You are on page 1of 11

Birul Walidain sebagai perwujudan syukur kita kepada orang tua dan Allah

Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban kita sebagai anak, apalagi momentum idul fitri
dengan tradisi sungkeman. Ada banyak hikmah yang bisa kita ambil dari tradisi sungkeman ini karena
secara tidak langsung tradisi ini mengajarkan pada kita cara menghormati orang tua, dan wujud bakti
kita pada mereka, walaupun dalam konteksnya berbakti pada orang tua tidak hanya sebatas
sungkeman saja tapi sangat luas.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". ( QS : Al-Isra : 23-24 )

Fatwa ulama mengatakan : Orang yang paling berhak untuk kamu mensyukurinya dan berbuat baik
kepadanya, terus menerus berbuat baik, taat kepadanya dan tunduk setelah Allah SWT yakni kedua
orang tua, Allah berfirman :

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.E( QS : Luqman : 14 )

Kedudukan dan keutamaan Birul Walidain

Seiring dengan IBADAH


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. ( QS : Al-Isra : 23 )
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.E( QS : Luqman : 14 )
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri". ( QS : Al-Ahqaaf : 15 )
2. Merupakan salah satu amal yang disukai Allah.
Dari Abdurrahman bin Mas’ud ra. Ia berkata : saya bertanya pada Nabi Salallahu alaihi wassalam :
"Amal apa yang paling disukai oleh Allah ta’ala ? "beliau menjawab : "Sholat pada waktunya", saya
bertanya lagi : "kemudian apa?", beliau menjawab : "berbuat baiklah pada orang tua", saya bertanya
lagi "kemudian apa ? ", beliau menjawab "berjuang ( berjihad ) dijalan Allah. "

3. Perintah Birul Walidain sudah ada sejak dulu


Perintah Birul Walidain untuk Bani Israel :
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah
zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.E( QS : Al-Baqoroh : 83 )

Perintah Birul Walidain untuk Nabi Isa :


“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. E( QS
: Maryam : 32 )

Perintah Birul Walidain untuk Nabi Yahya :


“Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya
hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan
kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang
tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.E( QS : Maryam : 12-14 )

Perintah Birul Walidain untuk Nabi Ismail :


"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami
panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. ( QS :
Ash-Shaaffaat : 100-107 )
kisah nabi Ismail ini menandakan ketaatan beliau kepada bapaknya.

4. Antara Birul Walidain dan ridho Allah, mempunyai saling ketergantungan.


Hadist riwayat Hakim menyebutkan, Rasulullah Salallahu alaihi wassalam bersabda : “Ridho Allah
tergantung ridho orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tuaE
Kisah Abdullah bin Salam Alqomah yang menderita saat sakaratul maut karena telah durhaka kepada
ibunya sebagai contoh untuk kita agar dalam perjalan hidup kita untuk selalu mendapat ridho dari
orang tua, dan banyak lagi contoh anak durhaka seperti dalam tayangan televisi.
5. Birul Walidain akan memperpanjang umur dan dimudahkan rizkinya.
6. Birul Walidain menjadi salah satu sebab diterimanya doa.
Seperti kisah 3 pemuda yang bersembunyi dalam goa, salah satunya adalah pemuda yang sangat
berbakti pada orang tuanya, selalu menyediakan susu untuk orang tuanya. Amalanya itu
menyebabkan pintu goa tergeser sedikit.
7. Birul Walidain mejadi sebab masuknya kita ke surga.
Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash.ra dari Nabi Salallahu alaihi wassalam, beliau bersabda: “Dosa-dosa
besar adalah : “mempersekutukan Allah, durhaka pada orang tua, membunuh jiwa dan sumpah
palsu. ( HR : Bukhori ).
dalam riwayat lain :
Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah Salallahu alaihi wassalam, beliau bersabda : “Sungguh rugi...
3X !!! orang yang mendapatkan kedua orang tuanya baik salah satu atau kedua-duanya lanjut usia
tetapi ia tidak masuk surga E HR. Muslim).

