You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Telinga merupakan organ tubuh yang memiliki urat syaraf yang cukup peka dan
sensitif, terlebih ketika masih kanak-kanak. Tulang serta sistem syaraf yang belum
sempurna pada masa kanak-kanak ini menyebabkan mereka mudah terkena penyakit atau
infeksi di telinga. Padahal telinga mempunyai fungsi sangat penting dalam kehidupan
seseorang.

Fungsi telinga adalah menerima gelombang suara dan menghantarkannya menjadi


sebuah pesan ke otak. Gelombang suara masuk ke telinga kemudian menembus saluran
telinga, dan memukul gendang telinga sehingga menimbulkan getaran. Getaran dari
gendang menyebabkan tulang kecil di telinga bergerak dan pergerakan ini menimbulkan
pengiriman gelombang suara ke telinga bagian dalam.

Menurut perkiraan WHO pada tahun 1995 terdapat 120 juta penderita gangguan
pendengaran telinga tengah di seluruh dunia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
yang sangat bermakna pada tahun 2001 menjadi 250 juta orang; 222 juta diantaranya
adalah penderita dewasa sedangkan sisanya ( 28 juta ) adalah anak berusia di bawah 15
tahun. Dari jumlah tersebut kira kira 2/3 diantaranya berada di negara berkembang.
Peningkatan jumlah penderita gangguan pendengaran telinga tengah ini kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan insidens, identifikasi yang lebih baik atau akibat
meningkatnya usia harapan hidup.

B.Tujuan
1.Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan pada gangguan telinga
tengah
2.Tujuan Khusus
Secara khusus '' Asuhan Keperawatan pada gangguan telinga tengah '', ini disusun supaya :

1
a.Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa, serta komplikasi dari
gangguan telinga tengah .
b.Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan syndrom steven
johnson.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit .Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri
dari membrane timpani, bila dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan
gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo,
mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan
fibrosa tempat melekatnya tangkai maleus dan lapisan mukosa dibagian dalamnya.

Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan, prosesus longus


maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan
antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah
yang disebut atik, ditempat ini terdapat aditus adantrum yaitu lubang yang menghubungkan
daerah nasopharing dengan telinga tengah.

Penyakit pada telinga tengah banyak ditemukan diseluruh dunia, seperti beberapa
penelitian menunjukan bahwa otitis media merupakan masalah paling umum terutama pada
anak-anak. Yang termasuk Gangguan pada Telinga Tengah diantaranya :

A). Penyakit Membran Timpani

Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh) positif yang
berarti cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit Membran
timpani terjadi secara primer yaitu berasal dari membran timpani dan dapat pula terjadi akibat
adanya penyakit yang mendahuluinya seperti Otitis Media dan Mastoiditis.

Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercak-bercak putih
tebal akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tenagahnya sebagai akibat
peradangan terdahulu (timpanosklerosis). Retraksi membran timpani dapat pula terjadi bila
vakum dalam telinga tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi atau massa

3
jaringan dalam telinga tengah. Otitis media kronis dengan keluarnya secret selalu disertai
perforasi membrane timpani yang serius.

Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetes


telinga antibiotika seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk menghilangkan
nyeri, adanya bulging atau vesikel dapat dipecahkan dengan jarum halus atau miringotomi.

B). Gangguan Tuba Eustakhius

Tuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing dan


sepertiga bagian lateral tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkan dua
pertiga medial adalah fibrokartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah untuk ventilasi,
drainage secret dan menghalangi masuknya secret dari nasopharing ke telinga tengah.
Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama
dengan tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan :

a. Perasat Valsava

Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung dipijat serta
mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk kedalam telinga tengah yang
menekan membrane timpani kearah lateral seperti “meletup”. Perasat ini tidak boleh
dilakukan apabila terjadi infeksi pada jalan nafas.

b. Perasat Tyonbee

Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta mulut
ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke medial. Perasat ini
lebih fisiologis.

Drainage secret akan dialirkan ke nasopharing melalui tuba eustakhius yang berfungsi
normal. Jika tuba tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam telinga tengah,
sumbatan yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan yang akan
memperberat masalah klien. Bila tidak dapat diatasi dengan pengobatan, maka keadaan
vakum harus dihentikan dengan miringotomi sehingga cairan dapat didrainage melalui
kanalis akustikus eksternus.

4
Tuba Eustakhius biasanya dalam keadaan tertutup dan baru akan terbuka apabila oksigen
diperlukan masuk ketelinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.
Karena selalu tertutup inilah maka tuba eustakhius dapat melindungi telinga tengah dari
kontaminasi sekrei telinga tengah dan organisme patologik. Gangguan pada Tuba Eustakhius
antara lain berupa Tuba Terbuka Abnormal, Myoklonus Palatal, Palatoskisis dan Obstruksi
Tuba.

