You are on page 1of 10

Bersyukur Kepada Allah

Alhamdulillah adalah kata yang paling tepat untuk selalu diucapkan, mengingat segala
yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia. Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat Yang
Maha Suci, tiada sesuatu yang menyertaiNya dan tiada sesuatupun sebelumNya. Dia
menciptakan apapun yang Dia kehendaki. Allah berfirman “Orang-orang yang mengingat Allah
baik dalam keadaan berdiri , duduk ataupun berbaring serta memikirkan penciptaan langit dan
bumi seraya berdoa Wahai Tuhan kami,tidaklah engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia”
Hanya orang berimanlah yang akan senantiasa bersyukur kepada Allah dengan selalu
memikirkan segala hal tentang ciptaan Allah dan segala pemberianNya kepada hambaNya
dengan adil. Semua zat yang ada di langit, gunung-gunung, lautan, sungai-sungai, padang
sahara, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan serta seluruh bagian di alam semesta ini semuanya
mensucikan Allah sekaligus bersujud dan tunduk patuh kepadaNya serta mentaatiNya. Allah
berfirman “Senantiasa bertasbih kepadaNya langit yang tujuh, bumi dan siapa saja yang ada
didalamnya. Tidak ada satu mahluk pun kecuali mensucikan dan memujiNya. Akan tetapi kalian
tidaklah memahami tasbih mereka. Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan Maha Pengampun”
(QS. Al-Isro’:44)

Syukur merupakan kualitas hati yang harus diraih dan dimiliki setiap muslim. Dengan
bersyukur, kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Syukur
mengajarkan kita untuk selalu memaknai hidup dari sudut pandang positif. Karenanya,
syukur akan mengantarkan kita kepada pencapaian kesuksesan di dunia dan akhirat, sekaligus
selalu mendapatkan tambahan nikmat dari Allah SWT.

Sesungguhnya Allah telah menaburkan begitu banyak nikmat dan karunia kepada kita semua.
Allah berjanji bahwa jika manusia pandai bersyukur, niscaya Allah akan menambah karuniaNya.
Sebaliknya jika manusia ingkar maka Dia mengancam akan memberikan siksa yang amat pedih
dan menghancurkan.
Umat Islam yang mayoritas, tapi mengapa kesengsaraan, musibah, kemiskinan,
kebodohan, kriminalitas semakin tinggi?
Jawabannya, karena kita kurang bersyukur kepada Allah. Kita terlalu membangkang dan
berkhianat terhadap setiap perintah Allah,kita terlalu mengagungkan akal untuk menandingi
Allah. Kita menolak mentah-mentah hukum-hukum Allah dan lebih memilih kepada akal dan
menuruti hawa nafsu.
Setiap hari kita hidup di bumi Allah, makan rizki Allah, tapi kita merasa kitalah pemilik dunia ini.
Apakah kita tidak pernah belajar dari kisah-kisah kaum yang dimusnahkan Allah?
Allah berfirman ”Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yang dulunya
aman lagi tenteram, rezekinya datang berlimpah ruah kepadanya dari segala penjuru (tempat),
tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada
mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (QS. An
Nahl:112)

Kalau Dia menghendaki, semua yang ada pada diri kita bisa berubah sama sekali. Semua
yang kita miliki akan lenyap dan tidak ada yang abadi. Semuanya akan lenyap kembali
kepadaNya. Bahkan diri kitapun kalau nyawa ini sudah tidak ada, akan lebur kembali
menjadi debu. “ Inna lillahi wa’inna illaihi roji’un “ Semua yang kita banggakan akan lenyap
dari diri kita, kecauli 3 hal. Yaitu. Ilmu yang bermanfaat, amalan yang baik, dan anak yang
soleh, yang selalu mendo’akan kita.

Apalah arti diri kita jika dihadapkan pada kekuasaan Allah. Kita dapat hidup sejahtera,
senang, kaya raya, sehat wal’afiat, kuat jasmani dan rohani, itu tidak lain dan tidak bukan,
karena Allah. Bukan karena usaha atau kecakapan dari diri kita sendiri. Oleh karena itu,
jikalau kita kebetulan berada pada keadaan yang demikian, hendaklah kita lebih bersyukur
kepadaNya.Salah satu tanda sikap bersyukur adalah tidak congkak dan tidak sombong. Selalu
menyadari bahwa hidup yang ada dalam diri kita bukan milik kita, melainkan milik Allah
SWT.

“ Orang yang pandai ber syukur selalu akan mengalami kesenangan dan kepuasan dalam
hidupnya.

Allah Maha Segala-galanya. Dan kita sebagai makhluqNya, janganlah sekali-kali mempunyai
sifat dan sikap yang congkak atau sombong. Apalah arti diri kita jika dihadapkan pada
kekuasaan Allah. Kita dapat hidup sejahtera, senang, kaya raya, sehat wal’afiat, kuat jasmani
dan rohani, itu tidak lain dan tidak bukan, karena Allah. Bukan karena usaha atau kecakapan
dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, jikalau kita kebetulan berada pada keadaan yang
demikian, hendaklah kita lebih bersyukur kepadaNya.Salah satu tanda sikap bersyukur adalah
tidak congkak dan tidak sombong. Selalu menyadari bahwa hidup yang ada dalam diri kita
bukan milik kita, melainkan milik Allah SWT.

