Professional Documents
Culture Documents
D
I
S
U
S
U
N
O L E H:
Nama : LUSIN WARDOYO
NPM : 022.003.2010
Jurusan : Bimbingan & Konseling
Mata kuliah : Perencanaan Pengajaran
Dosen : Drs. Margiyanto
Sumber : Perencanaan Pengajaran, Drs. Harjanto, Rineka Cipta
STAI ACPRILESMA
JAKARTA - 2011
BAB I
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN PERENCANAAN
Perencanaan merupakan suatu strategi untuk mencapai suatu sasaran yang ingin dic
apai.
Menurut Philip Commbs, Perencanaan Pengajaran adalah suatu penerapan rasional d
ari analisa sistimatis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendid
ikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para muri
d dan masyarakatnya.
2. MASALAH MASALAH POKOK PERENCANAAN PENGAJARAN
a. Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan?
b. Alternatif apa yang terbaik untuk mencapai bermacam2 tujuan dan fungsi i
ni? (teknologi, biaya, waktu,efektifitas dsb)
c. SDM?
d. Siapa yang akan membiayai?
e. Bagaimana hendaknya semua sumber biaya dibagi diantara bermacam2 tingkat
jenis dan segi2 dari system itu?
Masalah ekonomi yang mempengaruhi
a. Masalah alokasi; bagaimana membagi dengan sebaik-baiknya dana yang terba
tas kepada berbagi macam sector sehingga diperoleh totalitas hasil yang optimal
b. Masalah efisiensi; bagaimana menggunakan dana yang telah dialokasikan ag
ar dapat diperoleh hasil optimal.
3. Proses Perencanaan
6 tahap proses:
a. Tahap pra perencanaan:
- Menciptakan badan/bagian yg bertugas melaksanakan fungsi perencanaan.
- Menetapkan prosedur perencanaan
- ReOrganisasi structural
- Menetapkan mekanisme prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis data
yang diperlukan
b. Tahap perencanaan awal:
- Tahap diagnosis; membandingkan output yang diharapkan dengan apa yg tela
h dicapai sekarang, mencari apa kelemahan/kekurangan suatu rencana.
- Tahap formulasi rencana: kebijakan yg menberikan arah pada upaya memperb
aiki kelemahan/kekurangan suatu rencana.
- Penilaian kebutuhan:
Jumlah orang yg perlu mendapat layanan dalam rencana dan syarat2 kualitatifnya.
Jumlah dan besarnya lembaga atau program yg dibutuhkan
Jumlah, kompetensi dan syarat pekerjaan dari organisator pelaksana rencana tsb.
Jumlah dan kualitas bahan, sarana dan tools yg diperlukan
Jumlah dana untuk pos pengeluaran
Jumlah dan kualitas layanan pendukung dsb.
- Perhitungan biaya, dihitung berdasarkan data biaya tahun sebelumnya deng
an memperhiotungkan fluktuasi kerja
- Penentuan Target, Mengkaji kebutuhan yang telah diidentifikasikan, menet
apkan prioritas program dan tingkat pencapaian realistis dari tujuan yg ditetapk
an.
c. Tahap Formulasi Rencana:
- Menyiapkan seperangkat keputusan yang diambil oleh pemegang otoritas
- Menyediakan pola dasar pelaksanaan yang menjadi pegangan berbagai unit o
rganisasi yang bertanggungjawab dalam implementasi keputusan-keputusan tersebut.
d. Tahap Elaborasi (perincian) Rencana:
- Membuat program, membagi rencana kedalam area-area pelaksanaan (program)
yang masing-masing mempunyai tujuan spesifik.
- Identifikasi dan formulasi proyek; tiap program terdiridari dari kelompo
k aktivitas sejenis dan tiap kelompok aktivitas dinamakan proyek yang diidentifi
kasikan dan dirumuskan secara tuntas agar seluruh kegiatan dapat dilaksanakan. F
ormulasi proyek merinci siapa pelaksana, berapa biaya, jangka waktu dsb. yang di
anggap perlu.
e. Tahap Implementasi Rencana:
Saat atau momen proyek dilaksanakan dimana perencanaan bergabung dengan proses p
elaksana atau manajemennya. SDM, dana, materiil, mekanisme pendelegasian wewenan
g, pembagian tugas dan tanggung jawab dsb.nya dialokasikan.
