepana


perkembangan dan perubahan kreativitasnya. Dengan itu faktor penentu laja
kecerdasan Sangay dipengaruhi oleh kemampuan mengorganisasikan
kreatifitas diri. Oleh karena itu dalam hal ini dibutuhkan pemahaman tentang
kreatifitas lebih mendalam dalam pembahasan ini.
Pada permasalah ini dipertanyakan apa yang disebut kreativitas?
Kreativitas berarti ekspresi keunikan diri ke dalam tindakan nyata dan mampu
menemukan solusi yang baru dan bermanfaat. Kreatifitas adalah kemampuan
untuk berkreasi dan menciptakan sesuatu yang baru. Dengan mencipta atau
berkreativitas maka manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pernahkan kamu membuat sesuatu yang kreatif?.
Cari tahu, dengan mencari tahu kamu akan selalu bertanya, ketika berpikir
dalam memecahkan masalah dari idemu. Dengan banyak mencoba bertanya
dan dan bertanya pada diri sendiri maupun dengan orang lain, kamu akan
memperoleh banyak ide yang dapat dikembangkan. Secara simulasi peta
konsep ini dapat digambarkan sebagai berikut;

Gerak Bertanya

Informasi yang ada lalu bertanya, maka akan dapat segera memperoleh ide.
Untuk mengambil suatu keputusan gerak diolah dengan variasi dan suasana
musik/irama.
187

1.1 Olah Keterbukaan (Kebebasan Berpikir)


Peningkatan dan pengambangan kreativitas tidak terbatas. Proses
menghargai kebebasan gerak dan memecahkan masalah melalui ide adalah
wujud nyata seseorang mengembangkan pikiran kreatifnya. Faktor
keterbukaan yang dimiliki seseorang dapat membentuk inspirasi dan motivasi
memecahkan masalah yang dilihat merupakan unsur keterbukaan yang
dibutuhkan. Tetapi hal ini dapat dilihat pada bentuk keputusan yang diambil
bahwa kemungkinan gerak yang diperoleh dalam bentuk gerak murni atau
maknawi.

1.2 Energi
Kemampuan untuk melakukan penghayatan atas ungkapan gerak
dengan bersemangat, sebab gerakan akan muncul variasi dan motivasi diri,
serta gerakan dilakukan dengan naluri kemauan untuk bergerak.
Untuk membuat gerakan menjadi kreatif harus ada motivasi diri dan
kemampuan untuk mengembangkan ide yang dimiliki, dengan demikian untuk
membuat gerakan menjadi sebagian gerak atau tari sangat mungkin. Buatlah
ide ungkapan gerak menjadi bentuk tari.

Tugas:
Carilah beberapa ide, dari idemu selanjutnya buat kemungkinan gerak secara
bebas dengan suasana yang kamu inginkan. Masukan penemuan-penemuan
gerak yang telah kamu lakukan.

3.6. Tari Berdasarkan Konsep Garapan

3.6.1 Tari Tradisional

Tari Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan


tertentu. Dalam kurun waktu yang telah disepakati, aturan baku diwariskan
secara turun menurun melalui generasi ke generasi. Tarian jenis ini telah
mengalami perjalanan cukup panjang, bertumpu pada pola garapan tradisi
yang kuat. Tari jenis ini biasanya memiliki sifat kedaerahan yang kental
dengan pola gaya tari atau style yang dibangun melalui sifat dan karakter
gerak yang sudah ada sejak lama.
Tari-tarian tradisional yang dilestarikan oleh generasi pendukung
biasanya sangat diyakini atas kemasyalakatannya. Masyarakat yang mau
terlibat di sini ikut andil dalam melestarikan tari tradisional melalui rasa
tanggung jawab dan kecintaan yang tidak bisa dinilai harganya. Masyarakat
yang bersangkutan memandang bahwa tarian jenis ini menjadi salah satu
bentuk ekspresi yang dapat menentukan watak dan karakter masyarakat
yang mencintai tarian tersebut. Dengan demikian tergambar perangai,
kelakukan dan cermin pribadinya.
188

Tari Tradisional yang berkembang di manca daerah Indonesia sangat


beragam dan bervariasi tumbuh berkembangnya dalam aktivitas kehidupan
masyarakat pendukungnya. Banyak diantaranya untuk keperluan Agama,
Adat, dan Keperluan lain berhubungan ritual yang diyakini masyarakat di
lingkungannya.
Beberapa contoh jenis tari yang digunakan untuk keperluan Agama,
Adat, dan Keperluan lain berhubungan ritual yang diyakini masyarakat ini
dapat disimak melalui gambar di bawah.

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt


Gb. 3.31 dan 3.32 Tari Terpulout

Sumber Koleksi GNP TMII


Gb. 3.33 Tari Panggung jati

Sumber Koleksi DepBudPar Sumber Koleksi DepBudPar


Gb. 3.34 Tari Topeng Gb. 3.35 Tari Topeng
189

Sumber Koleksi DepBudPar


Gb. 3.36 Topeng (Nirin Kumpul)

Ketiga gambar di halaman ini menunjukkan tari topeng yang digarap dalam konteks konsep
koreografi yang berbeda. Gb. 3.34 -3.35 konsep tradisi pengembangan, dan Gb. 3.36 konsep
Teater Topeng.

3.6.1.1. Tari Primitif

Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang


menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tarian ini lebih
menekankan tari yang memuja roh para leluhur. Pada jaman ini jenis tarian
ini sudah mulai tidak kedengaran lagi gaungnya. Beberapa jenis tari ini antara
lain adalah tari

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt


Gb. 3.37 Tari Perang
190

Perhatikan gambar 3.37 terdapat simbol atau ciri yang nampak pada tari
primitif. Adapun ciri yang nampak adalah kesederhanaan kostum, gerak, dan
iringan menjadi lebih dominan. Tampil menyesuaikan alam sekitar secara apa
adanya menjadi bagian konsep garapannya

3.6.1.2. Tari Rakyat

Tari-tarian yang disebut pada bab ini adalah tarian yang ingá kini
berkembang di Daerah yang bersangkutan. Masalah pembagian apakah
termasuk fungsi dan peran yang dimiliki tidak diperhitungkan.
Aceh dan Sumatra Utara kental imbas pengaruh Melayu. Ciri dan
bentuk tari lebih dekat ke rumpun tari Melayu. Sumatra Utara (Sumut) tari
Tor-tor gerak merapatkan dan mengembangkan ke dua telapak tangan
sambil bergerak di tempat dan geser kaki, Tari Cawan dengan membawa
cewan di atas kepala. Tari Serampang Dua belas dengan gerak berpasangan
muda mudi yang sedang berdendang. Tari Manduda, Tari Kain, Tari Andung-
andung, Tari Angguk, Tari Tari Mainang Pulau Kampai, Tari Baluse, Tari
Tononiha, Tari Terang Bulan, Tari Pisu Suri, Tari Baina, Tari Tari Barampek,
Tari Basiram Tari Bulang Jagar, Tari Buyut Managan Sihala, Tari Cikecur,
Tari Kapri, Tari Karambik dll.

Sumber Koleksi Pribadi Sumber Koleksi GNP TMII Jkt


Gb. 3.38 Tari Gejolak Gb. 3.39 Tari Tano Doang

Ketiga tari di atas (Gb. 3.38 – 3.40) adalah Tari


yang dikoreografi dan diangkat dari konsep tari
kerakyatan. Pengembangan kostum, dan variasi
gerak menjadi ciri perubahan semakin majunya
tari Rakyat

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt


3.40 Tari Jipeng Rebana
191

Pada uraian selanjutnya akan dibahas beberapa contoh jenis tari-


tarian nusantara yang ada di Indonesia di mana keterbatasan data dapat
dicontohkan sebagai berikut di bawah ini.
Daerah Istimewa Aceh atau Nanru Aceh Darusalam (NAD). Tari
Saman dengan gerakan rampak dan berselang-seling, Tari Saudati ciri tari
dengan menepuk anggota tubuh penari masing-masing adalah penampakan
ciri ke dua tari-tarian tersebut., Tari Anyung, Tari Ranu Labuhan. Tari
Asuk,Tari Bak Saman, Tari Bantal Tepok tari ini langsung menggunakan
bantal sebagai komando ritmik dan dinamika gerak melalui menepok bantal.
Tari Bines, Bungong Sie Yung-yung, Tari Cincang Nangka, Tari Cuwek, Tari
Landak Sampot, Tari Dampeng, Tari Kederen, Tari Labehati, Tari Lanieu,
Tari Apeut, Tari dll.

Sumber Majalah Myung Hui Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.41 Tari Saudati Gb. 3.42 Tari Saman

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.43 Turun Kauih Aunen


192

Sumatera Barat, Tari Piring, Tari Payung, Tari Rambai dan Tari Lilin,
Tari Ampun Mende, Tari Kain, Tari Karambik adalah tari klasik tradisional
Sumbar.

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.44 dan Gb. 3.45 Rampak di nan Jombang

Sumber Koleksi Anj.TMII Jkt

Gb. 3.46 Payung


Tarian di halaman ini (Gb. 3.44 – 3.46) adalah jenis tari tradisional dari Sumatra Barat yang
dikoreografi sesuai perkembangan konsep koreografi pada masa kini.

Sumatera Selatan: tari Tepak/tari Tanggai dan tari Gending


Sriwijaya (tari penyambutan), tari Paget Pengantin dan tari Ngibing (tari
pengantin), tari Tabur, tari Burung Putih, tari Melimbang,Tari Temu,Ttari Dana
dan Tari Sinjang (tari rakyat/pergaulan).Tari Andun. Bebe, Ttari Badaek, Tari
Badalung, Tari Bayang Sangik, Tari Bedug dll.
193

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.47 Barabah (UNJ)

Sumber Koleksi Jurusan Seni Tari UNJ

Gb. 3.48 Krana (UNJ)


194

3.6.1.3. Tari Klasik

Tari Klasik adalah tari yang berkembang di kerajaan-kerajaan yang


atelah ada di Indonesia. Puncak tari klasik terdapat pada kerajaan di
Indonesia khususnya di yogyakarta, Surakarta, Kasepuhan Cirebon, kerajaan
bone, Kerajaan Mataram Kuno, dan Kerajaan Klungkung di Bali.

Sumber Koleksi Kusnadi Sumber Koleksi DepBud Par

Gb. 3.49 Pendet (Bali) Gb. 3.50 Kresno-Baladewa

Sumber Koleksi Kusnadi

Gb. 3.51 Tari Topeng Bali


195

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ Sumber Koleksi Jurusan Tari

Gb. 3.52 merak Subal(UNJ) Gb. 3.53 Pakarena(UNJ)

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb.3.54 Gambyong(UNJ)

3.6.2. Tari Nontradisional

Tari Nontradisional adalah tari yang tidak berpijak pada aturan yang
sudah ada seperti tari tradisional. Tari jenis ini tari pembaruan. Tari
nontradisional lebih mengungkapkan gaya pribadi. Contoh tarinya adalah tari
karya Didik nini towok misalnya tari wek-wek, persembahan. Tari karya
Bagong Kussudihardjo misalnya tari yapong, wira pertiwi. Karya Wiwik
196

Widyastuti tari cantik, tari karya Abdul rochem tari Gitek balen, tari nandak
ganjen karya Entong sukirman dll.

www.dance_@ Yahoo.com 2.38-39 www.dance_@ Yahoo.com 2.38-39

Gb. 3.55 Sequence Gb. 3.56 Qulinte

www.dance_@ Yahoo.com 2.38-39

Gb. 3.57 Tari Flash Time

Gb. 3. 58 Bratasena
www.dance_@ Yahoo.com

www.dance_@ Yahoo.com

Gb. 3. 59 Cinta Bunda


197

www.dance_@ Yahoo.com 2.38-39

Gb. 3. 60 Squestrall (Internet)

3.7. Tari Berdasarkan Orientasi Peran Fungsi di Masyarakat

3.7.1. Tari Upacara

Tari jenis ini perbedaannya ditentukan berdasarkan pada kebutuhan


spirit manusia pendukungnya. Peran yang ada lebih diarahkan untuk
pernyataan maksud dari masyarakat yang bersangkutan. Tari jenis ini lebih
dominan untuk mendekatkan pada bentuk upacara yang sakral.

3.7.1.1 Tari Adat

Tari Adat adalah berhubungan pernyataan maksud masyarakat


kaitannya dengan peri kehidupan sosial sehari-hari dari masyarakatnya. Tari
upacara adat terkait dengan banyak macam motif adat yang disakraklan pada
penyelenggaraan tertentu dan dalam momen tertentu pula. Konsekuensi logis
yang diyakini meniadakan akibat yang bakal dilakukan.
Beberapa contoh Tari Upacara Adat adalah Bedhoyo 5 dan Bedhoyo
Ketawang 9 (penobatan Raja sesuhunan dalem), Gambyong, Karonsih, dan
Gatutkoco Gandrung(Adat Perkawinan), Kuda Lumping, Jatilan (seni
tontonan rakyat). Tari jenis ini juga digunakan untuk prosesi lamaran penang
menantu. Raupe Soran merupakan tari yang digunakan dalam upacara jelang
mengikat perkawinan. Ngalage, Tayub, Sablang sebagai sara untuk panen
akbar atau petik padi.
Tari Sekapur Sirih untuk penyambutan tamu agung dan tari Rangguk
(Jambi) tari untuk persembahan kepada tamu biasa. Ke 2 tarian tersebut
merupakan tari yang lazim dan banyak terdapat di daerah lain pada kapasitas
penyambutan tamu saja.
198

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.61 Sekapur Sirih Gb.3.62 Rangguk

Bengkulu: tari Massal Andun, tari Massal Kijjai, tari Gandai, tari
Sekapur Sirih, tari Bidadari, tari Tabot (untuk penyambutan tgl 1 – 10 bulan
Muharam)., tari Kain, tari Karan merupakan tari hiburan Bengkulu selatan
ditarikan remaja putri. Tari Keris, Tari Kikuk.

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt

Gb. 3. 63 Tabot

Lampung memiliki budaya batas. Posisi geografis sangat


menguntungkan. Hal ini ditengarai adanya transformasi tari dari Jawa ke
Lampung. Ini menjadi pijakan gaya tari tidak dapat dihindari. Tari-tarian yang
berkembang di sini antara lain tari Cangget tari putri dengan repertoar
mendemonstrasikan gerakan jari dengan property Cangget. Ayunan Tangan,
Gerakan geser kaki digunakan sebagai pola komposisi tari Tari Badana tarian
199

pria sebagai ungkapan selamat datang. Tari Babarau (Cemeti) digunakan


sebagai tari adat untuk melakukan pinangan kepada mempelai putri dengan
property cemeti. Gerak dinamis antara gerak patah-patah pada kaki dan
tangan serta gerak pencak. tari Batin, tari Melinting, tari Lepas. Tari Arus, Tari
Bebe.

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3. 64 Ngelajau Gb. 3. 65 Agon Yamuniku

Jawa Barat: Tari Kalana Topeng (Cirebon) adalah tari klasik dari
kasunanan cirebon. Komposisi tari pada tahun 1912 oleh Cik Anggar Resmi.
Tari Merak, Tari Topeng, Tari Capang, Tari Dewi, Tari Doger, , Tari
Kandagan, Tari Kembang Puray, Tari Keris, Tari Ketuk Tilu, Tari Longser,
Tari Candra dewi, Tari Keurseus.

Sumber www.dance@yahoo.com

3.66 Tari Merak


200

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

3.67 Bodoran 3.68 Tari Merak

Jakarta; Tari Cokek adalah tarian tradisi Betawi yang terdiri dari
Topeng depan, topeng Cantik, serta Topeng Angga. Tarian ini merupakan
bentuk penggambaran karakter topeng. Tari Blenggo, Tari Ronggeng, Tari
Topeng Gong, Tari Ngarojeng, Tari Gong, Tari Tayub (Nayub). Di Bawah ini
Tari Topeng Gong dalam 2 bentuk yakni Kreasi Baru dan Pertunjukan
Topeng serta Garapan Kreasi Baru.

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ
Gb. 3. 69 Topeng Gb. 3. 70 TeaterTopeng

Sumber Koleksi DepBudPar Sumber Koleksi GNP TMII Jkt


Gb. 3. 71 TeaterTopeng Gb. 3. 72 Nyi Kembang
201

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.73 Tari Tebal Gempita Gb. 3.74 Tari Bahauran

Sumber Koleksi Kusnadi Sumber Koleksi Kusnadit

Gb. 3.75 Tari Trunajaya Gb. 3.76 Tari Topeng

Tari Topeng dan Trunajaya (Bali) tari klasik garapan tari berorientasi dari
keraton.
Koleksi Kusnadi (2.40-41) dan Internet

Jawa Tengah: Tari Srimpi 5, Tari Srimpi 9, tari Bondan, tari Golek,
Tari Karonsih, Tari Lawung, Tari Retnosari, Tari Panji, Tari Saptoretno, Tari
Surenglaga, Tari Bondoyudo, Tari Anoman Kataksini, Tari Bondoboyo, Tari
Kridohumangsah, tari Rantoyo, Tari Menak Koncar, Tari Menak Jinggo
Dayun.
202

Sumber Koleksi Pribadi

Gb. 3.77 Gumyak Banyumasan ( Pribadi )

Sumber Koleksi Pribadi Sumber Koleksi Jurusan tari UNJ

Gb. 3.78 Dolalak Gb. 3.79 Gambyong

Yogyakarta: tari Bedhoyo, tari Srimpi, tari Golek Lima, adalah tari
tradisional Kalsik yang digunakan untuk upacara tertentu. Pertunjukan tidak
sembarang orang dapat melihat. Tarian ini biasanya terkait dengan upacara
ngasung atau jengkar Sinuwun Dalem (Raja turun keprabon bertemu rakyat
di peringgitan). Tari Menak(Klasik) gaya gerak dengan laku dodok/jongkok.
Pergelaran di Pendopo. Konsep dan mode garapan Langendriyan dan
berperan dengan melalui tembang. Tari dll.
203

Sumber Koleksi Pribadi Sumber Koleksi Pribadi

Gb. 3.80 Tari Gagahan Gb. 3.81 Klono Topeng

Kedua karakter tari ini adalah gagahan. Gaya tari Yogya lebih menekankan pada angkatan
kaki berciri lurus untuk perpindahan tempat dengan cara merendahkan kaki tumpuan.

Jawa Timur memiliki beberapa khasanah tari seperti Tari Ngremo,


Tari Topeng (Madura), tari Bapong, tari Jejer. Tari Atandak, Tari Embat-
embat, Tari Emprak (tari putra/putri berpakaian wanita, pertunjukan secara
berkeliling, berperan seperti Tledek atau Ledek.

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt

Gb. 3.82 Mbya (gaya tari Madura)


204

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.83 Tari Warok Gb. 3.84 Tari Ngremo

Sumber www.dance@yahoo.com

Gb. 3.85 Ngremo


Kedua gambar tari Ngremo di
atas menunjukkan perbedaan
konsep koreografinya. Gb. 3.
84 di Mal dan 3.85 di
Proscenium Stage

Tari Bali merupakan jenis tari tradisional yang paling ekspresif pada
sebagaian banyak jenis tariannya. Hanya pada jenis tarian upacara saja yang
membutuhkan penghayatan tari berdasarkan situasi fungsi tari dipergelarkan.
Pada tari-tarian Bali unsurekspresi mata (sledet dan panajam), penghayatan
topeng denga penyesuasian karakternya, serta kebutuhan untuk upacara
adat sangat bergantung situasi tari dipergelarkan.
Tari Bali merupakan tari tradisional yang didominasi tarian ekspresif.
Tari-tarian Bali merupakan cermin masyarakat Bali yang dinamis. Pernyataan
205

kehendak dan karakter musik dan tarinya mencerminkan dinamisasi jaman


yang terus menerus berkembang. Hal ini di alami oleh masyarakat Bali.

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3. 86 Topeng Rangde (BudPar) Gb. 3. 87 Manukrawa (BudPar)

Sumber Koleksi Pribadi Sumber Koleksi Kusnadi

Gb. 2.88 Oleg Tabulilingan(UNJ) Gb. 2.89 Trunajaya (Kusnadi)


206

Nusa Tenggara Timur memiliki khasanah tari yang antara lain


seperti di bawah ini. Tari Lenda Nusa Malole, Tari Likurai, Tari Padoa, Tari
Carana, Tari Soka Papak, Tari Ana Keka, Tari Bial Tojong, Tari Bidu, Tari
Danding, Tari Deda Lolon, Tari Dio doe, Tari Elilola, Tari Kabana, Tari Kadhi
Sago Alu, Tari Kataga tari tradisional putra yang terdiri dari gerakan hentakan
kaki & tangan. Tari Kei dll

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.90 Abike Anuku ( GNP TMII )

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.91 Abike Anuku ( GNP TMII )

Nusa Tenggara Barat memiliki banyak tarian yang antara lain


terdiri dari Tari Udeg, Tari Gandrung, Tari Nuri, Tari Kanja, Tari Lenggo, Tari
Angin Alus, Tari Ayam Karata, Tari Cilo, Tari Dadara Nesek, Tari Dalata, Tari
Katubu.
207

Sumber Koleksi Pribadi

Gb. 3.92 Katubu ( Anjungan TMII )

Sulawesi Utara: tari Lenso tari berpasangan muda-mudi, ditarikan


pada saat pesta dan bulan purnama. Tari Kabela aalah tari penghormatan
tamu agung daerah, dilakukan kelompok gadis. Tari Maengket, tari
Turutenden, tari Kebesaran. Tari Kaka Lumpang tari hiburan rakyat di SulUt.
Tari Kartili tarian hiburan rakyat Sulut.

Sumber Koleksi Pribadi Sumber Koleksi Pribadi

Gb.3.93 A dan 3.94. B Pamilau

Sulawesi Tengah: Tari Dabang adalah tari upacara mengasah


gigi, kitanan, serta penobatan putri masa akil balig. Tari Kandasara adalah
tari ritual penghalau setan. tari Ana Tete, Tari Banggai, tari Ando-ando. Tari
Pemontes, tari Maka Anding, Tari Peule Cindi, Tari Anitu, Tari Arum Piju,
208

Tari Ei-Ei, tari Assay, Tari Basalonde, Tari Dopalak, Tari Kandai Patangaya,
Tari Langko, Tari Luminda dll.

Gb. 3.95 Assay (Pemda Sulteng)

Sulawesi Tenggara: tari Lense (menceritakan kehidupan laut), tari


Linda, tari Lumunse, tari Mombesara, tari Dinggu, Tari Dero, Tari Kalegoa tari
pingitan gadis Sul Teng, gadis akil balig harus menarikan tari ini. Tari
Salonde, Tari Kancara, Tari Katumbu, Tari Lumanse, tari Mangaro, Tari
Modero, Tari Moana, Tari Modelusi, Tari Moese,Tari Moleba, Tari Morasa,
Tari Morengku, Tari Motaro dll.

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.96 Lanunse ( GNP TMII ) Gb. 3.97. Lanunse ( GNP TMII )

Tari dari Sulawesi Selatan terdiri dari Tari Losa-losa, Tari Mak
Bandong, Tari Mak Jekne-jekne, Tari Mak Randing, Tari Maklatu Kopi, Tari
Makrencong-rencong, Tari Maluyya, Tari Malemmo, Tari Manganeng, Tari
Mangayo, Tari Mangandak, Tari Mappacci, Tari Marrelau Pammase Dewata,
dll
209

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.98 Pakarena (Mujiati) Gb. 3.99 Pakarena UNJ

Kalimantan Timur: tari Belian adalah tari untuk menyembuhkan orang


sakit. Ditarikan pada masa paceklik, oleh 4 wanita, 1 orang lelaki(pawang).
Gerak kaki tangan bebas kadang berputar seperti gangsing.Tari Anggo, Tari
Gantar, tari Perang, tari Hudok, Tari Belahong, Tari Belaong, Tari Bekuku,
Tari Bejo Ujo, Tari Burung Enggang, Tari Datun dll.

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.100 Perang (TMII) Gb. 3.101 Jipeng Rebana

Kalimantan Selatan: tari Tirik Lalan, tari Japin Sigan, tari Topeng
Panji, tari Gandut, Tari Mantang, Baksa (Ajaran,
Tameng,Tumbak),TariBogam, Balian Bukit, Tari Bogam.
210

Sumber Koleksi Anj TMII Jkt

Gb. 3.102 Perang (TMII)

Kalimantan Tengah: tari Giring-giring, tari Mandau Talawang dan


Kapuas, tari Manjuluk Sipa, tari Kinyah Bawi, tari Boleong Dadah, Tari
Tambung, tari Kinyah Pampulu, Tari Banggai, Tari Badeder, Tari Bahala, Tari
Balian Bawo, Tari Bukung, Tari Kangkurung, Tari Kanjan, Tari Karaenta, Tari
Kinyah DanumK Kalimantan Barat: tari Capin Tari J

Sumber Koleksi Anj. TMII Jakarta

Gb. 3.103 Giring-giring(TMII)


211

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.104 Giring-giring (UNJ)

Maluku: tari Caka Lele, tari Lenso, tari Mutiara, Tari Dendang Dilale,
Tari Denge-denge, Tari Dodobol, Tari Maru Putih, Tari Mabileose, Tari Due.

Sumber Koleksi DepBudPar Sumber Koleksi GNP TMII Jkt

Gb. 3.105 Tuan Pamekik Gb. 3.106 Tari Bambu Gila

Kedua gambar ini menunjukan konsep garapan tari upacara berupa pengukuhan kepala adat.

Irian Jaya/: tari Yospan, tari Wor, tari Dombe., Tari Aluyen, Tari
Aniri, Tari Aya Nende, Tari Det Pok Mbui, Tari Dow Mamun, Tari Etol, Tari
212

Kampu, Tari Meitoro Meisawe,Tari Mbis Pok Mbui, Tari Meto, Tari Ndi, Tari
Mooni dll.

Sumber Koleksi Anj TMII Jakarta

Gb. 3.107 Mbui Dong Po

Sumber Koleksi GNP TMII Jakarta

Gb.3.108 Ndaitita

3.7.1.2. Tari Agama

Tari upacara Agama adalah tari yang diyakini memiliki karismatik


khusus, apabila tidak dilaksanakan akan berdampak kepada peri kehidupan
selanjutnya. Tari upacara agama memiliki tradisi khusus dilaksanakan dalam
konteks yang berhubungan dengan pernyataan penghayatan keagamanan
dimana mereka lebih asyik apabila melakukan dengan penghayatan dalam
213

dan bersifat memuja, mengkultuskan, dan penghayatan persembahan secara


total.
Di bali banyak tari jenis keagamaan digunakan sebagai pernyataan
maksudnya. Tari yang ada antara lain meliputi tari Pendet, Rangde, Rejang,
Keris, Pasraman, Gabor, Ngaben untuk acara kematian.

Sumber Koleksi GNP TMII Jkt Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3. 109 Tuan Pamekik Gb.3. 110 Kecak

Gb. 3. 111 Sekapur Sirih (UNJ)

Daerah Jambi memiliki tari tradisional Sekapur Sirih (tari untuk


penyambutan tamu Agung dan pejabat daerah yang hadir ke Jambi. Tari
tersebut banyak digunakan untuk penyambutan tamu terhormat. Di sisi lain,
Tari Joget Batanghari adalah tarian berpasangan, biasanya dilakukan
sebagai ungkapan kebahagian bersama, maka tari ini berbentuk tari
sosial.Tari Dana Sarah adalah tari menangkap ikan tari Angguk, tari Depan
Tulang Belut, tari Kipas Perentah, tari Sauh, , tari Gunjing, tari Mandi Taman,
Tari Kain, tari Kelit Lang, tari Kepak Balam dll.
214

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.112 Sekapur Sirih Gb. 3.113 Rangguk

Dalam rangka pengembangan asset tari untuk kalangan tertentu tari ini dapat
dikemas untuk konsumsi pariwisata. Hal ini dapat dilakukan apabila sepakat
untuk tidak meninggalkan akar budaya tradisi budaya tari ini, mengingat tari
ini sudah banyak dikenal kalangan.

