Professional Documents
Culture Documents
A. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja
serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta
jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan
agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari
lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki
pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki
kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas
pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi
kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca di
artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa
yang anda butuhkan.
Penguatan dan hukuman yang diberikan itu adalah untuk mengubah perilaku. Menurut teori belajar
perilaku, memberikan konsekuensi berupa penguatan ataupun hukuman sesegera mungkin akan lebih
baik daripada diberikan belakangan dan hal itu akan memberi pengaruh positif terhadap perilaku
selanjutnya. Oleh karena itu pemberian konsekuensi sesegera mungkin dalam proses pembelajaran itu
sangatlah penting, supaya kesalahan yang sama tidak dilakukan oleh para siswa.
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku
pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku.
Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan
kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut
dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja
bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak
bawahan yang puas.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin
pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil
penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki
kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil.
Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan
bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi
lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang
digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University.
Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat
perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi
prilaku yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan
kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind bagi
dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat
keseluruhan..pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik semua
golongan..termasuk pemimpin negeri ini..
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku
(Behavioral Theory)
OPINI | 19 October 2010 | 18:24 336 0 1 dari 1 Kompasianer menilai Menarik
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku
pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku.
Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan
kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut
dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja
bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak
bawahan yang puas.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin
pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil
penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki
kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil.
Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan
bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi
lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang
digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University.
Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat
perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi
prilaku yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan
kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind bagi
dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat
keseluruhan..pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik semua
golongan..termasuk pemimpin negeri ini..
TEORI BEHAVIORISTIK
Posted on September 27, 2008 by bilqis
4 Votes
BEHAVIOR THERAPY
A. Konsep Dasar
Konsep dasar yang dipakai oleh Behavior Therapy adalah belajar. Belajar yang dimaksud
adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena kematangan. Teori Belajar yang
dipakai dalam pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan-percobaan tingkah laku dalaam
laboratorium.
Manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah
laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya.
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum
belajar :
1. Pembiasaan klasik
2. Pembiasaan operan
3. Peniruan.
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang
diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil
belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku.
Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau
tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari
lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga
tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
C. Tujuan Konseling
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar
tersebut.
Konselor aktif :
1. Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu
pemecahannya atu tidak
2. Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang
teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
3. Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien
(untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola
hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong
klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment
diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan
tingkah laku yang ingin diubah.
2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
- kemungkinan manfaatnya;
- kemungkinan kerugiannya
- Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling
dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan
kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon
yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah
tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan
dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape
recorder, atau contoh nyata langsung).
Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan
sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun
keuntungan sosial.
Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya
untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang
digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi
kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
Desensitisasi Sistematis
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus
yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan
dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus
yang tidak menyenangkan.
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan
memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada
klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup
atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah
laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa
pujian sebagai ganjaran sosial.
Covert Sensitization
Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi
menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta
membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta
membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum,
sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh
bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta
berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.
Thought Stopping
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh
menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu
dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata “saya jahat!”. Jika klien memberi tanda
sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: “saya jahat!”), terpis
segera berteriak dengan nyaring : “berhenti!”. Pikiran yang tidak karuan itu segera diganti
oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini, hingga dirinya
sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.
Referensi:
Sayekti Pujosuwarno, Dr, M.Pd. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Menara Mas
Offset
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.
Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut:
1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu
perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih
(digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response). Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali
oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Hukum Sikap (Set/Attitude). Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya
ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada
dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
d. Hukum Respon by Analogy. Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada
situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi
yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer
atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang
sama/identik, maka transfer akan makin mudah.
e. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting). Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan
dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara tertahap dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
1. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan, saja tidak cukup untuk memperkuat
hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan stimulus respon belum
tentu diperlemah.
2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan
tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai
antara stimulus dan respon.
4. Akibat suatu perbuatan dapat menular (spread of effect) baik pada bidang lain maupun pada
individu lain.
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
1. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus
yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk
mengeluarkan air liur.
3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung
menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara
terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing
mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya CS,
Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui bahwa
daging yang menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus = Stimulus yang tidak
dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS
= Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur
anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas Skinner
membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner memasukkan tikus yang telah
dilaparkan dalam kotak yang disebut”Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai
peralatan, yaitu tombol, alat pembeli makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur
nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama
tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan
keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dan lain-
lain), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujuim bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, juara 1 dan sebagainya).
