You are on page 1of 26

Kerajaan Thailand (nama resmi: ราชอาณาจักรไทย Ratcha Anachak Thai; juga Prathēt Thai), kadangkala

juga disebut Muang Thai, adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan
Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Thailand
dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata "Thai" (ไทย) berarti "kebebasan" dalam
bahasa Thailand, namun juga dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih
digunakan di kalangan orang Thai terutama kaum minoritas Tionghoa.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Ekonomi
 3 Pembagian administratif
 4 Geografi
 5 Politik
 6 Demografi
 7 Budaya
 8 Olahraga
 9 Lihat pula
 10 Pranala luar
 11 Referensi

Sejarah Negara Thailand

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Thailand

Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan
Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayutthaya yang
didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan
Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar
Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan
sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski
pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan
diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania.

Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional.
Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun
1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca- Perang
Dunia II. Pada perang tersebut, Thailand bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir,
Thailand menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya
perang, namun Thailand mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an.
Kalender Thailand didasarkan pada Tahun Buddha, yang lebih cepat 543 tahun dibandingkan kalender
Barat. Tahun 2000 Masehi sama dengan tahun 2543 dalam kalender Thailand.

Pada 26 Desember 2004, pesisir barat Thailand diterjang tsunami setinggi 10 meter setelah terjadinya
gempa bumi Samudra Hindia 2004, menewaskan 5.000 orang di Thailand, dan setengahnya merupakan
wisatawan.

Pada awal 2005 terjadi sebuah tragedi di Thailand Selatan yang mempunyai populasi dengan mayoritas
Muslim. Sekitar 70 orang terbunuh akibat kekerasan yang dilakukan oleh rezim Shinawatra. Banyak negara
yang mengecam keras tragedi ini. Namun dalam pemilihan kepala pemerintahan, Thaksin Shinawatra
kembali memerintah negara ini untuk empat tahun berikutnya.

Ekonomi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ekonomi Thailand

Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per
tahun - tekanan spekulatif yang meningkat terhadap mata uang Thailand, Baht, pada tahun 1997
menyebabkan terjadinya krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa pemerintah
untuk mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu dolar AS, Baht
mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya melemah sebesar
10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia.

Thailand memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2% dan tumbuh 4,4%
pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat - yang meningkat sekitar 20% pada
tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001, namun
kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di RRC dan beberapa program
stimulan dalam negeri serta Kebijakan Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra.
Pertumbuhan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan 10% pada
tahun 2004 dan 2005.

Sektor pariwisata menyumbang banyak kepada ekonomi Thailand, dan industri ini memperoleh
keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Thailand. Kedatangan wisatawan pada tahun
2002 (10,9 juta) mencerminkan kenaikan sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya (10,1 juta).

Pembagian administratif
Artikel utama: Provinsi Thailand

Thailand dibagi kepada 76 provinsi ( changwat), yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok provinsi. Nama
tiap provinsi berasal dari nama ibu kota provinsinya.
Utara Timur Laut

 Chiang Mai  Amnat Charoen


 Chiang Rai  Buriram
 Kamphaeng Phet  Chaiyaphum
 Lampang  Kalasin
 Lamphun  Khon Kaen
 Mae Hong Son  Loei
 Nakhon Sawan  Maha Sarakham
 Nan  Mukdahan
 Phayao  Nakhon Phanom
 Phetchabun  Nakhon
 Phichit Ratchasima
 Phitsanulok  Nongbua
 Phrae Lamphu
 Sukhothai  Nong Khai
 Tak  Roi Et
 Uthai Thani  Sakhon Nakhon
 Uttaradit  Sisaket
 Surin
Timur  Ubon
Ratchathani
 Chachoengsao  Udon Thani
 Chanthaburi  Yasothon
 Chonburi
 Rayong Tengah
 Prachinburi
 Srakaeo  Ang Thong
 Trat  Ayutthaya
 Bangkok
Selatan  Chainat
 Kanchanaburi
 Chumphon  Lopburi
 Krabi  Nakhon Nayok
 Nakhon Si  Nakhon Pathom
Thammarat  Nonthaburi
 Narathiwat  Pathumthani
Peta Thailand dengan kota-kota penting.
 Pattani  Phetchaburi
 Phang Nga  Prachuap Khiri
 Phattalung Khan
 Phuket  Ratchaburi
 Ranong  Samut Prakan
 Satun  Samut Sakhon
 Songkhla  Samut
 Surat Thani Songkhram
 Trang  Saraburi
 Yala  Sing Buri
 Suphanburi

Provinsi-provinsi tersebut kemudian dibagi lagi menjadi 795 distrik ( Amphoe), 81 sub-distrik (King Amphoe)
dan 50 distrik Bangkok (khet) (jumlah hingga tahun 2000), dan dibagi-bagi lagi menjadi 7.236 komunitas
(Tambon), 55.746 desa (Muban), 123 kotamadya (Tesaban), dan 729 distrik sanitasi ( Sukhaphiban)
(jumlah hingga tahun 1984).

Geografi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Geografi Thailand

Thailand merupakan tempat terletaknya beberapa wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah utara,
keadaannya bergunung-gunung, dan titik tertingginya berada di Doi Inthanon (2.576 m). Sebelah timur laut
terdiri dari Hamparan Khorat, yang dibatasi di timur oleh sungai Mekong. Wilayah tengah negara
didominasi lembah sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar, dan mengalir ke Teluk Thailand. Di
sebelah selatan terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu.

Cuaca setempat adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat dan berawan dari
sebelah barat daya antara pertengahan Mei dan September, serta monsun yang kering dan sejuk dari
sebelah timur laut dari November hingga pertengahan Maret. Tanah genting di sebelah selatan selalu
panas dan lembab. Kota-kota besar selain ibu kota Bangkok termasuk Nakhon Ratchasima, Nakhon
Sawan, Chiang Mai, dan Songkhla.

Thailand berbatasan dengan Laos dan Myanmar di sebelah utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di
selatan, dengan Myanmar dan Laut Timur di barat dan dengan Laos dan Kamboja di timur. Koordinat
geografisnya adalah 5°-21° LU dan 97°-106° BT

Lihat juga: Pulau-pulau Thailand.

Politik
Balai Takhta Ananta Samakhom, gedung parlemen lama Thailand, di Bangkok.

Sang raja mempunyai sedikit kekuasaan langsung di bawah konstitusi namun merupakan pelindung
Buddhisme Thailand dan lambang jati diri dan persatuan bangsa. Raja yang memerintah saat ini dihormati
dengan besar dan dianggap sebagai pemimpin dari segi moral, suatu hal yang telah dimanfaatkan pada
beberapa kesempatan untuk menyelesaikan krisis politik. kepala negara adalah Perdana Menteri, yang
dilantik sang raja dari anggota-anggota parlemen dan biasanya adalah pemimpin partai mayoritas.

Parlemen Thailand yang menggunakan sistem dua kamar dinamakan Majelis Nasional atau Rathasapha -
รัฐสภา, yang terdiri dari Dewan Perwakilan ( Sapha Phuthaen Ratsadon - สภาผู ้แทนราษฎร) yang
beranggotakan 480 orang dan Senat (Wuthisapha - วุฒส ิ ภา) yang beranggotakan 150 orang. Anggota
Dewan Perwakilan menjalani masa bakti selama empat tahun, sementara para senator menjalani masa
bakti selama enam tahun. Badan kehakiman tertinggi adalah Mahkamah Agung ( Sandika - ศาลฎีกา),
yang jaksanya dilantik oleh raja. Thailand juga adalah anggota aktif dalam ASEAN.

Demografi
Populasi Thailand didominasi etnis Thai dan Lao, yang berjumlah 3/4 dari seluruh penduduk. Selain itu
juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang secara sejarah memegang peranan yang besar dalam
bidang ekonomi. Etnis lainnya termasuk etnis Melayu di selatan, Mon, Khmer dan berbagai suku orang
bukit.

Sekitar 95% penduduk Thailand adalah pemeluk agama Buddha aliran Theravada, namun ada minoritas
kecil pemeluk agama Islam, Kristen dan Hindu. Bahasa Thailand merupakan bahasa nasional Thailand,
yang ditulis menggunakan aksaranya sendiri, tetapi ada banyak juga bahasa daerah lainnya. Bahasa
Inggris juga diajarkan secara luas di sekolah.