BAB II
KONSEP PENDEKATAN SISTEM PENGAJARAN
Tujuan akan menentukan pola pendekatan perencanaan
Pendekatan permintaan masyarakat: pendekatan yang bersifat tradisional dalam pen
gembangan pendidikan.
Hal-hal yang perlu dianalisa untuk memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan d
atang:
a. Pertambahan penduduk, penduduk usia sekolah
b. Persentase penduduk sekolah
c. Arus murid dari hirarki grade pendidikannya
d. Pilihan atau keinginan masyarakat dan individu tentang jenis2 pendidikan
Kelemahan Pendekatan permintaan masyarakat:
a. Tidak mengindahkan besarnya sumber dana
b. Kurang memperhitungkan perlunya keseimbangan dalam sifat dan macam2 tena
ga kerja yang diperlukan oleh sector lain
c. Penerimaan murid dalam jumlah banyak menurunkan mutu lulusannya
d. Mengabaikan masalah alokasi biaya pada sector lain
Pendekatan ketenagakerjaan:
Kegiatan-kegiatan pendidikan diusahakan memenuhi kebutuhan dunia kerja akan tena
ga kerja yang terampil.
Langkah2 Pendekatan ketenagakerjaan:
a. Memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja bagi pembangunan
b. Merinci tujuan pendidikan antaralain mempersiapkan tenaga kerja untuk pe
mbangunan di segala bidang
c. Memproyeksikan output pendidikan
d. Menyusun program/proyek untuk memenuhi output sesuai kebutuhan
e. Menyusun kegiatan rencana pembiayaan yang dituang dalam rencana
Hambatan2 dalam menyusunperencanaan pendidikan dengan pendekatan ketenagakerjaan
:
a. Data dan informasi tentang proyeksi tenaga kerja masa depan, jumlah tena
gakerja menurut klasifikasi dan kualifikasinya belum tersedia
b. Data dan proyeksi dari masing2 lapangan kerja kurang tersedia
c. Perbandingan jumlah tenagakerja berdasarkan jenjang keahliannya masih su
lit dilakukan.
d. Sisdiknas tidakmampu mengadakan penyesuaian dengan berbagai ragam kebutu
han akan keahlian dan kemampuan lulusannya
Suprasistem:
System yang kompleks yang mencakup lebih dari satu system sebagai komponenya
Subsistem:
Kesatuan atau kumpulannya yang merupakan bagian dari system yang lebih besar yan
g bisa dibedakan untuk observasi/mempelajarinya
System terbuka
System yang dapat menerima input misalnya berupa info dari luar
System tertutup
System yang tidak terima input dari luar
Feedback(umpan balik)
Informasi kontinyu untuk perbaikan
Hirarki
Sesuatu yang bertikngkat/grup/kelas
Input/masukan
Output/keluaran/hasil
Hasil konversi proses suatu system sebagai hasil, produk atau keuntungan
Proses
Penerapan suatu cara dan sarana untuk mencapai output
Pentingnya perencanaan sistematis:
1. Untuk memberi kepastian keberhasilan bukan untung-untungan
2. Sebagai alat mengidentifikasikan dan memecahkan masalah
3. Untuk memanfaatkan sumber secara efektif
Keuntungan perencanaan sistematis:
1. Alat mengidentifikasikan dan memecahkan masalah
2. Mampu memprediksi dan kontrol/pengawasan yang baik
Proses perencanaan pengajaran dapat berjalan baik karena kita:
a. Merumuskan kebutuhan (need assisment) secara spesifik dan nyata
b. Memakai logika dan tahapan
c. Memilih pendekatan sesuai dengan sikon
d. Menetapkan mekanisme “feedback”, identifikasi hambatan/kekurangan/kelemahan
dan menunjukkan perubahan2 apa saja yang diperlukan
e. Menggunakan istilah dan langkah yang jelas dan mudah dikomunikasikan da
n dipahami
Langkah-langkah model perencanaan sistematis menurut Kaufman (1979, p10):
1. Identifikasi masalah berdasarkan kebutuhan
2. Tentukan syarat-syarat dan alternate pemecahannya
3. Pilih strategi pemecahannya
4. Lakukan strategi tersebut untuk mencapai target
5. Tentukan efektifitas hasilnya dengan evaluasi
6. Revisi setiap langkah (jika perlu)
Kelemahan planning system kaufman:
1. Menghabiskan waktu, tenaga dan biaya
2. Keadaan bisa berubah disaat proses sedang berjalan
BAB III
BERBAGAI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
6. Model Dasar Sistem Instruksional
Sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep: “system” dan “instruction”.