Oleh karena itu di akhir tulisan ini penulis mengajak pada diri kita semua untuk senantiasa
panda bersyukur kepada Allah SWT. Kenikmatan selalu ada pada orang yang selalu
bersyukur. Dalam keadaan apapun. Karena kita menyadari bahwa semua itu karena Allah
SWT. .Semoga Allah memberikan hidayah dan inayah kepada kita semua. Amin.

Seberapa seringkah kita bersyukur ?!    


Oleh : Wibowo
 
Tubuh ini dilengkapi oleh Allah dengan 5 panca indra, dan masing-masing indra mempunyai fungsi yang berbeda, kelima
panca indra itu merupakan fasilitas untuk menunjang aktifitas kehidupan. Dari kelima panca indra itu salah satunya
adalah mata dan tentu semua dari kita pasti sudah tau fungsi mata, yaitu untuk melihat. Melalui mata, kita bisa dengan
mudah melangkah menuntun kaki menapaki jalan, baik dalam keadaan siang maupun malam. Mata juga bisa dikatakan
jendela keindahan, pasalnya kita tidak akan bisa mengatakan sesuatu yang nampak indah, bila kita sebelumnya tidak
pernah melihatnya dan mata ini lah alat untuk menikmati keindahan itu.

Syukur tiada terkira saat ini saya bisa browsing internet, dapat membaca informasi beserta gambarnya dengan nyaman.
Itu lantara di bagian depan kepala ini ada 2 buah bola mata yang terpasang sejajar dan rapih, Maha Suci Allah yang
telah memberikan mata secara cuma-cuma pada saya, Alhamdulillah. Tentu tidak hanya itu saja nikmat yang saya
rasakan melalui mata ini, banyak nikmat-nikmat lainnya. Salah satunya saya bisa pergi ke kantor dengan mengendarai
motor, itu lantaran saya dapat melihat. Karena bila mata ini dalam keadaan buta, sangat tidak mungkin saya bisa
mengendarai motor, walaupun tangan sudah memegang stang motor dan kaki sudah siap mengatur Gear dan
menginjak rem.

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat seorang wanita muda yang sedang diberi ujian oleh Allah, kedua matanya tidak
dapat melihat, sepertinya dia menyandang tuna netra sejak lahir. Kalau mau digolongkan, dia termasuk wanita yang
tegar dan gigih. Saya akan menceritakan pada Anda mengenai wanita itu. Kala itu selepas pulang kerja, sudah menjadi
biasa sore itu saya melintasi jalan yang sama seperti hari sebelumnya, karena memang jalan itu adalah jalan utama rute
perjalanan saya pulang pergi ke kantor. Saat itu dari kejauhan, di sebelah kiri jalan saya melihat ada seorang wanita
berjalan dengan langkah yang lamban dan di pundak kanan kirinya tergangtung 2 bungkus plastik besar yang berisi
kerupuk dengan jenis yang berbeda, sepertinya dia sedang berjulan.

Motor saya pun makin lama makin mendekati wanita itu dan melewatinya. Benar seperti dugaan saya sebelumnya, dia
sedang menjajakan kerupuk barang dagangannya. Karena memang saya tidak ada niat membeli kerupuk, jadi saya
melewatinya. Tapi tiba-tiba terfikir dibenak ini untuk membeli kerupuknya, membeli dengan niat tidak semata ingin
memakan kerupuk, tapi untuk menolong agar dagangannya cepat berkurang. Kemudian saya balikkan arah motor untuk
menghampiri wanita tuna netra penjual kerupuk itu, sampailah saya menghampirinya, dari samping kanannya saya
panggil dia "mba, beli kerupuknya" lalu dia memberi pilihan "mau yang mana mas, yang ini apa yang ini ?" sambil dia
menyebutkan jenis kerupuknya. Lalu saya pilih kerupuk yang tergantung dipundak kirinya (1 plastik berukuran sedang
berisi 5 buah kerupuk bundar, seharga 5 ribu rupiah) dan dia mengeluarkan kantong kresek untuk membungkus kerupuk
itu, lantas saya memberikan uang padanya, setelah itu saya mengucap terima kasih.

Kembali ketujuan semula pulang ke rumah, motor saya gas sedang, kantong kresek berisi kerupuk tergantung di
sebelah kiri stang motor. Kira-kira jarak 500 Meter, reflek terfikir di otak ini "kenapa tadi saya tidak memberi uang tip
(bersodakoh) pada penjual kerupuk itu...wah ladang amal nih ! segera saya balikan arah motor untuk mencari wanita itu
dan ternyata dia sudah tidak ada di sekitar pinggiran jalan tadi, saya bergumam di dalam hati "jangan-jangan dia sudah
belok ke gang itu". Ketika saya akan belok, dari sebrang jalan saya lihat wanita itu sedang duduk di pos satpam. Di
sebelah kanan gang itu ada pintu gerbang sebuah perusahaan terbuka lebar, waktunya pulang kerja. Dan rupanya dia
duduk di dekat pos satpam itu harapannya para karyawan dan karyawati yang pulang kerja, mampir membeli
kerupuknya.

Saya pun menyebrang jalan dan motor saya parkirkan sebentar di depan pintu gerbang, lalu saya menghampiri wanita
tuna netra itu sambil memberinya uang, terlihat satpam dan beberapa karyawan memperhatikan saya, mungkin mereka
bertanya-tanya "koq saya memberikan uang padanya tapi tidak mengambil kerupuk ?!" dalam hati saya berbicara "akh
biarin aja lah, mereka mau menduga apa....Allah maha tau niat di hati ini". Istri di rumah mendengar cerita tadi, terharu
plus salut sekali pada wanita tuna netra penjual kerupuk itu, dalam keadaan buta dia tegar, semangat ikhtiarnya untuk
mencari nafkah gigih sekali, SubhanAllah. Kita-kita ini yang diberi penglihatan normal, akan kah terlontar dari mulut ini
kata mengeluh...sedangkan seorang yang buta begitu gigih mencari karunia Allah.