Birul Walidain bisa kita wujudkan dalam berbagai cara, diantara bentuk-bentuk birul walidain yaitu :
a. Mendoakan ibu dan bapak
b. Merbuat baik kepada kedua orang tua
c. Mengikuti keinginan orang tua selama tidak menyimpang dari perintah Allah
d. Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut.
e. Membantu dengan harta.
f. Tidak menyakiti perasaan, hati dan badan orang tua kita.
g. Merawat dan memelihara serta menjaga dengan sabar ketika ibu dan bapak sudah renta dan
menyenangkan hati mereka.
h. Jika orang tua sudah meninggal, kita tetap menjaga silaturrahim teman-teman dan saudara orang
tua.

Wallahu a’lam semoga Allah selalu membimbing kita untuk selalu berjalan diatas ridho-Nya dan
menjadikan kita anak-anak yang soleh dan berbakti kepada mereka hingga doEdoa kita sampai
kepada kedua orang tua kita saat mereka kembali dalam kedamaian cinta Allah, di kehidupan yang
hakiki disana.Ya Allah peliharalah mereka, jaga, dan sayangi mereka seperti mereka dulu menjaga,
merawat dan menyayangi kami di waktu kecil.. amin...

Apa yang bisa dirasakan ketika melihat orang tua (Bapak dan Ibu) yang disayangi memasuki 
usia tua, tubuh lemah, kulit keriput, rambut ubanan, matanya rabun, bahkan jalannya
pincang dan tubuhnya bungkuk karena osteoporosis. Ingin sekali mendampingi mereka di
hari tuanya, tetapi kadang-kadang mereka memilih tinggal di daerah asalnya karena
bagaimanapun lebih nikmat tinggal di rumah sendiri. Sehingga beruntunglah mereka yang
mendapat kesempatan merawat orang tua.

Sungguh sangat aneh jika ada anak yang tega mengirim orang tuanya ke Panti Jompo dan
melepaskan tanggung jawab tidak mau merawatnya. Padahal ketika kita lemah (bayi)
mereka merawatnya dengan penuh kasih sayang, bukankah bisa saja mereka menitipkan
kita ke Panti Asuhan. Sekarang ketika mereka lemah (tua) kita tidak mau merawatnya dan
menitipkan ke Panti Jompo. Sebuah balasan yang bertolak belakang.
Menelantarkan orang tua hingga ajal menjemput adalah perbuatan durhaka dan salah satu
dari 3 dosa besar, 2 dosa besar yang lain adalah menyekutukan Allah swt dan bersaksi palsu
(HR. Bukhari dan Muslim). Kita bisa saja beralasan repot dan tidak ada waktu untuk
mengurusnya, tapi ini bukan alasan syar’i yang bisa diterima. Bisa dibayangkan, betapa sedih
orang tua ketika berpisah dari anak dan cucunya, kesepian dan tidak ada kasih sayang dari
keluarganya.

Di negara maju seperti Jepang bisa ditemukan orang tua lanjut usia (lansia) dikaryakan
sebagai cleaning service di kantor dan pabrik, karena hanya itu kemampuan yang bisa
mereka lakukan. Tetapi kemana anak-anak mereka, yang telah dibesarkan dan menjadi
sukses tetapi akhirnya membiarkan mereka masih bekerja dan disuruh-suruh orang lain.
Bukankah seharusnya mereka menikmati hari tuanya?

Perlakuan Ketika Hidup

Jasa orang tua tidak akan terbalaskan dengan apapun, bahkan jika mereka lumpuh
kemudian kita menggendongnya selama menunaikan ibadah haji, belum cukup membalas
bagaimana sakitnya saat melahirkan kita. Kita hanya mampu membalaskan jasanya jika
menemukan orang tua sebagai budak kemudian memerdekakannya, yang mustahil untuk
dilakukan di zaman sekarang.

Seorang anak tidak bisa membalas kebaikan orang tuanya kecuali jika dia mendapati orang
tuanya sebagai budak, kemudian ia beli dan membebaskannya (HR. Muslim).

Allah swt memerintahkan untuk merawat orang tua dengan tangan kita sendiri, inilah wujud
bakti anak kepada orang tua (birul walidain). Ada 3 amal mulia yang sangat dicintai Allah
swt: 1) Shalat tepat waktu, 2) Berbakti kepada orang tua (birul walidain), 3) Jihad di jalan
Allah swt (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang tua harus dihormati, disayangi, merendahkan diri didepannya, bertutur kata yang
baik, bahkan sekedar mengatakan “Ah” (Al-Isra’ 23) tidak boleh, apalagi memaki,
membentak, menghina dan mengusirnya. Penulis menyaksikan sendiri seorang wanita yang
sering memarahi dan memaki ibunya yang sudah tua dan bungkuk. Ketika Ibunya meninggal
dia menangis histeris, mungkin ada rasa sesal tapi sudah terlambat.

