Professional Documents
Culture Documents
TESIS
OLEH :
ARYUNANI
NIM : S540209303
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
PENGARUH TERAPI AUDIO BRAINWAVE TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS
DI CAKRA AUTIS CENTER SURABAYA
TESIS
oleh:
ARYUNANI
NIM S540209303
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
ii
PENGARUH TERAPI AUDIO BRAINWAVE TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS
DI CAKRA AUTIS CENTER SURABAYA
Disusun oleh :
Aryunani
Dewan Penguji
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK
NIP. 195708201985031004 NIP. 194803131976101001
iii
LEMBAR PERNYATAAN
(Aryunani)
iv
KATA PENGANTAR
v
Penulisan tesis ini memang masih jauh dari harapan, tetapi penulis berharap
tesis ini berguna sebagai sumber informasi pembaca, masyarakat pada umumnya
dan khususnya bagi peneliti selanjutnya. Penulis sadar bahwa dalam penulisan
tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan untuk itu saran dan
kritik yang membangun dari teman-teman sejawat dan para pembaca sangat
penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat, aamiin.
Aryunani
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
3. Kemampuan Komunikasi ...................................................... 42
4. Kemampuan Interaksi Sosial ................................................. 42
B. Pembahasan ................................................................................ 44
1. Karakteristik Responden ....................................................... 44
2. Pengaruh terapi Audio Brainwave
terhadap kemampuan Komunikasi......................................... 46
3. Pengaruh terapi Audio Brainwave terhadap
kemampuan Interaksi Sosial ................................................. 48
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
xii
ABSTRACT
Aryunani, 2010. NIM S540908303. The Effects Audio Brainwave Therapy With
Social Interaction And Communication Skills Children Autism in Cakra Autism
Cente. Thesis, S2 Health Professions Education Graduate Program University of
Sebelas Maret 2010.
xiii
BAB 1
PENDAHULUHAN
A. LATAR BELAKANG
adalah gangguan mental yang masih misterius dan diderita oleh 400.000 anak di
Amerika Serikat. Prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus per
10.000 anak atau 0,15-0,20%, jika angka kelahiran di Indonesia enam juta per
tahun, maka jumlah penyandang autis di Indonesia, bertambah 0,15% atau 6.900
anak pertahun, dimana jumlah penderita laki – laki empat kali lebih besar
cenderung lebih parah dibandingkan anak laki – laki. Gejala – gejala autism mulai
tampak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka dan melakukan
kebiasaan – kebiasaan lainnya yang terjadi dilakukan oleh bayi – bayi normal
lainnya (Maulana, 2008). Gangguan autism baru disadari pada usia 18 bulan – 2
tahun dimana gangguan bicara dan kelemahan interaksi social yang seharusnya
sudah dikuasai tidak tampak pada anak dan lebih nyata pada saat masa kanak –
kanak awal (2 – 6 tahun). Ciri utama dari autism adalah ketidakmampuan untuk
repetitive dan stereotip. Sedangkan gangguan tingkah laku merupakan bagian dari
cirri utama yang tampak pada anak autis meliputi hiperaktifvitas, tidak adanya
2
tantrum (mengamuk) gelisah serta perbuatan yang cenderung melukai diri sendiri
dan sebagainya.
berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang
lain ("bahasa planet"). Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam
konteks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat
atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak
digunakan untuk komunikasi dan imik datar. Gangguan dalam bidang interaksi
sosial meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak
menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau
menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang
terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi
kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh. Bila
mereka berada dalam suatu ruangan dengan orang lain maka penderita autis
Dalam penangannya autis sangat diperlukan peranan orang tua, namun pada
kenyataannya sebagian orang tua bahkan cenderung lepas tangan, karena tidak
(Puspita, 2004). Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak adanya pengarahan yang
sistematis dan terarah, padahal banyak informasi baru dan perubahan yang harus
3
dicerna oleh orang tua. Kesembuhan anak autis dipengaruhi pula oleh diagnose
dini dan terapi yang intensif. Pada gangguan autis jika tidak ditangani dengan
baik, akan semakin memperparah kondisi anak hingga dewasa nanti (Delpie,
2009).