Terbayangkah oleh Anda, bila mata ini buta ?! yang dulunya kita di siang hari menatap ke depan, menoleh ke kanan/kiri,
menenggak ke atas dan berbalik ke belakang...semua serba terang dan jelas memandang, mungkin kita akan merasa
menderita bila keadaan berbalik, pandangan menjadi gelap baik siang maupun malam karena mengalami kebutaan. Puji
syukur pada Allah, Anda dan saya sekarang ini masih dapat melihat, Dia-lah Allah yang telah memberikan mata ini
sebagai salah satu nikmat yang manfaatnya sungguh amat bernilai.

Berikut ini penggalan ayat (QS. Ibrahim:34) "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya". Bila dalam sebuah kompetisi lomba melukis, lomba cipta lagu dan lomba seni lainnya seorang juri
dapat memberi nilai terhadap karya seseorang, lain halnya dengan nikmat Allah, tak satu manusia pun mampu memberi
nilai atas nikmat-Nya ! Satu contoh tadi nikmat mata, manfaatnya sungguh luar biasa. Coba kita bayangkan ilustrasi
berikut ini : Pasangan suami istri yang sedang menanti kelahiran anak, dalam masa penantian itu penglihatan mereka
masih berfungsi dengan normal. Ketika usia kehamilan mendekati 9 bulan, entah karena kecelakaan atau sebab lain,
mata mereka menjadi buta. Jadi saatnya sang jabang bayi lahir, mereka tidak dapat melihat wajah anaknya !

Berhubung sebelumnya penglihatan mereka normal, bisa kita bayangkan betapa sedih dan tersiksanya mereka ketika
sedang menimang-nimang anak tidak dapat membayangkan wajahnya. Lain halnya dengan orang yang buta bawaan
semenjak lahir, mereka sedari kecil memang tidak pernah bisa melihat satu benda pun, apalagi untuk
membayangkannya...Kembali ke pasangan suami istri tadi, mungkin dalam keadaan buta seperti itu, mereka akan
memohon pada Allah untuk menormalkan matanya walau hanya beberapa detik saja agar dapat melihat wajah anaknya,
agar mereka bisa membayangkan wajah anaknya. Bila Allah benar mengabulkan permohonannya, sungguh itu detik-
detik yang sangat berharga, pasti lah kesempatan itu dimanfaatkan sekali untuk merekam wajah anaknya di dalam
ingatannya.

Lalu bagaimana dengan beberapa diantara kita yang sudah mempunyai anak, setiap hari dapat memandangi wajahnya
dengan leluasa, sungguh itu amat menyenangkan sekali. Bila kita diminta memberi penilaian atas nikmat mata ini,
berapa nilai yang akan kita berikan ?! pasti Anda akan tertegun bingung sulit untuk menghinggakannya ! Baru satu
nikmat saja, kita sudah tidak mampu menghitung nilainya, bagaimana jika diminta menghitung dan memberi nilai
terhadap nikmat-nikmat lainnya, seperti : mulut, di dalam mulut ada lidah sebagai perasa, ada gigi untuk mengunyah dan
di dalam perut ada jantung, paru-paru dll. Masih ada lagi anggota tubuh yang lain dan di luar itu masih banyak nikmat
yang kita dapat, seperti air, udara, sinar matahari dan selebihnya silahkan Anda teruskan sendiri untuk menyebutkannya
satu persatu hingga lelah...

Sungguh berlimpah nikmat Allah yang diberikan pada manusia, dari mulai manusia berada di dalam rahim ibu, hingga
besar seperti kita sekarang ini. Allah berkata tegas pada (QS. Al-Rahman:13) "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?" Oleh karena itu Allah mengancam manusia yang tidak pandai bersyukur dengan azab yang amat
pedih, itu tertulis pada (QS. Ibrahim:7). Dan ternyata pada kenyataannya hanya segelintir saja manusia yang pandai
bersyukur, begitu Allah berkata di dalam (QS. Al-A'raf:10) "Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di
muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur". Mari
intropeksi diri, seberapa seringkah kita bersyukur ?!
Wallahu'alam bish showab. Semoga bermanfaat !

cap kali kita menyaksikan, atau bahkan kita sendiri mengucapkan kata "terima kasih" kepada seseorang yang telah
memberikan pertolongan. Kata tersebut merupakan visualisasi atas rasa syukur atau penghargaan kita kepada orang tersebut.
Di sisi lain, kita juga sering bersyukur kepada Allah SWT, bahkan menjadi keharusan bagi setiap muslim. Karena konsep
bersyukur mengandung arti memahami dan menandaskan bahwa setiap jenis kebaikan dan pertolongan memang hanya
diberikan oleh Allah. Bukankah setiap saat kita mengkonsumsi dan menikmati fasilitas dan anugerah Allah?

Andai saja kita mencoba untuk menghitung anugerah dan kenikmatan yang diberikan Allah, tentu kita akan kehabisan angka
dan usaha, karena nikmat dan anugerah Allah itu tak terhingga banyaknya. Sebagaimana yang disitir Al-Qur'an dalam surat
An-Nahl : 18, "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya."

