You are on page 1of 25

RESUME PERENCANAAN PENGAJARAN

D
I
S
U
S
U
N
O L E H:
Nama : LUSIN WARDOYO
NPM : 022.003.2010
Jurusan : Bimbingan & Konseling
Mata kuliah : Perencanaan Pengajaran
Dosen : Drs. Margiyanto
Sumber : Perencanaan Pengajaran, Drs. Harjanto, Rineka Cipta
STAI ACPRILESMA
JAKARTA - 2011

BAB I
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN PERENCANAAN
Perencanaan merupakan suatu strategi untuk mencapai suatu sasaran yang ingin dic
apai.
Menurut Philip Commbs, Perencanaan Pengajaran adalah suatu penerapan rasional d
ari analisa sistimatis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendid
ikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para muri
d dan masyarakatnya.
2. MASALAH MASALAH POKOK PERENCANAAN PENGAJARAN
a. Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan?
b. Alternatif apa yang terbaik untuk mencapai bermacam2 tujuan dan fungsi i
ni? (teknologi, biaya, waktu,efektifitas dsb)
c. SDM?
d. Siapa yang akan membiayai?
e. Bagaimana hendaknya semua sumber biaya dibagi diantara bermacam2 tingkat
jenis dan segi2 dari system itu?
Masalah ekonomi yang mempengaruhi
a. Masalah alokasi; bagaimana membagi dengan sebaik-baiknya dana yang terba
tas kepada berbagi macam sector sehingga diperoleh totalitas hasil yang optimal
b. Masalah efisiensi; bagaimana menggunakan dana yang telah dialokasikan ag
ar dapat diperoleh hasil optimal.
3. Proses Perencanaan
6 tahap proses:
a. Tahap pra perencanaan:
- Menciptakan badan/bagian yg bertugas melaksanakan fungsi perencanaan.
- Menetapkan prosedur perencanaan
- ReOrganisasi structural
- Menetapkan mekanisme prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis data
yang diperlukan
b. Tahap perencanaan awal:
- Tahap diagnosis; membandingkan output yang diharapkan dengan apa yg tela
h dicapai sekarang, mencari apa kelemahan/kekurangan suatu rencana.
- Tahap formulasi rencana: kebijakan yg menberikan arah pada upaya memperb
aiki kelemahan/kekurangan suatu rencana.
- Penilaian kebutuhan:
Jumlah orang yg perlu mendapat layanan dalam rencana dan syarat2 kualitatifnya.
Jumlah dan besarnya lembaga atau program yg dibutuhkan
Jumlah, kompetensi dan syarat pekerjaan dari organisator pelaksana rencana tsb.
Jumlah dan kualitas bahan, sarana dan tools yg diperlukan
Jumlah dana untuk pos pengeluaran
Jumlah dan kualitas layanan pendukung dsb.
- Perhitungan biaya, dihitung berdasarkan data biaya tahun sebelumnya deng
an memperhiotungkan fluktuasi kerja
- Penentuan Target, Mengkaji kebutuhan yang telah diidentifikasikan, menet
apkan prioritas program dan tingkat pencapaian realistis dari tujuan yg ditetapk
an.
c. Tahap Formulasi Rencana:
- Menyiapkan seperangkat keputusan yang diambil oleh pemegang otoritas
- Menyediakan pola dasar pelaksanaan yang menjadi pegangan berbagai unit o
rganisasi yang bertanggungjawab dalam implementasi keputusan-keputusan tersebut.
d. Tahap Elaborasi (perincian) Rencana:
- Membuat program, membagi rencana kedalam area-area pelaksanaan (program)
yang masing-masing mempunyai tujuan spesifik.
- Identifikasi dan formulasi proyek; tiap program terdiridari dari kelompo
k aktivitas sejenis dan tiap kelompok aktivitas dinamakan proyek yang diidentifi
kasikan dan dirumuskan secara tuntas agar seluruh kegiatan dapat dilaksanakan. F
ormulasi proyek merinci siapa pelaksana, berapa biaya, jangka waktu dsb. yang di
anggap perlu.
e. Tahap Implementasi Rencana:
Saat atau momen proyek dilaksanakan dimana perencanaan bergabung dengan proses p
elaksana atau manajemennya. SDM, dana, materiil, mekanisme pendelegasian wewenan
g, pembagian tugas dan tanggung jawab dsb.nya dialokasikan.

f. Tahap Evaluasi dan perencanaan ulang:


Menetapkan mekanisme evaluasi tentang sejauh mana kemajuan yang dicapai dan mend
eteksi deviasi atau penyimpangan secara bersinambung, saat pelaporan dapat dila
kukan scara belaka.
Makna evaluasi:
- Mengindikasikan kelemahan rencana untuk merevisi rencana awal sehingga d
alam sisa periode rencana tersebut kesalahan diperbaiki.
- Sebagai bahan diagnosis dan bahan membuat perencanaan ulang.
4. Jenis-jenis Perencanaan
Jenis-jenis Perencanaan ditinjau dari besaran (magnitude), telaah dan jangka wak
tu.
Jenis-jenis Perencanaan ditinjau dari besaran (magnitude) :
Perencanaan makro; perencanaan yang berskala nasional, menetapkan kebijakan-kebi
jakan, tujuan dan cara yang dipakai dalam mencapai tujuan.
Perancanaan makro menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mencapai tujuan:
a. Apa tujuan pendidikan nasional
b. Pendekatanapa yang dipakai
c. Lemabaga pendidikan apa yang dipakai
d. Bagaimana mengatur organisasi pendidikan
e. Program-program apa yang perlu diadakan
f. Sumber-sumber apa saja yang dapat dimanfaatkan
g. Apakah kriteria keberhasilanusaha pendidikan itu
Perencanaan meso; kebijakan perencanaan makro dijabarkan lebih rinci kedalam pro
gram-program berdimensi lebih kecil, lebih bersifat operasional disesuaikan deng
an keadaan daerah, departemen atau unit lainnya. Pertanyaan yang dijawab samaden
gan makro, Cuma lebih rinci dan kebebasannya dibatasi oleh ketentuan rencana mak
ro.
Perencanaan mikro; perencanaan tingkat institusional, penjabarannya lebih spesif
ik dari meso. Karakteristik lembaga diperhatikan asalkan tidak bertentangan deng
an perencanaan makro dan meso.
Jenis-jenis Perencanaan ditinjau dari telaahnya:
Perencanaan strategis: perencanaan tingkat normatif dimana pengambilan keputusan
tidak berdasarkan data statistik melainkan juga pertimbangan para perencana ya
ng berkaitan dengan penetapan tujuan, alokasi sumber-sumber dan kebijakan sebag
ai pedoman dan cenderung pada masalah yang tidak begitu terstruktur yang melibat
kan banyak variable namun parameternya tidak pasti.
Perencanaan manajerial; mengarahkan proses pelaksanaan yang efektif dan efisien,
lebih rinci berdasarkan data statistic tetapi dalam beberapa hal menggunakan ak
al sehat.
Perencanaan operasional; focus pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaks
anaan rencana manajerial di lapangan, bersifat spesifik dan berfungsi memberikan
petunjuk konkret tentang pelaksanaan suatu proyek atau program meliputi aturan,
prosedur dan ketentuan lainnya yang telah ditetapkan berdasarkan data kuantita
tif yang dapat diukur sehingga tidak begitu membutuhkan pertimbangan individual
.

Jenis-jenis Perencanaan ditinjau dari jangka waktu:


