You are on page 1of 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(Teams Games Tornament ) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN


KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VIII B MTsN
SUKOWONO

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan Fisika

Oleh :

ULFA MAZIDAH
NIM : 080210192023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata pelajaran fisika merupakan suatu ilmu yang ditunjukkan untuk
mempelajari semua gejala alam. Oleh karena itu, sebagian besar peristiwa alam
dalam kehidupan sehari-hari dipelajari dalam mata pelajaran fisika sehingga siswa
tidak hanya membaca, mendengar, dan menjelaskan apa yang disuruh guru dan
juga dapat mengalaminya secara langsung dan dapat membangun pengetahuan
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Karena fisika bukan hanya
penguasaan sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, dan prinsip kerja saja,
tetapi juga sebagai penemuan yang dapat membangun sumber daya manuasia
yang berkualitas.
Fisika merupakan salah satu pelajaran yang memiliki kualitas hasil belajar
yang rendah. Beberapa kendala dalam pembelajaran fisika antara lain adalah
penggunaan metode dan model pembelajaran oleh guru yang kurang cocok dalam
suasana kelas tersebut, media pembelajaran yang digunakan juga kurang tepat,
guru juga kurang memperhatikan minat dan perhatian siswa terhadap mata
pelajaran fisika. Sebagian besar siswa sering mengeluhkan mata pelajaran fisika
sebagai mata pelajaran yang kurang disukai dengan alasan mata pelajaran fisika
adalah mata pelajaran yang sulit karena banyaknya rumus-rumus yang harus
dihafalkan serta konsep yang susah dipahami oleh siswa. Sehingga banyak siswa
yang malas dan kurang bersemangat terhadap mata pelajaran fisika. Ini
ditunjukkan oleh keaktivan siswa yang rendah yaitu : hanya sebagian saja yang
memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, berbicara
sendiri, siswa jarang yang bertanya meskipun tidak paham, tidak antusias terhadap
tugas yang diberikan, ada sebagian siswa yang bermain-main pada saat proses
pembelajaran.
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan
menerapkan pendekatan, model, metode, strategi pembelajaran dan penggunaan
media pembelajaran yang tepat. Dengan harapan, dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Sehingga dapat merubah asumsi
bahwa mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang tidak hanya berisi tentang
rumus-rumus, hukum, prinsip, dan materi hafalan, tetapi juga berisi tentang
informasi yang bermanfaat dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MTs Negri Sukowono,
didapat bahwa pembelajaran IPA terutama fisika masih menggunakan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Sehingga siswa hanya
mendapatkan pengetahuan tentang mata pelajaran fisika hanya dari seorang guru
saja. Dengan keadaan yang seperti ini, nilai yang diperoleh siswa atau nilai rata-
rata hasil ujian sekolah kelas VIII B MTs Negri Sukowono hanya mencapai nilai
5,00. Selain itu aktifitas belajarnya juga rendah. Sehingga perlu diadakan
pendekatan lebih agar siswa tidak malas dan siswa bisa semangat dan aktif dalam
pembelajaran fisika.
Oleh karena itu dibutuhkan model yang relevan dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan siswa MTs Negri Sukowono dalam pembelaran fisika
yaitu dengan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament). Penerapan
model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok
bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Diusahakan dinamika kelompok
kohesif dan kompak sehingga dapat menumbuhkan rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut,
santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai disajikan dalam bentuk diskusi.
Berdasarkan uraian diatas, maka model pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament) dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan di kelas VIII B MTs
Negri Sukowono yaitu mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran
khususnya pembelajaran fisika yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil
belajar siswa, motivasi belajar, keaktifan siswa, dan interaksi siswa dengan siswa
dan guru.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII A MTs
Negeri Sukowono”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dapat dirumuskan


suatu permasalahan yaitu:

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar dengan


menggunakan model TGT (Teams Games Tournament) dalam
pembelajaran fisika?
2. Bagaimana peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah
pembelajaran fisika dengan menggunakan model TGT (Teams Games
Tournament) di kelas VIII A MTsN Sukowono?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:


1. Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika selama
menerapkan model TGT (Teams Games Tournament) di kelas VIII A
MTsN Sukowono.
2. Mendeskripsikan penerapan model TGT (Teams Games Tournament)
dalam meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa dikelas VIII A MTsN
Sukowono.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam rangka
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika yang lebih baik.
2. Bagi guru, sebagai solusi dan masukan dalam memilih model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran fisika
3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan
tentang peningkatan kualitas pembelajaran fisika sebagai bekal di dunia
kerja.
4. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
mengenai alternatif cara belajar guna meningkatkan keaktivitas dan
ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajarn fisika.
5. Disamping itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk penelitian lebih lanjut.
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Fisika


Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa
dalam rangka mencapai tujuan belajar mengajar. Pembelajarn fisika merupakan
suatu proses belajar mengajar yang dibangun guru untuk mengembangkan
kreativitas berfikir, memperoleh dan memperoses pengetahuan tentang gejala-
gejala alam, serta bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor siswa yang dikembangkan melalui pengalaman belajar. Jadi,
pembelajaran fisika lebih mengutamakan peran siswa untuk memahami sendiri
fakta-fakta, konsep, dan prinsip fisika yang ditemuinya melalui bimbingan guru
sesuai dengan pendekatan belajar yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.
2.2 Permainan Dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran fisika dikelas, dibutuhkan komunikasi dan interaksi
yang baik antar guru dan siswa. Untuk itu, seorang guru harus memperhatikan
kesiapan intelaktual siswa serta pemilihan model pembelajaran dan penggunaan
media pembelajaran yang tepat. Disini guru dituntut kreatif menciptakan situasi
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan mengerahkan secra
optimal sumber daya sumber dana yang ada untuk membuat siswa dapat
menyenangi mata pelajaran fisika sehingga diharapkan dapat memberikan hasil
belajar fisika yang lebih baik.
Pembelajaran dapat juga dilakukan dengan cara melakukan permainan
yang melibatkan banyak siswa dengan peran masing-masing. Dengan melibatkan
bermain, maka unsur permainan memberi kesempatan yang menyenangkan untuk
belajar yang hampir tidak disadari merupakan suatu alat yang efektif untuk
merangsang minat dan memacu siswa untuk belajar. Beberapa permainan yang
dapat digunakan sebagai metode pembelajarn antara lain bermain peran,
permainan dengan menggunakan alat bantu kertas, simulasi, bermain kartu, dan
teka-teki silang.
2.3 Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams Games Tournament)
2.3.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam

pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis

bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe

pembelajaran tradisional.Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan

kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan

pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial.

Pendekatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain:

1. Ketrampilan sosial

 Artinya ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi dalam

kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.

2. Interaksi   tatap muka

Setiap individu akan berinteraksi  secara bersemuka dalam

kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok

melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian. 

3.      Pelajar harus saling bergantung positif

Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing

yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap

siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam

kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya

dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada


kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling

memenuhi dan bantu-membantu.

Menurut Kagan (1994),pembelajaran kooperatif mempunyai banyak

manfaat,yaitu:

a. Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa

b. Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan

sosial

c. Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan

d. Dapat meningkatkan kepercayaan diri

e. Dapat meningkatkan kemahiran teknologi.

2.3.2 Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar
dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama,persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
a. Penyajian kelas
b. Kelompok ( team )
c. Game
d. Turnamen
e. Penghargaan kelompok (team recognise)
2.3.3 Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
Pada penelitian ini, langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif
dengan model TGT adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan (Kegiatan sebelum KBM berlangsung)
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi siswa untuk belajar
 Guru membentuk kelompok secara heterogen, masing-masing
kelompok 5-6 orang
2. Kegiatan Inti(Kegiatan pada saat KBM berlangsung)
 Guru menyampaikan materi dan
 Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok
 Siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing
 Terjadi diskusi kelompok dan antar kelompok
 Guru memberikan permainan akademik
 Setiap kelompok yang telah dibentuk, mengirimkan wakil dari
kelompok masing-masing untuk bermain dengan perwakilan masing-
masing kelompok.
 Setelah selesai siswa kembali ke kelompok asal dan menyampaikan
jumlah skor yang diperoleh.
3. Kegiatan Penutup ()
 Siswa diberi penghargaan berdasarkan skor yang diperoleh baik skor
kelompok atau skor individu
2.4 Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
2.4.1 Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar siswa disekolah bervariasi. Aktifitas belajar fisika
siswa merupakan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran fisika
di kelas dengan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament). Dalam
penelitian ini aktivitas siswa yang diamati yaitu, memperhatikan penjelasan
guru,melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan,bekerjasama dalam satu tim, berdiskusi antar teman 1 kelompok,
membuat kesimpulan.

2.4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar siswa merupakan taraf keberhasilan yang dicapai oleh
siswa berupa perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti proses
pembelajaran fisika berlangsung maupun seteleh mendapatkan pengajaran dengan
menggunakan model TGT (Teams Games Tournament), yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dimana hasil belajar diperoleh dari hasil test yaitu pre
test atau post dan skor tournament. Criteria ketuntasan hasil belajar secara
perorangan apabila telah mencapai skor ≥ 70. Presentase ketuntasan yaitu
perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dengan dengan jumlah seluruh
siswa kelas VIII B MTsN Sukowono setelah mencapai 75 %.

2.5 Kerangka Konseptual Penelitian

Model Pembelajaran TGT

Proses Belajar Mengajar Fisika Kelas VII-B

Konsep Belajar Kemampuna Awal

Aktivitas Belajar Siswa

Ketuntasan
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri Sukowono Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember Semester Genap tahun pelajaran 2010/201. Adapun alasan
pemilihan tempat penelitian sebagai berikut :
a. Adanya permasalahan proses pembelajaran sehingga perlu adanya tindakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut
b. MTsN Sukowono memenuhi criteria dan memungkinkan untuk diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

3.2 Desain Penelitian

Siklus penelitian Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dlam konsep


pada pembelajaran fisika di SMP adalah:

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan tindakan yaitu
sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
model TGT (Teams Games Tournament)
b. Menyiapkan media pembelajarn yang dibutuhkan saat pembelajaran
berlangsung
c. Menyusun perangkat pembelajaran (bahan ajar, RPP, LKS, lembar
observasi, media, dan sistem penilaian) dan pembuatan instumen
tindakan (pedoman observasi, pedoman wawancara)
2. Pelaksanaan Tindakan
Berupa implementasi kegiatan pembelajaran berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat pada fase sebelumnya. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Memotivasi siswa untuk belajar
c. Guru membentuk kelompok secara heterogen, masing-masing
kelompok 5-6 orang
d. Guru menyampaikan materi dan
e. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok
f. Siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing
g. Terjadi diskusi kelompok dan antar kelompok
h. Guru memberikan permainan akademik
i. Setiap kelompok yang telah dibentuk, mengirimkan wakil dari
kelompok masing-masing untuk bermain dengan perwakilan masing-
masing kelompok.
j. Setelah selesai siswa kembali ke kelompok asal dan menyampaikan
jumlah skor yang diperoleh.
k. Siswa diberi penghargaan berdasarkan skor yang diperoleh baik skor
kelompok atau skor individu
3. Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersama-sama dengan pelaksanaan
tindakan yang merupakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
kelompok selama pembelajaran berlangsung dan juga aktivitas guru mulai
proses pembelajaran sampai tes dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disediakan. Kegiatan yang dilakukan observer adalah
mengamati kegiatan siswa selama proses pelaksanaan tindakan
berlangsung yang meliputi, memperhatikan penjelasan guru, melakukan
kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, bekerjasama dalam
satu tim, berdiskusi antar teman 1 kelompok. Selain itu observer juga
mengamati aktivitas guru. Aktivitas guru yang diamati adalah untuk
mengetahui apakah guru telah melakukan sesuai dengan langkah
pembelajaran yang telah dibuat. Selanjutnya dianalisis untuk mengetahui
presentasi keaktivan siswa.
4. Kegiatan Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan upaya untuk mengkaji segala hal yang
terjadi dengan cara menganalisis, memahami, menjelaskan, menyimpulkan
hasil tes, hasil pengerjaan LKS, observasi, wawancara. Jika hasilnya
meningkat maka penelitian dinyatakan berhasil. Jika tidak maka
dilanjutkan ke siklus kedua. Tetapi jika siklus kedua belum mencapai hasil
yang diinginkan maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya dan
dilakukan analisis mengenai penyebabnya.

Siklus 2

Siklus kedua dilakukan apabila hasil-hasil yang diperoleh pada siklus


pertama tidak memenuhi target yang diinginkan. Yang didahului dengan
perbaikan berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama.

1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
2. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan model TGT berdasarkan rencana pembelajaran
hasil refleksi pada siklus pertama.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti beserta observer untuk mengamati
aktivitas siswa pada pembelajaran fisika dengan model TGT
4. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksaan siklus kedua an jika pada
siklus kedua hasil yang diharapkan belum terpenuhi maka dibuat siklus 3
Tetapi jika pada siklus pertama sudah memenuhi hasil yang diharapkan
maka siklus kedua tidak usa dilaksanakan. Siklus kedua sebagai perbaikan
dari siklus pertama atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus
pertama. Tindakan yang sudah baik pada siklus pertama tetap
dilaksanakan.
3.3 Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenisnya. Kemudian
variabel-variabel yang sudah dibedakan tersebut didefinisikan dalam definisi
operasional variabel yang bertujuan untuk memperjelas pengertian variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, jenis variabel meliputi variabel bebas (Independent
Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable).
a. Variabel bebas : Model TGT (Teams Games Tournament)
b. Variabel terikat : - Aktivitas belajar fisika siswa
- Ketuntasan hasil belajar fisika siswa

Agar penelitian ini mudah dipahami serta tidak terjadi salah pengertian,
maka perlu didefinisikan beberapa variabel yang ada dalam penelitian ini.

1. Model TGT (Teams Games Tournament)


Pembelajaran Model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 5-6 rang yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin, ras yang berbeda.
b. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada
setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan
anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,
sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
c. Guru memberikan permainan akademik.
d. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam    meja – meja
turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang
merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja
permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok
yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara
homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja
turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara.
e. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnament. permainan dimulai dengan
membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci
ditaruh  terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai
berikut:
 setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan
pemain yang pertama dengan cara undian.
 pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi
nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.
 Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian
yang diambil oleh pemain.
 Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
 Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci
jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab
benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
 Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu
soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam
agar setiap  peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai
pembaca soal, pemain, dan penantang.
 Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja
menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin
yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
f. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan
melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok
memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang
telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang
diterima oleh kelompoknya.
2. Aktvitas Belajar Fisika Siswa
Aktivitas belajar siswa disekolah bervariasi. Aktifitas belajar fisika siswa
merupakan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran fisika di
kelas dengan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament). Dalam
penelitian ini aktivitas siswa yang diamati yaitu, memperhatikan penjelasan guru,
melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, bekerjasama
dalam satu tim, berdiskusi antar teman 1 kelompok, membuat kesimpulan.
3. Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Siswa
Hasil belajar siswa merupakan taraf keberhasilan yang dicapai oleh siswa
berupa perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran
fisika berlangsung maupun seteleh mendapatkan pengajaran dengan menggunakan
model TGT (Teams Games Tournament), yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dimana hasil belajar diperoleh dari hasil test yaitu pre test atau post
an skor tournamnt. Criteria ketuntasan hasil belajar secara perorangan apabila
telah mencapai skor ≥ 70. Presentase ketuntasan yaitu perbandingan antara jumlah
siswa yang tuntas dengan dengan jumlah seluruh siswa kelas VIII A MTsN
Sukowono setelah mencapai 75 %.

You might also like