3.8. Tari Berdasarkan orientasi Artistik


Tari berdasarkan orientasi artistik lebih menekankan kepada bentuk
tari yang menonjolkan penggarapan seni atau estetis secara fulgar. Tarian
jenis ini menjadi milik rakyat, istana, dan primitif. Tari-tarian tersebut telah
diuraikan pada penjelasaan terdahulu. Selanjuynya, tari-tarian lain terdiri dari
jenis tari-tarian sebagai berikut:

3.8.1. Tari Balet

www.dance_@ Yahoo.com

Gb. 3. 114Time Load


www.dance_@ Yahoo.com

Gb. 3. 115 sequence


215

www.dance_@ Yahoo.com

Gb. 3. 116 Squarel

www.dance_@ Yahoo.com www.dance_@ Yahoo.com

Gb. 3. 117 All Fine Gb. 3. 118 Time Load

Perhatikan ketiga gambar di atas menunjukan tari Balet asal Amerika (Ketiga piñata tari
dari Amerika).
Sumber: Buku Modern Dance William Dowoo
216

3.8.2. Musical Dance

Jenis tari ini terdiri dari tarian yang dipentaskan secara kolosal.
Biasanya merupakan bentuk pertunjukan tari yang dipentaskan berbentuk
kebersamaan antara penari dan masyarakat urban yang bergabung di
dalamnya.

Sumber Koleksi Anj TMII Jakarta

Gb. 3.119 Ebegan

3.9. Fungsi Tari


Pada dasarnya semua aktivitas yang dilakukan manusia adalah untuk
memebuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang erat hubungannya dengan
pemenuhan sentuhan estetis adalah melalui kegiatan berkesenian. Salah
satu cabang kesenian dalam pembahasan di sini adalah seni tari.
Peranan seni tari untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah
dengan melalui stimulan individu, sosial, dan komunikasi. Kedua fungsi
individu dan sosial merupakan ekspresi jiwa manusia. Dengan demikian tari
dalam rangka memenuhi kebutuhan idividu dan sosial merupakan alat yang
digunakan untuk penyampaian ekspresi jiwa dalam kaitan dengan
kepentingan lingkungannya.
Oleh karena itu, tari dapat berperan sebagai pemujaan, sarana
komunikasi, dan pernyataan batin manusia dalam kaitannya dengan ekspresi
kehendak. Dengan demikian tari apat sekaligus menjadi kendaraan
mengekspresikan keinginan, pernyataan maksud, dan tujuan tertentu yang
mendatangkan kepentingan sosial secara total. Dalam kaitan dengan itu,
secara umum dapat digarisbawahi bahwa fungsi tari dapat bertujuan sebagai
217

pemujaan, sarana komunikasi, persembahan, dan perwujudan kehendak


yang diungkapkan sehubungan dengan ekspresi kebutuhan yang mendesak
pada diri manusia.
Secara garis besar Soedarsono mengelompokan fungsi seni tari ke
dalam seni pertunjukan dapat dikelompokan menjadi tiga sebagai berikut:

3.9.1. Tari sebagai sarana Upacara

Fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi


yang ada di dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun temurun
dari generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini, di mana berfungsi
sebagai ritual. Tari sebagai sarana upacara ritual harus diselenggarakan
pada saat tertentu disertai berbagai sesaji pada situasi atau tempat tertentu
pula.
Setiap upacara selalu dilengkapi dengan tari-tarian, bunyi-bunyian
guna menambah kesakralan dan menghadirkan daya magis, dalam peristiwa
penting kehidupan yang diikuti dengan sesaji. Seperti panen atau potong padi
sebagai ungkapan terima kasih berkaitan dengan peristiwa kelahiran,
kesuburan, perkawinan, keagamaan, dan adat.

Tari-tarian ini memiliki ciri-ciri adalah sebagai berikut:


1. Hidup dan berkembang dalam tradisi yang kuat, sebagai sarana untuk
persembahan,
2. Sebagai sarana memuja dewa (keagamaan) yang berarti bersifat
sakral,
3. Bersifat kebersamaan dan diulang-ulang.
Di bawah ini beberapa contoh tari-tarian yang difungsikan dalam
berbagai upacara agama, adat di suatu daerah sebagai berikut:

Asal
No Tarian Keagamaan Adat Kehidupan
daerah
1 Pendet Bali
Rejang
Keris
Pasraman
Gabor
Ngaben Kematian

2 Ndi Irian
jaya
Mbis
Ura Cuaca
buruk
Nelayan Cuaca
buruk
218

Raupe Pinangan
Saran Berburu

3 Tor-tor Sumut
Gandal

4 Sapu Maluku
Buluh Gita
Wani Kelahiran
Walone Kelahiran

5 Pagellu Sulsel
Mapaliang Kematian

6 Ngalage Jabar Panen


Tayub Panen

7 Sablang Jatim Panen

8 Hola Ana NTT Kelahiran


Dodoka Perkawinan
Doo Perkawinan
Lego-lego Perkawinan
Ledo/Tawu Perkawinan

10 Prisen NTB Akil Balik

11 Bedhoyo 5 Jateng Penobatan


dan 9
Bedhoyo Penobatan
Ketawang
Gambyong Perkawinan
Karonsih Perkawinan
Gatutkoco Perkawinan
Gandrung
Kuda Bersih
Lumping Desa
Jatilan Bersih
desa

12 Bedhoyo DIY Penobatan


semang

Tabel 3.2 Hubungan tari dengan aktivitas manusia


219

Tugas untuk kamu, coba masukan ke golongan mana tari-tarian ini


dikelompokan. Tari-tarian tersebut adalah tari Penyambutan, tari Gembira,
tari Perang, tari Bebodoran. Tari Rangde, tari Kecak.

3.9.2. Tari Sebagai Sarana Hiburan

Salah satu bentuk penciptaan tari ditujukan hanya untuk ditonton. Hal
ini berhubungan dengan tari untuk memenuhi konsumsi publik saja. Oleh
sebab itu, dalam penyajian terkait dengan berbagai kepentingan terutama
dalam kaitannya dengan hiburan, amal, atau bahkan untuk memenuhi
kepentingan publik dalam rangka hiburan saja.

Sumber Majalah Myung Hui www.dance_@ Yahoo.com

Gb. 3.120 Hung Myung Gb. 3.121 Squarel

Sumber Jurusan tari UNJ

Gb. 3.122 Baris


220

www.dance_@ Yahoo.com 2.38-39

Gb. 3.123 Cinta Bunda (Koleksi Farida Faisol)

www.dance_@ Yahoo.com 2.38-39

Gb.3.124 Fatamorgana (Interbet)

Sumber Koleksi Jurusan Tari UNJ

Gb. 3.125 Manuk Rawa (Jurusan Tari UNJ)


221

3.10. PRODUKSI TARI


Pada tahap produksi peserta didik diarahkan untuk melahirkan
kreativitas seni berdasarkan pengalaman dan kegiatan berkarya dalam
hubungannya dengan kognitif (pengetahuan, estetika dan keterampilan
mengungkapkan (psikomotor), sosial yang dilakukan melalui kesadaran
berekspresi. Teknik memperagakan kreatifitas yang dilakukan diharapkan
dapat menganalisis bentuk seni sesuai dengan tema atau ide yang
diamati dan dikritik melalui media cetak, tulis, dan diskusi.

Persentasikan hasil temuan kamu di depan teman-teman, lalu peragakan


gerakan yang kamu dapatkan.

x Tentukan tema yang kamu pilih, coba jelaskan latar belakang, fungsi,
tujuan, seni tari.
x Amati seluruh penyajian, bentuk seni tari yang berkembang di daerah
asal kamu.
x Coba analisis, tingkat persepsi pengetahuan, pengertian, analisis,
penilaian, apresiasi sampai keutuhan produksi.
x Kemungkinan masalah lain yang dapat muncul akan ditemukan.
Marilah kita tulis melalui kritik yang membangun.
x Lebih lanjut dalam laporan kamu harus melatih, mencipta,
menginterpretasikan, mencatat dan mendisain budaya dan seni yang
terjadi di masyarakat. Sehingga pengetahuan dan keterangan kamu
dapat digunakan untuk menentukan peserta didik lain mengajarkan
kritik seni secara proporsional.

Gagasan

Gagasan akan berakitan dengan tema tari yang akan diungkapkan


menjadi suatu pesan atau makna tari. Keunikan gagasan dapat dilihat dari
unsur gerak yang terdiri dari :
a. Gerak Murni
Gerak murni dalam istilah Jawa disebut dengan terak tidak wantah,
merupakan gerak yang disusun semata-mata untuk mendapatkan
bentuk artistiknya saja.

b. Gerak maknawai
Gerak maknawi adalah suatu gerak tari yang dalam pengungkapannya
mengandung suatu pengertian atau maksud di samping keindahan-
nya
222

c. Gerak asimetris
Gerak yang disusun terdiri atas gerak-gerak yang tidak memiliki
keseimbangan atau sebangun, baik ruang maupun desainnnya.

d. Gerak simetris
Gerak yang disusun terdiri atas gerak-gerak yang sebangun, baik
ruang maupun desainnya.

Keunikan gagasan dapat pula dikembangkan dari ide-ide yang orisinal


berdasarkan pengekspresian diri. Pengekspresian pada tari dapat melalui
pijakan gerak yang tidak dimiliki tarian lainnya akan memunculkan
kekhasan. Kekhasan tersebut dapat dilihat dari :

3.11. Dasar pijakan

Suatu bentuk tari akan terkait dengan salah satu dasar pijakan, sebagai
sumber pengayaan dalam proses penciptaan.

1. Pijakan Tradisi
Tari tradisi adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang dalam suatu
masyarakat yang kemuian diturunkan atau diwariskan secara terus
menerus dari generasi ke generasi. Artinya tarian tersebut masih
sesuai dan diakui oleh masyarakat pendukungnya. Segala bentuk tari
tradisi dapat merupakan sumber, dapat pula merupakan bahan untuk
dipikirkan, diolah dan digarap, sehingga melahirkan bentuk-bentuk
baru. Suatu bentuk tari terkadang digarap berdasarkan pijakan tari
tradisi, sehingga akan menghasilkan bentuk tari yang baru setelah
melalui proses pengkomposisian.

2. Pijakan Gaya
Keseluruhan yang dijadikan dasar bagi orang untuk menandai identias
mereka terdiri dari sesuatu yang disebut dengan gaya (style). Gaya
dalam tari tersusun dari simbol-simbol, bentuk-bentuk dan orientasi-
orientasi nilai yang mendasarinya.

Di bawah ini merupakan skema pengembangan keunikan gagasan yang


awalnya hanya dimulai dari anggota tubuh, namun apabila dipraktikan
hasilnya merupakan keunikan gerak yang terdapat dalam tari Zapin.
223

Sumber : Koreografi : Pengantar Apresiasi Seni Tari

Gambar 3.12.6. Skema Keunikan Gerak dalam Tari Zapin

Keterangan gambar: Diawali dengan Tubuh kemudian dari tubuh


dikembangkan menjadi bagian badan (dikembangkan gerak membungkuk-
berdiri tegap-doyong), bagian kepala (dikembangkan gerak mengangkat
dagu-menggeleng-mengangguk-mendongak), bagian kaki (dikembangkan
gerak jinjit-berjalan-berlari-bersimpuh), bagian tangan (dikembangkan gerak
mengepal-menangkis). Selanjutnya dikombinasikan antara gerak badan
(membungkuk) - kepala (mengangkat dagu) - tangan (mengepal) - kaki
(berjinjit). Apabila dilakukan berulang-ulang dengan hitungan bervariasi,
maka akan terbentuk ragam gerak seperti tari Zapin. Dari imajinasi ini
kemudian ditarik suatu tema yaitu "langkah Zapin".

Keunikan gagasan yang dapat diambil sebagai tema dari karya-


karya tari di nusantara dapat diangkat :
a. Tema lingkungan dan alam sekitar, seperti gerak-gerak angin bertiup,
pohon bergoyang, air yang mengalir di sungai, berkaitan dengan
perburuan, mata pencaharian (nelayan, pertanian, dsb)
b. Tema logika matematika, seperti gerak tangan yang membentuk
bermacam-macam sudut, komposisi kelompok dengan permainan
jumlah penari atau menggunakan pola soal cerita matematika.
c. Tema kehidupan sehari-hari, seperti bermain peran, jenis permainan
anak yang biasa dilakukan (dolanan), dsb.
d. Tema dengan menggunakan properti, di mana properti dapat sebagai
pendukung tari untuk mengekspresikan gerak, seperti bermain tali/pita,
kentongan, tempurung, payung, topeng, dsb.
224

TES FORMATIF
BAB III

Pilihlah jawaban yang paling tepat

1. Gerak yang ritmis, selaras dengan bunyi musik ....


a. Tari
b. Pantomim
c. Gerak
d. Olah tubuh

2. Gerakan tari dapat diistilah sebagai bahasa ....


a. Bahasa visual
b. Bahasa kinestetik
c. Bahasa plastis
d. Bahasa verbal

3. Kegiatan mengeksplorasi kreativitas seni di dalam tari disebut sebagai ....


a. Produksi
b. Koreografi
c. Komposisi
d. Ekspresi

4. Tari Cokek (Betawi) adalah termasuk golongan tari ....


a. Tari adat
b. Tari klasik
c. Tari tradisi
d. Tari garapan

5. Sebuah tarian yang memiliki gerakan bermakna pesan, dalam istilah tari
disebut....
a. Gerakan maknawi
b. Gerakan ragawi
c. Gagasan
d. Garapan

6. Esensi keindahan dalam tari dapat dilihat pada....


a. Kostum
b. Tata rias
c. Musik
d. Gerak
225

7. Gerakan tangan pada gerak dasar tari India disebut....


a. Nguyi
b. Trisik
c. Klieu
d. Goyang plastik

8. Wirasa, wirama, wiraga adalah istilah ....


a. Kemampuan tari
b. Unsur-unsur tari
c. Penjiwaan tari
d. Komposisi tari

9. Ciri khas gerak mata tari Bali yang ekspresif diistilahkan dengan...
a. Sledet
b. Nandak
c. Trisik
d. Ngigel

10. Gerak tari berlari-lari kecil dalam tarian Jawa diistilahkan dengan....
a. Sledet
b. Nandak
c. Trisik
d. Ngigel

II. PERTANYAAN

1. Bagaimana pendapat kamu tentang seni, uraikan dan analisis latar


belakang, pola penyajian, tema, ide, musik, tata rias, stage, pola
lantai, jumlah penari?

2. Diskusikan dengan teman, buat laporan dan hasil pengamatan


hubungannya dengan seni tari tradisional, seni tari non tradisional.
Amati gerak dan pendukung lainnya.
Bab 4
Seni Teater
Mengapresiasikan Karya Seni Teater

APRESIASI
x Pengertian Teater
x Latihan Akting
x Istilah Dalam Teater
x Unsur-unsur Lakon Teater
x Unsur-unsur Pementasan
x Pembuatan Naskah
EKSPRESI
x Mempersiapkan Pementasan
Drama
228

BAB IV
SENI TEATER

4. Sejarah Teater
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang
berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog)
dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik
itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian,
penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus
membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis
pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini
didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang
hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk
memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan
para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang,
bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita
yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih
menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan,
sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini
kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah
teater.

4.1 Mengapresiasikan Karya Seni Teater

Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya


Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam
peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat-tingkat hidup, siklus hidup
(kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah
mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk
dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang
ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ?
bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
229

4.2 Pengertian Teater


x arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan
orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap,
reog, band dan sebagainya.
x arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan
media : percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor,
didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan
tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang
diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan
unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan
tentang kehidupan manusia.

Unsur-unsur teater menurut urutannya :


• Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
• Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi
dan gerak rupa)
• Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
• Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
• Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
• Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)

Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara
manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur –unsur penunjang dan
penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala
macam pernyataan seni.
230

Sumber :Dok.Pribadi ( Foto istimewa)

Gambar 4.1 Pertunjukan Teater sanggar KITA Bandung, Judul : Orang Baru, Karya : Saini KM,
Sutradara : Yoyo C Durachman, Merupakan salah satu pertunjukan tater yang menggunakan
semua unsur teater misalnya tubuh, grak, rupa, suara, bunyi/musik
dan cerita atau lakon

4.2.1. Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya :


a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan
pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh
kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi.
Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.

Sumber : Video Teater PSN (foto Istimewa)

Gambar 4.2 Pertunjukan teater rakyat tradisional Ludruk yang hidup dan berkembang di
daerah Jawa timur
231

b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan


keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk
lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita
berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-
dewa . Contoh : teater Wayang

Sumber : Video Teater PSN (foto Istimewa)

Gambar 4.3 Pertunjukan Wayang Golek, yang merupakan salah satu kesenian
masyarakat Jawa Barat, yang merupakan bentuk teater yang berasal dari keraton

c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom


bentuk rakyat dan keraton . teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang
timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam
masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru , sebagai
fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.

Sumber : Dok. Pribadi (foto Istimewa)

Gambar : 4.4 Pertunjukan komedi antar pulau dengan lakon ”cinta robot” ini
merupakan salah satu pertunjukan teater masyarakat urban dimana
pertunjukannya menampilkan permasalahan masyarakat urban dengan budaya
yang heterogen(beragam) sesuai dengan asal masyarakat pendukungnya.

d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia


bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya
terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang
232

tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang


yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada
teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk
teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.

Sumber : Dok. Pribadi ( Foto Istimewa)

Gambar 4.5 Pertunjukan Teater Kontemporer yang menggunakan bahasa ungkap ekspresi
gerak dengan judul ”Pramuwisma stories”.
Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang
tumbuh dan berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih
bertahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya
dengan budaya agraris (bertani) yang tidak lepas dari unsur-unsur ritual
kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai
menanam padi harus diadakan upacara khusus untuk meminta bantuan
leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari berbagai
gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka
dilaksanakan upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup
seseorang (kelahiran, khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll)
selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan
berupa tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara, tata cara yang unik
dan menarik.
Teater rakyat adalah teater yang hidup dan berkembang dikalangan
masyarat untuk memenuhi kebutuhan ritual dan hiburan rakyat.

4.2.2 Fungsi – Fungsi Teater Rakyat

Fungsi – Fungsi Teater Rakyat :


1. Pemanggil kekuatan gaib
2. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat terselenggaranya
pertunjukan
3. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat.
233

4. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan


kegagahan maupun kepahlawanannya.
5. Pelengkap Upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat
hidup seseorang.
6. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu.
7. sebagai media hiburan.

Ciri-ciri umum teater rakyat diantaranya :


1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah,
dongeng, mitologi atau kehidupan sehari-hari.
2. Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian
3. Unsur lawakan selalu muncul
4. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu
adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus yaitu tertawa dan
menangis.
5. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional .
6. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab bahkan
terlibat dalam pertunjukan dengan berdialog langsung dengan
pemain.
7. Mempergunakan bahasa daerah.
8. Tempat Pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton)

Sumber : Video Teater PSN (foto : Istimewa)

Gambar 4.6 Pertunjukan teater arja di Bali, merupakan salah satu contoh teater rakyat
yang masih hidup dikalangan masyarakat Bali. Teater berfungsi sebagai salah satu
upacara keagamaan
234

4.3 Seni Peran

Sumber : Dok. Pribadi (foto :Hermana HMT)

Gambar 4.7 Pertunjukan “Kekawen Kawin” karya Nikolai Gogol, STB, Sutradara Yusep
Muldiyana. Dalam pertunjukan ini kekuatan pemeranan dari masing masing aktor sangat
ditonjolkan untuk menampilkan daya tarik pertunjukan secara keseluruhan.

Kekuatan utama yang menjadi daya tarik sebuah pertunjukan teater adalah
akting atau tingkah laku para pemain dalam memerankan tokoh yang sesuai
dengan tuntutan karakter dalam naskah. Kekuatan inilah yang akan menjadi
magnit , bagus , menarik ,indah, punya kekuatan atau tidak berkarakter, tidak
menarik bahkan membosankan akan menentukan penonton bertahan
tidaknya ditempat duduknya. Virtuositas adalah kekuatan atau daya tarik
seniman yang dilahirkan dari keterampilan,kecerdasan serta pendalaman
sepenuh hati dan jiwa pada karya yang ditampilkan, sehingga menimbulkan
rasa empati dan simpati bagi yang melihatnya.

Untuk tampil bagus dan menarik dipanggung teater,seorang aktor harus


menguasai berbagai tehnik dan keterampilan seni peran. Seperti dikatakan
oleh stanislavsky, seorang aktor harus menguasai olah tubuh, vokal, dan
harus mempunyai daya konsentrasi, imajinasi, fantasi, observasi serta
mempunyai kecerdasan, wawasan, pengetahuan yang luas tentang berbagai
hal dalam kehidupannya. Sehingga ketika sorang aktor membawakan peran
tokoh dalam sebuah pementasan akan tampil dengan kedalaman karakter
yang indah, menarik dan penuh penghayatan yang sesuai dengan tuntutan
naskah pertunjukan.

Pemahaman mengenai karakter ini adalah penggambaran sosok tokoh peran


dalam tiga dimensi yaitu keadaan fisik, psikis dan sosial.
235

Keadaan fisik meliputi ; umur, jenis kelamin,cirri-ciri tubuh, cacat


jasmaniah,cirri khas yang menonjol,suku bangsa, raut muka, kesukaan,
tinggi/pendek, kurus gemuk, suka senyum/ cemberut dan sebagainya.
Keadaan psikis meliputi ; watak, kegemaran, mentalitas,standar moral,
temperamen,ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosi dan
sebagainya.Keadaan sosiologis meliputi ; jabatan, pekerjaan, kelas sosial,
ras, agama, ideologi dan sebagainya, keadaan sosiologis seseorang akan
berpengaruh terhadap prilaku seseorang, profesi tertentu akan menuntut
tingkah laku tertentu pula. Pencapaian seorang aktor dalam mewujudkan
sosok peran sesuai karakter ini juga ditentukan oleh pengalaman dan
kepekaannya dalam menghayati kehidupan serta pengalaman tampil dalam
berbagai pementasan.

WS. Rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber


gaya yaitu aktor atau bintang, sutradara, lingkungan dan penulis. Aktor atau
bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan
oleh pemain-pemain kuat yang mengandalkan kepopuleran, kemasyuran ,
ketampanan atau kecantikan atau daya tarik sensualnya. Pemain bintang
akan menjadi pujaan penonton dan akan menyebabkan pementasan berhasil
. jika yang dijadikan sumber gaya adalah actor dan bukan bintang maka
kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton . aktor harus
menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna
menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh
sebagai jiwa sendiri.

Sumber : Dok.Pribadi (Foto Bedeng Siregar)

Gambar 4.8 Pertunjukan Teater “Pelajaran” Karya Ionesco Sutradara : Deden Rengga
Dalam pertunjukan ini semua pemain harus menguasai tehnik akting yang memadai
untuk mewujudkan peran yang sesuai dengan tuntutan naskah.
236

4.4 Akting

Ajaran akting menurut Boleslavsky dalam buku Enam Pelajaran Pertama


Bagi Calon Aktor :

1. Pelajaran pertama : Konsentrasi

Pemusatan pikiran merupakan latihan yang penting dalam akting,


konsentrasi bertujuan aagar actor dapat mengubah diri menjadi orang lain ,
yaitu peran yang dibawakan . juga berarti aktor mengalami dunia yang lain
dengan memusatkan segenap cita, rasa dan karsanya pada dunia lain itu.
Jadi tidak boleh perhatiannya goyah pada dirinya sendiri dan pada penonton.
Meskipun lakon berjalan, konsentrasi aktor tidak boleh mengendor, juga jika
saat itu tidak kebagian dialog atau gerakan .kesiapan batin untuk mengikuti
jalannya cerita sampai berakhir, memerlukan konsentrasi. Latihan
konsentrasi dapat dilakukan melalui fisik (seperti yoga), latihan intelek atau
kebudayaan(misalnya menghayati musik, puisi,seni lukis) dan latihan sukma
(melatihan kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi).

Sumber : Dok Pribadi (foto : Hermana HMT)

Gambar 4.9 Adegan Pertunjukan “ Kekawen Kawin” Karya Nikolai Gogol, STB, Sutradara
Yusef Muldiyana. Konsentrasi merupakan salah satu latihan penting dalam mewujudkan
sebuah peran contoh pad adegan diatas seorang pemain sedang berkonsentrasi pada peran,
dialog dirinya dan dialog lawan mainnya.
237

2. Pelajaran kedua : Ingatan Emosi.


The transfer of emotion merupakan cara efektif untuk menghayati
suasana emosi peran secara hidup wajar dan nyata. Jika pelaku harus
bersedih , dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan menghadirkan emosi
yang serupa, maka kadar kesedihan itu takatannya tidak akan berlebihan,
sehingga tidak terjadi over acting. Banyak peristiwa yang menggoncangkan
emosi secara keras dan hanya aktor yang pernah mengalami goncangan
serupa dapat menampilkan emosi serupa kepada penonton dengan takaran
yang tidak berlebihan.

3. Pelajaran ketiga : Laku Dramatik


Tugas utama aktor menghidupkan atau memperagakan karakter
tokoh yang diperankannya, dan menghidupkan aspek dramatisasi melalui
ekspresi atau mimik wajah melalui dialog, dan pemanfaatan seting
pendukung (misal membanting).
Aktor harus selalu mengingat apa tema pokok dari lakon itu dan dari
perannya, untuk menuju garis dan titik sasaran yang tepat dengan begitu ia
dapat melatih berlaku dramatik
Artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi
sebagai pemeran, untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh
itu secara mendalam sehingga dapat diadakan adaptasi

4. Pelajaran keempat : Pembangunan watak


Setelah menyadari perannya dan titik sasaran untuk peranannya itu
aktor harus membangun wataknya sehingga sesuai dengan tuntutan lakon.
Pembangunan watak itu didahului dengan menelaah struktur fisik, kemudian
mengidentifikasiannya dan menghidupkan watak itu seperti halnya wataknya
sendiri. Dalam proses terakhir itu diri aktor telah luluh dalam watak peran
yang dibawakannya, atau sebaliknya watak peran itu telah merasuk kedalam
diri sang aktor.
238

Sumber : Dok Pribadi (foto : Bedeng Siregar)

Gambar 4.10 Adegan Pertunjukan “Lawan Catur “ Karya Kenneth Arthur,


Sutradara : Deden Rengga. Pemain yang baik adalah pemain yang kalu sudah diatas
panggung tidak tampak lagi pribadinya, dia sudah berubah menjadi sosok yang lain. Dengan
pembangunan watak hal ini dapat terwujud

5. Pelajaran Kelima : Observasi


Jika ingatan emosi, laku dramatik dan pembangunan watak sulit
dilakukan secara personal, maka perlu diadakan observasi untuk tokoh yang
sama dengan peran yang dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis
dengan baik , perlu mengadakan observasi terhadap pengemis dengan ciri
fisik, psikis dan sosial yang sesuai .

6. Pelajaran Keenam : Irama


Semua kesenian membutuhkan irama, akting seorang aktor juga
harus diatur iramanya, agar titik sasaran dapat dicapai , agar alur dramatik
dapat mencapai puncak dan penyelesaian. Irama juga memberikan variasi
adegan, sehingga tidak membosankan. Irama permainan ditentukan oleh
konflik yang terjadi dalam setiap adegan.

7. Suara dan Cakapan


Suara dan cakapan adalah dua hal pokok yang harus digarap dengan
nada yang sesuai, karena keduanya sangat menentukan suksesnya
pementasan. Siswa perlu dilatih mengucapkan vocal a, I, u, e, o dengan
mulut terbuka penuh. Mungkin dalam percakapan sehari-hari ini tidak perlu;
akan tetapi di pentas, hal-hal yang sehari-hari perlu diproyeksikan karena
suara diharapkan dapat sampai pada penonton di deretan tempat duduk
paling belakang.
Ada kalanya seorang pemain mampu mengucapkan kata dengan
jelas atau “las-lasan”, tetapi toh dialog yang diucapkannya tidak merangsang
239

pengertian. Jika ini terjadi, maka persoalannya pada apa yang lazim disebut
phrasering technique atau teknik mengucapkan dialog. Kalimat atau dialog
yang panjangharus dipenggal-penggal lebih dahulu, sesuai denga satuan-
satuan pikiran yang dikandungnya.
Satu hal lagi yang masih berhubungan dengan latihan vokal ialah
perlunya dipahami adanya nada ucapan. Kata “gila” dapat berarti umpatan
keras, pujian, kekaguman, jika diucapkan dengan nada yang berbeda-beda.
Ini artinya nada ucapan tidak hanya berfungsi untuk menciptakan dinamika,
tetapi juga menciptakan makna.
Pada saat pemain mengucapkan dialog, kata-kata ternyata tidak
diucapkan datar, tetapi terkandung di dalamnya lagu kalimat. Lagu kalimat
itu menyarankan pertanyaan, perintah, kekaguman, kemarahan, kebencian,
kegembiraan, dan sebagainya. Di samping itu, lagu kalimat juga
menyarankan dialek tertentu, misalnya dialek Jawa seperti terdengar dari
lagu kalimat yang diucapkan pemeran dalam drama seri Losmen; dalam film
Naga Bonar terdengar lagu kalimat yang menyarankan dialek Batak.