Perencanaan jangka panjang mencakup kurun waktu 10-25 tahun, parameternya lebih
kabur dan makin panjang kurun waktunya makin tidak pasti variabelnya.
Perencanaan jangka menengah mencakup kurun waktu 4-10 tahun, merupakan penjabara
n operasional rencana jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek mencakup kurun waktu 1-3 tahun merupakan penjabaran re
ncana jangka panjang dan menengah.
5. Pentingnya Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pengajaran sangat penting dan menentukan karena perencanaan pengajar
an membantu para pengelola pendidikan lebih berdaya guna dalam melaksanakan tuga
s dan fungsinya untuk mencapai tujuan lebih tepat waktu, ekonomis dan lebih muda
h dikontrol serta dimonitor pelaksanaannya.
Tuduhan perencanaan yang salah sehingga kegiatan tidak mencapai hasil yang optim
al mengindikasikan bahwa perencanaan memainkan peranan yang penting sekali.
Kelemahan perencanaan yang sering terjadi disebabkan oleh:
The right man in the right place diabaikan.
Perencanaan yang berlebihan, terlalu padat, kaku, ketat dan tidak manusiawi dapa
t menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian. Rencana yang baik selalu menjadi p
etunjuk arah yang pasti dan fleksibel.
Desakan-desakan masalah dalam berbagai aspek menandakan betapa pentingnya perenc
anaan pendidikan, diantaranya:
a. L aju perkembangan pendidikan yang lamban antara tahun 1645-1968, masa r
evolusi fisik melawan penjajah dan pergolakan politik
b. Periode Pelita I, II dan III (1969-1984) masyarakat memerlukan perbaikan
system pendidikan
c. Kebijakan pemerintah menampung semua anak usia sekolah dasar menjadikan
perencanaan peningkatan daya tamping harus ditangani secara menyeluruh, tidak cu
kup pada tingkat pusat tapi sampai ke tingkat propinsi, kabupaten dan kecamatan.
Gambaran umum masalah dunia pendidikan, landasan kebijakan dan tahap usaha renca
na penanggulannya yang dikonsepkan pada awal Pelita I:
Masalah dunia pendidikan meliputi identifikasi pengelompkan kurikulum, personal,
materiil, pembiayaan dan pembelanjaan, organisasi, administrasi dan manajemen,
partisipasi masyarakat, pelita dan masalah khusus.
4 masalah pokok mengandung unsur-unsur yang beraspek kualitatif, kuantitatif dan
suportif:
1. System pendidikan yang using
2. Tekanan tuntutan akan pendidikan akibat ledakan penduduk dan meningkatny
a aspirasi dan harapan masyarakat.
5 Landasan kebijakan untuk perencanaan dan pembinaan system pendidikan baru:
1. Pendidikan harus berpandangan luas dan jauh ke depan
2. Pembangunan pendidikan harus diintegrasikan rencana pembangunan nasional
3. Pendidikan harus bersifat komprehensip
4. Pendidikan harus integral dalam pengelolaannya (manajemen)
5. Pembangunan pendidikan harus memperhatikan nilai kuantitatif maupun kual
itatif
Secara garis besar system dan prosedur perencanaan di Depdikbud sesuai tugas dan
fungsi unit-unit perencanaan diuraikan sbb:
a. Di pusat, dibentuk panitia penyusunan Repelita Pendidikan dan Kebudayaan
yang anggotanya adalah pimpinan unit-unit utama dan dipimpin langsung oleh Ment
eri Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyusunan Repelita tersebut berdasarkan UUD 45, GBHN dan tap-tap MPR yang relev
an dengan dikbud.
b. Di daerah, atas dasar “garis-garis besar kebijakan perencanaan Depdikbud,
GBHN, situasi dan kondisi daerah, kanwil dan perguruan tinggi mengajukan usulan
proyek dan kegiatan-kegiatannya kepada biro perencanaan (sebagai coordinator) un
tuk proses selanjutnya.
Tenaga perencana pendidikan
Berdasarkan tugas dan ruang lingkup tanggung jawab:
a. Petugas-petugas perencanaan tingkat pusat
b. Petugas-petugas perencanaan tingkat provinsi
c. Petugas-petugas perencanaan tingkat kabupaten/kotamadya dan kecamatan
d. Petugas-petugas perencanaan tingkat sekolah
Tugas Petugas-petugas perencana pendidikan:
a. Menganalisis data pendidikan dan data lainnya yang diperlukan
b. Menerjemahkan implikasi rencana ekonomi makro ke dalam sector pendidikan
c. Menganalisis proyeksi tenaga kerja nasional terhadap lulusan/output pend
idikan menurut tingkat dan program studi
d. Memakai rumus matematis dalam perhitungan tertentu (kebutuhan jangka pen
dek, sedang dan panjang secara kuantitatif
e. Menerjemahkan kebijakan ke dalam rencana operasional
f. Menjabarkan rencana pembangunan pendidikan ke dalam proyek-proyek.
Dalam menyusun alternative-alternatif pemecahan masalah tersebut di atas perenca
na pendidikan harus memperhatikan alokasi dan penggunaan sumber-sumber dan mempe
rhitungkan aspek demografi dan statistic kependudukan. Semua ini memerlukan peng
etahuan ekonomi, matematika, statistic dan kemampuan analis.
Perencanaan adalah kegiatan multi disipliner yang memperhatikan masalah-masalah
demografi, ekonomi, keuangan, pedagogi, statistic, lingkungan, sosbud dan aspek
lainnya yang mempengaruhi perencanaan pendidikan baik langsung atau tidak.
Menurut Prof.Dr.Yusuf Enoch, MA perencanaan pendidikan sbg proses mempergunakan
berbagai teknik, mulai dari statistic data analisis, identifikasi dan analisis m
asalah dengan indicator kuantitatif, penentuan prioritas dan alternative kebijak
an penangggulangan masalah.

BAB II
KONSEP PENDEKATAN SISTEM PENGAJARAN
Tujuan akan menentukan pola pendekatan perencanaan
Pendekatan permintaan masyarakat: pendekatan yang bersifat tradisional dalam pen
gembangan pendidikan.
Hal-hal yang perlu dianalisa untuk memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan d
atang:
a. Pertambahan penduduk, penduduk usia sekolah
b. Persentase penduduk sekolah
c. Arus murid dari hirarki grade pendidikannya
d. Pilihan atau keinginan masyarakat dan individu tentang jenis2 pendidikan
Kelemahan Pendekatan permintaan masyarakat:
a. Tidak mengindahkan besarnya sumber dana
b. Kurang memperhitungkan perlunya keseimbangan dalam sifat dan macam2 tena
ga kerja yang diperlukan oleh sector lain
c. Penerimaan murid dalam jumlah banyak menurunkan mutu lulusannya
d. Mengabaikan masalah alokasi biaya pada sector lain
Pendekatan ketenagakerjaan:
Kegiatan-kegiatan pendidikan diusahakan memenuhi kebutuhan dunia kerja akan tena
ga kerja yang terampil.
Langkah2 Pendekatan ketenagakerjaan:
a. Memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja bagi pembangunan
b. Merinci tujuan pendidikan antaralain mempersiapkan tenaga kerja untuk pe
mbangunan di segala bidang
c. Memproyeksikan output pendidikan
d. Menyusun program/proyek untuk memenuhi output sesuai kebutuhan
e. Menyusun kegiatan rencana pembiayaan yang dituang dalam rencana
Hambatan2 dalam menyusunperencanaan pendidikan dengan pendekatan ketenagakerjaan
:
a. Data dan informasi tentang proyeksi tenaga kerja masa depan, jumlah tena
gakerja menurut klasifikasi dan kualifikasinya belum tersedia
b. Data dan proyeksi dari masing2 lapangan kerja kurang tersedia
c. Perbandingan jumlah tenagakerja berdasarkan jenjang keahliannya masih su
lit dilakukan.
d. Sisdiknas tidakmampu mengadakan penyesuaian dengan berbagai ragam kebutu
han akan keahlian dan kemampuan lulusannya

Pendekatan efisiensi investasi (nilai imbalan)


(Rate of Return Approach):
Besarnya investasi/biaya dalam dunia pendidikan ditentukan sesuai dengan hasil,
keuntungan atau efektifitas yang akan diperolehnya.
Setiap jenis dan jenjenjang pendidikan mungkin perlu pendekatan yang berbeda.
• KONSEP PENDEKATAN SISTEM
Suatu proses system yang dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dapat terc
apai
Sistem:
gabungan keseluruhan bagian yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil/tujuan
yang diharapkan berdasarkan kebutuhan
Unsur-unsur system:
1. input (sumber, biaya, personal dll)
2. output (hasil/produk/keuntungan)
Sifat-sifat system:
a. Terbuka vs tertutup
b. Sederhana vs kompleks
c. Hidup vs mati
Hidup(sel, tanaman dll)
Mati(tata surya, computer dll)
d. Hirarki (supra system, system, dan sub system)

Suprasistem:
System yang kompleks yang mencakup lebih dari satu system sebagai komponenya
Subsistem:
Kesatuan atau kumpulannya yang merupakan bagian dari system yang lebih besar yan
g bisa dibedakan untuk observasi/mempelajarinya
System terbuka
System yang dapat menerima input misalnya berupa info dari luar
System tertutup
System yang tidak terima input dari luar
Feedback(umpan balik)
Informasi kontinyu untuk perbaikan
Hirarki
Sesuatu yang bertikngkat/grup/kelas
Input/masukan
Output/keluaran/hasil
Hasil konversi proses suatu system sebagai hasil, produk atau keuntungan
Proses
Penerapan suatu cara dan sarana untuk mencapai output
Pentingnya perencanaan sistematis:
1. Untuk memberi kepastian keberhasilan bukan untung-untungan
2. Sebagai alat mengidentifikasikan dan memecahkan masalah
3. Untuk memanfaatkan sumber secara efektif
Keuntungan perencanaan sistematis:
1. Alat mengidentifikasikan dan memecahkan masalah
2. Mampu memprediksi dan kontrol/pengawasan yang baik
Proses perencanaan pengajaran dapat berjalan baik karena kita:
a. Merumuskan kebutuhan (need assisment) secara spesifik dan nyata
b. Memakai logika dan tahapan
c. Memilih pendekatan sesuai dengan sikon
d. Menetapkan mekanisme “feedback”, identifikasi hambatan/kekurangan/kelemahan
dan menunjukkan perubahan2 apa saja yang diperlukan
e. Menggunakan istilah dan langkah yang jelas dan mudah dikomunikasikan da
n dipahami
Langkah-langkah model perencanaan sistematis menurut Kaufman (1979, p10):
1. Identifikasi masalah berdasarkan kebutuhan
2. Tentukan syarat-syarat dan alternate pemecahannya
3. Pilih strategi pemecahannya
4. Lakukan strategi tersebut untuk mencapai target
5. Tentukan efektifitas hasilnya dengan evaluasi
6. Revisi setiap langkah (jika perlu)
Kelemahan planning system kaufman:
1. Menghabiskan waktu, tenaga dan biaya
2. Keadaan bisa berubah disaat proses sedang berjalan