Masalah autis dapat terjadi pada semua kalangan baik kaya maupun miskin,
kelas bawah maupun kelas atas, pedesaan, perkotaan dan terjadi pada semua
kalangan etnik dan budaya di seluruh dunia (Sutadi, 1997). Bagi orang tua yang
sehingga bisa berbaur normal dalam masyarakat secara normal. Untuk menuju
tua. Tidak ada satu terapi yang bisa menyembuhkan autis, melainkan terapi harus
yang lainnya .
B. RUMUSAN MASALAH
anak autis ?
2. Adakah pengaruh terapi audio brainwave terhadap interaksi social anak autis?
4
C. TUJUAN
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus :
anak autis.
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Diharapkan :
penanganannya.
5
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. TEORI
a. Pengertian autis
Autism berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autism seakan
Rimland yang dikutip oleh Seroussi (2004) menyimpulkan bahwa autis bukan
kelainan psikologis yang disebabkan oleh kurangnya kasih sayang ibu melainkan
Dari beberapa pengertian di atas dapat saya simpulkan bahwa autis bukanlah
Gangguan autistik terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per 10.000 anak
(0,02 – 0,05 persen) di bawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan
ciri autistik dimasukkan, angka dapat meningkat sampai setinggi 20 per 10.000.
Pada sebagian besar kasus autisme mulai sebelum 36 bulan tetapi mungkin tidak
6
5
terlihat bagi orang tua, tergantung pada kesadaran mereka dan keparahan
gangguan. Gangguan autistik ditemukan lebih sering pada anak laki – laki
Schechter dan Grether menganalisis data kasus-kasus autis anak pada California
1. Untuk setiap tahun yang berumur 3-12 tahun, estimasi prevalensi autis anak
2. Untuk anak lahir sebelum 1993, prevalensi autis pada umur 3 tahun adalah 0,3
/ 1.000 anak.
3. Tahun 2003, prevalensi autis anak umur 3 tahun adalah 1,3 per 1.000 anak.
4. Estimasi prevalensi tertinggi terjadi tahun 2006, yaitu 4,5 dari 1.000 anak lahir
5. Walaupun terlalu dini untuk menghitung prevalensi untuk umur 6 tahun atau
lebih anak-anak yang dilahirkan setelah tahun 2.000, prevalensi pada umur
6. Timerosal telah ditarik pada periode yang sama dengan kasus autis anak umur
7. Berdasarkan gambaran kuartal, angka kasus autis pada umur 3-5 tahun
meningkat setiap kuartal dari Januari 1995 (0,6 per 1.000 kelahiran hidup)
7
Menurut Fouse dan Wheeler (1997) perilaku – perilaku autistic yang terdapat pada
anak autis membentuk sebuah spectrum mulai dari tingkat ringan ke tingkat yang
lebih berat. Spectrum tersebut digunakan sebagai salah satu alat untuk
menentukan berat ringannya keparahan pada anak autis. Adapun spectrum dari
Tingkat keparahan
bahasa (tempertantrum)
meregangkan otot
8
b. Penyebab Autis :
otak anak autis. Anak autis mengalami pengecilan otak kecil terutama pada
Namun pada anak autis jumlah sel purkinje sangat kurang. Akibatnya,
informasi antar otak. Selain itu ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi
Ditengarai adanya kelainan kromosom pada anak autis, namun kelainan itu
lahir (post partum) juga dapat pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya
infeksi berat – ringan pada bay, imunisasi MMR dan Hepatitis B (mengenai
9
5) Keracunan logam berat
ditemukan kandungan logam berat dan beracun pada anak autis. Diduga
kemampuan sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetic. Logam
berat seperti : arsenic (As), antimony (Sb), admium (Kd), air raksa (Hg), dan
(APA, 1994).
berkomunikasi)
10
b) Cirri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai
percakapan sederhana.
3) Pola minat perilaku yang terbatas, repetitive dan stereotip seperti yang
a) Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas
focus.
fungsi).
benda.
terapi dini, terpadu dan intensif. Gejala – gejala autis dapat dikurangi, bahkan
11
dihilangkan sehingga anak bisa bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang
dewasa yang sehat, berkarya bahkan membina keluarga. Berikut ini beberapa jenis
1) Teraphi medikamentosa
diinginkan dalam pemakaian obat ini adalah dosis yang paling minimal namun
paling efektif dan tanpa efek samping. Bila anak mengalami kemajuan, maka
2) Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki metabolism tubuh melalui diet dan
pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat.