Budaya
Muay Thai, sejenis kickboxing ala Thailand, adalah olahraga nasional di Thailand dan merupakan seni
beladiri setempat. Popularitasnya memuncak di seluruh dunia pada tahun 1990-an. Ada pula seni beladiri
yang mirip dengan muay Thai di negara-negara lain di Asia Tenggara.

Ucapan penyambutan yang umum di Thailand adalah isyarat bernama wai, yang gerakannya mirip dengan
gerakan sembahyang. Hal-hal yang tabu dilakukan di antaranya menyentuh kepala seseorang dan
menunjuk dengan kaki, karena kepala dan kaki masing-masing merupakan bagian tubuh yang paling atas
dan bawah.

Masakan Thailand mencampurkan empat macam rasa yang dasar: manis, pedas, asam dan asin.
Olahraga
Ajang olahraga bergengsi di Asia tenggara Southeast Asian Games 2007 diadakan di Nakhon Ratchasima,
Thailand dari 6 Desember sampai 15 Desember 2007. Ini merupakan keenam kalinya, Thailand menjadi
tuan rumah Southeast Asian Games. Dan pada Southeast Asian Games 2009 Thailand memimpin
klasemen di posisi pertama[1].

Politikus, Negarawan dan sebagainya


Bhumibol Adulyadej

Bhumibol Adulyadej
Rama IX of Thailand
Raja Thailand

Raja Bhumibol tahun 2003

9 Juni 1946 – sekarang


Memerintah
(63 tahun)

Dinobatkan 5 Mei 1950

Lahir 5 Desember 1927 (umur 82)

Cambridge, Massachusetts, Amerika


Serikat

Pendahulu Raja Ananda Mahidol (Rama VIII)


Pengganti Maha Vajiralongkorn

Pasangan Ratu Sirikit

Putri Ubol Ratana


HRH Pangeran Maha Vajiralongkorn
Anak
HRH Putri Maha Chakri Sirindhorn
HRH Putri Chulabhorn Walailak

Wangsa Dinasti Chakri

Mahidol Adulyadej, Pangeran


Ayah
Songkla

Ibu Sangwal, Princess Mother

Paduka Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej (bahasa Thai: ภูมพ ิ ลอดุลยเดช; IPA: pʰu:mipʰon
dengarkan
adunjadeːd; ) (lahir di Cambridge, Massachusetts, 5 Desember 1927; umur 82 tahun) atau dikenal
sebagai Raja Rama IX dan the Ninth Rama adalah Raja Thailand sejak 9 Juni 1946. Ia menjadi raja sejak
usia 19 tahun. Ia merupakan anggota Dinasti Chakri yang bersekolah di Sekolah Mater Dei (Bangkok).
Putra Pangeran Mahidol Adulyadej ini melanjutkan sekolah dasarnya ke Lausanne ketika sebagian
keluarganya pindah ke Swiss. Ia menjadi sangat terkenal di dunia berkaitan jabatannya sebagai Kepala
Negara.

Ia menghabiskan pendidikan SLTA di Lausanne dan mendapat nilai tinggi pada Sastra Perancis, Latin, dan
Yunani. Ia kemudian belajar Ilmu Pengetahuan di Universitas Lausanne ketika kakaknya ( Ananda Mahidol)
menjadi raja tahun 1935. Tetapi, kematian misterius kakaknya di bulan Juni 1946 menjadikannya raja pada
9 Juni 1946.

Saat itu, ia tidak langsung naik takhta karena diminta menyelesaikan studinya di Swiss. Ia diminta belajar
hukum dan ilmu politik yang berguna sebagai raja. Saat akhir studi, ia sering melihat pabrik otomotif di
Perancis dan bertemu dengan sepupu jauhnya (Mom Rajawongse Sirikit Kitiyakara) yang juga seorang
putri Duta Besar Thailand di Paris.

Cinta pun bersemi. Sirikit diminta meneruskan sekolah di Lausanne. Pada Juli 1949, keduanya
bertunangan dan menikah pada Mei 1950. Pernikahan keduanya membuahkan empat anak, yaitu seorang
putra dan tiga putri. Putra-putri raja terlibat penuh dalam proyek-proyek raja.

Bhumibol memerintah dengan seorang wakil raja hingga tahun 1950 dan naik takhta sebagai Raja Rama
IX. Kepemimpinannya mendapat tempat di hati rakyat karena sentuhan-sentuhan pribadinya. Penggemar
musik jazz dan lagu kontemporer, ia memperoleh anggota kehormatan dari Institut Musik dan Seni Wina
(Austria). Ia selalu memberi waktu untuk menyerahkan diploma pada setiap lulusan universitas negeri di
Thailand. Tugasnya itu kemudian diambil alih oleh putra-putri raja.
Raja yang gemar fotografi dan mengarang atau menerjemahkan ini dikenal seorang atlet berlayar dan
memperoleh medali emas dalam Asian Games (SEA GAMES) pada tahun 1967 di Manila (Filipina). Ia juga
selalu kontak dengan atlet-atlet negaranya yang meraih medali emas. Pada awal Juni 2006, raja
merayakan peringatan ke-60 tahun kenaikan takhta. Para raja atau keluarga kerajaan dari 25 negara
menghadiri acara peringatan tersebut.

Ketika berolahraga jalan kaki di sekitar istana pada 24 Juni 2006, raja terjatuh. Akibatnya terjadi keretakan
di tulang iga, memar-memar pada punggung dan pundak. Kejadian ini turut menurunkan kesehatan raja
yang juga telah menderita sumsum tulang belakang pada 1995. Kondisi itu didiagnosis sebagai penyakit
tulang belakang yang terjepit pada 2003 dan raja telah mendapatkan terapi fisik penyembuhan sejak tahun
2005. Pada 20 Juni 2006, Raja masuk Rumah Sakit Siraraj di Bangkok untuk menjalani operasi tulang
belakang dan ia datang bersama permaisuri Ratu Sirikit, empat anaknya, dan para cucu.

Dunia politik
Sebenarnya, raja enggan memasuki koridor politik. Tetapi, ketika menyangkut kehidupan rakyat banyak, ia
tak bisa tinggal diam. Tahun 1973, secara jelas, ia menghendaki Marsekal Thanom Kittikachorn mundur
dari rezim militer dan membentuk pemerintahan demokrasi. Menyusul kudeta tahun 1991, raja kemudian
mendesak rezim militer pimpinan Jenderal Suchinda Kraprayoon mengadakan pemilu. Rakyat marah
karena partai pemenang pemilu tahun 1992 menempatkan Jenderal Suchinda sebagai perdana menteri.

Raja memanggil Jenderal Suchinda dan Mayjen Chamlong Srimuang yang pro-demokrasi. Kedua jenderal
menghadap raja sambil berlutut. Raja hanya minta agar demokrasi ditegakkan. Sejak itu, kudeta militer
menjadi tabu. Pada ulang tahunnya yang ke-78 di tahun 2005, raja mengkritik Perdana Menteri Thaksin
Shinawatra agar bersedia menerima kritik karena itu adalah konsekuensi sebagai pemimpin.

"Jika Anda berpikir dia bertakhta untuk kekuasaan, Anda salah," demikian komentar umum tentang Raja
Bumibol di Thailand dalam rangka Peringatan 50 Tahun Raja Bhumibol bertakhta pada tahun 1996 lalu. [1]

Bhumibol sendiri pada pidato ulang tahunnya pada tahun 2005 menyatakan bahwa ia tidak melarang
dirinya dikritik. "Saya juga mesti dikritik. Saya tidak takut jika kritikan tersebut terkait dengan kesalahan
yang saya lakukan karena dengan begitulah saya sadar telah melakukan kesalahan. Jika raja dikatakan
tidak bisa dikritik, itu artinya raja bukan manusia," kata sang raja. "Anggapan bahwa raja tidak mungkin
berbuat salah adalah penghinaan karena itu artinya raja bukan manusia. Saya bisa berbuat salah dan saya
tidak takut dikritik langsung," kata sang raja. [2]

Kepemimpinannya yang telah 60 tahun di Thailand menjadikan raja sebagai kepala negara terlama di
dunia. Keteladanan serta integritas Raja Bhumibol dirasa pantas diambil contoh. Hak dan kesejahteraan
petani pun diambil seperti terlihat dengan kebijakan impor beras. Baginya, petani adalah segalanya. Raja
juga mengharapkan kepada para politikus, aparat negara, dan segenap lapisan masyarakat untuk tidak
selalu melibatkan raja agar terjadi proses pembelajaran politik di negaranya.
Thaksin Shinawatra

Thaksin Shinawatra

Thaksin Shinawatra (bahasa Thai: ทักษิณ ชน ิ วัตร, IPA:


dengarkan
[tʰáksǐn tɕʰinnawát ; lahir 26 Juli 1949) adalah
seorang politikus Thailand. Ia adalah Perdana Menteri
Thailand dari tahun 2001 hingga 2006 dan Ketua Partai Thai
Rak Thai yang populer.

