You are on page 1of 10

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

KERAGAMAN PERSEPSI TERHADAP ARSITEKTUR


(J.F. Hamah Sagrim)

Arsitektur merupakan kata yang familiar bagi masyarakat. Namun apakah masyarakat paham
apa yang disebut arsitektur? Dan sejauh mana pemahaman mereka mengenai arsitektur? Pertanyaan-
pertanyaan tesebut memang bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Tulisan ini pun tidak akan
benar-benar menjawab semua hal tersebut. Tulisan ini akan lebih banyak membahas mengenai
perbedaan pandangan yang ada di masyarakat mengenai pemahaman mereka tentang arsitektur.
Sebelum sampai ke pembahasan mengenai arsitektur itu sendiri, saya akan sedikit membahas
mengenai asal mula arsitektur. Dari sumber yang saya baca, asal mula arsitektur dapat dipahami
dengan baik bila orang memilih pandangan yang lebih luas dan meninjau faktor-faktor sosial budaya,
dalam arti seluas-luasnya, lebih penting dari iklim, teknologi, bahan-bahan dan ekonomi (Catanese &
Snyder, 1991). Rapoport (dalam Catanese & Snyder, 1991) juga mengungkapkan bahwa arsitektur
bermula sebagai tempat bernaung. Oleh karena itu banyak anggapan di masyarakat bahwa arsitektur
adalah sesuatu yang berhubungan dengan bangunan sebagai tempat tinggal.
Dalam buku itu pun Rapoport mengungkapkan bahwa arsitektur telah ada sebelum arsitek
pertama, yang biasa dianggap sebagai perancang piramida berbentuk tangga di Mesir. Dari
penjelasannya dapat diambil kesimpulan bahwa pada awalnya arsitektur memang lebih terkait kepada
bangunan, terutama bangunan untuk tempat tinggal yang masih banyak dipengaruhi oleh adat,
sehingga pembuatannya banyak memasukkan unsur adat. Kemudian dengan semakin majunya zaman,
maka hasil karya arsitektur semakin bermacam-macam bentuknya. Dan cakupannya pun semakin
lebih luas, tidak hanya pada bangunan saja. Pendefinisian mengenai arsitektur pun akhirnya semakin
kompleks.
Dalam mendefinisikan arsitektur, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Sudah
banyak buku yang membahas mengenai topik tersebut dan sudah banyak pula perdebatan yang
dilakukan untuk membahasnya, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menjawab dengan pasti what is
architecture? Hal tersebut disebabkan karena begitu kompleksnya arsitektur. Berikut ini beberapa
definisi mengenai architectur dari beberapa acuan:
Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan.
Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka
architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan
hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.
Menurut kami, kata arsitektur mempunyai pengertian lain dengan dua kata yang tidak begitu
berbeda pula, yaitu: arch = Seni. Esensi lain yang tersirat dalam makna Seni adalah; Budaya, Filosofi,
Makna, Kaidah dan Nilai. dan techture = Warna. Esensi lain yang tersirat pada makna Warna
adalah; Fariasi, Aliran, Bentuk, Makna, Nilai dan wujud.
Menurut O’Gorman (1997) dalam ABC of Architecture, arsitektur lebih dari sekedar suatu
pelindung. Arsitektur bisa jadi merupakan suatu wujud seni, namun memiliki perbedaan, yaitu
arsitektur menggunakan seni sebagai sesuatu yang penting untuk digunakan sebagai interior.
Menurut Le Corbusier: ”architecture is the masterly, correct and magnificient play of masses
seen in light. Architecture with a capital A was an emotional and aesthetic experience”. Beberapa
1
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