Di dalam Al-Qur'an, lawan orang yang tidak bersyukur diistilahkan dengan tidak beriman (kufur), yang mengandung makna
mirip dengan tidak berterima kasih. Dan istilah inilah yang menandaskan pentingnya rasa bersyukur itu untuk senantiasa
ditumbuhkan dan dijaga dalam diri kita. Sebab, dengan bersyukur kita akan selalu ingat kepada yang memberi, serta untuk apa
karunia atau kenikmatan itu seyogyanya digunakan. Dengan kata lain, sikap bersyukur akan menjadi kontrol bagi kita agar
selalu dapat menggunakan kenikmatan sesuai dengan fungsi sebenarnya.

Untuk dapat bersyukur dengan baik, kita harus mengetahui bahwa karunia Allah itu tidak saja yang bersifat materi, namun
mencakup banyak hal, misalnya kesehatan, kekayaan, keahlian, kesempatan, dan lain sebagainya. Bahkan karunia terbesar
yang telah diberikan Allah adalah keimanan. Maka tak pelak lagi, bila kita mesti tergugah dan sadar untuk selalu memelihara
dan memupuknya sebagai realisasi dari rasa syukur kita terhadap karunia itu.

Sebaliknya, bila karunia yang diberikan Allah itu tidak disyukuri akan berakibat buruk pada diri kita sendiri. Contohnya saja
kekayaan, jika kita tidak mensyukurinya dan memanfaatkannya dengan baik, akan menjebak diri kita menjadi manusia yang
berjiwa materialistis, hidup kita hanya diperbudak oleh harta dan kekayaan. Implikasinya, akan menjauhkan diri kita dari pribadi
manusia yang mulia. Allah SWT telah mengingatkan kita di dalam kalamNya akan bahayanya hidup diperbudak harta, "Dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah rekan-
rekan setan dan setan itu adalah hamba yang sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra' : 26-27).

Jadi, bersyukur kepada Allah adalah bagian dari ujian Allah. Kita pasti dianugerahi dengan nikmatNya, dan diberitahu
bagaimana memanfaatkannya. Sebagai balasannya, kita seyogyanya tunduk dan patuh kepada penciptanya. Akan tetapi, Allah
Yang Mahamulia tidak memaksakan kita untuk harus bersyukur kepadaNya, hanya diberikan pilihan mau bersyukur atau tidak,
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setitik mani yang bercampur, lalu Kami uji dia; maka Kami jadikan dia
mendengar dan melihat. Sesungguhnya, kami telah menunjukinya jalan; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS. Al-
Insan : 2-3).

Seperti yang disinyalir ayat di atas, pilihan kita untuk bersyukur atau tidak merupakan pertanda nyata beriman atau tidaknya
kita. Bukankah Allah telah menegaskan masalah ini di dalam surat An-Nisa' ayat 147, "Mengapa Allah menyiksamu, jika kamu
bersyukur atau beriman? Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui."

Ayat di atas selain sebagai pertanda beriman atau tidaknya, juga memberikan kabar gembira bahwa Allah memberi balasan
yang baik kepada orang yang tetap beriman dan bersyukur; "Dan ingatlah juga tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka
sesungguhnya azabKu sangat pedih." (QS. Ibrahim : 7).

Maka Al-Qur'an senantiasa menghimbau kita untuk dengan seksama memperhatikan nikmat-nikmat Allah dan berulang kali
mengingatkan kita tentang apa yang cenderung kita lupakan. Bahkan, Musthafa Ad-Dibbagh dalam kitab Wujuh min Al-Ijaz Al-
Qur'an Al-Qur'ani menyatakan bahwa Allah menyebutkan kata "syukur" di dalam Al-Qur'an sekitar 70 kali, di antaranya
menyebutkan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah, contoh orang-orang yang bersyukur dan tidak bersyukur, dan
tempat terakhir mereka di akhirat.

Mengapa begitu banyak penegasan penting yang tersimpan dalam konsep bersyukur kepada Allah? Jawabannya hanya satu,
karena hal ini merupakan petunjuk yang pasti tentang keimanan dan keyakinan seseorang tentang keesaan Allah. Bahkan
dalam satu ayat, "bersyukur" dilukiskan sebagai "hanya beribadah kepada Allah", "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya
kamu menyembah." (QS. Al-Baqarah [2] : 172).

Dalam ayat yang lain, pernyataan ingkar setan kepada Allah, pada saat dia menolak sujud kepada Adam AS, juga
menandaskan pentingnya bersyukur kepada Allah. Sebagaimana Al-Qur'an memaktubkan pernyataan itu di dalam surat
Al-'Araf ayat 17, "Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)."
Sebagaimana ayat di atas menandaskan bahwa setan telah bertekad hanya menggunakan umurnya untuk menyesatkan
manusia, hal ini karena merasa "jengkel" diusir Allah dari surga. Bahkan dalam surat An-Nisa' ayat 118 dan 119 setan
menjelaskan langkah-langkahnya secara global dalam menjerumuskan manusia, "Setan mengatakan : Aku benar-benar akan
mengambil dari hamba-hambaMu bagian yang sudah ditentukan untukku. Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka,
dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka memotong telinga-telinga binatang
ternak, lalu mereka benar-benar memotongnya, dan aku suruh mereka merubah ciptaan Allah, lalu mereka benar-benar
merubahnya."