Perlakuan Ketika Meninggal

Bagaimana pula perlakuan anak kepada orang tua yang telah meninggal? Kita bisa berbakti
dengan cara menyambung silaturahmi dengan sahabatnya dan memuliakan mereka. Selalu
mendo’akan mereka, terutama setelah shalat 5 waktu.

Jika orang tua berniat menunaikan haji tetapi keburu meninggal maka kita bisa
menghajikannya (badal), dengan syarat telah berhaji terlebih dahulu. Jika orang tua
meninggal di bulan Ramadhan, maka kita bisa mengganti (qadha’) sisa puasa yang tidak
sempat diselesaikannya hingga akhir Ramadhan. Kita masih bisa mengirimkan amal saleh
(pahala) dengan cara bersedekah dan membaca al-Quran, kemudian diniatkan pahala
sedekah dan bacaan al-Quran untuknya.
Sesungguhnya Ibu dari Sa’ad bin Ubadah ra meninggal dunia, sedangkan Sa’ad pada saat
itu tidak berada disampingnya. Kemudian Sa’ad mengatakan, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di
disampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?” Nabi saw
menjawab, “Iya, bermanfaat” Kemudian Sa’ad mengatakan pada Nabi saw, “Kalau begitu
aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya” (HR.
Bukhari).

Jadi, jika ingin investasi yang menguntungkan maka lakukan dari sekarang dengan mendidik
anak-anak menjadi shaleh, mereka akan mengalirkan pahala saat kita di alam kubur nanti
dimana ketika sumber amal lain telah terputus.

Setiap manusia meninggal, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga
perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa
mendo’akannya (HR Muslim).

Allah berfirman:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS. Luqman: 14)

Birul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) dalam agama islam yang haq ini
mempunyai kedudukan yang sangat mulia, bahkan merupakan amalan yang dicintai Allah
yang disandingkan dengan amalan sholat tepat pada waktunya dan amalan jihad
fisabilillah.Untuk ikhwan / akhowat yang saat ini berada di perantauan, jauh meninggalkan
kedua orang tua kita yang saat ini masih hidup dan mungkin sudah berusia lanjut, insyaAllah
artikel ini bisa dijadikan sebagai bahan renungan.

Birul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orang tua)


 
Allah berfirman:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.

(QS. Luqman: 14)

 Hadits pertama:

Dari Abu Hurairoh ia berkata: Rasulullah bersabda: Seorang anak tidak dapat membalas
ayahnya, kecuali anak tersebut mendapati ayahnya menjadi budak kemudian ia membelinya
dan memerdekakannya. (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Makna hadits tersebut adalah bahwa seorang anak tidak dapat membalas jasa ayahnya,
kecuali jika anak tersebut mendapati ayahnya sebagai budak yang dimiliki oleh orang lain
kemudian ia memerdekakannya, yakni membebaskan dari perbudakan dan perhambaan dari
orang lain (tuannya) sehingga ayahnya menjadi orang yang merdeka karena memerdekakan
budak itu adalah pemberian yang paling utama yag diberikan oleh seseorang kepada yang
lain.

 Hadits kedua:
Dari Abdullah Bin Mas'ud berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah: Amalan apakah yang
dicintai oleh Allah Beliau menjawab: Sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian
apa Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa
Beliau menjawab: Jihad dijalan Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 Hadits ketiga:
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah bersabda: Berbaktilah kepada bapak-bapak kamu niscaya
anak-anak kamu akan berbakti kepada kamu. Hendaklah kamu menjaga kehormatan niscaya
istri-istri kamu akan menjaga kehomatan. (HR. Ath-Thabrani dengan sanad hasan).

 Hadits keempat:

Dari Asma binti Abu Bakar ia berkata: Ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang wanita
musyrik di zaman Rasulullah . Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah dengan
mengatakan: Ibuku mendatangiku dan dia menginginkan aku (berbuat baik kepadanya),
apakah aku (boleh) menyambung (persaudaraan dengan) ibuku beliau bersabda: ya,
sambunglah ibumu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Imam Syafi'i Rahimahullah berkata: Menyambung persaudaraan itu bisa dengan harta,
berbakti, berbuat adil, berkata lemah lembut, dan saling kirim surat berdasarkan hukum
Allah. Tetapi tidak boleh dengan memberikan walayah (kecintaan dan pembelaan) kepada
orang-orang yang terlarang untuk memberikan walayah kepada mereka (orang-orang kafir)....