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwalvariable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori, Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendiskripsikan siswa menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak
merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan
dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verba maupun fisik seperti : kata-kata
kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan
seperti penggunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata
pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampun yang diperlihatkan
sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan
para siswa; misalnya: penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari, atau
olahraga.
2. Inform leaner of objectives = Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai.
3. Stimulate recall of prerequisite learning = Stimulus kemampuan dasar siswa untuk persiapan
belajar.
7. Provide feedback about correctness = Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang
baik.
9. Echance retention and recall = Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat.
Teori belajar sosial Bandura menunjukkan pentingya proses mengamati dan meniru perilaku,
sikap dan reaksi emosi orang lain. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam, konteks interaksi
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
1. Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat
kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamat (kemampuan indra, minat,
persepsi, penguatan sebelumnya).
3. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal
dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih
baik dengan cara mengkodekan perilaku yang ditiru ke dalam kata-kata, tanda atau gambar
daripada hanya observasi sederhana (hanya melihat saja). Sebagai contoh: belajar gerakan tari
dari instruktur membutuhkan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan
langsung ditirukan oleh siswa pada saat itu juga. Kemudian proses meniru akan lebih terbantu
jika gerakan tari juga didukung dengan penayangan video, gambar atau intruksi yang ditulis
dalam buku.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan, tersebut disukai dan dihargai
dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motivasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka teori
behavior-kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan
penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari
perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal. Sebagai contoh:
penerapan teori belajar sosial dalam iklan televisi. Iklan selalu menampilkan bintang-bintang yang
populer dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya
mempunyai kulit seperti para ”bintang” atau minum obat masuk anginnya ”orang pintar”.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori-teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat
mendasarinya yaitu:
1. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi.
2. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
3. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu.
4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati dan jika terjadi kesalahan
harus segera diperbaiki.
5. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
6. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, rafleks, daya tahan dan sebagainya contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, menggunakan komputer, berenang, olahragam dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Kekurangan Teori Belajar Behavioristi
2. Mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.
3. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan guru.
4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh begavioristik justru dianggap metode
yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
Burhuss Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania.Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa
dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner
mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded
Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama
dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas
Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia
menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun
1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia
menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan,
seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai
buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis
psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus
1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia
Asumsi Dasar
Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya:
PENDAHULUAN
Menurut Skinner penyelidikan mengenai kepribadiahn hanya syah jika memenuhi beberapa criteria
ilmiah. Ia tidak akan menerima gagasan bahwa kepribadian atau personality atau self yang
membibing attau mengarahkan perilaku. Dalam hal ini Skinner membedakan perilaku menjadi dua
yaitu perilaku yang alami dan perikau operan, perilaku alami menurutnya adalahperilau yang
ditimbulkan oleh stimulus yang jelas sedangkan perilaku operan adalah perilaku yan ditimbulkan
stimulus yang tidak jelas atau tidak diketahui tetapi semata – mata dihasilkan oleh organisme itu
sendiri[1]
Bagi Skinner, factor motifasional dalam tingkah laku bukan elemen dari structural dalam situasi yang
sama tingkah laku seseorang bisa berbeda – beda kekuatan dan keseringan munculnya. Hakikat dari
teori Skinner adalah teori belajar bagaiman individu memiliki tingkah laku baru menjadi lebih terampil
menjadi lebih tahu. Skinner meyakinkan bahwa kepribadian dapat dipahami dengan
mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungannya yang terus – menerus dengan lingkungannya
sedangkan cara untuk mengontrol perilaku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement)
suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya
berpeluang tidak terjadi pada masa yang akan datang dari sebagian pengertian diatas merupakan
salah satu cara untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang mendukung dan tidak
mendukung dalam masyarakat. Sehigga dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Burhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 19 04 di kota kecil Pensylvania yaitu
susquenhanna, ayahnya adalah seorag pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang
kuat da keras. Dia selalu berada dalam asuhan dan didikan yang berpola lama dan mementingkan
kerja keras , ia lwbih menyenangi kegiatan diluar rumah dan sangat menikmati kegiatan – kegiatan di
sekolahnya[2]
Pada tahun 1926 Skinner meraih gelar sarjana muda dalam sastra Inggris di Hamilton Collage,New
York ia menulis berbagai cerita pendek dan untuk menulis berbagai surat kabar lokal. Pada tahun
1928 skinner menjalankan kuliahnya kembali pada fakultas psikologi di universitas Harvard dengan
mengkhususkan diri pada tingkah laku hewan. Pada tahun 1931 Skinner mendapatkan gelar Ph.D dan
menghabiskan waktu selama lima tahun untuk bekerja di laboratorium W.J Crozier Di universitas
Minnesota,selama 9 tahun Skinner di sana hidupnya diwarnai oeh produktifitas dan membuatnya
terampil sebagai salah seorang pemimpin behaviorisme yang terkemuka di Amerika Serikat. Pada
tahun 1945 Skinner menjabat sebagai dekan fakultas psikologi universitas Indina dan pada tahun
1948 ia menjadi guru bear di Harvard.