3) Terapi wicara
Oleh karena itu terapi wicara bagi penyandang autism merupakan suatu
4) Terapi perilaku
12
Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar dan
5) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan agar anak autis yang mempunyai perkembangan motorik
kurang baik, antara lain gerak – geriknya kasar dan kurang luwes. Terapi
- Terapi akupuntur :
- Terapi music
perkembangan fisik dan emosi seperti autism, dan retardasi mental. Teori
yang mendasari terapi ini adalah anak dengan kebutuhan khusus yang
13
berinteraksi dengan lumba – lumba akan meningkatkan kemampuan untuk
– lumba.
2. Brainwave
Gelombang otak tidak hanya menunjukkan kondisi pikiran dan tubuh seseorang,
tetapi dapat juga distimulasi atau mereduksi jenis frekwensi gelombang otak
emosional.
yaitu betha, alpha, tetha dan delta. Tetapi selalu ada jenis gelombang otak yang
dominan, yang menandakan aktifitas otak saat itu. Pada gelombang otak akan
Gelombang yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang
14
b. Beta (12 hz – 19 hz)
aktifitas mental yang terjaga penuh. Gelombang ini dapat ditemukan pada
SMR sebenarnya masih masuk dalam kategori Lowbeta, namun hal ini
autism tidak menghasilkan gelombang ini. Para penderita di atas tidak mampu
berkonsentrasi atau focus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga
pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya mampu menghasilkan getaran
SMR tersebut.
d. Alpha (8 hz – 12 hz)
Adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami
relaksasi atau mulai istirahat dengan tanda – tanda mata mulai menutup atau
e. Tetha (4 hz – 8 hz)
Adalah gelombang otak yang terjadi saat seseorang tertidur ringan, atau sangat
ini saat trance, hypnosis, meditasi alam, berdoa, menjalani ritual agama
15
menyalurkan energinya kepada orang lain. Gelombang alpha dan tetha adalah
gelombang pikiran bawah sadar. Anak – anak lebih cepat sekali dalam belajar
dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang ini
Adalah gelombang otak yang memiliki amplitude yang besar dan frekwensi
yang rendah, yaitu dibawah 3 hz. Otak menghasilkan gelombang delta ketika
seseorang tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase delta adalah fase istirahat bagi
memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif memproduksi sel – sel baru saat
16
b) Gelombang Otak anak Autis
Pada anak autis memiliki Brainwave Beta yang sangat rendah. Beta bisa
diberikan orang lain. Gelombang otak anak autis didominasi oleh gelombang
Theta. Theta yang tinggi membuat anak – anak autis tidak bisa fokus dan
perhatian. Anak autis memiliki theta yang tinggi sehingga emosinya mudah
mensinkronisasi gelombang alpha yang tinggi. Otak dan sistem saraf manusia
seperti komputer yang sangat canggih. Jika komputernya normal maka segala
tugas akan dilakukan dengan baik, namun jika terjadi gangguan maka aliran listrik
data bisa terhambat. Jika manusia normal menerima input dari eksternal melalui
indera sensori. Lalu input itu akan diproses di sistem saraf dan diteruskan ke
seluruh tubuh. Misalkan ketika menghirup harum maka indera penciuman yang
bekerja. Input itu diterima oleh otak dan sistem saraf mengetahui hal itu. Anak –
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi lumba –
lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di kota tempat
tinggalnya tidak ada tempat terapi lumba – lumba. CD Audio Brainwave untuk
17
anak autis ini meniru pola gelombang lumba – lumba. Cara menggunakannya :
CD ini diputar di tempat bermain anak atau diputar di kamar tidur saat anak
sedang tidur. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak anak tetap merespon
Dengarkan CD dua kali sehari sambil menutup mata, dengan atau tanpa
brainwave akan terasa efeknya dalam satu atau dua minggu pemakaian dengan
a. Penderita epilepsy
3. Komunikasi
(Roes, 1989).
Dalam ilmu jiwa komunikasi memiliki makna yang luas yaitu penyampaian
Menurut Cliffort T. Morgan adalah rangsangan yang dibuat suatu organism yang
sasaran/penerima pesan.