4.5 Gaya Akting

Pemahaman dan penafsiran tentang prinsip berteater, dalam proses


aktualisasinya oleh para seniman penggarap atau sutradara, terbagi dalam
dua pemahaman yang berbeda yaitu :

x Teatrikalisme adalah praktek berteater yang bertolak dari anggapan


bahwa teater adalah Teater. Suatu dunia dengan kaidah-kaidah tersendiri
yang berbeda dgn kaidah-kaidah kehidupan, teater tidak perlu sama
dengan kehidupan kehidupan distilasi (digayakan) dan di Distorsi
(dirusak), prinsip seperti ini dapat kita lihat dalam teater-teater tradisional.
Atau teater- teater kontemporer.
Melahirkan gaya akting grand style ( akting di besar-besarkan ) dan
Komikal yaitu gaya akting dengan mengekplorasi kelenturan tubuh
sehingga menampilkan tubuh-tubuh dengan gestikulasi yang unik dan
lucu

x Realisme adalah eater harus merupakan ilusi atau cermin kehidupan


nyata (Realitas). Teater Ilusionis, kehidupan ditiru setepat mungkin agar
ilusi tercapai. pemahaman ini berkembang dalam teater barat
(konvensional). Gaya aktingnya adalah gaya realis yaitu wajar mirip
dengan gaya kehidupan sehari-hari.

Untuk melatih tehnik keaktoran maka diperlukan naskah sebagai pijakan


dalam mewujudkan suatu peranan. Dibawah ini terdapat beberapa cuplikan
naskah dari beberapa penulis drama yang sudah terkenal, dengan berbagai
gaya penulisan naskah yang dapat kalian mainkan sebagai latihan
pemeranan.
240

4.6. Beberapa istilah dalam teater

Dalam membicarakan drama banyak kita jumpai istilah yang erat


hubungannya dengan pementasan drama, antara lain sebagai berikut :
1. Babak
Babak merupakan bagian dari lakon drama. Satu lakon drama
mungkin saja terjadi dari satu, dua, atau tiga babak mungkin juga
lebih. Dalam pementasan, batas antara babak satu dan babak lain
ditandai dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung
dimatikan sejenak. Bila lampu itu dinyalakan kembali atau layar
ditutup kembali, biasanya ada perubahan penataan panggung yang
menggambarkan setting yang berbeda. Baik setting tempat, waktu,
maupun suasana terjadinya suatu peristiwa.
2. Adegan
Adegan adaalh bagian dari babak. Sebuah adegan hanya
menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari
rangkaian suasana-suasana dalam babak. Setiap kali terjadi
penggantian adegan tidak selalu diikuti dengan penggantian setting.
3. Prolog
Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog
memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton
agar dapat mengikuti lakon(cerita) yang akan disajikan. Itulah
sebabnya, prolog sering berisi lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan
pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung.
4. Epilog
Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya,
biasanya berupa kesinpulan atau ajaran yang bisa diambil dari
tontonan drama yang baru disajikan.
5. Dialog
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran
yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya,
jalannya cerita drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para
pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus
disertai penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus jelas dan
cukup keras sehingga dapat didengar semua penonton. Seorang
pemain yang berbisik, misalnya harus diupayakan agar bisikannya
tetap dapat didengarkan para penonton.
6. Monolog
Monolog adlah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri.
Apa yang diucapkan itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya,
mungkin ungkapan rasa senang, rancana yang akan dilaksanakan,
sikap terhadap suatu kejadian, dan lain-lain.
7. Mimik
Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk
menunjukkan emosi yang dialami pemain. Ekspresi wajah pemain
ayng sedang sedih tentu saja berbeda dengan ketika sedang marah.
241

8. Gestur
Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala,
dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain.
9. Bloking adalah aturan berpindah tampat dari tempat yang satu ke
tempat yang lain agar penampilan pemain tidak menjemukan.
10. Gait
Gait berbeda dengan bloking karena gait diartikan tanda-tanda khusus
pada cara berjalan dan cara bergerak pemain.

Layar adalah kain penutup panggung bagiandepan yang dapar dibuka dan
ditutup sesuai kebutuhan. Tidak semua panggung dilengkapi layar

4.7. Unsur-unsur Lakon Teater

1. Tema cerita
Agar cerita menarik perlu dipilih topik, contoh tema masalah Keluarga
topiknya misal Pilih Kasih
2. Amanat
Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan
moral yang ingin disampaikan kepada penonton.
3. Plot
Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot adalah jalan
cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik
yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks
sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happy
ending, atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan
menafsirkan sendiri akhir cerita.
Ada enam tahapan plot :
a. Eksposisi
Tahap ini disebut tahap pergerakan tokoh
b. Konflik
Dalam tahap ini mulai ada kejadian
c. Komplikasi
Kejadian mulai menimbulkan konflik persoalan yang kait-mengkait
tetapi masih menimbulkan tanya tanya.
d. Krisis
Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya
e. Resolusi
Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik
f. Keputusan
Adalah akhir cerita

4. Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang
tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan suka menolong,
242

sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh berdialek
suku tertentu.

5. Dialog
Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan
para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh
yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon.

6. Setting
Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan.
Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa
menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Panggung harus bisa
menggambarkan tempat adegan itu terjadi: di ruang tamu, di rumah sakit, di
tepi sungai, di kantin, atau di mana? Penataan panggung harus
mengesankan waktu: zaman dahulu, zaman sekarang, tengah hari, senja,
dini hari, atau kapan?
Demikian pula unsur panggung harus diupayakan bisa
menggambarkan suasana: gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi mencekam,
atau suasana-suasana lain. Semua itu diwujudkan dengan penataan
panggung dan peralatan yang ada.
Panggung dan peralatan biasanya amat terbatas. Sementara itu,
penggambaran setting sering berubah-ubah hampir setiap adegan.
Bagaimana caranya? Penata panggung yang mengatur semua itu. Karena
itu, penata panggung harus jeli dan pandai-pandai memanfaatkan dan
mengatur peralatan yang terbatas itu untuk sedapat-dapatnya
menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti yang dikehendaki lakon
drama.

7. Interpretasi
Apa yang dipertontonkan ceritanya harus logis, dengan kata lain lakin
yang dipentaskan harus terasa wajar. Bahkan harus diupayakan menyerupai
kehidupan yang sebenarnya.

4.8. Unsur-unsur Pementasan


a. Naskah
b. Pemain
c. Sutradara
d. Tata rias
e. Tata biarama
f. Tata panggung
g. Tata lampu
h. Tata Suara
i. Pentonton
243

a. Naskah
Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah
tersebut termuat nama-nama dan lakon tokoh dalam cerita, dialog yang
diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan
kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata
lampu dan tata suara (musik pengiring)

b. Pemain
Pemain adalah orang yang memeragakan cerita, berapa jumlah pemain
yang disesuaikan dengan tokh yang dibutuhkan dalam cerita, setiap tokoh
akan diperankan seorang pemain

c. Sutradara
Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan, tugas sutradara sangat
banyak dan beban tanggung jawabnya cukup berat, sutradara memilih
naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, pemilihan pemain,
melatih pemain dan mengkoordinasikan setiap bagian

d. Tata Rias
Fungsi tata rias adalah menggambarkan tokoh yang dituntut misalnya
seorang pemain memerankan tokoh kakek maka wajah dan rambutnya
dibuat tamak tua.

e. Tata Busana
Penata rias dan penata b usana harus bekerjasama saling memahami,
saling menyesuaikan, penata ris dan penata busana harus mampu
menafsirkan dan memantaskan ris dan pakaian yang terdapat dalam
naskah cerita misal tokoh nenek melarat, maka pakaian yang dikenakan
tidak menggunakan pakaian yang bagus dan mahal, karena kesalahan
dalam busana dapat juga mengganggu jalannya cerita.

f. Tata Lampu
Pengaturan cahaya di panggung dibutuhkan untuk mendukung jalan
cerita yang menerangkan tempat dan waktu kejadian pada sebuah cerita,
untuk menggambarkan kejadian pada malam hari atau siang hari,
menggambar kejadian misal di tempat romantis.

g. Tata Suara
Musik dalam pertunjukan drama adalah untuk mendukung suasana, misal
penggambaran kesedihan, ketakutan, kemarahan dan lain-lain misal
penggambaran cerita kesedihan seorang anak, kalau diiringi musik yang
244

sesuai, tentu kesedihan ini akan lebih terasa diiringi musik berirama
lembut, alat musik yang digunakan hanya seruling yang mendayu-dayu,
ketika adegan kemarahan diiringi musik berirama cepat dan keras, penata
musik berirama cepat lagu yang sudah ada ataupun menciptakan lagu
sendiri, penata suara harus memiliki kreativitas yang tinggi.

h. Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan. Bagaimanapun
sempurnanya persiapan, kalau tak ada penonton rasanya tak akan
dimainkan. Jadi, segala unsur yang telah disebutkan sebelumnya pada
akhirnya untuk penonton.
245

Contoh Naskah untuk latihan pemeranan


SANGKURIANG
Karya UTUY TATANG SONTANI

BABAK IV- ADEGAN 1


Malam hari
LAKONPERTAMA
Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh
Dayang Sumbi keluar dan rumah dengan suluh ditangan
1. DAYANG : Rasa-rasa dalam mimpi
SUMBI bahwa di malam ini
sedang diciptakan telaga
beserta perahunya,
dimana aku akan berlayaran
sebagai istri dan anakku sendiri
Rasa-rasa dalam mimpi
bahwa tadi
aku dipinang anakku
dan nanti
akan menjadi ibu dari cucuku sendiri
Ah, satu diantara dua :
aku atau anakku,
itulah yang sebenarnya bermimpi
di malam ini
Dan karena kini
asal tadi dan bakal nanti,
maka siapa yang bermimpi malam ini,
itulah yang besok pagi kesiangan,
itulah pemimpi sepanjang jaman
BUJANG MUNCUL
2. DAYANG : Bagaimana ?
SUMBI Apa yang nampak di mata ?
3. BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.
4. DAYANG : Bagaimana ?
SUMBI
5. BUJANG : Bumi gemuruh
pohon-pohon pada tumbang
batu-batu bergulingan
membendung air,
Dilanda air
Dan siapa yang mengerjakan
haiam tidak kelihatan
Tapi yang tidak bisa dipungkin lagi
telaga luas akan segera terbukti
6. DAYANG : Dan perahu ?
SUMBI
7. BUJANG : Itupun hampir selesai
8. DAYANG : Kalau begitu,
SUMBI kita tidak boteh lalai
Mang Aida Lepa dan kawan-kawannya, mesti segera diminta
datang
246

9. BUJANG : Baik, Nyai, biar sekarang juga


bibi bangunkan semua

BUJANG TURUN
10. DAYANG : Riuh gemuruh dikejauhan,
SUMBI alamat telaga sedang dibangun.
Riuh gemuruh di dalam dadaku,
karena hati naik turun
Ah, hatiku !
hati manusia yang tahu tiada upaya,
tapi juga hati seoiang ibu
yang diancam bahaya
Sebagai manusia,
Ya. Dewata
Hatiku turun ke bawah telapak
kaki-Mu,
hidmat menyembah kebesaran-Mu,
menyerah
mengalah kepada kehendak-Mu
yang benar selalu
Tapi sebagai ibu,
ya, anakku !
Hatiku naik ke atas puncak citamu,
keras menolak keingmanmu,
bertindak
berontak menentang kebenaranmu
yang tiada benar bagiku

BUJANG MUNCUL DIIRINGI ARDA LEPA DAN KAWAN-KAWAN


11. ARDA LEPA : Ada apa, Nyai ?
kami dipanggil di malam sepi ?
12. DAYANG : Mamang, malam ini
SUMBI bukan malam sepi.
Malam ini malam yang seram
malam yang berat mengancam
Anakku Sang Kuriang
mulai tadi siang
menyatakan pendapatnya
yang tidak disangka-sangka
Dia tidak mau percaya
bahwa mi bukan ibunya
13. ARDA LEPA : Tapi jika semua orang
sependapat dengan Sang Kunang,
apa yang hendak kite katakan, kawan?
Kita semua tidak menyaksikan
kapan Sang Kunang dilahirkan,
bukan?
14. BERSAMA : Biar buta I Biar mati!
Tak pernah kita mengetahui.
247

15. DAYANG : Memang, kalau semua orang


SUMBI sependapat dengan Sang Kuriang,
itu terserah kepada mereka
Tapi bagiku aku adalah ibunya.
Kalau aku bukan ibu Sang Kuriang
aku tidak akan menolak dia meminang.
Dan mamang sekarang
tidak akan diminta datang
Apakah mamang setuju
anak mengawini ibu ?
16. ARDA LEPA : Anak mengawini ibu ?
Yey, itu tidak lucu !
17. BERSAMA : Itu mesti disapu !
Lebih haram dan jinah !
Lebih hewan dari hewan !
18. ARDA LEPA : Kalau betul Nyai ibu Sang Kunang
kalau betul Sang Kuriang meminang
Sang Kunang mesti kami buang !
Kalau tidak,
kami semua ikut berjinah
Kami menjadi hewan.
19. DAYANG : Nantidulu
SUMBI Dengar dulu!
Sebagai ibu yang kasih sayang teRhadap
anak, pinangan anakku tidak terang-
terangan ditolak,
Aku berjanji mau kawin dengan dia,
asal besok ban sedia perahu dan telaga,
Ternyata sekarang
Perahu dan telaga sudah hamper siap
Berarti Sang Kuriang
akan dapat memenuhi permintaan ku.
20. ARDA LEPA : Jadi sekarang Nyai ingin
supaya tidak jadi kawin ?
supaya peiahu dan telaga
besok tidak bukti ?
21 DAYANG : Betul.
SUMBI Karena itu ku menginginkan
supaya kalian membakar hutan,
biar apinya bersinar-sinar;
menyerupai sinar fajar,
biar anakku Sang Kuriang
Melihat siang akan mendatang !
biar maksudnya diurungkan,
lantaran merasa kesiangan
22. ARDA LEPA : Ai, ai, Nyai ingin
Sang Kunang diajak bermam ?
Itu lucu !
23. BERSAMA : Tapi apa mungkin ?
Sang Kuriang lain dan yang lain
248

24. DAYANG : Sang Kuriang memang lain dari yang lain


SUMBI tapi Sang Kuriang manusia
Dan kepada manusia aku tetap yakin:
ada Dewata dalam dirinya
Dan selama ada Dewata
di dalam din manusia
kewajiban kita
bukan menundukan membmasakan
tapi menyalakan api keDewataan
yang bersemayam di tubuh lawan
Semoga api pembakar hutan
menjadi api kedewataan
yang bersinar terang-benderang
dalam tubuh Sang Kunang !
25 ARDALEPA : Bagaimana kawan.
kita sekarang membakar hutan ?
26. BERSAMA : Asal terang
ada anak memang ibu
27. ARDA LEPA : Yang sudah teiang
semua manusia adalah satu
Orang lain masih kita juga.
Karena itu,
marilah kita ajak Sang Kuriang
bermain bersama kita
dengan api di tangan kita
Inilah panggilan kita
di dalam hidup bersama
28. BERSAMA : (SAMBILTERUS TURUN)
Semua orang adalah satu
orang lain masih kita juga
kewajiban kita,
biar gigi tinggal dua,
mengisi ini dunia
dengan bermain bersama,
tanpa yang diharapkan,
tanpa yang diidamkan,
selam damang bagi semua
SEMUA TURUN
249

Contoh Cuplikan naskah


JAKA TUMBAL
Saduran dari HAMLET
Karya Shakespeare

BABAK IV
Akhir Adegan 1, di pekuburan, saat Yuta Intern dikuburkan.
(Masuk ulama-ulama dan lain-lam yang merupakan pawai azmat. Dibelakangnya
jenazah Yuta Inten, Jalu Wulung, beserta pengabung-pengabung. Selanjutnya Prabu,
Ratu, Pengawal dan lam-lain)

TUMB : Sri Ratu, orang-orang pura I Siapa dihantar


Dengan upacara kecil ini? Ini berarti
Bahwa jenazah itu dengan semena-mena
Mengakhiri hidupnya sendin, dan dia
berpangkat
Mari sembunyi sambil melihat
(Ke samping bersama Arya Lontar)
WUJU : Tambah Upacara !
TUMB : Itu Jalu Wulung, anak muda budiman,
perhatikan.
WUJU : Tambah Upacara !
ULAMA : Upacara sudah seluas-luasnya dalam batas tanggung jawab
kami. Meninggalnya tidak patut, dan jika tak ada kekuasaan
yang mengatasi peraturan, sampai kiamat dia takkan
bermakam di tempat kudus : tak ada do'a suci, tapi batu.
beling dan krikillah yang dilemparkan padanya; Namun dia
dapat karangan bunga dan penaburan kembang untuk
perawan, dan penghormatan tahli) serta makam keramat,
WUJU : Tak ada penghormatan lagi ?
ULAMA : Tak ada
Adat akan kami najiskan, pabila
Kami nyanyikan adzan untuknya, seperti
Untuk orang yang mati suci
WUJU : Letakkan dalam tanah
Supaya dari tubuh yang elok tak ternoda itu
Tumbuh bunga-bunga ! Hai. Ulama yang
keras hati
Bagai bidadari adikku beidarma, jika kau
sedih meringkuk
TUMB : Apa ? Yuta Inten Jelita ?
RATU : (Menabur bunga di atas jenasah)
Inten dan segala permata, S'lamat tinggal
Pernah kuharap kau menjadi istn Jaka
Tumbal, Juwita dan kutaburkan bunga atas
pelaminanmu,
Dan tiada di kuburan
WUJU : O, tiga kali celaka
Timpalah sepuluh ganda tiga lipat
Kepala pendurjana yang dengan jahat
memadamkan cahaya budimu ! - Hai,
250

jangan ditutup dulu,


Sebelum kupeluk dia sekali lagi.
(Melompat dalam Liang Kubur)
Tumpukkan zat-Mu atas yang hidup dan
yang mati, dan bikin gunung dari daratan
ini, lebih tinggi
Dan Suralaya di atas yang biru dan
berawan
TUMB : (Melangkah maju)
Siapa dia, yang ratapannya
Selantang itu ? Yang keluh-kesahnya
menghambat jalannya bintang serta
menghentikan mereka,
Terperanjat oleh suaranja ? Ini aku, Jaka
Tumbal, Orang Pangruatan !
(Melompat ke dalam kubur)
WUJU : Setan mencabut jiwamu !
TUMB : Do'amu tak enak !
Hai lepaskan kerongkonganku!
Benar aku tak garang dan geram, tapi ada sesuatu padaku
yang berbahaya, dan sadarlah, kalau tak mau celaka ! Lepas!
PRAB : Pisahkan mereka !
RATU : Tumbal ! Tumbal !
SEMUA : Tuan - tuan !
LONT : Pangeran sabarlah !
(Para pengiring Prabu melerai mereka, dan meieka keluar dan
bang kubur)
TUMB : Nah, 'ku mau berkelahi dengan dia tentang mi, sampai
kelopak mataku tak bergetar lagi
RATU : Tentang apa anakku ?
TUMB : Aku cinta Yuta Inten Empat puluh ribu
kakak dengan jumlah cintanja tak dapat
memadai
Cintaku - Apa hendakmu dengan dia ?
PRAB : Dia gila, tenanglah, Jalu Wulung.
RATU : Demi Allah, jangan dilayani dia!
TUMB : Demi Tuhan, katakan, apa maksudmu ?
Menangis, berkelahi. puasa, potong siri?
Minum cukak ? Makan buaya ? Nah,
Aku juga! Kau datang untuk meratapi dia ?
Menantang aku dengan tampat di bang
kuburnya?
Ikutlah terkubur hidup-hidup, dan aku
menyusul! dan kalau kusebut gunung-
gunung, boleh kita
Disungkup tanah benuta-juta bahu,
Hingga puncaknya dibakai Cakrawala.
Dan Gunung Mahameru sebesar kutil ! Ya,
kalau kau bermulut besar, akupun bisa
RATU : Ini sungguh gila
Sementara saja badainja mengganas ;
251

Tapi segera ia menjadi sabar dan diam,


Laksana merpati betina yang telurnya
menetes jadi anak burung kencana.
TUMB : Hai, tuan
Mengapa kau peilakukan daku demikian ?
Kau selalu kuanggap kawanku, tapi
mengapa; Kucing mengeong dan anjingpun
menyalak dan mendengking
(Keluar)
PRAB : Arya Lontar, jaga dia betul
(Arya Lontar keluar)
(Kepada Jalu Wulung)
Sabarlah, berdasai rembukan kita
semalam, perkaia ini segera kita selesaikan
Dinda, suruh orang menjaga puteramu, -
Kubur ini akan dapat peringatan hidup
Se'gra kita alami masa damai dan njaman ;
Sebelumnya kita hendaknya sabar berjalan.
(Semua keluar)
252

Contoh Cuplikan Naskah


IMPIAN DITENGAH MUSIM
Karya Shakespeare

BABAKIII
Sequence 14
Adegan1
HUTAN. TEMPAT ATENA. TITANIA SEDANG TDUR. MASUK PARA PEKERJA
KUMPAR : Kita lengkap ?
PATH : Tak kurang. Inilah tempat yang cocok sekali untuk latihan kita.
Sudut merah ini panggungnya. Semak duri itu kamai hias dan
kita kerjakan semuanya, tepat yang akan kita kerjakan di
hadapan tuan Hertog.
KUMPAR : Peter Patil
PATIL : Ada apa, Kumpar Kisaran ?
KUMPAR : Dalam komedi Piramus dan Tisbi ini ada apa-apanya yang tak
akan menyenangkan orang. Pertama Piramus harus
mengghunuspedangnya untuk bunuh diri. Kaum perempuan
tak tahan melihat itu. Bagaimana tanggung jawabmu ?
PATIL : Astaga, itu susah.
GERING : Kurasa akhiinya lebih baik dihilangkan saja
pembunuhan itu.
KUMPAR : Jangan dihilangkan apa-apa; gua punya akal buat bereskan
ini. Tulislah kata pendahuluan, dan katakan bahwa kita tidak
bermaksud jahat dengan pedang-pedang itu, dan bahwa
Piramus tidak benar-benar bunuh diri terbunuh. Dan supaya
orang tebih tentram lagi, bahwa gua si Piramus bukannya
Piramus sungguhan, tapi si Kumpar tukang tenun
PATIL : Jadilah, kita bikin pendahuluan begitu ; hendaknya ditulis
dengan tiga atau empat kaki sajak,
KUMPAR : Tidak, tambahlah kakinya, biar empat-empat, jadi bagus
jalannya.
CEREK : Apakah para wanita itu tidak takut pada
singanya ?
GERING : Memang, gua juga kuatir.
KUMPAR : Sobat-sobat, coba pikir : memasukan seekor singa ke tengah
perempuan-petempuan. Astagfirullah! itu yang paling kejam!
Jadi awaslah !
CEREK : Dari itu harus ada pendahuluan lain buat menerangkan bahwa
itu bukan singa.
253

KUMPAR : Harus disebutkan namanya dan separoh mukanya hams


kelihatan di celah-celah kuduk singa. Dia sendili hams bicara
memperhidangkan dirinya begini : Nyanyanyanya, atau
nyonya-nyonya manis. Saya ingin minta dengan hormat
sekali, janganlah takut, jangan gentar, saya tanggungkan
nyawa saya. Kalau nyonya sangka saya ini singa betulan,
saya akan kecewa. Saya orang biasa seperi yang lain . lalu
sebutlah namamu dan katakan saja bahwa dia ini Si Ketam
tukang prabot.
PATIL : Nan, baiklah begitu. Tapi ada lagiduasoal yang susah. Yaitu
memasukkan cahaya bulan ke dalam kamar. Si Piramus
danTisbi kan bertemu dalam cahaya bulan
KETAM : Apa bulan persinar waktu kita main ?
KUMPAR : Cari almanak Cari apa cahaya bulan terang
tidak
PATIL : Bagus, kalau kita mesti ada orang yang membawa seberkas
dahan-dahan dan tentera, lantas dia omong bahwa dia datang
untuk bikin "Perhidangan" cahaya bulan. Tapi ada lagi satu
seal: kita hams punya tembok di kamar besar itu ; sebab
Piramus dan Tisbi, begitu kata hikayat, omong-omong di
depan rekahan tembok.
KETAM : Tembok tak mungkin digendong. Apa
akalnya Kumpar ?
KUMPAR : Salah seorang mesti "Mempeihidangkan" tembok itu, biar dia
ambil sedikit tampal atau kapur atau lengrengan untuk
merupakan tembok; dan suruh dia mengembangkan jari-
jarinya begini, maka di depan rekan itu Piramus dan Tisbi
mesti berbisik-bisik.
PATIL : Jadilah, beres semua. Ayo duduklah semua. Piramus lu mulai,
kalau pidatonya habis, pergi ke belakang sernak itu; begitu
juga masing -masing orang menuiut alamat.
PEK : Wah, orang dusun ongok ini pada rame-rame deket tempat
tidur ratu peri. Hai, ada permainan? Aku menonton; mungkin
juga ikut main, kalau suka.
PATIL : Ayo Pilamus dan Tisbi, tampilah.
KUMPAR : Seperti bunga mawar meraksasa-raksasa
PATIL : Meraksi-raksi !
KUMPAR : O ya, meraksi-raksi. Begitulah nafasmu, Tisbiku! Suara apa
itu? Tinggallah disini, sebentar tunggu kembaliku (KUMPAR
KELUAR)
PEK : Pelik benar Piramus seperti ini.
(PEK KELUAR)
GEMBUNG : Piramus, suryaku seroja Nirmala,
Mawar tenndah di pagar duri
Kesuma bangsa yang paling berpahala
Taat bagai kuda yang berlari-lari
Ku jumpa kau Piramus di makam Nini
254

PATIL : Ninus, bukan Nini! Tapi itu jangan lu sebut dulu, itu jawaban
buat Piramus, Jangan diucapkan seluruh peranan sekaligus
begitu, beserta alamatnya dan sebagainya. Hai, Piramus
masuklah , alamatnya sudah disebut, yaitu berlari-lari.
GEMBUNG Taat bagai kuda yang berlari-lari...
(PEK DATANG KEMBALI BERSAMA KUMPAR YANG
BERKEPALA KELEDAI).
Bab 5
Seni Rupa
Ekspresi Melalui Kreasi Seni Kriya

APRESIASI
x Pengertian Seni Rupa
x Dasar-Dasar Seni Rupa
x Apresiasi Karya Seni Rupa
x Pameran Karya Seni Rupa
EKSPRESI
x Ragam Hias Nusantara
x Seni Kriya Batik
x Seni Kriya Ikat Celup (Tie Dye)
288

BAB V
SENI RUPA

5.1. Pengantar Seni Rupa

Kemampuan bidang estetika dan budaya seakan dikesampingkan


pada kondisi sistem pendidikan nasional saat ini, karena lebih
mengutamakan pengembangan kemampuan dibidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan matematika. Hal ini kurang mendukung upaya pembentukan
kwalitas kepribadian manusia Indonesia yang diharapkan. Peran pendidikan
seni merupakan salah satu kemampuan dibidang estetika yang dapat
mewujudkan manusia seutuhnya.

Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk


menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia. Karya seni
merupakan suatu wujud ekspresi yang bernilai dan dapat dirasakan secara
visual maupun audio. Seni terdiri dari musik, tari, rupa, dan drama/sastra.
Seni rupa merupakan ekspresi yang diungkapkan secara visual dan terwujud
nyata (rupa).