BAB III
BERBAGAI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
6. Model Dasar Sistem Instruksional
Sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep: “system” dan “instruction”.
System oleh Wong & Raulerson (1973) adalah “a set of parts united by some form of
interaction” (suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan ol
eh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan).
Contoh: system tatasurya, system pencernaan dll
Instruction atau pembelajaran atau pengajaran oleh Saylor dan Alexander (1976) a
rtinya pelaksanaan kurikulum (curriculum implementation) yang merujuk pada prose
s belajar mengajar (teaching-learning proses).
Tujuan

Antara tujuan, komponen dan proses terdapat hubungan yang saling menentukan
Menurut Tyler (1949) ada empat hal yang harus dijawab dalam mengembangkan kuriku
lum dan pengajaran:
1. Tujuan pendidikan mana yang seharusnya dicapai?
2. Pengalaman belajar apa yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan terseb
ut?
3. Bagaimana pengalaman belajar tersebut diorganisasikan secara efektif?
4. Bagaimana kita dapat menentukan bahwa tujuan itu dicapai?
Rangkuman:
1. Model : kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman (rujukan) dal
am melakukan suatu kegiatan.
2. Sistem : seperangkat bagian-bagian atau komponen yang satu sama lain ber
kaitan dan berinteraksi dalam mencapai tujuan.
3. Instruction adalah proses pembelajaran yang merupakan bentuk operasional
pelaksanaan kurikulum.
4. System instruksional : tatanan aktifitas belajar mengajar yang mengandun
g dimensi perencanaan kegiatan belajar mengajar; sebagai perencana dan pelaksana
an yang menetapkan tujuan, isi, proses, dan evaluasi pengajaran; sebagai proses
interaksi antar komponen pengajaran dalam suasana kelas secara nyata.
5. Model kurikulum/pengajaran Tyler (1949) dapat diterima sebagai model das
ar system instruksional dan dapat dikembangkan sesuai situasi.
7. Rincian Masing-Masing komponen Sistem Instruksional
Rangkuman:
1. Komponen pokok system kurikulum dan pengajaran (instruksional) adalah tu
juan dan pengorganisasian pengalaman belajar .
2. Tingkatan tujuan : tujuan nasional, institusional, kurikuler, instruksio
nal umum dan khusus. Antara tujuan satu dengan lainnya saling berkait dan tujuan
yang lebih rendah harus mendukung tujuan yang lebih tinggi.
3. Menurut Bloom dkk (1952) ada tiga kategori tujuan yaitu Ranah Kognitif(p
enalaran) atau cognitive domain , Ranah Affektif (Nilai dan Sikap) atau affectiv
e domain dan Ranah Psikomotor atau psychomotor domain.
4. Ranah kognitif(penalaran) ada enam:
Pengetahuan (knowledge) / ingatan: kemampuan mengingat yang pernah dipelajari.
Pemahaman (comprehension) : kemampuan menangkap pengertian sesuatu.
Penerapan (application) : kemampuan menggunakan materi yang dipelajari dalam sit
uasi baru dan nyata.
Penguraian (analysis) : kemampuan mempersatukan bagian-bagian yang terpisah guna
membangun suatu keseluruhan yang utuh (identifikasi, penjabaran, mengenal prins
ip-prinsip)
Penyatuan (synthesis) : sama dengan analisis ditambah kemampuan membuat komunika
si khas seperti tema, pidato, rencana kerja, atau perangkat hubungan-hubungan ab
strak seperti membuat skema untuk menggolong-golongkan informasi.
Penilaian (evaluation) : kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu seperti per
nyataan, cerita, novel, puisi dan laporan penelitian untuk suatu tujuan berdasar
kan kriteria tertentu. Penilaian adalah hasil belajar ranah kognitif yang paling
tinggi tingkatannya.
5. Ranah afektif (nilai dan sikap)
Penerimaan (receiving) : kesediaan menghadirkan dirinya pada suatu peristiwa ata
u rangsangan seperti kegiatan kelas, buku dan music.
Pemberian tanggapan (responding) : keikutsertaan siswa secara aktif dengan reak
si tertentu.
Penghargaan (valuing) : kepekaan tanggapan terhadap nilai oleh individu pada sua
tu objek/fenomena/perilaku.
Pengorganisasian (organization) : proses memadukan atau mengintegrasikan berbag
ai nilai (values) yang berbeda, memecahkan konflik antara nilai-nilai itu, memb
angun system nilai secara internal seringkali atau konsisten.
Pengkarakterisasian dengan suatu nilai (characterization by a value or value com
plex) : proses afeksi dimana seseorang memiliki system nilai sendiri yang mengen
dalikan perilakunya untuk waktu lama dan membentuk gaya hidupnya. Berkenaan deng
an pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, emosional.
6. Ranah psikomotorik (psychomotor domain) :
Persepsi (perception) : pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas
gerak.
Kesiapan (set) : kesediaan beraksi atau tindakan yang mencakup kesediaan materii
l, kesiapan fisik dan kemauan member reaksi.
Tanggapan terbimbing (guided respons) : thap awal dari ketrampilan yang lebih ko
mpleks meliputi proses peniruan gerakan.
Mekanisme (mechanism) :gerakan-gerakan penampilan yang melukiskan proses dimana
gerak yang sudah dipelajari kemudian diterima sebagai kebiasaan dengan penuh pe
rcaya diri dan mahir.
Respon nyata yang kompleks (complex over respons) : penampilan gerakan-gerakan
secara cermat dan mahir dalam bentuk gerakan-gerakan yang rumit.
Penyesuaian (adaptation) : ketrampilan yang sudah dikembangkan secara lebih baik
hingga dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntunan dan kondisi s
ituasi khusus yang lebih problematic.
Penciptaan (origination) : daya cipta pola gerakan baru sesuai dengan situasi pr
oblematika tertentu.
Keterkaitan ketiga ranah tersebut oleh Romiszowsky disebut ranah kreativitas.
7. Dua cara menganalisis tujuan pendidikan:
a. Untuk perilaku yang khusu dan spesifik kategorisasi perilaku pada masing
-masing ranah dari Bloom, Krathwol dan Simpson dapat dijadikan sebagai kerangka
acuan
b. Untuk perilaku yang umum dan saling terkait antar ranah dan sub ranah ko
nsep Romiszowsky dapat digunakan sebagai kerangka experts judgment
8. Dalam masalah isi dan pengalaman belajar dapat digunakan kriteria Tyler(
1949) dan Taba (1962).
9. Kriteria Tyler tentang isi dan pengalaman belajar:
a. Siswa memiliki pengalaman belajar yang memberinya kesempatan melatih per
ilaku secara implicit tertuang dalam tujuan, misalnya dalam memecahkan masalah
b. Pengalaman belajar memberikan siswa kepuasan melaksanakan suatu perilaku
yang digariskan dalam tujuan. Misalnya mengembangkan ketrampilan memecahkan mas
alah kesehatan.
c. Respon/ reaksi yang diharapkan masih dalam jangkauan anak.
d. Pengalaman belajar tertentu dapat dicapai untuk mencapai tujuan tertentu
. Misalnya pengalaman belajar efektif.
e. Pengalaman belajar yang sama hasilnya beraneka ragam
10. Kriteria Taba tentang isi dan pengalaman belajar:
a. Kesahihan dan kebermaknaan materi berkaitan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi
b. Kesesuaian dengan kenyataan yang ada dan hidup dalam masyarakat
c. Keseimbangan antara keluasan (breadth) dan kedalaman (depth) materi
d. Memungkinkan digunakan sebagai tujuan belajar
e. Dapat tidaknya dipelajari (learn ability) dan kesesuaiannya (adaptabili
ty) dengan pengalaman siswa
f. Kecocokannya dengan kebutuhan dan minat siswa
11. Mengorganisasikan pengalaman belajar harus memperhatikanprinsip continui
ty,sequence dan integration.
12. Evaluasi : kegiatan untuk menentukan apakah tujuan yang digariskan dapat
dicapai atau tidak. Evaluasi harus penuhi kriteria Taba.
4.Hubungan antara\komponen dalam system instruksional
12 langkah pengembangan system instruksional (Gagne & Briggs, 1974):
1. Analisis dan identifikasi kebutuhan
2. Penetapan tujuan umum dan khusus
3. Indentifikasi alternative cara memenuhi kebutuhan
4. Merancang komponen system
5. Analisis sumber-sumber yang dip[erlukan, sumber-sumber yang tersedia dan
kendala-kendala
6. Kegiatan mengatasi kendala
7. Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8. Merancang prosedur penelitian siswa
9. Uji coba lapangan: evaluasi formatif dan pendidikan guru
10. Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11. Evaluasi sumatif
12. Pelaksanaan operasional
Diagram model untuk mengembangkan satuan pelajaran (Wong dan Raulerson, 1974):

