Professional Documents
Culture Documents
SUSPENSI KLORAMFENIKOL
OLEH :
JANUARI 2011
A. Kloramfenicol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1974 dari streptomyces
venezuelae. Merupakan antibiotik spectrum luas dan mempunyai daya antimikroba yang
kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika diketahui
bahwa obat inidapat menimbul kan anemia aplastik yang fatal.Karena tksisitasnya,
penggunaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat Haemophilus
influenzae, demam tifoid, meningitis, abses obat dan infeksi berat lainya. Bentuk tetes
mata sangat bermanfaat untuk konjungtifitas abakterial.
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sukar larut dalam air (1 : 400)
dan rasanya sangat pahit, maka untuk anak – anak digunakan bentuk esternya yaitu K-
Palmitat dan K-Stearat/susinat yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk
suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif.
Efek samping :
Pengguanaan
B. Sediaan Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Berdasarkan penggunaanya suspensi ada enam, antara lain :
1. Suspensi Oral
2. Suspensi Topikal
3. Suspensi Tetes Telinga
4. Suspensi Optalmik
5. Suspensi Injeksi
6. Suspensi Injeksi terkonstitusi
Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat pengendapan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa
factor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :
1. Ukuran Partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil lusapenampangnya. Sedangkan
semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat
gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viskositas)
Makin kental suatu cairan, kecepatan alirnya makin turun.(kecil). Dengan
demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat.
1. Metode dispersi
dengan menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilage yang telah terbentuk
kemudian baru diencerkan. Sering juga terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk
dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk.
Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan
sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya suhu kontak antara zat terdispers dengan
medium. Bila sudut kontak kurang lebih 90o serbuk akan menghambang diatas cairan.
Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan
antar muka antar partikel zat padat denhan cairan tersebut perlu ditambahkan zat
pembasah atau wetting agen (gliserin)
2. Metode praesipitasi
zat yang hendaknya didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan
larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
C. Kloramfenicol Suspensi
Menurut “Formularium Nasional” Edisi ke 2 Halaman 66 No 144, tiap 5 ml suspensi
kloramfenikol mengandung :
Kloramfenikol 125 mg
Polisorbathum -80 25 mg
Prophilenglikol 1g
Aquadest add 5 ml
a. kesetaraan kloramfenikol
b. kadaluarsa
2. 1,74 g kloramfenikol palmitat setara dengan lebih kurang 1 g
kloramfenikol
BAB II
METODOLOGI PEMBUATAN
DI VIVTA.
II. FORMULASI
Kloramfenikol 125 mg
Polisorbathum -80 25 mg
Prophilenglikol 1g
Aquadest add 5 ml
a. kesetaraan kloramfenikol
b. kadaluarsa
2. 1,74 g kloramfenikol palmitat setara dengan lebih kurang 1 g
kloramfenikol
CMC 50 mg = 600 mg = 12 g
Polysorbat 25 mg = 300 mg = 6g
escent 0,3 = = 72 ml
aquadest ad 5 ml ad 60 ml = ad 1200 ml
V. prosedur pembuatan
2. Masukan CMC ke dalam mortir, tambahkan air, diamkan agar CMC mengembang.
3. Kloramphenicol masukan dalam mortir sedikit-sedikit, aduk ad homogeny bersama
sedikit-sedikit cmc.
Pembuatan
1. Syrupus simplex
2. Dapar phosphate
Campurkan 50 ml Ka. Fosfat monobase 0,2 M dengan 12,60 ml NaOH 0,2 N LV.
Encerkan ad 200 ml.
NaOH = 0,05 g
1. Ph 4,5 sampai 7
Pengukuran Ph dapat dilakukan menggunakan Ph-meter atau kertas indicator Ph.
2. Oragnoleptis
Rasa :
Bau :
Warna :
3. Keseragaman Volume:
Keseragaman volume cair pada setiap wadah tunggal tidak lebih dari 5 % terhadap
volume rata-rata penetapan. Dilakukan dengan dilakukan dengan mengukur volume 10
wadah satu per satgu hitung vvolume rata-rata.