Seni rupa modern terbagi atas dua kelompok besar yaitu seni murni
dan seni terapan. Seni terapan terdiri dari desain dan kriya. Desain dan Kriya
bertujuan untuk mengisi kebutuhan masyarakat akan bidang estetis terapan.
Perkembangan keilmuan seni rupa dalam beberapa tahun terakhir ini
mengalami perluasan ke arah wahana besar yang kita kenal sebagai budaya
rupa (visual culture). Lingkup sesungguhnya tidak hanya cabang-cabang seni
rupa yang kita kenal saja, seperti lukis, patung, keramik, grafis dan kriya, tapi
juga meliputi kegiatan luas dunia desain dan kriya (kerajinan), multimedia,
fotografi. Bahkan muncul pula teori dan ilmu sejarah seni rupa, semantika
produk, semiotika visual, kritik seni, metodelogi desain, manajemen desain,
sosiologi desain, dan seterusnya.
289

Seni Lukis

Seni Murni
Seni Patung

Seni Grafis

Seni Rupa
(Visual Art) Keramik Seni

Kriya Seni

Desain Produk
(desain industri)

Desain Interior
Desain

Desain Komunikasi
Visual (desain grafis,
multimedia)

Seni Terapan Arsitektur

Tekstil, batik, ikat


celup, tenunan

Kriya Kayu, kulit, logam,


keramik

Anyaman rotan,
bamboo, pandan,
Sumber : Pribadi serat alam,dll

Bagan 5.1. Cabang-cabang Seni Rupa berdasarkan perkembangan saat ini

Dalam kehidupan seni rupa modern, dari dua kelompok besar seni
murni dan seni terapan, terdapat pembagian tiga jenis seni rupa yang telah
lazim, yaitu seni murni, desain, dan kriya.
290

5.1.1. Seni Murni

Seni rupa murni lebih mengkhususkan diri pada proses penciptaan


karya seninya dilandasi oleh tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan
kepuasan batin senimannya.Seni murni diciptakan berdasarkan kreativitas
dan ekspresi yang sangat pribadi (lukis, patung, grafis, keramik ). Namun
dalam hal tertentu, karya seni rupa murni itu dapat pula diperjualbelikan atau
memiliki fungsi sebagai benda pajangan dalam sebuah ruang.
a. Seni lukis salah satu jenis seni murni berwujud dua dimensi pada
umumnya dibuat di atas kain kanvas berpigura dengan bahan cat minyak,
cat akrilik, atau bahan lainnya.
b. Seni patung salah satu jenis seni murni berwujud tiga dimensi. Patung
dapat dibuat dari bahan batu alam, atau bahan-bahan industri seperti
logam,serat gelas, dan lain-lain.
c. Seni Grafis merupakan seni murni dua dimensi dikerjakan dengan teknik
cetak baik yang bersifat konvensional maupun melalui penggunaan
teknologi canggih. Teknik cetak konvensional antara lain : 1) Cetak Tinggi
( Relief Print ) : wood cut print, wood engraving print, lino cut print, kolase
print ; 2) Cetak Dalam ( Intaglio ) : dry point, etsa, mizotint,sugartint ; (3)
sablon ( silk screen ). Teknik Cetak dengan teknologi modern, misalnya
offset dan digital print.
d. Seni keramik termasuk seni murni tiga dimensi sebagai karya bebas yang
tidak terikat pada bentuk fungsional.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.1. Seni Lukis Gambar 5.2. Seni Patung


291

Sumber : Seni Rupa dan Desain


Gambar 5.3. Seni Lukis Gambar 5.4. Seni Patung

5.1.2. Desain

Di zaman modern segala benda dan bangunan yang dibutuhkan


manusia, umumnya merupakan karya desain, baik dengan pendekatan
estetis, maupun pendekatan fungsional. Istilah desain mengalami perluasan
makna, yaitu sebagai kegiatan manusia yang berupaya untuk memecahkan
masalah kebutuhan fisik.

Berbeda dengan karya seni murni, desain merupakan suatu aktivitas


yang bertitik tolak dari unsur-unsur obyektif dalam mengekspresikan gagasan
visualnya. Unsur-unsur obyektif suatu karya desain adalah adanya unsure
rekayasa (teknologi), estetika (gaya visual), prinsip sains (fisika), pasar
(kebutuhan masyarakat), produksi (industri), bahan (sumber daya alam),
budaya (Sikap, mentalitas, aturan, gaya hidup), dan lingkungan (social).
Unsur objektif yang menjadi pilar sebuah karya desain dapat berubah
tergantung jenis desain dan pendekatan.
Cabang-cabang desain yang kita kenal antara lain ada di bawah ini :

a. Desain Produk (Industrial Design)

Desain produk adalah cabang seni rupa yang berupaya untuk


memecahkan persoalan kebutuhan masyarakat akan peralatan dan benda
sehari-hari untuk menunjang kegiatannya, seperti : mebel, alat rumah tangga,
alat transportasi, alat tulis, alat makan, alat kedokteran, perhiasan, pakaian,
sepatu, pengatur waktu, alat kebersihan, cindera mata, kerajinan, mainan
anak, bahkan perkakas pertukangan.
292

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.5. Kursi hasil Desain Produk

b. Desain Grafis/ Desain Komunikasi Visual

Desain grafis adalah bagian dari seni rupa yang berupaya untuk
memecahkankebutuhan masyarakat akan komunikasi rupa yang dicetak,
seperti poster, brosur, undangan, majalah, surat kabar, logo perusahan,
kemasan, buku, dan bhkan juga cerita bergambar (komik), ilustrasi, dan
krikatur,. Desain grafis kemudian mengalami perkembangan sejalan dengan
kebutuhan masyarakat. Kini cabang seni rupa ini dikenal dengan nama
desain komunikasi visual dengan penambahan cakupannya meliputi
multimedia dan fotografi.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.6. Desain Grafis berupa Poster


293

c. Desain arsitektur

Terdapat dua pandangan yang berbeda terhadap dunia arsitektur.


Yakni, pandangan yang menempatkan arsitektur sebagai bidang keahlian
teknik (keinsinyuran) dan pandangan yang menempatkan arsitektur sebagai
bagian dari seni. Secara umum, desain asitektur adalah suatu kegiatan yang
berupaya untuk memecahkan akan kebutuhuhan hunian masyarakat yang
indah dan nyaman. Seperti rumah tinggal, perkantoran, sarana relaksasi,
stadion olah raga, rumah sakit, tempat ibadah, bangunan umum, hingga
bangunan industri.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.7. Perkantoran Hasil Desain Arsitektur Modern

d. Desain interior

Desain Interior adalah suatu cabang seni rupa yang berupaya untuk
memecahkan kebutuhan akan ruang yang nyaman dan indah dalam sebuah
hunian, seperti ruang hotel, rumah tinggal, bank, museum, restoran, kantor,
pusat hiburan, rumah sakit, sekolah, bahkan ruang dapur dan kafe. Banyak
yang berpandangan bahwa desain interior merupakan bagian dari arsitektur
dan menjadi kesatuan yang utuh dengan desain tata ruang secara
keseluruhan. Namun, pandangan ini berubah ketika profesi desain interior
berkembang menjadi ilmu untuk merancang ruang dalam dengan
pendekatan-pendekatan keprofesionalan.

Dunia desain berkembang sejalan dengan kemajuan kebudayaan


manusia. Masyarakat juga mengenal desain multimedia. Cabang desain ini
berkembang sejalan dengan tumbuhnya teknologi komputer dan dunia
pertelevisian.
294

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.8. Desain Interior Ruang Keluarga

5.1.3. Kriya

Perkembangan dalam dunia seni rupa, adalah munculnya kriya


sebagai bagian tersendiri yang terpisah dari seni rupa murni. Jika
sebelumnya kita mengenal istilah seni kriya sebagai bagian dari seni murn,
kita mengenal istilah kriya atau ada pula yang menyebutnya kriya seni. Kriya
merupakan pengindonesiaan dari istilah Inggris Craft, yaitu kemahiran
membuat produk yang bernilai artistik dengan keterampilan tangan, produk
yang dihasilkan umumnya eksklusif dan dibuat tunggal, baik atas pesanan
ataupun kegiatan kreatif individual. Ciri karya kriya adalah produk yang
memiliki nilai keadiluhungan baik dalam segi estetik maupun guna.
Sedangkan karya kriya yang kemudian dibuat misal umumnya dikenal
sebagai barang kerajinan

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.9. Batik Sebagai Seni Kriya


295

5.2. Dasar-dasar Seni Rupa

Dalam proses berkarya, diperlukan penyusunan unsur-unsur atau


elemen suatu karya yang sesuai dengan prinsip-prinsip komposisi yang
harmonis

5.2.1. Unsur-unsur Seni Rupa

Unsur-unsur dasar karya seni rupa adalah unsur-unsur yang


digunakan untuk mewujudkan sebuah karya seni rupa. Unsur-unsur itu terdiri
dari :

a. Titik /Bintik

Titik/bintik merupakan unsur dasar seni rupa yang terkecil. Semua


wujud dihasilkan mulai dari titik. Titik dapat pula menjadi pusat perhatian, bila
berkumpul atau berwarna beda.Titik yang membesar biasa disebut bintik.

b.Garis

Garis adalah goresan atau batas limit dari suatu benda, ruang,
bidang, warna, texture, dan lainnya. Garis mempunyai dimensi memanjang
dan mempunyai arah tertentu, garis mempunyai berbagai sifat, seperti
pendek, panjang, lurus, tipis, vertikal, horizontal, melengkung, berombak,
halus, tebal, miring, patah-patah, dan masih banyak lagi sifat-sifat yang lain.
Kesan lain dari garis ialah dapat memberikan kesan gerak, ide, simbol, dan
kode-kode tertentu, dan lain sebagainya. Pemanfaatan garis dalam desain
diterapkan guna mencapai kesan tertentu, seperti untuk menciptakan kesan
kekar, kuat simpel, megah ataupun juga agung. Beberapa contoh symbol
ekspresi garis serta kesan yang ditimbulkannya, dan tentu saja dalam
penerapannya nanti disesuaikan dengan warna-warnanya (gambar 5.5 )
296

Sumber : Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana)

Gambar 5.10. Jenis, dan Karakter Garis


297

c. Bidang

Bidang dalam seni rupa merupakan salah satu unsur seni rupa yang
terbentuk dari hubungan beberapa garis. Bidang dibatasi kontur dan
merupakan 2 dimensi, menyatakan permukaan, dan memiliki ukuran Bidang
dasar dalam seni rupa antara lain, bidang segitiga, segiempat, trapesium,
lingkaran, oval, dan segi banyak lainnya

d. Bentuk

Bentuk dalam pengertian bahasa, dapat berarti bangun (shape) atau


bentuk plastis (form). Bangun (shape) ialah bentuk benda yang polos, seperti
yang terlihat oleh mata, sekedar untuk menyebut sifatnya yang bulat, persegi,
ornamental, tak teratur dan sebagainya. Sedang bentuk plastis ialah bentuk
benda yang terlihat dan terasa karena adanya unsur nilai (value) dari benda
tersebut, contohnya lemari. Lemari hadir di dalam suatu ruangan bukan
hanya sekedar kotak persegi empat, akan tetapi mempunyai nilai dan peran
yang lainnya.

Bentuk atau bangun terdiri dari bentuk dua dimensi (pola) dan bentuk
tiga dimensi. Bentuk dua dimensi dibuat dalam bidang datar dengan batas
garis yang disebut kontur. Bentuk-bentuk itu antara lain segitiga, segi empat,
trapezium dan lingkaran. Sedang bentuk tiga dimensi dibatasi oleh ruang
yang mengelilinginya dan bentuk-bentuk itu antara lain limas, prisma, kerucut,
dan silinder.

Sifat atau karakteristik dari tiap bentuk dapat memberikan kesan-


kesan tersendiri seperti :

1) Bentuk teratur kubus dan persegi, baik dalam dua atau tiga dimensi
memberi kesan statis, stabil, dan formal. Bila menjulang tinggi sifatnya
agung dan stabil.
2) Bentuk lengkung bulat atau bola memberi kesan dinamis, labil dan
bergerak.
3) Bentuk segitiga runcing memberi kesan aktif, energik, tajam, dan
mengarah.
298

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.11. Bentuk 3 dimensi yang dinamis


Dalam seni rupa, bentuk pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Bentuk figuratif

Bentuk figuratif adalah bentuk-bentuk yang berasal dari alam (nature).


Bentuk-bentuk itu seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia ataupun
alam lainnya.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.12. Bentuk Figuratif

2) Bentuk yang diabstraktif

Bentuk diabstraktif adalah bentuk figuratif yang telah mengalami


perubahan atau penggayaan bentuk yang kemudian cenderung kita sebut
dengan istilah stilasi atau deformasi. Di sini bentuk figuratif diubah hingga
tinggal sarinya (esensinya) saja dan menjadi bentuk baru yang kadang-
kadang hampir kehilangan ciri-ciri alaminya sama sekali. Contoh bentuk ini,
misalnya abstraksi manusia menjadi topeng atau wayang, abstraksi binatang
299

seperti burung garuda dan abstraksi tumbuhan seperti pada gambar-gambar


hiasan.

Penggunaan bentuk-bentuk ini umumnya diterapkan pada karya-karya


seni dekoratif seperti pada batik, hiasan keramik, karya ukiran, dan lain-lain.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.13. Pengayaan Bentuk (Diabstraktif)

3) Bentuk abstrak

Bentuk abstrak sering disebut dengan bentuk non figuratif, artinya


bentuk-bentuk yang lahir bukan dari alam melainkan penyimpangan dari
bentuk-bentuk alam. Ada tiga macam bentuk abstrak, yaitu bentuk abstrak
murni, abstrak simbolis, dan abstrak filosofis.

Bentuk abstrak murni ialah bentuk-bentuk yang sering disebut dengan


bentuk-bentuk geometris atau bentuk alam benda, misalnya segitiga, prisma,
kursi, lemari, sepatu, buku, rumah, dan lain-lain. Bentuk simbolis, misalnya
huruf, tanda baca, rambu-rambu, lambang, dan lain-lain. Sedang abstrak
filosofis ialah bentuk-bentuk yang mempunyai nilai-nilai tertentu, misalnya
agama, kepercayaan, dan lainnya.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.14. Non Figuratif (Abstrak)


300

e. Ruang

Ruang dalam arti yang luas adalah seluruh keluasan, termasuk di


dalamnya hawa udara. Dalam pengertian yang sempit ruang dibedakan
menjadi dua, yaitu ruang negatif dan ruang positif. Ruang negatif adalah
ruang yang mengelilingi wujud bentuk, sedang ruang positif adalah ruang
yang diisi atau ditempati wujud bentuk.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.15. Ruang positif dan negatif

f. Warna

Warna merupakan unsur penting dan paling dominant dalam sebuah


penciptaan karya desain. Melalui warna orang dapat menggambarkan suatu
benda mencapai kesesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya. Warna
dapat dikelompokkan berdasarkan jenis warna, sifat warna, dan makna
warna.

1) Jenis warna

Dalam sistem Prang (The Prang System), warna dalam hal ini
adalah pigmen yang dapat dikelompokkan sebagai jenis-jenis
warna sebagai berikut :
301

Kuning

x Warna primer, yaitu tiga warna


pokok yakni merah, biru, dan kuning.
x Warna sekunder / biner, yaitu
Merah Biru perpaduan antara 2 warna primer
dan menghasilkan warna hijau,
jingga dan ungu.
x Warna intermediate, yaitu
percampuran antara warna primer
dengan warna sekunder,
menghasilkan warna kuning hijau,
hijau-biru, biru-ungu, merah-ungu,
merah-jingga, dan kuning-jingga.
x Warna tertier, yaitu percampuran
antara warna sekunder dan warna
intermediate dan menghasilkan
sebanyak 12 warna.
x Warna quarterner, yaitu
Sumber : Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana)
pencampuran warna intermediate
Gambar 5.16 Hue dalam lingkaran warna dengan warna tertier dan
menghasilkan sebanyak 24 warna.

2) Sifat warna

Sifat warna dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : hue, value, dan


intensity.

a) Hue

Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari


suatu warna, seperti merah, biru, kuning, hijau, coklat, ungu,
jingga, dan warna lainnya. Perbedaan antara merah dengan biru,
atau merah dengan kuning adalah perbedaan dalam hue.

b) Value

Value adalah istilah untuk menyatakan gelap terangnya warna


atau harga dari hue. Untuk mengubah value, misalnya dari merah
normal ke merah muda dapat dicapai dengan cara menambah
302

putih atau mempercair warna tersebut hingga memberi kesan


terang. Dan untuk memberi kesan gelap misalnya merah tua dapat
dicapai dengan menambah hitam. Value yang berada
dipertengahan disebut middle value dan yang berada di atas
middle value disebut high value, sedang yang berada dibawahnya
disebut low value. Value yang lebih terang dari warna normal
disebut tint dan yang lebih gelap disebut shade. Close value
adalah value yang berdekatan atau bersamaan dan kelihatan
lembut dan terang.

c) Intensity

Intensity atau chroma adalah istilah untuk menyatakan cerah atau


suramnya warna, kualitas atau kekuatan warna. Warna-warna yang
intensitasnya penuh nampak sangat mencolok dan menimbulkan efek tegas,
sedang warna-warna yang intensitasnya rendah nampak lebih lembut.
Berdasarkan paduan
warna (colour scheme), warna
dapat dibagi dalam tiga tipe yakni
:

x Warna monokromatrik adalah


tingkatan warna dari gelap ke
terang dalam urutan satu
warna, misalnya urutan dari
merah tua sampai ke merah
yang paling muda.
x Warna Complementer, yaitu
dua warna yang berlawanan
dalam kedudukan berhadap-
hadapan, memiliki kekuatan
berimbang, misalnya kuning
kontras ungu, biru kontras
jingga, dan merah kontras
hijau.
x Warna analogus adalah
tingkatan warna dari gelap ke
terang dalam urutan beberapa
warna, misalnya urutan dari
biru, biru kehijauan, hijau, Sumber : Seni Rupa dan Desain
hijau kekuningan, dan kuning.
Gambar 5.17. Contoh intensitas warna
303

3) Makna Warna

Sebagaimana unsur desain yang lain, warna juga mempunyai


makna yang berbeda, antara lain sebagai berikut :
x Merah mempunyai makna api, panas, marah, bahaya, aksi,
gagah, berani, hidup, riang dan dinamis.
x Putih mempunyai makna suci, mati, bersih, tak berdosa, dan
jujur.
x Kuning mempunyai makna matahari, cerah, sukacita, terang,
iri, dan benci.
x Kuning emas mempunyai makna masyhur, agung, luhur, dan
jaya.
x Coklat mempunyai makna stabil dan kukuh.
x Jingga mempunyai makna masak, bahagia, senja, riang,
mashur, dan agung.
x Biru mempunyai makna tenang, kenyataan, damai, kebenaran,
kesedihan dan setia.
x Hijau mempunyai makna dingin, sejuk, tenang, segar, mentah,
pertumbuhan, dan harapan.
x Merah muda mempunyai makna romantis, dan ringan.
x Ungu mempunyai makna kekayaan, berkabung, bangsawan,
mewah, berduka cita, dan mengandung rahasia.
x Hitam mempunyai makna tragedi, kematian, duka, kegelapan,
gaib, tegas, dan dalam.

Pemaknaan warna dipengaruhi oleh aspek budaya setempat. Pemaknaan


warna yang terkait dengan warna sebagai simbol, di masing-masing daerah
atau wilayah, akan berbeda, sesuai dengan pemaknaannya dalam budaya
setempat. Contoh : bendera tanda adanya kematian, di Indonesia berbeda
sesuai daerah setempat. Di Yogjakarta, bendera merah, di Jakarta – kuning,
di Sulawesi – putih, di Sumatera – merah, dan sebagainya.Di negeri China,
warna merah berarti Cinta, sedangkan di Indonesia berarti marah atau berani.
304

g.Tekstur

Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik itu nyata
maupun semu. Suatu permukaan mungkin kasar, mungkin juga halus,
mungkin juga lunak mungkin juga kasap atau licin dan lain-lain.

Ada dua macam tekstur yakni tekstur nyata dan tekstur semu, sebagai berikut
:

1) Tekstur nyata

Tekstur nyata adalah tekstur fisik suatu benda secara nyata yang
dikarenakan adanya perbedaan permukaan suatu benda. Misalnya tekstur
wool berbeda dengan kapas, kain sutera berbeda dengan plastik, dan lain
sebagainya. Tekstur ini dapat dikelompokkan dalam tekstur alam, tekstur
buatan dan tekstur reproduksi. Tekstur alam adalah tekstur yang berasal
langsung dari alam, misalnya daun, kulit kayu, permukaan batu, dan lainnya.
Tekstur buatan adalah tekstur yang tercipta dari susunan benda-benda alam,
seperti tikar (dari daun yang disusun), goni (dari pasir dan kertas).
Sedangkan tekstur reproduksi adalah tekstur yang dibuat melalui reproduksi
benda yang sebenarnya, misalnya wallpaper.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.18. Tekstur halus


305

2) Tekstur semu

Tekstur semu adalah tekstur yang terlihat saja berbeda tetapi bila
diraba ternyata sama saja. Tekstur ini hadir karena adanya unsur gelap
terang atau karena unsur perspektif.
Selain nilai raba pada suatu permukaan, tekstur juga dapat
menimbulkan kesan berat dan ringan. Sebuah kubus dari besai yang berat
bila dibagian luarnya dilapisi dengan karton maka akan memberi kesan
ringan dan kosong.

5.2.2. Prinsip Penyusunan Karya Seni Rupa

Prinsip adalah asas, prinsip dalam penyusunan karya seni rupa


adalah asas dalam menyusun sebuah karya seni rupa, sehingga karya seni
yang diciptakan mencapai sasaran yang diinginkan.

Ada enam prinsip penyusunan yang perlu diperhatikan oleh para


pencipta karya seni, yaitu :

a. Proporsi

Proporsi artinya perbandingan ukuran keserasian antara satu bagian


dengan bagian yang lainnya dalam suatu benda atau susunan karya seni
(komposisi). Untuk mendapatkan proporsi yang baik, kita harus selalu
membandingkan ukuran keserasian dari benda atau susunan karya seni
tersebut. Misalnya, membandingkan ukuran tubuh dengan kepala, ukuran
kursi dengan meja, ukuran objek dengan ukuran latar, dan kesesuaian
ukuran objek dengan objek lainnya. Karya seni yang tidak proporsional
tampak tidak menarik dan kelihatan janggal. Untuk itu dalam penciptaannya
harus dibuat sesuai dengan proporsi yang sebenarnya. Gambar berikut
memperhatikan contoh karya seni yang proporsional dan yang tidak
proporsional.

Sumber : Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana)

Gambar 5.19. Keserasian proporsi


sebuah bentuk trimatra
306

b. Keseimbangan (balans)

Keseimbangan (balans) adalah kesan yang didapat karena adanya


daya tarik yang sama antara satu bagian dengan bagian lainnya pada
susunan karya seni.

Balans didapat dari dua kesan, yakni karena adanya ukuran / bentuk
dan karena adanya warna. Karena adanya ukuran / bentuk disebut balans
ukuran / bentuk dan karena adanya warna disebut balans warna.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.20. Keseimbangan warna pada sebuah kursi

Bila dilihat dari bentuk susunannya, balans dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Balans Simetris

Balans simetris atau balans formal adalah balans yang susunan


unsur-unsurnya pada tiap-tiap sisi dari pusatnya adalah benar-benar sama.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.21. Keseimbangan simetris


307

2) Balans asimetris

Balans asimetris atau balans informal adalah balans yang susunan


unsur-unsurnya pada tiap-tiap sisi ditempatkan berbeda, namun susunan
tersebut bisa memberikan kesan seimbang.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.22. Keseimbangan asimetris yang dinamis

3) Balans radial

Balans radial atau memusat / melingkar adalah balans yang susunan


unsur-unsurnya melingkari satu pusat yang berbentuk roda.

Sumber : Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana)

Gambar 5.23. Keseimbangan bentuk dan warna


308

c. Irama (Ritme)

Irama (ritme) adalah pengulangan yang terus menerus dan teratur


dari suatu unsur atau beberapa unsur. Untuk mendapatkan gerak irama
(ritmis)dapat diperoleh dengan cara :

g. Melalui pengulangan bentuk


(repetisi)
h. Melalui penyelangan dan
pergantian (variasi)
i. Melalui progresi atau gradasi,
yakni suatu urutan atau tingkatan
seperti dari besar makin lama
makin makin mengecil atau dari
gelap sekali, kemudian menurun
menjadi gelap dan akhirnya
menjadi terang.
j. Melalui gerak garis
berkesinambungan (kontinu)
SuSumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.24. Irama pada bangku panjang


terlihat pada bentuk yang berkelok-kelok

d. Kontras

Kontras adalah kesan yang


didapat karena adanya dua hal yang
berlawanan, misalnya adanya
bentuk, ukuran, warna, atau tekstur
yang berbeda. Kontras yang
ditimbulkan karena adanya bentuk
yang berbeda disebut kontras
bentuk. Jika ukurannya yang
berbeda maka disebut kontras
ukuran. Bila warnanya yang berbeda
maka disebut kontras warna. Dan
apabila tekstur yang berbeda, maka
disebut Kontras tekstur.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.25. Kontras Warna


309

e. Klimaks

Klimaks disebut juga dominan, adalah fokus dari susunan karya seni
yang mendatangkan perhatian. Oleh sebab itu, istilah klimaks sering disebut
dengan istilah centre of interest (pusat perhatian). Untuk menciptakan pusat
perhatian pada karya desain, tempatkan salah satu unsur secara tersendiri
atau berbeda dari unsur lainnya.

Istilah lain yang sering digunakan untuk kata klimaks adalah


emphasize (penekanan), centre point dan fokus.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.26. Klimaks pada karya

f. Kesatuan (Unity)

Kesatuan (unity) adalah prinsip utama dalam hal penciptaan bentuk.


Dengan kesatuan, elemen seni rupa dapat disusun sedemikian rupa hingga
menjadi satu kesatuan bentuk yang terorganisir dari setiap unsur desain
hingga tercapailah suatu karya seni atau sebuah karya desain yang menarik
dan harmonis.
310

g. Komposisi

Komposisi merupakan suatu susunan unsur-unsur seni rupa


berdasarkan prinsip seni rupa. Susunan tersebut dikatakan harmonis, apabila
tersusun sesuai prinsip-prinsip seni rupa. Susunan yang harmonis tersebut
menghasilkan komposisi seni rupa yang baik.

5.3. Apresiasi Karya Seni Rupa

5.3.1 Pengertian dan Fungsi Apresiasi

Apresiasi berasal dari bahasa latin appretiatus yang lebih kurang


mempunyai arti mengerti serta menyadari sepenuhnya hingga mampu
menilai semestinya. Dalam hubungannya dengan seni kata apresiasi
mempunyai arti mengerti dan menyadari tentang hasil karya seni serta
menjadi peka terhadap nilai estetisnya, sehingga mampu menikmati dan
menilai karya seni tersebut. Dalam pengertian yang lebih luas, apresiasi
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang menikmati, mengamati,
menghayati serta menilai sekaligus memberi masukan berupa kritikan yang
objektif tanpa kehilangan rasa simpati terhadap sebuah karya seni.

Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, yaitu apresiasi empatik, apresiasi


estetis, dan apresiasi kritis.

x Apresiasi empatik adalah apresiasi yang hanya menilai baik dan


kurang baik hanya berdasarkan pengamatan belaka. Apresiasi atau
penilaian ini bias any dilakukan oleh orang awam yang tidak punya
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang seni.
x Apresiasi estetis adalah apresiasi untuk menilai keindahan suatu
karya seni. Apresiasi pada tingkat ini dilakukan seseorang setelah
mengamati dan menghayati karya seni secara mendalam.
x Apresiasi kritis adalah apresiasi yang dilakukan secara ilmiah dan
sepenuhnya bersifat keilmuan dengan menampilkan data secara
tepat, dengan analisis, interpretasi, dan peneilaian yang bertanggung
jawab.