Model Kibler, Barker dan Miles (1970):


Umpan balik
4 komponen pokok system intstruksional saling terkait: tujuan, pengalaman belaja
r, pengorganisasian pengalaman belajar dan evaluasi
4. Model-model pengembangan instruksional I:
a. Model pengembangan instuksional PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi
onal) kurikulum 1975 ada 5:
a.1. Merumuskan TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
a.2. Mengembangkan alat evaluasi
a.3 Menetapkan kegiatan belajar dan materi bahan pelajaran
a.4 Merencanakan program kegiatan
b. Model JE Kemp(1977):
b.1 Menentukan TIU (Tujuan Instruksional Umum)
b.2 Menganalisis karakteristik siswa
b.3 Menentukan TIK
b.4 Menentukan materi pelajaran
b.5 Menetapkan penjajagan awal
b.6 Menentukan strategi belajar mengajar
b.7 Mengkoordinasi sarana penunjang (fasilitas, alat, waktu, tenaga)
b.8 Evaluasi
c. Model Briggs (1977):
c.1 Identifikasi kebutuhan/pemenuhan tujuan
c.2 Penyusunan garis besar kurikulum
c.3 Perumusan tujuan kurikuler umum dan khusus
c.4 Analisis tugas/tujuan (analisis proses info, klasifikasi kondisi belajar, tu
gas belajar/syarat dan kegiatan belajar yang sesuai)
c.5Penyiapan evaluasi hasil belajar
c.6 Menentukan jenjang belajar
c.7 Penentuan kegiatan belajar
c.8 Pemantauan bersama
c.9 Evaluasi formatif u/ memperoleh data dalam rangka revisi materi belajar
c.10 Evaluasi sumatif u/ menilai system penyampaian secara keseluruhan pada akhi
r kegiatan (hasil belajar, TIK/TIU dan prosedur)
d.Model materi Gerlach dan Ely(1971):
1. Merumuskan TI
2. Menentukan isi materi pelajaran (sesuai TIK)
3. Menentukan kemampuan awal peserta didik (dgn pre tes)
4. Menentukan teknik dan strategi
5. Pengelompokan belajar
6. Menentukan pembagian waktu
7. Menentukan ruang (jumlah peserta dan strategi)
8. Memilih media instruksional yang sesuai
9. Mengevaluasi hasil belajar
10. Menganalisis umpan balik ( u/ penyempurnaan perbaikan instruksional mencakup
seluruh komponen instruksional)
e.Model Bela H.Banathy (1972):
1. Merumuskan TI
2. Mengembangkan tes
3. Analisis kegiatan belajar mengajar
4. Mendesain system instruksional
5. Melaksanakan kegiatan dan tes hasil belajar
6. Mengadakan perbaikan system instruksional berdasarkan hasil evaluasi

Merumuskan tujuan instruksional


Tujuan instruksional: perumusan yang jelas memuat pernyataan tentang kemampuan d
an tingkah laku peserta didik setelah ikuti suatu program pengajaran tertentu un
tuk satu topic atau sub topic tertentu yang merupakan penjabaran dari tujuan kur
ikuler.
TIU : hasil belajar yang dinyatakan scara umum dan berpedoman pada perubahan tin
gkah laku dalam kelas.
TIK: hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingk
ah laku / kemampuan khusus yang dapat diamati dan diukur (Gronlund, 1975)
TIU menurut Gafur (SK Mendikbud no,8/U/1975): tujuan-tujuan yang pencapaiannya d
ibebankan kepada program pengajaran sesuatu bidang pelajaran
Kegunaan TIU :
a. Memberikan criteria pasti untuk mengukur kemajuan belajar siswa
b. Memberikan kepastian tentang kemampuan siswa yang diharapkan
c. Sebagai dasar mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektifitas pen
gajaran
d. Sebagai petunjuk dalam menentukan materi dan strategi instruksional
e. Petunjuk bagi siswa tentang apa yang akan dipelajari dan dinilai
f. Siswa akan mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk mencapai TI yan
g telah ditentukan
Unsur-unsur yang tercakup dalam TIU menurut Gronlund (1976):
a. Mencakup tujuan umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses pengaja
ran dalam satu waktu tertentu
b. Tidak lepas dari tujuan kurikuler maupun tujuan di atasnya
c. Selaras dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
d. Realistis dengan kemampuan siswa, waktu dan fasilitas yang ada
e. Mengindikasikan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa
Unsur unsur yang tercakup dalam TIK menurut Mager (1977):
a. Performance : apa yang dapat dilakukan siswa
b. Conditions: kondisi yang penting dalam performance
c. Criterion : bagaimana criteria suatu performance dapat diterima
TIK yang sempurna mengandung 5 unsur:
1. Audience (siswa)
2. Behavior /perilaku/kemampuan spesifik operasional
3. Conditions : syarat/kondisi untuk performance yang diharapkan
4. Criteria/degree : criteria hasil belajar (waktu, jumlah, kualitas hasil,
kualitas proses)
5. Single performance : 1 TIK 1 perubahan tingkah laku
Criteria merumuskan TIK:
1. Menggunakan kata kerja operasional. Contoh: mengukur, menjelaskan, meny
ebutkan, mengidentifikasi, menggunakan, membedakan dll.
2. Berorientasi pada peserta didik. Contoh: Siswa dapat menjelaskan proses
terjadinya gerhana matahari
3. Berbentuk tingkah laku/kemampuan. Contoh: siswa mampu mengidentifikasi k
omponen-komponen system belajar mengajar
4. Hanya memuat satu perubahann tingkah laku/kemampuan
a. Taksonomi tujuan pendidikan ranah kognitif: bersifat menambah pengetahua
n/hasil belajar berupa pengetahuan.
b. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif: tujuan/hasil belajar /kemampu
an yang berkaitan dengan sikap.
c. Taksonomi tujuan pendidikan psikomotor: tujuan/hasil belajar /kemampuan
yang berkaitan dengan keaktifan/ketrampilan fisik (motor skills)
Prosedur merumuskan TI:
1. Merumuskan TIU (hasil belajar)
2. Merinci TIU menjadi TIK
3. Memeriksa TI untuk kejelasan dan kesesuaiannya (relevansinya dengan tuju
an yang lebih tinggi, urutannya, relevansinya dengan kemampuan siswa)
5. Pengembangan System dan Desain Instruksional
a. Pengembangan system instruksional : proses sistematis dan logis untuk mempela
jari problem-problem pengajaran, agar mendapat pemecahan yang teruji validitasny
a dan praktis bisa dilaksanakan (Elly, 1979)
Pengembangan system instruksional : proses menentukan dan menciptakan si
tuasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian
rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carey, 1977)
b. Sistem instruksional : semua materi pelajaran dan metode yang telah diujicoba
dalam praktek untuk mencapai tujuan (Baker, 1971)
c. Desain instruksional : keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belaj
ar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk penuhi kebu
tuhan tsb. (Briggs, 1979)
d. Desain system instruksional : pendekatan sistematis dalam perencanaan dan pe
ngembangan sarana serta alat mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. (Brigg
s, 1979)
Dasar-dasar pengembangan system dan desain instruksional
Prosedur pengembangan system dan desain instruksional:
1. Pendekatan empiris; berdasarkan pengalaman, tanpa memakai dasar-dasar te
ori secara sistematis.
Kelemahannya: a. setiap pengembangan harus mulai dari awal, b. tidak efisien
2. Mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach) :hasilbelajar yan
g diharapkan dapat diklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu.

BAB IV
1. Pola-pola Instruksional:
a. Sumber berupa orang saja (guru pegang kendali penuh)
b. Sumber berupa orang dibantu sumber lain
c. Sumber berupa orang dibantu sumber lain berdasarkan pembagian tanggungja
wab
d. Sumber lain saja (media instruksional)
e. Kombinasi di atas dalam bentuk suatu system
Cirri-ciri penerapan pola instruksional scara operasional:
a. Sarana fisik penyaji informasi
b. System instruksional dimana sarana fisik merupakan komponen yang terpadu
c. Adanya serangkaian pilihan tentang:
- Perubahan fisik tempat & cara belajar
- Hubungan tidak langsung antara guru dan murid
- Aktifitas mandiri siswa
- Perlunya tenaga pembantu pengajar
- Perubahan peranan dan kecakapan mengajar
- Keluwesan waktu dan tempat belajar
2. Model-model Pengembangan Instruksional II
Pengertian model
model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses,
seperti penilaian kebutuhan,pemilihan media dan evaluasi (Briggs,1978)

