Professional Documents
Culture Documents
Islam adalah agama yang Kaaffah (komprehensif)). Tidak ada satu pun dimensi
kehidupan manusia baik yang berkaitan dengan hubungannya dengan sang khalik
memberikan aturan yang sangat lengkap dan jelas. Aturan-aturan tersebut harus direalisasikan
oleh setiap individu jika ia ingin mendapatkan kebahagiaan yang hakiki (al-falah).
resesi global di negara-negara yang menganut sistem kapitalis. maka Islam dianggap bisa
menjadi solusi alternatif (bahkan satu-satunya alternatif –pen) bagi pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi oleh umat manusia. Oleh karena itu kajian ekonomi Islam atau terkadang disebut
juga ekonomi Syariah menjadi keniscayaan bagi umat Islam, bahkan bagi seluruh umat manusia
Menurut Haron, kata ekonomi pertama kali digunakan pada tahun 1440 M, berasal dari
Bahasa Perancis abad pertengahan economie atau berasal dari Bahasa Latin Oeconomia. Atau
juga berasal dari bahasa Yunani, oikonomia yang berasal dari kata oikonomos yang berarti
mengatur atau menjaga1. Sedangkan dalam Bahasa Arab padanan kata ekonomi adalah al-
iqtishad yang berasal dari kata alqashdu artinya adalah konsisten, adil dan tidak berlebihan.
Pengertian ekonomi menurut terminologi para ekonomi barat sebagaimana yang dikemukakan
1
Haron Sudin dan Wan Nursofiza Wan Azmi, Islamic Finance and Banking System, Selangor, Mc Graw-Hill Sdn. Bhd,
2009, hal 2
oleh Samuelson dan Wiiliam S. Nordhaus adalah “Economies is the study of the use of limited
resources to produce valuable commodities and distribute them to different people 2” yang berarti
ekonomi adalah suatu studi tentang penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk menghasilkan
Jika kata ekonomi diakhiri dengan kata Islam maka makna ekonomi memiliki makna
yang lain. M. Akram Khan mengatakan : “Islamic economics aims the study of human falah
(well-being) achieved by organizing the resources oft the earth on the basic of cooperation and
participation3” artinya : Ekonomi Islam bermakna studi berkait dengan bagaimana mencapai
kebahagiaan manusia dengan cara mengorganisasi seluruh sumber yang ada di muka bumi
Kursyid Ahmad memberikan definisi yang lebih spesifik lagi :”Islamic economics is a
systematic effort to thy to understand the economic’s problem and human behavior in the
relation to the problem from an Islamic perspective 4” Ilmu ekonomi Islam adalah sebuah usaha
sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara
Dua pengertian di atas sudah cukup memberikan gambaran yang jelas bahwa dalam
ekonomi Islam yang menjadi standar adalah tata nilai yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
sehingga ekonomi dalam Islam tidak dianggap sebagai sesuatu yang bebas dari nilai
sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang barat terhadap ekonomi. Justeru, nilai-nilai Islam
harus menjadi inti dari perekonomian. Menurut Siddiqi, Filosopi ekonomi Islam berdasarkan
kepada asas kebebasan, kesetaraan, keadilan dan kerjasama yang merupakan manifestasi doktrin
2
Haron Sudin dan Wan Nursofiza Wan Azmi, Islamic Finance and Banking System, Selangor, Mc Graw-Hill Sdn. Bhd,
2009, hal 4
3
Nurul Huda, et. Al. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, Jakarta, Kencana Pernada Media Grup, 2008, hal 1
4
Ibid, hal 2.