Apresiasi ini biasanya dilakukan oleh para kritikus yang memang


secara khusus mendalami bidang tersebut. Dalam suatu apresiasi akan
terjalin komunikasi antara si pembuat karya seni (seniman) dengan penikmat
karya seni (apresiator). Dengan adanya komunikasi timbal-balik ini, seniman
diharap mampu mengembangkan kemampuannya untuk dapat membuat
karya seni yang lebih bermutu.
311

5.3.2. Aliran-aliran dalam Seni Rupa

Berbagai aliran dalam seni rupa berkembang terus dari jaman ke jaman,
antara lain :

a. Naturalisme
Aliran ini merupakan suatu aliran seni rupa yang mengutamakan
kesesuaian dengan keadaan mahluk hidup, alam, dan benda mati
sebenarnya. Contoh yang paling terlihat adalah pada lukisan potret diri,
pemandangan alam, atau landscape.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.27. Lukisan Naturalisme

b. Realisme
Aliran ini menunjukkan suatu keadaan sosial yang sesungguhnya dan
biasanya memprihatinkan dan sedang bergejolak di dunia atau suatu
tempat tertentu. Contoh aliran seni rupa ini antara lain melukiskan
kemiskinan, kesedihan, atau peristiwa yang memilukan.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.28. Lukisan Realisme


312

c. Romantisme
Aliran ini umumnya ditandai oleh tema-tema yang fantastis, penuh
khayal, atau petualangan para pahlawan purba. Juga banyak
menampilkan berbagai perilaku dan karakter manusia yang dilebih-
lebihkan. Para pelukis ini antara lain Eugene delacroik (1798-1963), Jean
Baptiste Camille Corot(1796-1875) dan Rousseau (1812-1876). Gaya ini
juga berkembang di Jerman, Belanda, dan Perancis.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.29. Lukisan Romantisme

d. Impresionisme
Aliran ini dalam dunia seni rupa berawal dari ungkapan yang mengejek
pada karya Claude Monet (1840-1926) pada saat pameran di Paris tahun
1874. Karya ini menggambarkan bunga teratai dipagi hari yang
ditampilkan dalam bentuk yang samar dan warna kabur dan oleh
sebagian kritikus seni disebut sebagai “impresionistik “, suatu lukisan
yang menampilakan bentuk yang sederhana dan terlampau biasa.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.30. Lukisan Impresionisme


313

e. Ekspresionisme
Adalah suatu aliran dalam seni rupa yang melukiskan suasana
kesedihan, kekerasan, kebahagiaan, atau keceriaan dalam ungkapan
rupa yang emosional dan ekspresif.
Salah seorang pelukis yang beraliran Ekspresionisme adalah Vincent
van Gogh (1853-1890). Lukisan lukisannya penuh dengan ekpresi
gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam
hidup.salah satu lukisannya yang terkenal adalah “Malam Penuh Bintang
“(1889), yang mengekpresikan gairah yuang tinggi sekaligus perasaan
kesepian.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.31. Lukisan Ekspresionisme

f. Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari
penyederhanaan bentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak).
Pada tahun 1909 berkembang aliran kubisme Analistis yang
mengembangkan konsep dimensi empat dalam seni lukis. Dan
dimengerti sebagai konsep dimensi ruang dan waktu dalam lukisan.
Pada setiap sudut lukisan terlihat objek yang dipecah-pecah dengan
posisi waktu yang berbeda. Sedangkan Kubisme Sintetis, pelukisannya
disusun dengan bidang yang berlainan yang saling tumpang dan tembus.
314

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.32. Lukisan Kubisme

g. Konstruksifisme
Aliran seni ini awalnya berkembang di Rusia penggagasnya antara lain
Vladimir Tattin, Antoine Pevsner, dan Naum Gabo. Gaya ini
mengetengahkan berbagai karya seni berbentuk tiga dimensional namun
wujudnya abstrak. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan
modern seperti besi beton, kawat, bahkan plastik.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.33. Lukisan Konstruksifisme


315

h. Abstrakisme
Seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas
pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna
ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam. Kadinsky dan Piet
Mondrian marupakan sebagian perupa beraliran abstrak ini. Seni Abstrak
ini pada dasarnya berusaha memurnikan karya seni, tanpa terikat
dengan wujud di alam.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.34. Lukisan Abstrakisme

i. Dadaisme
Adalah gerakan seni rupa modern yang memiliki kecendrungan
menihilkan hukum–hukum keindahan yang ada.Ciri utama gaya ini
adalah paduan dari berbagai karya lukisan, patung atau barang tertentu
dengan menambahkan unsur rupa yang tak lazim sebagai protes pada
keadaan sekitarnya, seperti lukisan reproduksi lukisan “Monalisa “ karya
Leonardo da Vinci tetapi diberi kumis, atau petusan laki-laki diberi
dudukan dan tandatangan, kemudian dipamerkan di suatu galeri.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.35. Lukisan Dadaisme


316

j. Surealisme
Adalah penggambaran dunia fantasi psikologis yang diekspresikan
secara verbal, tertulis maupun visual. Bentuk-bentuk alam dideformasi,
sehingga penuh fantasi dan di luar kewajaran.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.36. Lukisan Surealisme

k. Elektisisme
Yaitu gerakan seni awal abad ke- 20 yang mengkombinasikan berbagai
sumbergaya yang ada di dunia menjadi wujud seni modern. Banyak
yang menjadi sumber inspirasi dari gaya seni ini. Antara lain, gaya seni
primitive sejumlah suku bangsa di Afrika, karya seni pra-sejarah, seni
amerika Latin, gaya esetik Mesir Purba, dan Yunani Kuno. Tokoh-tokoh
seni yang menerapkan gaya ini antasra lain Picasso (disamping sebagai
tokoh Kubisme), Paul Gaugguin, Georges Braque, Jean Arp, Henry
Moore, dan Gabo.

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.37. Lukisan Elektisisme


317

l. Posmodernisme
Istilah seni ini umumnya disebut seni kontemporer yaitu mengelompokan
gaya-gaya seni rupa yang sezaman dengan pengamat atau yang
menjadi kecenderungan popular dan dipilih oleh para seniman dalam
rentang lima puluh tahun terakhir hingga sekarang.
Gaya ini sering diartikan sebagai aliran yang berkembang setelah seni
modern. Jika dalam seni modern lebih memusatkan kepada ekspresi
pribadi dan penggalian gaya baru, dalam seni Posmodern ungkapan seni
lebih ditekankan kepada semantika (makna rupa) dan semiotika
(permainan tanda rupa).

Sumber : Seni Rupa dan Desain

Gambar 5.38. Lukisan Elektisisme

5.3.3. Aspek-aspek Penilaian dalam Apresiasi Karya Seni Rupa

Untuk mengadakan penilaian terhadap karya seni rupa terapan,


berikut adalah beberapa aspek yang bisa dijadikan ukuran atau kriteria
sebuah penilaian. Dari aspek atau ukuran penilaian yang akan dibahas nanti,
tidak mutlak semua harus digunakan, karena tidak semua karya seni rupa
cocok dengan ukuran penilaian tersebut. Aspek-aspek atau ukuran penilaian
itu adalah :

a) Aspek Ide atau Gagasan

Proses kreatif dalam dunia kesenirupaan merupakan suatu proses


yang timbul dari imajinasi menjadi kenyataan. Proses mencipta suatu benda
melalui pikiran, dan melaksanakannya melalui proses sehingga masyarakat
dapat menikmati dan memanfaatkannya. Ekspresi yang muncul akibat
adanya rangsangan dari luar dan ilham dari dalam menciptakan suatu
keunikan sendiri. Keunikan ekspresi pribadi itulah yang disebut kreativitas.
318

b) Aspek penguasaan teknis

Teknik adalah cara untuk mewujudkan suatu ide menjadi hal-hal yang
kongkrit dan punya nilai. Ketidaktrampilan dalam penggunaan teknik akan
berdampak pada karya yang dihasilkan. Demikian dalam hal pemilihan teknik
juga harus menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan karya seni.
Kesalahan dalam pemilihan teknik, juga akan berdampak pada karya seni
yang dihasilkan. Itulah sebabnya aspek penguasaan teknik perlu
dipertimbangkan dalam penilaian sebuah karya seni.

c) Aspek penguasaan bahan


0
Setiap bahan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda,
misalnya sifat rotan adalah lentur, logam adalah keras, tanah liat adalah
plastis dan masih banyak lagi. Untuk itu seorang pencipta karya seni harus
tahu betul sifat dan karakter bahan yang digunakan. Kesalahan dalam
memilih bahan juga akan berakibat pada hasil karya yang dibuatnya. Untuk
itulah aspek penguasaan bahan dalam penilaian karya seni rupa terapan
patut dipertimbangkan.

d) Aspek kegunaan
Sebagaimana dalam aspek pertimbangan penciptaan karya seni
terapan, perlu mempertimbangkan aspek kegunaan (applied), maka dalam
penilaian juga perlu mempertimbangkan aspek tersebut. Hal ini sangat
penting mengingat fungsi utama dalam seni rupa terapan adalah kegunaan.
Segi-segi penilaian yang perlu dipertimbangkan dalam kegunaan adalah segi
kenyamanan dalam penggunaan, segi keluwesan/fleksibelitas dan segi
keamanan dalam penggunaannya.

e) Aspek wujud (form)


Aspek wujud (form) adalah aspek yang berhubungan erat dengan
prinsip-prinsip komposisi. Prinsip-prinsip komposisi itu meliputi proporsi,
keseimbangan (balance), irama (ritme), kontras, klimaks, kesatuan (unity).
Prinsip itulah yang menjadi ukuran untuk menilai karya seni dari segi wujud
atau form.

f) Aspek gaya atau corak


Karya seni adalah karya perseorangan, ia lahir dari cita, visi, dan
interpretasi individual seorang seniman. Seorang yang mempunyai watak
yang keras akan tercermin karya-karya yang keras baik dalam segi bentuk,
pewarnaan ataupun dalam pemilihan dan pengelolahan tema. Gaya atau
corak seseorang dalam menciptakan karya seni, perlu juga dipertimbangkan
dalam penilaian pada sebuah apresiasi.
319

g) Aspek kreativitas
Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kreativitas yang
bersangkutan dengan karya seni. Banyak cara untuk menemukan kreativitas,
misalnya dalam penggunaan media, bahan, alat, dan teknik yang berbeda
dari yang sebelumnya. Kreativitas juga bisa didapat dengan menampilkan
bentuk-bentuk baru atau memadukan unsur baru dengan yang lama. Bila-hal-
hal di atas dapat dicapai pada penciptaan karya seni rupa, khususnya karya
seni rupa terapan, maka penilaian dari aspek ini menjadi penting untuk
dipertimbangkan.

h) Aspek tempat
Pertimbangan tempat di mana karya itu akan diletakkan harus
mendapat perhatian dari seorang perancang karya seni rupa terapan.
Seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan rumah
tangga, tentunya harus berbeda dengan seperangkat meja kursi makan dari
rotan yang dibuat untuk keperluan suatu rumah makan besar.

i) Aspek selera dan agama


Seorang seniman yang ingin membuat karya seni terapan yang dapat
digunakan oleh orang banyak, harus dapat menyesuaikan karyanya dengan
selera dan agama yang dianut oleh pasar. Dalam hal ini selera harus
dipertimbangkan hal-hal yang sedang menjadi tren di masyarakat, misalnya
dari segi model/bentuk, warna, ukuran, bahan yang digunakan. Dalam hal
agama, hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan, misalnya penerapan motif
pada karya seni yang diciptakan, motif Bali akan lebih cocok bagi mereka
yang beragama Hindu. Hal-hal seperti itu penting karena jika tidak demikian
karya seni yang diciptakan tidak akan mendapat tempat dihati masyarakat.
320

Tabel 5.1. Aspek-aspek Penilaian dalam Apresiasi Karya Seni Rupa

Standar
Aspek-aspek yang Dinilai
1 2 3 4 5
Aspek Ide/Gagasan
Aspek Penguasaan teknis
Aspek Penguasaan Bahan
Aspek Kegunaan
Aspek Bentuk / Wujud
- proporsi
- keseimbangan
- irama
- kontras
- klimaks
- kesatuan
Aspek Gaya atau Corak
Aspek Kreativitas
Aspek Tempat
Aspek Selera dan Agama
Sumber : Seni Rupa dan Desain

5.4. Pameran Karya Seni Rupa

Aktivitas seni tidak hanya terbatas pada proses penciptaan karya seni,
tetapi bisa merembet ke aktivitas seni lainnya, dan salah satu dari aktivitas
lain itu adalah melakukan kegiatan pameran karya seni rupa.

5.4.1. Kegunaan Pameran Seni Rupa di Kelas atau di Sekolah


Pameran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
bidang kesenirupaan, karena kegiatan pameran baik sekali kegunaannya
baik bagi siswa, seniman, pengamat seni rupa, maupun bagi perkembangan
seni rupa pada umumnya. Melalui pameran, seorang siswa bisa
memperkenalkan karya-karyanya kepada masyarakat baik dilingkungan
sekolah ataupun masyarakat umum untuk dilihat, dinilai, dikagumi, atau
dikritik.

5.4.2. Jenis-Jenis Pameran


Pameran karya seni rupa berdasarkan pada ragam jenis karya yang
ditampilkan, dibedakan menjadi dua, yaitu pameran homogen dan pameran
heterogen. Pameran homogen, artinya pameran yang hanya menampilkan
satu karya seni rupa saja, misalnya pameran lukisan, pameran patung,
pameran keramik dan lain sebagainya.
321

Pameran heterogen, artinya pameran yang sekaligus menampilkan


berbagai jenis karya seni rupa, misalnya pameran seni kriya, pameran
lukisan, pameran patung, pameran keramik dan karya seni rupa lainnya
dilakukan dalam satu ruang pameran dan dilakukan dalam waktu bersamaan.

Pameran seni rupa yang diselenggarakan dalam kaitannya dengan


pendidikan seni rupa di sekolah, biasanya merupakan pameran heterogen,
karena menampilkan jenis karya seni rupa yang beragam mulai dari lukisan,
patung, ukiran, keramik, karya kerajinan, dan karya seni rupa lainnya.

Pameran berdasarkan pada jumlah seniman yang tampil, pameran


dapat dibedakan ke dalam :
a.Pameran perorangan atau pameran tunggal
b.Pameran kelompok, baik kelompok seniman dalam satu sanggar atau
satu almamater, kelompok seniman dalam satu aliran dan kelompok
lainnya.

5.4.3. Manfaat pameran seni rupa di lingkungan sekolah

a) Meningkatkan kemampuan berkarya

Dengan adanya pameran, karya-karya para siswa akan dilihat oleh


masyarakat sehingga para siswa dituntut untuk menghasilkan karyanya yang
terbaik. Di sini akan terjadi persaingan yang sehat dan terarah, dan hal ini
menjadi pendorong bagi siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam
berkarya.

b) Dapat melakukan penilaian / evaluasi

Pameran merupakan kesempatan bagi guru untuk melihat sejauh


mana kemajuan yang dicapai oleh siswanya. Pameran dapat dikatakan
menjadi sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kemajuan
dan perkembangan yang terjadi pada diri siswa. Sehingga penilaian atau
evaluasi ini dapat dimasukan dalam perhitungan nilai rapor.

Penilaian juga dilakukan oleh pihak luar sekolah seperti orang tua siswa
atau masyarakat umum yang mengunjungi pameran tersebut. Dari kesan-
pesan yang mereka sampaikan tentunya dapat memberi gambaran sampai
sejauh mana keberhasilan pendidikan seni rupa di sekolah tersebut.
322

c) Sebagai sarana apresiasi dan hiburan

Di samping sebagai sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi,


kegiatan pameran dapat dijadikan sebagai sarana apresiasi. Apresiasi di sini
dapat diartikan sebagai penikmatan, pengamatan, penghargaan, atau bisa
juga penilaian terhadap karya-karya yang ditampilkan.

Penilaian yang dimaksud bukan menilai dengan angka, melainkan


suatu proses pencarian nilai-nilai seni, pemahaman isi dan pesan dari karya
seni, dan melakukan juga perbandingan-perbandingan terhadap karya seni
sehingga nantinya akan didapat sebuah penilaian yang utuh dan
komprehensif.

Dalam arti yang luas, kegiatan pameran dapat juga diartikan sebagai
sarana untuk mendapatkan hiburan. Di sini masyarakat dapat merasakan
kesenangan atau empati, merasakan suka duka seperti layaknya menonton
film atau menyaksikan pertunjukkan musik dan seni lainnya.

d) Melatih siswa untuk bermasyarakat

Melaksanakan kegiatan pameran bukanlah kerja perorangan,


melainkan kerja kelompok yang melibatkan banyak orang. Jadi, dengan
mengadakan pameran seni rupa di sekolah, mendidik para siswa untuk
bermasyarakat. Di sini para siswa dapat bekerja sama satu sama lain,
melatih untuk menghargai pendapat orang lain, dan dapat pula memberi
pendpat terhadap tim kerjanya.

5.4.4. Syarat-syarat Penyelenggaraan Pameran Seni Rupa di


Kelas atau di Sekolah

Untuk dapat menyelenggarakan pameran karya seni rupa di lingkungan


sekolah, ada beberapa hal yang harus dikerjakan, yaitu :

a. Mengumpulkan karya yang akan dipamerkan


b. Menyiapkan penjaga pameran
c. Menyiapkan ruang atau tempat dan perlengkapan pameran
d. Menata karya-karya yang akan dipamerkan
e. Menyiapkan publikasi dan dokumentasi pameran
323

5.5. Ragam Hias Nusantara

Ragam hias nusantara merupakan salah satu dasar untuk dapat


mengeksplorasi dan mengembangkan ragam hias Nusantara untuk
kebutuhan tekstil pada saat ini. Hasil kreasi ini akan sangat bermanfaat
apabila diperuntukkan bagi suatu benda pakai.
Kegiatan mengeksplorasi dan mengembangkan pola ragam hias
tekstil merupakan hal yang sangat menarik dan menyenangkan. Hal ini akan
bertambah nilainya apabila dapat menerapkannya langsung menjadi suatu
benda tekstil sesuai dengan keinginan.
Langkah awal dari kegiatan ini dimulai dari memilih corak dari ragam
hias nusantara yang ada. Kemudian corak ini diolah bentuk, warna dan
teksturnya menjadi suatu pola ragam hias. Setelah menjadi suatu pola ragam
hias, perlu memikirkan bagaimana pola ini ditata dengan memperhatikan
kaidah-kaidah estetis dan arstitik. Dalam upaya menata ragam hias ini, teknik
penerapannya perlu menjadi pemikiran karena keunikan setiap teknik akan
mempengaruhi penataan pola yang akan lakukan.
Keunikan ragam hias nusantara adalah pada penggunaan isen atau
tekstur di setiap corak atau sebagai pengisi latar kain. Rinci dan rumit serta
padat dengan corak merupakan karakter tekstil nusantara. Hal ini perlu
perhatikan agar hasil kreasi nanti tidak kehilangan karakter
kenusantaraannya.

Makna simbolik dari corak, warna dan penataan keseluruhan pada


tekstil perlu menjadi perhatian Anda pula dalam melakukan eksplorasi ini.
Mengingat hal itu merupakan kekayaan nusantara yang perlu dilestarikan.
Corak meander atau spiral dapat dikembangkan menjadi berbagai motif lain
hanya dengan penataan yang berbeda.
324

Sumber : Tekstil, Buku Piloting PSN

Gambar 5.39. Motif Meander sebagai motif dasar

Hasil pengolahan bentuk, warna dan tekstur corak tertentu disusun ke


dalam pola ragam hias yang ukuran dan bentuk keseluruhannya dipengaruhi
oleh pola pengulangan yang akan diterapkan. Pola ragam hias dari
pengembangan corak dasar dapat diulang dengan beragam teknik, yaitu satu
langkah, setengah langkah, diagonal, dan pola pinggir

Penataan Pola ragam hias tekstil dapat dikembangkan dan


dimodifikasi seperti penataan arah horizontal, vertikal, diagonal, lingkar,
radial, dan pinggir. Penataan pola ini perlu di lakukan dengan teliti agar
sambungan pada kain tidak terputus.
325

Sumber : Tekstil, Buku Piloting PSN

Gambar 5.40. Pembentukan motif pada kain dengan teknik ikat celup

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.41. Beberapa contoh ragam hias pada kain ikat celup
326

5.6. Ekspresi Melalui Kreasi Seni Kriya

Pembelajaran seni rupa secara umum bertujuan untuk


mengembangkan kemampuan apresiasi, ekspresi, dan ketrampilan berkarya.
Pada tingkat perkembangan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini,
perlu diarahkan pada kemampuan produksi sebagai persiapan keahlian yang
lebih spesifik. Kemampuan yang perlu dikembangkan antara lain mengola
kepekaan rasa, mengembangkan kreatifitas, dan ketrampilan berkarya sesuai
bakat dan minat masing-masing dalam bab ini diberikan contoh pembelajaran
untuk siswa SMK dalam berapresiasi dan mengekspresikan diri melalui
ketrampilan berkreasi teknik ikat celup dan teknik batik

Tiga kompetensi yang diharapkan di miliki oleh siswa SMK adalah :

1. Apresiasi :
a. Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik serta kepekaan
rasa dalam berkarya seni rupa
b. Menampilkan apresiasi terhadap keunikan gagasan dan teknik
dalam berkarya seni rupa.

2. Ekspresi :
a. Memiliki kemampuan dasar berekspresi secara visual
b. Mampu mengkomunikasikan berbagai ide dan kreativitas

3. Ketrampilan :
a. Merancang karya seni rupa dengan memanfaatkan beberapa
teknik ungkap
b. Membuat karya seni rupa secara tematik dan pemecahan
masalah
c. Menyiapkan karya seni rupa buatan sendiri (porto folio) untuk
pameran dikelas atau disekolah.

Tujuan

Mata pelajaran seni rupa untuk SMK bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan membuat
berbagai produk kerajinan dan produk teknologi yang berguna bagi
kehidupan manusia
2. Memiliki rasa estetika, apresiasi terhadap produk kerajinan, dari
berbagai wilayah nusantara.
3. Mampu mengidentifikasi potensi daerah setempat yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan kerajinan.
4. Memiliki sikap professional dan kewirausahaan
327

Ruang Lingkup

Mata pelajaran seni rupa untuk SMK meliputi aspek-aspek sebagai


berikut :
1. Ketrampilan kerajinan
2. Kewirausahaan
Struktur pengetahuan dalam mata pelajaran seni rupa terdiri dari jenis,
bentuk,prosedur kerja, berproduksi, fungsi kerajinan dan porto folio.
Pembelajaran seni rupa ini berintegrasi dengan mata pelajaran lainnya
secara terpadu.

5.7. Seni Kriya Batik

Seni kriya batik yang berkembang pada masa sekarang merupakan


kelanjutan seni kerajinan batik sebelumnya. Daerah-daerah perkembangan
batik di Jawa Barat masa sekarang terdapat di daerah Cirebon.
Dalam pembuatan batik, kita mengenal ada empat cara
pembuatannya, yaitu dengan cara ditulis dengan canting yang biasa di sebut
dengan batik tulis, dengan cara di cetak dengan cap disebut batik cap,
dengan cara diikat dengan tali/benang dinamakan batik ikat atau jumputan
dan dengan cara dicetak dengan screen yang kemudian kita namakan batik
cetak atau batik printing.
Pembuatan motif pada batik tulis, dibuat dengan cara memberikan
malam dengan alat canting/kuas ke atas permukaan kain yang telah
digambar sebelumnya. Sedang pemberian motif pada batik cap dibuat
dengan menggunakan cap atau stempel logam yang permukaannya telah
diberi malam lalu dicetakkan pada permukaan kain. Pemberian motif pada
batik printing dibuat dengan cara mencetakkan larutan napthol yang telah
dikentalkan ke atas permukaan kain dengan menggunakan alat rakel.
Sedangkan pemberian motif pada batik ikat, motifnya diikat-ikat dengan tali
plastic atau benang hingga menjadi motif yang diinginkan.

Proses berikut adalah pencelupan kain ke larutan naptol, garam


warna dan air pembilas. Khusus untuk batik printing langsung dicelupkan ke
larutan garam warna. Untuk menghasilkan warna batik yang baik proses
pencelupannya harus diakukan berulang-ulang.
328

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.42. Contoh karya seni kriya batik

Proses selanjutnya disebut proses pelorotan malam. Caranya kain


yang telah selesai pada proses pencelupan, dicelupkan kembali ke dalam air
panas yang telah diberi bubuk soda abu atau soda ASH.
Benda-benda pakai yang dihasilkan dari kerajinan ini adalah kain,
selendang, taplak meja, sprei, sarung bantal, hiasan dinding, gorden dan lain-
lain.
Bahasan berikut adalah penjelasan tentang bahan, peralatan dan
tahap-tahap dalam pembuatan karya batik tulis. Untuk lebih jelasnya silahkan
Anda perhatikan dengan saksama.

1) Tahap pembuatan gambar motif


Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah kain katun,
pola gambar atau mall, pensil 4B-5B, dan meja kaca. Pembuatan gambar
motif pada kain, dapat dicapai dengan menjiplak pola / mall yang telah
disiapkan atau bias juga dengan cara menuliskan langsung di atas kain.
Untuk menghasilkan gambar motif yang baik penulisannya dilakukan di atas
meja kaca. Bila kain yang hendak digambari banyak lilin / kotor maka kain
harus dicuci terlebih dahulu dengan sabun. Hal ini dimaksud agar dalam
proses pencelupan nanti warna mudah menyerap.

2) Tahap pemberian malam


Dalam tahap ini bahan dan peralatan yang digunakan, yaitu :
x Kain, jenis kain yang digunakan untuk membatik adalah jenis kain yang
bahan bakunya terbuat dari kapas (katun) atau sutera, misalnya kain
blacu, poplin, birkolin, santung, prima, premisima, vealisima, linen, dan
sutera.
329

x Malam, malam untuk membatik terdiri atas malam lowong (warnanya


kuning dan lebih liat), malam cetak (warnanya coklat, sifatnya kurang
kuning dan lebih liat), malam cetak (warnanya coklat, sifatnya kurang liat),
dan malam putih / paraffin (sifatnya rapuh, dan mudah retak).
x Canting, canting yang digunakan untuk membatik terdiri dari canting
cecek (lubangnya kecil), canting klowong (lubangnya sedang) dan canting
nembok (lubangnya besar).
x Peralatan penunjang, alat penunjang yang digunakan dalam tahap ini
adalah kompor kecil, kenceng, panci, dan lainnya.

Sebelum proses pemberian malam dimulai, malam harus dipanaskan


terlebih dahulu pada kenceng di atas kompor hingga mencair. Proses
pemberian malam dilakukan dengan cara menuliskan cairan malam ke atas
permukaan kain dengan menggunakan alat canting. Cara menuliskannya
mengikuti gambar motif yang telah dibuat, dilakukan dari kiri ke kanan dan
dari bawah ke atas. Untuk pemberian malam pada gambar motif berupa
bidang yang luas digunakan kuas.

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.43. Proses pembubuhan prada diatas kain batik tulis

3) Tahap pemberian warna


Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah pewarna
batik yang terdiri dari :
x Naptol berfungsi sebagai warna dasar yang nantinya dibangkitkan oleh
garam warna (garam diazo). Naptol terdiri atas naptol AS, naptol ASLB,
naptol ASGR, naptol ASG, naptol ASD, naptol ASBO, dan naptol ASOL.
Warna lain yang bersifat alami adalah daun soga. Naptol AS berfungsi
untuk membuat warna merah, biru, violet, orange, dan hitam, naptol ASLB
330

untuk membuat warna cokelat, naptol ASGR untuk membuat warna hijau
dan naptol ASG untuk membuat warna kuning.
x Garam warna (garam diazo), berfungsi untuk membangkitkan warna.
Garam terdiri atas garam biru B, garam biru BB, garam violet B, hitam B,
merah bordo GP, garam orange GC, dan garam biru hijau B.
x Rapidogin, berfungsi untuk memberi variasi warna. Rapid terdiri atas rapid
merah RH, rapid orange RH, rapid biru BN, rapid cokelat BN, rapid kuning
GCH, dan rapid hitam G.
x Bahan Pelengkap, untuk membuat larutan pewarna batik tulis bahan
pelengkap yang diperlukan terdiri atas TRO (Turkish Red Oil) dan soda
api (Loog 380 BE). TRO cairan berbentuk minyak sedang soda api (Loog
380 BE), disebut juga costik soda berbentuk seperti kristal.