a. Model pengembangan instruksional Briggs


- Identifikasi kebutuhan
- Penyusunan garis besar kurikulum
- Perumusan tujuan
- Analisis tujuan
- Penyiapan EHB
- Tentukan jenjang belajar
- Tentukan kegiatan belajar
- Pilih media yg sesuai
- Perencanaan kegiatan belajar
- Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
- Pelaksanaan evaluasi belajar
b. Model pengembangan instruksional Bela H.Banathy
- Rumuskan tujuan
- Kembangkan tes
- Analisa kegiatan belajar mengajar
- Mendesain system instruksional
- Laksanakan kegiatan dan tes hasil
- Perbaikan
c. Model pengembangan instruksional PPSI
- Rumusan tujuan
- Pengembangan alat evaluasi
- Menentukan kegiatan belajar dan materi
- Merencanakan program kegiatan
- Melaksanakan program
d. Model pengembangan instruksional Kemp (1977)
- Menentukan TIU
- Analisis karakteristik siswa
- Menentukan TIK yang spesifik, operasional dan terukur
- Mentukan materi sesuai TIK
- Menetapkan pengajaran awal (pre-assesment)
- Menentukan strategi belajar mengajar yang efisien, efektif, ekonomis dan
praktis
- Koordinasi sarana penunjang meliputi biaya, fasilitas, alat waktu dll.
- Evaluasi
e. Model pengembangan instruksional Gerlach & Ely (1971)
- Rumusan tujuan
- Menentukan isi materi
- Menurut kemampuan awal siswa
- Menentukan teknik dan strategi
- Pengelompokan belajar
- Pembagian waktu
- Ruang
- Pilih media
- EHB
- Analisa feedback
f. Model pengembangan instruksional IDI (Instructional Development Institut
e)
- Penentuan
a. Identifikasi masalah (analisis kebutuhan, prioritas, rumusan masalah)
b. Analisis setting (audience, kondisi, sumber)
c. Pengelolaan (tugas, pengelolaan, jadwal)
- Pengembangan
a. Identifikasi objektif (TIK) (tujuan akhir, tujuan antara)
b. Tentukan metode (belajar, mengajar, media, materi)
c. Buat prototype (paket materi, instrument, evaluasi)
- Evaluasi
a. Testing prototype (uji coba, kumpulan data)
b. Analisis hasil (tujuan, metode, teknik evaluasi)
c. Implementasi (review, revisi, tindak lanjut)
3. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Instruksional
Tujuan utama dan Fungsi Pengembangan Instruksional secara umum adalah menghasilk
an system instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendi
dikan.
Tujuan Pengembangan Instruksional secara khusus:
a. Mengidentifikasi masalah-masalah instruksional dan mengorganisasi alat p
emecahannya
b. Menghasilkan strategi belajar mengajar yang efektif dalam rangka perbai
kan pengajaran dan pendidikan.
c. Menghasilkan perencanaan instruksional yang efektif dalam rangka perbai
kan pengajaran dan pendidikan
d. Menghasilkan evaluasi belajar mengajar yang efektif dalam rangka perbaik
an pengajaran dan pendidikan
e. Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa
f. Mengidentifikasi alat dan media yang cocok
g. Menentukan dan mengidentifikasi materi yang cocok
Fungsi Pengembangan Instruksional:
a. Sebagai pedoman guru melaksanakan proses belajar mengajar
b. Sebagai pedoman guru mengambil keputusan instruksional (identifikasi keb
utuhan dan karakteristik siswa, tujuan instruksional, strategi belajar mengajar,
materi, media, evaluasi dll)
c. Alat control (evaluasi)
d. Umpan balik dalam rangka perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan
Kriteria pengembangan instruksional yang harus dipenuhi:
a. Kualitas pengembangan
b. Efektifitas pengembangan
c. Relevansi pengembangan
BAB V
PERENCANAAN TUJUAN-TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Perencanaan Desain Instruksional
Desain instruksional dirancang untuk mendapatkan:
a. Tujuan pengajaran
b. Prosedur/kegiatan dan sumber belajar
c. Evaluasi
8 Langkah membuat perencanaan desain instruksional:
1. Buat pokok bahasan dan tujuannya (goals, topics, general purposes)/TIU C
ontoh:
Bidang studi : IPS dan IPA
Mata Pelajaran : Problem Masa Kini
Pokok Bahasan : Masa Depan
Tujuan Umum : Membantu siswa memikirkan dunia masa depan dan
kemungkinan pengaruhnya terhadap kehidupan
2. Sebutkan karakteristik siswa sehubungan dengan desain yg akan dibuat
Untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak. Ha
l-hal yang perlu diketahui:
Factor akademis: jumlah siswa dalam satu kelas, latar belakang pendidikan, motiv
asi dll.
Factor social: umur, kematangan, minat, latar belakang social-ekonomi dll.
Kondisi belajar: Lingkungan fisik (dekorasi, tata cahaya dll) , Lingkungan emosi
onal (motivasi, tanggungjawab dll) , Lingkungan sosiologis (kebiasaan belajar, t
anggapan terhadap pejabat dll), Kondisi fisiologis (ketajaman/kelemahan indera,
kebutuhan gizi, sikap terhadap efisiensi tugas). (Dunn&Dunn)
Identifikasi teknik belajar siswa: usaha meningkatkan perhatian siswa (cognitive
style mapping): daya tangkap siswa terhadp lambing-lambang baik angka maupun ka
ta-kata, ketajamanpanca indra; pengaruh siswa terhadap hal-hal yang diperoleh da
ri tersebut; tabiat siswa menyampaikan alasan (pendekatan terhadap masalah dan p
roses penyimpulannya); daya ingat siswa.
3. Apasaja tujuan belajar / learning objectives
- Dinyatakan dengan keaktifan/kegiatan siswa
- Dapat diukur apakah kelak tujuan bisa tercapai atau tidak
- Dapat ditulis lebih dahulu atau kemudian setelah isi materi disusun gari
s besarnya
Ada 3 tujuan: kognitif, psikomotor dan afektif
a. Tujuan kognitif: apabila mempelajari ilmu pengetahuan, informasi, pemiki
ran dll yang bersifat menambah pengetahuan
b. Tujuan psikomotor: tujuan yang berhubungan dengan ketrampilan atau keakt
ifan fisik (motor skills)
c. Tujuan afektif: tujuan yang meliputi penentuan sikap, apresiasi, nilai-n
ilai, evaluasi, menyenangi, menghargai, kebiasaan dll.
Tujuan dapat digabungkan apabila memungkinkan
Tahap-tahap tujuan menurut gagne: fakta, konsep, prinsip dan pemecahan masalah.
Tujuan proyek sekolah adalah untuk memecahkan 4 masalah pok yaitu: jumlah (pemer
ataan pendidikan, mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan efisiensi pendidikan
(Soedijarto, 1977)
4. Buat daftar isi (materi) (subject content) / isi pokok bahasan
Sebaiknya relevan dengan kebutuhan siswa di masa depan (karier dll)
5. Penjajagan terhadap siswa (buat tes untuk menjajagi latar belakang dan p
engetahuan siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan (pre assessment)
6. Kegiatan belajar mengajar dan sumber-sumber belajar dan media
- Pengajaran klasik (group presentation):
Metode ceramah
Pengajaran ini baik bila ada:
a. Interaksi aktif dengan guru
b. Siswa akti bekerja/mencatat dsb.
c. Partisipasi mental: siswa siap menjawab
- Belajar mandiri (individual learning): modul, texthome, textbook dll
- Interaksi guru dan siswa (interaction between teacher and student)
7. Pelayanan penunjang (anggaran, personalia, fasilitas, peralatan, jadwal)
8. Evaluasi Hasil Belajar

