You are on page 1of 2

CONTOH MAKALAH KEBIJAKAN MONETER

Ditulis oleh tamatrisakti di/pada Oktober 21, 2010

Makalah tentang Kebijakan Moneter ini menyoroti peran kebijakan moneter yang
dilakukan Indonesia dan dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia.Dalam sistem
nilai tukar bebas dan perfect capital mobility,kebijakan moneter lebih efektif
dibandingkan kebijakan fiskal dalam upaya mencapai keseimbangan dan stabilitas
makroekonomi.Kebijakan moneter lebih berperan dalam menstimulasi pemulihan
ekonomi.Kebijakan moneter yang efektif menjanjikan tercapainya inflasi yang
rendah,stabilitas nilai tukar,dan suku bunga.

Salah satu dampak dari kapitalisme yakni uang berfluktuasi tak terkontrol tanpa ada
standar acuan yang baku. Konsep uang yang semula digunakan sebagai:

1. alat pertukaran atau media pembayaran


2. alat untuk menyimpan nilai
3. alat satuan hitung
4. juga dipakai sebagai alat spekulasi.

Ketika uang diperdagangkan di pasar valuta asing nilainya akan terus berfluktuasi
mengikuti harga pasar (supply and demand). Berdasarkan realita, kurs pertukaran uang
sesungguhnya dengan fiat money, dimana uang dijadikan komoditas perdagangan amat
sangat merugikan individu maupun tatanan masyarakat. Sebagai contoh jumlah hutang
luar negeri Indonesia yang semula US$ 102 Milyar hanya dalam waktu satu tahun naik
lima kali lipat menjadi US$ 510 Milyar, akibatnya dana yang seharusnya bisa
dimanfaatkan untuk mensejahterakan kehidupan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945,
sebagian besar disedot untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Untuk menutup
defisit APBN kembali pemerintah harus mengandalkan hutang sebagai sumber
pendanaan.

Para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter adalah
apabila Negara tersebut:

• memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar


• mengalami inflasi yang tidak terkontrol
• defisit neraca pembayaran yang besar
• kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang
• tingkat suku bunga yang diatas kewajaran

Jika ciri-ciri di atas dimiliki oleh sebuah negara,maka dapat dipastikan Negara tersebut
hanya menunggu waktu mengalami krisis ekonomi.

Pendapat Para Ekonom Islam tentang penyebab krisis


Menarik disimak adalah pendapat para ekonom Islam tentang penyebab krisis. Krisis
terjadi karena ketidak seimbangan antara sektor moneter dengan sektor riil. Dalam
ekonomi Islam hal ini disebut dengan riba. Sektor moneter (keuangan) berkembang jauh
lebih cepat meninggalkan sektor riil (barang dan jasa). Selaras dengan prinsip ekonomi
kapitalis yang menjadi kiblat perekonomian dunia setelah runtuhnya paham sosialis yang
diusung oleh Soviet yakni tidak menghubungkan sama sekali antara sektor riil dengan
sektor moneter. Keduanya berdiri secara terpisah.

Pesatnya pertumbuhan sektor moneter yang jauh meninggalkan pertumbuhan sektor riil
dapat diamati dalam pergerakan transaksi-transaksi di bursa saham dan pasar valuta asing
yang penuh dengan praktek ribawi serta spekulasi. Peter Ducker (1980), seorang pakar
manajemen mengatakan bahwa gejala ketidak seimbangan antara laju pertumbuhan
sektor moneter dengan laju pertumbuhan sektor riil (barang dan jasa) disebabkan oleh
decoupling yakni keterlepaskaitan antara sektor moneter dengan sektor riil. Adanya
ketidakseimbangan ini, tentu saja menjadi ancaman serius bagi perekonomian dunia. Para
spekulan di bursa saham dan pasar valuta asing akan dengan mudah membeli atau
melepas aset mereka tanpa mempedulikan kestabilan nilai mata uang suatu negara.
Apablia terjadi kepanikan, nilai mata uang yang semula terkatrol akan terjun bebas begitu
para spekulan melepas semua asetnya ke pasar dan memindahkan investasinya ke pasar
lain yang memberikan keuntungan. Banyaknya uang yang beredar di pasar tanpa
diimbangi pergerakan yang berarti dari sektor perdagangan/jasa mengakibatkan nilai
uang menjadi turun sehingga harga-harga menjadi naik. Situasi seperti ini menyebabkan
pertumbuhan inflasi yang tidak terkendali.

Untuk menjamin kestabilan antara sektor moneter dan sektor riil, peranan pemerintah
dalam hal ini Bank Sentral amat sangat diperlukan.
Bank Indonesia mempunyai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, BI memerlukan instrumen kebijakan moneter
untuk memengaruhi penawaran uang, antara lain:

1. Cadangan Wajib (Giro Wajib Minimum)


2. Operasi Pasar Terbuka Dengan Persetujuan Pembelian Kembali (Open market
repurchase agreements)
3. Suku Bunga Diskonto.

Untuk menciptakan keseimbangan antara sektor moneter dengan sektor riil kebijakan
yang dapat diambil adalah:

1. Mengontrol secara ketat atau membatasi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
2. Mempercepat perputaran uang yang beredar di masyarakat. Untuk mempercepat
perputaran uang pemerintah harus menghapus sistem bunga/ riba dari tubuh
perbankan. Jika sistem bunga dihapuskan sektor riil akan tergerak karena dana
yang ada sepenuhnya diinvestasikan di sektor riil untuk memperoleh keuntungan.

You might also like