18
Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka
menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan
fungsi sensor lainnya. Komunikasi ini disebut komunikasi verbal atau pesan
19
Jadi komunikasi merupakan proses yang melibatkan unsure pemikiran,
bagaimana ide – ide atau pengalaman dapat dengan mudah dirumuskan ke dalam
tatanan bunyi bahasa sehingga terangkai dalam tatanan kalimat yang bagus serta
adanya perubahan tarikan – tarikan otot wajah, ekspresi wajah, gerakan tangan
makna dan pikiran yang dirumuskan ke dalam system linguistic, sebagai dasar
mengangkut pesan. Bahasa adalah system dari symbol – symbol vocal yang
Manfaat komunikasi :
a. Membantu mengerti apa yang diinginkan dan dirasakan oleh anak autis
autis
e. Bila anak bisa bicara, maka anak akan lebih bisa diatur dan berkembang lebih
pesat
Salah satu ciri utama pada gangguan autistic adalah hambatan yang besar
segera bisa bicara. Anak saya bisa menyanyi, tapi kenapa tidak mau menjawab
pertanyaan saya?
20
Perkembangan Bahasa Anak
Seluruh aktifitas normal bayi baru lahir sampai berumur 3 minggu masih
bersifat reflex, benar – benar tidak disadari, tanpa kehendak, tidak meminta
2) Tahap babbling
Dimulai saat umur 6 – 7 bulan. Bayi senang mengulang bunyi yang dibuatnya.
Yang masih tergolong aktifitas reflex. Bunyi yang dihasilkan mulai variatif.
pendek, nyaring atau pelan. Bunyi – bunyi mirip vocal misalnya “pa – pa”,
“ba – ba”
3) Tahap lalling
Disebut sebagai tahap mengoceh atau jargon. Dimulai saat usia 6 – 8 bulan.
Ocehan sudah dalam bentuk kombinasi konsonan. Misalnya : gub, gub. Bayi
tidak lagi berada pada masa reflex. Suara atau ocehannya telah didengarnya
4) Tahap ekolalia
Anak cenderung meniru atau mengulang suku kata dari individu tanpa
bulan.
Tahap biara benar atau kata pertama. Terjadi pada umur 9 – 18 bulan
21
Table 2. Aspek – aspek Perkembangan Bahasa dan Komunikasi
22
24 Kadang – kadang 3 – 5 kata Biasanya kurang kari 15 kata
digabung, bertanya pertanyaan yang Kata – kata muncul kemudian hilang
sederhana, menggunakan kata ini Bahas tubuh tidak berkembang,
disertai menunjuk, menyebut diri sedikit menunjuk pada benda
sendiri dengan nama bukannya saya,
tidak dapat mempertahankan topic
pembicaraan, bisa dengan cepat
membalikkan kata – kata ganti.
36 Bahasa berfokus pada disini dan Kombinasi kata– kata jarang
sekarang, kosakata sekitar 1000 kata, Mungkin ada kalimat – kalimat yang
perilaku echo jarang terjadi, bahasa bersifat echo, tapi tidak ada
sering digunakan untuk berbicara penggunaan bahasa yang kreatif
mengenai disana dan kemudian, Ritme, atau penekanan yang aneh
banyak bertanya, seringkali lebih Artikulasi yang asangat rendah,
untuk melanjutkan interaksi daripada separuh dari anak – anak normal
untuk mencari informasi. Separuhnya atau lebih tanpa ucapan –
ucapan yang bermakna
Menarik tangan orang tua dan
membawanya ke suatu obyek
Pergi ke suatu tempat yang sudah
biasa dan menunggu untuk
mendaptkan sesuatu.
48 Struktur kalimat yang komplek yang Sebagian kecil bisa mengombinasikan
digunakan, dapat mempertahankan dua atau tiga kata secara kreatif
topic pembicaraan dan menambah Echolalia masih ada, mungkin
informasi baru, bertanya pada orang digunakan secara komunikatif
lain untuk menjelaskan ucapan – Meniru iklan TV
ucapan, menyesuaikan kualitas Membuat permintaan
bahasa dengan pendengar.