2
utama dalam Islam yaitu Tauhid. Dengan merealisasikan nilai-nilai tersebut akan membuat hidup
Disamping itu, dari segi tujuan ekonomi dalam Islam bukan saja semata meraih
kemakmuran secara ekonomi (dimensi fisik semata) tetapi lebih jauh dari itu yaitu al-falah
1. Semua yang ada di dalam semesta ini adalah mutlak milik Allah. Manusia hanyalah
khalifah yang diberi amanah untuk mengelola sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh-
4
“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya
Dia memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah
mereka kerjakan dan memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan
pahala yang lebih baik (syurga)”
2. Untuk dapat melaksnakan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia wajib tolong
menolong dan saling membantu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi yang bertujuan
3. Beriman kepada hari akhirat, yang merupakan asas penting dalam suatu sistem ekonomi
Islam karena dengan keyakinan ini tingkah laku ekonomi manusia akan dapat terkendali
sebab ia sadar bahwa semua perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh
Allah SWT
5
Muhammad Nejatullah Siddiq, Economics An Islamic Approach, Lahore, Shirkat Printing Press, 2001, hal 16
6
Nurul Huda et al, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, Jakarta, Prenada Media Group, 2008, hal 3 - 4
3
Tiga hal tersebut, menjadi pegangan dalam melakukan kegiatan ekonomi, baik yang
berkaitan dengan alokasi sumber daya, produksi barang dan jasa maupun pendistribusian hasil
Dalam kajian ekonomi, ada tiga pembahasan yang paling krusial sebagaimana yang
dikemukakan oleh para ekonom. Ketiga hal tersebut adalah; alokasi sumber daya, produksi dan
distribusi. Ketiga-tiganya perlu dikaji lebih dalam agar kita bisa dengan utuh memahami
Dalam kajian ekonomi makro alokasi sumber daya merupakan hal yang sangat penting
dan krusial, hanya saja para ekonom tidak memiliki kata sepakat berkaitan dengan berapa jumlah
alokasi sumber daya ekonomi termasuk juga para ekonom muslim. Namun demikian ada dua hal
yang disepakati yakni tanah (land) serta tenaga kerja (labor). Dua aspek ini yang penulis kira
sangat penting untuk dibahas menurut sudut pandang ekonomi Islam. Karena selama ini paham
kapitalisme sudah mengakar kuat dalam paradigma pemikiran manusia pada umumnya termasuk
umat Islam. Inilah yang mengakibatkan terjadinya eksplotiasi berlebihan terhadap sumber-
sumber ekonomi, rusaknya ekosistem serta tatanan sosial masyarakat sekarang ini.
A. Tanah (Land)
Tanah yang dimaksud adalah segala hal yang disediakan oleh Allah bagi kesejahteraan
umat manusia. Dalam kaitan hal tersebut, Islam memberikan aturan tersendiri :
Pertama : Allah pemilik mutlak apa yang ada di alam semesta ini, manusia hanya diberi amanah
4
Kedua: Islam mengakui kepemilikan multijenis (multitype ownership), yakni Islam mengakui
bermacam-macam bentuk kepemilikan, baik oleh swasta (individu), Negara atau campuran.
Adanya konspep kepemilikan multijenis ini tiada lain untuk menjamin keadilan agar tidak ada
proses penzaliman segolongan manusia terhadap yang lainnya7. Oleh karena itu, cabang-cabang
ekonomi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak seperti energy, air dan barang
Dalam hal pengelolaan sumber daya alam yang tersedia, Islam memberikan aturan-aturan
tertentu agar keberadaannya dapat memberikan multimanfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
Kedua; Setiap orang harus mencari sumber daya dengan cara yang benar dan jujur sesuai.
Ketiga; Meskipun sudah diupayakan dengan benar namun hal tersbut harus juga disesuaikan
Keempat; tidak seorang pun berhak untuk menyia-nyiakan apalagi mengahancurkan sumber
daya alam yang ada, semuanya harus dimanfaat serta diberdasyakan untuk kesejahteraan umat
manusia
B. Tenaga Kerja
Islam adalah agama yang sangat menganjurkan kepada umatnya untuk mandiri dan
memiliki pekerjaan sehingga dengan demikianakan memiliki izzah atau kehormatan. Prilaku
berpangku tangan, malas dan tidak memiliki keinginan untuk bekerja tidak sesuai dengan nilai-
nilai agama Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Seseorang yang membawa tali kemudian
dating dengan seikat kayu bakar dan menjulanya sehingga Allah menjaga kehormatan dirinya,
7
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2007, hal 42
5
lebih baik daripada seseorang yang meminta-minta, lalu mereka memberinya atau tidak” (HR.
Bukhori)
Dalam teori ekonomi, keberadaan para pekerja adalah sesuatu yang sangat penting.