definisi arsitektur di atas menunjukkan bahwa ada banyak pendapat yang berbeda mengenai
pengertian arsitektur. Pendefinisian itu bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang berkecimpung
di bidang arsitektur saja. Masyarakat awam yang mengalami hasil dari arsitektur itu pun memiliki
pemahaman sendiri mengenai arsitektur.
Pada masyarakat awam, mereka lebih memahami arsitektur sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan merancang bangunan. Oleh karena itu seringkali mereka mengaitkan arsitektur dengan
bangunan dan tempat tinggal. Sebenarnya pemahaman mereka tidak salah, hanya saja masih belum
tepat, karena arsitektur mencakup banyak hal tidak hanya merancang bangunan. Dan arsitektur pun
dapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti arsitektur sebagai sebuah simbol, arsitektur sebagai
sebuah ruang, dan sebagainya. Akan sulit memang bagi mereka untuk dapat memahami arsitektur
dengan benar-benar tepat, karena seperti yang saya ungkapkan pada paragraf sebelumnya, arsitektur
merupakan sesuatu yang kompleks. Bahkan bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur
pun belum tentu dapat mendefinisikan arsitektur dengan tepat, meskipun mungkin mereka sudah lama
berkecimpung di bidang tersebut.
Bagi orang yang berkecimpung di bidang arsitektur umumnya pemahaman mereka mengenai
arsitektur berbeda dengan masyarakat awam. Mereka pun umumnya lebih dapat memandang
arsitektur secara luas dan lebih terbuka. Banyak dari mereka yang berpendapat bahwa arsitektur
merupakan bagian dari kehidupan, yang mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan
dekat dengan manusia. Konsep tersebut lebih dikenal sebagai konsep Architectural Everyday. Dan
karena arsitektur berhubungan dengan yang ada di sekitar dan dekat dengan kehidupan manusia, maka
arsitektur berhubungan pula dengan ruang dan perasaan. Oleh karena itu arsitektur tidak selalu hanya
bangunan, apa pun bisa saja merupakan suatu bentuk arsitektur, contohnya musik. Mungkin bagi
masyarakat awam akan heran bila mendengar hal tersebut. Mereka mungkin akan bertanya, ”mengapa
musik bisa menjadi bagian dari arsitektur?”
Untuk menjawab hal tersebut, Rasmussen (1964) dalam Experiencing Architecture
mengemukakan bahwa arsitektur bukan hanya yang dapat dilihat dan diraba saja, yang didengar dan
dirasa pun merupakan bagian dari arsitektur. Melalui pendengaran kita dapat menggambarkan sesuatu
yang berhubungan dengan bentuk dan material. Pendengaran pun dapat mempengaruhi perasaan
seseorang. Pada musik, di dalamnya ada irama yang dapat membawa suasana hati seseorang. Dan
dengan mendengarkan irama tersebut muncul interpretasi yang mungkin akan berbeda antara orang
yang satu dengan yang lain. Interpretasi itu secara tidak langsung akan mengarah ke suatu kualitas
ruang. Meskipun hasil interpretasi tersebut bersifat maya, namun jika sudah dapat
menginterpretasikan sebuah kualitas ruang , berarti sebenarnya secara tidak sadar kita sudah
membentuk sebuah ruang di alam bawah sadar kita. Hal itu sama seperti arsitektur pada bangunan
yang real, yang di dalamnya ada ruang dan memiliki kualitas ruang. Maka dari itu musik juga
merupakan bagian dari arsitektur.
Selain musik, masih banyak hal lain di sekitar kita yang merupakan bagian dari arsitektur, baik
yang sifatnya maya maupun nyata. Namun Paul Shepheard (1999), mengungkapkan bahwa
architecture is not everything, Ia mengatakan, “So when I say architecture is not everything. I mean
that there are other things in life and simultaneously. I mean that there are things that are not
architecture, but which fit round it so closely that they help to show it is“.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa di sekitar kita ada yang merupakan arsitektur ada
pula yang bukan. Dan keduanya berada bersamaan, sehingga seringkali kita sulit untuk membedakan
2
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