23
Penyebab gangguan bicara :
a. Masalah pada otot tubuh (susah menggerakkan otot secara cepat dan kuat)
Bicara vs Komunikasi :
a. Anak yang bisa berbicara dan bernyanyi BELUM TENTU bisa berkomunikasi
dengan baik.
c. Komunikasi pada anak autis tidak harus selalu melibatkan bahasa verbal, tapi
Banyak anak autis yang tidak tahu bahwa bicara gunanya untuk komunikasi.
Mereka lebih banyak berbicara pada diri sendiri. Ekolalia sebenarnya berguna
bagi anak:
24
Tahapan komunikasi anak autis :
cilukba)
kesukaan)
25
5) Dapat belajar menjawab pertanyaan "Apa ini/itu?", mengenal konsep
"Ya/Tidak"
tulisan
a. Sikap
5) Gunakan benda-benda yang disukai anak dan peraga visual yang menarik
26
c. Penggunaan bahasa
HINDARI….
4. Interaksi sosial
2) Agresif
3) Tantrum
27
Perilaku menjerit, menangis, dan meloncat - loncat
4) Membuat berantakan
Masuk dalam lemari membuat berantakan buku – buku dan mainan, dan
28
Tabel 3. Perkembangan Interaksi social
29
bermain.
18 Mulai bermain dengan teman sebaya Mulai bermain dengan teman
: menunjukkan, memberikan, dan sebaya : menunjukkan,
mengambil mainan. memberikan dan mengambil
Permainan soliter atau parallel masih mainan.
sering dilakukan. Permainan soliter atau parallel
masih sering dilakukan
24 Masa bermain dengan teman sebaya Biasanya membedakan orang tua
singkat dengan orang lain, tetapi sangat
Permainan dengan teman sebaya sedikit afeksi yang
lebih banyak melibatkan gerakan diekspresikan.
kasar daripada berbagi mainan Mungin memeluk dan mencium
sebagai gerakan tubuh yang
otomatis ketika diminta.
Tidak acuh terhadap orang
dewasa selain orang tua
Mungkin mengembangkan
ketakutan yang besar
Lebih suka menyendiri
36 Belajar mengambil giliran dan Tidak bisa menerima anak –
berbagi dengan teman sebaya anak yang lain
Masa interaksi kooperatif yang Sensitivitas yang berlebihan
langgeng dengan teman sebaya Tidak bisa memahami makna
Pertengkaran dengan teman sebaya hukuman
sering terjadi.
Senang membantu orang tua
mengerjakan pekerjaan rumah.
Senang berlagak untuk membuat
orang lain tertawa.
Ingin menyenangkan orang tua.
30
48 Tawar menawar peran dengan teman Tidak dapat memahami aturan
sebaya dalam permainan sosio- dalam permainan dengan teman
dramatik sebaya
Memiliki teman bermain faforit.
Teman sebaya tidak menyertakan
secara verbal anak – anak yang tidak
disenangi dalam permainan
60 Lebih berorientasi dengan teman Lebih berorientasi pada orang
sebaya daripada dengan orang dewasa disbanding dengan
dewasa. teman sebaya
Sangat berminat menjalin hubungan Sering menjadi lebih bisa
persahabatan bergaul, tetapi interaksi tetap
Bertengkar dan saling mengejek aneh dan satu sisi
dengan teman sebaya.
Dapat mengubah peran dari
pemimpin ke pengikut ketika
bermain dengan teman sebaya.
31
B. PENELITIAN – PENELITIAN YANG RELEVAN
melakukan penelitian dengan scan otak yang canggih menemukan bahwa ada
bagian otak penderita autis yang memang tidak mengenali kesadaran tentang
otak.
fungsi bicara pada anak sering dijumpai. Kelainan ini biasanya tidak
berbahaya, akan membaik pada usia tertentu dan biasanya tidak memerlukan
dilakukan intervensi dan terapi sejak dini. Penaganan dini tersebut dapat
32
C. KERANGKA BERFIKIR
ASD
(Autis Spectrum Disorder)
Meningkatkan Meningkatkan
kemampuan komunikasi kemampuan interaksi
sosial
33
D. HIPOTESIS
34
BAB III
METODE PENELITIAN
B. JENIS PENELITIAN
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh anak autis yang berkunjung di “Cakra
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak autis pengunjung “Cakra
3. Teknik sampling
35
34
D. DEFINISI OPERASIONAL
1. Variable X adalah variable independen. Dalam penelitian ini yaitu terapi audio
pada anak autis ketika ia menjalani terapi lovas, dan ketika ia tidur saat di
variable X. Dalam penelitian ini ada dua variable dependen yaitu Y1 adalah
anak autis.