Karena meskipun sumber daya alam melimpah tetapi sumber daya manusianya atau labor-nya
terbatas maka tidak akan mungkin cukup menghasilkan produksi yang bermanfaat bagi umat
manusia.
Transaksi ketenagakerjaan dalam hukum Islam termasuk dalam kategori sewa menyewa
atau al-ijarah. Islam membolehkan seseorang bekerja dengan memberikan jasanya kepada orang
lain atapun sebaliknya mengontrak orang lain untuk bekerja kepadanya. Untuk mengindari
persoalan-persolan yang terjadi antara orang yang bekerja (labor) dan para pengusaha
(employee) Islam sudah jauh-jauh hari memberikan arahan berkait dengan hal tersebut untuk
Pertama: Pengusaha dan tenaga kerja adalah sederajat. Hanya saja tugas dan kewajiban masing-
masing berbeda. Pengusaha bekerja semaksimal mungkin untuk mengelola perusahan sedangkan
tenaga kerja bekerja semaksimal mungkin untuk menciptakan keuntungan bagi perusahaan
Kedua; Kesepakatan kontrak ketenagakerjaan dalam pandangan Islam harus jelas serta betul-
betul dipahami oleh kedua belah pihak. Untuk menghindari konflik yang akan terjadi Islam
a. Bentuk kerja yang dimaksud di sini adalah deskripsi pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Jenis-jenis pekerjaan yang haram tidak boleh dilakukan oleh seorang
muslim
b. Masa kerja.
8
M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, Bogor, Al-Azhar Press, 2009 hal 195 - 199
6
c. Upah. Kompensasi transaksi ketenagakerjaan (ijarah) berupa upah atau gaji harus
dengan jelas tercantum dalam akad. Hal tersebut sebagaimana sabda Nabi
Ketiga, hak-hak para tenaga kerja harus segera ditunaikan sebagaimana yang telah disepakati.
Dalam pandangan Islam sikap pengusaha yang menunda-nunda pembayaran padahal sanggup
Produksi adalah suatu proses yang sudah ada sejak keberadaan manusia pertama di bumi
ini. Produksi sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Agar produksi ini bentul-betul
memberikan manfaat bagi umat manusia, Islam memberikan atauran-aturan tertentu untuk
dijadikan arahan (guidance) dalam menjalankan aktivitas produksi. Berikut ini ada beberapa
aturan mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara lain :
1. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami9
Sejak dari kegiatan mengorganisisr faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran
dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas Islam. Produksi barang
dan jasa yang dapat merusak moralitas dan menjauhkan manusia dari nilai-nilai relijius
diharamkan. Selain itu Islam juga mengajarkan adanya skala prioritas (dharuriyah, hajjiyah dan
tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta melarang sikap berlebihan dan tabdzir
lingkungan sosial dan lingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala yang lebih luas. Selain
9
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,Yogyakarta, Jalasutra, 2003, hal. 156
7
itu, masyarakat juga berhak menikmati hasil produksi secara memadai dan berkualitas. Jadi
produksi bukan hanya menyangkut kepentingan para produsen (stock holders) saja, tapi juga
masyarakat secara keseluruhan (stake holders). Pemerataan manfaat dan keuntungan produksi
bagi keseluruhan masyarakat dan dilakukan dengan cara yang paling baik merupakan tujuan
3. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.
Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber daya ekonomi untuk
pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh kemalasan dan pengabaian
optimalisasi segala anugerah Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam maupunmanusia. Sikap
tersebut dalam Al-Qur’an sering disebut sebagai kezaliman atau pengingkaran terhadap nikmat
Allah. Hal ini akan membawa implikasi bahwa prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi
secara luas adalah bagaimana mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya ekonomi dalam
Kegiatan produksi dalam perspektif Islam bersifat alturistik sehingga produsen tidak
hanya mengejar keuntungan maksimum saja. Produsen harus mengejar tujuan yang lebih luas
sebagaimana tujuan ajaran Islam yaitu falah di dunia dan akhirat. Kegiatan produksi juga harus
berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan kebajikan bagi masyarakat. Prinsip pokok produsen
yang Islami yaitu : 1. memiliki komitmen yang penuh terhadap keadilan, 2. memiliki dorongan
untuk melayani masyarakat sehingga segala keputusan perusahaan harus mempertimbangkan hal
8
II.3. Distribusi Dalam Pandangan Islam
Keadilan adalah salah satu pilar pilosofi Ekonomi Islam. Adanya penumpukan kekayaan
di satu kelompok, sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai keadilan demikian pula pemerataan
sosial yang sering didengungkan oleh marksisme tidak sesuai dengan nilai-nilai ekonomi Islam.
