You are on page 1of 44

Definisi/Pengertian Teori Perilaku Teori X dan Teori Y (X Y Behavior

Theory) Douglas McGregor


Wed, 16/07/2008 - 1:02am — godam64
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas
McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi
perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori
y.

A. Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja
serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta
jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan
agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

B. Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari
lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki
pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki
kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas
pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.

Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi
kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca di
artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa
yang anda butuhkan.

Teori Pembelajaran Perilaku


Seorang tokoh ternama yang sangat berperan dalam teori pembelajaran perilaku adalah B.F. Skinner.
Skinner mempelajari hubungan antara tingkah laku dan konsekuensinya. Menurut skinner, belajar
merupakan perubahan perilaku (Bell Gredler, 1994 : 117). Prinsip yang paling penting dalam teori belajar
perilaku adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku-
perilaku tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan “memperkuat” perilaku, sedangkan
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan “memperlemah” perilaku. Dengan kata lain,
konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk
melakukan perilaku yang serupa, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan
menurunkan frekuensi seseorang untuk melakukan perilaku yang serupa (Budayasa, 1998 : 14).

Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforcer), sedangkan konsekuensi-


konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman (punisher). Menurut Slavin (1994b : 157)
penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan untuk
mengubah perilaku itu disebut pengkondisisan operant (operant conditioning).

Penguatan dan hukuman yang diberikan itu adalah untuk mengubah perilaku. Menurut teori belajar
perilaku, memberikan konsekuensi berupa penguatan ataupun hukuman sesegera mungkin akan lebih
baik daripada diberikan belakangan dan hal itu akan memberi pengaruh positif terhadap perilaku
selanjutnya. Oleh karena itu pemberian konsekuensi sesegera mungkin dalam proses pembelajaran itu
sangatlah penting, supaya kesalahan yang sama tidak dilakukan oleh para siswa.

Motivasi Belajar dan Teori Perilaku (Bandura)


Posted on Mei 16, 2008 by motivasibelajar
 
 
7 Votes
Motivasi Belajar dan Teori Perilaku (Bandura)
 
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang  dibandingkan dengan
perilaku yang tidak memperolehpenguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam
kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada
seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang
diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).
 
Mengapa sejumlah siswa tetap bertahan dalam menghadapi kegagalan sedang yang lain menyerah? Mengapa ada
sejumlah siswa yang bekerja untuk menyenangkan guru, yang lain berupaya mendapatkan nilai yang baik, dan
sementara itu ada yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran yang seharusnya mereka pelajari? Mengapa ada
sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih baik dari yang diperkirakan berdasarkan kemampuan mereka dan
sementara itu ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih jelek jika dilihat potensi kemampuan mereka?
Mengkaji penguatan yang telah diterima dan kapan penguatan itu diperoleh dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan di atas, namun pada umumnya akan lebih mudah meninjaunya dari sudut motivasi untuk memenuhi
berbagai kebutuhan.
 
Penghargaan (Reward) dan Penguatan (Reinforcement)
Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak memadai untuk motivasi
karena motivasi belajar manusia itu sangat kompleks dan tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan).
Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahwa makanan akan merupakan penguat yang sangat
efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan
apa yang bukan penguat, karena nilai penguatan dari penguat yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh
faktor-faktor pribadi dan situsional.
 
Penentuan Nilai dari Suatu Insentif
Ilustrasi berikut menunjukkan poin penting: nilai motivasi  belajar dari suatu insentif tidak dapat diasumsikan,
karena nilai itu dapat bergantung pada banyak faktor (Chance, 1992). Pada saat guru mengatakan “Saya ingin kamu
semua mengumpulkan laporan buku pada waktunya karena laporan itu akan diperhitungkan dalam menentukan
nilaimu,” guru itu mungkin mengasumsikan bahwa nilai merupakan insentif yang efektif untuk siswa pada
umumnya. Tetapi bagaimanapun juga sejumlah siswa dapat tidak menghiraukan nilai karena orang tua mereka tidak
menghiraukannya atau mereka memiliki catatan kegagalan disekolah dan telah mengambil sikap bahwa nilai itu
tidak penting. Apabila gurumengatakan kepada seorang siswa, “Pekerjaan yang bagus! Saya tahu kamu
dapat  mengerjakan tugas itu apabila kamu mencobanya!” Ucapan ini dapat memotivasi seorang siswa yang baru
saja menyelesaikan suatu tugas yang ia anggap sulit namun dapat berarti hukuman (punishment) bagi siswa yang
berfikir bahwa tugas itu mudah (karena pujian guru itu memiliki implikasi bahwa ia harus bekerja keras untuk
menyelesaikan tugas itu). Seringkali sukar menentukan motivasi belajar siswa dari perilaku mereka karena banyak
motivasi yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku. Kadang-kadang suatu jenis motivasi jelas-jelas
menentukan perilaku, tetapi pada saat yang lain, ada motivasi lain yang berpengaruh (mempengaruhi)
terhadap perilaku belajar siswa.
 

Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku


(Behavioral Theory)
OPINI | 19 October 2010 | 18:24 336  0   1 dari 1 Kompasianer menilai Menarik

Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku
pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku.
Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan
kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut
dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja
bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak
bawahan yang puas.

Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin
pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil
penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki
kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil.
Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan
bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi
lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang
digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University.
Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat
perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi
prilaku yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan
kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind bagi
dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat
keseluruhan..pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik semua
golongan..termasuk pemimpin negeri ini..
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku
(Behavioral Theory)
OPINI | 19 October 2010 | 18:24 336  0   1 dari 1 Kompasianer menilai Menarik

Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku
pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku.
Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan
kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut
dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja
bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak
bawahan yang puas.

Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin
pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil
penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki
kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil.
Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan
bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi
lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang
digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University.
Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat
perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi
prilaku yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan
kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind bagi
dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat
keseluruhan..pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik semua
golongan..termasuk pemimpin negeri ini..

TEORI BEHAVIORISTIK
Posted on September 27, 2008 by bilqis

Penekanan Teori Behviorisme adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi proses