Skinner menerima banyak penghargaan kehormatan ,antara lain Distinguished Scientific Contribution
Award dari The American Psichological association (APA) pada tahun 1958 dan mendapatkan mendali
presiden dalam bidang i;mu pengetahuan dan medali emas dari apa pada tahun 1971.[3] dan pada
tanggal 17 Agustus 1990 B.F Skinner meninggal dunia akibat leukimia dan meninggalkan dua orang
anak, walaupun tidak berhasil sebagai seorang penulis dan penyair sebagai bentuk kreatifitasnya ia
telah berhasil mencetuskan buku yaang sangat terkenal yaitu “Walden II”
2. Pokok -pokok teori Skinner
Sistem yang ditawarkan B.F. Skinner didasarkan pada cara kerja yang menentukan (operan
conditioning).setiap makhluk hidup pasti selalu dla proses melakukan sesuatu
“perilaku yang diikuti oleh stimulus penggugah akan memperbesar kemungkinan dilaukannya
kembali perilaku tersebut di masa-masa berikutnya.
Perilaku yang tidak diikuti oleh stimulus – stimulus penggugah memperkecil kemungkinan
dilakukannya kembali perilaku tersebut di masa – masa berikutnya.”
Menurut Skinner pendidikan mengenai kepribadian hanya sah jikamematuhi kriteria ilmiah
.penyelidikan mengenai kepribadian melibatkan pengamatan yang sistematis dan sejarah belajar yang
khas serta latarbealakng yang unik dari individu .Menurut Skinner individu adalah organisme yang
memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar,individu bukanlah agen penyebab
tingkah laku melainkan suatu point antara faktor – faktor lingkungandan bawaan yang khas serta
secra bersama- sama menghasilkan akibat tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut
.Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku ynag
dipelajari oleh social learning theorist yang tertarik pada modeling modifikasi perilaku .teknik itu
adalah sebagai berikut :[4]
1. Pengekangan fisik ( physical restrains) yaitu kita mengontrol perilaku dengan melakukan
pengekangan secara fisik Contoh,beberapa dari kita menutup mulut untuk menghidari diri dari
menertawakan kesalahan orang.
2. Bantuan fisik ( physical aids) kita mengontrol perilaku dengan melakukan bantuan fisik,
contoh, seorang pengemudi truk minum obat perangsang anti kantuk agar tidak mengantuk saat
mengemudi di perjalanan jauh.
3. Mmengubah stimulus(changing the stimulus conditions) yaitu ketika ada stimulus yang
diinginkan oleh individu,maka stimulus itu diubah dengan stimulus yang lain..contoh, orang yang
berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya.
4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulasing emosional conditions), kita mengubah
emosional yang ada dalam diri kita untuk mengontrol diri ,kita membuat dia sendiri memiliki
suasana hati yang baik sebelum menghadiri pertemuan yang membuat stress agar dapat
menunjukkan perilaku yang tepat.
5. Melakukan respons lain (performing alternative responses), menahan diri dari perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan yang lain,contoh,untuk menahan diri agar kita tidak
menyerang orang yang tidak kita sukai ,kita melakukan tindakan yang tidak berhubungan
dengan pendapat kita tentang mereka.
6. Menguatkan diri secara positif ( positive self reinforcement),contohnya kita memberi hadiah
pada diri sendiri karena mendapat nilai baik dalam ujian.
7. Menghukum diri sendiri ( Se;f Punishment ),seorang menghukum diri sendiri karena gagal
mencapai tujuan yang hendak diinginkan,contohnya,seorang mahasiswa menghukum diri sendiri
karena gagal dengan giat belajar.