antara keduanya. Contohnya rambu lalu lintas berupa penunjuk jalan. Apakah itu bentuk arsitektur
atau bukan? Tentu akan ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut, karena memang tidak ada
ketentuan khusus dan pasti antara keduanya.
Pada masyarakat awam, umumnya mereka menganggap rambu tersebut bukan bentuk arsitektur.
Namun tidak menutup kemungkinan orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun ada
yang berpendapat demikian. Mereka umumya menganggap bahwa rambu yang merupakan sebuah
tanda hanyalah berarti sebagai sebuah tanda biasa. Namun, bagi beberapa orang lain mereka tidak
setuju dengan pendapat tersebut. Menurut mereka tanda merupakan bagian dari arsitektur, maka dari
itu disebut sebagai bentuk arsitektur. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Derrida
pembahasannya mengenai deconstruction, yang lebih menyangkut pembahasan mengenai text.
Menurutnya, text (tanda) bukan merupakan instansi independen, setiap tanda menunjuk pada tanda-
tanda lain. Dan keberadaan tanda berhubungan dengan ada dan hadirnya sesuatu. Dalam konteks ini,
tanda tersebut adalah rambu yang menunjuk kepada keberadaaan yang lain, yang akhirnya akan
membentuk suatu jaringan. Dan hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, karena dalam arsitektur
pun tidak ada sesuatu yang bisa berdiri sendiri, semuanya saling berhubungan, bahkan dapat
membentuk sebuah jaringan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, arsitektur berhubungan dengan sesuatu yang ada di sekitar
manusia dan erat kaitannya dengan kehidupan manusia, baik maya maupun nyata. Dan terkadang, kita
sulit untuk dapat membedakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur tidak bisa dilepaskan
dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wigglesworth
dan Till (1998), “issue of Architectural Design attempts to capture the fragility of that distorted
reflection, where image and reality blur”. Lebih lanjut Wigglesworth dan Till juga mengungkapkan :
“we explicitly acknowledge the everyday as a productive context for the making, occupation, and
criticism of architecture”.
Sesuatu yang merupakan suatu bentuk arsitektur pun bisa jadi merupakan sesuatu yang tidak
kita sadari, tapi dekat dengan kehidupan kita, contohnya mengenai ugly and beauty. Banyak diantara
kita yang menganggap kedua hal tersebut sebagai suatu keadaan yang memang ada dalam kehidupan,
tapi bukan sebagai bentuk arsitektur. Ternyata pandangan mereka salah, kedua hal tersebut merupakan
bagian dari arsitektur, tepatnya lebih kepada sense. Meskipun kedua hal tersebut sifatnya relatif,
namun dalam arsitektur rasa akan sesuatu sangat penting artinya. Terutama bila hal tersebut
berhubungan dengan sesuatu yang akan dihasilkan oleh seorang arsitek.
Dari semua pembahasan di atas menunjukkan bahwa arsitektur merupakan sesuatu yang
kompleks, mulai dari asal mulanya sampai dengan definisinya. Dan dalam arsitektur subjektifitas
memang menjadi sesuatu yang sering terjadi. Bahkan dalam pendefinisian mengenai arsitektur itu
sendiri pun pandangan subjektif dari tiap orang menjadi penting, maka dari itu sulit untuk dapat
benar-benar mendefinsikan arsitektur. Dan seperti yang sudah dijelaskan juga, arsitektur memang
memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan kehidupan manusia. Dan hal tersebut jarang disadari
oleh kita, sehingga wajar jika banyak yang beranggapan bahwa arsitektur hanya sekedar merancang
bangunan, sementara di luar itu bukan merupakan bentuk arsitektur. Oleh karena itu kita perlu
berpandangan terbuka jika ingin memahami arsitektur dengan baik.
Menurut kami, arsitektur merupakan intepretasi akal sadar manusia tentang kenyamanan.
Manusia mulai menciptakan arsitek baginya sebagai tempat bernaung yang memberikan kenyamanan.
Dalam berbagai macam persepsi tentang arsitektur, kami melihat arsitektur menurut pandangan lain
3
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

bahwa, arsitektur itu tergolong sebagai sesuatu yang rasional dan Empiris. Berangkat dari kedua
pandangan ini sehingga kami coba menspekulasi Teori Rasionalisme dan Teori Empirisme menjadi
Teori Rasionansi Arsitektur dan Teori Empirisme Arsitektur dalam mempelajari Arsitektur. Kedua
Teori yang dispekulasi tersebut, memiliki pandangan yang sesuai dan pasti untuk dipergunakan
sebagai bagian daripada teori arsitektur.
Kedua Teori spekulasi ini, berpandangan bahwa, arsitektur sebagai tempat atau ruang yang
diciptakan bagi ketenangan, kenyamanan, dan strategi, Menurut Rasionansi Arsitektur. Sedangkan
Empirisme Arsitektur berpandangan bahwa, Pemikiran tentang arsitektur tidak dibawa oleh manusia
semenjak lahir, melainkan melalui proses hidup sebagai pengalaman. Kita akan melihat uraian kedua
Teori Spekulatif ini secara bersama.
1. Rasionansi Arsitektur
Rasionansi Arsitektur. Merupakan teori spekulatif dari pemikiran rasionalisme, yang
sengaja diusulkan sebagai suatu teori baru. Bahwa arsitektur merupakan gerakan rasionalis, yang
dapat kita jadikan sebagai suatu dokrtin yang menyatakan bahwa suatu bentuk arsitektur haruslah
ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta. Oleh karena itu,
kami memberikan predikat namanya dengan Rasionansi Arsitektur. Nama tersebut sesuai dengan
Predikat Pemikirannya, yaitu bahwa Rasionansi Arsitektur mempunyai kemiriban dari segi
ideologi dan tujuan. Dalam hal pemikiran Rasional, arsitektur bertujuan sebagai sebuah wahana
bagi kehidupan, baik kelompok maupun tunggal, dan pemikiran ini cukup beralasan logis.
Rasionansi Arsitektur mengatakan bahwa, arsitektur sebagai tempat atau ruang yang
diciptakan bagi ketenangan, kenyamanan, dan strategi. Pendapat lain daripada Aliran pemikiran
Rasionansi Arsitektur bahwa, arsitektur tidak memilih manusia, namun sebaliknya, bahwa yang
memilih dan menciptakan arsitektur adalah Manusia. Rasionansi Arsitektur tidak mengklaim
bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Karena, Arsitektur
dapat diterapkan secara lebih umum dan lebih khusus. Tergantung yang membutuhkannya.
Teori Rasionansi Arsitektur ini dapat dijadikan sebagai teori arsitektur dalam terapan umum
dan terapan khusus dalam berarsitektur. Mengapa demikian? Karena Teori Rasionansi Arsitektur
mengatakan bahwa, arsitektur tidak dibutuhkan hanya sekedar sebagai tempat tinggal, melainkan
arsitektur sebagai Nilai, Kaidah, dan Simbol (simbol Kejayaan bangsa, Simbol Kejayaan Negara,
simbol Kejayaan suku, simbol agama, simbol adat istiadat, dan lain sebagainya), sehingga aliran
teori Rasionansi Arsitektur menganggap, segala sesuatu itu memiliki ide dan membutuhkan
kenyamanan. Rasionansi Arsitektur juga mengatakan bahwa, Arsitektur tidak sebagai sesuatu
yang umum saja, tetapi juga sebagai sesuatu yang pribadi, yaitu arsitektur sebagai nilai individu,
Kaidah individu, simbol indidvidu, (simbol kemampuan seseorang, simbol kebesaran seseorang,
arsitektur menjadi sebab stratifikasi. dll) karena Teori Rasionansi Arsitektur menempatkan
dirinya pada posisi yang holistik juga khusus, sehingga ia dapat diterapkan secara umum dan
khusus. oleh karenanya, Teori Rasionansi Arsitektur sebagai sesuatu yang pemikirannya
berkaitan dengan Manusia secara umum, perorangan (Individu), Kelompok dan juga berkaitan
dengan objek kaku seperti Gedung, Kota, Jalan, Pelabuhan. Dll. Inilah pemikiran daripada Teori
Rasionansi Arsitektur yang coba kami ketengahkan dari spekulasi Pemikiran Rasionalisme untuk
dipakai sebagai suatu teori dalam berarsitektur.