C). Barotrauma
Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga
tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal membuka.
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak
mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga cairan keluar dari
pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang- kadang disertai dengan rupture pembuluh darah,
yang dapat menyebabkan cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas
pendengarannya, autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan
vertigo.

Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

a. Melakukan Perasat Valsava salama tidak ada infeksi pada jalan nafas atas.

b. Terapi dekongestan.

c. Jika cairan masih menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu maka dianjurkan
untuk tindakan miringotomi dan bila perlu pemasangan pipa ventilasi (Grommet).

Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah


permen karet atau melakukan Perasat Valsava, terutama sewaktu dalam pesawat terbang
mulai turun untuk mendarat.

e. Gangguan pada Rantai Osikula

Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula) yang terdiri
dari maleus, inkus dan stapes yang mentransmisikan suara dari membrane tympani ke

5
fenestra yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun proses congenital dapat
menghambat transmisi suara ke tempat lainnya.

Kelainan Kongenital

Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi secara


congenital, bentuk yang paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dam fiksasi stapes.
Liang telinga dapat sama sekali tidak berkembang atau berujung buntu atau tumbuh dengan
penyempitan konsentris. Hal ini secara fungsional dapat menyebabkan ketulian congenital
yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini. Koreksi kosmetik dari mikrosa perlu segera
dilakukan sebelum anak masuk sekolah serta perunya alat Bantu mendengar yang menempel
pada tulang pendengaran agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

D). Otosklerosis
a. Pengertian
Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis si
daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran
suara ke labirin dengan baik.
Pengertian lain Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalam kondisi ini kelebihan
tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes.

b. Patofisiologi
Kondisi otosklerosis mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan oleh pembentukan
tulang spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis yang mengakibatkan fiksasi
stapes yang menyebabkan kehilangan pendengaran konduktif.

c. Etiologi
Otosklerosis merupakan gangguan herediter yang dimulai sejak remaja dengan bentuk
dominant autosomal yang diwariskan.

d. Insiden
Terjadi lebih banyak pada Caucasian dan Perempuan yang dapat memperberat kehamilan.

e. Tanda dan Gejala

6
a. Tes Rinne abnormal.

b. Hilangnya pendengaran secara progesive lambat.

c.Membrane tympani normal atau berwarna orange kemerahan karena terjadi


peningakatan vaskularisasi dari telinga tengah.

f. Penatalaksanaan
a) Pengangkatan stapes yang diganti dengan prosthesis metallic (stapedektomy).
b)Penggunaan fluorikal (suplemen fluoride) dapat memperlambat pertumbuhan tulang
spongiosa abnormal.
c) Pemakaian Alat Bantu Dengar.

Proses Keperawatan klien dengan Post Operasi pada Otosklerosis


a. Pengkajian :
Fungsi pendengaran :
− Vertigo
− Tinitus
b. Diagnosa keperawatan dan Intervensi :
DK : Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d bedrest, vertigo setelah
operasi stapedektomy.
c. Intervensi :
• Kaji pasien : nyeri, mual atau pusing
• Dorong pasien untuk latihan aktivitas fisik secara bertahap.
• Instruksikan pasien untuk istirahat baringa dengan memutarkan kepalanya ke samping
dengan telinga yang dioperasi menghadap ke atas untuk menjaga posisi protese.
• Mengatur pemberian analgetik, suppressant vestibular, obat mual jika diperlukan.

E). Otitits Media


a) Pengertian
Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
b) Pembagian Otitis Media

7
Otitis media terbagi atas :
1. Otitis media supuratif, terdiri dari :
 Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA)
 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)
2. Otitis media non supuratif, terdiri dari :
 Otits Media Serosa Akut (barotraumas)
 Otitis Media Serosa Kronis

A). Otitis Media Akut (OMA)


1. Pengertian
Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner and Sudath. 1997 :
2050)
Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari
infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah. (Charlene J.Reevas.2001:16)

2. Etiologi
Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) :
a) Masuknya bakteri patogenik
(Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga
tengah.
b) Disfungsi tuba eustakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran pernapasan
atas, inflamasi jaringan disekitar (sinusitis,hipertropi adenoid), atau reaksi alergi (rhinitis
Alergika).

3. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus Influenza,
Moraxella Catarrhalis) ke telinga tengah dai nasopharing atau telinga luar melalui tuba
eustakhius yang mengalami infeksi. Mukosa yang melapisi tuba Eustakhius, telinga tengah,
dan sel-sel mastoid mengalami peradangan akut. Mukopus terkumpul di dalam telinga dan
sel-sel udara. Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat, gendang telinga meradang,
disebabkan oleh nekrosis iskhemik. Mukopus kemudian keluar ke telinga luar. Gendang
telinga menyembuhkan dan tuba eustakhius terbuka lagi. Peradangan biasanya sembuh

8
dengan pengobataan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal.
Tetapi kadang-kadang peradangan terus berlangsung dan diikuti dengan komplikasi.