belajar dalam diri siswaTeori Belajar Behavioristik mengandung banyak variasi dalam
sudut pandangan. Pelopor-pelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang
pada keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar
dan karena itu, dapat diubah dengan belajar baru. Behavioristik berpangkal pada
beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan
sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :
1.    Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau
salah. Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan  berkat interaksi antara
bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang
menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya.
2.    Manusia mampu untuk berefleksi  atas tingkah lakunya sendiri,menangkap apa
yang dilakukannya, dan  mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3.    Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah
laku yang baru melalui suatu proses belajar.
4.    Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi
oleh perilaku orang lain.
Keyakinan-keyakinan itu, sebagaimana dirumuskan oleh Dustin dan George, dikutip
dalam buku karangan George dan Kristiani : Theory, Methode, and Processes Of
Counceling and Psychotheraphy ( 108 ). Sejalan dengan keyakinan-keyakinan itu, bagi
seorang konselor behafioristik perilaku konseling merupakan hasil dari’ pengalaman-
pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kalau perilaku konseling
ditinjau dari sudut pandangan apakah perilaku itu tepat dan sesuai dengan situasi
kehidupannya atau tidak tepat dan salah suai, harus dikatakan bahwa baik tingkah laku
tepat maupun tingkah laku salah sama-sama merupakan hasil belajar. Karena tingkah
laku salah merupakan hasil belajar, tingkah laku yang salah itu juga dapat dihapus dan
diganti dengan tingkah laku yang tepat melalui suatu proses belajar.
Teori  Behavioristik
Konsep Utama:
Membatasi perilkaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan.
Kegunaannya:
Untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memcahkan masalahnya.
Proses Konseling:
1.    Bentuk kerjasama antara konselor dengan klien yaitu :
2.    Konselor menjelaskan maksd tujuan
3.    Klien mengkhususkan perubahan positif.
4.    Klien dan konselor menetapkan tujuan.
5.    Menjajagi apakah tujuan itu realistis
6.    Mendiskusikan manfaat tujuan
7.    Konselor dan klien membuat salah satu keputusan
Sifatnya:
Manipulatif, bersifat dingin dan klurang menyentuh aspek pribadi dan mengabaikan
hubungan antar pribadi
Penekanannya:
Memusatkan pada perilaku sekarangh dan bukan kepada prilaku yang terjadi di masa
lalu.
Konselornya:
Pemilihan tujuan lebih sering ditentukan oleh konselor.
●      Tokoh
John Watson (1878 – 1958)
John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di
New York City pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di
University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi
berjudul “Animal Education”. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan
penyelidikan tentang psikologi binatang.
Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi
komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur
laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan
universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen.
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya
yang paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view it” (1913). Menurut
Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh
karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode
introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang
mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan
ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun
banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson
tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam
psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan pentingnya
pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan
kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang
anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat
ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: “Berikan kepada
saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan
kehendak saya”.
Pengertian Teori
Teori behavioristik adalah teori yang menerapkan prinsip penguatan stimulus-respon. 
Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif
dan penguatan negatif.
Penguatan positif  sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan
tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku
berkurang atau menghilang.
●      Kerangka Berpikir Teori
1.    Pemberian bahan pembelajaran dalam bentuk utuh kepada peserta didik
2.    Pemahaman oleh peserta didik dilakukan mandiri oleh peserta didik. Jika ada yang 
kurang jelas baru ditanyakan kepada guru
3.    Hasil belajar segera disampaikan kepada peserta didik
4.    proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
5.    Materi pelajaran digunakan sistem modul
●      Tokoh
1.    Edward Edward Lee thorndike
2.    Ivan Petrovich Palvov
3.    Burrhus Frederic Skinner
4.    Robert Gagne
5.    Elbert Bandura
●      Aplikasi Teori
Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru.  Guru tidak
banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks.  Tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. 
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.  Kesalahan harus
segera diperbaiki.  Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan.
●      Kekurangan
1.    Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap
2.    Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
3.    Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu
arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
4.    Murid  berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
5.    Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
6.    Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
●      Kelebihan
1.    Membiasakan guru untuk bersikap  jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
2.  Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3.    Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4.    Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.

RESUME TEORI PENDEKATAN KONSELING


BEHAVIOR THERAPY

Posted by faizmh™ - Marcomm Counselor pada Maret 19, 2009

 
 
4 Votes

BEHAVIOR THERAPY
A. Konsep Dasar

Konsep dasar yang dipakai oleh Behavior Therapy adalah belajar. Belajar yang dimaksud
adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena kematangan. Teori Belajar yang
dipakai dalam pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan-percobaan tingkah laku dalaam
laboratorium.

Manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah
laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya.

Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum
belajar :

1. Pembiasaan klasik
2. Pembiasaan operan
3. Peniruan.

Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang
diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil
belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku.

Adapun karakteristik konseling behavioral adalah :

1. berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik


2. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling
3. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
4. Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari
lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga
tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

C. Tujuan Konseling

1. Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untukdigantikan dengan tingkah laku


baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien
2. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik : (a) diinginkan oleh
klien; (b) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien dapat
mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik
3. Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus
konseling.

D. Deskripsi Proses Konseling

Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar
tersebut.

Konselor aktif :

1. Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu
pemecahannya atu tidak
2. Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang
teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
3. Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.

Deskripsi langkah-langkah konseling :

1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien
(untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola
hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong
klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment
diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan
tingkah laku yang ingin diubah.
2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :

(a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien

(b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling

(c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :

- apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien;

- apakah tujuan itu realistic

- kemungkinan manfaatnya;

- kemungkinan kerugiannya
- Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling
dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan
kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.

1. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang


digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
2. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang
telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
3. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan
proses konseling.

Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon
yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.

E. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral

 Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah
tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan
dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
 Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
 Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
 Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape
recorder, atau contoh nyata langsung).
 Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan
sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun
keuntungan sosial.

F. Teknik-teknik Konseling Behavioral

Latihan Asertif

Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya
untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang
digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi
kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

Desensitisasi Sistematis

Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan


bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat
secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat
dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik
relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif
biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan
tingkah laku yang akan dihilangkan.

Pengkondisian Aversi

Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus
yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan
dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus
yang tidak menyenangkan.

Pembentukan Tingkah laku Model

Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan
memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada
klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup
atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah
laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa
pujian sebagai ganjaran sosial.

Covert Sensitization

Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi
menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta
membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta
membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum,
sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh
bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta
berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.

Thought Stopping
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh
menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu
dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata “saya jahat!”. Jika klien memberi tanda
sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: “saya jahat!”), terpis
segera berteriak dengan nyaring : “berhenti!”. Pikiran yang tidak karuan itu segera diganti
oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini, hingga dirinya
sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.

Referensi:

Akhmad Sudratajat. 2008. Pendekatan Konseling Behavioral.


dalamhttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/

DYP Sugiharto, Dr. , M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah)

Sayekti Pujosuwarno, Dr, M.Pd. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Menara Mas
Offset

Teori Belajar Behavioristik

1. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara


peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).

Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.

Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa


supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih
respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-
kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning
atau selecting and connecting lerning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh
karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi.

Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut:
1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu
perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih
(digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:

a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response). Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali
oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Hukum Sikap (Set/Attitude). Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya
ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada
dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.

c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element), Hukum ini mengatakan bahwa individu


dalam proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu saja sesuai dengan
persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).

d. Hukum Respon by Analogy. Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada
situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi
yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer
atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang
sama/identik, maka transfer akan makin mudah.

e. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting). Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan
dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara tertahap dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.

Thorndike mengemukakan revisi hukum belajar antara lain:

1. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan, saja tidak cukup untuk memperkuat
hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan stimulus respon belum
tentu diperlemah.

2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan
tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.

3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai
antara stimulus dan respon.
4. Akibat suatu perbuatan dapat menular (spread of effect) baik pada bidang lain maupun pada
individu lain.

2. Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)

Classic Conditioning  (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing:

1. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus
yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk
mengeluarkan air liur.

2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon tak


bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karen anjing
melihat daging.

3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung
menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara
terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing
mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.

4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya CS,
Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui bahwa
daging yang menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus = Stimulus yang tidak
dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS
=  Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur
anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

3. Burrhus Frederic Skinner (1904 - 1990)

Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi


perilaku (behavior modification)antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang
tidak tepat.
Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku
operasn (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas Skinner
membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner memasukkan tikus yang telah
dilaparkan dalam kotak yang disebut”Skinner box”,  yang sudah dilengkapi dengan berbagai
peralatan, yaitu tombol, alat pembeli makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur
nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.

Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama
tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan
keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.

Unrus terpenting dalam belanja adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah


pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku
itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.

Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dan lain-
lain), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujuim bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, juara 1 dan sebagainya).

Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda / tidak memberi penghargaan,


memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dan lain-lain).

Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwalvariable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori, Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendiskripsikan siswa menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak
merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan
dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verba maupun fisik seperti : kata-kata
kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan
seperti penggunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata
pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampun yang diperlihatkan
sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan
para siswa; misalnya: penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari, atau
olahraga.

4. Robert Gagne (1916 - 2002)

Teori instruksional Gagne adalah ”9 kondisi Instruksional” yaitu:

1. Gaining atlention  = Mendapatkan perhatian

2. Inform leaner of objectives = Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai.

3. Stimulate recall of prerequisite learning = Stimulus kemampuan dasar siswa untuk persiapan
belajar.

4. Present new material  = Penyajian materi baru.

5. Provide guidance = Menyediakan materi baru.

6. Elicit performance =  Memunculkan tindakan.

7. Provide feedback about correctness =  Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang
baik.

8. Assess performance =  Menilai hasil belajar yang ditunjukkan.

9. Echance retention and recall =  Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat.

Gagne disebut sebagai modern neobehaviourists  – mendorong guru untuk merencanakan


instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling
rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hirarki ketrampilan
intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal
yang paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada yang lebih kompleks (Belajar S-R, rangkaian S-
R, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar
aturan dan pemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi
stimulus – respon.