Pada 4 April 2006, menyusul protes atas dirinya dan pemilu


sepihak yang dimenangi partainya secara mayoritas, [1] ia
menyatakan mundur dari jabatannya sebagai perdana
menteri. Meskipun begitu, ia masih akan terus menjabat
hingga penggantinya dilantik. Ia lalu digulingkan lewat
sebuah kudeta pada 19 September 2006 yang dilaksanakan
oleh angkatan bersenjata Thailand. Shinawatra saat itu
sedang berada di Amerika Serikat untuk menghadiri Sidang 6 Januari 2001-
Menjabat:
Umum PBB. 19 September 2006

Sebelum terjun ke dalam dunia politik, Thaksin adalah Pendahulu: Chuan Leekpai
pendiri Shin Corporation yang salah satu bagian dari
perusahaannya adalah operator telepon seluler terbesar Tanggal lahir: 26 Juli 1949
Thailand Advanced Info Service. Ia juga adalah orang
terkaya di Thailand. Ia menikah dengan Khunying Potjaman Istri: Potjamarn Damapong
Shinawatra (Damapong) dan ayah tiga anak: Panthongtae,
Pinthongtha, dan Praethongtharn. Partai: Thai Rak Thai

Biografi
Thaksin lahir di rumah kayu bertingkat dua di depan pasar di Desa Sankamphaeng di provinsi Chiang Mai
(sebelah utara Thailand) pada 26 Juli 1949. Ia anak seorang pedagang di pasar dan tetap tinggal serta
bersekolah di desa itu hingga usia 15 tahun.

Ia masuk Monfort College di Kota Chiang Mai. Karena usianya, dia terpaksa langsung masuk ke kelas III.
Di sekolah itu, ia menghadapi persoalan. Ia tidak pernah belajar bahasa Inggris, padahal di sekolah itu
bahasa Inggris diajarkan sejak kelas I. Terpaksalah dia belajar ekstra keras hingga akhirnya dapat
menamatkan sekolah dengan baik.

Meskipun dikenal sebagai murid yang pandai, tetapi ia sama sekali bukan seorang kutu buku. Ia sempat
menajamkan naluri bisnis dari keluarga terutama dari ayahnya yang mengelola warung kopi dan kebun
buah-buahan. Setelah menamatkan sekolah menengah atas (SMA), ia masuk Akademi Kadet Polisi dari
angkatan di Kelas 26 dan lulus yang pertama (1973) dengan nilai yang terbaik dan menjadi seorang polisi.

Setahun kemudian, dia memperoleh bea siswa dari pemerintah untuk mengambil gelar S-2 untuk jurusan
peradilan (Criminal Justice) di Eastern Kentucky University (Amerika Serikat) dan lulus tahun 1975. Tahun
1978, ia kembali ke Amerika Serikat untuk mengambil S-3 di Sam Houston State University. Dalam periode
ini Thaksin bertemu dan menikah dengan Potjamarn Damapong dan belajar komputer. Sekembalinya ke
Thailand, dia meneruskan karier di kepolisian. Bahkan, ia membantu dan memodernisasi gudang data
(database) kejahatan yang dimiliki polisi serta mengembangkan penggunaan komputer dalam memproses
nomor mobil.

Bersama isterinya, pada tahun 1982, ia mendirikan perusahaan komputer. Karena ia bertugas di
kepolisian, perusahaan dikelola sepenuhnya oleh istrinya. Perusahaan itu menyewakan komputer kepada
instansi-instansi pemerintah dan secara bertahap berkembang menjadi Perusahaan Komputer Shinawatra.
Tahun 1987, dalam usia 38 tahun, Thaksin yang berpangkat Mayor Polisi mengundurkan diri dari
kepolisian dan memusatkan perhatian pada perusahaan.

Perusahaannya mulai merambah bidang-bidang baru seperti peralatan signal SOS, radio hiburan untuk
digunakan di bus, radio panggil (pager), menjual dan menjadi operator telepon selular, televisi kabel, dan
bisnis satelit. Dengan keluwesan sikapnya dan jaringan pergaulannya yang luas terutama di kalangan
pejabat pemerintah, ia pun mampu menjadikan dirinya seorang konglomerat.

Perusahaan telekomunikasi yang dimiliki kemudian merambah ke negara tetangga, yakni Laos dan
Kamboja. Nama perusahaannya kemudian diubah dari Shinawatra Corp menjadi Shin Corporation pada
tahun 2000. Nama perusahaan Shinawatra Satelite juga diubah menjadi Thaicom Satellite. Bersama
isterinya, ia menguasai 50% saham perusahaan tersebut, sehingga menjadi orang terkaya di Thailand.

Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Chuan Leekpai, ia menjabat Menteri Luar Negeri (1994) untuk
Partai Palang Dharma. Tahun 1995, ia diangkat menjadi Deputi Perdana Menteri pada pemerintahan
Perdana Menteri Nai Banharn Silpa-Archa. Tahun 1997, ia kembali diangkat Deputi Perdana Menteri pada
pemerintahan Perdana Menteri Chavalith Yongchaiyudh.

Pada tahun 1998, ia mendirikan Partai Thai Rak Thai ("Rakyat Thai Mencintai Sesama Rakyat Thai") dan
mulai berkampanye melawan tuduhan korupsi politikus Thai lainnya. Selain juga menjadi anggota
parlemen pada tahun tersebut.

Pemilu 6 Januari 2001 yang merupakan pertama berlangsung di bawah konstitusi reformis sejak
didengungkan tahun 1997 memenangkan partai pimpinannya. Ia pun kemudian diangkat menjadi Perdana
Menteri pada 9 Februari 2001. Kepopuleran ketokohannya menghantarkannya menerima mandat kedua
kali melalui pemilu 6 Februari 2005. Pada pemilu 2005 tersebut, partai yang dipimpinnya meraih 364 dari
500 kursi parlemen. Berbagai kritikan media yang diarahkan kepadanya ditanggapi dengan sangat sensitif,
sehingga menimbulkan suatu jarak yang tidak sehat. Titah atau petuah (suara) Raja Bhumibol Adulyadev
diperlukan guna meredam pertikaian berlanjut.

Mundur Untuk Kembali


Perseteruan antara dirinya dan Partai Thai Rak Thai (TRT) dengan tiga partai oposisi besar (Partai
Demokrat, Partai Chat Thai, dan Partai Mahashon) bermula dari kekecewaan kaum kelas menengah pada
kepemimpinannya yang dituduh menyalahgunakan kekuasaan. Dimotori antara lain oleh pengusaha
penerbitan pers Sondhi Limthongkul yang membentuk aliansi anti-Thaksin bernama Aliansi Rakyat untuk
Demokrasi (PAD). Sejak Desember 2005, mereka menggelar berbagai aksi demonstrasi. Gelombang unjuk
rasa di Bangkok makin marak setelah mantan pemimpin Partai Palang Dharma dan mantan Gubernur
Bangkok (Chamlong Srimuang) bergabung dan ikut menuntut Thaksin mundur.