4. Patoflow Otitis Media Akut (OMA)

E/ Mikroorganisme (S.Pnemoniae, H. Influenza, M. Cattharlis)

Yang berasal dari nasopharing dan infeksi telinga luar masuk ke telinga tengah

telinga tengah radang Tekanan telinga tengah

Gendang telinga radang, pecah o/k nekrosis ischemia

Mukopus keluar ke telinga tengah gangguan rasa nyeri

- Otlagia
- Demam peningkatan suhu tubuh
gangguan persepsi pendengaran - Tinnitus
- Kurang pendengaran

5. Tanda dan Gejala : tergantung berat ringannya infeksi


1) Otlagia (nyeri telingah), akan hilang secara spontan jika terjadi perforasi spontan
membrane timpani.
2) Keluarnya cairan dari telinga
3) Demam
4) Kehilangan pendengaran
5) Tinitus

6. Stadium Otitis Media Akut

9
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium yaitu :
a. Stadium oklusi tuba eustakhius adalah adanya gambaran retraksi akibat terjadinya
tekanan negative di dalam tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi
mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan
dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
b. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh
membrane timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
c. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane
timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sakit,
suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di
cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler
dan timbulnya trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa.
Nekrosis terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di
tempat ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka
dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah
ke liang telinga luar, pada keadaan ini anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu
badan turun dan anak tidur nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut Stadium
Perforasi.
e. Stadium resolusi
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah
perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh
baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa
pengobatan.

7. Insiden
Infeksi telinga bagian tengah, merupakan infeksi yang paling umum ditemukan pada anak-
anak berumur kurang dari 4 tahun.

10
8. Komplikasi
a. Sukar menyembuh
b. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang
c. Ketulian sementara atau menetap
d. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan
saraf facialis, komplikasi intracranial (meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.

9. Tes diagnostic
a. Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit
b. Audiometric impedans, Audiometri Nada Murni
c. Kultur organism

10. Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya :
a. Stadium oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan
negative di telinga tengah hilang. Pemberian obat tetes hidung : HCl efedrin 0,5%
dalam larutan fisiologis (usia di atas 12 tahun) sumber infeksi harus diobati,
antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adalah kuman bukan virus atau alergi
b. Stadium presupurasi
Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani
terlihat hiperemis difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan golongan
Penicillin diberikan Eritromisin.
c. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih utuh
untuk menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.
d. Stadium resolusi
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi

Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media Akut


1. Pengkajian
Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik seperti di bawah ini :

11
i. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah
sebelumnya klien mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau
tertekan di dalam telinga, perubahan pendengaran.
ii. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya oedema jaringan, efusi telinga tengah, proses
infeksi/inflamasi pada telinga bagian tengah.

Tujuan : meningkatkan rasa nyaman

Intervensi :

• Kaji tingkat nyeri, kualitas dan lokasi nyeri.

R : untuk menentukan sumber dari nyeri karena nyeri dari otitis media tidak sama dengan
otitis eksternal.
• Anjurkan untuk menggunakan obat analgeti seperti aspirin, atau asetaminofen setiap 4 kali
sehari sesuai kebutuhan untuk menghilangkan nyeri dan panas.
R : aspirin mempunyai efek antiinflamatori yang dapat membantu menghilangkan inflamasi
dari telinga.
• Anjurkan untuk menghangatkan telinga untuk mengurangi kontraindikasi.
R : menghangatkan dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkan reabsorbsi dari cairan
dan mengurangi bengkak.
• Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untuk perawatan primer.
R : nyeri yang tiba-tiba mengindikasikan adanya perforasi spontan dari membran timpani
dengan tekanan tiba-tiba dari telinga tengah.

3. Discharge planning (perencanaan pulang)

Klien dengan otitis media memerlukan pendidikan tentang gangguan, penyebab dan
pencegahan dan pengobatan spesifik yang direkomendasikan atau diperintahkan. Diskusikan
masalah dibawah ini dengan klien dan keluarga :

a.Terapi antibiotika dan kemungkinan efek samping

12
b. Follow up kesehatan dalam 2-4 minggu.

c. Hindari berenang, menyelam, mengorek telinga.