36
diberi skore 0. Untuk pertanyaan negatif, jawaban “ya” diberi skore 0 dan
Dalam pengumpulan data peneliti dibantu oleh teraphis yang ada di cakra
dengan para teraphis membicarakan tentang pengisian cheklist. Cheklist diisi oleh
kelompok kontrol yang disebut dengan pre tes. Kemudian selama 4 minggu pada
perlakuan. Setelah 4 minggu cheklist diisi teraphis baik pada kelompok perlakuan
maupun pada kelompok kontrol yang disebut dengan post tes. Cheklist digunakan
dengan skore pada jawaban cheklist. Untuk pertanyaan positif, jawaban “ya”
diberi skore 1 dan jawaban “tidak” diberi skore 0. Untuk pertanyaan negatif,
jawaban “ya” diberi skore 0 dan jawaban “tidak” diberi skore 1. Dari semua
37
variable independen dan dependen sebelum dan setelah diberikan suatu perlakuan
dengan nilai kemaknaan p ≤ 0,05 maka ada pengaruh yang signifikan antara
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
gudang dan 2 kamar mandi. Sistem terapi yang dilakukan dengan menggunakan
metode Lovaas dan one on one di mana dalam satu ruang terdapat satu terapis
dan satu anak autis. Jumlah terapis dalam Cakra Autis Center sebanyak 17 orang,
2. Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan analisa data. Penyajian
penelitian ini merupakan data umum dari karakteristik anak autis dan data
khusus anak autis. Penelitian dilakukan pada responden autis yang menjalani
39
38
a. Karakteristik Responden
responden kelompok perlakuan , usia < 3 tahun sebanyak 1 anak (8,3 %), usia 3 –
5 tahun sebanyak 8 anak (66,70 %), usia 5 – 10 tahun sebanyak 3 anak (25 %).
40
Berdasarkan diagram diatas dapat diperoleh informasi bahwa dari 12
responden kelompok kontrol , usia 3 – 5 tahun sebanyak 10 anak (83,3 %), usia 5
– 10 tahun sebanyak 1 anak (8,3 %), dan usia > 10 tahun sebanyak 1 anak (8,3 %).
responden kelompok kontrol , jenis kelamin laki – laki sebanyak 11 anak (91,70
41
Gambar 6. Jenis Kelamin anak autis pada kelompok perlakuan
responden kelompok perlakuan , jenis kelamin laki – laki sebanyak 10 anak (83,3
b. KEMAMPUAN KOMUNIKASI
kemampuan komunikasi. Dan pada kelompok kontrol ada 4 anak (33,3 %) yang
42
mengalami peningkatan dalam kemampuan komunikasi dan 8 anak (66,7%) tidak
Perlakuan Kontrol
Pengamatan
T hitung (Significancy) T tabel T hitung T tabel
4 minggu -13,385 (0,000) -2,201 -2,803 -2,201
(0,017)
Nilai t hitung 4 minggu terapi sebesar -13,385 sedangkan t tabel -2,201. Karena
nilai –t hitung < -t tabel (-13,385 < -2,201) dan significancy < 0,05 (0,000 < 0,05)
maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata – rata
43
Dari tabel 7. dapat diperoleh informasi bahwa setelah 4 minggu dilakukan
kemampuaninteraksi sosial. Dan pada kelompok kontrol ada 2 anak (16,7 %) yang
tidak terjadi peningkatan kemampuan interaksi sosial. Dari data di atas diolah
Tabel 8. Hasil uji statistik kemampuan interaksi sosial pasca perlakuan kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol pada anak Autis di Cakra Autis Center
Surabaya
Perlakuan Kontrol
Pengamatan
T hitung T tabel T hitung T tabel
hitung 4 minggu terapi sebesar -13,385 sedangkan t tabel -2,201. Karena nilai –t
hitung < -t tabel (-13,385 < -2,201) dan significancy < 0,05 (0,000 < 0,05) maka
Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata – rata antara
44
B. PEMBAHASAN
a. Karakteristik Responden
menunjukkan bahwa terdapat 66,70 % anak autis dengan usia 3 – 5 tahun dan
Judith, menyebutkan bahwa autistik bisa dideteksi secara dini sejak usia 18 – 24
tahun. Pada sebagian besar kasus autisme mulai sebelum 36 bulan tetapi mungkin
tidak terlihat bagi orang tua, tergantung pada kesadaran mereka dan tingkat