5. Albert Bandura (1925 – masih hidup sampai sekarang)

Teori belajar sosial Bandura menunjukkan pentingya proses mengamati dan meniru perilaku,
sikap dan reaksi emosi orang lain. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam, konteks interaksi
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:

1. Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat
kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamat (kemampuan indra, minat,
persepsi, penguatan sebelumnya).

2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik, pengorganisasian


pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik.

3. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.

4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.

Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-
prinsip sebagai berikut:

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal
dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih
baik dengan cara mengkodekan perilaku yang ditiru ke dalam kata-kata, tanda atau gambar
daripada hanya observasi sederhana (hanya melihat saja). Sebagai contoh: belajar gerakan tari
dari instruktur membutuhkan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan
langsung ditirukan oleh siswa pada saat itu juga. Kemudian proses meniru akan lebih terbantu
jika gerakan tari juga didukung dengan penayangan video, gambar atau intruksi yang ditulis
dalam buku.

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan, tersebut disukai dan dihargai
dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Karena melibatkan atensi, ingatan dan motivasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka teori
behavior-kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan
penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari
perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal. Sebagai contoh:
penerapan teori belajar sosial dalam iklan televisi. Iklan selalu menampilkan bintang-bintang yang
populer dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya
mempunyai kulit seperti para ”bintang” atau minum obat masuk anginnya ”orang pintar”.

Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori-teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat
mendasarinya yaitu:

a. Mementingkan pengaruh lingkungan.

b. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik).

c. Mementingkan peranan reaksi.

d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.

e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.

f. Mementingkan pembentukan kebiasan melalui latihan dan pengulangan.

g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan

Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme

1. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi.

2. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

3. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu.

4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati dan jika terjadi kesalahan
harus segera diperbaiki.

5. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

6. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, rafleks, daya tahan dan sebagainya contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, menggunakan komputer, berenang, olahragam dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Kekurangan Teori Belajar Behavioristi

1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan


hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

2. Mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.

3. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan guru.

4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh begavioristik justru dianggap metode
yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

Burhuss Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania.Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa
dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner
mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded
Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama
dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas
Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia
menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun
1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia
menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan,
seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai
buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis
psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus
1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia

Asumsi Dasar
Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya:

1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)


2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)

Skinner juga menekankan mengenai functional analysis of behavior yaitu analisis perilaku dalam


hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb)
merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar
perilaku dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol
atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
Tipe Perilaku
Skinner mengajukan dua klasifikasi dasar dari
perilaku: operantsdan respondents. Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti
organisme melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung.
Contohnya, seekor tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari
pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan
sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang
mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang yang mengedip
ketika udara ditiupkan ke matanya.
Variasi dalam Intensitas Perilaku
Adanya intensitas perilaku yang bervariasi disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan (environmental
variable), misalnya pada dua orang yang mengkonsumsi makanan dengan kuantitas berbeda. Hal ini
bukan berarti kedua orang tersebut memiliki dorongan makan berbeda. Untuk menganalisanya perlu
dilihat variable lingkungannya, seperti jangka waktu dari makan ke makan berikutnya.
Peramalan dan Perubahan Perilaku
Menurut Skinner, cara efektif untuk meramal dan merubah perilaku adalah dengan menguatkan (to
reinforce). Untuk itu, perlu diketahui hal-hal berikut:
1. Prinsip-prinsip pengkondisian dan belajar.
2. Penguatan dan pembentukan perilaku
3. Generalisasi dan diskriminasi stimulus
PRINSIP-PRINSIP PENGKONDISIAN DAN BELAJAR
Ada dua prinsip dasar dari pengkondisian, yaitu pengkondisian klasikal dan pengkondisian
operant/instrumetal.
1. Pengkondisian klasikal (classical conditioning)
Prinsip ini pertama kali diusulkan oleh Ivan Pavlov yang pada dasarnya mengatakan
bahwa sebuah stimulus yang memunculkan sebuah respon dipasangkan dengan stimulus lain
yang pada saatnya nanti menghasilkan respon yang sama. Dengan kata lain, kita dapat
menyebut bahwa operasi dan respon kedua dikondisikan untuk terjadi. Mari kita ambil contoh
dengan mengobservasi anjing. Ketika ditampilkan sepotong daging, anjing mulai mengeluarkan
air liur. Sekarang kita coba bunyikan bel sesaat kita tampilkan daging. Pada awalnya, anjing
mengeluarkan air liur hanya saat daging ditampilkan. Namun setelah beberapa kali penampilan,
anjing tersebut akan mengeluarkan air liur saat bel dibunyikan (sebelum daging ditampilkan).
Agen penguat di sini adalah daging yang berfungsi sebagai penguat positif karena penampilan
daging meningkatkan kesempatan respon yang diinginkan untuk muncul.
Lalu apa yang terjadi jika kita menghentikan penampilan daging dan hanya
membunyikan bel? Untuk sesaat, anjing tetap akan mengeluarkan air liur terhadap bel, namun
lama kelamaan akan terus berkurang hingga akhirnya berhenti mengeluarkan air liur. Proses
tersebut dinamakan extinction (pemusnahan). Hal tersebut menunjukkan perlunya melanjutkan
penguatan, karena tanpa penguatan (paling tidak saat-saat tertentu), perilaku yang tidak otomatis
(bukan refleks) akan menghilang perlahan.
2. Pengkondisian operan/instrumental
Pengkondisian ini pertama kali diselidiki secara sistematis oleh E. L. Thorndike.
Teori Skinner berusaha menegakkan tingkah laku lewat studi mengenai belajar secara
operan. Suatu operan adalah memancarkan, artinya suatu organisme melakukan sesuatu
tanpa perlu adanya stimulus yang mendorong. Suatu reaksi sebagai kontras dari
responden, yaitu suatu tingkah laku yang dipelajari dengan teknik pengkondisian
Pavlovian. Operan dapat dipelajari bebas dari kondisi-kondisi perangsang yang
membangkitkan. Organisme selalu dalam proses “operating” dalam lingkungannya.
Artinya organisme tersebut selalu melakukan apa yang dilakukannya. Selama
“operating”, organisme tersebut akan bertemu dengan stimulus-stimulus, yang
disebut reinforcing stimulus (stimulus penguat).
Stimulus-stimulus tersebut mempunyai pengaruh dalam menguatkan “operant” –
tingkah laku yang muncul sebelumreinforcer. Jadi yang dimaksud dengan operant
conditioning adalah sebuah tingkah laku diikuti dengan sebuah konsekuensi, dan
konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat merubah kecenderungan organisme untuk
mengulang tingkah laku tersebut di masa datang.
Sebagai contoh, coba bayangkan seekor tikus di dalam kandang, yang disebut Kotak
Skinner. Kandang tersebut mempunyai suatu pedal pada salah satu temboknya yang bila
ditekan maka dapat melepaskan makanan ke dalamnya. Kemudian tikus tersebut berjalan
mengelilingi kandang dan tanpa sengaja menekan pedal, sehingga mengakibatkan
munculnya makanan. Kejadian tersebut membuat tikus selalu berusaha menekan pedal
dan mengumpulkan makanan yang muncul di sudut kandang. Eksperimen pada tikus
membuktikan bahwa suatu tingkah laku yang diikuti oleh stimulus penguat akan
meningkatkan kemungkinan munculnya kembali tingkah laku tersebut di masa depan
PENGUATAN DAN PEMBENTUKAN PERILAKU (SHAPING)
Jika dilakukan dengan seksama, reinforcement (penguatan) dapat membuat kita membentuk
perilaku dari organisme sehingga dapat memunculkan perilaku yang diinginkan (dengan proses belajar
operant).Hal tersebut dapat dilihat dari eksperimen Skinner yang terkenal yaitu melatih merpati untuk
mematuk selain makanan (dalam hal ini adalah disk ringan). Eksperimen ini dumulai ketika seekor
merpati lapar diletakkan dalam Kotak Skinner.  Disk dan kotaknya diberi kawat yang memungkinkan
respon direkam dan makanan dikirim ketika merpati mematuk disknya.
Agar merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita harus membentuk perilaku dengan catatan
mematuk disk merah di dinding bukan merupakan perilaku normal atau repertoar dari merpati pada
umumnya. Karena itu, kita mulai dengan me-reinforce perilaku yang makin lama makin mendekati
perilaku mematuk disk. Pertama-tama kita latih burung makan dari hopper, kemudian kita tampilkan
makanan hanya ketika burung mendekati disk (dan hopper). Setelah itu kita reinforce burung hanya
ketika kepalanya berada pada posisi yang paling dekat dengan disk, lalu hanya ketika paruhnya dalam
posisi terdekat dengan disk, dan seterusnya. Akhirnya, ketika merpati mematuk disk untuk pertama
kalinya, kita langsung berikan makanan. Dari sana, merpati akan terus menerus mematuk dan kita juga
terus memberikan makanan. Dalam waktu singkat, perilaku mematuk akan terjadi dengan cepat.
Hal di atas menunjukkan penjadwalan continuous reinforcement, yaitu penjadwalan dalam hal tiap kali
respon yang benar diberi penguat. Dengan hal tersebut akan didapatkan perilaku yang diinginkan. Jika
kita berhentikan pemberian penguatan (makanan) kapan saja, maka perilaku mematuk akan menurun
dan lama-kelamaan menghilang. Namun kita juga dapat terus memberi makanan sebagai penguat
dengan waktu yang tidak ditentukan (occasionally). Kita dapat memberi makanan dalam jadwal fixed
interval, misalnya tiap 5 detik sekali. Atau kita juga dapat menggunakan variable interval, dengan
memberi makanan dalam interval waktu yang acak dengan rata-rata yang tetap. Jadi kita dapat memberi
penguatan pada merpati setelah 3 detik, kemudian setelah 6 detik, kemudian setelah 4 detik, dan
seterusnya, dengan interval rata-rata sekitar 5 detik.
Dalam kondisi fixed maupun variable interval, merpati akan berespon mematuk secara
berkelanjutan. Meskipun sebagian besar patukan tidak diberi penguat, namun secara rata-rata patukan
tersebut akan terus bertahan. Dengan jadwal variable interval, respon rata-rata patukan stabil. Dengan
jadwal fixed interval, patukan akan menurun perlahan mengikuti penguatan dan akan naik lagi mendekati
penguatan yang akan dilakukan. Ketika kita akan menghilangkan respon yang dikondisikan oleh
penguatan interval, respon tersebut akan menghilang lebih lambat daripada yang dikondisikan oleh
penguatan continuous.
Kita dapat mendapatkan respon yang lebih tahan dari pemusnahan (extinction) dengan
menggunakan jadwal penguatan sebagai fungsi dari perilaku organisme itu sendiri. Contohnya, dengan
menggunakan fixed ratio, kita dapat menguatkan perilaku tiap 10 patukan, 20 patukan, atau berapapun
angka dari merpati tersebut. Dengan jadwal  variable ratio, jika kita beri penguat rata-rata tiap 5 patukan,
maka kita beri penguat pada patukan ke-3, patukan ke-8, dst.
Resistensi terhadap pemusnahan paling besar di penjadwalan penguatan ratio terjadi
pada variable ratio dan disusul fixed ratio. Penjadwalan interval adalah penjadwalan yang lebih buruk
resistensinya terhadap pemusnahan, dengan catatan resistensi fixed interval lebih buruk
daripada variable interval. Resistensi yang paling buruk terjadi pada penjadwalan berkelanjutan
(continous).
Dalam kasus merpati di atas, Skinner menyebut makanan, selain air,
sebagai unconditioned atau primary reinforcer (penguat utama). Namun perilaku manusia pada
umumnya juga bergantung pada conditioned atausecondary reinforces (penguatan sekunder/tambahan)
yang dipasangkan dengan penguat utama dan dapat pada perilaku manusia (contohnya uang).
GENERALISASI DAN DISKRIMINASI
Dua fenomena besar dari sistem Skinner merupakan penemuanpenting sebagai alat
pembelajaran. Fenomena yang dimaksud adalahgeneralization (generalisasi)
dan discrimination (diskriminasi). Dengan proses generalisasi stimulus, organisme akan dapat membuat
respon yang sama terhadap satu situasi ketika dia dihadapkan pada situasi yang lain namun hampir mirip
dengan situasi sebelumnya. Dengan proses diskriminasi stimulus, organisme dapat membedakan mana
situasi yang diberi penguat dan yang tidak, sehingga organisme akan berespon hanya pada situasi
tertentu saja.
Perilaku Sosial
Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai persoality
traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam
kelompok atau respon spesifik yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.
Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon
tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi
respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Penguatan tersebut akan
berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.
Perilaku Abnormal
Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan
perilaku normal. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi perilaku
normal dengan memanipulasi lingkungan. Salah satu contohnya adalah dalam kasus yang terjadi pada
seorang tentara yang terluka di medan perang. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit lalu dikirim
kembali ke medan perang, ia mengalami kelumpuhan pada satu lengannya yang membuatnya ditarik dari
tugas. Pemeriksaan secara fisiologis menunjukkan tidak ada masalah pada dirinya.
Skinner mengungkapkan bahwa kondisi terluka telah menjadinegative reinforcer, yaitu sebuah
stimulus yang tidak disukai yang akan berusaha untuk dihindari oleh tentara tersebut. Medan perang
yang telah diasosiasikan dengan luka adalah sebuah conditioned negative reinforcer, sehingga sang
tentara akan berusaha juga untuk menghindarinya. Namun demikian, ketika menolak untuk dikirim
berperang, maka dirinya akan menghadapi penolakan sosial, pengadilan, dan mungkin penjara atau
bahkan kematian, yang kesemuanya adalah konsekuensi aversive. Hasilnya, muncul beberapa perilaku
yang menghubungkan keduaconditioned negative reinforcer tadi. Perilaku tersebut akan menguat dan
dipertahankan, karena pada umumnya seorang tentara tidak dikenakan tanggung jawab ketika dirinya
mengalami kelumpuhan sehingga dirinya tidak akan dihukum.
Lalu bagaimana kita menyembuhkan tentara tersebut? Secara teoritis, jika da dikembalkan ke
medan perang (conditioned renforcer) dengan tidak terluka lagi (unconditioned reinforcer), respon
terkondisinya (kelumpuhan) akan hilang. Namun demikian, si tentara tentunya tidak akan mau kembali ke
medan perang secara sukarela. Kita dapat mendorong dia untuk kembali dan berharap bahwa berada
dalam situasi aversive tanpa konsekunsi aversive yang dialami sebelumnya akan menghilangkan respon
dia terhadap kelumpuhan. Prosedur ini disebut dengan flooding, yang dilakukan dengan cara mendorong
pasien ke dalam situasi anxiety-arousingdan menghadapinya, hingga dirinya sadar bencana yang
diharapkan muncul tidak akan terjadi.
METODE PENELITIAN DAN PENEKANAN
Penelitian Skinner menyimpang dari norma penelitian psikologi kontemporer dengan beberapa cara:
Pertama, Skinner terfokus pada event perilaku yang paling sederhana. Kedua, dia bersikeras bahwa
kondisi eksperimen dikontrol dan respon subjek direkam secara otomatis. Dan ketiga, dia membuat studi
intensif pada satu subjek individu daripada meneliti sebuah kelompok. Bagi Skinner, tujuan psikolog
adalah untuk mengontrol perilaku individu. Peneliti yang bekerja dengan sejumlah besar binatang perlu
memperhatikan variabel tak terkontrolnya sepanjang hal ini tersebar secara acak. Namun Skinner
percaya bahwa seperti halnya variabel lain, variabel tak terkontrol juga harus dipelajari. Jika kita ingin
mengontrol perilaku, kita juga harus mngetahui variabel apa sajakah yang tidak terkontrol tersebut agar
dapat dikontrol juga.
EFEK OBAT DALAM TINGKAH LAKU
Metodologi Skinner dan Kotak Skinner telah dibuktikan sebagai alat untuk mempelajari efek perilaku
terhadap berbagai macam agen farmatologi. Satu obat yang telah diselidiki secara ekstensif dengan
metode Skinnerian adalah chlorpromazine, yaitu agent anti-kecemasan yang digunakan dalam
penanganan psikosis. Dari hasil penelitian terhadap tikus didapat bahwa obat ini mengurangi rasa takut
(fear), dan kemudian telah diasumsikan bahwa obat ini juga memiliki efek bila diberikan pada penderita
schizophren. Obat ini juga berfungsi sebagai depresan, yang mereduksi semua bentuk respon, tidak
hanya respon pada ketakutan.
INTERVENSI TINGKAH LAKU PADA PASIEN PSIKIATRIK
Pada awal 60-an, Ayllon dan Azrin (1965, 1968) mengembangkan sebuah metode yang disebut
dengan token economy, yaitu sebuah teknik berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian operan. Token
ekonomi didesain bagi pasien penyakit mental agar menghasilkan perilaku yang diinginkan.Conditioned
reinforcer dalam bentuk token diberikan pada pasien yang memunculkan respon yang diinginkan seperti
memakai baju sendiri, makan tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas secara baik. Token-token ini
nantinya dapat ditukar untuk mendapatkan primary reinforcer, yaitu sesuatu yang diinginkan dan
dinikmati orang lain seperti: baju baru, interaksi sosial, kosmetik, menonton film, dll.
Token ekonomi telah digunakan dalam berbagai macam situasi, seperti penanganan anak autis, orang
yang mengalami perkembangan tidak normal, bahkan pada orang normal sekalipun. Teknik ini telah
dibuktikan sukses dalam menghasilkan bentuk perilaku yang diinginkan.
EVALUASI
Pendekatan Skinner telah diaplikasikan dalam berbagai masalah-masalah praktis, seperti dalam
pendidikan, industri, profesi, dan pelatihan binatang. Asumsi Skinner tentang ”lawfulness” tidak sejalan
dalam psikologi. Namun jadwal penguatan yang dia ajukan merupakan temuan penting bagi teori belajar
dan peneliti kepribadian.
Karena Skinner menolak untuk menyimpulkan mekanisme atau proses yang tidak terobservasi,
dia mengalami kesulitan dalam menggambarkan situasi di luar laboratorium. Para psikolog holistik
merasa bahwa pendekatan Skinner mengabaikan kompleksitas perilaku makhluk hidup. Kritik lain
mengatakan bahwa situasi sederhana yang diteliti Skinner tidak akan terjadi di luar laboratoriumnya.
Selain itu, ada kritik yang merasa keberatan dengan hukum perilaku yang pada akhirnya tidak melihat
perbedaan spesies secara terpisah.
makalah teori skinner
September 15, 2009 in Uncategorized
BAB I

