You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang

Gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang


diproklamasikan oleh Letnan Kolonel Achmad Husein sebagai Ketua Dewan Perjuangan
pada tanggal 15 Februari 1958 di Sumatera Barat dan Perjuangan Semesta (Permesta) di
Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ventje Sumual yang semula menjabat
KSAD PRRI/Permesta.

Penumpasan PRRI di Sumatera dilakukan dengan operasi gabungan yang terdiri dari
unsur-unsur kekuatan Tentara Angkatan Darat, Laut dan Udara dari dua jurusan, melalui
pendaratan di Padang dan penerjunan pasukan para komando di Pekanbaru dan Tabing. Pada
tanggal 29 Mei 1961, Achmad Husein bersama pasukannya secara rasmi melaporkan diri
kepada Brigadir Jeneral GPH Djatikusumo, Deputi Wilayah Sumatera Barat. Disamping itu,
perpecahan yang terjadi diantara para pimpinan Permesta telah melemahkan kekuatan militer
Permesta, sehingga pada akhirnya pada tanggal 4 April 1961 antara Somba dari pihak
Permesta dan Pangdam XIII Merdeka Kolonel Sunandar Priyosudarmo dilangsungkan
penandatanganan naskah penyelesaian Permesta.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemberontakan pemerintah revolusioner RI yang terjadi pada saat itu ?


2. Siapa sajakah Kabinet yang menjabat pada saat itu dan bagaimanakah keadaan RI
setelah terjadi PPRI ?
3. Bagaimana awal gerakan pemberontak prjuangan semesta

Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui upaya pemberontakan pemerintah RI pada waktu itu.


2. Untuk mengetahui cabinet yang menjabat pada waktu itu dan kadaan RI pasca
PPRI.
3. Untuk mengetahui awal gerakan dari peerjuangan semesta.
BAB II PEMBAHASAN

A. PEMERINTAH REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA

Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI)


merupakan salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah
pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 dengan keluarnya
ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin waktu itu oleh Letnan Kolonel Achmad
Husein di kota Padang, provinsi Sumatera Barat, Indonesia.

Dan kemudian gerakan ini mendapat sambutan dari wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tengah, dimana pada tanggal 17 Februari 1958 kawasan tersebut menyatakan mendukung
PRRI.

Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan keinginan akan adanya
otonomi daerah yang lebih luas. Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan
pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih kepada konstitusi dijalankan.
Pada masa bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi
Belanda, hal ini juga memengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta
menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di
luar pulau Jawa.

Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No.
50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu
itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi
sekarang.

Namun apa yang menjadi pertentangan ini, dianggap sebagai sebuah pemberontakan oleh
pemerintah pusat yang menganggap ultimatum itu merupakan proklamasi pemerintahan
tandingan dan kemudian dipukul habis dengan pengerahan pasukan militer terbesar yang
pernah tercatat di dalam sejarah militer Indonesia.
Kabinet PRRI

Kabinet PRRI terdiri dari:

 Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri


Keuangan,
 Mr. Assaat Dt. Mudo sebagai Menteri Dalam Negeri, Dahlan Djambek sempat
memegangnya sebelum Mr. Assaat sampai di Padang,
 Maluddin Simbolon sebagai Menteri Luar Negeri,
 Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran,
 Moh. Syafei sebagai Menteri PPK dan Kesehatan,
 J.F. Warouw sebagai Menteri Pembangunan,
 Saladin Sarumpaet sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan,
 Muchtar Lintang sebagai Menteri Agama,
 Saleh Lahade sebagai Menteri Penerangan,
 Ayah Gani Usman sebagai Menteri Sosial,
 Dahlan Djambek sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi setelah Mr. Assaat sampai
di Padang

Pasca PRRI

Pengaruh dari peristiwa ini juga menyebabkan timbulnya eksodus besar-besaran suku
Minangkabau ke daerah lain serta kemudian menimbulkan efek psikologis yang besar pada
sebahagian besar masyarakat Minangkabau masa tersebut yaitu melekatnya stigma
pemberontak, padahal kawasan Minangkabau sejak zaman Belanda termasuk kawasan yang
gigih menentang kolonialis serta kawasan Indonesia yang setia dan banyak melahirkan
pemimpin-pemimpin nasionalis masa pra kemerdekaan. Selain beberapa tindakan kekerasan
yang dialami oleh masyarakat juga menguncang harga diri, harkat dan martabat yang begitu
terhina dan dihinggapi psychology of the losers (psikologi orang kalah) serta trauma atas
kekalahan PRRI. Sampai hari ini para pelaku peristiwa PRRI tetap menolak dianggap sebagai
pemberontak atas tindakan yang mereka lakukan.
B. PEMBERONTAK PIAGAM PERJUANGAN SEMESTA

Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah
gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer
Indonesia Timur pada 2 Maret 1957yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat pemberontakan
ini berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Awalnya
masyarakat Makassar mendukung gerakan ini. Perlahan-lahan, masyarakat Makassar mulai
memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian, pada 1958 markas besar Permesta
dipindahkan ke Manado. Disini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat
sampai mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak puas
dengan keadaan pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui
bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang sesuai
dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian Linggarjati,
Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai prosedur-prosedur
dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.