Jadi, tampak jelas bahwa tujuan akhir setan adalah menjadikan manusia untuk tidak bersyukur kepada Allah. Bila kita
merenung dan berpikir akan tujuan akhir setan ini, akan lebih bisa dipahami mengapa seorang manusia bisa menjadi sesat jika
tidak bersyukur kepada Allah. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah
adalah orang-orang yang tidak membiasakan dirinya mengingat Allah, sehingga membuatnya tidak taat kepadaNya.

Seorang yang seperti binatang, menikmati segala karunia yang diberikan Allah kepadanya tanpa pernah merenungkan
mengapa semua itu diberikan kepadanya dan siapa yang telah memberikannya, jelas harus merubah sikapnya. Bila tidak
demikian, mengharap pahala dari Allah dan berharap menggapai surga tidak akan ada artinya. Itulah sebabnya, kenapa orang
beriman tak pernah luput dan selalu tergugah untuk bersyukur kepada Allah.

Kita juga tahu dari Kalam Allah, bahwa hanya orang yang bersyukur kepada Allah-lah yang bisa memahami tanda-tanda
kekuasaan Allah, "Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang benar-benar
bersyukur." (QS. Al-'Araf : 58). Sehingga tervisualisasi kepada kita bahwa sesungguhnya manfaat dari sikap bersyukur itu akan
kembali kepada orang yang bersyukur sendiri dan sedikit pun Allah tidak akan mengambil keuntungan dan tidak pula
mendapatkan kerugian dari sikap hambanya, apakah bersyukur atau tidak.

Semoga Allah senantiasa memberi kita taufik dan menerangkan hati kita untuk selalu mengingat kenikmatan yang telah
diberikan, lalu kita mensyukurinya. Aamiin...

Denyut atau detak nadi yang ada pada diri kita …. pernahkah kita mencoba menghitung … ?
berapa kali berdenyut dalam 1 menit … ? berapa kali dalam 1 jam … ? dalam satu tahun … ?
dalam sepanjang hidup kita sampai saat ini …. ? Pernahkah denyut itu berhenti selagi kita
masih hidup …? Dalam 1 menit kurang lebih 60 s.d 70 kali. Dalam 1 jam 3600 kali. Dalam
sehari semalam ( 3600 X 24 jam ) = 86.400 kali. Dalam satu bulan…? Satu tahun …? Yaah
kita kewalahan menghitung. Walaupun ada hubungannya dengan makanan, karena memang
hidup perlu makan, tetapi denyut nadi kita … nyawa kita tidak tergantung pada makanan.
Sewaktu waktu denyut tersebut dapat berhenti ( mati ) kalau Allah menghendaki. Walaupun
makan yang dimakan makanan yang enak-enak dan bergizi. Sebaliknya ada atau bahkan
banyak orang yang makannya seadanya ( asal makanan halal ), perutpun juga tidak selalu
kenyang, … tetapi kalau Allah menghendaki, orang tersebut dapat sehat wal afiat dan
berumur panjang.

Allah SWT memberikan hidup dan kehidupan pada diri kita dengan penuh kasih saying.
Sesungguhnyalah pemberian dariNya pemberian yang sempurna bagi kita. Sehingga kita
umat manusia merupakan mkhluq Allah yang derajatnya paling tinggi diantara ciptaanNya
yang lain. Maka seharusnyalah kita bersyukur atas segala pemberianNya. Dialah yang
berkuasa atas diri kita. Baik pada waktu kita bangun maupun kita tidur. Baik pada waktu kita
hidup maupun kita mati. Sebagaimana do’a kita menjelang tidur “ Bismika Allhuma ahyya
wa bismika ammuut “

Subhanallah… ya rohman … ya rohim.

Terima kasih ya Allah, .. Kau berikan nafsu, dan akal budi ini hanya kepada
manusia, sedangkan pada makhluq yang lain tidak. Pada malaikat Kau berikan akal
budi, tetapi tidak Kau beri nafsu, Pada binatang Kau berikan nafsu, tetapi tidak Kau
beri akal budi. Pada diri manusia Kau berikan lengkap semuanya. Ya nafsu, ya akal
budi. Seandainya pada binatang buas juga Kau beri nafsu dan akal budi, ….maka
mungkin buasnya akan berlipat ganda. Sementara manusia saja banyak yang buasnya
melebihi binatang.

Pernahkah kita menyadari, … bahwa diri kita sebagai makhluq, ciptaan Sang Kholiq Allah
SWT, oleh Allah SWT telah diberi beberapa kelebihan, dibanding dengan makhluq Allah
yang lain.

1. Allah memberikan nafsu, ini membuat kita bisa merasakan dan punya keinginan.
a. Kita merasakan lapar …. timbul keinginan untuk makan
b. Kita merasakan saki …. timbul keinginan untuk sembuh
c. Kita merasakan sepi ….. timbul keinginan untuk berkumpul
d. Kita merasakan sedih ….. timbul keinginan untuk senang
e. Kita mersakan kecewa …. Timbul keinginan untuk dapat puas.