2.3 Daftar Penguatan (Reinforcement schedule)
Dalam eksperimen yang dilakukan oleh skinner,penguat tidak selalu diberikan setiap kali binatang
percobaan melakukan tindakan yang dikehendaki ,walaupun demikian perilaku operan masih menjadi
seperti biasa . frekuensi pemberian penguatan atau pegaturan waktu disebu dengan “reinforcement
schedules”. Penguatan yang diberikan pada waktu – waktu tertentu disebut degan partial
reinforcement[5] sebagai contohnya orang tua tidak selama- lamanya bersama dengan orang tuanya
oleh karena itu penguatan positif tidak selalu dapatdiberikan setiap kali anak melakukan tindakan
yang dikehendari, prestasi yang dilakukan oleh anak walupun hanya satu kali akan membuat anak
yang bersangkutan giat untuk berlatih.
Jadwal penguatan bervariasi menurut pemberian conditional stimulus , ada dua kategori
penjadwalan yang dilakukan oleh Skinner yaitu
Fixed ratio Setealh sejumlah tertentu Perilaku terjadi sangat sering lalu pause
penekanan tombol sebentar setelah penguat diberikan
variabel ratio Setelah sejumlah tak tertentu Perilaku yang terjaji dengan frekuensi yang
penekanan tombol cukup tinggi dan konstan
Fixed interval Setelah jangka waktu tertentu Frekuensi perilaku meningkat pada akhir
waktu dan rendah setelah penguat diberikan
Variable Setelah selama jangka waktu Perilaku terjadi dengan frekuensi rendah tapi
interval yang tidak ditentukan kontsan
3.4 Pembentukan ( Shaping )
Salahsatu pertanyaan yang dijawab Skinner adalah baaimana kita memiliki perilaku yang kompleks.
Skinner berusaha menjawab pertanyaan ini dengan ide pemebentukan aau metode perkiraan yang
silih berganti. Pada awalnya ide ini hanya berbentuk perilaku pendorong yang mirip dengan apa yang
kita inginkan samapi perilaku kita tidak sama lagi dengan orang yang biasa dilakukan orang dalam
kehidupan sehari – hari .sehingga metode seperti ini dipakai dalam terapi yang disebut dengan
desensitisasi sistematis ,contohnya ada pada orang yang mengalami fobia terhadap laba – laba, orang
tersebut akan dihadapkan untuk mengamati laba – laba dalam 10 skenario dengan tingkat kepaikan
ang berbeda – beda.dalam scenario yang pertama tingkat kepanikanna sangat rendah misalnya
seorang yang terkena fobia melihat laba- laba kecil dari jarak jauh ,scenario yang kedua naik menjadi
agak sedikit menakutkan dan seterusnya sampai pada tingkat ke – 10 dengan kepanikan yang sangat
menakutkan yaitu ada laba – laba yang menakutkan menghinggapi wjah orang tersebut ketika
mngemudi. Yang dilakukan seorang terapis dalam menerapi adalah memberikan pengajaran an
bagaimana mengendorkan otot –otot pelaku fobia ketika menghadapi situai diatas.
3.5 Stimultan Adversif
Stimultan adversif aalah lawan dari stimultan penguat ( reinforcement) tidak menyenangkan bahkan
menyakitkan .pada eksperiment Siknner jika kita memaksa tikus percobaan untuk melakukan “ X” ia
akan melakukannya secara tidak sempurna ,sehingga definisi ini menggambarkan pengondisian yang
dikenal dengan “hukuman” sebaliknya jika pada eksperimen diata kita tukar simulan aversif setelah
tikus memperlihatkan perilaku tertentu maka ini disebt dengan pengaan negative. Ketentuan dalam
teori ini adalah
1. perilaku ynag diikuti oleh stimulant aversif akan memperkecil diulanginya perilaku tersebut
pada masa selanjutnya
2. perilaku yang diikuti oleh penghilangan stimultan aversif akan memperbesar
kemungkinan diulanginya perilaku yang sama dimasa selanjutnya
Modifikasi perilaku atau yang disebut dengan B- Mod adalah teknik terapi yang didasarkanpada karya
– karya Skinner . Cara kerjanya sangat sederhana yaitu menghilangkan perilaku yang tidak diingini
( dengan cara menghilangkan penguat ) dan menggantinya dengan perilaku yang dihasrati dengan
penguat. Teknik ini banyak digunakan di lembaga – lembaga seperti rumah sakit rumah sakit jiwa,
panti untuk remaja bermasalah dan penjara, dan ditandai dengan adanya aturan – aturan tertentu
yang berlaku disebuah intitusi secara eksplisit dan mereka ang menaati akan dihadiahi,tetapi ini tidak
nberlaku secara terus – menerus , ada tenggang waktu untuk memberikan hadiah itu.