Pemerintah pusat Republik Indonesia yang dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945
kemudian menggunakan operasi-operasi militer untuk menghentikan gerakan-gerakan
pemberontakan yang mengarah kepada kemerdekaan.

Awal Gerakan

Pada tanggal 2 Maret 1957 di Makassar,Letkol.Ventje Sumual memproklamirkan


berdirinya Piagam Perjuangan Semesta.Gerakan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia
Timur.serta mendapat dukungan dari tokoh-tokoh .Indonesia timur.ketika itu keadaan
Indonesia sangat bahaya dan hampir seluruh pemerintahan di daerah diambil oleh
militer.selain itu mereka juga membekukan segala Aktivitas PKI(Partai Komunis
Indonesia),serta menangkap kader-kader PKI.Keadaan semakin genting tatkala diadakan
rapat di gedung Universitas Permesta yang membicarakan pemutusan hubungan dengan
pemerintah pusat. Pada pukul 07.00 diadakan pertemuan di ruang rapat gedung Universitas
Permesta di Sario Manado dengan tokoh tokoh politik, masyarakat dan cendikiawan.saat itu
adalah Kapten Wim Najoan.Panglima Komando Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah
memberikan gambaran tentang perkembangan di Sumatera dan putusan dibentuknya PRRI.
Selanjutnya ia Memberikan sebuah keputusan "Permesta di Sulutteng menyatakan solider dan
sepenuhnya mendukung pernyataan PRRI. Oleh sebab itu, mulai saat ini juga Permesta
memutuskan hubungan dengan Pemerintah RI Kabinet Djuanda".Seketika pula para peserta
rapat berdiri dan menyambutnya dengan pekik: "Hidup PRRI! Hidup Permesta! Hidup
Somba!".

Setelah rapat diskors 30 menit untuk menyusun teks pemutusan hubungan dengan
pusat oleh 3 orang Mayor Eddy Gagola, Kapten Wim Najoan dll setelah selesai menyusun
teks pemutusan hubungan degan Pemerintah Pusat. Lalu teks tersebut dibacakan kepada para
hadirin .berselang berapa lama kemudian,para perta rapat ramai ramai mendengungkan pekik
"Hidup Permesta! Hidup PRRI! Hidup Somba-Sumual!".Setelah itu Mayor Dolf Runturambi
bertanya kepada hadirin, "Bagaimana, saudara saudara setuju?" Serentak dijawab: "Setuju!
Setuju!".kembali suasana yang sangat ramai dari para hadirin.Kemudian setelah rapat
tersebut.Kolonel DJ.Somba selaku pimpinan Kodam Sulawesi Utara dan Tengah
mengadakan rapat di lapangan sario Menado.ia membacakan teks pemutusan hubungan
dangan Pemerintah Pusat.

Kembali ke NKRI

Pada tahun 1960 Pihak Permesta Menyatakan kesediaanya,untuk berunding dengan


Pemerintah Pusat.Perundingan pun dilangsungkan Permesta diwakili oleh Panglima Besar
Angkatan Perang Permesta,Mayor Jenderal Alex Evert Kawilarang.serta Pemerintah Pusat
diwakili oleh Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal A.H Nasution.dari perundingan
tersebut tercapai sebuah kesepakatan yaitu: bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak
TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak Komunis di Jawa.Pada tahun 1961 Pemerintah
Pusat melalui Keppres 322/1961.memberi Amnesti dan Abolisi Bagi siapa saja yang terlibat
PRRI dan Permesta.tapi bukan untuk itu saja bagi anggota DI/TII baik,di Jawa
Barat,Aceh,Jawa Tengah,Kalimntan Selatan dan Sulawesi Selatan Juga berhak
Menerimanya.Sesudah keluar keputusan itu, be ramai-ramai banyak anggota Permesta yang
keluar dari hutan-hutan Untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. Seperti Kolonel D.J
Somba,Mayor Jenderal A.E.Kawilarang, Kolonel Dolf Runturambi,Kolonel Petit Muharto
Kartodirdjo, dan Kolonel Ventje Sumual beserta pasukannya menjadi kelompok paling akhir
yang keluar dari hutan hutan.untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi.dan pada tahun itu
pula permesta dinyatakan bubar
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI)


merupakan salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah
pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958. Perjuangan Semesta atau
Perjuangan Rakyat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia.
Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur pada 2 Maret
1957yaitu oleh Letkol Ventje Sumual.

Daftar pustaka

www. Google.com

www.wikipedia.org

diktat sejarah Indonesia 4

You might also like