1. Allah memberikan akal, ini membuat kita menjadi mudah untuk mencapai keinginan.
a. Ingin makan, Akal budi menuntun untuk mendapatkan makan dengan mudah
b. Ingin sembuh, akal budi menhuntun bagaimana mendapatkan obat dengan
mudah
c. Ingin kumpul, akal budi menuntun bagaimana cara dapat berkumpul,
berkelompok dengan mudah
d. Ingin senang, akal budi menuntun bagaimana untuk mendapatkan kesenangan
dengan mudah
e. Ingin puas, akal budi menuntun bagaimana untuk mendapatkan kepuasan

3. Allah memberikan Qolbu, yang menyebabkan kita bisa menikmati rasa cinta kasih


dan

sayang, mempunyai rasa haru dan kerinduan, mempunyai rasa kurang dan kepuasan.
Beberapa hal yang tidak terdapat pada binatang, tetapi hanya ada pada manusia.

Kesemuanya itu akan kita dapatkan dengan mudah kalau kita mengetahui cara atau kunci
untuk mendapatkannya. Kuncinya sederhana, terletak pada satu sikap, yaitu “ bersyukur “
dan bukan “ berkufur “ Orang yang pandai ber syukur selalu akan mengalami kesenangan dan
kepuasan dalam hidupnya.

Allah Maha Segala-galanya. Dan kita sebagai makhluqNya, janganlah sekali-kali mempunyai
sifat dan sikap yang congkak atau sombong. Apalah arti diri kita jika dihadapkan pada
kekuasaan Allah. Kita dapat hidup sejahtera, senang, kaya raya, sehat wal’afiat, kuat jasmani
dan rohani, itu tidak lain dan tidak bukan, karena Allah. Bukan karena usaha atau kecakapan
dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, jikalau kita kebetulan berada pada keadaan yang
demikian, hendaklah kita lebih bersyukur kepadaNya.Salah satu tanda sikap bersyukur adalah
tidak congkak dan tidak sombong. Selalu menyadari bahwa hidup yang ada dalam diri kita
bukan milik kita, melainkan milik Allah SWT.

1. Hendaknya kita tidak sombong karena kedudukan… kedudukan bias lepas

2. Hendaknya kita tidak sombong karena “ wajah “, … wajah rupawan bisa berubah

3. Hendaknya kita tidak sombong karena kepandaian, … orang pandai bias gila


4. Hendaknya kita tidak sombong karena kekayaan, … semua harta bisa lenyap.

Kalau Dia menghendaki, semua yang ada pada diri kita bisa berubah sama sekali. Semua
yang kita miliki akan lenyap dan tidak ada yang abadi. Semuanya akan lenyap kembali
kepadaNya. Bahkan diri kitapun kalau nyawa ini sudah tidak ada, akan lebur kembali
menjadi debu. “ Inna lillahi wa’inna illaihi roji’un “ Semua yang kita banggakan akan lenyap
dari diri kita, kecauli 3 hal. Yaitu. Ilmu yang bermanfaat, amalan yang baik, dan anak yang
soleh, yang selalu mendo’akan kita.

Kunci kebahagiaan pada diri kita terletak pada kepandaian kita dalam menggunakan dan
mengendalikan nafsu dan akal budi. Ajaklah nafsu dan akal budi ini untuk senantiasa pandai
bersyukur. Apa yang ada pada diri kita adalah milik Alllah. Nyawa yang ada pada diri kita
milik Allah. Marilah kita serahkan hidup dan kehidupan kita kepadaNya. Insya Allah dengan
tidak henti-hentinya kita memohon dan berlindung kepadaNya, … Allah akan memberikan
yang terbaik buat kita … yang akan menuntun kita pada kehidupan yang baik. Baik di dunia
maupun di akherat. “ Robanna atina fi’dunnya khasanah wa fil akhiroti khasanah wa qiina
adzab banner “

Syukur merupakan kualitas hati yang harus diraih dan dimiliki setiap muslim. Dengan
bersyukur, kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Syukur
mengajarkan kita untuk selalu memaknai hidup dari sudut pandang positif. Karenanya,
syukur akan mengantarkan kita kepada pencapaian kesuksesan di dunia dan akhirat, sekaligus
selalu mendapatkan tambahan nikmat dari Allah SWT.

Sebaliknya, jika kufur nikmat, kita akan senantiasa mendapatkan himpitan beban. Hidup akan
selalu merasa kurang dan tidak bahagia. Bahkan, Allah telah memperingatkan akan azab-Nya
yang pedih jika kita mengingkari nikmat-Nya. Betapa banyak kaum yang diazab dan orang-orang
yang dicabut nikmatnya dan dihancurkan usaha jalan rezekinya, sebab telah mengingkari nikmat
Allah.

Ada dua penyebab yang membuat kita tidak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri
kepada apa yang kita inginkan, bukan kepada apa yang kita miliki. Misalnya, jika kita memiliki
sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik, tapi masih merasa
kurang. Akhirnya, pikiran kita dipenuhi target dan keinginan yang pada akhirnya tidak pernah
terpuaskan.

Kedua, kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang
lain lebih beruntung. Ke mana pun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pintar, lebih tampan,
lebih cantik, dan lebih kaya dari kita.