Adapun tahapan dalam pemberian warna pada batik tulis adalah :

a. Pemberian warna rapid


Pemberian warna rapid dilakukan dengan cara menyapukan warna rapid
ke bagian-bagian gambar yang diinginkan. Fungsi warna ini hanya sebagai
variasi agar batik lebih menarik. Larutan rapid dibuat dengan cara mengaduk
rapid dengan minyak TRO hingga kental, kemudian diberi air dingin dan
diaduk kembali hingga merata. Perbandingannya adalah 1 sendok makan
rapid : 2 sendok minyak TRO : 1 gelas besar air dingin.

b. Proses pencelupan
Proses pencelupan dalam membuat batik dilakukan dalam tiga langkah.
Pertama pencelupan pada larutan naptol (bak I), kedua pencelupan pada
larutan garam warna (bak II), dan ketiga pencelupan pada air pembilas (bak
III). Untuk menghasilkan warna yang memuaskan, proses pencelupan
dilakukan berulang-ulang.

c. Tahap melunturkan malam


Untuk melunturkan atau melorotkan malam pada kain batik yang telah
selesai pada proses pencelupan, dilakukan dengan cara memasukkan kain
ke dalam bak yang berisi air panas yang telah dicampur soda abu (Soda
ASH) dan soda api (costik soda). Proses melunturkannya kain dimasukkan ke
dalam bak, diangkat-angkat dengan menggunakan jepitan hingga malamnya
lepas dan selanjutnya dibilas dengan air bersih, diperas, dan diangin-
anginkan.
331

5.7.1. Alat Dan Bahan Batik

1. Peralatan Membatik
a. Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk membatik.
Penggunaan canting adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam
agar terbentuk motif batik. Canting memiliki beberapa bagian yaitu:

x Gagang
Gagang merupakan bagian canting yang berfungsi sebagai pegangan
pembatik pada saat menggunakan canting untuk mengambil cairan
malam dari wajan, dan menorehkan (melukiskan) cairan malam pada
kain. Gagang biasanya terbuat dari kayu ringan.
x Nyamplung (tangki kecil)
Nyamplung merupakan bgian canting yang berfungsi sebagai wadah
cairan malam pada saat proses membatik. Nyamplung terbuat dari
tembaga.
x Cucuk atau carat
Cucuk merupakan bagian ujung canting dan memiliki lubang sebagai
saluran cairan malam dari nyamplung. Ukuran dan jumlah cucuk can
beragam tergantung jenisnya. Cucuk tersebut terbuat dari tembaga.
Kondisi cucuk harus senantiasa berlubang, kalau tersumbat oleh cairan
malam yang sudah mengeras, cucuk dapat dilubangi lagi dengan cara
mencelupkan di cairan panas malam, sumbatan keras tersebut akan turut
mencair kembali. Sedangkan bila sumbatan belum mengeras maka
pelubangannya dapat dipakai dengan bulu sapu lantai.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.44. Bagian-bagian canting

b. Kuas
Pada umumnya kuas dipergunakan untuk melukis, dalam proses
membatik kuas juga dapat dipergunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang
motif luas dengan malam secara penuh. Kuas dapat juga untuk menggores
332

secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat mempergunakan kuas cat
minyak, kuas cat air, atau bahkan kuas cat tembok untuk bidang sangat luas.

c. Kompor Minyak Tanah


Kompor minyak tanah dipergunakan untuk memanasi malam agar cair.
Pilihlah kompor yang ukurannya kecil saja, tidak perlu yang besar. Pembatik
tradisional biasanya menggunakan anglo atau keren. Anglo merupakan arang
katu sebagai bahan bakar. Kelemahan anglo/keren adalah asap yang
ditimbulkannya berbeda dengan kompor yang tidak seberapa menimbulkan
asap.
Pilihlah kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm,
sesuai dengan besaran wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak
membutuhkan api yang cukup besar seperti kalau kita memasak di dapur.

d. Wajan
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan, terbuat dari
bahan logam. Pilihlah wajan yang memiliki tangkai lengkap kanan dan kiri
agar memudahkan kita mengangkatnya dari dan ke atas kompor.
Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan dengan
diameter kurang lebih 15 cm sudah cukup memadai untuk tempat pencairan
malam.

e. Gawangan
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin tangan kiri pembatik
memegangi kain tersebut. Untuk itu membutuhkan media untuk
membentangkan kain tersebut, yang disebut gawangan. Disebut demikian
karena bentuknya seperti gawang sepakbola, terbuat dari kayu, agar ringan
dan mudah diangkat dan dipindahkan.

Peralatan tersebut di atas sudah cukup memadai untuk kegiatan


membatik Anda. Memang di masa lalu ada beberapa peralatan pendukung
lainnya seperti saringan, kursi kecil (dingklik) dan lipas/tepas. Tepas
diperlukan untuk membantuk menyalakan api arang kayu di anglo/keren.
Sekarang ini dengan adanya kompor, maka tepas tidak diperlukan dalam
kegiatan membatik.

f. Nampan
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan campuran pewarna dan
mencelup kain dalam proses pewarnaan. Pilihlah ukuran nampan yang
sesuai dengan ukuran kain yang dibatik agar kain benar-benar tercelup
semuanya.
g. Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di atas kompor atau
tungku dan untuk melorot kain setelah diwarnai agar malam bisa bersih.
Pilihlah ukuran panci sesuai dengan ukuran kain yang dibatik.
333

h. Sarung tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan pada saat
mencampur bahan pewarna dan mencelupkan kain ke dalam cairan pewarna.
Selama penyiapan warna dan pewarnaan kain, pergunakanlah selalu sarung
tangan karena bahan pewarna batik terbuat dari bahan kimia yang berbahaya
bagi kesehatan kulit dan pernafasan, kecuali pewarna alami (natural).

i. Sendok & Mangkuk


Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan mangkuk
plastik untuk mencampur zat pewarna tersebut sebelum dimasukkan ke
dalam air. Selain itu juga diperlukan gelas untuk menakar air.

2. Bahan Batik
a. Kain
Salah satu bahan yang paling pokok dalam membatik adalah kain, sebg
media tempat motif akan dilukiskan. Untuk membatik biasanya kain yang
biasa digunakan adalah jenis kain katun seperti kain Voilissma, Primis,
Primissima, mori biru, Philip, berkolyn, santung, blacu, dan ada juga yang
mempergunakan kain sutera alam. Media kain yang harus diperhatikan
adalah usahakan agar kain tersebut tidak mengandung kanji atau kotoran
lainnya, karena hal ini akan mengganggu proses penyerapan malam ataupun
warna. Pengolahan kain ini lebih banyak dikenal dengan istilah “ngloyor”.
Bahan untuk pengolahan kain biasanya minyak jarak atau larutan asam.
Pengolahan kain menggunakan minyak jarak, langkah yang harus dikerjakan
yaitu merendam kain dalam panci dan direbus dengan memasukkan minyak
jarak ke dalam rebusan kain tersebut. Apabila sudah mendidih, diambil dan
direndam dalam air dingin sambil diremas-remas. Air dingin untuk merendam
kain ini bisa ditambahkan sabun atau deterjen.
Pengolahan kain dengan larutan asam biasanya dilakukan satu hari,
tetapi perlu diperhatikan bahwa larutan asam yang terlalu banyak akan
merusak kain. Pengolahan kain dengan minyak jarak dan larutan asam tidak
cocok digunakan untuk kain sutera, karena kain sutera yang berbahan sangat
lembut memerlukan perlakuan khusus. Biasanya pengolahan kain sutera
dengan sabun yang khusus untuk serat halus dan tidak diperas berlebihan
atau apabila sulit untuk mencari sabun khusus untuk kain sutera bisa
menggunakan shampo untuk rambut, tetapi gunakan sedikit saja dan cucilah
dengan perlahan. Sebagai tambahan saja, bahwa kain sutera sangat cocok
apabila diwarna dengan menggunakan pewarna alam.
Selanjutnya setelah kain diangkat dari perendaman, kemudian kain
dilipat dan dikemplong (“ngemplong”) yaitu dengan cara memukul-mukul kain
tersebut dengan menggunakan pemukul kayu. Tujuannya agar serat kain
menjadi kendor dan lemas. Setelah dikemplong kain dijemur. Setelah kering
kain bisa diseterika dan siap untuk dipola.
Saat ini banyak tersedia kain yang berkualitas bagus, tetapi tentu saja
kain tersebut masih mengandung kanji. Tetapi terkadang saat ini banyak
334

orang yang hanya merendam kain dalam air sampai beberapa kali tanpa
menggunakan minyak jarak atau larutan asam. Cara ini bisa juga dilakukan
pada kain yang sedikit mengandung kanji. Setelah kain diproses “ngloyor”
dan “ngemplong”, kain tersebut diukur sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang diinginkan.

b. Malam / Lilin
Malam merupakan bahan bahan utama yang menjadi ciri khas dalam
proses membatik. Dalam proses membatik, malam mempunyai fungsi untuk
merintangi warna masuk ke dalam serat kain dimana motif telah dipolakan
dan agar motif tetap tampak. Sebelum menggunakan malam, pilihlah malam
yang sesuai dengan kebutuhan, karena malam memiliki jenis, sifat, dan
fungsi beragam.

Tabel 5.2. Jenis Malam/Lilin

Jenis Malam Warna Sifat Fungsi

Malam Agak Lentur, tidak Untuk


Carikan kuning mudah retak, daya mglowongi
rekat pada kain atau
sangat kuat ngrengreng
dan membuat
batik isen
Malam Agak Kental, mudah Untuk menutup
Tembokan kecoklatan mencair atau bidang yang
membeku/keras, luas
daya rekat pada khususnya
kain sangat kuat pada
background
Malam Putih susu Mudah retak/patah Untuk
Remukan membuat efek
(Parafin) retak-retak
(remukan)
Malam Biron Coklat Mirip dengan Untuk menutup
gelap malam tembokan. pola yang telah
Biasanya bila tidak diberi warna
ada malam birono biru (bironi)
dapat digantikan
oleh malam
tembokan
Sumber : Tekstil, Buku Piloting PSN
335

C. Pewarnaan

1. Zat Pewarna

Pewarna kain batik ikat celup dapat dikategorikan menjadi dua yaitu zat
pewarna alam dan zat pewarna kimia. Zat pewarna alam dihasilkan dari
warna warna yang dapat kita peroleh dari berbagai macam tumbuhan
misalnya pada bagian buah, akar, daun, atau kulit pohon. Zat pewarna kimia
diproses/hasilkan secara kimiawi oleh industri.

Tabel 5.2. Jenis warna

Kategori Jenis Pewarna

Zat pewarna alam Kunyit menghasilkan warna kuning


Zat pewarna Kimia Napthol, indigosol, remasol, ergan soga, rapidosol,
procion.
Sumber : Tekstil, Buku Piloting PSN
Zat pewarna kimia tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tujuh bahan
warna yaitu, Napthol, Indigosol, Rapide, Ergan Soga, Kopel Soga, Chroom
Soga, dan Prosion.

a. Bahan warna Napthol

Napthol memiliki jenis yaitu AG, AS-D, AS-G, AS-OL, AS-BO, AS-GR,
AS-LB, AS-LB (Extra), AS-BS, AS-KN, dan AS-BR. Napthol AS memiliki sifat
netral artinya warna yang dihasilkan menurut warna garamnya. Untuk
membangkitkan warna dipergunakan jenis Garam Diazo diantaranya adalah
Biru B, Biru BB, Violet B, Hitam B, Merah B, Merah GG, Merah GC, Merah R,
Merah 3GL Spesial, Bordo GP, Orange GC, Orange GR, Biru Hijau B, dan
Kuning GC. Agar pelarutannya bagus, sebaiknya dibuatkan lebih dulu pesta
dengan bahan pendukung meliputi Turkish Red Oil (TRO) dan Loog 38 BE
(larutan Kaustik Soda / NaoH).
336

Tabel 5.3. Warna Napthol

Warna Napthol Garam Diazo

Kuning Kuning Napthol AS-G Garam kuning GC


Kuning muda Napthol AS-G Garam merah GG
Kuning tua Napthol AS-G Garam bondo GP
Merah Merah Napthol AS Garam merah B
Merah Napthol AS-D Garam merah B
Merah Napthol AS-BO Garam merah GG
Biru Biru muda Napthol AS Garam biru BB
Biru tua Napthol AS-BO Garam biru B
Biru tua Napthol AS-BO Garam biru B
Biru muda Napthol AS-D Garam biru BB
Hijau Hijau muda Napthol AS- Garam biru B
GR
Hijau Napthol AS- Garam biru hijau
GR
Violet Violet Napthol AS Garam violet B
Violet Napthol AS- Garam violet B
GR
Coklat Coklat Napthol AS-LB Garam kuning GC
Coklat Napthol AS-LB Garam biru BB
Coklat Napthol AS-LB Garam merah GG
Hitam Hitam Napthol AS Garam hitam B
Hitam Napthol AS-OL Garam hitam B
Hitam Napthol AS-BO Garam hitam B
Hitam Napthol AS-G Garam hitam B
mulus Napthol AS-BO Garam hitam B
Sumber : Tekstil, Buku Piloting PSN

b. Bahan warna Indigosol

Warna Indigosol ini memiliki jenis yaitu Blue 06B, Blue 04B, Yellow
FGK, Yellow 1GK, Green 1B, Green 13G, Orange HR, Violet BF, Violet
ABBF, Brown IRRD, Abu-abu 1BL, Rosa 1R, dan RED AB. Bahan
pelengkapnya adalah Natrium Nitrit (NaNo2) dengan komposisi 2x indigosol,
dan TRO. Untuk membangkitkan warna dilakukan dengan mengoksidasikan
secara langsung ke panas matahari. Selain itu dengan larutan Asam Chlorida
atau Asam Sulfat.
337

Tabel 5.4 Warna Indigosol


Campuran
Warna Indigosol Bahan Keterangan
Pelengkap
Biru 04B Blue 04B NaNO2
Biru 06B Blue 06B NaNO2
Orange HR Orange HR NaNO2
Merah Rosair Orange HR NaNO2
Extra
Komposisi
Coklat IRRD Brown NaNO2
Indigosol dan
IRRD
NaNO2 adalah 2 : 1
Kuning FGK Yellow FGK NaNO2
Kuning 1GK Yellow 1GK NaNO2
Merah AB Red AB NaNO2
Violet ABBF Violet NaNO2
ABBF
Sumber : Tekstil, Buku Piloting PSN

c. Bahan warna Rapide

Bahan ini biasanya untuk pewarnaan teknik colet. Jenis rapide ada tiga
macam yaitu Rapide biasa, Rapidosen, dan Rapidosol. Rapide biasa meliputi
Kuning GCH, Orange RH, Biru BN, Hitam G, dan Hijau N-16G. untuk
membangkitkan warna dipergunakan larutan asam cuka, dengan komposisi
50 cc asam cuka dipakai untuk 1 liter air panas. Sedangkan bahan
pendukungnya adalah Turkish Red Oil (TRO) (2x Rapide) dan Loog 380Be.

d. Bahan warna Ergan Soga

Bahan warna ini memiliki tiga jenis yaitu COklat (soga) tua, Coklat
(soga) sedang, dan Coklat (soga) muda. Bahan pelarut menggunakan obat
hijau (chromfarbesalz), dan pembangkit warnanya memakai beningan larutan
air kapur (50 gr untuk 1 liter air dingin).

2. Pewarnaan

Bahan pewarna batik ikat celup sangat beragam, tetapi yang lebih
banyak digunakan yaitu bahan pewarna napthol dan remasol, walau tidak
ada salahnya juga mencoba jenis pewarna yang lain. Berikut akan dijelaskan
cara pewarnaan dengan napthol dan remasol.

a. Pewarnaan Napthol dengan Satu Warna (Celup)

Napthol yang dimaksud untuk pewarna batik ikat celup bukan jenis
napthol yang biasa untuk mewarnai kain jeans tetapi jenis pewarna napthol
dingin, disebut napthol dingin karena proses pewarnaannya tidak direbus
338

seperti halnya pewarna napthol untuk jeans pewarna napthol untuk batik yaitu
pewarna napthol yang harus dibangkitkan dengan pembangkit warna (Garam
Diazo). Secara umum proses pewarnaan dengan napthol dingin adalah
sebagai berikut :

a) Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu membuat larutan TRO


(Turkish Red Oil). TRO berbentuk serbuk putih dan merupakan salah satu
bahan pelengkap napthol. Tetapi sebelumnya harus diketahui berapa
kuantitas dari napthol, karena perbandingan Napthol dengan TRO yaitu 1
: ½ atau (1/3).
b) Kain lalu dicelup dalam larutan TRO tersebut. Kemudian tiriskan hingga
air yang menetes pada kain habis, tetapi jangan sampai diperas dan
jangan sampai kering benar.
c) Sementara menunggu kain atus/sampai air tidak ada yang menetes,
larutkan napthol dan kaustik soda (NaoH) dalam sedikit air panas. Fungsi
air panas hanya untuk melarutkan kedua bahan tersebut. Setelah larut
masukkan dalam larutan TRO yang pertama tadi lalu tambahkan air
dingin dengan perbandingan 3 gr napthol : 1 Liter air.
d) Kain yang sudah atus/sampai air tidak ada yang meneters tadi kemudian
dicelup dalam larutan napthol tersebut. Usahakan agar seluruh kain
terendam, kemudian atus/sampai air tidak ada yang meneteskan lagi
pada gawangan dan tunggu sampai air yang menetes pada kain habis.
e) Sementara menunggu kain atus/sampai air tidak ada yang menetes,
larutkan garam diazo dalam sedikit air hingga larut, setelah larut
tambahkan air dan aduk. Perbandingan napthol dan garam yaitu 1 : 3.
f) Ketika kain dicelup pada larutan garam maka warna akan segera muncul.
Usahakan kain terendam kurang lebih 2 – 3 menit sambil bolak-balik
hingga larutan garam benar-benar meresap ke kain.
g) Setelah warna muncul kemudian tiriskan dan keringkan tapi jangan
dijemur di bawah matahari.
h) Setelah kain kering maka proses pelorotan bisa dilakukan.

Ditiris Ditiris Ditiris Ditiris & Dijemur


Dicuci air

Air +
Air + TRO Kaustik Air +
Air Air panas +
Soda + Garam
Soda abu
Napthol + Diazo
(Pelorodan)
TRO
Sumber : Pribadi

Gambar 5.45. Tahapan pewarnaan (1 warna)


339

Ditiris
4

Ditiris Ditiris Ditiris

1 2 3

Air + Kaustik Air +


Air + TRO Soda + Garam Air panas +
Napthol +
TRO
Diazo Air Soda abu
(Pelorodan)

5 6 7 Dicuci air
Ditiris Ditiris Ditiris&Dijemur
Sumber : Pribadi

Gambar 5.46. Tahapan pewarnaan (1 warna) secara berulang agar lebih pekat

b. Pewarnaan Napthol dengan 2 warna atau lebih (Celup)

Apabila menginginkan lebih dari satu warna maka setelah setengah


kering dilakukan pemalaman/penutupan dengan plastik/tali rafia kembali.
Sebelumnya harus sudah dipikirkan bagian mana yang akan tetap berwarna
sebelumnya dan bagian mana yang akan diwarna berikutnya. Jika
menginginkan warna sebelumnya (warna pertama) tetap ada, maka bagian
tersebut ditutup malam/plastik/tali rafia.

4
Ditiris Ditiris Ditiris

1 2 3

Membatik
Air + Air + Air + Air Air panas
TRO Kaustik Garam +
Soda + Diazo Soda abu
N h l (P l d

5 6 7 8 9
Ditiris Ditiris Ditiris Ditiris & Dijemur Dicuci air
Sumber : Pribadi

Gambar 5.47. Tahapan pewarnaan ganda (2 warna atau lebih)


340

c. Pewarnaan Remasol dengan 2 warna atau lebih (Colet)

Remasol adalah pewarna batik yang biasa digunakan untuk teknik


colet. Dengan pewarna remasol maka dalam beberapa colet bisa
menggunakan lebih dari beberapa warna. Remasol juga biasa dipakai pada
lukis batik modern. Teknik pewarnaan colet dengan remasol adalah sebagai
berikut :
a) Larutkan remasol dalam air panas kemudian tambahkan poliron dan
ludigol. Aduk hingga merata, perbandingan Remasol : Poliron : Ludigol =
1 : 1/2 : 1/2 . Perbandingan remazol dan air panas yaitu 3 gr : 50/100 cc
air
b) Tunggu sampai larutan tersebut dingin, apabila sudah dingin maka
pewarna tersebut siap digunakan.
c) Siapkan kain yang sudah di malam, lalu dengan menggunakan kuas ambil
pewarna tersebut dan oleskan pada bagian yang dikehendaki.
d) Lalu keringkan, pengeringan jangan di bawah matahari. Apabila sudah
kering, rendam ke dalam larutan waterglass + air + caustik soda dengan
perbandingan1:1. Air dapat dikurangi apabila menginginkan warna lebih
pekat.
e) Kemudian tiriskan dan dijemur sampai kering sekali.
f) Setelah kain kering maka proses pelorotan bisa dilakukan.

Dikuaskan Ditiriskan & dijemur Ditiriskan & dijemur Dicuci air

Membatik Air + Waterglass + Air panas +


Remasol + Caustik Soda + Soda abu
Ludigol air (Pelorodan)
Sumber : Pribadi

Gambar 5.48. Tahapan Pewarnaan Teknik Colet

Bahan pelorodan malam

Bahan untuk melorod (membersihkan malam) kain, diperlukan air


panas mendidih di atas tungku dan Soda Abu atau TRO. Fungsi soda abu
tersebut untuk menghindari terjadinya penempelan ulang malam di
permukaan kain sehingga kain benar-benar bersih dari malam.
Bila proses pemalaman telah selesai maka tahap selanjutnya yaitu
tahap pewarnaan. Tetapi sebelumnya telitilah kain yang sudah dimalam
tersebut, mungkin ada tumpahan atau tetesan kain yang tidak dikehendaki,
apabila ada untuk menghapusnya gunakan alat logam yang tahan panas
untuk menghilangkannya. Caranya ujung logam tersebut dipanaskan pada
bara api sementara kain yang terdapat malam yang tidak dikehendakitsb
dibasahi dengan air ssabun atau deterjen. Setelah ujung logam panas
341

tempelkan pada malam yang telah dibasahi tadi. Hal ini dapat dilakukan
berulang kali sampai malam yang akan dihapus hilang.

Penggunaan malam di wajan juga harus diperhatikan, malam yang


terlalu lama dipanaskan akan berubah warna menjadi hitam dan timbul
serbuk hitam (pasir) di dasar wajan. Kondisi seperti ini disebut Gentho, dan
sebaliknya jangan dipakai membatik lagi karena cenderung lebih kental dan
susah menempel/meresap pada kain, serta akan membuat canting sering
tersumbat. Untuk itu, segera buanglah gentho tersebut dan bersihkan wajan
serta gantilah dengan malam yang baru.

5.7.2. Contoh Berkreasi Batik bagi Siswa SMK, antara lain

1. Sapu Tangan
Pengembangan media dan motif batik sesuai minat masing-masing
siswa. Berikut ini diberikan contoh kreasi batik untuk sapu tangan agar dapat
memotivasi cara mandiri para siswa melalui pembuatan batik dalam bentuk
kecil, sederhana, dan mudah. Dibawah ini akan dipaparkan langkah-langkah
membatik dua warna dengan teknik kombinasi antara celup dan colet pada
benda pakai yaitu sebuah sapu tangan dengan motif bunga.

A. Pemalaman dan Pewarnaan Teknik Celup


x Setelah kain dipola dengan motif, silahkan merengrengi motif.
Merengrengi adalah memberi kontur motif dengan Malam/Lilin.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.49. Ngrengrengi


342

a. Selanjutnya nemboki bidang-bidang motif, yaitu mengisi bagian motif


yang telah diberi kontur.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.50 Nemboki

b. Siapkan kain yang sudah selesai dicanting dengan malam


c. Siapkan 1 gelas air ke dalam nampan
d. Masukkan 1/3 sendok makan TRO ke dalam 1 gelas air tadi, dan aduk
hingga seluruh TRO benar-benar larut dalam air.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.51. Memasukkan Turkish Red Oil (TRO)


e. Kain yang sudah dicanting dimasukkan ke dalam larutan TRO secara
merata selama kurang lebih 2 menit

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.52. Pencelupan di larutan TRO


343

f. Kemudian tiriskan

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.53. Kain ditiriskan

g. Sementara kain ditiriskan, masukkan Napthol ASG sebanyak 3 gr dalam

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.54. Napthol ASG dan Kaustik Soda

h. Masukkan pula Kaustik Soda sebanyak 1/2 gr

i. Kedua bahan tersebut dilarutkan dalam 1/2 gelas air panas, aduk hingga
merata

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.55. Air panas


344

j. Lalu masukkan larutan tersebut ke dalam larutan TRO sisa pencelupan


kain tadi.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.56. Pencampuran larutan ASG + Kaustik Soda ke dalam larutan TRO

k. Kemudian tambahkan air sehingga menjadi 1 liter

l. Kemudian celupkan kain yang sudah ditiriskan tersebut ke dalam larutan


napthol tadi.

m. Tiriskan kain di garawangan sampai benar-benar atus.

n. Sementara kain ditiriskan, buatlah larutan 9 gr Garam Diazo OGC dalam


larutan 1 liter.

o. Aduklah hingga benar-benar larut di dalam air


p. Setelah larutan Garam Diazo siap, celupkan kain yang sudah ditiriskan
tersebut ke dalam larutan Garam Diazo.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.57. Pencelupan ke larutan garam


345

q. Pada proses ini warna yang dikehendaki akan muncul. Celup kain
tersebut hingga keseluruhan kain terendam aar warna merata.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.58. Pencelupan merata sampai warna muncul

r. Kemudian tiriskan dan tunggu sampai kering, dan selanjutnya dilakukan


proses pewarnaan dengan teknik colet.

B. Pewarnaan dengan Teknik Colet

a. Sementara menunggu kain kering, siapkan bahan pewarna batik untuk


teknik colet. Bahan yang perlu disiapkan yaitu : pewarna remasol, ludigol
dan poliron

b. Setelah bahan siap, sediakan air panas sebanyak 1/2 gelas lalu larutkan
pewarna remasol (misal : violet) sebanyak 3 gr dan ludigol 1 ½ gr.

Water
glass Ludigol
Remasol
Poliron

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.59. Bahan-bahan pewarna

c. Poliron 1½ gr, aduklah hingga merata dan tunggu sampai dingin.

d. Setelah dingin, pewarna tersebut siap untuk digunakan. Ambil pewarna


tersebut dengan menggunakan kuas dan oleskan pada bagian yang
dikehendaki pada kain yang sudah mengalami pewarnaan pertama
dengan napthol tadi.
346

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.60. Pewarnaan kain dengan kuas

e. Setelah pewarnaan dengan mencolet selesai, kemudian kain dikeringkan


tetapi jangan dijemur di bawah matahari, tetapi celup di dalam ruangan.
Karena warna hasil coletan akan turun intensitasnya (drop) 50% di hasil
akhirnya, sebaiknya pencoletan dilakukan sekali lagi, agar mendapatkan
warna yang bagus.

f. Apabila cukup dengan satu warna colet, maka proses pewarnaan selesai,
kain tersebut didiamkan selama 6 jam atau lebih, kemudian dilorod.
Apabila menginginkan pewarnaan lebih dari satu warna, maka buatlah
kembali larutan pewarna colet. Sebagai contoh, untuk pewarnaan colet
kedua yaitu dengan pewarna Remasol warna Orange, larutkan kembali
pewarna remasol dalam 1/2 gelas air panas.

g. Kemudian tambahkan Ludigol sebanyak 1 ½ gr dan Poliron 1 ½ gr,


kemudian aduk hingga merata.

h. Setelah semua bahan pewarna tercampur, tunggu sampai dingin. Setelah


dingin bahan pewarna siap untuk digunakan. Oleskan dengan
menggunakan kuas pada bagian yang diinginkan.

i. Ulangilah pencoletan dua atau tiga kali agar setelah dilorod dan dicuci
tidak banyak turun kualitasnya.

j. Setelah pewarnaan selesai, tunggu sampai kering. Apabila sudah kering,


siapkan Waterglass sebagai bahan untuk pengunci warna. Gunakan kuas
untuk mengoleskan waterglass. Kemudian diamkan selama 6 jam atau
lebih.
347

C. Pelorodan

Setelah kering lalu kain yang sudah di beri warna tersebut siap
dilorod. Didihkan air panas dan masukkan Soda Abu. Kemudian masukkan
kain dan rebus hingga malam yang menempel larut dalam air. Apabila kain
sudah kelihatan bersih dari malam lalu cuci dengan air dan keringkan dan
proses membatik dengan teknik celup dan colet sudah selesai.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.61. Pelorodan

2. MEMBUAT TAPLAK MEJA DENGAN TEKNIK BATIK TULIS

Kain yang digunakan untuk membuat taplak meja biasanya berukuran


120 cm, sedang panjangnya disesuaikan dengan yang dibutuhkan. Dalam
rancangan gambar taplak meja berikut ini menggunakn ukuran 120 x 120 cm.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pembuatan
rancangan gambar adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan sketsa dan gambar pola


Sketsa dibuat dalam beberapa alternatif, kemudian dipilih sketsa yang
terbaik untuk dijadikan gambar pola. Media dan peralatan yang digunakan
untuk membuat sketsa ini adalah kertas gambar, kertas kalkir, pensil, karet
penghapus, dan mistar. Pada gambar pola, garis-garisnya dipertegas dengan
rapido atau spidol.