System oleh Wong & Raulerson (1973) adalah “a set of parts united by some form of
interaction” (suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan ol
eh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan).
Contoh: system tatasurya, system pencernaan dll
Instruction atau pembelajaran atau pengajaran oleh Saylor dan Alexander (1976) a
rtinya pelaksanaan kurikulum (curriculum implementation) yang merujuk pada prose
s belajar mengajar (teaching-learning proses).
Tujuan
•
Antara tujuan, komponen dan proses terdapat hubungan yang saling menentukan
Menurut Tyler (1949) ada empat hal yang harus dijawab dalam mengembangkan kuriku
lum dan pengajaran:
1. Tujuan pendidikan mana yang seharusnya dicapai?
2. Pengalaman belajar apa yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan terseb
ut?
3. Bagaimana pengalaman belajar tersebut diorganisasikan secara efektif?
4. Bagaimana kita dapat menentukan bahwa tujuan itu dicapai?
Rangkuman:
1. Model : kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman (rujukan) dal
am melakukan suatu kegiatan.
2. Sistem : seperangkat bagian-bagian atau komponen yang satu sama lain ber
kaitan dan berinteraksi dalam mencapai tujuan.
3. Instruction adalah proses pembelajaran yang merupakan bentuk operasional
pelaksanaan kurikulum.
4. System instruksional : tatanan aktifitas belajar mengajar yang mengandun
g dimensi perencanaan kegiatan belajar mengajar; sebagai perencana dan pelaksana
an yang menetapkan tujuan, isi, proses, dan evaluasi pengajaran; sebagai proses
interaksi antar komponen pengajaran dalam suasana kelas secara nyata.
5. Model kurikulum/pengajaran Tyler (1949) dapat diterima sebagai model das
ar system instruksional dan dapat dikembangkan sesuai situasi.
7. Rincian Masing-Masing komponen Sistem Instruksional
Rangkuman:
1. Komponen pokok system kurikulum dan pengajaran (instruksional) adalah tu
juan dan pengorganisasian pengalaman belajar .
2. Tingkatan tujuan : tujuan nasional, institusional, kurikuler, instruksio
nal umum dan khusus. Antara tujuan satu dengan lainnya saling berkait dan tujuan
yang lebih rendah harus mendukung tujuan yang lebih tinggi.
3. Menurut Bloom dkk (1952) ada tiga kategori tujuan yaitu Ranah Kognitif(p
enalaran) atau cognitive domain , Ranah Affektif (Nilai dan Sikap) atau affectiv
e domain dan Ranah Psikomotor atau psychomotor domain.
4. Ranah kognitif(penalaran) ada enam:
Pengetahuan (knowledge) / ingatan: kemampuan mengingat yang pernah dipelajari.
Pemahaman (comprehension) : kemampuan menangkap pengertian sesuatu.
Penerapan (application) : kemampuan menggunakan materi yang dipelajari dalam sit
uasi baru dan nyata.
Penguraian (analysis) : kemampuan mempersatukan bagian-bagian yang terpisah guna
membangun suatu keseluruhan yang utuh (identifikasi, penjabaran, mengenal prins
ip-prinsip)
Penyatuan (synthesis) : sama dengan analisis ditambah kemampuan membuat komunika
si khas seperti tema, pidato, rencana kerja, atau perangkat hubungan-hubungan ab
strak seperti membuat skema untuk menggolong-golongkan informasi.
Penilaian (evaluation) : kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu seperti per
nyataan, cerita, novel, puisi dan laporan penelitian untuk suatu tujuan berdasar
kan kriteria tertentu. Penilaian adalah hasil belajar ranah kognitif yang paling
tinggi tingkatannya.