Rasulullah saw adalah manusia yang sangat bersyukur. Beliau memberikan teladan agar
umatnya menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah. Suatu ketika, beliau pernah ditanya
Bilal, “Apakah yang menyebabkan baginda menangis, padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosa baginda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab,
“Tidakkah engkau suka aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”

Subhanallah, betapa mulianya Rasulullah saw. Sekalipun beliau telah diampuni seluruh dosa-
dosanya, tapi beliau masih selalu beribadah kepada Allah, baik siang maupun malam.
Semuanya beliau lakukan demi wujud syukurnya kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita?
Oleh karena itu diakhir tulisan ini penulis mengajak pada diri kita semua untuk senantiasa
panda bersyukur kepada Allah SWT. Kenikmatan selalu ada pada orang yang selalu
bersyukur. Dalam keadaan apapun. Karena kita menyadari bahwa semua itu karena Allah
SWT. .Semoga Allah memberikan hidayah dan inayah kepada kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

ersyukur (berterima kasih), kepada sesama manusia lebih cenderung kepada menunjukkan perasaan senang menghargai.
Adapun bersyukur kepada Allah lebih cenderung kepada pengakuan bahwa semua kenikmatan adalah pemberian dari Allah.
Inilah yang disebut sebagai syukur. Lawan kata dari syukur nikmat adalah kufur nikmat, yaitu mengingkari bahwa kenikmatan
bukan diberikan oleh Allah. Kufur nikmat berpotensi merusak keimanan.

Bersyukur kepada Allah adalah salah satu konsep yang secara prinsip ditegaskan di dalam Al-Qur'an pada hampir 70 ayat.
Perumpamaan dari orang yang bersyukur dan kufur diberikan dan keadaan mereka di akhirat digambarkan. Alasan kenapa
begitu pentingnya bersyukur kepada Allah adalah fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan atas keesaan Allah.
Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai penganutan tunggal kepada Allah:

Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada
Allah jika memang hanya dia saja yang kamu sembah. (Al-Baqarah: 172)

Pada ayat lain bersyukur digambarkan sebagai lawan kemusyrikan:

Baik kepadamu maupun kepada nabi sebelummu telah diwahyukan: "Jika engkau mempersekutukan Tuhan, maka akan
terbuang percumalah segala amalmu dan pastilah engkau menjadi orang yang merugi. Karena itu sembahlah Allah olehmu,
dan jadilah orang yang bersyukur (Az-Zumar: 65-66)

Pernyataan menantang Iblis (pada hari penolakannya untuk bersujud kepada Adam), menegaskan pentingnya bersyukur
kepada Allah:

Kemudian saya akan memperdayakan mereka dengan mendatanginya dari muka, dari belakang, dari kanan dan dari kiri. Dan
Engkau tidak akan menemui lagi kebanyakan mereka sebagai golongan orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 17)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Iblis mencurahkan hidupnya semata-mata untuk menyesatkan manusia. Tujuan utamanya
untuk membuat manusia mengingkari nikmat Allah. Apabila tindakan Iblis ini direnungkan betul-betul, jelaslah bahwa manusia
akan tersesat apabila mengingkari nikmat Allah.

Bersyukur kepada Allah merupakan salah satu ujian dari Allah. Manusia dikaruniani banyak kenikmatan dan diberitahu cara
memanfaatkannya. Sebagai balasannya, manusia diharapkan untuk taat kepada penciptanya. Namun manusia diberi
kebebasan untuk memilih apakah hendak bersyukur atau tidak:

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan
beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya
jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kafir. (Al-Insan: 2-3)

Menurut ayat tersebut, bersyukur atau tidaknya manusia adalah tanda jelas beriman atau kafirkah ia.

Bersyukur juga berhubungan erat dengan keadaan di akhirat. Tidak ada hukuman yang dijatuhkan kepada orang beriman dan
bersyukur:

Masak Allah akan menyiksamu juga jika kamu bersyukur dan beriman? Malah Allah adalah pembalas jasa kepada orang
mukmin yang bersyukur serta Maha Mengetahui.An-Nisa: 147
Ayat ini bersama dengan sejumlah ayat lain memberikan berita baik kepada orang-orang yang bersyukur kepada pencipta
mereka:

Dan ingat pulalah ketika Tuhanmu memberikan pernyataan: "Jika kamu bersyukur pasti Kutambah nikmatKu kepadamu;
sebaliknya jika kamu mengingkari nikmat itu, tentu siksaanku lebih dahsyat. (Ibrahim: 7) Karunia itulah yang disampaikan
Allah sebagai berita gembira kepada hamba-hambaNya yang beriman dan mengerjakan kebaikan. Katakanlah: "Aku tidak
meminta upah kepadamu atas seruanku ini, kecuali hanya kasih sayang dalam kekeluargaan. Siapa yang mengerjakan
kebaikan, Kami lipat gandakan kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Penilai. (Ash-Syura: 23) Kaum
Luthpun telah mendustakan peringatan Tuhan. Kami hembuskan kepada mereka angin puyuh, kecuali kaum keluarga Luth,
mereka telah kami selamatkan sebelum fajar menyingsing. Suatu anugrah dari kami. Demikianlah kami memberi ganjaran
kepada siapa yang bersyukur. (Al-Qamar: 33-35)

"Seandainya kalian menghitung nikmat Allah, tentu kalian tidak akan mampu" (An-Nahl: 18). Menurut ayat tersebut, jangankan
menghitung nikmat, mengkategorikannya saja tidak mungkin sebab nikmat Allah tidak terbatas banyaknya. Karenanya seorang
mukmin tidak seharusnya menghitung nikmat, melainkan berdzikir dan mewujudkan rasa syukurnya.