PENDAHULUAN
Menurut Skinner penyelidikan mengenai kepribadiahn hanya syah jika memenuhi beberapa criteria
ilmiah. Ia tidak akan menerima gagasan bahwa kepribadian atau personality atau self yang
membibing attau mengarahkan perilaku. Dalam hal ini Skinner membedakan perilaku menjadi dua
yaitu perilaku yang alami dan perikau operan, perilaku alami menurutnya adalahperilau yang
ditimbulkan oleh stimulus yang jelas sedangkan perilaku operan adalah perilaku yan ditimbulkan
stimulus yang tidak jelas atau tidak diketahui tetapi semata – mata dihasilkan oleh organisme itu
sendiri[1]

Bagi Skinner, factor motifasional dalam tingkah laku bukan elemen dari structural dalam situasi yang
sama tingkah laku seseorang bisa berbeda – beda kekuatan dan keseringan munculnya. Hakikat dari
teori Skinner adalah teori belajar bagaiman individu memiliki tingkah laku baru menjadi lebih terampil
menjadi lebih tahu. Skinner meyakinkan bahwa kepribadian dapat dipahami dengan
mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungannya yang terus – menerus dengan lingkungannya
sedangkan cara untuk mengontrol perilaku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement)
suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya
berpeluang tidak terjadi pada masa yang akan datang dari sebagian pengertian diatas merupakan
salah satu cara untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang mendukung dan tidak
mendukung dalam masyarakat. Sehigga dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

1. Bagaimanakahlatar belakang teori Skinner ?


2. Apakah yang dimaksud penguat dalam teori ini?
3. Bagaimanakah teori kepribadian behavioristik?
4. Apakah yang dimaksud dengan penguat,pembentukan ,stimulus adersif, modifikasi dan  dalam
teori ini?
5. Bagaimana inti pokok dalam mewarnai kepribadian seseorang?
6. Bagaimana aplikasi terhadap kepribadian seseorang ?
7. Bagaimana enggunaan teori untuk kepentingan sendiri?
BAB II

BURRHUS FREDERIC SKINNER

1. Latar belakang teori Skinner

Burhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 19 04 di kota kecil Pensylvania yaitu
susquenhanna, ayahnya adalah seorag pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang
kuat da keras. Dia selalu berada dalam asuhan dan didikan yang berpola lama dan mementingkan
kerja keras , ia lwbih menyenangi kegiatan diluar rumah dan sangat menikmati kegiatan – kegiatan di
sekolahnya[2]

Pada tahun 1926 Skinner meraih gelar sarjana muda dalam sastra Inggris di Hamilton Collage,New
York ia menulis berbagai cerita pendek dan untuk menulis berbagai surat kabar lokal. Pada tahun
1928 skinner menjalankan kuliahnya kembali pada fakultas psikologi di universitas Harvard dengan
mengkhususkan diri pada tingkah laku hewan. Pada tahun 1931 Skinner mendapatkan gelar Ph.D dan
menghabiskan waktu selama lima tahun untuk bekerja di laboratorium W.J Crozier Di universitas
Minnesota,selama 9 tahun Skinner di sana  hidupnya diwarnai oeh produktifitas dan membuatnya
terampil sebagai salah seorang pemimpin behaviorisme yang terkemuka di Amerika Serikat. Pada
tahun 1945 Skinner menjabat sebagai dekan fakultas psikologi universitas Indina dan pada tahun
1948 ia menjadi guru bear di Harvard.

Skinner menerima banyak penghargaan kehormatan ,antara lain Distinguished Scientific Contribution
Award dari The American Psichological association (APA) pada tahun 1958 dan mendapatkan mendali
presiden dalam bidang i;mu pengetahuan dan medali emas dari apa pada tahun 1971.[3] dan pada
tanggal 17 Agustus 1990 B.F Skinner meninggal dunia akibat leukimia dan meninggalkan dua orang
anak, walaupun tidak berhasil sebagai seorang penulis dan penyair sebagai bentuk kreatifitasnya ia
telah berhasil mencetuskan buku yaang sangat terkenal yaitu “Walden II”
2. Pokok -pokok teori Skinner

2.1 Penggugah (reinforcement)

Sistem yang ditawarkan B.F. Skinner didasarkan pada cara kerja yang menentukan (operan
conditioning).setiap makhluk hidup pasti selalu dla proses melakukan sesuatu

Terhadap lingkungannya,selama melakukan proses operasi ini ,makhluk hiduptersebut pasti


meneroma stimmulus -stimulus tertentu yangdisebut dengan stimulus penggugah. Stimulus tersebut
berdampak pada meningkatnya proses cara kerja tadi yaitu adanya penggugah (reinforcement) inilah
yang disebut dengan “cara kerja yang menentukan ” dalam perilaku pasti menghasilkan konsekuensi
-konsekuensi tertentu dan kosekuensi -onsekuensi ini akan mengubah kecenderungan mahluk hidup
untuk mengulangi perilaku yang sama. Ketentuan penggugah dalam teori Skinner adalah seagai
berikut

“perilaku yang diikuti oleh stimulus penggugah akan memperbesar kemungkinan         dilaukannya
kembali perilaku tersebut di masa-masa berikutnya.