Gelombang protes jalanan mencapai puncaknya menyusul terungkapnya kasus penjualan saham
perusahaan Shin Corp oleh Phantongtae (anak Thaksin) kepada perusahaan asal Singapura bernama
Temasek Holdings, dengan harga 1,9 miliar dollar AS. Dianggap sebagai salah satu aset bangsa bernilai
strategis, perusahaan telekomunikasi raksasa milik keluarga Thaksin itu tak seharusnya dikuasai
perusahaan asing. Apalagi dibebaskan dari kewajiban membayar pajak penjualan dari transaksi raksasa
yang dilakukan.

Di bawah tekanan berbagai kelompok yang menuntutnya mundur, Thaksin membubarkan majelis rendah
(27 Februari 2006) dan memutuskan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) yang dipercepat (snap
election) pada 2 April 2006. Pemilu yang diselenggarakan tiga tahun lebih cepat dari jadwal sebenarnya ini
diyakini bisa membuktikan dukungan mayoritas rakyat terhadapnya, sekaligus membungkam kaum oposisi
yang terus menuntutnya mundur. Memang, kemudian ia menang.

Partai TRT berhasil meraih 51 persen suara rakyat pengguna hak pilih. Persoalannya, pemilu ini diboikot
ketiga partai oposisi utama yang sama sekali tak mengajukan calon-calon legislatornya untuk duduk dalam
parlemen yang baru. Seruan boikot juga menghasilkan sekitar 10 juta suara abstain dan tidak sah,
kemudian dimenangi partai Thaksin. Akibatnya, pemilu tak mampu menghasilkan para legislator dalam
jumlah yang cukup untuk mengisi seluruh 500 kursi yang ada di parlemen.

Aksi penggembosan oleh partai-partai oposisi membuat di banyak daerah pemilihan para calon legislator
(caleg) TRT maju sebagai calon tunggal. Akibatnya, mereka sulit meraih dukungan sampai 20 persen
--jumlah suara minimum yang harus diraih seorang caleg tunggal yang maju tanpa pesaing. Sampai akhir
penghitungan suara masih ada 38 kursi wakil rakyat yang kosong. Masih ada juga satu kursi lain yang
kosong akibat ada caleg tunggal TRT yang didiskulifikasi.

Meski sempat mengklaim memenangi pemilu, Thaksin kemudian menyatakan mundur pada 4 April 2006,
sesaat setelah ia beraudensi dengan Raja Bhumibol Adulyadej di Istana Hua Hin. Keputusan
mengundurkan diri dilakukan di tengah ancaman PAD untuk melanjutkan aksi-aksi protesnya.
Pemilu yang diulang di 39 daerah pemilihan pada 23 April 2006 bertujuan mengisi kursi parlemen yang
masih kosong juga tak membuahkan hasil karena tetap diboikot partai-partai oposisi. Pemerintahan yang
baru pun tak bisa dibentuk karena menurut konstitusi, parlemen bisa mulai bersidang memilih perdana
menteri dan membentuk pemerintahan baru hanya jika seluruh kursinya terisi.

Thailand makin tenggelam dalam krisis politik dan konstitusional akibat tak berfungsinya parlemen dan
kevakuman kepemimpinan nasional. Titik terang mulai terlihat setelah Raja Bhumibol meminta tiga
lembaga peradilan tertinggi, yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Mahkamah Agung Tata
Usaha Negara segera bertindak untuk menyelesaikan krisis. Harapan semakin nyata setelah Mahkamah
Konstitusi memutuskan pemilu 2 April 2006 tidak sah dan memerintahkan diselenggerakan pemilu yang
baru. Delapan hakim menyatakan pemilu 2 April itu melanggar konstitusi, sedang enam hakim menyatakan
sebaliknya. Mahkamah Konstitusi turun tangan setelah Raja Bhumibol Adulyadej menolak campur tangan.

Pada 23 Mei 2006, Thaksin kembali menjabat Perdana Menteri setelah posisinya digantikan Wakil Perdana
Menteri Chidchai Wannasathit. Langkah ini dinilai membingungkan dan sekaligus berpotensi menciptakan
kerusuhan.

Kudeta militer September 2006

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kudeta Thailand 2006

Pada malam hari 19 September 2006, ketika Thaksin sedang berada di New York City, AS untuk
menghadiri Sidang Umum PBB dan berbicara di depan Dewan Hubungan Luar Negeri, sebuah kudeta
dilancarkan oleh militer yang dipimpin oleh Panglima Angkatan Darat Thailand, Jend. Sonthi
Boonyaratkalin dan menguasai ibu kota Bangkok. Di Wisma Pemerintah, sekitar 50 tentara memerintahkan
sekitar 220 polisi di kompleks itu untuk meletakkan senjata mereka. Pasukan-pasukan juga mengepung
stasiun satelit penerima Thaicom yang stasiun televisi pemerintah, Saluran 11. Pagi harinya, 20
September, tank-tank dan kendaraan-kendaraan militer yang dipersenjatai dengan senapan-senapan
mesin ditempatkan di Wisma Pemerintah, Plaza Kerajaan dan satuan-satuan pemerintah di sepanjang
Rajdamnoen Avenue.[2]

Laporan-laporan media massa mencatat bahwa pasukan-pasukan yang ikut serta dalam kudeta ini berasal
dari Wilayah Militer Pertama dan Ketiga, Komando Operasi Keamanan Dalam Negeri, Pusat Tempur
Khusus dan satuan-satuan Militer di provinsi Nakhon Ratchasima dan Prachin Buri serta bagian-bagian
dari Angkatan Laut.[3] Menurut pimpinan kudeta, Panglima AD Sonthi Boonyaratkalin, para pemimpin
kudeta telah menahan Wakil PM Chitchai Wannasathit dan Menteri Pertahanan Thammarak Isaragura na
Ayuthaya.[4] Pasukan-pasukan yang tersisa yang menolak ikut serta dalam kudeta mengambil sikap netral
dan tidak melakukan apa-apa untuk menahan kudeta.

Pihak militer, yang menyebut dirinya Dewan Pembaruan Demokratis, mengeluarkan pernyataan, yang
menyebutkan bahwa pemerintahan Thaksin telah menghina raja, mencampuri badan-badan pemerintahan,
dan menciptakan perpecahan di masyarakat sebagai alasan-alasan kudeta. [5] Dikatakan pula bahwa Raja
adalah kepala negara Thailand, dan bahwa pemilu akan segera dilaksanakan untuk memulihkan
demokrasi di seluruh negeri. Militer menyebutkan bahwa tindakannya dapat dibenarkan karena korupsi
telah merebak dalam pemerintahan Thaksin. [6]

Thailand

Lokasi
Negeri seluas 510.000 kilometer ini kira-kira seukuran dengan Perancis. Di sebelah barat dan utara,
Thailand berbatasan dengan Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja, sedangkan di
selatan dengan Malaysia (Peta).

Secara geografis, Thailand terbagi enam: perbukitan di utara di mana gajah-gajah bekerja di hutan dan
udara musim dinginnya cukup baik untuk tanaman seperti strawberry dan peach; plateau luas di timur laut
berbatasan dengan Sungai Mekong; dataran tengah yang sangat subur; daerah pantai di timur dengan
resor-resor musim panas di atas hamparan pasir putih; pegunungan dan lembah di barat; serta daerah
selatan yang sangat cantik.

Waktu
Jam di Thailand sama persis dengan Indonesia (GMT +7).

Iklim
Thailand memiliki iklim tropis yang ramah, dengan musim semi dari Maret sampai Mei, musim hujan -
namun tetap banyak matahari - di Juni sampai September, dan musim dingin dari Oktober sampai
Februari. Rata-rata suhu tahunan adalah 28 derajat C.
Sejarah
Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam). Kemudian,
datang berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Salah satu kerajaan besar yang
berpusat di Palembang, Sriwijaya, pernah berkuasa sampai ke negeri ini, dan banyak peninggalannya
yang masih ada di Thailand. Bahkan, seni kerajinan di Palembang dengan Thailand banyak yang mirip.

Di awal tahun 1200, bangsa Thai mendirikan kerajaan kecil di Lanna, Phayao dan Sukhotai. Pada 1238,
berdirilah kerajaan Thai yang merdeka penuh di Sukhothai ('Fajar Kebahagiaan'). Di tahun 1300, Sukhothai
dikuasai oleh kerajaan Ayutthaya, sampai akhirnya direbut oleh Burma di tahun 1767. Jatuhnya Ayutthaya
merupakan pukulan besar bagi bangsa Thai, namun tak lama kemudian Raja Taksin berhasil mengusir
Burma dan mendirikan ibukotanya di Thon Buri. Di tahun 1782 Raja pertama dari Dinasti Chakri yang
berkuasa sampai hari ini mendirikan ibukota baru di Bangkok.