5. Ranah afektif (nilai dan sikap)
Penerimaan (receiving) : kesediaan menghadirkan dirinya pada suatu peristiwa ata
u rangsangan seperti kegiatan kelas, buku dan music.
Pemberian tanggapan (responding) : keikutsertaan siswa secara aktif dengan reak
si tertentu.
Penghargaan (valuing) : kepekaan tanggapan terhadap nilai oleh individu pada sua
tu objek/fenomena/perilaku.
Pengorganisasian (organization) : proses memadukan atau mengintegrasikan berbag
ai nilai (values) yang berbeda, memecahkan konflik antara nilai-nilai itu, memb
angun system nilai secara internal seringkali atau konsisten.
Pengkarakterisasian dengan suatu nilai (characterization by a value or value com
plex) : proses afeksi dimana seseorang memiliki system nilai sendiri yang mengen
dalikan perilakunya untuk waktu lama dan membentuk gaya hidupnya. Berkenaan deng
an pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, emosional.
6. Ranah psikomotorik (psychomotor domain) :
Persepsi (perception) : pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas
gerak.
Kesiapan (set) : kesediaan beraksi atau tindakan yang mencakup kesediaan materii
l, kesiapan fisik dan kemauan member reaksi.
Tanggapan terbimbing (guided respons) : thap awal dari ketrampilan yang lebih ko
mpleks meliputi proses peniruan gerakan.
Mekanisme (mechanism) :gerakan-gerakan penampilan yang melukiskan proses dimana
gerak yang sudah dipelajari kemudian diterima sebagai kebiasaan dengan penuh pe
rcaya diri dan mahir.
Respon nyata yang kompleks (complex over respons) : penampilan gerakan-gerakan
secara cermat dan mahir dalam bentuk gerakan-gerakan yang rumit.
Penyesuaian (adaptation) : ketrampilan yang sudah dikembangkan secara lebih baik
hingga dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntunan dan kondisi s
ituasi khusus yang lebih problematic.
Penciptaan (origination) : daya cipta pola gerakan baru sesuai dengan situasi pr
oblematika tertentu.
Keterkaitan ketiga ranah tersebut oleh Romiszowsky disebut ranah kreativitas.
7. Dua cara menganalisis tujuan pendidikan:
a. Untuk perilaku yang khusu dan spesifik kategorisasi perilaku pada masing
-masing ranah dari Bloom, Krathwol dan Simpson dapat dijadikan sebagai kerangka
acuan
b. Untuk perilaku yang umum dan saling terkait antar ranah dan sub ranah ko
nsep Romiszowsky dapat digunakan sebagai kerangka experts judgment
8. Dalam masalah isi dan pengalaman belajar dapat digunakan kriteria Tyler(
1949) dan Taba (1962).
9. Kriteria Tyler tentang isi dan pengalaman belajar:
a. Siswa memiliki pengalaman belajar yang memberinya kesempatan melatih per
ilaku secara implicit tertuang dalam tujuan, misalnya dalam memecahkan masalah
b. Pengalaman belajar memberikan siswa kepuasan melaksanakan suatu perilaku
yang digariskan dalam tujuan. Misalnya mengembangkan ketrampilan memecahkan mas
alah kesehatan.
c. Respon/ reaksi yang diharapkan masih dalam jangkauan anak.
d. Pengalaman belajar tertentu dapat dicapai untuk mencapai tujuan tertentu
. Misalnya pengalaman belajar efektif.
e. Pengalaman belajar yang sama hasilnya beraneka ragam
10. Kriteria Taba tentang isi dan pengalaman belajar:
a. Kesahihan dan kebermaknaan materi berkaitan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi
b. Kesesuaian dengan kenyataan yang ada dan hidup dalam masyarakat
c. Keseimbangan antara keluasan (breadth) dan kedalaman (depth) materi
d. Memungkinkan digunakan sebagai tujuan belajar
e. Dapat tidaknya dipelajari (learn ability) dan kesesuaiannya (adaptabili
ty) dengan pengalaman siswa
f. Kecocokannya dengan kebutuhan dan minat siswa
11. Mengorganisasikan pengalaman belajar harus memperhatikanprinsip continui
ty,sequence dan integration.
