Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
RETNO SARI (08006071)
NURUL KURIATI MAHMUDAH (08006090)
EPA YULIANA (08006116)
P.MAT 5D
Sifat kebenaran matematika dapat dipahami melalui analisis metode dengan cara
bagaimana ia dibangun. Di sini dengan singkat dapat disebutkan : cara ini adalah metode
demonstrasi matematis yang terdiri atas deduksi logis proporsisi-proporsisi yang akan
dibuktikan dari proporsisi-proporsisi lainnya, yang telah terlebih dahulu dibuktikan. Geometri
secara historis merupakan contoh pertama kali dari disiplin matematika yang disajikan secara
aksiomatis. Seperangkat postulat klasik, bagaimanapun, di mana Euclid mandasarkan
sistemnya, telah terbukti ketakcukupannya untuk deduksi di atas teorema-teorema terkenal
dalam apa yang disebut dengan gometri-euclid, maka postulat-postulat klasik ini telah
direvisi dan ditambahkan dalam zaman modern ini, dan sekarang berbagai postulat yang
cukup memadai untuk geometri Euclid, telah tersedia. Orang yang sangat dekat hubungannya
dengan system Euclid barangkali adalah Hilbret.
Kepastian Matematika
Ciri khas deduksi murni dalam pembuktian matematika inilah yang membentuk dasar
kepastian matematika. Apa yang dibangun oleh bukti matematis yang rigor (umpamanya
proporsisi tentang jumlah sudut-sudut suatu segitiga) bukanlah kebenaran proporsisi dalam
permasalahan itu melainkan pemahaman suatu kondisional yang berarti bahwa proporsisi itu
pasti benar asalkan saja postulat-postulat itu benar. Dengan kata lain, bukti proposisi
matematika membangun fakta bahwa yang terakhir itu adalah implikasi logis dari postulat-
postulat teori yang yang dipermasalahkan. Jadi, setiap teorema matematika dapat disusun
kedalam bentuk:
(P1.P2.P3…PN) ------> T
Dimana ungkapkan sebelah kiri adalah konjungsi (gabungan arsesi) dari semua postulat,
lambing sebelah kanan menyajikan teorema dalam perumusan biasanya, dan panah
mengungkapkan relasi implikasi logis atau kelahiran. Ketetapan cirri khas teorema
matematika ini adalah penalaran tentang kepastian dan keperluan utama, disebutkan dimuka.
Ciri khas deduksi murni ialah bahwa kesimpulan yang diperoleh tidak lain hanyalah
mengarsesi kembali (sejati atau tak sejati) bagian apa yang telah diungkapkan dalam premis-
premis. Hal yang sama dalam semua kasus deduksi logis yang lain (dan merupakan satu-
satunya metode bukti dalam matematika) adalah suatu teknik analisis konsptual : metode
menyingkap asersi apa yang tersembunyi di dalam seperangkat premis yang diberikan.
Oleh karena semua bukti matematis mendasarkan secara ekslusif pada deduksi logis
dari postulat-postulat tertentu, akibatnya ialah bahwa suatu teorema matematika tertentu,
seperti teorema Pythagoras di dalam geometri tidak mengarsesikan apapun bahwa secara
objektif atau secara teoritis baru jika dibandingkan dengan postulat-postulat tempat teorema-
teorema itu diturunkan, meskipun isinya dapat saja secara psikologis baru dalam arti bahwa
Sifat kepastian utama matematika itu sekarang jelas : suatu teorema matematika
adalah pasti relatif terhadap perangkat aksioma dari mana teorema itu diturunkan, yaitu perlu
untuk benar jika dibuktikan secara rigor, mengarsesikan kembali bagian apa yang telah
dipersyaratkan dalam postulat-postulat. Kebenaran jenis kordisional ini jelas berimplikasi
tidak ada arsesi tentang materi fakta empiris dan dengan demikian menjadi tidak pernah
terjadi pertentangan dengan sembarang penemuan empiris, bahkan pada jenis yang paling
tidak diharapkan sekalipun. Kebenaran matematika adalah kepastian yang tidak dapat
dipersalahkan oleh sebab ia kosong dari faktual, atau konten empiris. Dengan demikian
sebarang teorema geometri, jika ditata kdalam bentuk kordisional seperti dilukiskan di atas,
bersifat analisis dalam arti teknik logis, sehingga benar apriori yaitu, kebenarannya dapat
dibangun melalui mesin logika formal sendiri, tanpa sebarang acuan data empiris.
Aspek pertama adalah fakta yang sangat terkenal bahwa dalam perkembangan
matematika masa kini, beberapa system geometri telah dibangun yang ternyata tidak
kompatibel dengan geometri Euclid dan didalamnya. Postulat geometri Euclid yang sangat
mendasar terkenal dengan postulat kesejajaran,yang mengasersikan bahwa melalui setiap
titik P yang tidak pada garis / terdapat tepat satu titik garis sejajar yaitu suatu garis yang tidak
memotong garis. Tipe geometri non Euclid yang pertama ini,disebut geometri
hiperbolik,diketemukan pada awal tahun dua puluh abad ke-19. Hamper bersamaan, tetapi
tidak saling mempengaruhi satu sama lain, juga oleh orang Rusia N.L. Lobachevsky dan oleh
seorang Hungaria J. Bolyai. Kemudian Rieman mengembangkan geometri alternatif, yang
dikenal sebagai geometri eliptik, dimana aksioma kesejajaran diganti dengan postulat yang
mengatakan bahwa tidak ada sembarang garis yang sejajar.
Sumber : http://gudangartikels.blogspot.com/2011/03/geometri-aksiomatis.html