Raja Mongkut (Rama IV) dan putranya, Raja Chulalongkorn (Rama V), sangat dihormati karena berhasil
menyelamatkan Thailand dari penjajahan barat. Saat ini, Thailand merupakan negara monarki
konstitusional, dan kini dipimpin oleh YM Raja Bhumibol Adulyadej.

Agama
Buddha Theravada adalah agama yang dianut lebih dari 90% penduduk Thai yang religius. Thailand juga
sangat mendukung kebebasan beragama, dan terdapat umat Muslim, Kristen, Hindu dan Sikh yang bebas
menganut agamanya di Thailand. Untuk alamat tempat ibadat, klik di sini.
Bahasa
Meskipun bahasa Thai hampir tak dapat dimengerti oleh wisatawan, namun bahasa Inggris dipahami luas
di tempat-tempat utama seperti Bangkok, dan juga menjadi bahasa bisnis resmi di sana. Nama-nama jalan
menggunakan bahasa Inggris di bawah bahasa Thai.

Satu keunikan yang kami temukan adalah adanya kemiripan dengan bahasa Indonesia yang berasal dari
Sansekerta, seperti 'putra', 'putri', 'suami', 'istri', 'singa', 'anggur', dan sebagainya. Selain itu, biro
penerjemahan juga banyak tersedia, baik untuk bahasa Thai, Inggris, dan Indonesia.

Formalitas
Warganegara Indonesia dengan tujuan liburan bebas visa selama 30 hari ke Thailand.

Keuangan
Mata uang Thailand adalah Baht, yang pada saat website ini dibuat setara dengan Rp 270. Bank-bank dan
tempat penukaran mata uang banyak tersedia di Thailand. Hotel, toko dan restoran utama menerima kartu
kredit internasional seperti Visa, Master Card, American Express dan Diners.

Transportasi
Bandara internasional Bangkok adalah Don Muang, yang terhubung dengan berbagai penerbangan dari
seluruh penjuru dunia. Anda juga bisa melanjutkan perjalanan ke seluruh dunia melalui Don Muang. Selain
itu, juga terdapat bandara internasional di Phuket, Hat Yai, dan Chiang Mai di utara Thailand.

Kereta api tersedia dari Singapura dan Kuala Lumpur. Di laut, banyak kapal berlayar menuju Thailand,
misalnya cruise ship Star Virgo yang singgah di Phuket.
Transportasi di Bangkok
Transportasi umum di Bangkok antara lain BTS Skytrain, kereta bawah tanah, bis, taksi dan tuk-tuk. Anda
harus menawar dahulu harganya sebelum naik Tuk-tuk ini.

Di sungai Chao Phraya, juga banyak terdapat taksi sungai atau perahu. Terdapat pula yang khusus untuk
wisatawan, dilengkapi pemandu yang berbahasa Inggris.

Pariwisata Thailand dalam Pertaruhan


Di dalam sejarah pariwisata Thailand yang panjang, mungkin baru kali inilah sebuah gejolak politik di
dalam negeri memberi dampak sangat buruk bagi industri turisme di negara itu. Secara historis-tradisional,
Thailand adalah negara tujuan wisata (DTW) nomor satu di Asia Tenggara, sejak masa Perang Dingin.
Berkecamuknya perang Vietnam telah mendongkrak kemasyhuran Thailand sebagai tujuan wisata sex,
berkat kehadiran tentara Amerika Serikat di kawasan ini. Krisis politik yang menerpa Thailand sekarang
bukanlah yang pertama kali terjadi. Diantara negara-negara Asia Tenggara, Thailand adalah negara yang
relatif paling sering mengalami kirisis politik. Kudeta militer atau perebutan kekuasaan oleh tentara bukan
hal yang langka dalam sejarah perpolitikan negara Thailand. Sedemikian jauh, krisis-krisis politik yang
terjadi tidak memberi dampak yang terlalu buruk terhadap industri pariwisata nasional. Roda perekonomian
negarapun berjalan relatif normal, walau tidak jarang kudeta terjadi dengan pertumpahan darah. Tidak
heran bila orang menyimpulkan bahwa gejolak politik di negara ini hanya terjadi pada kalangan elite politik
lapisan atas saja, sementara kehidupan bernegara di tingkat monarki, sistim perekonomian negara dan
kehidupan rakyat kebanyakan berjalan damai-damai saja, termasuk industri pariwisatanya.

Dibandingkan dengan negara Srilanka, Thailand boleh dibilang sangat beruntung. Pada dekade 1970-an
sampai dengan 80-an, Srilanka adalah negara tujuan wisata yang setara dengan Thailand, Indonesia dan
Filipina. Pada era itu paket wisata yang mencakup ke empat negara ini sangat laku di pasar Eropa. Seperti
halnya Thailand, Srilanka juga punya masalah di dalam negeri dengan kaum separatis Tamil. Mulanya,
kejadian-kejadian yang mengganggu keamanan para wisatawan terjadi secara sporadis tanpa dampak
yang terlalu menguatirkan. Tapi setelah kejadian serangan bom di lapangan terbang militer di Colombo
yang melumpuhkan banyak pesawat Angkatan Udara Srilanka pada tahun 1987, riwayat pariwisata
Srilanka ibarat tersapu bersih dari peta turisme dunia, sampai sekarang. Hal ini diikuti dengan ambruknya
maskapai penerbangan nasional. Dari Air Ceylon, berganti nama menjadi Air Lanka kemudian Air Srilanka
dan seterusnya. Bagaikan kata-kata Chairil Anwar dalam puisinya, pariwisata Srilanka ibarat menjadi
sekali berarti sudah itu mati . Beberapa tahun yang lalu, saya masih berkesempatan bertemu dengan
beberapa kenalan para pelaku usaha wisata dari Srilanka pada acara promosi wisata Salon Mondial du
Tourisme di Palais de Congres, Porte Maillot, Paris. Mereka masih tetap gigih mempromosikan destinasi
mereka walaupun hasilnya tidak sebagaimana yang diharapkan. Secara berkelakar, mereka berkata
bahwa kehadiran mereka bukan untuk mempromosikan pariwisata Srilanka tapi ingin bertemu dan belajar
dari teman-teman dari Bali. Mereka tahu bagaimana gigihnya usaha teman-teman dari Bali untuk
mempertahankan pasar setelah digempur dengan kasus-kasus wabah kolera, Bom Bali Satu, Bom Bali
Dua, wabah SARS, Flu Burung dan Flu Babi. Semoga satu hari nanti pariwisata Srilanka akan pulih seperti
sediakala.

Apakah krisis politik kali ini akan merupakan titik balik bagi pariwisata Thailand? Kami tidak berharap
demikian, dan Thailand sudah sangat berpengalaman dalam hal ini. Tapi mereka harus menyadari bahwa
tradisi Thailand sebagai negara tujuan wisata nomor wahid di Asia Tenggara sekarang sudah runtuh. Bila
tolok ukur yang dipakai adalah jumlah kedatangan wisatawan mancanegara, maka pada tahun 2009
kemarin Malaysia sudah jauh melampaui Thailand dengan angka sebanyak 20 juta kunjungan, sementara
Thailand hanya bertahan pada angka 14 juta. Pada tahun 2009 ini Thailand mengalami pertumbuhan
negatif sebanyak -3% terhadap tahun 2008. Sejak awal 2010 ini, kerusuhan politik akibat demo yang
dilakukan terus-menerus oleh kelompok Kaos Merah sudah memakan korban jiwa 20 orang lebih termasuk
seorang wartawan Jepang. Mudah-mudahan saja badai segera berlalu.

Sejarah Perkembangan Islam di Patani Thailand

INDRA - David Brown secara menarik melihat gerakan Muslim di Thailand Selatan sebagai bagian dari
reaksi atas ’kolonialisme internal di Thailand. Disparitas ekonomi antara pusat dan provinsi di pinggiran
menimbulkan tumbuhnya semangat ’separatisme’, atau istilah Brown ’separatisme etnis’ yang terjadi di
Selatan, Utara dan Timur Laut.