angka kasus autis pada umur 3-5 tahun meningkat setiap kuartal dari Januari 1995
(0,6 per 1.000 kelahiran hidup) sampai dengan maret 2007 (4,1 per 1.000
baru pada usia sekitar 6 tahun rata – rata anak pertama kali mendapatkan
autistik umumnya akan menjadi lebih baik bila memperoleh diagnosis dan
penanganan lebih awal. Menurut peneliti, autistik bisa diketahui sejak dini yaitu
sejak usia masih dalam gendongan. Banyak orang tua belum menyadari bahwa
“Saya dulu bisa bicara usia 3 tahun”. Ketika orang tua mengalami kecurigaan
perkembangan setiap anak berbeda – beda ditunggu dulu sampai usia 3 tahun,
baru nanti di periksakan pada tumbuh kembang anak”. Beberapa hal inilah yang
45
menjadikan orangtua terlambat dalam menyadari bahwa anaknya mengalami
bulan, ketika anak diajak beinteraksi tetapi tidak ada respon, tidak ada kontak
mata, tidak menoleh ketika ada suara, yang seharusnya anak sudah bisa
mengoceh, ada senyuman pada orang lain, mengerti perintah “tidak boleh”, bisa
da-da,da-da. Pada umumnya para orang tua yag mempunyai anak autistik lebih
dahulu mengetahui gejala – gejala kelainan pada diri anaknya. Namun para orang
neorologis tersebut terjadi pada sistem saraf pusat yang ditandai dengan
hubungan sosial. Dampak dari hal tersebut anak tidak mampu melakukan respon
terhadap informasi yang datang melalui pancaindera yang ditandai dengan tidak
adanya perilaku yang sesuai, berarti dan konsisten, tidak mampu memahami
83,3 % adalah anak laki-laki dan 6,7 % anak perempuan sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 91,70 % anak laki – laki dan 8,3 % anak perempuan.
Sandock dan Kaplan menyatakan bahwa gangguan autistik ditemukan lebih sering
46
pada anak laki – laki dibandingkan dengan anak perempuan. Tiga sampai lima
kali lebih banyak anak laki – laki yang memiliki gangguan autistik dari pada anak
terkena lebih serius dan lebih mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan
kognitif daripada anak laki – laki. Jeferrey and Spencer menyatakan bahwa
gangguan autistik lebih sering terjadi pada anak laki – laki daripada anak
perempuan, saat bermain anak tampak kurang gembira, terlihat kebingungan serta
adalah gangguan pervasif sehingga terapi pada anak autis harus terpadu, intensif
Berdasarkan pada hasil analisis pada tabel 6 perhitungan uji Paired Sample T
nilai t hitung 4 minggu terapi sebesar -13,385 sedangkan t tabel -2,201. Karena
nilai –t hitung < -t tabel (-13,385 < -2,201) dan significancy < 0,05 (0,000 < 0,05)
maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata – rata
47
komunikasi, perilaku repetitif dan tidak tertarik pada lingkungan (cuek) yang
anak autis mengalami retardasi mental 25 % anak autis pada usia 3 tahun sudah
masuk sekolah reguler. J Speech Lang Hear menyatakan bahwa anak dengan autis
gerakan tubuh. Dalam komunikasi rata – rata anak autis menggunakan bahasa
fungsi bicara pada anak sering dijumpai. Kelainan ini biasanya tidak berbahaya,
akan membaik pada usia tertentu dan biasanya tidak memerlukan terapi khusus.
terapi sejak dini. Penaganan dini tersebut dapat mengurangi gangguan dan
memperbaiki prognosis. Klinisi dan orang tua harus dapat membedakan dengan
dengan scan otak yang canggih menemukan bahwa ada bagian otak penderita
autis yang memang tidak mengenali kesadaran tentang dirinya sendiri. Akibatnya
atau focus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga pengobatan yang tepat
48
adalah cara agar otaknya mampu menghasilkan getaran SMR tersebut. Teknologi
Gelombang Otak untuk penanganan anak yang sulit fokus. Terapi ini
menstimulasi belahan otak kanan dengan Gelombang Alpha dan SMR (Sensori
Motor Rhytm) dan belahan otak kiri dengan Gelombang Alpha dan Beta.