2. Kemampuan dan Hubungan Kerja


Penyusunan desain instruksional
Penyusun desain instruksional harus punya latar belakang dan pengalaman dalam b
idang filsafat pendidikan, psikologi belajar, metode pengajaran, pengetahuan p
erencanaan desain, macam kegiatan belajar mengajar, macam tipe sumber belajar, h
arus mampu member petunjuk tentang proses perencanaan, dapat bekerjasama dalam t
im, dan koordinasi program bersama staff admin sekolah, mengatur waktu, membuat
pengadaan bahan, membantu evaluasi hasil ujicoba dan membantu pelaksanaan progra
m serta pengalaman mengajar
Ahli kurikulum dan materi pelajaran (guru)
Guru harus dapat mengajukan pokok bahasan, sistematika penyampaian pelajaran, ke
giatan dan dapat mengontrol ketepatan materi pelajaran serta media yang digunaka
n, tahu hubungan antara materinya dengan mata pelajaran lain dan dengan kegunaan
atau penerapannya dalam masyarakat.
Ahli teori belajar harus punya latar belakang psikologi belajar, menyarankan bag
aimana menggunakan prinsip-prinsip belajar, membuat hasil belajar maksimal, mena
rik dan efektif.
Ahli evaluasi tugasnya membantu para ahli di atas dalam :
a. Mengembangkan instrument tes pendahuluan (pre-assessment) tentang konsep
, pengetahuan dan prinsip
b. Performance program, evaluasi sikap dan skala prioritas proses belajarme
ngajar
c. Evaluasi hasil belajar akhir (posttest)
Evaluasi formatif: untuk mengetahui pelaksanaan program menyimpang dari rencana
awal atau tidak
Evaluasi sumatif: untuk mengukur apakah program sudah efektif dan efisien
Ahli media harus tahu kelebihan kekurangan segala macam media dan membantu memil
ih media yang tepat. Tugasnya merencanakan/mengembangkan, mengawasi, produksi me
dia (pemotretan, grafik, perekaman, TV, mading dll)
Staf administrasi mengatur dan melayani; menyusun jadwal, fasilitas, tugas, perl
engkapan, alokasi biaya dll.
Ahli perpustakaan harus berpengetahuan luas terhadap kebutuhan bacaan wajib dan
pilihan, bertanggung jawab dalam pelayanan maupun penempatan dan penyimpan medi
a cetak/noncetak
Teknisi bertanggungjawab mempersiapkan media untuk mengajar, melengkapi paket me
dia, memasang, memperbaiki dan memelihara peralatan.
Asisten pembantu pengajar sebagai fasilitator proses belajar mengajar, membantu
siswa melaksanakan tugas, membimbing kelompok belajar,dll
Sekretaris menangani tugas kantor dan tata usaha
Siswa dapat diajak menyusun desain jika siswa pernah menempuh pelajaran yang sam
a yaitu yang akan dibuat desainnya.
Hubungan kerja penyusunan perencanaan akan berhasil bila ada kerjasama yang sali
ng menunjang, pembagian tanggungjawab, dan siap dikritik (fleksibel).
Mengukur hasil desain (Kemp & Diamond)
a. Efektifitas: segi siswa (dengan biaya yang sama hasil belajar meningkat
dll), segi sekolah (jumlah siswa bertambah, honor pengajar tetap, dll),
segi ruangan (jumlah ruangan berkurang tetapi tidak mempengaruh
i proses belajar mengajar), segi sumber belajar (cara memanfaatkan sumber belaja
r makin efisien), segi masyarakat (cama-cami baru makin bertambah, akreditasi se
kolah meningkat tanpa biaya tambahan yang besar)
b. Efisiensi: dihitung dari indeks prestasi (cerminan aktifitas dan kepanda
ian siswa, ditunjang oleh desain instruksional yang bagus dan sumber belajar yan
g memadai)
c. Biaya
Berapa banyak biaya tiap siswa untuk mencapai hasil yang diharapkan disebut inst
ructional cost index= biaya pengembangan ditambah biaya operasional dibagi jumla
h siswa.
Cenderung lebih efisien bila instructional cost index per semester makin menurun
di mana desain instruksional berlangsung tiap semester.
instructional cost index tiap materi berbeda.
Mengukur hasil yang subjektif
Pengukuran diatas terkesan materialistis dan kurang manusiawi.
3. Identifikasi TIU
Latar belakang
Sumber untuk menentukan TIU: kurikulum, pendapat ahli bidang studi, hasil analis
is tugas, hasil observasi
Konsep
Definisi TIU menurut:
a. SK Mendikbud No.8/U/1975 : TIU adalah “tujuan-tujuan yang pencapaiannya di
bebankan kepada program pengajaran sesuatu bidang pelajaran”
b. Gene E. Hall & Howard L.Jones (1976): TIU adalah pernyataan umum mengena
i hasil suatu program pengajaran
c. Dick & Carey (1978) : TIU adalah suatu pernyataan yang menjelaskan menge
nai apakah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka selesai mengi
kuti suatu pengajaran
d. Briggs (1979) : TIU adalah pernyataan umum mengenai tujuan akhir dari se
tiap program pengajaran
Kesimpulan: TIU adalah hasil belajar siswa setelah selesai belajar, bukan apa ya
ng dikerjakan oleh guru dan TIU selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan secara
umum.
Seberapa jauh “umum” suatu TIU bila dibandingkan dengan TIK?:
a. Kurikulum 1975, sifat umum TIU lebih condong pada kata kerja untuk merum
uskan TIU tsb.
TIU : memakai kata memahami dan menyadari (sulit diukur)
TIK: memakai kata dapat melaksanakan (dapat diukur dan diamati hasilnya)
b. Luas lingkup materi (Ely, 1979)
TIU adalah deskripsi umum mengenai maksud suatu unit perkuliahan.
TIU : memakai kata “memiliki ketrampilan menyusun suatu pelajaran”

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun TIU:


a. Kebutuhan untuk mengajarkan TIU tersebut, pentingkah TIU tersebut diajar
kan kepada siswa?
b. Ahli bidang studi yang akan diajarkan.
c. Materi pelajaran tidak stabil (tidak tahan lama)
d. Jenis tingkah laku atau kemampuan siswa sebagai indicator tercapainya TI
U
(tidak terlalu luas dan rumit)
e. Siswa dan kesulitan yang pernah dihadapi.
Tiga hal harus diperhatikan dalam menyusun dan menilai TIU:
a. Menggunakan kata kerja yang menunjukkan tingkah laku siswa
b. Tidak terlalu luas atau terlalu sempit, cukup sesuai dengan waktu yang t
ersedia dan kebutuhan siswa
c. Harus jelas isi / ketrampilan yang akan dipelajari
Faktor-faktor: waktu yang tersedia, sistimatika materi, macam kegiatan belajar,
karakteristik siswa dsb.
4. Spesifikasi Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran harus jelas, operasional, spesifik dan sesuai dengan pokok bah
asannya, mampu mengarahkan siswa tentang apa yang dipelajari dan menjadi pedoman
guru untuk menargetkan siswa.
Tingkat keluasan tujuan:
a. Tingkat nasional
Contoh : “Agar siswa memiliki pengetahuan dasar matematika, sehingga dapat membant
unya dalam kehidupan sehari-hari”
b. Tingkat kurikulum: lebih khusus namun belum cukup spesifik
Contoh: “siswa dapat mempergunakan angka untuk menghitung benda-benda”
c. Tingkat yang sesuai untuk guru di kelas (classroom level): sangat spesif
ik, observable, hanya mengandung satu learning outcome
Contoh: “diberikan jumlah tertentu dari benda-benda yang tidak lebih dari seluruh,
siswa kelas satu dapat menghitungnya dengan benar”
Beberapa kesalahan umum merumuskan tujuan pengajaran:
a. Tidak cukup spesifik dan operasional
Salah : “agar siswa menikmati music”
Benar : “siswa menjawab dengan benar 10 pertanyaan tentang lagu-lagu ciptaan SLAN
K”
NB: hindarilah penggunaan kata-kata yang mempunyai banyak arti
Kurang operasional: mengetahui, mengerti, menghargai, menikmati,mempercayai dsb.
Operasional : menulis, menyebut, memilih, membedakan, membandingkan, menunjukan
dsb.
b. Dinyatakan dalam proses, bukan produk
c. Lebih melukiskan tingkahlaku guru daripada siswa
d. Hanya kumpulan hal-hal yang harus dipelajari, bukan apa yang diharapkan
dikuasai siswa
e. Lebih dari satu tujuan pengajaran
f. Tidak memperhatikan tingkat keluasan yang sesuai
g. Tidak merumuskan yang diperlukan untuk timbulnya tingkahlaku yang dikehe
ndaki
h. Tidak mencantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima
Ringkasan petunjuk praktis merumuskan tujuan pengajaran:
a. Formulasikan dalam bentuk operasional
b. Rumuskan dalam bentuk produk belajar
c. Rumuskan dalam bentuk tingkahlaku siswa, bukan guru
d. Menunjukkan dengan jelas tingkahlaku siswa yang dituju
e. Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar
f. Rumuskan dalam tingkat keluasan yang sesuai
g. Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki
h. Cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima
BAB VI
PERENCANAAN PENGAJARAN
1. Aspek-Aspek Materi
a. Konsep : ide/gagasan/pengertian umum
b. Prinsip : kebenaran dasar sebagai tolak pikir / petunjuk pelaksanaan
c. Fakta : sesuatu telah terjadi/dikerjakan/dialami
d. Proses : serangkaian perubahan, gerakan perkembangan
e. Nilai : ukuran/pola/tipe/model
f. Keterampilan : kemampuan berbuat sesuatu dengan baik
2. Kriteria Pemilihan Mata Pelajaran
a. Kriteria tujuan instruksional
Materi sejalan dengan tujuan.
b. Materi terjabar
Spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi saling berkait.
c. Relevan dengan kebutuhan siswa
Materi hendaknya dapat mengembangkan potensi siswa (kepribadian, sikap, nilai da
n keterampilan).
d. Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Materi hendaknya memberikan siswa pengalaman edukatif sehingga siswa berguna bag
i masyarakat, mandiri dan dapat menyesuaikan diri.
e. Materi mengandung segi-egi etik
Materi hendaknya mengembangkan moral siswa sesuai tata nilai dan norma-norma di
masyarakat.
f. Materi tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis
Materi hendaknya lebih mudah diserap oleh siswa dengan mengenali karakteristik s
iswa termasuk segi psikologisnya.
g. Materi bersumber dari buku yang baku, guru ahli dan masyarakat
Guru ahli dapat melengkapi materi yang tidak ada di dalam buku. Buku panduan hen
daknya memakai bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
3. Identifikasi Satuan Bahasan
a. Penyusunan satuan bahasan sebagai landasan penyusunan satuan pelajaran
Satuan pelajaran lebih berdasarkan konsep/pengertian/masalah dalam satu atau leb
ih pokok bahasan.
b. Cara menentukan satuan pelajaran
b.1. mendalami pokok-pokok bahasan dalam GBPP dan peranannya dalam mencapai tuj
uan kurikulum dan instruksional umum
b.2 mengkategorikan bahan-bahan pengajaran dalam satuan-satuan konsep
b.3 menetapkan satuan-satuan konsep, pengertian atau masalah sebagai satuan bah
asan
b. 4 menetapkan perbandingan peranan antar berbagai satuan bahasan untuk menent
ukan alokasi waktu setiap satuan.
Dasar-dasar merancang kegiatan belajar mengajar (kbm):
a. Tujuan instruksional yang hendak dicapai menentukan jenis dan bentuk kbm
yang perlu dilakukan oleh siswa dan guru
b. Konsep belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) / Mandiri
c. Kesiapan belajar siswa : kondisi dimana siswa berada dalam siap mental d
an fisik untuk melakukan kegiatan belajar.
d. Sumber-sumber yang tersedia (waktu, fasilitas, biaya)
Prosedur menentukan kbm:
a. Identifikasi aspek-aspek kemampuan (pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap ) yang terkandun dalam tujuan sebagai indicator hasil belajar yang dihara
pkan (aspek kognitif, afektif dan psikomotor). Kbm disesuaikan dengan kebutuhan
instruksional
b. Identifikasi perilaku-perilaku yang spesifik, dapat diamati dan diukur s
esuai TIK
c. Identifikasi materi berpedoman pada pokok dan sub pokok bahasan
d. Identifikasi strategi pelajaran
e. Identifikasi kbm sesuai strategi
f. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut diatas perlu penilaian:
- Apakah kbm serasi dengan semua komponen lainnya?
- Apakah kbm yang akan diterapkan?
- Dll.
Kesimpulan:
a. Penggunaan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan pengem
bangan program pengajaran dalam bentuk satuan-satuan pelajaran yang tercantum da
lam GBPP merupakan suatu mekanisme dan membantu guru dalam melaksanakan program
pengajaran yang efektif efisien dalam rangka penerapan kurikulum.
b. Guru hendaknya kritis dan analisis dengan studi banding dalam pengayaan
materi dengan tidak menyimpang dari kurikulum, meneliti pokok dan sub pokok baha
san dalam GBPP dan melengkapinya/merevisi jika perlu sesuai situasi kondisi seko
lah dan siswa.
c. Menentukan strategi kbm dan memilih materi berpedoman pada criteria TIU/
TIK, sesuai TIK yang spesifik, diamati dan diukur, relevan dengan kebutuhan sisw
a, sesuai kondisi masyarakat, etis, sistematik, logis, sumber materi adalah dari
guru ahli, buku baku, masyarakat.
d. Penyusunan satuan pelajaran berdasarkan pada identifikasi satuan bahasan
BAB VII
PERENCANAAN MEDIA PENGAJARAN
1. Pemilihan Media
Jenis-jenis media:
a. Media grafis (dua dimensi) : gambar, foto, poster, diagram, kartun dll.
b. Media tiga dimensi : model padat/solid, model penampang, model susun, mo
del kerja, mock up, diorama dll.
c. Media proyeksi : slide, film, OHP dll.
d. Lingkungan
Identifikasi skala prioritas pengadaan media pendidikan edukatif mempertimbangka
n 3 faktor: Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif, Kelayakan pengadaan
media pendidikan edukatif, Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatif.
2. Media pengajaran dan manfaatnya:
a. Materi lebih jelas dan lebih mudah dipahami dan dikuasai oleh siswa
b. Metode mengajar menjadi lebih bervariasi dan tidak menjemukan
c. Siswa lebih aktif
d. Lebih menarik perhatian siswa (motivasi belajar)
Arti media pengajaran
Romiszowski : …as the carriers of messages, from some transmitting source, to the
learner (students)
Marshall Mcluhan: media adalah suatu ekstensi yang mempengaruhi orang yang tidak
mengadakan kontak langsung.
Memilih media pengajaran
Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan media: Biaya, hambatan praktis, factor
manusiawi, komunikasi efektif,
Komukiasi efektif mempertimbangkan factor: siswa, isi materi, dan tujuan
2 pendekatan memilih media: klasifikasi/taksonomi media dan sensoris (visual, v
erbal dan bersuara