2) Membuat gambar jadi


Setelah sketsa terbentuk, tahap berikutnya adalah membuat gambar jadi.
Dalam tahap ini gambar dibuat dalam bentuk seperti sebenarnya. Media dan
peralatan yang digunakan adalah kertas gambar, pensil, karet penghapus,
mistar, kuas, dan cat poster.

3) Membuat alternatif warna


348

Agar motif batik yang dihasilkan lebih bervariasi, dibuat juga alternatif-
alternatif pemberian warnanya, artinya dalam satu motif rancangan gambar
dapat dibuat dalam beberapa pilihan warna.

Membuat benda seni atau karya seni rupa terapan, sebenarnya


merupakan kelanjutan dari proses sebelumnya yaitu proses desain. Namun
mengingat keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah
tidak semua karya-karya desain dapat dipraktikan di sekolah.

f. Tahap pembuatan gambar motif


Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah kain katun,
pola gambar atau mall, pensil 4B / 5B, dan meja kaca. Bila kain yang hendak
digambari banyak lilin / kotor maka kain harus dicuci terlebih dahulu dengan
sabun. Hal ini dimaksud agar dalam proses pencelupan nanti warna mudah
menyerap.

g. Tahap pemberian malam

Proses pemberian malam dilakukan dengan cara menuliskan cairan


malam ke atas permukaan kain dengan menggunakan alat canting. Cara
menuliskannya mengikuti gambar motif yang telah dibuat, dilakukan dari kiri
ke kanan dan dari bawah ke atas. Untuk pemberian malam pada bidang yang
luas digunakan kuas.

h. Tahap pemberian warna


Tahap-tahap pemberian warna pada batik tulis adalah :
Pemberian warna rapid, dilakukan dengan cara memberikan warna rapid
ke bagian-bagian gambar yang diinginkan. Fungsi warna ini hanya sebagai
variasi agar batik lebih menarik. Warna hitam yang ada pada gambar adalah
bagian-bagian gambar yang telah diberi larutan rapid.
Proses pencelupan, dilakukan tiga langkah, yaitu pertama pencelupan
pada larutan naptol, kedua pencelupan pada larutan garam warna, dan ketiga
pencelupan pada air pembilas. Untuk menghasilkan warna yang memuaskan,
proses pencelupan dilakukan berulang-ulang.

i. Tahap melunturkan malam atau lilin


Untuk melunturkan atau melorotkan malam pada kain batik yang telah
selesai pada proses pencelupan, dilakukan dengan cara memasukkan kain
ke dalam bak yang berisi air panas yang telah dicampur soda abu (Soda
ASH) dan soda api (costik soda). Proses melunturkannya kain, dimasukan ke
dalam bak, diangkat dengan menggunakan jepitan hingga malamnya lepas
dan selanjutnya dibilas dengan air bersih, diperas, dan dijemur di tempat
yang teduh.
349

5.8. Seni Kriya Ikat Celup (Tie Dye)

Tie Dye atau ikat celup pada dasarnya mempunyai pengertian yang
sama yaitu menghias kain dengan cara diikat atau dalam bahasa Jawa
dijumput sedikit, dengan tali atau karet, dijelujur, dilipat, sampai kedap air,
lalu dicelup dengan pewarna batik. Setiap daerah mempunyai nama teknik
dan corak yang berbeda. Di Palembang dikenal sebagai pelangi dan cinde, di
Jawa sebagai tritik atau jumputan, di Banjarmasin sebagai sasarengan. Di
Jawa dan Bali teknik celup ikat ini sering dipadukan dengan teknik batik
Dalam celup ikat, penggunaan kain-kain dari serat yang berbeda
dapat memberikan hasil yang berbeda pula. Kain yang tipis dapat diikat
dengan simpul-simpul kecil, sehingga ragam hias yang terbentuk juga lebih
padat dan banyak. Makin tebal kain yang digunakan, makan sedikit pula
jumlah ikatan yang bisa dibuat, karena simpul akan menjadi terlalu besar dan
sulit untuk dikencangkan rapat-rapat. Akibatnya zat pewarna dapat dengan
mudah merembes masuk dan menghilangkan corak yang ingin ditampilkan.
Oleh karenanya kain-kain yang tebal biasanya menampilkan corak yang
besar pula.
Ada berbagai jenis kain yang baik dan banyak digunakan dalam teknik
celup ikat, yaitu kain katun dan sutera. Kedua jenis kain ini dengan
kemampuan daya serapnya, memudahkan proses pengikatan dan
pencelupan. Sementara beberapa jenis kain lainnya, seperti dari bahan rayon
atau kain sintetis lainnya, proses celup ikat agak sulit dilakukan karena sifat
kain yang terlalu licin, atau keras atau kurang memiliki daya serap.
Banyaknya celupan dan lamanya setiap perendaman tergantung pada
hasil warna yang diinginkan. Setelah pencelupan selesai, kain digantung atau
ditiskan sebentar agar tetesan cairan pewarna habis. Kemudian ikatan dibuka
dan kain dibentang, maka akan terlihat corak-corak yang terbentuk akibat
ikatan yang merintanginya dari pewarnaan. Warna dari corak-corak ini
memiliki gradasi warna sesuai dengan rembesan cairan pewarna saat
pencelupan.
Celup ikat mengenal beberapa variasi ikatan dan akan terus
berkembang sesuai dengan kreativitas para pembuatnya. Wujud keindahan
dari kain celup ikat pada dasarnya tidak berasal dari jumlah ikatan yang
dibuat, tetapi lebih pada paduan jenis-jenis corak hasil ikatan dengan warna
yang digunakan serta keselarasannya secara keseluruhan dalam sehelai
kain. Banyak macam corak yang dapat dihasilkan dari teknik dari cara
melipat, jerat atau simpul, dan ikatan yang berbeda-beda. Secara umum
corak celup ikat dapat dibagi dalam 5 jenis, yaitu ragam hias penuh, jelujur,
lubang, lompatan, dan bungkusan. Masing-masing menggunakan teknik ikat
yang berbeda.
350

5.8.1. CONTOH KREASI TEKNIK CELUP IKAT

1. Teknik Ikat Celup Satu Warna


Langkah-langkah pembuatan Teknik Celup Ikat satu warna, teknik
ikat/jumputan dengan media kelerang dan karet gelang, sebagai berikut :
a. Siapkan kain dan kelerang serta karet gelang. Kemudian kelerang
diikatkan pada kain dengan menggunakan karet gelang.

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.62 Kain diikat karet berisi kelerang

b. Setelah keseluruhan kain diikat maka kain telah siap untuk diwarnai,
proses pewarnaan sama dengan teknik batik dengan menggunakan
malam. Untuk mewarnai langkah pertama yang dilakukan yaitu celupkan
kain tersebut pada larutan TRO, bolak-balik selama 3 menit lalu tiriskan.
c. Kemudian larutkan dalam larutan Napthol dan bolak-balik selama
beberapa menit, lalu tiriskan.
d. Setelah kain tersebut atus lalu celupkan dalam larutan Garam Diazo dan
warna akan segera muncul ketika dicelupkan di larutan Garam Diazo.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.63. Pencelupan ke larutan garam


351

e. Lakukan pencelupan bolak-balik agar warna merata di bagian kain.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.64.Pencelupan secara merata


f. Setelah warna merata tiriskan sampai kering
g. Setelah kering lepaskan ikatan karet gelang tersebut dan ambillah
kelerangnya.
Pembukaan ikatan dan jelujur ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak kain. Hasilnya akan segera terlihat, bagian yang terikat akan
tetap berwarna putih atau warna kain sebelumnya. Selanjutnya cuci
dengan air sampai bersih, dan keringkan dengan dijemur di tempat teduh.

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.65. Kain yang telah kering, dilakukan pembukaan ikatan dan jelujur.

2. Teknik Ikat Celup Dua Warna

Langkah-langkah pembuatan teknik ikat celup dua warna, teknik


ikat/jumputan dengan media tali raffia dan malam/plastik, sebagai berikut :

a. Ikatlah kain dengan cara dijumput/ambil sedikit bagian kain tersebut lalu
diikat dengan menggunakan tali rafia.
352

b. Kemudian celup ujung kain yang diikat ke dalam pewarna napthol, missal
warna kuning. Tunggu sampai kering, setelah kering lalu celup ujung kain
yang telah diwarna tersebut ke dalam malam, atau ditutup dengan plastik.

Sumber : Pribadi, Ilustrasi by Indra

Gambar 5.66. Pencelupan sebagian kain ke malam / lilin

c. Kemudian tunggu sampai malam kering


d. Untuk warna kedua, missal warna ungu. Celupkan terlebih dahulu kain
tersebut pada larutan TRO.
e. Bolak-baliklah selama 3 menit lalu tiriska
f. Setelah kain atus, celupkan kain tersebut ke dalam larutan Napthol bolak-
balik selama beberapa menit, lalu tiriskan di gawangan.
g. Setelah itu masukkan ke dalam larutan Garam Diazo, missal : Violet B,
lalu rendam dan bolak-balik kain tersebut selama beberapa menit.
h. Setelah dicelupkan ke dalam pewarna dan mendapatkan warna yang
sesuai, atuskanlah kain dan tunggu sampai kering.
i. Setelah kering, tali dilepas, selanjutnya dilorod sampai malam benar-
benar bersih. Tahap ini diakhiri dengan pencucian dan penirisan sampai
kering.

Sumber : Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia

Gambar 5.67. Hasil akhir


353

TES FORMATIF

A. Jawablah soal di bawah ini secara singkat dan jelas !

1. Sebutkanlah cabang-cabang seni rupa yang kalian ketahui dan berilah


contoh-contohnya.
2. Apa beda antara seni rupa murni dan desain? Uraikanlah
3. Kita kerap menggunakan karya desain dalam aktivitas sehari-hari. Coba
uraikan apa saja karya desain yang kalian miliki?
4. Sebutkan apa yang dimaksud dengan warna primer dan warna sekunder!
5. Jelaskan apa itu titik dan garis serta ada berapa garis yang kita kenal?
6. Dalam berkarya rupa, seorang siswa harus memiliki pengetahuan tentang
dasar-dasar rupa. Coba jelaskan!
7. Kita mengenal wujud simetri dalam rupa dasar. Berilah contoh dengan
gambar!
8. Betapa indahnya jika mendengar irama sebuah lagu yang dinamis.
Bagaimana penerapan unsur irama dalam dunia seni rupa?
9. Apa yang kalian ketahui tentang apresiasi seni rupa?
10. Jelaskan aspek-aspek penilaian dalam apresiasi karya seni rupa?

B. Tugas
1. Coba kalian kemukakan pendapat kalian sendiri tentang manfaat seni
rupa dan desain modern bagi kehidupan manusia di tanah air. Tulislah
dalam setengah halaman folio.
2. Jelaskan ruanglingkup kriya sebagai prospek kewirausahaan! Buatlah
berupa makalah!
3. Buatlah kliping (kumpulan artikel ataupun gambar) yang berhubungan
dengan budaya rupa. Pilihlah salah satu tema berikut ini.
- Kumpulan foto bangunan di kotamu.
- Kegiatan pameran seorang pelukis atau pematung.
- Pameran buku, barang, furniture, pakaian, atau komputer.
- Tulisan tentang seni rupa di koran atau majalah.

C. LATIHAN

1. Buatlah komposisi beberapa bidang sesuai prinsip-prinsip seni rupa.


Berilah warna berbeda pada setiap bidang. Warna harus berdasarkan
hasil campuran warna antar masing-masing jenis warna yang berbeda! (
misal : warna primer dengan warna sekunder )
2. Buatlah cetak tinggi sederhana dengan ketentuan sebagai berikut : a)
siapkanlah kertas gambar A2, cutter, pewarna kue, serbet, alas kerja; b)
potonglah ubi jalar/kentang/wortel, cukillah sesuai klise menonjol yang
diinginkan ; c) Cetaklah sesuai komposisi yang harmonis
354

3. Buatlah patung dari bubur kertas dengan rangka kawat !


4. Buatlah saputangan dengan teknik batik. Ketentuan sebagai berikut :
a) gambarlah desain pada kain ukuran 30 x 30 cm, sisakan tepi keliling
untuk lipatan akhir ; b) Tutuplah bidang kontur dengan lilin seperti proses
membatik tanpa canting ; c) celuplah dalam pewarna batik atau wantex;
d) finishing dengan melorot pada air panas.
Bab 6
Wirausaha
x Usaha Kecil
x Penyelenggaraan Seni Pertunjukkan
x Wirausaha EO Pertunjukan Musik
x Penata Musik Film
x Proses Manajemen Produksi Teater
x Kewirausahaan Dalam Seni Rupa
358

BAB VI
WIRAUSAHA

Wirausaha

6.1. Usaha Kecil

Wirausaha diartikan sama dengan pejuang / berani menjadi teladan


dalam bidang usaha. Wirausaha yang baik adalah pelopor usaha yang
menciptakan lapangan pekerjaan, menghasilkan barang dan jasa yang
bermanfaat, peka terhadap peluang bisnis.

Ciri-ciri :
x Motivasi berprestasi tinggi
x Dapat dipercaya
x Disiplin
x Berpikir kreatif, inovatif dan inisiatif
x Mampu memanfaatkan peluang
x Kemampuan mengambil keputusan
x Berani mengambil resiko
x Percaya diri
x Kemampuan berkomunikasi

Faktor-faktor yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha baru, adalah :


1. Komitmen, yaitu dapat diartikan serius untuk menjalani usaha ini.
2. Kegembiraan, adalah melakukan usaha ini penuh semangat.
3. Sumberdaya, adalah memilih orang yang ahli dalam bidangnya.
Integrasi aktif mencari kerjasama dengan badan usaha sebagai
Pembina ataupun mitra usaha.
4. Belajar dari pengalaman, kesalahan atau faktor kegagalan jangan
dilakukan kembali, penyebabnya dipelajari.
Kaitan faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Sukses Awal

Belajar dari
pengalaman Komitmen
Menjadikan perubahan
berkelanjutan

Integrasi Kegembiraan

Sumberdaya

Bagan 6.1. Kaitan Faktor-faktor Karakter Seorang Wirausaha


359

Apa yang harus diubah ?

Pengembangan
Staf

Pengelolaan Komunikasi
Staf

Struktur &
Sistem

Perencanaan Penilaian
ulang Kinerja
i i

Penghargaan

Bagan 6.2. Perencanaan Seorang Wirausaha

Pengelolaan Staf :
x proses rekruitmen
x penempatan
x pembinaan
x pengembangan (on the job training, teamwork, dan lain-lain)
x pemutasian
x promosi
x pemensiunan
360

Cara Memanfaatkan Peluang Pasar

1. Memodifikasi / mengubah produk


2. Menyempurnakan produk pesaing
3. Menciptakan produk baru

Pengetahuan ini dapat diaplikasikan dari hasil karyamu dari Ikat Celup dan
Batik.

Pada Bab V sudah dijelaskan tentang keterampilan membuat Ikat


Tenun dan Batik. Langkah awal memulai usaha adalah berpikir kreatif, dan
inovatif.
1. Ketika proses pewarnaan, perlu diperhatikan kualitas pewarna (jangan
yang cepat luntur).
2. Memilih warna, perhatikan target pasar konsumsi untuk anak-anak
atau untuk orang dewasa.
3. Cobalah bahan yang telah jadi, dijadikan pakaian dengan model
casual.
4. Pelajari selera pasar.
5. Perbanyak referensi model.

Pada ciri berani mengambil resiko.


- Berani menawarkan untuk menitipkan pada Koperasi.
- Buatlah promosi pada Koran atau majalah.
- Jaga mutu dan buatlah model-model yang menarik.
- Ambil keuntungan kecil saja, setelah dikenal luas baru memikirkan
keuntungan.

6.2. Menjadi Wirausaha Penyelenggaraan Pertunjukan Musik

Untuk itu dibutuhkan kemampuan :


1. Menyusun struktur organisasi
2. Target keberhasilan
3. Struktur uraian kegiatan berdasar bidang kegiatan
4. Perencanaan pementasan - umum
- produksi
5. Saluran komunikasi
6. Keamanan

Penyelenggaraan Seni Pertunjukan


Membentuk dan menyusun Panitia serta pembuatan jadwal dengan langkah
sebagai berikut :
1. Menentukan tema
2. menentukan bintang dan pendukung vokal dan tari
361

1. Struktur Organisasi

Pemimpin

Direktur Direktur
Artistik Organisasi

Bagian Bagian Bagian Bagian Dokumentasi


Bagian Bagian
Latihan Tata Suara Undangan Keanggotaan Konsumsi
Tata Rias Keuangan
dan dan
dan
Kostum Panggung Komunikasi

Bagan 6.3. Struktur Organisasi Persiapan Penyelenggaran Pertunjukan

2. Struktur Uraian Kegiatan Berdasarkan Bidang Kegiatan

Produksi

Latihan Tata Rias Tata Panggung

Penunjukkan Musik Inti Latihan Gladi Resik


Anggota Gabungan

Bagan 6.4. Struktur Uraian Kegiatan Persiapan Penyelenggaraan Pertunjukan


362

3. Perencanaan Pementasan

1. Umum
x Penggalangan dana / sponsor menggunakan proposal dan
perjanjian, penyediaan tempat
x Administrasi
x Pembukuan
x Konsumsi
x Perijinan

2. a. Produksi
x Penulisan tema
x MC/Narator
x Penerima undangan
x Latihan
x Tata rias
b. Artistik
x Latihan inti/kelompok
x Latihan Gabungan
x Gladi resik
x Tata panggung
Pembuatan desain panggung
Pembuatan property panggung
Pengadaan sound system
Penataan panggung
x Tata rias
Perias
Kostum

3. Saluran Komunikasi (undangan)


x Spanduk
x Leaflet
x Radio / TV
x Koran
x Majalah
x Koordinasi pengisi acara memberikan TOR kepada pengisi
acara tentang tema
x Peralatan
x Pembiayaan
x Antar jemput

4. Tempat dan Keamanan


x Penentuan tempat dengan memperhatikan keamanan, jumlah
penonton dan tempat duduk
x Distribusi undangan
x Keamanan dari berbagai pintu
363

5. Evaluasi Laporan

Karcis yang terjual


Keuntungan
Sponsor yang mendukung

Evaluasi artistik yang diperoleh dari :


- Kuesioner yang diberikan kepada penonton
- Wawancara dengan pengamat

6. Evaluasi Artistik

Indikator Sukses Tercapai Cukup Kurang Keterangan

Tema konsep
Performance :
- Pemilihan lagu
- Gaya panggung
- Pakaian
- Tata rias

Pendukung :
- Penari
- Desain panggung
- Lighting

Sound System
- Akustik
- Kepraktisan

Tempat dan Keamanan


- Penentuan tempat, dari sisi keamanan dan jumlah pendonton dan tempat
duduk
- Distribusi undangan
364

6.3. Penata Musik Film/Sinetron/Kartun

Berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memulai wirausaha


sebagai penata musik film/sinetron/kartun :

1. Tahap Promosi
Pada tahap ini meliputi :
a. Pembuatan demo dari musik yang dapat kita buat, dalam hal
ini dapat berupa kaset, cd, atau contoh scene yang telah kita
berikan musik latar atau contoh soundtrack.
b. Mencari rekanan bisnis, proses pencarian ini dapat melalui
peran aktif kita bergaul dengan orang-orang perfilaman,
seperti : menghadiri seminar-seminar film, mencari di
website/iklan media massa rumah produksi mana yang sedang
membutuhkan musik/jingle untuk film/iklan, berteman/masuk
ke dalam komunitas orang-orang/mahasiswa
perfilman/drama/teater yang berhubungan dengan seni
pertunjukan, dsb.

2. Tahap Negosiasi
Jika kita telah mendapatkan sebuah rekanan bisnis dan sepakat untuk
melakukan kegiatan bisnis maka langkah selanjutnya ialah negosiasi.
Negosiasi ini meliputi :
a. Sistem/cara pembayaran yang disepakati untuk pembiayaan
produksi musik.
b. Jangka waktu lama pembuatan musik (deadline)
c. Hal-hal mengenai hak cipta/royalti penata musik.
d. Hal-hal mengenai pembayaran hak cipta/royalti musik yang
merupakan penggunaan hasil cipta orang lain/musik populer
yang sudah ada.

3. Tahap awal produksi


a. Penata Musik menerima video dari pihak rumah produksi
untuk diberi musik latar.
b. Mengadakan pertemuan antara penata musik, sutradara, dan
produser film mengenai bentuk/jenis musik apa yang akan
dimasukkan dalam film tersebut.
c. Menyusun jadwal kerja untuk pembuatan musik.

4. Mengelompokkan bagian-bagian film(scene)


a. Menentukan letak penunjuk waktu(cue) dan durasi dimana
musik dapat dimasukkan dalam tiap bagian-bagian film.
b. Menginterpretasi setiap kejadian/peristiwa yang ada dalam tiap
bagian untuk ditentukan tema musik/komposisi apa yang
cocok untuk bagian tersebut.
c.
365

Contoh dalam menginterpretasi tiap bagian :


x Menginterpretasi setiap tingkah laku aktor/kejadian yang
ada ke dalam bentuk musik.
x Apakah pada bagian ini memang membutuhkan musik?
Apakah lebih baik jika tidak ada musik sama sekali?
x Jika pada bagian ini ada musik, musik apa yang cocok
untuk menggambarkan suasana/kejadian yang terjadi pada
bagian ini.

5. Pembuatan Musik
Dalam hal ini proses pembuatan musik dapat dengan menggunakan
lagu yang sudah ada atau membuat lagu/komposisi baru.
Contoh dalam membuat komposisi baru :
- Dengan menggunakan teknik looping yang dipadu dengan sound
effect dan beberapa isian melodi lagu dengan menggunakan
keyboard. Dalam hal ini alat yang dapat digunakan yaitu :
Perangkat DJ, Keyboard, Software, dan Komputer.
- Membuat komposisi dengan mengajak orang-orang yang mengerti
banyak akan musik untuk membantu dalam penulisan lagu,
aransemen, dan orkestrasi.
- Membuat komposisi dengan menulis pada partitur yang kemudian
dapat dimainkan baik menggunakan software musik, keyboard,
atau mempekerjakan pemain musik untuk memainkannya.

6. Proses Rekaman
Pada tahap ini dimulai proses perekaman musik dari tiap scene dan
lagu untuk soundtrack.
Proses rekaman dapat menggunakan 2 cara :
a. Dengan menggunakan MIDI
Dengan menggunakan metode ini proses rekaman tidak
memerlukan biaya yang terlalu banyak karena tidak membutuhkan
keterlibatan banyak orang, cukup menggunakan peralatan audio,
keyboard, DJ set, komputer, dan software.
b. Proses rekaman manual
Dalam metode ini rekaman dilakukan dengan melibatkan
beberapa pemain musik yang handal di bidangnya masing-
masing. Rekaman dilakukan di studio musik dan membutuhkan
waktu yang relatif lama.

7. Proses Hearing
Produser dan sutradara mengadakan pertemuan dengan penata
musik untuk mendengarkan bersama-sama musik yang sudah jadi.
Dalam proses ini apabila belum terdapat kesepakatan dalam musik
yang telah dihasilkan, penata musik dapat melakukan
koreksi/membuat kembali musik latar tersebut.
366

8. Hal-hal lain yang berhubungan dengan negosiasi bisnis apabila musik


telah selesai dibuat, seperti:
- Hak Cipta
- Proses pelunasan pembayaran biaya produksi musik
- Proses Mastering Video dan Audio
- Dsb.

6.4. Proses Manajemen Produksi Teater

Manajemen yang di jalankan dengan baik akan membantu organisasi teater


untuk dapat mencapaai tujuan dengan efektif dan efesien. Efektif artinya
dapat menghasilkan karya seni yang berkualitas sesuai dengan keinginan
seniman atau penontonnya. Efisien berarti menggunakan sumberdaya secara
rasional dan hemat, tidak ada pemborosan atau penyimpangan. Manajemen
adalah cara memanfaat semua sumber daya, baik itu sumber daya manusia,
maupun sumber daya lainya seperti peralatan, barang dan biaya untuk
menghasilkan pementasan atau karya seni pertunjukan teater melalui suatu
proses perencanaan ,pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
dengan memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan

x Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan tahapan pertama yang harus dilakukan oleh
suatu organisasi . dalam tahap inilah ditentukan sasaran atau tujuan yang
ingin dicapai dalam waktu tertentu dan cara yang akan ditempuh untuk
mencapainya. Misalnya sasaran dalam satu semester melakukan satu kali
pementasan .
kegiatannya meliputi :
- Menulis atau memilih naskah yang cocok untuk di pentaskan
- Rencana latihan
- Mencari dan menentukan rencana tempat pertunjukan
- Mencari biaya pementasan
- Rencana promosi dan publikasi
- Dan lain-lain
367

Dengan adanya perencanaan yang matang maka akan didapat manfaat :

1. Mengurangi resiko ketidakpastian terutama berkaitan dengan penjadwalan


waktu Proses dan pelaksanaan.
2. Memusatkan perhatian semua pendukung acara pertunjukan pada
sasaran, perencanaan dapat digunakan sebagai pedoman dalam hal
pengelolaan SDM dan Biaya.
3. Menjadi pijakan bagi langkah – langkah manajemen selanjutnya.

Proses Perencanaan dilakukan melalui :


- Menentukan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
- Mengurutkan langkah – langkah kegiatan
- Penjadwalan / menyusun time scedulle
- Integrasi atau terpadu dalam satu proses bersama

x Pengorganisasian Kegiatan
Pengorganisasian berfungsi supaya sumber daya yang dimiliki dapat
diberdayakan dengan optimal sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Hal dapat tergambar dengan adanya struktur organisasi. Hadirnya struktur
organisasi bukan hanya diatas kertas atau tertera dalam bagan akan tetapi
dilengkapi dengan uraian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan
kedudukannya dalam oraganisasi dan mekanisme kerja antar bagian
organisasi.

Proses pengorganisasian dilakukan dengan urutan:


x Merinci pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk
mencapai sasaran organisasi
x Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan
x Pembagian tugas sesuai dengan minat,bakat dan kemampuan
x Menyusun mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan agar
semua anggota konsisten dengan sasaran organisasi serta
mengurangi masalah-masalah yang timbul
368

CONTOH STRUKTUR ORGANISASI GRUP TEATER

PIMPINAN

DIREKTUR DIREKTUR
ARTISTIK/ ADMINISTRASI
SUTRADARA DAN UMUM

BAGIAN BAGIAN BAGIA BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN


NASKAH LATIHAN N TATA TATA MARKETIN KEUANGA UMUM DAN
DAN RIAS SUARA DAN G DAN N KEANGGOT
PERPUSTA DAN PANGGUNG TIKETING AAN
KAAN KOSTU
M

Bagan 5. Struktur Organisasi Grup Teater

x Pengarahan Anggota
Proses pengarahan ini dilakukan oleh pimpinan organisasi yang bertujuan
supaya seluruh anggota organisasi melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan harapan Organisasi.

Proses ini meliputi :


- Bagaimana memberikan instruksi atau mengkomunikasikan harapan
organisasi
- Memimpin dan memotivasi seluruh anggota agar melaksanakan tugasnya
dengan baik.
- Mengembangkan kemampuan : Melatih dan membimbing

Pengendalian Kegiatan
Proses Pengendalian ini dilakukan untuk menjamin dan mematikan
tercapainya sasaran yang telah ditetapkan dalam perencaan.

