You are on page 1of 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun
pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah
komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi
sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses
pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanahberubah menjadi tanah. Nah,
proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong
pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. Curah hujan dan sinar matahari berperan
penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim.  Ada
beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan
induk, topografi, dan waktu. (Risqi,ardian. 2010).
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang
berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Tanah Humus. Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan
daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir. Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang
terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan
berkerikil.
3. Tanah Alluvial/Tanah Endapan. Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari
lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang
subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit. Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di
pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5. Tanah Vulkanik/Tanah Gunung Berapi. Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk
dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang
tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit. Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya
akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan
yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
7. Tanah Mediteran/Tanah Kapur. Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur
yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku,
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut/Tanah Organosol. Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang
subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan
rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera. (Syadiashare, 2008).

Tekstur tanah ialah peratus kandungan kumin pasir, kelodak dan liat atau sifat kasar atau
halusnya sesuatu tanah. Kelas tekstur tanah boleh ditentukan dengan menggunakan kaedah
medan dan kaedah mendapan. Peratusan pasir, kelodak dan liat yang telah ditentukan dalam
makmal melalui kaedah pemendapan digunakan untuk menentukan kelas tekstur tanah
dengan merujuk carta segi tiga tekstur tanah. (Laman,agro. 2010).
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ardianrisqi.com/2010/01/jenis-jenis-tanah-dan-proses.html.
http://syadiashare.com/jenis-tanah.html.
http://lamanagro.blogspot.com/2010/05/tekstur-tanah-dan-kepentingannya.html.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jenis tanah dapat dipilih menjadi tanah yang subur, tidak subur, tanah terdegradasi atau
tanah yang marginal. Tanah yang subur yaitu tanah yang memiliki kemampuan untuk
menumbuhkan tanaman atau hewan mikro maupun makro secara optimal dengan kecukupan
unsur hara dan air bagi organisme tersebut. Tanah yang tidak subur kemampuan untuk
menumbuhkan tanaman atau hewan tidak optimal. Tanah terdegradasi yaitu tanah yang
mengalami erosi maupun abrasi kurang mampu mendukumg pertumbuhan tanaman maupun
hewan secara optimal. Contohnya tanah yang terkena gempa, tsunami, ataupun lumpur panas.

1.2. Tujuan
Untuk mengenalkan kepada mahasiswa morfologi dan fisik tanah subur, tidak subur,
tanah terdegradasi, maupun tanah yang marginal. Serta factor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya jenis tanah tersebut.
BAB III
METODELOGI

3.1. Alat dan Bahan


1. Seperangkat alat survei tanah: bor tanah, pisau, kompas, soil teskit (pH, salinitas,
redoks potensial, tekstur tanah, penetrometer, kerapatan jenis tanah, kadar air), buku
warna tanah, lembaran pengamatan.
2. Air bebas ion, KCL 1N, dan 0,01 N, Hidroquinon, Buffer pH 4 dan pH 7, H2O2 30%
dan 10%, Bahan kimia lain (soil testkit), pH stik 5 warna skala 0 s/d 14.

3.2. Cara kerja


1. Membawa mahasiswa kelapangan ( lahan tanah sawah, lahan tanah gundul, dan lahan
tanah hutan).
2. Mahasiswa mengamati lahan tanah sawah, lahan tanah gundul, dan lahan tanah hutan
dengan mencatat warna tanah, tekstur tanah, kekerasan tanah, kerapatan tanah (BV),
kemiringan lahann dan kesuburan tanahnya dilembar pengamatan.
3. Mengambil masing-masing contoh tanah kira-kira 1 kg untuk diambil pH tanah
redoks potensial (Eh) tanah, dan kadar C-total, N-total, Fospor (P), Kalium (K) tanah,
dan jumlah seresah tanaman per M2 di permukaan tamah/lantai hutan. Hasil
pengamatan dicatat dilembar pengamatan.
4. Meminta tanda tangan pengesahan kepada dosen pengasuh atau Co Asisten yang
hadir, pada data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan.

You might also like