Anggapan kebanyakan orang, bersyukur kepada Allah hanya perlu dilakukan pada saat mendapatkan anugrah besar atau
terbebas dari masalah besar adalah keliru. Padahal jika mau merenung sebentar saja, mereka akan menyadari bahwa mereka
dikelilingi oleh nikmat yang tidak terbatas banyaknya. Setiap waktu setiap menit, tercurah kenikmatan tak terhenti seperti
hidup, kesehatan, kecerdasan, panca indra, udara yang dihirup...; pendek kata segala sesuatu yang memungkinkan orang
untuk hidup diberikan oleh Allah. Sebagai balasan semua itu, seseorang diharapkan untuk mengabdi kepada Allah sebagai rasa
syukurnya. Orang-orang yang tidak memperhatikan semua kenikmatan yang mereka terima, dengan demikian telah
mengingkari nikmat (kufur). Mereka baru mau bersyukur apabila semua kenikmatan telah dicabut. Sebagai contoh, kesehatan
yang tidak pernah mereka akui sebagai nikmat baru mereka syukuri setelah mereka sakit.

Al-Qur'an memerintahkan untuk mengingat nikmat Allah berulang-kali karena manusia cenderung melupakannya. Seluruh buku
yang ada di dunia ini tidak akan cukup untuk menulis nikmat Allah. Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang
sempurna, memiliki panca indra yang memungkinkan manusia untuk merasakan dunia di sekelilingnya, membimbingnya
menuju jalan yang benar melalui Al-Qur'an dan Al-Hadits, menciptakan air segar dan makanan yang berlimpah, melancarkan
pelayaran, yang kesemuanya itu ditujukan untuk keuntungan manusia. Setiap orang yang berdoa dan berbuat baik pasti juga
bersyukur kepada Allah sebab orang-orang yang mengingkari nikmat Allah pasti juga tidak pernah ingat kepada Allah.
Seseorang yang bertingkah laku seperti hewan, mengkonsumsi segala sesuatu yang diberikan padanya tanpa mau berfikir
mengapa semua itu dianugrahkan dan siapa yang menganugrahkan, sudah selayaknya mengubah tingkah laku seperti itu.
Sebaliknya, bersyukur hanya di saat menerima nikmat besar saja tidak akan berarti. Itulah sebabnya orang mukmin hendaknya
tidak pernah lupa untuk bersyukur kepada Allah.

Dari Al-Qur'an kita juga tahu bahwa hanya orang-orang yang bersyukurlah yang mau mengakui tanda-tanda kekuasaan Allah
di dunia dan mengambil pelajaran darinya. Ayat-ayat di bawah ini menguraikan hal tersebut:

Adapun tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh dengan subur dengan izin Allah. Dan tanah yang gersang, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kebesaran kami bagi orang-orang yang
bersyukur. (Al-A'raf: 58)
Dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa kepada Bangsa Israil, dengan beberapa mukjizat dari kami sebagai pengukuhan
dan disertai perintah dari Kami: "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kejahilan kepada cahaya iman yang terang-
benderang, serta ingatkanlah mereka kepada "Hari-hari Allah"(Maksudnya, hari-hari yang penuh suka dan duka. Suka karena
beroleh bahagia, dan duka karena ditimpa malapetaka, baik yang telah terjadi pada bangsa-bangsa sebelum Musa, maupun
yang terjadi di zaman Musa sendiri). Dalam hal yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi orang-orang yang
selalu sabar dan bersyukur Maksudnya sabar jika kedatangan malapetaka, dan bersyukur jika beroleh kebahagiaan. Baik dan
buruk, bahagia dan malapetaka tidak akan luput dari kehidupan manusia di dunia ini. Karena itu, sabar dan bersyukur adalah
senjata ampuh yang wajib dipegang teguh selamanya)(Ibrahim: 5).
Apakah engkau tidak perhatikan, bahwa kapal itu dapat berlayar di lautan karena Karunia Allah jua Karunia Allah di sini ialah
kodratNya yang menundukkan lautan dan angin, supaya kapal-kapal layar dapat berlayar di lautan), untuk diperlihatkanNya
kepadamu di antara tanda-tanda kekuasaanNya. Dalam hal ini terdapat bukti-bukti kenyataan bagi semua orang yang sabar
dan bersyukur.(Luqman: 31).
Namun begitu mereka berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak hubungan antara kami dan Syria" (Tujuan permintaan ini
supaya negeri-negeri yang berdekatan itu dihapuskan, agar jarak perjalanan menjadi jauh dan panjang, sehingga terbuka
kesempatan untuk melakukan monopoli dalam perdagangan) Itu berarti mereka menganiaya diri sendiri. Karena itu Kami
jadikan peristiwa mereka jadi buah tutur, lalu kami ganyang mereka sehancur-hancurnya. Peristiwa ini seharusnya menjadi
pelajaran bagi setiap yang sabar dan bersyukur. (Saba: 19)

Hikmah maupun bukti yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang dikaruniai
wawasan dan kepekaan yang biasa dimiliki oleh orang-orang yang bersyukur.

Wawasan dan kepekaan tersebut merupakan balasan atas rasa syukur kepada Allah. Sebaliknya orang-orang yang ingkar dan
tidak peka, untuk memperhatikannya pun mereka enggan.

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan bila Dia berkehendak dan menghendakinya maka Allah
berfirman kepadanya Kun [jadi] maka Fayakun [jadilah], mudah-mudahan ayat-ayat tentang kemaha
kuasaan Allah atas segala sesuatu dapat menyetuh hati kita yang terdalam, menyentuh "ke-ngeh-an"
kesadaran kita sehingga tanda-tanda kuasaan-Nya itu menyibakkan tirai penghalang yang selalu menutupi
penglihatan diri untuk mensyukuri karunia-Nya. Semoga kita menjadi orang-orang yang bersyukur.

You might also like