Prosedur :
• Menyiapkan 10 botol
• Menghitung berat zat ( bobot + zat cair ) – ( botol kosong) = berat zat
4. Berat jenis
5. Viskositas
Tolong carikan,.,,,,,,,,,,,,,,,,,,
I. Organoleptis
Warna : hijau
IV. Viskositas
V. Ph
Pada uji ini lautan diendapkan kurang lebih selam 1 minggu, kemudian dilakukan
pengocokan. Dari 3 botol yang diuji didapat nilai sebagai berikut:
1. Botol 1: 12, 5 s
2. Botol 2 : 13,0 s
3. Botol 3 : 12.0 s
Didapat rata-rata laju terdispersi 12,5 s.
Sebanyak 100 ml larutan diletakan dalam gelas ukur, diendapak selama 1 minggu dan
dilihat berapa volume sedimentasinya setia hari.
Hari 1 : 0,9 cm
Hari 2 : 1 cm
Hari 3 : 1,1 cm
Hari 4 : 1,2 cm
Hari 5 : 1,3 cm
Hari 6 : 1,4 cm
Hari 7 : 1,5 cm
tolong ditung,.
Analisa prosedur
100 ml 0,1 L
100 ml
0,3788
- C max = 0,8 x 12,5 = 26,399 ppm
0,3788
Jadi range baku kerjanya 6-26 ppm
Cara kerja
0,1 L 50 ml
100 ml 0,1 L
50 ml
λ T %T A
C (ppm) T %T A
B = 0,02625
R = 0,96490
Penimbangan sampel
C (ppm) T %T A X
% Kadar :
Dari hasil pengamatan organoleptis, didapat nilai rasa ( sepat-sepat pahit ), bau ( leci ) dan
warna hijau tua. Untuk rasa pada suspensi ini didapat rasa sepat-sepat pahit, hal tersebut
dimungkinkan karena penggunaan kloramphenicol base. Seharusnya adalah kloramphenicol
palmitat yang kepahitanya lebih rendah. Dalam mengatasi hal tersebut digunakan perbesaran
penambahan syrupus simplex dan escent, namun tetap tidak menutupi rasa tersebut. Malah
menjadi sepat.
Untuk bau digunakan escent leci serta pewarna hijau, pada penambahan pewarna saat
dilakukan orientasi dihasilkan warna yang pas ( hijau muda ), namun saat nyata dan hamper
dimasukan semua malah membentuk warna hijau tua. Sehingga perlu pengkajian ulang untuk
penambahan pewarna.
1. Ph : 6,19.
Nilai ph yang didapat tersebut masih masuk dalam rentang kestabilan kloramphenikol,
hal tersebut dijaga dengan menggunakan larutan dapar.
2. Viskositas : 510
Nilai tersebut didapat dengan menggunakan viscometer cup n bolt dengan rotor III, nilai
tersebut dgunakan untuk melihat kekektalan sediaan serta agar sediaan dalam laju
sedimentasi tidak telalu cepat.
3. Keseragaman Bobot.
Dari hasil uji keseragaman bobot, didapat 2 wadah yang bobotnya lebih dari 5 %, hal
tersebut menyebabkan sediaan kami menjadi tidak memenuhi syarat. Kemungkinan yang
menjadi penyebabnya adalah perbedaan berat botol serta volume, sehingga terjadi
kesalahan pada waktu penandaan saat ditara sehingga pada waktu pengisian menjadi
tidak tepat.
4. Berat jenis
Pada sediaan kami didapat nilai berat jenis sebesar 1.1371. nilai tersebut sangat besar
mengingat dalam sediaan terdapat gula, zat aktif, dan bahan tambahan lainya.
5. Kecepatan terdispersi
Didapat rata-rata waktu terdispersi 12,5 detik, sehingga masih mudah untuk digunakan.
6. Laju sedimentasi
Dari pengamatan hasil penetapan kadar didapat nilai yang sangat kecil,hal tersebut
dimungkinkan akibat ketidak homogenan kloramphenicol dalam sediaan, menempelnya sampel
pada pipet saat pengambilan sehingga menyebabkan hasil pengamatan kurang tepat.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlikan pengkajian ulan tentang kapasitas mahasiswa,
agar dapat mengatasi masalah tersebut.
KEMASAN dan PENDAAN
1. Kemasan Dalam
2. Kemasan Luar
BAB IV
PENUTUP
Keimpulan
Valen tau