Professional Documents
Culture Documents
Latar belakang
Penumpasan PRRI di Sumatera dilakukan dengan operasi gabungan yang terdiri dari
unsur-unsur kekuatan Tentara Angkatan Darat, Laut dan Udara dari dua jurusan, melalui
pendaratan di Padang dan penerjunan pasukan para komando di Pekanbaru dan Tabing. Pada
tanggal 29 Mei 1961, Achmad Husein bersama pasukannya secara rasmi melaporkan diri
kepada Brigadir Jeneral GPH Djatikusumo, Deputi Wilayah Sumatera Barat. Disamping itu,
perpecahan yang terjadi diantara para pimpinan Permesta telah melemahkan kekuatan militer
Permesta, sehingga pada akhirnya pada tanggal 4 April 1961 antara Somba dari pihak
Permesta dan Pangdam XIII Merdeka Kolonel Sunandar Priyosudarmo dilangsungkan
penandatanganan naskah penyelesaian Permesta.
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
Dan kemudian gerakan ini mendapat sambutan dari wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tengah, dimana pada tanggal 17 Februari 1958 kawasan tersebut menyatakan mendukung
PRRI.
Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan keinginan akan adanya
otonomi daerah yang lebih luas. Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan
pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih kepada konstitusi dijalankan.
Pada masa bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi
Belanda, hal ini juga memengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta
menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di
luar pulau Jawa.
Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No.
50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu
itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi
sekarang.
Namun apa yang menjadi pertentangan ini, dianggap sebagai sebuah pemberontakan oleh
pemerintah pusat yang menganggap ultimatum itu merupakan proklamasi pemerintahan
tandingan dan kemudian dipukul habis dengan pengerahan pasukan militer terbesar yang
pernah tercatat di dalam sejarah militer Indonesia.
Kabinet PRRI
Pasca PRRI
Pengaruh dari peristiwa ini juga menyebabkan timbulnya eksodus besar-besaran suku
Minangkabau ke daerah lain serta kemudian menimbulkan efek psikologis yang besar pada
sebahagian besar masyarakat Minangkabau masa tersebut yaitu melekatnya stigma
pemberontak, padahal kawasan Minangkabau sejak zaman Belanda termasuk kawasan yang
gigih menentang kolonialis serta kawasan Indonesia yang setia dan banyak melahirkan
pemimpin-pemimpin nasionalis masa pra kemerdekaan. Selain beberapa tindakan kekerasan
yang dialami oleh masyarakat juga menguncang harga diri, harkat dan martabat yang begitu
terhina dan dihinggapi psychology of the losers (psikologi orang kalah) serta trauma atas
kekalahan PRRI. Sampai hari ini para pelaku peristiwa PRRI tetap menolak dianggap sebagai
pemberontak atas tindakan yang mereka lakukan.
B. PEMBERONTAK PIAGAM PERJUANGAN SEMESTA
Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah
gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer
Indonesia Timur pada 2 Maret 1957yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat pemberontakan
ini berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Awalnya
masyarakat Makassar mendukung gerakan ini. Perlahan-lahan, masyarakat Makassar mulai
memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian, pada 1958 markas besar Permesta
dipindahkan ke Manado. Disini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat
sampai mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak puas
dengan keadaan pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui
bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang sesuai
dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian Linggarjati,
Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai prosedur-prosedur
dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.
Pemerintah pusat Republik Indonesia yang dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945
kemudian menggunakan operasi-operasi militer untuk menghentikan gerakan-gerakan
pemberontakan yang mengarah kepada kemerdekaan.
Awal Gerakan
Setelah rapat diskors 30 menit untuk menyusun teks pemutusan hubungan dengan
pusat oleh 3 orang Mayor Eddy Gagola, Kapten Wim Najoan dll setelah selesai menyusun
teks pemutusan hubungan degan Pemerintah Pusat. Lalu teks tersebut dibacakan kepada para
hadirin .berselang berapa lama kemudian,para perta rapat ramai ramai mendengungkan pekik
"Hidup Permesta! Hidup PRRI! Hidup Somba-Sumual!".Setelah itu Mayor Dolf Runturambi
bertanya kepada hadirin, "Bagaimana, saudara saudara setuju?" Serentak dijawab: "Setuju!
Setuju!".kembali suasana yang sangat ramai dari para hadirin.Kemudian setelah rapat
tersebut.Kolonel DJ.Somba selaku pimpinan Kodam Sulawesi Utara dan Tengah
mengadakan rapat di lapangan sario Menado.ia membacakan teks pemutusan hubungan
dangan Pemerintah Pusat.
Kembali ke NKRI
Kesimpulan
Daftar pustaka
www. Google.com
www.wikipedia.org