4
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

2. Empirisme Arsitektur.
Empirisme Arsitektur. Merupakan suatu teori baru yang diusulkan sebagai aliran dalam
pemikiran berarsitektur. Teori ini menganut pemikiran Empiris, yang mana Teori ini menyatakan
bahwa, semua pengetahuan tentang arsitektur itu berasal dari pengalaman manusia. Pemikiran
tentang arsitektur tidak dibawa oleh manusia semenjak lahir, melainkan melalui proses hidup
sebagai pengalaman. Dengan pemikiran demikian, maka predikat nama daripada Teori ini disebut
Teori Empirisme Arsitektur.
Berangkat dari Spekulasi pemikiran empirisme, sehingga muncullah teori Empirisme
Arsitektur ini. Teori Empirisme Arsitektur berpendapat bahwa, manusia ketika melakukan segala
sesuatu yang berkaitan dengan arsitektur, mereka terlebih dahulu mendapatkan inspirasi dari
hidup sebagai suatu pengalaman yang mendorong pemikiran mereka untuk berencana, bergerak,
mendesain, dan membuktikan semua rencana itu secara nyata. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa, arsitektur merupakan sesuatu yang lahir dari pengalaman empirik. Inilah
aliran utama dalam pemikiran Teori Empirisme Arsitektur yang coba kami ketengahkan dari
spekulasi teori Empirisme untuk dijadikan sebagai sebuah teori dalam berarsitektur.
Walaupun kelihatannya pemikiran kedua Teori ini sebagai spekulasi Teori, namun keduanya
memiliki nilai aksiomatika, yang mana terdapat arah pemikiran dan pandangan penting dalam
memaknai dan membaca serta mempelajari arsitektur secara beralasan dan logis.
Disadari bahwa, betapa pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik. Kita tidak boleh
terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Menurut Kami:
"Praktik dan teori adalah Pangkal arsitektur. Bukti arsitektur sebagai hasil elaborasi pemikiran
dan kreasi. Didalam berpikir dan berkreasi, pasti muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan kreasi, pertanyaan-pertanyaan itu lalu dijawab oleh pemikiran. Ketika persoalan itu dapat
diselesaikan, maka merupakan suatu pengalaman dalam berkreasi. Dengan demikian maka
pemikiran tersebut akan tetap dipertahankan sebagai jalan atau pola utama dalam berkreasi.
Pemikiran ini akhirnya dijadikan sebagai suatu teori. Dengan demikian bahwa, arsitektur atau
segala perilaku dan kreasi manusia, merupakan hasil dari teori dan praktik. Tanpa teori praktik
tidak berjalan dengan sempurna, begitupun sebaliknya bahwa tanpa praktik, teori tidak berguna.
Praktik adalah tindaklanjut daripada khayalan, Rencana, Rancangan, Angan-angan, yang
berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau penkerjaannya dengan tangan, dalam
proses konversi suatu kreasi bentuk dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran
beralasan yang menjelaskan proses konversi suatu kreasi menjadi hasil akhir sebagai jawaban
terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat
menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang
berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang
arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan
kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".