Ajaran Islam adalah Wasathaa (pertengahan). Ia mengakui hak-hak individu tetapi juga Islam
menganjurkan agar adanya distribusi yang adil kepada mereka yang kurang beruntung.
Karena kecenderungan manusia yang sangat mencintai harta 10, maka Allah sendiri yang
mengatur distribusi kekayaan agar betul-betul bisa mencermikan rasa keadilan bagi seluruh umat
manusia. Jika aturan tentang distribusi dilakukan dengan baik dan benar sebagaimana yang Allah
perintahkan, maka akan menghasilkan dampak yang positif yang luar bisa. Dampak positif itu
Dalam konsep Islam perilaku distribusi masyarakat merupakan bagian dari bentuk proses
kesadaran masyarakat dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu
distribusi dalam Islam akan menciptakan kehidupan yang saling menghargai dan
menghormati antara satu dengan yang lain, karena antara satu dengan yang lain tidak
akan sempurna eksistensinya sebagai manusia jika tidak ada yang lain.
Seorang muslim akan akan menghindari praktek distribusi yang menggunakan barang-
barang yang merusak masyarakat, misalnya minuman keras, pembajakan, hal-hal yang
mengandung unsur riba dan pornografi dan lain-lain. Karena dalam Islam bukan hanya
pengkomsusi.
9
Negara mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas public yang
Dalam hal distribusi harta antar sesama individu, Islam membuat aturan tersendiri agar
distribusi itu betul-betul terjadi dengan adil dan tidak berputar pada segelintir orang. Aturan-
aturan tersebut antara lain: zakat, infak, shadaqah, wakaf, hadiah, hibah dan yang lainnya.
Ekonomi berbasis kedermawanan yang merupakan bagian penting dalam ekonomi Islam adalah
solusi bagi problemantika ekonomi yang tidak mampu ditanggulangi oleh para ekonom barat
III. Kesimpulan
Islam adalah agama yang sempurna, seluruh sendi kehidupan manusia diatur secara
lengkap, elegan dan utuh dengan nilai-nilai yang bersendikan kepada doktrin tauhid agar
Aktivitas ekonomi adalah sisi kehidupan manusia yang mendapatkan perhatian penting
dalam ajaran Islam hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya ayat maupu hadis nabi yang
kolapsnya kapitalisme, Islam diharapkan bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan problematika
kepada tauhid sebagai patokan dasar ekonomi Islam, kita harus yakin bahwa Islam bisa menjadi
solusi tepat untuk menyelesaikan persoalan-persolan ekonomi yang gagal dipecahkan oleh
10
Daftar Pustaka
Bukhori, Muhammad bin Ismail, Al-Jami’us Shahiih Al-Mukhtashar, Beirut, Daar Ibnu Katsier,
1987
Chapra, M. Umar, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta, Gema Insani Press, 2000
Hafiduddin, Didin dan Hendri Tanjung, Manajemn Syariah Dalam Praktik, Jakarta, Gema Insani
Press, 2003
Haron, sudin and Wan Nursofiza Wan Azmi, Islamic Finance and Banking System, Selangor,
Huda, Nurul, et al, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis, Jakarta: Kencana, 2008
Karim, Adiwarman Azwar, Ekonomi Mikro Islami: Edisi Tiga, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007
Nawawi, Ismail, Ekonomi Islam: Prespektif teori, Sistem dan Aspek Hukum, Surabaya: Putra
Press, 2001
http://www.thejakartapost.com/news/2009/02/04
Yusanto, M Ismali dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, Bogor, Al-Azhar Press, 2009
11