Perilaku yang tidak diikuti oleh stimulus – stimulus penggugah memperkecil kemungkinan
dilakukannya kembali perilaku tersebut di masa – masa berikutnya.”

2.2 Teori Kepribadian Behavioristik

Menurut  Skinner pendidikan mengenai kepribadian hanya sah jikamematuhi kriteria ilmiah
.penyelidikan mengenai kepribadian melibatkan pengamatan yang sistematis dan sejarah belajar yang
khas serta latarbealakng yang unik dari individu .Menurut Skinner individu adalah organisme yang
memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar,individu bukanlah agen penyebab
tingkah laku melainkan suatu point antara faktor – faktor lingkungandan bawaan yang khas serta
secra bersama- sama menghasilkan akibat tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut
.Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku ynag
dipelajari oleh social learning theorist yang tertarik pada modeling modifikasi perilaku .teknik itu
adalah sebagai berikut :[4]

1. Pengekangan fisik ( physical restrains) yaitu kita mengontrol perilaku dengan melakukan
pengekangan secara fisik Contoh,beberapa dari kita menutup mulut untuk menghidari diri dari
menertawakan kesalahan orang.
2. Bantuan fisik ( physical aids) kita mengontrol perilaku dengan melakukan bantuan fisik,
contoh, seorang pengemudi truk minum obat perangsang anti kantuk agar tidak mengantuk saat
mengemudi di perjalanan jauh.
3. Mmengubah stimulus(changing the stimulus conditions) yaitu ketika ada stimulus yang
diinginkan oleh individu,maka stimulus itu diubah dengan stimulus yang lain..contoh, orang yang
berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya.
4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulasing emosional conditions), kita mengubah
emosional yang ada dalam diri kita untuk mengontrol diri ,kita membuat dia sendiri memiliki
suasana hati yang baik sebelum menghadiri pertemuan yang membuat stress agar  dapat
menunjukkan perilaku yang tepat.
5. Melakukan respons lain (performing alternative responses), menahan diri dari perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan yang lain,contoh,untuk menahan diri agar kita tidak
menyerang orang yang tidak kita sukai ,kita melakukan tindakan yang tidak berhubungan
dengan pendapat kita tentang mereka.
6. Menguatkan diri secara positif ( positive self reinforcement),contohnya kita memberi hadiah
pada diri sendiri karena mendapat nilai baik dalam ujian.
7. Menghukum diri sendiri ( Se;f Punishment ),seorang menghukum diri sendiri karena gagal
mencapai tujuan yang hendak diinginkan,contohnya,seorang mahasiswa menghukum diri sendiri
karena gagal dengan giat belajar.
2.3 Daftar Penguatan (Reinforcement schedule)
Dalam eksperimen yang dilakukan oleh skinner,penguat tidak selalu diberikan setiap kali binatang
percobaan melakukan tindakan yang dikehendaki ,walaupun demikian perilaku operan masih menjadi
seperti biasa . frekuensi pemberian penguatan atau pegaturan waktu disebu dengan “reinforcement
schedules”. Penguatan yang diberikan pada waktu – waktu tertentu disebut degan partial
reinforcement[5] sebagai contohnya orang tua tidak selama- lamanya bersama dengan orang tuanya
oleh karena itu penguatan positif tidak selalu dapatdiberikan setiap kali anak melakukan tindakan
yang dikehendari, prestasi yang dilakukan oleh anak walupun hanya satu kali akan membuat anak
yang bersangkutan giat untuk berlatih.

Jadwal penguatan bervariasi menurut     pemberian conditional stimulus , ada dua kategori
penjadwalan yang dilakukan oleh Skinner yaitu

1. Pemberian penguatan didasarkan pada jumlah respond an pemberia penguat berdasarkan


waktu
2. Pemberian penguatan secara teratur dan tidak teratur
3.
Selain itu Skinner juga membuat empat jadwal penguatan yaitu,

1. Fixed ratio yaitu jumlah respon tertentu menentukan kapan penguatan diberikn


2. Fixed interaval yaitu selang waktu tertentu ( misalnya 5 menit ) menentukan pemberian
penguatanberikutnya
3. Variabel ratio yaitu jumlah perilaku responden yang terjadi tidak ditientukan secara kaku.
4. Variable interval yaitu waktu pemberian penguat divariasi diantara selang waktu tertentu
Jadwal penguatan

Tipe jadwal Jika penguat diberikan Akibat terhadap rate of responding

Fixed ratio Setealh sejumlah tertentu Perilaku terjadi sangat sering lalu pause
penekanan tombol sebentar setelah penguat diberikan

variabel ratio Setelah sejumlah tak tertentu Perilaku yang terjaji dengan frekuensi yang
penekanan tombol cukup tinggi dan konstan

Fixed interval Setelah jangka waktu tertentu Frekuensi perilaku meningkat pada akhir
waktu dan rendah setelah penguat diberikan

Variable Setelah selama jangka waktu Perilaku terjadi dengan frekuensi rendah tapi
interval yang tidak ditentukan kontsan

3.4 Pembentukan ( Shaping )

Salahsatu pertanyaan yang dijawab Skinner adalah baaimana kita memiliki perilaku yang kompleks.
Skinner berusaha menjawab pertanyaan ini dengan ide pemebentukan aau metode perkiraan yang
silih berganti. Pada awalnya ide ini hanya berbentuk perilaku pendorong yang mirip dengan apa yang
kita inginkan samapi perilaku kita tidak sama lagi dengan orang yang biasa dilakukan orang dalam
kehidupan sehari – hari .sehingga metode seperti ini dipakai dalam terapi yang disebut  dengan
desensitisasi sistematis ,contohnya ada pada orang yang mengalami fobia terhadap laba – laba, orang
tersebut akan dihadapkan untuk mengamati laba – laba dalam 10 skenario dengan tingkat kepaikan
ang berbeda – beda.dalam scenario yang pertama tingkat kepanikanna sangat rendah misalnya
seorang yang terkena fobia melihat laba- laba kecil dari jarak jauh ,scenario yang kedua naik menjadi
agak sedikit menakutkan dan seterusnya sampai pada tingkat ke – 10 dengan kepanikan yang sangat
menakutkan yaitu ada laba – laba yang menakutkan menghinggapi wjah orang tersebut ketika
mngemudi. Yang dilakukan seorang terapis dalam menerapi adalah memberikan pengajaran an
bagaimana mengendorkan otot –otot pelaku fobia ketika menghadapi situai diatas.

3.5 Stimultan Adversif

Stimultan adversif aalah lawan dari stimultan penguat ( reinforcement) tidak menyenangkan bahkan
menyakitkan .pada eksperiment Siknner jika kita memaksa tikus percobaan untuk melakukan “ X” ia
akan melakukannya secara tidak sempurna ,sehingga definisi ini menggambarkan pengondisian yang
dikenal dengan “hukuman” sebaliknya jika pada eksperimen diata kita tukar simulan aversif setelah
tikus memperlihatkan perilaku tertentu maka ini disebt dengan pengaan negative. Ketentuan dalam
teori ini adalah

1. perilaku ynag diikuti oleh stimulant aversif akan memperkecil diulanginya perilaku tersebut
pada masa selanjutnya
2. perilaku yang diikuti oleh penghilangan stimultan aversif akan memperbesar
kemungkinan diulanginya perilaku yang sama dimasa selanjutnya

2.6 Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku atau yang disebut dengan B- Mod adalah teknik terapi yang didasarkanpada karya
– karya Skinner . Cara kerjanya sangat sederhana yaitu menghilangkan perilaku yang tidak diingini
( dengan cara menghilangkan penguat ) dan menggantinya dengan perilaku yang dihasrati dengan
penguat. Teknik ini banyak digunakan di lembaga – lembaga seperti rumah sakit rumah sakit jiwa,
panti untuk remaja bermasalah dan penjara, dan ditandai dengan adanya aturan – aturan tertentu
yang berlaku disebuah intitusi secara eksplisit dan mereka ang menaati akan dihadiahi,tetapi ini tidak
nberlaku secara terus – menerus , ada tenggang waktu untuk memberikan hadiah itu.

