Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada suhu
tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme (Buku Penuntun Diet edisi
baru)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia, dan
petir yang mengenai mukosa, dan jaringan yang lebih dalam ( Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001 )
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu renadah (frost
bite). [kapita selekta jilid 2]
EPIDIMIOLOGI
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang
mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka
bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri
dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan
keluarganya. Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik
setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat
di rumah sakit dengan injuri yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga
akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami
luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).
ETIOLOGI
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
Luka Bakar Termal . Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Luka Bakar Kimia. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya
jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
Luka Bakar Elektrik. Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Luka Bakar Radiasi. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari
sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Kecelakaan kerja
2. Pemakaian kosmetik berbahan kimia berbahaya
3. Kelalaian saat bekerja
4. akibat berjemur
PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi
akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens
penyebab ( burning agent ). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak
dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C
dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi
cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang
suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang
kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan
luka bakar.
KLASIFIKASI
Fase Luka Bakar
A. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
B. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju
epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa
parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
2. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan
Browder sebagai berikut
LOKASI USIA (Tahun)
0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASA
KEPALA 19 17 13 10 7
LEHER 2 2 2 2 2
DADA & PERUT 13 13 13 13 13
PUNGGUNG 13 13 13 13 13
PANTAT KIRI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PANTAT KANAN 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
KELAMIN 1 1 1 1 1
LENGAN ATAS KA. 4 4 4 4 4
LENGAN ATAS KI. 4 4 4 4 4
LENGAN BAWAH KA 3 3 3 3 3
LENGAN BAWAH KI. 3 3 3 3 3
TANGAN KA 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
TANGAN KI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PAHA KA. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
PAHA KI. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
TUNGKAI BAWAH KA 5 5 5,5 6 7
TUNGKAI BAWAH KI 5 5 5,5 6 7
KAKI KANAN 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
KAKI KIRI 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
GEJALA KLINIS
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka:
# Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat
sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang
terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah
sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup
berat
2. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak
adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
3. Pemeriksaan kepala dan leher
• Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka
bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
• Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang
menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan
kimia akibat luka bakar
• Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
• Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang
• Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
• Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk
mengataasi kekurangan cairan
4. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal
fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan
egoponi, suara nafas tambahan ronchi
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan
kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
7. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan otot menurun karena nyeri
8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay
darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
9. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman
luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund
and Browder) sebagai berikut :
Bag tubuh 1 th 2 th Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar
mengalami kehilangan volume
• Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
cairan dan gangguan Na-K pump
• Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilanga
protein
• Faal hati dan ginjal
• CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan RBC,
trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak
• Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phospate
• Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
• Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan
faktor yang mendasari
• ECG : untuk mengetahui adanya aritmia
PROGNOSIS
Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang baru tumbuh
secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis di dalam daerah
yang terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan
parut. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami pengkerutan, sehingga
menyebabkan perubahan pada kulit dan mengganggu fungsinya.
Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan pulih tanpa
menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan
parut dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi jalannya makanan di dalam
kerongkongan dan menghalangi pemindahan oksigen yang normal dari udara ke darah di
paru-paru.
Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar
biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung.
Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II atau III,
karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian.
Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster
tetanus disesuaikan dengan status imunisasi penderita.
PENATALAKSANAAN
1. Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar.
Ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi :
Untuk luka bakar termal ( api ), ”berhenti, berbaring, dan berguling.” tutup individu dengan
selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil. Berikan kompres dingin untuk menurunkan
suhu dari luka. ( es atau air dingin menyebabkan cedera lanjut pada jaringan yang terkena )
¬
Untuk luka bakar kimia ( cairan ), bilas dengan air dalam jumlah banyak untuk
menghilangkan kinia dari kulit. Untuk luka bakar kimia ( bedak ), sikat bedak kimia dari kulit
kemudian bilas dengan air.¬
untuk luka bakar listrik matikan sumber listrik pertama-tama sebelum berusaha untuk
memisahkan korban dengan bahaya¬
2. Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas yang efektif, untuk klien denagn
kecurigaan cedera inhalasi berikan oksigen dilembabkan 100% melalui masker 10 l/mnt.
Gunakan intubasi endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas darah arteri
menunjukkan hiperkapnia berat meskipun dengan O2 suplemen
3. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan volume
plasma secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan diberikanpada delapan jam
pertama pasca luka bakar dan setengahnya lagi diberikan selama 16 jam kemudian. Tipe-
tipe cairan yang digunakan melipuit kristaloid seperti larutan ringer laktat dan atau seperti
koloid seperti albumin atau plasma. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat dua
atau tiga dengan luas > 25 % atau lien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila
masukan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk
menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu :
@ cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
1.Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
2.Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring
pemberian lakukan penghitungan diuresis.
@ cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan
pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar X BB (kg) X 4cc. Separuh dari
jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari
pertama terutama diberika elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi.
Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
4. Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar :
Pembersihan dan pemberian krim antimikroba topikal seperti silver sufadiazin ( silvadene )¬
Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologis ( tandur kulit ) khususnya
pada luka bakar ketebalan penuh.¬
Rencana keperawatan
1. Perubahan pada volume cairan : kekurangan berhubungan dengan luka bakar luas
Intervensi
1. Awasi tanda-tanda vital
2. Awasi haluaran urine dan berat jenis
3. Pertahankan pencatatan kumulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
4. Timbang berat badan setiap hari
5. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma dan membantu mencegah
komplikasi
6. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, elektrolit)
Rasional
1. Memberikan pedoman untuk pengantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
2. Secara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran
urine.
3. Mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan
4. Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya
5. resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit,plasma,albumin
6. Kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi
asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari
dada atau leher.
Intervensi
Untuk cedera inhalasi asap :
1. Pantau laporan-laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum.
2. Berikan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan
selang endotrakeal dan tempatkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan
(dibuktikan dengan hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).
3. anjurkan pernapasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama
tirah baring.
4. Pertahankan posisi semi fowler bila hipotensi tak ada.
5. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dipsnea disertai dengan
takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan-eskarotomi sesuai pesanan.
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yamg diharapkan.
Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler
alveoli.
2. suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi
mekanik diperlukan untuk pernapasan dukungan sampai pasien dapat dilakukan secara
mandiri. Intubasi endotrakeal dilakukan oleh orang yang mempunyai sertifikat dukungan
hidup jantung (ACLS), terapis pernapasan perawat anestesi atau anestesiologis.
3. Pernapasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
4. Untuk memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.
5. Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi dada. Mengupas kulit (eskarotomi)
memungkinkan ekspansi dada.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kehilangan integritas kulit yang
disebabkan oleh luka bakar
Intervensi
1. Pantau :
• Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur
bila tandur kulit dilakukan setiap 8 jam)
• Suhu setiap 4 jam
• Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik (debridement)
sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan; implementasikan perawatan yang
ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau Op site.
3. Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan
steril dan berikan krim antibiotik topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung
jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
4. Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi
donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan belikan antibiotik IV sesuai
ketentuan.
5. Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan ”Perawatan
Perlindungan Balik” untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen
tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan, dan
penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio
atau televisi pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.
6. Bila riwayat imunisasi tidak adekuat, berikan globulin imun tetanus.
7. Mulai rujukan pada ahli diet. Berikan protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen
nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan
kurang dari 50%. Anjurkan NPT (Nutrisi Parenteral Total) atau makanan enteral bila pasien
tidak dapat makan per oral.
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
2. Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.
3. Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi mengikuti prinsip aseptik melindungi
pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan
bakteri.
4. Temuan-temuan ini menandakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen
penyebab sehingga terapi antibiotik yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan sisi tandur
hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberikan media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
5. Kuli adalah lapisan pertama untuk mempertahankan terhadap infeksi. Teknik steril dan
tindakan perawatan perlindungan lain melindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya
berbagai rangsang eksternal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada
kebosanan.
6. Untuk melindungi terhadap tetanus.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien
dan merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada situasi kesehatan saat ini.
Nutrisi adekuat (protein, karbohidrat, dan vitamin) adalah esensial untuk penyembuhan luka
dan untuk memenuhi kebutuhan energi. Metabolisme ditingkatkan pada luka bakar berat.
4. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk
tubuh, kemungkinan kontraktur sekunder terhadap luka bakar ketebalan penuh
Intervensi
1. Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan.
Informasikan pasien tentang hasil yang diharapkan terhadap kedalaman area luka bakar.
2. Anjurkan latihan gerak aktif setiap 2 jam.
3. Anjurkan klien untuk memenuhi aktifitas kehidupan sehari hari dengan bantuan perawat
(sesuai dengan kebutuhan).
Rasional
1. Mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping. Pengetahuan akurat
tentang hasil yang diharapkan membantu memudahkan transisi melalui proses berduka.
2. Untuk mencegah pengencangan jaringan parut progresif dan kontraktur.
3. Melakukan aktifitas sehari-hari memberikan latihan aktif, memudahkan pemeliharaan
flesibilitas sendi dan tonus otot.
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar
melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam
Intervensi
1. Untuk luka bakar melingkari ekstrimitas pantau status neurovaskuler dari ekstrimitas
setiap 2 jam.
2. Pertahankan ekstrimitas bengkak di tinggikan
3. Kolaborasi dengan tim medis bila terjadi penuruan nadi, pengisian kapiler buruk /
penurunan sensasi.
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
2. untuk meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.
3. Temuan ini menandakan kerusakan sirkulasi distal
7. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keadaan
hipermetabolisme dan kesembuhan luka.
Intervensi
1. Pertahankan jumlah kalori ketat, timbang tiap hari.
2. Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering
3. Berikan kebersihan oral sebelum makan
4. Barikan diit TKTP dengan tambahan vitamin
5. Pastikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai.
Rasional
1. pedoman tepat untuk pemasukan kalori
2. membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan masukan.
3. meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik
4. memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan BB dan mendorong
regenerasi jaringan.
5. meningkatkan masukan dalam tubuh.
EVALUASI
DX : 1
Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi edema, elektrolit serum dalam batas normal,
haluaran urine di atas 30 ml per jam.
DX : 2
Frekuensi pernapasan 12-24 x per menit, warna kulit normal, GDA dalam rentang normal,
bunyi napas bersih, tak ada kesulitan bernapas.
DX : 3
Tak ada demam, tak ada pembentukan jaringan granulasi tetap bebas dari infeksi.
DX : 4
Mengungkapkan harapan realistis dari tindakan, mengungkapkan pernyataan positif tentang
diri.
DX : 5
Menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
DX : 6
warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba
DX : 7
menunjukkan pemasukan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
dibuktikan oleh BB stabil, dan regenerasi jaringan.
Daftar Pustaka
1. Engram, Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3.Jakarta :
EGC
2. Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapis
3. Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G.2001.Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC