You are on page 1of 5

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA


GEOMETRI AKSIOMATIS

Disusun Oleh:
RETNO SARI (08006071)
NURUL KURIATI MAHMUDAH (08006090)
EPA YULIANA (08006116)
P.MAT 5D

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2010/2011

Filsafat Pendidikan Matematika Page 1


GEOMETRI AKSIOMATIS
Ciri khas paling utama yang membedakan matematika dari berbagai cabang sains
empiris dan yang bertanggung jawab akan kemasyurannya sebagai ratunya sains. Tidak
meragukan adalah keistimewaannya pada hasilnya yang perlu dan pasti. Suatu hipotesis yang
berkaitan dengan “materi fakta empiris” dapat mencapai paling baik seperti yang biasa
disebut memiliki probabilitas tinggi atau mempunyai derajat konfirmasi tinggi atas dasar
bukti relevan yang tersedia. Tetapi, bagaimanapun baiknya hipotesis itu telah
dikonfirmasikan dengan uji yang hati-hati, probabilitas yang tinggi tersebut tidak akan pernah
menepis atas penolakan bahwa hipotesis itu kelak di kemudian hari berdasarkan bukti
ketidakcocokannya atas metode uji yang baru. Jadi, semua teori dan hipotesis sains empiris
tunduk pada ciri khas “untuk sementara waktu” yang telah dibangun dan diterima “sampai
catatan selanjutnya”. Sementara teorema-teorema matematika sekali dibuktikan, sekali
dibangun, untuk selama-lamanya.

Sifat kebenaran matematika dapat dipahami melalui analisis metode dengan cara
bagaimana ia dibangun. Di sini dengan singkat dapat disebutkan : cara ini adalah metode
demonstrasi matematis yang terdiri atas deduksi logis proporsisi-proporsisi yang akan
dibuktikan dari proporsisi-proporsisi lainnya, yang telah terlebih dahulu dibuktikan. Geometri
secara historis merupakan contoh pertama kali dari disiplin matematika yang disajikan secara
aksiomatis. Seperangkat postulat klasik, bagaimanapun, di mana Euclid mandasarkan
sistemnya, telah terbukti ketakcukupannya untuk deduksi di atas teorema-teorema terkenal
dalam apa yang disebut dengan gometri-euclid, maka postulat-postulat klasik ini telah
direvisi dan ditambahkan dalam zaman modern ini, dan sekarang berbagai postulat yang
cukup memadai untuk geometri Euclid, telah tersedia. Orang yang sangat dekat hubungannya
dengan system Euclid barangkali adalah Hilbret.

Ketidakcukupannya Postulat-Postulat Euclid

Tak cukupnya perangkat postulat-postulat milik Euclid adalah penggambaran suatu


titik yang krusial bagi metode aksiomatis dalam matematika modern. Setelah postulat-
postulat suatu teori ditetapkan, setiap proporsisi selanjutnya dalam teori itu harus dibuktikan
secara eksklusif dengan metode deduksi logis dari postulat-postulat. Setiap keinginan,
eksplisit atau implicit, terhadap semacam perasaan atau self-evidence, atau terhadap cirri
khas gambar-gambar geometri , atau terhadap pengalaman kita terhadap benda-benda kaku
dalam ruang fisik atau sejanis, amat sangat dilarang. Cara-cara demikian boleh mempunyai

Filsafat Pendidikan Matematika Page 2


nilai heuristic (meneliti sendiri) dalam membimbing usaha kita untuk mencapai bukti
langsung teori-teori itu, akan tetapi bukti itu sendiri harus sama sekali tidak memuat acuan
yang demikian sebagai alat bantu. Hal ini penting utamanya dalam geometri, dimana apa
yang biasa kita sebut intuisi hubungan geometri kita, dibantu oleh acuan gambar-gambar atau
pengalaman fisik terdahulu, dapat dengan diam-diam mempengaruhi penggunaan asumsi-
asumsi yamg tidak dirumuskan di dalam postulat-postulat atau tidak dapat dibuktikan
dengannya.

Kepastian Matematika

Ciri khas deduksi murni dalam pembuktian matematika inilah yang membentuk dasar
kepastian matematika. Apa yang dibangun oleh bukti matematis yang rigor (umpamanya
proporsisi tentang jumlah sudut-sudut suatu segitiga) bukanlah kebenaran proporsisi dalam
permasalahan itu melainkan pemahaman suatu kondisional yang berarti bahwa proporsisi itu
pasti benar asalkan saja postulat-postulat itu benar. Dengan kata lain, bukti proposisi
matematika membangun fakta bahwa yang terakhir itu adalah implikasi logis dari postulat-
postulat teori yang yang dipermasalahkan. Jadi, setiap teorema matematika dapat disusun
kedalam bentuk:

(P1.P2.P3…PN) ------> T

Dimana ungkapkan sebelah kiri adalah konjungsi (gabungan arsesi) dari semua postulat,
lambing sebelah kanan menyajikan teorema dalam perumusan biasanya, dan panah
mengungkapkan relasi implikasi logis atau kelahiran. Ketetapan cirri khas teorema
matematika ini adalah penalaran tentang kepastian dan keperluan utama, disebutkan dimuka.

Ciri khas deduksi murni ialah bahwa kesimpulan yang diperoleh tidak lain hanyalah
mengarsesi kembali (sejati atau tak sejati) bagian apa yang telah diungkapkan dalam premis-
premis. Hal yang sama dalam semua kasus deduksi logis yang lain (dan merupakan satu-
satunya metode bukti dalam matematika) adalah suatu teknik analisis konsptual : metode
menyingkap asersi apa yang tersembunyi di dalam seperangkat premis yang diberikan.

Oleh karena semua bukti matematis mendasarkan secara ekslusif pada deduksi logis
dari postulat-postulat tertentu, akibatnya ialah bahwa suatu teorema matematika tertentu,
seperti teorema Pythagoras di dalam geometri tidak mengarsesikan apapun bahwa secara
objektif atau secara teoritis baru jika dibandingkan dengan postulat-postulat tempat teorema-
teorema itu diturunkan, meskipun isinya dapat saja secara psikologis baru dalam arti bahwa

Filsafat Pendidikan Matematika Page 3


kita tidak menyadari atas keberadaannya secara implisit telah terkandung di dalam postulat-
postulat itu.

Sifat kepastian utama matematika itu sekarang jelas : suatu teorema matematika
adalah pasti relatif terhadap perangkat aksioma dari mana teorema itu diturunkan, yaitu perlu
untuk benar jika dibuktikan secara rigor, mengarsesikan kembali bagian apa yang telah
dipersyaratkan dalam postulat-postulat. Kebenaran jenis kordisional ini jelas berimplikasi
tidak ada arsesi tentang materi fakta empiris dan dengan demikian menjadi tidak pernah
terjadi pertentangan dengan sembarang penemuan empiris, bahkan pada jenis yang paling
tidak diharapkan sekalipun. Kebenaran matematika adalah kepastian yang tidak dapat
dipersalahkan oleh sebab ia kosong dari faktual, atau konten empiris. Dengan demikian
sebarang teorema geometri, jika ditata kdalam bentuk kordisional seperti dilukiskan di atas,
bersifat analisis dalam arti teknik logis, sehingga benar apriori yaitu, kebenarannya dapat
dibangun melalui mesin logika formal sendiri, tanpa sebarang acuan data empiris.

Postulat dan Kebenaran


Sementara bukti geometri tidak diragukan lagi disebabkan kita dapat mengasersikan
suatu proposisi secara kondisional yaitu atas kondisi bahwa postulat – postulat ditrima.
Apakah tidak benar menambahkan bahwa geometri juga mengasersikan secara tidak
kondisional kebenaran postulat-postulatnya dan dengan demikian, menurut hubungan
deduktif antara postulat dan teorema. Jelas oleh dua aspek penting dalam perlakuan
aksiomatis dalam geometri yang akan dibicarakan dengan singkat berikut ini :

Aspek pertama adalah fakta yang sangat terkenal bahwa dalam perkembangan
matematika masa kini, beberapa system geometri telah dibangun yang ternyata tidak
kompatibel dengan geometri Euclid dan didalamnya. Postulat geometri Euclid yang sangat
mendasar terkenal dengan postulat kesejajaran,yang mengasersikan bahwa melalui setiap
titik P yang tidak pada garis / terdapat tepat satu titik garis sejajar yaitu suatu garis yang tidak
memotong garis. Tipe geometri non Euclid yang pertama ini,disebut geometri
hiperbolik,diketemukan pada awal tahun dua puluh abad ke-19. Hamper bersamaan, tetapi
tidak saling mempengaruhi satu sama lain, juga oleh orang Rusia N.L. Lobachevsky dan oleh
seorang Hungaria J. Bolyai. Kemudian Rieman mengembangkan geometri alternatif, yang
dikenal sebagai geometri eliptik, dimana aksioma kesejajaran diganti dengan postulat yang
mengatakan bahwa tidak ada sembarang garis yang sejajar.

Filsafat Pendidikan Matematika Page 4


Kenyataan bahwa berbagai jenis geometri ini telah dikembangkan di dalam
matematika modern jelas menunjukkan bahwa matematika tidak dapat dikatakan
mengasersikan kebenaran sembarang perangkat postulat geometri khusus. Semuanya dapat
dibangun oleh konsekuensi deduktif dari seperangkat postulat yang diberikan dan dengan
demikian perlunya kebenaran teorema-teorema yang diakibatkan relatif pada postulat-
postulat yang mendasarinya.

Aspek kedua, observasi yang serupa menunjukkan bahwa matematika tidak


mengasersikan kebenaran sembarang seperangkat khusus yang mengacu pada kedudukan
konsep-konsep dalam geometri. Terdapatlah dalam setiap teori aksiomatis, kemiripan yang
dekat antara pelaku proposisi-proposisi dan konsep-konsep dalam system itu. Secara
analogis konsep-konsep terbagi dalam dua kelompok : konsep-konsep dasar atau primitif-
primitif, dimana tidak ada definisi yang diberikan,dan yang lain-lain yang masing-masing
harus didefinisikan dengan tepat dalam term-term primitive. Analogi diteruskan : tepat seperti
terdapatnya tak hingga banyak, secara teori system aksioma yang sesuai untuk sebuah teori
yang sama. Misalnya geometri Euclid maka secara teori terdapat tak hingga banyakpilihan
yang mungkin untuk term-term primitive dalam teori itu. Aksiomatisasi Hibert pada
geometri datar memuat enam primitif titik, garis lurus,terletak ( suatu titik pada suatu garis),
antara ( sebagai relasi tiga titik pada suatu garis lurus ), kongruen untuk ruas-ruas garis, dan
kungruen untuk sudut-sudut. Geometri ruang,dlam aksiomatisasi Hilbert, memerlukan dua
tambahan primitive lagi, yaitu bidang dan letak titik tehadap bidang. Semua konsep geometri
yang lain , seperti sudut,segitiga,lingkaran, dan sebagainya,didefinisikan dalanm term-term
konsep dasar.

Sebagai konsekuensinya, geometri tidak dapat dikatakan mengasersikan kebenaran


postulat-postulatya, sebab yang terakhir itu dirumuskan dalam term-term konsep tanpa
sembarang makna istemewa. Dengan alasan inilah, postulat-postulat sendirian tidak membuat
sembarang asersi khusus yang memungkinkan orang dapat metetapkan benar atau salah!
Dalam terminologi logika modern,postulat-postulat itu bukan kalimat-kalimat, akan
tetapifungsi kalmiat denan konsep-konsep primitif sebagai variable argumen. Hal ini juga
menunjukkan bahwa postulat-postulat.

Sumber : http://gudangartikels.blogspot.com/2011/03/geometri-aksiomatis.html

Filsafat Pendidikan Matematika Page 5

You might also like