2.7 Prinsip Belajar Skinner

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan factor penting dalam belajar. Ia
berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, dan mengontrol tingka laku. Pada teori ini guru
memberikan penghargaan pada anak yang mempunyai nilai tinggi berupa hadiah sehingga anak akan
lebih rajin dan menghukum anak yang mempunyai nilai kurang dengan tugas belajar yang lebih
banyak. Dapat dimengerti bahwa teori ini juga termasuk teori operan conditioning yang berarti bahwa
suatu prosis perilaku operan yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kmbali atau
menghilang sesuai keinginan. Untuk itu Skinner mempunyai Prinsip belajar skinner adalah sebagai
berikut.[6]

1. hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa


2. proses belajarharus mengikuti irama yang diajar
3. dalam proses belajar lebih dipentingkan aktifitas itu sendiri
4. dalam belajar digunakan shaping
4.Inti Pokok Dalam Mewarnai Kepribadian Seseorang

Setiap orang akan memiliki kepribadian yang berbeda – beda tergantung pada proses dari
lingkungannya ,seorang yang dibesarkan pada lingkungan yang baik akan memungkinkan untuk
memiliki perilaku yang baik , sebaliknya seseorang yang dibesarkan padaa lingkungan yang jelek akan
memperoleh pengalaman kepribadian yang jelek, dalam membentuk kepribadian terdapat stimultan
adversif tertentu untuk membentuk keprinbadiannya. Dan pengalaman yang diperoleh tergantung
pada individu dan stimultan pada lingkungan itu.

5.Aplikasi Terhadap Kepribadian Seseorang

Kita sebenarnya hidup dalam kebetulan ,kita kebetulan dilahirkan di keluarga baik – baik, teman yang
baik dan guru yang baik yang mendukung kita di zaman sekarang penggugah – penggugah yang
mendorong kita untuk berperilaku baik atau buruk kacau balau dan berada diluar control kita, oleh
karena itu kita harus mendesain kebudayaaan kita sedemikian rupa dimana orang – orang yang baik
mendapat imbalan atau hadiah sementara orang yang jahat dikucilkan.

6. Penggunaan Teori Untuk Kepentingan Sendiri

Dalam teori Skinner perilaku oeran memilik kedudukan yang sangat penting disamping itu terdapat
penguat (reinforcement) yang sangat penting dalam menyeleseikan  aktifitas ,ketika kita merasa
malas dalam melaksanakan aktoftas kita dpat melakukan control diri daengan cara menghukum diri
,atau yang laiinya dan jika kita berhasil dalam menyeleseikan aktifitas kita memberi penghargaan pad
diri sendiri

BAB III

KESIMPULAN

Latar belakang teori

1. Burrhus Frederic Skinner lahir tanggal 20 Maret 1904


2. pada tahun 1928 ia melanjutkan kuliah di Harvard dan mengkhususkan pada tingkah laku
hewan
3. pada tahun 1936 ia mengajar di universitas Minnesota selama 9 tahun yang menyebabkan ia
menjadi pemimpin teori behaviorisme terkemuka di Amerika serikat
4. karyanya yang paling terkenal dalam sikologi adalah Wallden II
System penggugah ( penguat ) adalah stimulus – stimulus tertentu yang diterima mahluk hidup
ketika melakukan aktifitasnya

Teori Kepribadian behavioristik, organisme adalah individu yang memeproleh perbendaharaan


tingkah laku melalui proses belajar ,adapun cara mengontrol perilaku itu adalah sebagai berikut:

1. Pengekangan fisik
2. bantuan fisik
3. mengubah kondisi stimulus
4. memanipulasi kondisi emosional
5. melakukan respon lain
6. menguatkan diri secara positif
7. menghkum diri sendiri
Reinforcement schedule adalah frekuensi emberian penguatan atau pengaturan waktu

Dalam eksperimen Skinner terdapat empat jadwal penguatan yaitu

1. Fixed Ratio
2. Fixed Interval
3. Variabel Ratio
4. Variabel Interval
Pembentukan (shaping) adalah dalam teori Skinner,untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita
memiliki perilaku yang kompleks. Metode ini dipakai dalam terapi yang disebut dengan desensitisasi
system ,contoh pada penderita autis

Stimulus Adversif adalah lawan dari stimultan penguat sesuatu yang tidak menyenangkan atau
bahkan menyakitkan,  Ketentuan dalam teori ini adalah

1. perilaku ynag diikuti oleh stimulant aversif akan memperkecil diulanginya perilaku tersebut
pada masa selanjutnya
2. perilaku yang diikuti oleh penghilangan stimultan aversif akan memperbesar
kemungkinan diulanginya perilaku yang sama dimasa selanjutnya

Modifikasi perilaku dilakukan dengan cara menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan (penguat)
dan mengganti perilaku ynag dihasrati dengan penguat.dan diterapkan pada lembaga – lembaga
seperti rumah sakit, panti anak remaja bermasalah dan aturan –aturan tersebut ditulis secara eksplisit

Prinsip belajar Skinner

1. hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa


2. proses belajarharus mengikuti irama yang diajar
3. dalam proses belajar lebih dipentingkan aktifitas itu sendiri
4. dalam belajar digunakan shaping
Inti pokok dalam mewarnai kepribadian seseorang

Setiap orang akan memiliki kepribadian yang berbeda – beda tergantung pada proses dari
lingkungannya ,seorang yang dibesarkan pada lingkungan yang baik akan memungkinkan untuk
memiliki perilaku yang baik , sebaliknya seseorang yang dibesarkan padaa lingkungan yang jelek akan
memperoleh pengalaman kepribadian yang jelek, dalam membentuk kepribadian terdapat stimultan
adversif tertentu untuk membentuk keprinbadiannya. Dan pengalaman yang diperoleh tergantung
pada individu dan stimultan pada lingkungan itu.

Aplikasi terhadap kepribadian seseorang

Kita sebenarnya hidup dalam kebetulan ,kita kebetulan dilahirkan di keluarga baik – baik, teman yang
baik dan guru yang baik yang mendukung kita di zaman sekarang penggugah – penggugah yang
mendorong kita untuk berperilaku baik atau buruk kacau balau dan berada diluar control kita, oleh
karena itu kita harus mendesain kebudayaaan kita sedemikian rupa dimana orang – orang yang baik
mendapat imbalan atau hadiah sementara orang yang jahat dikucilkan.

Penggunaan teori untuk kepentingan sendiri

Dalam teori Skinner perilaku operan memilik kedudukan yang sangat penting disamping itu terdapat
penguat (reinforcement ) yang sangat penting dalam menyeleseikan sebuah aktifitas ,ketika kita
merasa malas dalam melaksanakan aktoftas kita dpat melakukan control diri daengan cara
menghukum diri ,atau yang laiinya dan jika kita berhasil dalam menyeleseikan aktifitas kita memberi
penghargaan pad diri sendiri

[1] http.//data rental.blogspotcoom /20008/04/teori dalam psikologi kepribadian html rtn12 diakses


tang9al 9 september 2009

[2] Abdul Qodir ,Sejarah Psiokologi,Terj.P.r  George,2000(Yogyakarta: prismashopie) hlm.405

[3] Paulus Budiharjo,Mengenal kepribadian Mutakhir,1997(Jakarta: Kanisius)hlm.109

[4] Alex Sobur, psikologi Umum,2003 (Bandung : Pustaka Setia ) hlm.310

[5] Irwanto, Psikologi Umum,2001(Yogyakarta: pustaka pelajar)hlm.117

[6] http://itachi.student.fkip.uns.ac.id diakses tanggal 9 september 2009


Teori B.F. Skinner
REP | 13 February 2011 | 16:56 620  2   Nihil

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada
awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap
para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya
dikembangkan  oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal
dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku
ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan
Gestalt.

Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan
dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam
teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh
baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli
psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi
mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran.
Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini
dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan
pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang
betul-betul cocok  untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

A. Tujuan

Penyusunan makalah bertujuan agar penulis mampu memahami :

1. Konsep Teori Behaviorisme dala pembelajaran

2. Tokoh-tokoh teori behaviorisme

3. Sejarah munculnya teori kondisioning operan B.F Skinner.


4. Kajian umum teori B.F Skinner.

5. Aplikasi teori skinner terhadap pembelajaran.

6. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan

7. Kelebihan dan kekurangan teori skinner

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran

Definisi
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman danpemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka.

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis,menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon,menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkanperanan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya
perilaku yangdiinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
lakumanusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement
darilingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antarareaksi-
reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan iniberpandapat
bahwatingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dantingkahl laku adalah hasil
belajar.

Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia
adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor
lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka

Prinsip-prinsip teori behaviorisme adalah :

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku

2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek

3. Mementingkan pembentukan kebiasaan


Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti
sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John Locke(1632-1704), salah satu
tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini didapat dari
pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan
pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia,
kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran
dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.

Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa
yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk
yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari
penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman.
Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan
behaviorisme.

Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan
betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan
yang relevan

Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat
sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh
kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik
yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang
dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat
dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada
dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme,
secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain: teori Connectionism, Classical Conditioning,
Contiguous Conditioning, serta Descriptive Behaviorismeatau yang lebih dikenal dengan
nama Operant Conditioning.

Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik,dapat dijelaskan sebagai


berikut.

1. Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa


yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang
dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya
dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut
menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas,
ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang
salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum, yaitu :

a. Hukum kesiapan (Law of Readiness)


Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka
pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung
diperkuat.

b. Hukum latihan

Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.

c. Hukum akibat

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.

1. Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)

Teori pelaziman klasik Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan
stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini
terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan. Pavlo mengadakan
percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat
sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan
sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.
Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar
menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan
pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan
penentuan pribadi dihiraukan.

1. Albert Bandura (1925-sekarang)

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep
belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam
proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada
maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang
menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori
Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang
berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang
berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.

Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu,
sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran
orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi “mentalistik”.

1. Carlk L. Hull
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement
bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor. Dalam mempelajari hubungan S-R
yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O
(organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya
dapat dilihat pada faktor R yang berupa output

1. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang
disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama
(Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar
hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan
respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

6. Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya penulis akan membahas teori
kondisioning operan pada bagian berikut ini.

B. Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner.

1. Sejarah teori Kondisioning Operan menurut B.F. Skinner

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-
R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah
memberikan pengaruh yang kuat  pada pelaksanaan penelitian

Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus
terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang
terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme
berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan
atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan
begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.

Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson.
Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus
penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu
dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons
atau tingkah laku operan.

2. Kajian Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner

Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku


menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari teori behaviorisme
Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Ada 6 asumsi yang membentuk
landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah
sebagai berikut:

a. Belajar itu adalah tingkah laku.

b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam
kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di
bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.

d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat
di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan
Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa
suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.

Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat


karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif
adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1
dsb).

b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat


karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan
atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah
dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif,
ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan
probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku.

Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

A.Penguatan positif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan

Murid mengajukan pertanyaanGuru menguji murid Murid mengajukan lebih banyak


yang bagus pertanyaan
B.Penguatan negatif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan

Murid menyerahkan PR tepatGuru berhenti menegur murid Murid makin sering


waktu menyerahkan PR tepat waktu
C.Hukuman
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan

Murid menyela guru Guru mengajar murid langsung Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan
tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin
tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (S D)-(R)-(R Reinsf).
Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”.
Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan
lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah
membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara
seksama.

Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar
yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian
penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan
studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan
yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa
yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif
dan negative, dan penguat umum.

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:

a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.

b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.


d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.

f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwal variable rasio reinforce

g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.

3. Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.

b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.

c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.

d. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.

e. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

f. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.

g. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar


tidak menghukum.

h. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.

i. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)

j. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.

k. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).


l. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.

m. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.

n. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya


masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam
waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

4. Analisa Perilaku terapan dalam pendidikan

Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku
manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu

1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan

Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang
diharapkan yaitu:

a. Memilih Penguatan yang efektif

Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan
agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan
untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah
diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti
pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.

b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu

Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku
tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…
maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah
murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan
kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti
mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka
anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.

c. Memilih jadwal penguatan terbaik

Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal
penguatan utama adalah

1). Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah

respon.

2). Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi


sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat

diperidiksi.

3). Jadwal interval - tetap : respons tepat pertama setelah beberapa

waktu akan diperkuat.

4). Jadwal interval - variabel : suatu respons diperkuat setelah

sejumlah variabel waktu berlalu.

d. Menggunakan Perjanjian. Perjanjian (contracting)

adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak
bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis
perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid.
Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan
kemudian diberi tanggal.

e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif

Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan
stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu
diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru
menggunakan penguatan negatif.

2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).

Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum


respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan)
adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.

3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.

Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu
diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah

a. Menggunakan Penguatan Diferensial.

b. Menghentikan penguatan (pelenyapan)

c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.

d. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)

5. Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner


a. Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang
baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

b. Kekurangan

Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah
bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil
bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku
kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman
akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.

Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah
satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan
merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata
kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

BAB III

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan  setelah mengkaji teori belajar B.F Skinner adalah
sebagai berikut:

1. Beberapa unsur dasar dalam teori operan kondisioning Skinner dijelaskan pada tabel
berikut:

Unsur Dasar Definisi


Asumsi Perubahan tingkah laku ialah fungsi dari kondisi dari lingkungan
dan peristiwa
Belajar Perubahan tingkah laku ditunjukkan oleh meningkatnya
keseringan respon.
Hasil belajar Respons yang baru (tingkah laku)
Komponen Belajar (SD)-(R)-(R Reinsf)
Perancangan pembelajaran untuk belajarMerancang urutan stimulus - respon - penguatan untuk
yang kompleks mengembangkan himpunan respons kompleks.
Isi pokok dalam merancangPemindahan kendali stimulus, waktu penguatan; menghindarkan
pembelajaran hukuman.
1. Teori belajar operan kondisioning  Skinner memberi banyak kontribusi untuk praktik
pengajaran. Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah bagian dari kehidupan dan murid.
Jika dipakai secara efektif, pandangan teori ini akan mendapat membantu para guru dalam
pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang
dalam teori ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang
cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi anak didik.
2. Kritik terhadap teori pengkondisian operan Skinner adalah seluruh pendekatan itu terlalu
banyak menekankan pada control eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan
bahwa strategi yang lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol perilaku mereka
sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Beberapa kritikus mengatakan bahwa bukan
ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku, namun keyakinan atau ekspektasi
bahwa perbuatan tertentu akan diberi ganjaran atau hukuman. atau dengan kata lain teori
behaviorisme tidak memberi cukup perhatian pada proses kognitif dalam proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and Application of


Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud

Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown
and Company

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and
Bacon

John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta

Arie Asnaldi, 2005. Teori -Teori belajar.

B.F. Skinner and radical behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Davies, WCR. 1971. The Management of Learning. London: Mc Graw Hill Book Company.

Ghafur, Abdul. 1980. Disain Instruksional. Suatu Langkah Sistematis

Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Balajar dan Mengajar. Solo: TigaSerangkai.


Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan PendekatanSistem. Jakarta: Bumi
Aksara.

Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.

Pereivel & Ellington. 1984. A Handbook of Educational Technology. London:

Koga Page Ltd.

Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas.

Wuryani Djiwandono, Sri Esti. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

http://www.scribd.com/doc/21251076/TEORI-BEHAVIORISME

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/teori-behaviorisme.htm:01Febr. 2011, 13.00

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik” hing ini Higher Education. London: Paul


Chapman Publising

http://asnaldi.multiply.com/journal/item/

http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one

http://made82math.wordpress.com/

You might also like