Aspek-aspek pengendalian :
- Upaya pencegahan
- Peninjauan terhadap hasil
- Tindakan korektif agar sasaran dapat tercapai
369

Langlah-langkah dasar pengendalian :


- Menetapkan standar atau ukuran pencapaian keberhasilan dan cara
mengukurnya, misalnya standar publikasi adalah adanya poster atau
baliho, jumlahnya cukup untuk menjangkau penonton yang berada di
sekitar sekolah yang baik, menarik, unik dan tepat sasaran.
- Mengukur hasil / prestasi dengan yang pernah dilakukan, misalnya
pementasan sebelumnya
- Membandingkan hasil yang di capai dengan dengan standar , apakah
tercapai, tidak tercapai atau melampaui.
- Mengambil tindakan misalnya tingkat pencapai dibawah standar maka
harus secepatnya dilakukan tindakan-tindakan agar persoalan tidak
menjadi lebih besar dan hasil yang dicapai sangat minim.

6.5 KEWIRAUSAHAAN DALAM SENI RUPA

Kewirausahaan selalu melibatkan dua unsur pokok, yaitu peluang dan


kemampuan menanggapi peluang. Menurut Asmudjo ( 1999 ), Kriya dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu : Kriya Tradisi, Kriya Industri, dan
Kriya Seni.

a. Kriya Tradisi adalah penciptaan produk kriya yang berotientasi


pada nilai fungsional, dekoratif, dan kualitas artistic/nilai hias yang
dominant dan lebih menonjolkan segi kepandaian kriya (
craftsmanship ) daripada segi ekspresi. Kriya tradisi ini tumbuh
subur di lingkungan pendesaan yang diproduksi sebagai usaha
rumah tangga ( home industry ). Usaha ini biasanya dikerjakan
secara manual dengan teknik sederhana.

b. Kriya Industri pada dasarnya sama dengan kriya tradisi,


penciptaan produknya berorientasi pada nilai guna/fungsional,
namun telah diproduksi secara massal, berkualitas artistic,
melibatkan penguasaan teknologi yang lebih maju, dan didukung
oleh proses perancangan/desain yang matang, serta sangat
memperhatikan pasar komersial.

c. Kriya Seni adalah penciptaan karya kriya yang mengandung


kompleksitas nilai dan berorientasi pada kualitas penghayatan
terhadap cita rasa estetik dan symbol-simbol ekspresi yang bersifat
personal.
370

Berdasarkan ketiga kategori tersebut, dapat terlihat bahwa kriya memiliki


potensi yang luar biasa di bidang kewirausahaan. Dalam hal ini
perkembangan pendapatan negara pada sector non-migas memiliki prospek
yang cerah. Upaya mengangkat kembali produk kriya Indonesia melalui
pendekatan ini merupakan strategi yang tepat untuk dapat bersaing secara
kompetitif di dunia internasional.

Kewirausahaan pada bidang seni kriya dapat berkembang melalui


keterlibatan kriyawan atau pengrajin dalam berbagai kegiatan berwirausaha.
Dalam hal ini terlihatlah beberapa peluang kewirausahaan dalam bidang seni
rupa, antara lain :
a. Bekerja dalam suatu industri besar produk kriya sebagai desainer
atau pengrajin kriya.
b. Sebagai konsultan dalam pengembangan rancangan seni kriya dan
desain, promosi produk seni rupa, dan pengelolaan pameran.
c. Mengelola studio kriya seni maupun kriya industri serta seni murni
d. Mengelola art shop atau galeri yang memasarkan produk-produk
kriya berkualitas dari para pengrajin dan karya seni murni
e. Mengelola pameran karya seni rupa, baik yang apresiatif maupun
komersial, perlu memperhatikan hal-hal antara lain:
x Kuratorial : mempersiapkan materi pameran seni rupa
sesuai tujuan pameran yaitu apresiatif da komersial. Seleksi
karya oleh curator dan juri
x Mengundang seniman yang mempunyai karya bernilai jual
tinggi, merancang anggaran, tempat penyelenggaran,
publikasi, siapa tokoh yang membuka acara pameran, dan
system transaksi penjualan karya.
x Evaluasi keberhasilan penyelenggaraan pameran, antara
lain seberapa banyak karya yang terjual, pesewaan karya,
dan citra penyelenggaraan secara keseluruhan melalui
kesan dan pesan pengunjung. Evaluasi bukan untuk
menghakimi, tetapi lebih untuk memberi wacana tentang
kelebihan dan kekurangan karya tersebut.
f. Sebagai tenaga pendidik seni rupa baik di jenjang formal maupun
Informal ( sanggar, karang taruna, dan sebagainya )
g. Sebagai perupa atau seniman professional
h. Sebagai kritikus seni rupa yang memiliki tanggung jawab besar
dalam membuka wacana dan apresiasi kepada masyarakat.
i. Sebagai desainer grafis di percetakan, majalah, stasiun TV, dan
sebagainya.
371

6.6 Wirausaha Penyelenggaraan Pameran Seni Rupa

Tugas kuratorial : mempersiapkan materi pameran sesuai tujuan pameran


Tujuan pameran : Apresiatif
Penggalangan dana
Komersial

Contoh pameran lukisan untuk komersial


Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Mengundang seniman yang mempunyai karya nilai jual tinggi
2. Menyeleksi karya dengan melibatkan juri
3. Persiapan anggaran
4. Publikasi
5. Siapa yang mebuka pameran
6. Menentukan tempat penyelenggaraan

Evaluasi :
- Seberapa banyak karya yang terjual
- Berapa karya lukis yang disewa oleh bank atau hotel-hotel dikarenakan
penyewaan lukisan karya ternama adalah pencitraan bagi bank/hotel
tersebut untuk mendapatkan kredibilitas.
Glosari &
Daftar Pustaka

3
373

Glosari
Aesteties : bersifat indah, karya seni yang indah, nilai-nilai
keindahan.
Aliran : ciri ekspresi personal yang khas dari seniman dalam
menyajikan karyanya – isi karya (makna).
Alur : rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui
kerumitan cerita kearah klimaks dan penyelesaian.
Antagonis : tokoh pertentangan, lawan tokoh protagonist.
Anti Tips Casting : pemilihan pemain berlawanan dengan sifat asli pemain.
Art Seni : kepandaian, sesuatu yang indah, kagunan, anggitan.
Atmos : suasana perasaan yang bersifat imajinatif dalam
naskah drama yang diciptakan pengarangnya. Atau
suasana berkarakter yang tercipta dalam pergelaran
drama.
Babak : bagian besar dari suatu drama atau lakon (terdiri atas
beberapa adegan).
Balance : keseimbangan unsur rupa.
Basics design : dasar-dasar desain, nirmana.
Basics visual : dasar-dasar rupa, rupa dasar.
Blocking : teknik pengaturan langkah-langkah para pemain di
panggung dalam membawakan sebuah cerita drama.
Caarakan : cara-cara petikan kacapi.
Casting : cara pemilihan pemain untuk memerankan suatu tokoh.
Casting by ability : pemilihan pemain berdasarkan kecerdasan,
kepandaian dan keterampilan calon pemain.
Casting by type : pemilihan pemain atas kesesuaian tokoh dengan calon
pemain baik fisik maupun tingkah lakunya.
Casting motional
Temperament : pemilihan pemain berdasarkan kondisi emosi dan
perasaan calon pemain.
Close value : value yang berdekatan/bersamaan dan kelihatan
lembut dan terang.
Colour : warna, color
Colour image : skema warna
Complementer : 2 warna yang berlawanan dalam lingkaran warna
Composition : komposisi unsur rupa
Contrast : tingkat kecerlangan, cerlang.
Craft : kerajinan, keterampilan, seni kriya.
Creativity : bersifat kreatif, dunia kreatif
Cultural identity : jatidiri budaya, identitas budaya
Design : rancangan, karya rancangan, penggambaran, gagas
rancangan, pemecahan rupa, susunan rupa, tata rupa,
konsep rupa, bahas rupa.
Design principles : asas-asas desain.
374

Diatonis : susunan nada yang mempunyai jarak 1 dan ½


Ekplorasi : latihan-latihan pencarian untuk kebutuhan karya seni.
Eksposisi : bagian awal sebuah lakon atau karya sastra yang berisi
keterangan tentang tokoh dan latar pemaparan-
pengenalan.
Ekspresionisme : aliran seni yang menampilkan kondisi kedalaman hati/
perasaan.
Empati : keterlibatan kedalam bentuk atau larut dalam perasaan
tokoh.
Expression : mimik, emosi wajah.
Gaya : ciri bentuk luar yang melekat pada wujud karya seni.
Genre kesenian : jenis / bentuk / fungsi seni sebuah pertunjukan
dilakukan.
Gestikuised : bagian aktor memanfaatkan gerak/isyarat tangan untuk
menegaskan apa yang dibicarakan.
Improvisasi gerak : imajinasi spontanitas gerak.
Industrial design : disain produk industri, disain produk, disain industri.
Intensity chroma : kualitas cerah atau suramnya warna.
Karakter : sifat-sifat kejiwaan ahlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat,
watak.
Komedi : lakon gembira, atau suka cita.
Konflik : berselisih, pertentangan, ketegangan dalam cerita atau
lakon (dua kekuatan atau dua tokoh).
Konsentrasi : pemusatan pikiran.
Konvensional : aliran atau gaya penampilan yang biasa-biasa saja
sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.
Lancaran : bentuk lagu yang menentukan letak dan pola tabuhan
semua instrumen dalam gamelan Jawa.
Laku Dramatik : penggayaan kegiatan atau prilaku sehari-hari sehingga
menampilkan sesuatu yang lebih bermakna.
Line : garis
Low value : nilai yang berada dibawahnya.
Musik Internal : musik yang berasal dari tubuh penari itu sendiri (seperti
tepuk tangan, teriakan, hentakan kaki, petikan jari,
dsb).
Musik Eksternal : musik pengiring tari yang berasal dari luar penari
(seperti seperangkat gamelan, orkestra/bunyi-bunyian
yang dimainkan orang lain).
Ostinato : pengulangan pola musik yang sama pada suara bas
(iringan).

Panggung
Proscenium : panggung di gedung pertunjukan yang hanya dapat
dinikmati dari satu arah pandang yaitu dari depan.
375

Pentatonis : susunan nada yang mempunyai 5 nada, susunan nada


yang berlaras :
Pelog terdengar seperti nada do-mi-fa-sol-si-do.
Slendro terdengan seperti nada re-mi-so-la-do-re.
Pesta Rakyat : kegiatan-kegiatan adat budaya selalu dikaitkan dengan
kejadian penting misalnya : kelahiran, perkawinan dan
kematian dalam suatu masyarakat tertentu dengan
bentuk-bentuk kegiatan seni.
Point of view : titik fokus.
Proportion : proporsi, kepatutan bentuk, idealisasi rupa.
Ricikan : penggolongan instrumen berdasarkan bentuk dan
fungsi dalam komposisinya.
Rubato : perubahan variasi ritme irama dan dinamik sebagai
ungkapan ekspresi pemain (dimainkan sekehendak
pemain)
Seni : kegiatan sadar manusia dengan perantaraan/medium
tertentu untuk menyampaikan perasaan kepada orang
lain.
Skenario : Adalah susunan garis-garis besar lakon drama yagn
akan diperagakan para pemain.
Shade : value warna yang lebih gelap dari warna normal.
Shape : bangun atau bentuk plastis (form)
Stilasi : menyederhanakan gerak dengan meniru gerak alami
(seperti gerak bermain, gerak bekerja, dan lain-lain).
Tarawangsa : istilah satu set perangkat gamelan sunda.
Tari teatrikal : tari yang dikemas untuk pertunjukan yang memiliki nilai
artisitik yang tinggi.
Texture : barik, kondisi permukaan suatu benda atau bahan.
Three dimensional
design : bentuk tiga dimensi, nirmana tiga dimensi.
Tint : value warna yang lebih terang dari warna normal.
Traditional art : Seni tradisi.
Two dimensional
design : bentuk dua dimensi, nirmana dua dimensi, datar.
Unity : kesatuan rupa.
Velue : nilai, bobot.
Visual art : seni rupa
Visual culture : budaya rupa, dunia kesenirupaan.
Visual principles : prinsip-prinsip rupa.
Vituosned : kemahiran luar biasa dalam menguasai teknik
memainkan, membawakan peran.
376

Daftar Pustaka

Abdurahman, Maman. 2000. Peranan Kacapi dalam tari Sunda. Bandung:


Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Anas, Biranul. 1995. “Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia”,


Jakarta : Yayasan Harapan Kita – BP3 Taman Mini Indonesia Indah.

Anderson, Ronald. 1976. Selecting and Development Media for instruction.


Wiscosin : American Society for Training and Development.

Anim, Suyatna. 1996. Menjadi aktor, Bandung : STB.

Autard-Jaqualine Smith. 1996. Dance composition (ed 3). London : A&B


Black.

___________. 1994. The art of dance in education. London : A&B Black.

___________. 1993 . Teater untuk dilakoni. Bandung : STB.

___________. 2002. Menjadi sutradara. Bandung : STSI.

Balitbang Kerajinan dan Batik. 1991. Pengetahuan teknologi batik.


Yogyakarta.

Balitbang Kerajinan dan Batik. 1991. Teknologi warna batik. Yogyakarta.

Balitbang Kerajinan dan Batik. 2000. Katalog batik Indonesia. Yogyakarta.

Bambang, Yudhoyono. 1984. Gamelan Jawa asal mula makna dan masa
depannya. Jakarta : PT. Karya Unipress.

Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi gambelan Bali Denpasar : Proyek


Penggalian Seni Tradisional dan Kesenian Baru Pemerintah Daerah
Tingkat I Bali.

Bangun, Sem.C. 1997. Aplikasi Estetika Dalam Seni Rupa. Jakarta: Fakulas
Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Banoe. Pono. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta : CV. Baru.

Bram, Palgunadi. 2002. Serat Kanda Karawitan Jawa, Mengenal seni


Karawitan Jawa. Bandung : ITB.
377

Chandra, Purdi. 2001. Menjadi entrepreneur sukses. Jakarta : PT. Grasindo.

Dewantara, Ki Hadjar. 1967. Kebudayaan II A, Yogyakarta: Majelis Luhur


Persatuan Taman Siswa.

Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Pendidikan Edisi I Cetakan ke 2. Yogyakarta:


Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Devi Triana, Dinny, dkk. 2001. Pendidikan seni tari di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.

Dieter Mack. 1995. Sejarah Musik 2. Yogyakarta : Yayasan Pustaka


Nusantara.

Dwi Kusumawardani. 2005. Metode Pengembangan Seni. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Edi Sedyawati, dkk. 1986. Pengetahuan Elemener Tari dan Beberapa


Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan
Kesenian Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Fraser, Lynch Diane. 1991. Discovering and Developing Creativity.


Americans : A Dance Horizons Book Princeton Book Company, Publisher.

Hadi Sumandiyo. 1996. Aspek-aspek dasar komposisi kelompok Yogyakarta :


Manthili. Yogyakarta.

Harimawan. 1993. Dramaturgi, Bandung : CV. Remaja Rosda Karya.

Harmoko. 1993. Tari tradisional Indonesia. Jakarta : Yayasan Harapan Kita,


Jakarta.

Hawkins. Alma M. 1990. Mencipta Lewat Tari. Terjemahan


Y.Sumandiyohadi. Yogyakarta; ISI Yogyakarta.

Herdiati, Dian. 2001. Diktat Kuliah Teori Musik Jurusan Musik UNJ.

Humprey, Doris. 1964. The Art of Making Dances. New York: Charles F.
Woodford and Barbara Pollack.

Humphrey, Doris. 1983. Seni Menata Tari. Terjemahan Sal Murgiyanto.


Jakarta : Dewan Kesenian Jakarta.

I Jzerdraat, Bernard dan Suhendro Sosrowarno. 1954. Bentara Seni Suara


Indonesia. Jakarta : JB Wolters.
378

I Wayan. 2004. Dibia Pragina. Malang: Sasa Media.

Jacob Sumarjo. 2000. Filsafat Seni. Bandung : IBT Bandung.

Jamalus, 1988. Pengajaran musik melalui pengalaman musik. Jakarta :


Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Dirjen Dikti, Depdikbud.

Jamal Mld, 1982. Tari pasambahan dan galombang di pesisir selatan.


Padang Panjang : ASKI Padang Panjang.

Jazuli, M. 1994. Telaah teoretis seni tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kamin, Roger. 2002. An appreciation music. Fourth edition. New York : Mc


Graw Hill.

Kerlogue, Fiona. 2004. The book of batik. Singapore : Archipelago Press.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta:


Gramedia.

Koesoemadinata R. Machjar Angga. 1969. Ilmu Seni Raras. Jakarta : Pradya


Paramita.

Kraus, Richard. 1969. History of the dance in art an education. Englewood


Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Kriya Indonesia Craft. 2007. DEKRANAS.

Kusmayati, 2001. Perubahan seni pertunjukan untuk apa, untuk siapa.


Yogyakarta : Jurnal Penelitian ISI Yogyakarta Vol. 3.

Laban, Rudolf. 1975. Modern education dance. London : MacDonald and


Evans.

La Meri. 1965. Dance composition : The basic elements. Massachusetta :


Jacob’s Pillow Dance Festival, Inc.

Langer, Zussane. 1988. Problematika seni. Terjemahan FX Widaryanto.


Bandung; ISI Bandung.

Lata Mahosadhi. 1997. Art documentation center. Sekolah Tinggi Seni


Indonesia. Denpasar.
379

Masunah, Juju dan Kawan-kawan. 1998. Perbandingan jenis-jenis angklung


di Jawa Barat. Buku I. Bandung : IKIP Bandung.

Muchlis dan Azmi, 1995. Lagu-lagu untuk sekolah dasar dan lanjutan,
Jakarta; Mustika.

Muhadjir. 1986. Peta Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Kebudayaan DKI
Jakarta.

Munandar, Utami. 1996. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak


sekolah. Petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia Jakarta.

Murgiyanto. Sal. 1983. Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari.


Jakarta; Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional Jakarta.

__________, 1979/80. Topeng Malang Pertunjukan Drama Tari di Daerah


Kabupaten Malang. Jakarta : Proyek Sarana Budaya Departemen
Pendidikan Nasional.

MC Neill, Rhoderick, 1998. Sejarah Musik 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Noor Fitrihana. 2007. Proses Batik. http:/batikyogya.wordpress.com/


tag/teknologi.

Parani, Yulianti. 1975. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.

Permas, Achsan. 2003. Manajemen Seni Pertunjukan. Jakarta; PPM Jakarta.

Rambat Lupiyoadi. 2002. Enterpreneurship from minset to strategy. Jakarta:


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Riswandi, Tardi. 2002. Diklat Kuliah alat petik kacapi. Departemen


Pendidikan Nasional, Sekolah tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.

Ruchiat, Rachmat, Singgih Wibisono, Rachmat Syamsudin. 2003. Ikhtisar


Kesenian Betawi. Cetakan Kedua. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan
Permuseuman Propinsi DKI Jakarta

Rumadi, A. (Editor). 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Grasindo,


Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rofik, Arif, 2002. Pestetika Tari Warok dalam Perkembangan Budaya Warok
di Ponorogo. Denpasar : Tesis Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Sabana, Setiawan. 2007. Makalah Sasaran Pendidikan Tinggi Seni di
Indonesia, Seminar Pendidikan Apresiasi Seni Universitas Negeri Jakarta,
Akademi Jakarta.
380

Sachari, Agus. 2004. Seni rupa dan desain : membangun kreativitas dan
kompetensi. Jakarta : Erlangga Penerbit.

Samah, Ardi. 1983. Tari rakyat Minangkabau. Padang : Pengembangan


Kesenian Sumatra Barat.

Santoso Hadi. 1993. Gamelan, Edisi Revisi. Semarang : Drahara Prize.

Sanyoto, Sadjiman, Ebdi. 2005. Dasar-dasar tata rupa dan desain (Nirmana)
Yogyakarta : CV. Arti Bumi Intan.

Sejarah batik Indonesia. http:/batikindonesia.info/2005/04/18/ sejarah batik-


indonesia.

Slater, Wendy. 1990. Teaching modern educational dance. Plyamonth :


Norttoc house.

Smith, Jacquline. 1985. Komposisi tari ; sebuah petunjuk praktis bagi guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.

Smith. M. Jaquline. 1985. Dance Compisition Practical Guide for Teacher.


London: A&C Block.

Soedarsono. 1977. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Dirjen Kebudayaan,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

----------. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari (terj). Yogyakarta:


Lagaligo.

----------. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

----------. 1997. Tari Tradisional Indonesia. Jakarta: Harapan Kita

----------.1992. Penganar Apresiasi Seni Tari. Jakarta: Balai Pustaka.

----------. 1976. Pengantar Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI Yogyakiarta.

Soedarsono. 1998. Seni pertunjukan Indonesia di era globalisasi. Jakarta :


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soedarso SP. 1987. Tinjauan seni : sebuah pengantar untuk apresiasi seni.
Yogyakarta; Suku Dayak Sana.

Suanda, Endo. 2007. Makalah Pendidikan Seni Berbasis Budaya. Seminar


Pendidikan Apresiasi Seni Universitas Negeri Jakarta, Akademi Jakarta.

Sukatmo, Tuti dan Udin Saripudin. 1994. Teori Belajar dan Model
Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.
381

Sumarsam. 2003. Gamelan. Intreaksi budaya dan perkembangan musical


Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta, Masyarakat seni


pertunjukan Indonesia.

Surya Dewi, Ina. 2003. Pengantar tari pendidikan. Makalah Kuliah Perdana
Jurusan Seni Tari FBS Universitas Negeri Jakarta.

Syafi Jatmiko. 2003. Materi dan pembelajaran kertakesi. Jakarta : Universitas


Terbuka Jakarta.

Syarif, Mustika. 1991. Tari rakyat Minangkabau (Makalah) Padang : Makalah


Uniersitas Padang Panjang.

Tambayong. 1999. Dasar-dasar dramaturgi. Bandung : Pustaka Kimia.

Tridjata S. Caecilia. 2005. Dasar-dasar estetika. Fakultas Bahasa dan Seni,


Universitas Negeri Jakarta

Tumbidjo, Datuk. 1984. Seni gerak minangkabau. Padang : Pengembangan


Kesenian Sumatra Barat.

Waluyo, Herman. 2001. Drama, tari dan pengajarannya. Yogyakarta:


Hanindita Graha.

Wardhani, Cut Kamaril dan Ratna Panggabean, 2003, “Tekstil”. Buku Piloting
PSN, Jakarta : Penerbit Semi Nusantara (PSN).

Wiramihardja. Obby AR. 2005. Diktat Angklung. Pa Daeng. Bandung :


Masyarakat musik Angklung.

Wiyanto, Asul. 2008. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo, Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Wong, Wucius. 1994. Principal of two dimensional design. New York: Van
Nostrand Reinhold.

Yampolsky, Philips. 2001. Konsep pendidikan apresiasi seni nusantara.


Makalah Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni 18-20 April.
CURRICULUM VITAE (Ketua)

1. Nama : Dra. Sri Hermawati Dwi Arini, M.Pd.


2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 1966
4. Agama : Islam
5. Status Kepegawaian : Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Seni Musik
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Jakarta, sejak 1992.
6. Golongan : IV A
7. NIP : 131933266
8. Alamat Kantor : Kampus Universitas Negeri Jakarta
Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur
Telp. 47865811
9. Pendidikan : S1 Pendidikan Musik FPBS IKIP Jakarta, 1989.
Lulusan Terbaik Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Seni 1990 (Semester I).
S2 Program Studi Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan Pascasarjana UNJ, 2005

10. Tim Assesor BAN (Badan Akreditasi Nasional) Perguruan Tinggi, Depdiknas
2007

11. Pendidikan Musik : Spesialisasi Piano Klasik

1985 Grade 12 Sekolah Musik Yamaha


Yayasan Musik Indonesia
1986 Grade 11 Sekolah Musik Yamaha
Yayasan Musik Indonesia
1987 Grade 10 Sekolah Musik Yamaha
Yayasan Musik Indonesia
1988 Grade 9 Sekolah Musik Yamaha
Yayasan Musik Indonesia
1989 Step 6 Sekolah Musik Yamaha
Yayasan Musik Indonesia
1990 Step 7 Sekolah Musik Yamaha
Yayasan Musik Indonesia
1992 Step 8 Sekolah Musik Yamaha
Yayasan Musik Indonesia
1994 Guru Sekolah Musik Yamaha
Yayasan Musik Indonesia

1999-2000 Grade 5 Sekolah Musik Yamaha


Yayasan Musik Indonesia
2006-sekarang melanjutkan belajar Piano di Sekolah Musik
Vienna Pusat, (Royal Musik) Jakarta.
12. Jurnal :

1. Musik Tradisi Merupakan Kerangka Musik Nasional, Tahun XXI, No. 10 Juli
2000, Jurnal Ilmu dan Budaya, Universitas Nasional.
2. Musik Merupakan Stimulasi Terhadap Keseimbangan Aspek Kumulatif dan
kecerdasan Emosi, tahun ke 7 no. 30 Juli 2001 Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Balitbang Depdiknas Jakarta (Terakreditasi)
3. Buku Prosiding : Pengasahan Rasa Irama dan Kreativitas Siswa Melalui
Eksplorasi Bunyi, 6 Oktober 2003, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Surabaya (UNESA).
4. Tipe Penilaian dan Proses Pembakuan Pedoman Penilaian Kompetensi
Keterampilan Musik, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang
Depdiknas No. 066, Tahun ke 13 Mei 2007 (Terakreditasi).

13. Pengalaman Ilmiah :

Penelitian :
1. Suatu Studi Evaluasi Prestasi Belajar Mahasiswa IKIP Jakarta yang aktif
dalam organisansi Kemahasiswaan Periode 1991/1992, Dana OPF Lemlit
IKIP Jakarta, 1993
2. Berbagai Aspek Pengajaran Musik SLTP unggulan dan SLTP umu di
Jakarta, Dana DIK Lemlit UNJ, 2000
3. Pengembangan Pembelajaran Teknik Tari untuk Anak Pra Sekolah melalui
Respons Terbimbing Action Research, Dana DIK Suplemen Lemlit UNJ,
2000
4. Identifikasi Masa Studi Mahasiswa Jurusan Musik FBS UNJ, Dana DIK
Rutin FBS UNJ, 2005.
5. Kacapi Suling Instrumental Sebagai Salah Satu Khas Kesenian Sunda
Dana PNBP FBS UNJ 2007.

Pembawa Makalah :
1. "Musik Gamelan Sebagai Salah Satu Musik Tradisional Indonesia", Pada
Pelatihan Peningkatan Manajemen Seni Pertunjukan Tingkat Nasional, 10-
24 Juli 2001, Penyelenggara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jakarta, 2001.
2. "Memadukan Bidang Kependidikan dan Non Kependidikan dalam Program
Double Degree Jurusan Seni Musik", Forum eks FPBS se Indonesia 24 Juli
2005, FBS Universitas Negeri Semarang.

Pengabdian Pada Masyarakat:


1. Pelatihan Bagi Guru-Guru Sekolah Dasar Dengan Mengasah Rasa Irama
dan Kreatifitas Siswa Melalui Eksplorasi Bunyi, 2000, Dana Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta.
2. Modul Teori Musik dan Wirausaha, Dana Lembaga Pengabdian Pada
Masyarakat, Universitas Negeri Jakarta, 1999.
3. Menanamkan Cinta Budaya Melalui Dolanan Anak, Pelatihan pada Panti
Asuhan Yatim Piatu, Dana PNBP FBS UNJ 2007.
Penulisan Buku Teks :
1. Buku Seni Budaya untuk SMA/SMK Kelas X, XI, Penerbit Inti Prima, 2007,
Kurikulum KTSP.

14. Organisasi: Anggota, Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia


Sri Hermawati D. A. dkk.
Seni
BUDAYA
Sri Hermawati Dwi Arini dkk.

SENI BUDAYA
ISBN XXX-XXX-XXX-X

Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
untuk
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Sekolah Menengah Kejuruan
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-
nakan dalam Proses Pembelajaran.

HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00


untuk SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional

You might also like