Penjumlahan kedua gelombang yang di terima otak kiri dan kanan menghasilkan
autistik yang tentunya bisa diketahui sejak dini. Jangan biarkan anak sendiri.
Dengan rangsangan dari gelombang otak, orang tua harus mampu menstimulasi
Berdasarkan pada hasil analisis pada tabel 8 perhitungan uji Paired Sample T
minggu terapi sebesar -4,180 sedangkan t tabel -2,201. Karena nilai –t hitung < -t
tabel (-5,745 < -2,201) dan significancy < 0,05 (0,002 < 0,05) maka Ho ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata – rata antara sebelum dan
sesudah terapi. Nilai t hitung 4 minggu terapi sebesar -13,385 sedangkan t tabel -
2,201. Karena nilai –t hitung < -t tabel (-13,385 < -2,201) dan significancy < 0,05
(0,000 < 0,05) maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
sebagai kesatuan dari taraf-taraf neurologis, biologis, psikologis, dan agama atau
hemisfer serebelum dan vermis. Pada bayi baru lahir bayi autistik memiliki
ukuran otak yang normal namun setelah mencapai usia 2 – 3 tahun, ukuran otak
mereka membesar melebihi normal, terutama dalam lobus frontalis dan otak kecil,
yang disebabkan oleh pertumbuhan white matter yang berlebihan. Sementara sel
saraf yang ada lebih sedikit dibandingkan pada otak normal dan kekuatannya juga
lebih lemah. Kondisi inilah yang tampaknya berkaitan dengan gangguan pada
sosial antara lain : kontak mata sangat kurang, tidak bisa bermain dengan teman
sebaya, tidak bisa berempati, kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan
social yang ditunjukkan oleh paling sedikit dua diantara yang berikut ini : a) Ciri
lisan), seperti kontak mata, ekspresi wajah, gesture, dan gerak isyarat untuk
bagi para orang tua dan caregiver (pengasuh, pendidik,dll). Perilaku itu dapat
meliputi perilaku yang tidak wajar, berulang-ulang, perilaku agresif atau bahkan
50
membahayakan serta perilaku-perilaku lainnya yang sering terlihat pada mereka
seperti flapping, rocking. Terapi gelombang otak mempunyai efek sebagai berikut
tugas-tugas mental yang berbeda. Ini juga merupakan kondisi yang penting untuk
kontemplasi dan perencanaan. Dalam hal aktivitas otak, kondisi ini setara dengan
Menurut peneliti ditinjau dari segi teori dan penelitian – penelitian yang relevan,
sehingga dapat mempermudah terapi pada anak autis, anak lebih terfokus, lebih
51
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ynag telah dilakukan peneliti di Cakra Autis Center,
dapat disimpulkan bahwa terapi audio brainwave yang diberikan pada anak
dan nilai –t hitung < -t tabel (-13,385 < -2,201), significancy < 0,05 (0,00
< 0,05) maka Ho ditolak. Sehingga ada perbedaan rata – rata antara
2. Ada peningkatan kemampuan interaksi social anak autis dengan hasil yang
dan nilai –t hitung < -t tabel (-13,385 < -2,201) dan significancy < 0,05
(0,000 < 0,05) maka Ho ditolak. Sehingga ada perbedaan rata – rata antara
B. Implikasi
52
51
apa yang ia inginkan. Dalam kemampuan Interaksi sosial anak mulai ada
kontak mata, mulai menoleh jika dipanggil dan mulai bisa bermain, bisa
C. Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
54
53
Mayasari W.(2010).Analisa Suara Lumba-Lumba Sebagai Alternatif Terapi untuk
Perkembangan Anak Autis. www.puterakembara.com
55