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan factor penting dalam belajar. Ia
berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, dan mengontrol tingka laku. Pada teori ini guru
memberikan penghargaan pada anak yang mempunyai nilai tinggi berupa hadiah sehingga anak akan
lebih rajin dan menghukum anak yang mempunyai nilai kurang dengan tugas belajar yang lebih
banyak. Dapat dimengerti bahwa teori ini juga termasuk teori operan conditioning yang berarti bahwa
suatu prosis perilaku operan yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kmbali atau
menghilang sesuai keinginan. Untuk itu Skinner mempunyai Prinsip belajar skinner adalah sebagai
berikut.[6]
Setiap orang akan memiliki kepribadian yang berbeda – beda tergantung pada proses dari
lingkungannya ,seorang yang dibesarkan pada lingkungan yang baik akan memungkinkan untuk
memiliki perilaku yang baik , sebaliknya seseorang yang dibesarkan padaa lingkungan yang jelek akan
memperoleh pengalaman kepribadian yang jelek, dalam membentuk kepribadian terdapat stimultan
adversif tertentu untuk membentuk keprinbadiannya. Dan pengalaman yang diperoleh tergantung
pada individu dan stimultan pada lingkungan itu.
Kita sebenarnya hidup dalam kebetulan ,kita kebetulan dilahirkan di keluarga baik – baik, teman yang
baik dan guru yang baik yang mendukung kita di zaman sekarang penggugah – penggugah yang
mendorong kita untuk berperilaku baik atau buruk kacau balau dan berada diluar control kita, oleh
karena itu kita harus mendesain kebudayaaan kita sedemikian rupa dimana orang – orang yang baik
mendapat imbalan atau hadiah sementara orang yang jahat dikucilkan.
Dalam teori Skinner perilaku oeran memilik kedudukan yang sangat penting disamping itu terdapat
penguat (reinforcement) yang sangat penting dalam menyeleseikan aktifitas ,ketika kita merasa
malas dalam melaksanakan aktoftas kita dpat melakukan control diri daengan cara menghukum diri
,atau yang laiinya dan jika kita berhasil dalam menyeleseikan aktifitas kita memberi penghargaan pad
diri sendiri
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengekangan fisik
2. bantuan fisik
3. mengubah kondisi stimulus
4. memanipulasi kondisi emosional
5. melakukan respon lain
6. menguatkan diri secara positif
7. menghkum diri sendiri
Reinforcement schedule adalah frekuensi emberian penguatan atau pengaturan waktu
1. Fixed Ratio
2. Fixed Interval
3. Variabel Ratio
4. Variabel Interval
Pembentukan (shaping) adalah dalam teori Skinner,untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita
memiliki perilaku yang kompleks. Metode ini dipakai dalam terapi yang disebut dengan desensitisasi
system ,contoh pada penderita autis
Stimulus Adversif adalah lawan dari stimultan penguat sesuatu yang tidak menyenangkan atau
bahkan menyakitkan, Ketentuan dalam teori ini adalah
1. perilaku ynag diikuti oleh stimulant aversif akan memperkecil diulanginya perilaku tersebut
pada masa selanjutnya
2. perilaku yang diikuti oleh penghilangan stimultan aversif akan memperbesar
kemungkinan diulanginya perilaku yang sama dimasa selanjutnya
Modifikasi perilaku dilakukan dengan cara menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan (penguat)
dan mengganti perilaku ynag dihasrati dengan penguat.dan diterapkan pada lembaga – lembaga
seperti rumah sakit, panti anak remaja bermasalah dan aturan –aturan tersebut ditulis secara eksplisit
Setiap orang akan memiliki kepribadian yang berbeda – beda tergantung pada proses dari
lingkungannya ,seorang yang dibesarkan pada lingkungan yang baik akan memungkinkan untuk
memiliki perilaku yang baik , sebaliknya seseorang yang dibesarkan padaa lingkungan yang jelek akan
memperoleh pengalaman kepribadian yang jelek, dalam membentuk kepribadian terdapat stimultan
adversif tertentu untuk membentuk keprinbadiannya. Dan pengalaman yang diperoleh tergantung
pada individu dan stimultan pada lingkungan itu.