5
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi, P. 1979. Beberapa patokan perencanaan bangunan candi. Yogyakarta: Universitas gajah Mada,
Disertasi, Fakultas Teknik, 1984. Apa yang Terjadi Pada Arsitektur Jawa. Yogyakarta: Lembaga
Javanologi. Dakung, S. 1981. Arsitektur tradisional daerah Istimewa Yogyakarta. Proyek
Inventarisasi
dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.
Eliade, M. 1959. The Sacred and the Profane.The nature of the religion. Diterjemahkan oleh
Willard R.Trask.A. New York: Harvest Book, Harcourt, Brace& World,Inc.
Hamzuri, ......., Rumah tradisional Jawa. Proyek Pengembangan Permusiuman DKI. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan kebudayaan.
Ismunandar, K.R. 1986. Joglo,Arsitektur rumah tradisional Jawa. Semarang: Dahara Prize. Lombard, D.
1999. Nusa Jawa: Silang budaya, warisan kerajaan-kerajaan konsentris.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Munitz, M.K. 1981. Space, Time and Creation: Philosophical aspects of scientific cosmology.
New York: Dover.
Priyotomo, J. 1984. Ideas and forms of Javanese Architecture. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Santosa, R.B. 2000. Omah, membaca makna rumah Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Selosumarjan. 1962. Social changes in Yogyakarta. Ithaca: Cornell University Press.
Suseno, M.F. 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Setiawan, A.J. 1991. Rumah tinggal orang Jawa;Suatu kajian tentang dampak perubahan wujud arsitektur
terhadap tata nilai sosial budaya dalam rumah tinggal orang Jawa di Ponorogo. Jakarta:
Universitas Indonesia, Tesis.
Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),
Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architecture
of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.
Fausch, D. (1997). Ugly and Ordinary: The Representation of the Everyday . Dalam Harris, S. dan
Berke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of the
Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
Lefebvre, H. (1997). The Everyday and Everydayness. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.),
Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
Catanese, A. J. & Snyder, J. C. (1991). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit Erlangga
O’Gorman, J. F. (1997). ABC of Architecture. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.
6
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

Rasmussen, S. E. (1964). Experiencing Architecture. Cambridge: The MIT Press.


Shepheard, P. (1999). What is Architecture? Cambridge: The MIT Press.
Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.
Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),
Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architecture
of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.
http://juanfranklinsagrim.blogspot.com
http://www. Hamah.socialgo.com
Google terjemahan bebas, tentang kebudayaa, arsitektur, kota.

7
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

TENTANG PENULIS

Juan Frank Hamah Sagrim, Lahir di lembah perbukitan Hamah Yasib,


Kampung Sauf, Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada
06 April 1982. Ayah Nixon Sagrim (alm) dan Ibu Marlina Sagrim/Sesa.
Orang tua bekerja sebagai Penginjil di lingkungan Klasis GKI Maybrat,
dan tenaga Medic Klasis GKI Maybrat. Hamah adalah anak Kedua dari
empat Bersaudara, (Jeremias, Daud Itas, dan Desi Sah Bolara).
Pendidikan: SD Bethel Sauf, SLTP N1 Ayamaru, SMA YPK 1
Ebenhaezer Sorong. Melanjutkan Kuliah di Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya “ITATS” Jurusan Teknik Arsitektur, pindah dan
Melanjutkannya di Universitas Widya Mataram Yogyakarta, 2006, pada
Jurusan yang sama. Aktivitas Ekstra: Menjadi Tutor Pelatihan Mengetik
10 jari bersama Missionaris Jerman Tn. Hesse dkk. Di wilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, Tehit, thn.2000. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Papua se-
Jawa timur Surabaya, 2004, Menjabat Ketua Ikatan Mahasiswa Papua se-
Jawa Timur 2005. Anggota Ikatan Arsitektur Asia Pacific 2003. Anggota Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia (GMNI) 2004. Team Perumusan Metode Belajar Mengajar Nusantara bersama
Dirjen Pendidikan Tinggi RI 2006. Menjabat Koordinator Mahasiwa Arsitektur Asia Pacific Rayon II
Indonesia Bagian Tengah DIY 2006-2008. Anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
2008. Menjabat Ketua Asrama Mahasiswa Papua 2008. Menjabat Direktur Program Lembaga Study
Papua (LSP) 2007-2008. Anggota Luar Biasa University Harytake program UNESCO 2007-2008.
Menjabat Sekretaris Umum Lembaga Intelektual Tanah Papua 2009-sekarang. Peneliti Tamu bidang
lintas Budaya (researcher of cross culture) pada Yayasan Pondok Rakyat (YPR) DIY 2008-2009.
Civitas Yayasan STUBE-hemat Yogyakarta 2007-sekarang. Tenaga Pengarah kerja pada
perkumpulan seniman rantau di Yogyakarta 2009-sekarang. Agen Informan GRIC dan Pax Roman
2008-2010. Anggota International Working Group (IWG) for Asia Africa to Globalization 2009-
sekarang. Staf Ahli pada Team Peneliti dan Pemerhati Arsitektur Tradisional Nusantara UWMY,
2010. Peneliti Lepas dan Penulis. Ketika Menulis Buku ini, masih aktif Sebagai Mahasiswa
Universitas Widya Mataram Yogyakarta. Berkeinginan besar sebagai Peneliti dan Ilmuwan Muda.