3. KBM dan media


Prinsip-prinsip belajar:
a. Persiapan belajar (tujuan, pendahuluan, syarat belajar dll.)
b. Motivasi
c. Perbedaan individual
d. Kondisi pengajaran
e. Partisipasi aktif
f. Carai pencapaian yang berhasil
g. Hasil yang diperoleh
h. Latihan
i. Kadar materi yang diberikan
j. Sikap pengajar
3 jenis KBM: pengajaran klasik, belajar mandiri, interaktif
3 kategori partisipasi siswa: interkasi aktif dengan guru, belajar di bangku, p
artisipai mental lainnya
Kesimpulan:
Hakekatnya proses KBM meliputi dua macam kegiatan yaitu:
- Persiapan dan kegiatan pengajar
- Persiapan dan kegiatan siswa
4. Model, Pameran dan Museum Sekolah
Kesimpulan:
a. Media pengajaran adalah suatu ekstensi yang mempengaruhi orang, sebagai
pembawa pesan dari sumber-sumber belajar kepada pelajar.
b. Model/tiruan
Solid model, cross section model, working model
c. Pameran
Suatu susunan alat-alat, benda-benda untuk menjelaskan sesuatu.
Pameran bertujuan memperkenalkan hasil belajar siswa kepada masyarakat.
d. Museum sekolah
Alat belajar yang realistis yang menyimpan benda tiga dimensi, peninggalan sejar
ah, barang-barang antic, benda aneh atau luar biasa.
3 jenis museum sekolah:
1. Museum kelas
2. Museum bangunan
3. Museum sekolah dari daerah tertentu
BAB VIII
PERENCANAAN EVALUASI PENGAJARAN
1. Pengertian dan Fungsi Evaluasi Pengajaran
Evaluasi pengajaran adalah penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajua
n peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum.
Hasil evaluasi dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif.
Evaluasi bertujuan untuk mendapatkan yang akan mengukur tingkat kemampuan dan ke
berhasilan siswa dalam mencapai tujuan kurikuler/pengajaran sebagai indicator ke
berhasilan pengajaran.
Fungsi pokok evaluasi:
- Mengukur kemajuan dan perkembangan siswa setelah KBM selama periode tert
entu.
- Mengukur sampai di mana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
- Sebagai bahan pertimbangan revisi proses KBM
- Bahan pertimbangan bimbingan individual siswa
- Diagnosis pengenalan kelebihan dan kekurangan siswa
- Bahan pertimbangan perbaikan kurikulum
2. Alat Evaluasi Pengajaran
Tes hasil belajar
a. Standarized tes
b. Tes buatan guru sendiri
Bentuk tes: Lisan, tertulis, tindakan
Tes tertulis : essay dan objektif
Tes essay : tes tertulis yang jawabannya merupakan kerangka atau kalimat yang pa
njang.
Tes objektif : tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tesnya bernilai ob
jektif, dinilai oleh siapapun hasilnya akan sama, jawabannya ringkas pendek.
Bentuk tes objektif:
Completion type test:
- Tes melengkapi
- Mengisi titik-titik
Selection type test:
- Benar-salah
- Pilihan berganda
- Menjodohkan

3. Prinsip-prinsip Dasar Tes Hasil Belajar


a. Tes dapat mengukur secara jelas hasil belajar
b. Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan materi
c. Mencakup bentuk-bentuk soal yang cocok
d. Dirancang sesuai dengan kegunaannya
e. Dibuat sereliable mungkin sehingga mudah diinterprestasikan dengan baik
f. Untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru
4 jenis evaluasi:
a. Evaluasi placement : evaluasi yang digunakan untuk penentuan penempatan
siswa dalam suatu jenjang / program pendidikan tertentu
b. Evaluasi formatif : evaluasi yang digunakan untuk mencari feedback guna
revisi kbm
c. Evaluasi sumatif : evaluasi yang digunakan untuk mengukur sampai dimana
pencapaian siswa terhadap materi dan menentukan kenaikan tingkat/kelulusan.
d. Evaluasi diagnostic : evaluasi yang digunakan untuk mencari sebab-sebab
kesulitan siswa, seperi latar belakang psikologis, fisik, social ekonomi siswa.
4. System Penilaian
Criterion referenced test (CRT) adalah tes yang dirancang untuk mengukur tingkah
laku yang dinyatakan dalam seperangkat tujuan-tujuan behavioral.
Menurut Dick & Carrey ada empat jenis CRT:
a. Entry behavioral test yaitu tes diadakan sebelum pengajaran dilakukan, u
ntuk mengetahui sejauh mana penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa yang d
apat dijadikan dasar untuk terima program pengajaran yang akan diberikan.
b. Pre-tes yaitu tes sebelum pengajaran untuk mengetahui sampai di mana pen
guasaan siswa terhadap materi yang akan diberikan
c. Post-test yaitu tes pada setiap akhir program pengajaran, untuk mengetah
ui sampai di mana pencapaian siswa terhadap materi setelah mengalami KBM
d. Embedded test, yaitu tes di sela-sela/waktu-waktu tertentu selama pengaj
aran berlangsung, untuk 1) tes siswa setelah unit pengajaran sebelum post-test,
2) cek kemajuan siswa dan bahan remedial sebelum post-test.