12. Evaluasi : kegiatan untuk menentukan apakah tujuan yang digariskan dapat
dicapai atau tidak. Evaluasi harus penuhi kriteria Taba.
4.Hubungan antara\komponen dalam system instruksional
12 langkah pengembangan system instruksional (Gagne & Briggs, 1974):
1. Analisis dan identifikasi kebutuhan
2. Penetapan tujuan umum dan khusus
3. Indentifikasi alternative cara memenuhi kebutuhan
4. Merancang komponen system
5. Analisis sumber-sumber yang dip[erlukan, sumber-sumber yang tersedia dan
kendala-kendala
6. Kegiatan mengatasi kendala
7. Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8. Merancang prosedur penelitian siswa
9. Uji coba lapangan: evaluasi formatif dan pendidikan guru
10. Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11. Evaluasi sumatif
12. Pelaksanaan operasional
Diagram model untuk mengembangkan satuan pelajaran (Wong dan Raulerson, 1974):
BAB IV
1. Pola-pola Instruksional:
a. Sumber berupa orang saja (guru pegang kendali penuh)
b. Sumber berupa orang dibantu sumber lain
c. Sumber berupa orang dibantu sumber lain berdasarkan pembagian tanggungja
wab
d. Sumber lain saja (media instruksional)
e. Kombinasi di atas dalam bentuk suatu system
Cirri-ciri penerapan pola instruksional scara operasional:
a. Sarana fisik penyaji informasi
b. System instruksional dimana sarana fisik merupakan komponen yang terpadu
c. Adanya serangkaian pilihan tentang:
- Perubahan fisik tempat & cara belajar
- Hubungan tidak langsung antara guru dan murid
- Aktifitas mandiri siswa
- Perlunya tenaga pembantu pengajar
- Perubahan peranan dan kecakapan mengajar
- Keluwesan waktu dan tempat belajar
2. Model-model Pengembangan Instruksional II
Pengertian model
model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses,
seperti penilaian kebutuhan,pemilihan media dan evaluasi (Briggs,1978)
Teknik validasi
a. Catat hasil pre tes dan post tes
b. Sediakan formulir untuk mengumpulkan data tentang efektifitas format/mat
eri program
c. Sediakan formulir untuk mengumpulkan data tentang menarik tidaknya progr
am
7. Hakekat Evaluasi
Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap siswa tetapi juga terhadap system pengaj
arannya,
Tes awal untuk mengukur kemapuan siswa dan mengelompokkannya.
Tes formatif untuk mengetahui proses KBM sudah betul atau belum, juga untuk peng
embangan, need assessment, dan diagnostic decision.
Tes akhir/tes sumatif untuk mengetahui apakah yang sudah diajarkan efektif atau
tidak, mencapai tujuan TIK atau tidak.
KESIMPULAN:
a. Evaluasi pengajaran adalah penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan
kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hokum,
yang akan mengukur tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tuju
an kurikuler/pengajaran sebagai indicator keberhasilan pengajaran.
b. Paket pengajaran yaitu materi instruksional (instructional materials) mi
salnya: modul, program pengajaran, buku kerja/LKS, program media non cetak, buku
teks/diktat.
c. Validitas adalah proses ujicoba dan merevisi paket pengajaran sebelum di
pergunakan di dalam kelas (Essef, 1978)
d. Proses validasi membantu mengurangi masalah kejelasan, minat dan format/
kualitas materi.
e. Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap siswa tetapi juga terhadap syste
m pengajarannya,
BAB IX
PENYUSUNAN SATUAN PELAJARAN
1. Kerangka Satuan Pelajaran
a. Bagianpetunjuk umum dihapus karena satuan pelajaran dibuat dan digunakan
oleh guru itu sendiri
b. Bagian metode sekaligis dicakup dalam bagian KBM
KESIMPULAN:
a. Dewasa ini sekolah mengembangkan kurikulumnya masing-masing dengan tidak
menyimpang dari permen sebagai pedoman.
b. Komponen-komponen tersebut di atas behubungan secara organisai sesuai de
ngan fungsinya dalam satuan pelajaran.
c. Bentuk Satuan Pelajaran: vertical dan horizontal
d. Menyusun satuan pelajaran harus memperhatikan kriteria-kriteria tersebut
di atas.