Beberapa Karya Tulis adalah:

• Makalah Ilmiah “ Kajian Tentang Keterkaitan Seni Budaya


Etnic Negro Melanesoid Papua Dan Negroid Afrika”, 2009.
“Karya ini merupaka karya yang luarbiasa baginya daripada karya yang lain”

Karya yang sudah diterbitkan adalah:


8
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

HISTORY OF GOD IN TRIBALS RELIGION


KISAH TUHAN DALAM AGAMA SUKU
RAHASIA THEOLOGIA TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA
Wiyon-wofle
DIPARALELKAN DENGAN ALKITAB

Beberapa karya Tulis yang belum diterbitkan adalah:


1. Arsitektur Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Papua “Halit-Mbol Chalit” dalam
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Dengan Usulan Konsep Desain dari Bentuk Tradisional
ke Bentuk Moderen. “sebagai suatu kajian ethno arsitektur”.
2. Sistem Kepemimpinan dan sistem Politik tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat “Ra Bobot-Na
Bobot-Big Man” dan Pengaruh Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, Terhadap Lingkungannya .
3. Menyelamatkan Hutan Adat Papua Sebagai Suplai Oksigen Terbesar Dunia, dengan usulan
konsep dan rekomendasi agar dalam pernyataan Protokol Kyoto mencanangkan pola penanganan
tata laksana lingkungan hidup untuk mengatasi Global warming dengan sistem communal.
4. Mengapa Orang Papua Diprediksikan akan Punah Pada tahun 2030?
5. Tata Bahasa Maybrat. Disusun Dalam Bahasa Indonesia – Inggris –Maybrat.
6. Penuntun Untuk Berpikir Bijaksana “The Bigest Thingking”.
7. Bamboo in the socio cultural living society of Java - Kegunaan Bambu dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat Jawa
8. Teori Arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat
9. Pengaruh Arsitektur Terhadap Fenomena Lingkungan Alam
10. Pendidikan Tradisional Wanita Maybrat, Imian, Sawiat - “Finya mgiar”.

Kini sedang mempersiapkan penyusunan buku barunya, yaitu:


1. ENCYCLOPEDIA ADAT ISTIADAT BUDAYA MAYBRAT
2. KAMUS BAHASA MAYBRAT

Makalah-makalah kajian lain adalah:


1. Menguak Imunity Rasial Diskriminasi Terhadap Orang Papua (Makalah Konferensi Asia-
Afrika) disampaikan pada “International Conference of 55 th. Asia – Africa Sustainabelity”,
Thaksin University-Mindanao, Moro, Philipines; March, 2009; UI Depok Jakarta, Oktober, 2009.
2. Benturan budaya lokal negara non kapitalisme dengan budaya global negara kapitalisme
(Makalah Simposium) – disampaikan pada “Simposium nasional”. Kebudayaan dan
keeksistensian local wosdom sebagai tatanan bangsa, UGM, Yogyakarta, Juni, 2008.
3. Pandangan Kontemporer Papua tentang keindonesiaan (Makalah Dialog) - disampaikan pada
“Dialog Nasional, Ketahanan Negara”, UC UGM, Yogyakarta, July, 2010.
4. Usaha Melepaskan Papua Dari Cengkeraman Asing (Makalah Seminar Nasional)- disampaikan
pada “ National Seminary”, UPI Bandung, September, 2009.
5. Penyusunan Metode Belajar Mengajar Nusantara Bersama DIKTI, (Makalah Pembelajaran,
Student Equity), Quality Hotel Yogyakarta April, 2006.

9
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

6. Peran Pemuda Dalam Memajukan Bangsa (Makalah Dialog), disampaikan dalam “Dialog
Pemuda Nasional Regional II Indonesia Bagian Tengah”, Gedung Negara Gubernur Yogyakarta,
Oktober, 2006.
7. Apa Peran Gereja di Tengah Pergolakan Umat Manusia di Tanah Papua (Makalah Diskusi),
disampaikan dalam “Saresehan LITP”, Pogung Rejo Yogyakart, September, 2010.
8. SAVING EARTH’S HAS INTEGRAL LIFE SYSTEM: Can Asian-African Visions Rescue
Biodiversity from the West-born Globalization? (Makalah Konferensi) disampaikan dalam
“Comemoration 55th. Asia-Afrika Conference”, Yogyakarta Indonesia, October, 25-27, 2010 -
Rabat Moroco 23-25 Nopember, 2010.
9. Indegenous People In Papua and Asia Religion: DIVERSITY IN GLOBALIZED SOCIETY.
(Makalah Konferensi) disampaikan dalam “The Role of Asia and Africa for a Sustainable
World 55 Years after Bandung Asian-African Conference 1955. Asia – Africa Summit,
Yogyakarta-Molucas Nopember, 2010.
10. Kajian Kritis Tentang Pasar Bebas dan Pengaruhnya terhaap Ketahanan Negara non
Kapitalisme. Kliping Pribadi, 2009
11. Pendidikan Zaman Pendudukan Bangsa Asing di Papua. Kliping Pribadi, 2010.
12. Pranata Kehidupan Negara Berkembang. Kliping Pribadi, 2009.
13. Struktur Fungsional Dominasi Budaya Kapitalisme. Kliping Pribadi, 2008.
14. Memaknai Arsitektur Nusantara Sebagai Kearifan Lokal Di Era Globalisasi. Kliping Pribadi,
2010.
15. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen Dalam Konstelasi Kristen di Tehit, Maybrat, Imian,
Sawiat, Papua. Kajian sejarah. Kliping Pribadi, 2007.
16. Evolusi Pemikiran Pembangunan. Kliping Pribadi, 2007.
17. Kajian Kritis Tafsiran Yesus Kristus – Isa Almaseh dari Alkitab dan Al-Quran. Kliping
Pribadi, 2009.
18. Refleksi Kehidupan Masyarakat Plural Moderen dan Majemuk Papua. Kliping Pribadi, 2010.
19. Sejarah-Sejarah Alkitab dan yang berkaitan dengan Kejadian dalam Alkitab. Kliping Pribadi,
2008.
20. Transisi Masyarakat Tradisional Indonesia. Kliping Pribadi, 2009.
21. Teori konvergensi dan Pertumbuhan Ekonomi. Kliping pribadi, 2007.
22. Arsitektur Tradisional dalam RENSTRA Pengembangan tata ruang kota berbasis kebudayaan
lokal. Kliping pribadi, 2008.
23. Usulan teori dalam berarsitektur; Rasionansi Arsitektur, dan Empirisme arsitektur.
Kliping Pribadi, 2011.

10
J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

You might also like