Jenis Tes Fungsi Tes Konsiderasi


Sampel Cirri-ciri
placement Mengukur pre-rekuisit entry skills
Menentukan entri format tentang tujuan pelajaran Mencakup tiap-tiap pre r
ekuisit entry behavior
Memilih sampel yang mewakili tujuan pelajaran Items mudah dan CRT (PAP)
Items range kesukarannya luas dan normrefernced (PAN)?
formatif Feedback bagi siswa+guru tentang kemajuan belajar Usahakan
mencakup semua unit tujuan pokok Items memadukan kesukaran unit tujuan da
n CRT(PAP)
diagnostik Menentukan kesulitan belajar yang sering muncul Mencakup sampel
tugas2 berdasarkan sumber2 kesalahan belajar Items mudah dan dipakai untuk me
nunjukkan sebab2 kesalahan yang spesifik
sumatif Menentukan kenaikan tingkat/kelulusan
Pada akhir program pengajaran Memilih sampel tujuan2 pelajaran yang representa
tif Items punya range kesukaran yang luas dan normreferenced (PAN)

System penilaian CRT memakai Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu


system penilaian yang ukuran keberhasilannya berdasarkan tingkat penguasaan (mas
tery) tertentu yang telah diterapkan sebelumnya. Ukuran mastery learning PAP ada
lah 75%.

5. Langkah-Langkah Menyusun Tes


a. Menentukan/merumuskan tujuan tes
b. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur dengan tes tersebut
c. Menentukan hasil belajar yang spesifik, sesuai TIK
d. Merinci materi yang akan diukur
e. Menyiapkan tabel spesifikasi
f. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
6. Evaluasi dan Validitas Paket Pengajaran
Paket pengajaran yaitu materi instruksional (instructional materials) misalnya:
modul, program pengajaran, buku kerja/LKS, program media non cetak, buku teks/di
ktat.
Pengertian validasi
Agar program pengajaran dengan baik diadakan proses validasi yaitu ujicoba/tryou
t paket pengajaran sebelum dipergunakan dalam kelas yang sebenarnya sehingga gur
u dapat merevisi kekurangan sampai program tersebut berhasil mencapai tujuannya.
Proses validasi disebut juga evaluasi formatif (Carey, 1978)
Validasi merupakan langkah pertama evaluasi program (Essef, 1977), yaitu proses
di dalam uji coba dan revisi paket pengajaran.
Paket pengajaran adalah untuk mengajar atau membantu mengajar yang hendaknya mem
ungkinkan siswa dapat belajar dengannya karena paket pengajaran disebut berhasil
bila mencapai maksudnya yakni memungkinkan siswa menguasai pengetahuan dan kete
rampilan yang diajarkan.
Bila program tidak dapat membuat siswa belajar maka perlu direvisi dengan tryout
secara empiris.
Tahap-tahap uji coba
a. Ujicoba terhadap orang-seorang siswa
b. Ujicoba terhadap group kecil
c. Ujicoba lapangan
Validitas adalah proses ujicoba dan merevisi paket pengajaran sebelum dipergunak
an di dalam kelas (Essef, 1978)
Validasi dan peningkatan program
Proses validasi membantu mengurangi masalah kejelasan, minat dan format/kualitas
materi.

Teknik validasi
a. Catat hasil pre tes dan post tes
b. Sediakan formulir untuk mengumpulkan data tentang efektifitas format/mat
eri program
c. Sediakan formulir untuk mengumpulkan data tentang menarik tidaknya progr
am
7. Hakekat Evaluasi
Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap siswa tetapi juga terhadap system pengaj
arannya,
Tes awal untuk mengukur kemapuan siswa dan mengelompokkannya.
Tes formatif untuk mengetahui proses KBM sudah betul atau belum, juga untuk peng
embangan, need assessment, dan diagnostic decision.
Tes akhir/tes sumatif untuk mengetahui apakah yang sudah diajarkan efektif atau
tidak, mencapai tujuan TIK atau tidak.
KESIMPULAN:
a. Evaluasi pengajaran adalah penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan
kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hokum,
yang akan mengukur tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tuju
an kurikuler/pengajaran sebagai indicator keberhasilan pengajaran.
b. Paket pengajaran yaitu materi instruksional (instructional materials) mi
salnya: modul, program pengajaran, buku kerja/LKS, program media non cetak, buku
teks/diktat.
c. Validitas adalah proses ujicoba dan merevisi paket pengajaran sebelum di
pergunakan di dalam kelas (Essef, 1978)
d. Proses validasi membantu mengurangi masalah kejelasan, minat dan format/
kualitas materi.
e. Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap siswa tetapi juga terhadap syste
m pengajarannya,

BAB IX
PENYUSUNAN SATUAN PELAJARAN
1. Kerangka Satuan Pelajaran
a. Bagianpetunjuk umum dihapus karena satuan pelajaran dibuat dan digunakan
oleh guru itu sendiri
b. Bagian metode sekaligis dicakup dalam bagian KBM

Bidang studi : …………………………………


Mata Pelajaran : …………………………………
Satuan Bahasan : ………………………………...
K e l a s : …………………………………
Semester/cawu : …………………………………
W a k t u : …………………………………

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
III. Materi Pelajaran
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
V. Alat dan Sumber Pelajaran
VI. Evaluasi

2. Isi Satuan Pelajaran


a. Tujuan Instruksional Umum
TIU dirumuskan berdasarkan kurikulum 1975 atau permen?
Dewasa ini sekolah mengembangkan kurikulumnya masing-masing dengan tidak menyimp
ang dari permen sebagai pedoman.
b. Tujuan Instruksional Khusus
TIK merupakan penjabaran dari dan menunjang pencapaian TIU, dirumuskan lebih khu
sus dan jelas menggambarkan hasil belajar siswa yang dapat diukur dengan alat ev
aluasi(tes). TIK lebih ditikberatkan pada aspek pemahaman dan keterampilan.
c. Materi Pelajaran
Penyebaran satuan bahasan dalam bentuk uraian singkat merupakan perincian yang l
ebih khusus untuk mencapai TIK.
d. KBM
Berisi jenis pendekatan dan metode mengajar
e. Alat dan sumber pelajaran
Alat yaitu media
Sumber : buku referensi, orang dll.
f. Evaluasi
Prosedur evaluasi menjelasakan:
- Efektifitas satuan pelajaran memakai tes akhir
- Jenis tes akhir adalah tes tertulis
- Siswa diberi PR
Tes dilakukan untuk mengukur TIK.
3. Struktur Organisasi Satuan Pelajaran
Komponen-komponen tersebut di atas behubungan secara organisai sesuai dengan fun
gsinya dalam satuan pelajaran.
4. Bentuk Satuan Pelajaran: vertical dan horizontal
5. Kriteria Pembuatan Model Satuan Pelajaran:
a. Apakah pokok dan sub pokok bahasan, yang telah digariskan GBPP, telah di
identifikasi secara cermat dan dijadikan dasar penentuan satuan bahasan yang dia
jarkan
b. Apakah telah ditegaskan untuk kelas berapa, lama(waktu)
c. Apakah telah dirumuskan TIU
d. Apakah TIK telah dirumuskan secara spesifik, jelas, operasional, relevan
berdasarkan TIU
e. Apakah materi telah dirinci berdasarkan GBPP dan TIK
f. Apakah KBM telah dilaksanakan secara cermat, jelas, sistematik dan logis
sesuai dengan TIK
g. Apakah pokok-pokok KBM disusun berdasarkan kerangka: tes awal penyampaia
n bahan tes akhir (silabus)
h. Apakah variasi KBM telah dipersiapkan
i. Apakah pemilihan media didasarkan pada TIK, materi dan KBM/strategi inst
ruksional yang dikembangkan
j. Apakah prosedur evaluasi telah didesain secara teliti sesuai TIK yang he
ndak dinilai
k. Apakah Satuan Pelajaran itu disusun sesuai dengan kerangka MSP dan PPSI
l. Apakah bahasa pengantar MSP jelas, mudah dipahami, ditulis dengan baik d
an benar-benar menjadi pedoman bagi anda selaku guru?
(Dr. Oemar Hamalik, strategi belajar mengajar, 1993)

KESIMPULAN:
a. Dewasa ini sekolah mengembangkan kurikulumnya masing-masing dengan tidak
menyimpang dari permen sebagai pedoman.
b. Komponen-komponen tersebut di atas behubungan secara organisai sesuai de
ngan fungsinya dalam satuan pelajaran.
c. Bentuk Satuan Pelajaran: vertical dan horizontal
d. Menyusun satuan pelajaran harus memperhatikan kriteria-kriteria tersebut
di atas.

You might also like