Kita sebenarnya hidup dalam kebetulan ,kita kebetulan dilahirkan di keluarga baik – baik, teman yang
baik dan guru yang baik yang mendukung kita di zaman sekarang penggugah – penggugah yang
mendorong kita untuk berperilaku baik atau buruk kacau balau dan berada diluar control kita, oleh
karena itu kita harus mendesain kebudayaaan kita sedemikian rupa dimana orang – orang yang baik
mendapat imbalan atau hadiah sementara orang yang jahat dikucilkan.
Dalam teori Skinner perilaku operan memilik kedudukan yang sangat penting disamping itu terdapat
penguat (reinforcement ) yang sangat penting dalam menyeleseikan sebuah aktifitas ,ketika kita
merasa malas dalam melaksanakan aktoftas kita dpat melakukan control diri daengan cara
menghukum diri ,atau yang laiinya dan jika kita berhasil dalam menyeleseikan aktifitas kita memberi
penghargaan pad diri sendiri
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada
awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap
para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya
dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal
dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku
ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan
Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan
dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam
teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh
baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli
psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi
mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran.
Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini
dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan
pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang
betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.
A. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman danpemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka.
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis,menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon,menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkanperanan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya
perilaku yangdiinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
lakumanusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement
darilingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antarareaksi-
reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan iniberpandapat
bahwatingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dantingkahl laku adalah hasil
belajar.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia
adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor
lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka
Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa
yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk
yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari
penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman.
Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan
behaviorisme.
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan
betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan
yang relevan
Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat
sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh
kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik
yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang
dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat
dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada
dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme,
secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain: teori Connectionism, Classical Conditioning,
Contiguous Conditioning, serta Descriptive Behaviorismeatau yang lebih dikenal dengan
nama Operant Conditioning.
b. Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
c. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
Teori pelaziman klasik Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan
stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini
terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan. Pavlo mengadakan
percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat
sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan
sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.
Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar
menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan
pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan
penentuan pribadi dihiraukan.
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep
belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam
proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada
maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang
menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori
Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang
berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang
berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu,
sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran
orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi “mentalistik”.
1. Carlk L. Hull
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement
bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor. Dalam mempelajari hubungan S-R
yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O
(organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya
dapat dilihat pada faktor R yang berupa output
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang
disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama
(Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar
hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan
respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya penulis akan membahas teori
kondisioning operan pada bagian berikut ini.
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-
R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah
memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus
terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang
terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme
berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan
atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan
begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson.
Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus
penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu
dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons
atau tingkah laku operan.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam
kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di
bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat
di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan
Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa
suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah
dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif,
ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan
probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku.
Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).
A.Penguatan positif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid menyela guru Guru mengajar murid langsung Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan
tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin
tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (S D)-(R)-(R Reinsf).
Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”.
Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan
lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah
membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara
seksama.
Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar
yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian
penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan
studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan
yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa
yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif
dan negative, dan penguat umum.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.
e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwal variable rasio reinforce
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
j. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku
manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang
diharapkan yaitu:
Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan
agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan
untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah
diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti
pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku
tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…
maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah
murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan
kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti
mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka
anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal
penguatan utama adalah
respon.
diperidiksi.
waktu akan diperkuat.
d. Menggunakan Perjanjian. Perjanjian (contracting)
adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak
bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis
perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid.
Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan
kemudian diberi tanggal.
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan
stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu
diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru
menggunakan penguatan negatif.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu
diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang
baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
b. Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah
bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil
bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku
kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman
akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah
satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan
merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata
kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan setelah mengkaji teori belajar B.F Skinner adalah
sebagai berikut:
1. Beberapa unsur dasar dalam teori operan kondisioning Skinner dijelaskan pada tabel
berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown
and Company
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and
Bacon
B.F. Skinner and radical behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
http://www.scribd.com/doc/21251076/TEORI-BEHAVIORISME
http://asnaldi.multiply.com/journal/item/
http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
http://made82math.wordpress.com/