Ibnu Hajar Rahimahullah bekata: Kemudian bahwa berbakti, menyambung persaudaraan dan
berbuat baik itu tidak mesti dengan mencintai dan menyayangi (terhadap orang kafir
walaupun orang tuanya) yang hal itu dilarang di dalam firman Allah : Kamu tidak akan
menjumpai satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. (Al-Mujadilah: 22), karena
sesungguhnya ayat ini umum untuk (orang-orang kafir) yang memerangi ataupun yang tidak
memerangi. (Fathul Bari V/ 233).

Dalam kitabul 'Isyrah, Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada Sa'ad bin
Malik , dia berkata: Dahulu aku seorang laki-laki yang berbakti kepada ibuku. Setelah masuk
Islam, ibuku berkata: Hai Sa'ad! Apa yang kulihat padamu telah mengubahmu, kamu harus
meninggalkan agamamu ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati, lalu
kamu dipermalukan karenanya dan dikatakan: Hai pembunuh ibu! Aku menjawab: Hai Ibu!
Jangan lakukan itu. Sungguh dia tidak makan, sehingga dia menjadi letih. Tindakannya
berlanjut hingga tiga hari, sehingga tubuhnya menjadi letih sekali. Setelah aku melihatnya
demikian aku berkata: Hai Ibuku! Ketahuilah, demi Allah, jika kamu punya seratus nyawa,
lalu kamu menghembuskannya satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan agamaku
ini karena apapun. Engkau dapat makan maupun tidak sesuai dengan kehendakmu. (Tafsir
Ibnu Katsir III/791).

 Hadits kelima:
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idi berkata: Ketika kami sedang duduk dekat
Rasulullah , tiba-tiba datang seorang laki-laki dari (suku) Bani Salamah lalu berkata: Wahai
Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang aku dapat lakukan untuk berbakti kepada kedua
orangtuaku setelah keduanya wafat Beliau bersabda: Ya, yaitu mendoakan keduanya,
memintakan ampum untuk keduanya, menunaikan janji, menyambung persaudaraan yang
tidak disambung kecuali karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya. (HR. Abu
Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di dalam sahihnya)

 Hadits keenam:
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kamu (dari perbuatan) durhaka kepada para
ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menahan apa yang menjadi kewajibanmu untuk
diberikan, dan menuntut apa yang tidak menjadi hakmu. Allah juga membenci tiga hal bagi
kamu desas-desus, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta. (HR. Al-Bukhari dan
lainnya)

Tentang cara berbakti kepada kedua orangtua yang masih hidup, secara ringkas adalah
sebagai berikut:

Mengajak masuk agama Islam jika belum Islam.


Mengajarkannya kepada pemahaman yang benar (Ahlus Sunnah)
Mentaati perintah mereka selama itu bukan maksiat.
Mendahulukan kepentingan mereka daripada kepentingan sendiri, bahkan daripada ibadah
yang sunnah.
Membantu mereka dengan harta, membelikan kebutuhan mereka, dll.
Berkata yang baik dan lemah lembut kepada mereka, tidak memanggil langsung dengan
namanya, tidak bersuara tinggi dan ketus, dll.
Mendoakan kebaikan untuk mereka, seperti mudah-mudahan mereka mendapatkan hidayah
(Islam / sunnah) dan lainnya.
Berbuat baik kepada mereka seperti: melayani kebutuhan mereka, datang jika mereka
memanggil dan lain-lain.
Adapun berbakti kepada orang tua setelah mereka wafat, adalah sebagaimana yang tersebut
pada hadits di atas yaitu:

Memohonkan ampun untuk mereka jika semasa hidupnya mereka sebagai orang Islam.
Menunaikan janji mereka.
Memuliakan kawan-kawan mereka.
Menyambung persaudaraan kepada kerabat mereka.
(taken from : www.salafyoon.net)
 

  SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA

Anaku….

Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai
tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini.
Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku
sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna
ini dengan baik.Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan
aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku.
Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku.Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan
kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air
mata kegembiraan kami.Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat.
Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin
melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk
mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah.
Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup
baru.Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah
terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut
macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya
beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut
tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah
melakukan gerakan.Anakku…Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan
berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu.
Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa
kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat
dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?

Anakku..Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk
wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ?
Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak
akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada
kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat.
Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,Anakku…Walaupun bagaimanapun engkau masih
buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…

Anakku…Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari
jenis amalan yangdikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu
dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian
banyak orang-orang yang menggugat.
Anakku..Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air
mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-
robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan
orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.

Anakku…Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat
menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu.
Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit.
Ingatlah ….. Ingatlah….

Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua
seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.Anakku…Allah berfirman: “Dan dalam
kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih
hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA

Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam
shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.Aku mendakwahi ibuku agar
masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan
pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan
menangis. Aku mengadu. “Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam,
namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah
kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda : “Ya, Allah.
Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang karena do’a Nabi. Ketika aku
pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan
berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”. Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi
dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka
pintu. Dan ia berkata : “Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu
Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan
menangis gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah
mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan
menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]

Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah
ini sudahmelunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski
hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.

Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan
kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa
kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia
menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku
durhaka kepadanya”.

Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang yang
sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk
bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah.
Ia ingin bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu,
kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.Dalam shahih
Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari Yaman datang, Umar
binKhaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin Amir bersama kalian ?” sampai
akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”.
Umar bertanya, “Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”.
Umar bertanya, “Engkau punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita,
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Akan datang pada
kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan
kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar
logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas
nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika
bertemu”.(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia
memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia
menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi)
untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka bersama orang yang tidak
dikenal”.

Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah memanggil ibunya
dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya.

KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA

Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret ayahnya
ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih
durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai kejalanan untuk mengusirnya dari
rumahnya. Maka sang bapak berkata : “Cukup… Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai
pintu depan”. Sang anak menimpali : “Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai
sedekah dariku!”.

Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari istri anakku
memintasuaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah, berada di luar
rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk,
aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun
menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu tempat.
Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah
itu tidak pernah lagi menemuiku” 

Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan
lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah. Sebaliknya,
kedurhakaan kepada mereka, bias menyeret sang anak menuju lembah kehinaan, neraka.Hati-
hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan.

Nabi Shallallahu ‘alaihiwa sallam bersabda.Artinya : "Akan terhina, akan terhina dan akan
terhina!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda,
“Orang yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap)
masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]almanhaj.or.id

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam Rijlaha
FatsammaAl-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil][Disalin dari Majalah As-Sunnah
Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah IstiqomahSurakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo – Solo 57183]

Sholat Birul Walidain

Pengajian rutinan malam kamis yang diasuh oleh KH. Munthoha, SH., M.HUm kemaren
membahas banyak hal yang paling menarik adalah tuntutan sholat Birul Walidain yaitu sholat
sunat dua rakaat yang pahalanya dikhususkan dan dihadiahkan kepada kedua orang tua baik
yang masih hidup maupun yang sudah wafat, topik ini menarik karena fadilah dari sholat
tersebut yang sangat besar dan sebagai penghormatan dan pengabdian kita sebagai anak
kepada orang tua, dalam masyarakat Jawa khususnya terlebih lagi umat Islam nya terutama
yang memegang madzab Safi'iyah ala ahlushunah waljama'ah banyak melakukan ritual-ritual
dalam rangka birul walidain ini seperti tahlilan, yasinan, peringatan khaul dll.
Adapun syarat rukun sholat birul walidain ini seperti sholat mutlak biasa namun ada beberapa
persayaratan sebagai berikut:

Sholat dilakukan dua rakaat pada setiap Malam Kamis setelah sholat Magrib dan sebelum
sholat Isyak atau setelah sunat ba'diatal Magrib dan sebelum qobliatal Isyak, adapun
tambahannya adalah:
- Rakaat pertama dan kedua bacaannya sama, setelah membaca Fatihah kemudian membaca
Ayat Kursi 5 x, Al Falak 5 x, An Naas 5x.
- Setelah salam membaca Istigfar 15 x, sholawat 15 x
- Setelah selesai sholat berdoa yang intinya memohonkan ampun kedua orang tua dan
menghadiahkan pahala sholat untuk kedua orang tua.

You might also like