Masing-masing melibatkan melayu Muslim di Selatan, etnis perbukitan di Utara, dan orang Isan di Timur
Laut. Identitas Muslim Melayu di Selatan, masyarakat komunis di Utara secara jelas berbeda dengan
mayoritas Thai-Buddha, sedangkan di Timur Laut hanya berbeda etnis, yaitu kelompok Laos-Thai,
meskipun agama sama.

Disparitas ini memang sangat mencolok, pada tahun 1983, jauh sebelum krisis moneter yang bermula di
Thailand, Kota Metropolis Bangkok memiliki pendapatan per kapita, 51.441 bath, sementara Minoritas
Muslim , Konflik Dan Rekonsiliasi Di Thailand Selatan 97 Selatan, 16.148 bath, tiga kali lipat lebih rendah
dibandingkan Bangkok, sementara di bagian Utara, 12.441 bath dan wilayah Timur Laut, 7.146 bath.

Disparitas ini menimbulkan kekecewaan, kecemburuan dan rasatidak adil yang kemudian berakibat pada
keinginan masyarakat untuk mengatur mereka sendiri (otonomi, dan merdeka).

Dua puluh empat tahun kemudian, kesenjangan inipun semakin lebar, karena pemerintah menaruh curiga
atas tumbuhnya kekuatan masyarakat di wilayah ini, dan pembangunan tidak diprioritaskan.

Disparitas memiliki konsekuensi yang mendalam diluar aspek ekonomi, yaitu lambatnya peningkatan
sumberdaya manusia, pendidikan yang tidak merata, dan tekanan kebijakan berbasis keamanan yang
mengancam masyarakat.

Masyarakat serasa tidak di ’rumah’ mereka sendiri. Kesenjangan ini pula yang menurunkan tingkat
nasionalisme masyarakat diluar mayoritas Thai-Buddha. Perbedaan yang mencolok antara Melayu Muslim
di Selatan dan Buddha-Thai di seluruh wilayah Thailand dilihat oleh Ted Robert Gurr tidak pada keragaman
etnisitasnya, tetapi lebih pada agamanya. Muslim di Selatan Thailand dan Buddha dianut hampir diseluruh
Thailand.

Negara dengan penduduk multi agama dan multietnik mendapat tantangan besar bagaimana menyatukan
mereka dalam payung satu nasionalisme. Apalagi beberapa etnik atau agama telah tumbuh dalam satu
kekuatan dinamis selama ratusan tahun.

Sebagian gerakan separatisme muncul dari satu etnik atau agama yang mendapat kebijakan ’diskriminatif’
dari pemerintah pusat.

Kebijakan ini diciptakan untuk meredam menguatnya identitas lokal sehingga pemerintah pusat merasa
terancam, atau sengaja dibuat untuk tujuan ’integrasi nasional’. Antara 1947 hingga 1953, beberapa
negara baru di Asia Tenggara mendapat letupan kelompok yang menuntut ’otonomi khusus’ atau
’pemisahan diri’ dari pemerintah pusat.

Dua negara yang belum berhasil ’menaklukkan’ kelompok ini diantaranya Thailand Selatan dan
Filipina.yang kebetulan sama-sama Muslim minoritas ditengah mayoritas Buddha di Thailand dan Kristen di
Filipina. Sementara Islam menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara, diantaranya ke Thailand
Selatan, atau dikenal dengan sebutan Muslim Patani, atau secara resmi di Thailand, Islam Pattani.

Tulisan ini akan mengupas dinamika Islam di Thailand Selatan dari aspek etnisitas (sosial) dan keamanan.
Fokus utama pada perkembangan Muslim Pattani antara 2004 hingga Mei 2007. Periode ini sangat urgen
tidak hanya karena banyaknya korban dalam kurun waktu ini, setidaknya 2000 korban meninggal, tetapi
juga karena pemerintah Thailand mulai serius membicarakan upaya rekonsiliasi dengan mengacu pada
integrasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke Indonesia.

Perdamaian Aceh menjadi model upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Thailand Selatan.Identitas lokal di
Thailand Selatan lebih dekat dengan Kelantan dan Kedah, Malaysia. Masyarakat secara tradisional lebih at
home menggunakan bahasa Melayu dibandingkan bahasa Thai yang digalakkan oleh pemerintah pusat
sebagai bahasa resmi negara. Keterpaksaan masyarakat Melayu Muslim di Thailand Selatan dirasakan
selama puluhan tahun, sejak integrasi Melayu di selatan Thailand menjadi bagian dari Kerajaan Thailand.

Penggunakan bahasa Thai wajib digunakan di kantor kerajaan, pemerintah, sekolah dan media. Radio, TV
dan media cetak harus menggunakan bahasa Thai sebagai medium pemberitaan. Media elektronik,
khususnya radio lokal hanya Minoritas Muslim , Konflik Dan Rekonsiliasi Di Thailand Selatan 99
diperbolehkan menggunakan bahasa Melayu tidak lebih dari 20 persen keseluruhan programnya.

Strategi pemerintah Thailand memang membuahkan hasil. Dalam waktu sekitar 50 tahun, banyak generasi
muda Melayu Muslim lebih suka berbahasa Thai dibandingkan bahasa Melayu, baik di sekolah maupun
dalam pergaulan sehari-hari. Tetapi mereka ’dipaksa’ keluarga untuk berbicara dalam bahasa Melayu
ketika mereka berkumpul dilingkungan keluarga.

Upaya menjaga ’tradisi nenek moyang’ menjadi bagian dari identitas terkuat bagi keluarga Muslim Melayu
di Thailand Selatan yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat Thai lainnya. Mereka menyadari bahwa
niat memisahkan diri dari pemerintah Kerajaan Thailand hanyalah suatu mimpi lama, yang kini harus
ditinggalkan.

Terintegrasi dengan Thailand, bersaing dengan mayoritas masyarakat etnis Thai yang Buddis adalah
pilihan saat ini. Strategi yang perlu dibangun adalah memajukan pendidikan, mendukung pembangunan
nasional, dan menjaga stabilitas lokal.

Hal yang terakhir masih menjadi kendala bagi penciptaan perdamaian di wilayah selatan. Berbagai teror,
pembunuhan dan pengeboman sering terjadi dalam tiga tahun terakhir, dengan jumlah meninggal
settidaknya 2000 orang, sejak Januari 2004. Anehnya, belum ditemukan kelompok yang bertanggung
jawab dalam kerusuhan ini.

Ketika terjadi penyerangan atau pembunuhan yang melibatkan korban tentara, polisi atau masyarakat
Buddha, yang dituduh adalah Muslim. Bahkan Thaksin menyebut istilah mereka ’Bandit Muslim’. Istilah
yang menodai perasaan Muslim Melayu di selatan, karena pencitraan telah sengaja diciptakan oleh
pemerintah, tanpa melihat lebih obyektif siapa yang terlibat.

Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha, sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim
tinggal di Selatan Thailand, sekitar 1,5 juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya di Patani,
Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan.

Tradisi Muslim di wilayah ini mengakar 100 Minoritas Muslim , Konflik Dan Rekonsiliasi Di Thailand Selatan
sejak kerajaan Sri Vijaya yang menguasai wilayah Asia Tenggara, termasuk Thailand Selatan.

Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan Songkhla, dengan total
penduduk 6.326.732 (Kantor Statistik Nasional, Thailand, 2002). Mayoritas penduduk Muslim terdapat di
empat provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% diperkotaan, dan 86 % di pedesaan
(YCCI, 2006: 34), sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan 76.6 % Buddha.

Sementara mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, ratarata 70 persen berada di tiga provinsi:
Pattani, Yala dan Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3
%, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 % (Sensus Penduduk, Thailand, 2000).

Mengenai masuknya Islam ke Thailand, ada yang mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10
melalui para pedgang dari Arab dan ada yang mengatakan Islam masum ke Thailand melalui Kerajaan
Samudra Pasai di Aceh.

Dahulu, ketika Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh Thailand, banyak orang-orang Islam yang
ditawan, kemudian di bawa ke Thailand. Para tawanan itu akan dibebaskan apabila telah membayar uang
tebusan. Kemudian para tawanan yang telah bebas itu ada yang kembali ke Indonesia dan ada pula yang
menetap di Thailand dan menyebarkan agama Islam.

Wilayah Thailand yang dihuni oleh orang-orang Islam adalah wilayah bagian selatan yang berbatasan
langsung dengan Malaysia. Muslim di Thailand merupakan golongan minoritas, karena mayoritas
penduduknya beragama Budha. Daerah-daerah muslim di Thailand bagian selatan adalah Pattani, Yala,
Satun, Narathiwat, dan Songkhla.

Kaum muslimin di Thailand yang terkenal dengan nama Patani memiliki perasaan kuat tentang jati dirinya,
karena daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia
Tenggara.

Pemerintah Thailand berusaha memasukkan daerah-daerah paling selatan itu ke negeri Thai. Hal ini
dilakukan pada masa Raja Chulalongkom pada tahun 1902. Patani dijuluki tempat kelahiran Islam di Asia
Tenggara. Bahkan, seorang Patani, Daud ibn Abdillah ibn Idris al-Fatani diakui sebagai seorang ulama
terkemuka mengenai ilmu-ilmu Islam di Asia Tenggara.

Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa kesultanan-kesultanan yang
merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang terbesar adalah Patani. Pada abad ke empat belas
masuklah Islam ke kawasan itu, raja Patani pertama yang memeluk Islam ialah Ismailsyah. Pada 1603
kerajaan Ayuthia di Siam menyerang kerajaan Patani namun serangan itu dapat digagalkan.

Pada 1783 Siam pada masa raja Rama I Phra Culalok menyerang Patani dibantu oleh oknum-oknum
orang Patani sendiri, sultan Mahmud pun gugurlah, meriam Sri Patani dan harta kerajaan dirampas Siam
dan dibawa ke Bangkok.

Maka Tengku Lamidin diangkat sebagai wakil raja atas perintah Siam tetapi kemudian ia pun berontak lalu
dibunuh dan digantikan Dato Bangkalan tetapi ia pun memberotak pula.
Pada masa raja Phra Chulalongkorn tahun 1878.M Siam mulai mensiamisasi Patani sehingga Tengku Din
berontak dan kerajaan Patani pun dipecahlah dan unit kerajaan itu disebut Bariwen.

Sebelum peristiwa itu terjadi sesungguhnya pada 1873 M Tengku Abdulqadir Qamaruzzaman telah
menolak akan penghapusan kerajaan Patani itu. Kerajaan Patani dipecah dalam daerah-daerah kecil
Patani, Marathiwat, Saiburi, Setul dan Jala.

Pada 1909 M Inggris pun mengakui bahwa daerah-daerah itu termasuk kawasan Kerajaan Siam. Dan pada
tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muang Thai. Bahasa Siam menjadi bahasa kebangsaan di
kawasan Selatan, di sekolah-sekolah merupakan bahasa resmi, tulisan Arab Melayu digantikan tulisan
Siam yang berasal dari Palawa.

Pada 1923 M, beberapa Madrasah Islam yang dianggap ekstrim ditutup, dalam sekolah-sekolah Islam
harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan pendidikan etika bangsa yang diambil dari inti sari ajaran
Budha.

Pada saat-saat tertentu anak-anak sekolah pun harus menyanyikan lagu-lagu bernafaskan Budha dan
kepada guru harus menyembah dengan sembah Budha. Kementrian pendidikan memutar balik sejarah :
dikatakannya bahwa orang Islam itulah yang jahat ingin menentang pemerintahan shah di Siam dan
menjatuhkan raja.

Orang-orang Islam tidak diperbolehkan mempunyai partai politik yang berasas Islam bahkan segala
organisasi pun harus berasaskan: Kebangsaan. Pemerintah pun membentuk semacam pangkat mufti yang
dinamakan Culamantri, biasanya yang diangkat itu seorang alim yang dapat menjilat dan dapat memutar
balik ayat sehingga ia memfatwakan haram melawan kekuasaan Budha.

Pada saat-saat tertentu dipamerkan pula segala persenjataan berat, alat-alat militer. Lalu mereka
mengundang ulama Islam untuk melihat-lihat, dengan harapan akan tumbuh rasa takut untuk berontak.
Akan tetapi orang-orang yang teguh dalam keislamannya itu tetap berjuang, menegakkan sebuah negeri
yang berdaulat berasas Islam Republik Islam Patani.

Segala upacara yang sekuler dikerjakan dan Islam hanya terbatas pada adat, partai-partai pun tidak mau
berdasarkan Islam dan tetap sekuler walaupun adat agama adakalanya dibawa juga seperti salam dan
bismillah seperti tercantum dalam konstitusinya itu.

Transformasi dari loyalitas primordial ke loyalitas kepada negara dalam rangka menciptakan intergrasi
nasional biasanya merupakan agenda utama di negara-negara yang proses perwujudan gagasan negara-
negaranya belum selesai.

Agenda ini menjadi sangat pelik apabila negara bersangkutan dengan pluralitas etnis, budaya dan agama.
Berdasarkan kategori primordial itu, negara tersebut memiliki kelompok mayoritas dan minoritas, dimana
kelompok minoritas hendak dipaksa untuk diintegrasikan kedalam kelompok mayoritas.

Masalah dalam Penulisan Sejarah Thailand Masa Kini


Ada periode-periode tertentu ketika wacana-wacana sejarah dan politiknya – siapa yang
mengendalikannya, cara-cara penyebarannya, bagaimana sejarah yang bertentangan ditekan – menjadi
titik pusat perdebatan intelektual dan umum. Di Thailand hal tersebut telah terjadi beberapa waktu lalu
sejak sejarah menimbulkan kegusaran terhadap berbagai kepentingan tadi. Penulisan sejarah nasionalis
tampaknya telah mencapai posisi kuat (hegemoni) hingga tidaklah luar biasa jika mendapatkan sedikit
oposisi. Kemudian, sebagaimana amankah upaya politik dan ilmiah tersebut setelah seratus tahun
didirikan?

Dalam tulisan ini saya melihat pada sejumlah masalah pada penulisan sejarah nasionalis Thai. Pertama
adalah masalah subyek wacana tersebut, bangsa Thai. Bagaimanakah penulisan sejarah bangsa Thai
yang baik, khususnya sejak munculnya kritik atas konsep “bangsa” pada 1980-an oleh karya Anderson
dalam Imagined Communities dan Hobsbawn dan Ranger dalam karya mereka The Invention of Tradition ?
Kedua, apa peran kerajaan dalam wacana tersebut? Bagaimanakah pengaruh politik dan budaya kerajaan
saat ini membatasi kemungkinan penulisan sejarah Thai? Masalah ketiga adalah keterwakilan minoritas
dari segi etnik dan minoritas, yang menantang pemahaman sebelumnya yang menerima begitu saja
kesatuan bangsa dan keseragaman budaya.

Satu isyu baru, muncul sejak regionalisasi pada 1990-an, adalah pengaruh dari penulisan sejarah
nasionalis Thai – seperti yang ditampilkan dalam drama televisi dan film, sebagaimana juga pada buku
teks di sekolah-sekolah – terhadap hubungan Thailand dengan negara-negara tetangganya, yang dalam
kasus tertentu menimbulkan ketegangan diplomatik. Masalah berikut menyangkut terutama sekali kepada
sejarawan profesional dalam dunia akademik: pengaruh teori “pasca-modern” sejak 1990-an dan
kemampuannya untuk meruntuhkan klaim kebenaran sejarah. Jika sejarah Thai adalah sederhana di
antara sejarah yang tak terhitung dengan tidak mengklaim keunggulan atas atas masa lalu, apakah mereka
berhak atas status istimewa? Keadaan yang menyulitkan adalah keberadaan sejarawan profesional saat ini
yang hampir tak begitu penting atas atas cara pemahaman sejarah secara populer. Bagaimana kejatuhan
disiplin sejarah secara kelembagaan, universitas dan lembaga pendidikan, mempengaruhi usia 100 tahun
keturunannya, cerita bangsa Thai?

Konflik Thailand dan Kamboja


Mengenai detail konflik Thailand & Kamboja ini, tentunya sedikit banyaknya kita dapat memantaunya di
berbagai media massa (TV, koran, dll), jadi detailnya tidak usah saya bahas lagi di sini. Yang jelas, hal
yang mirip bukan tidak mungkin dapat saja sewaktu-waktu terjadi antara Indonesia dengan negara
tetangganya.

Ada sedikit analisa (yang dalam tahap ini sebenarnya masih cukup dangkal untuk dikatakan sebagai
analisa) tentang apa sebenarnya yang kira-kira terjadi di konflik ini:

1) Walaupun masing-masing pihak (Thailand maupun Kamboja) mengklaim bahwa tembakan dimulai dari
pihak lawan (Thailand menuduh Kamboja lah yg memulai tembakan, dan begitu pula sebaliknya), saya
yakin tembakan ini dimulai oleh Thailand. (Alasan-alasan di balik ini saya paparkan di bawah)

2) Kuil Hindu Kuno (Preah Vihear) yang diperebutkan sebenarnya sudah diakui sebagai milik Kamboja oleh
PBB. Ini terbukti dengan terdaftarnya kuil ini sebagai World Heritage atas nama Kamboja beberapa tahun
lalu. Bahkan, pada tahun 1962, International Court Justice juga sudah mengakui bahwa kuil ini berada
dalam wilayah Kamboja. Jadi, sebenarnya masalah ini sudah selesai secara hukum internasional dan
Kamboja tentunya tidak memiliki kepentingan untuk memperebutkan kembali permasalahan kepemilikan
kuil ini.

3) Di sisi lain, Thailand secara politik mengalami instabilitas. PM Samak baru saja diturunkan secara paksa
oleh kekuatan rakyat (walaupun kemudian penurunan ini dilegitimasi dengan tuduhan lain). PM Somchai
yang baru naik pun sepertinya tidak akan bertahan lama, karena masih kerabat mantan PM Thaksin.
Padahal, jelas sekali bahwa massa sebelumnya menuntut penurunan PM Samak karena menuduh Samak
sebagai antek Thaksin, apatah lagi bila yang menjadi PM adalah kerabat Thaksin sendiri. Jadi, masalahnya
belum selesai dan konflik dalam negeri ini diperkirakan akan terus berkepanjangan.

4) Untuk menghadapi instabilitas dan konflik horizontal dalam negeri ini, obat yang paling ampuh adalah
mengalihkan perhatian rakyat, antara lain dengan cara "memiliki musuh bersama". Terkait ini, sangat
mungkin Thailand lah yang mengharapkan adanya konflik ini, karena jelas Kamboja tidak akan pernah bisa
diuntungkan dengan adanya konflik ini. Secara hukum internasional, posisi mereka atas kuil ini sudah jelas.
Secara politik, Kamboja relatif stabil. Secara ekonomi, mereka sedang giat-giatnya bangkit dari
keterpurukan akibat perang saudara berkepanjangan pada dekade-dekade yang telah lalu. Secara militer,
di atas kertas mereka jauh kalah dibanding Thailand sehingga tidak mungkin Kamboja sengaja menantang
Thailand untuk sebuah konflik terbuka.

5) Saya yakin, konflik ini akan berlanjut dalam bentuk provokasi-provokasi kecil secara sporadis oleh militer
Thailand, dan bila Kamboja terpancing dengan provokasi tsb, bukan tidak mungkin konflik ini akan
membesar.

6) Keberanian Thailand untuk menantang Kamboja ke dalam konflik terbuka itu sendiri kemungkinan
didorong oleh fakta perimbangan kekuatan, bahwa kekuatan militer Kamboja sendiri secara alutsista kalah
jauh dibanding Thailand. Kelemahan militer suatu negara selalu bisa menjadi salah satu pendorong /
motivasi bagi terjadinya agresi oleh negara lain ke negara tersebut.
Pelajaran bagi Indonesia yang bisa dipetik dari konflik ini adalah:

1) Setiap perselisihan tentang perbatasan maupun masalah lainnya antar negara hendaknya diupayakan
dengan jalan negosiasi.

2) Bila negosiasi bilateral menjadi buntu, maka perlu dilibatkan pihak ketiga, apakah itu PBB, negara
perantara, dsb.

3) Perlunya kekuatan militer yang signifikan agar menjadi daya penggetar bagi negara tetangga maupun
negara manapun untuk tidak memulai konflik dengan negara kita.

Kamis, 3 Juni 2010

OPERASI PENAGKAPAN BAWANG MERAH IMPOR DARI NEGARA THAILAND DAN MALAYSIA DARI
PELABUHAN DUMAI
Senin, 8 Maret 2010 11:31:20 - oleh : admin

OPERASI PENAGKAPAN BAWANG MERAH IMPOR DARI NEGARA THAILAND


DAN MALAYSIA DARI PELABUHAN DUMAI

     Dalam rangka telah berlakunya perdangan bebas terutama ACFTA-CHINA ASEAN serta derasnya arus
barang yang masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia Balai Karantina Pertanian Kelas II
Cilegon salah satu instansi Pemerintah  yang mempunyai tugas pokok dan fungsi mencegah masuk dan
tersebarnya hama dan penyakit hewan (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
serta keamanan hayati dan hewani salah satunya adalah pencegahan masuknya Pangan Segar Segar
Asal Tumbuhan (PSAT)  yang telah atau tercemar residu berbahaya (kimia ,biologi dan fisika) sejalan
dengan tugas pokok dan fungsi tersebut Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon selaku pelaksana unit
teknis dilapangan melakukan pengawasan lalulintas media pembawa baik Hewan produk  hewan serta
bibit tumbuhan, tumbuhan dan hasil tumbuhan yang di impor,ekspor maupun yang diantar areakan semua
itu diatur dalam undang-undang nomor 16 tahun 1992 dan PP nomor  82 tahun 2000 ,tentang Karantina
Hewan ,PP nomor 14 tahun 2002, tentang Karantina Tumbuhan.

      Selama melakukan operasi bersama Balai Karantina Pertanian kelas II Cilegon melakukan koordinasi
dengan pihak Kepolisian yaitu Polres,Polsek dan KP3 Merak dan telah beberapa kali melakukan
penangkapan daging celeng , kulit, tulang, burung, Anjing, Kukang serta  hewan yang dilindungi semua
telah diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Pada saat melakukan operasi hari senin tanggal 1
Maret 2010 jam 18.30 telah ditangkap kembali  3 truk yang membawa bawang merah dari Dumai ternyata
ex impor dari Thailand dan Malaysia dengan volume 22,5 ton tanpa dilengkapi dokumen karantina   dari
Dumai yang akan dibawa ke Brebes. Dokumen yang dibawa hanya surat jalan, Dokumen Bea Cukai
(kebenaran dokumen masih diragukan karena dalam bentuk fotocopy), setelah konfirmasi ke Balai
Karantina Pertanian Kelas I Pekan Baru bahwa Bawang merah tersebut tidak dilaporkan ke Petugas
Karantina Dumai. Sebagaimana kita ketahui bersama Berebes merupakan centra tanaman bawang merah.
Dalam rangka untuk melindungi petani sesuai dengan Peraturan Menteri pertanian nomor
18/Permentan/OT.140/2/2008 tentang persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan
Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
dan pencegahan masuk dan tersebarnya OPTK  dari luar negeri Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon
melakukan Penahanan terhadap media pembawa bawang merah tersebut untuk diproses hukum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

INFORMASI : Penangkapan Bawang Merah.

1. Bawang Merah diangkut dengan 3 (Tiga Truk) masing-masing truk membawa 750 Sak setiap sak
berisi 10 KG = 7500 Kg/Truk.

          Jadi jumlah bawang merah seluruhnya 7500 x 3 = 22.500 Kg.

1. Sopir Truk bernama : AL, No Pol.B.9997 HO,SPL,No.Pol.BA 9032 NE,BJM,No.Pol B.9901 OG.
2. Pengirim : BMD (ekspidisi)
3. Penerima : H. Rdn Psr.Klampok Berebes.
Nama : Maisa Rasyida Pancaputri
Kelas : X-3
No.absen : 21

SMA NEGERI 1 CIMAHI

You might also like