B). Otitis Media Kronis (OMK)


1. Pengertian
OMK adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan
biasanya disebabkan karena episode berulang OMA (Bruner and Suddath. 1997 : 2052).
OMK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa pengeluaran
pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari
telinga tengah. (Pricilla Lemone. 2001 : 1496).
2. Etiologi
- Otitis media kronis biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit otitis media akut
dan disfungsi tuba akustikus.
- Trauma atau penyakit lain.

3.Patofisiologi
Otitis media yang berulang akan menghancurkan pars tensa dan tulang dan tulang
pendengaran, luasnya kerusakan tergantung dari berat dan seringnya penyakit tersebut
kambuh. Prosesus longus inkus menderita paling dini karena aliran darah ke bagian ini
kurang. Klien tidak pernah mendapatkan suatu komplikasi yang berat.

Patoflow Otitis Media Kronis (OMK)

OMSK

Maligna Benigna

Degeneratif Metaplastik

Terdapat perforasi pada marginal/atik.  Terlihat kolesteatom pada


Granulasi di liang telinga luar yang telinga tengah (di epitimpanum).
berasal dari dalam telinga tengah.  Sekret berbentuk nanah dan
13
Polip berbau khas (aroma kolesteatiom)

Otore = pus pada MAE


(kental/busuk)
Gangguan berkomunikasi Cemas

Pendengaran menurun

Perubahan persepsi / sensori

4. Tanda dan Gejala


a. Kehilangan Pendengaran
b. Otorea intermitten atau persisten yang bau busuk
c. Tidak ada nyeri
d. Pada pemeriksaan audiogram menunjukan tuli konduktif dalam berbagai derajat

5. Test Diagnostik
a. Otoskopik Membran Timpani tampak perforasi dan Kolesteatoma dapat terihat sebagai
massa putih dibelakang membrane timpani
b. Audiometri memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran

6. Penatalaksanaan
a. Penanganan local : pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat
penghisap, pemberian antibiotika tetes

b. Timpanoplasti, untuk mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi


tengah, mencegah infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran

c. Prodesur bedah paling sederhana tipe I ( miringoplasti ) untuk menutup lubang perforasi
pada membrane timpani, tipe II sampai V untuk perbaikan yang lebih intensif struktur telinga
tengah

14
d. Mastoidektomi, untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yang sakit, dan
menciptakan telinga yang aman, kering dan sehat.

7. Komplikasi
a. Kehilangan pendengaran sensorineural

b. Disfungsi syaraf fasial

c. Lateral sinus thrombosis

d. Abses otak atau subdural

e. Meningitis

Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media Kronis

Pengkajian

a. Anamnesis

Keluhan utama dapat berupa :

1. Gangguan pendengaran/pekak.
2. Suara berdenging/berdengung (tinitus)
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo).
4. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
5. Keluar cairan dari telinga (otore)

Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan
bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan
adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat
atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor
serebrospinal.

b. Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara)


dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan
bantuan audiometrik.

Tujuan :

1. Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.


2. Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
3. Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
4. Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan
konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).

15
Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang
mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang
pendengarannya normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingakt normal.

Terapi OMSK

Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar
tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di sebabkan oleh satu atau
beberapa keadaan, yaitu :

1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.

Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (sederhana atau radikal).

Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi
ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien
tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk
kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta
membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat
cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

Tindakan Pembedahan

Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK
tipe maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini
untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di kerjakan melalui


2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanotomi posterior. Tehnik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum
disepakati oleh para ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

Fokus Pengkajian :

16
Data Subyektif :

Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya
pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt
nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat
sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam
telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu
lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.

Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.

Data Obyektif :

Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan.
Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.

Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga
sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses
penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang
sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.

Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga
dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop
dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,
berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :

1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan
metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :

Tulisan

Berbicara

17
Bahasa isyarat.

2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.

a. Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan
jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan
keras).

 Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.


 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b. Jika klien dapat membaca ucapan :

 Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.


 Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca
bibi anda.

c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.

 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.


 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua


komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri
yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan
penerjemah.

3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.

 Bicara dengan jelas, menghadap individu.


 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.

Rasional :

1. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode
yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik
oleh klien.
3. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan
dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

18
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil.

 Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi pada tingkat


fungsional.

Intervensi Keperawatan :

1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat
mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik
itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :

1. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian


serta perawatannya yang tepat.
2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa
sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran
rusak secara permanen.
4. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,


hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

 Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :

19
1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari
fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti
yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat
membantu klien.

Rasional :

1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.

4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat
membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk berkomunikasi.

C). Otitis Media Perforasi (OMP)


a. Pengertian
Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel – sel mastoid yang diikuti dengan
rupturnya membrane tympani dan biasanya terdapat sekret yang mengalir keluar dari
telinga bagian tengah ke telinga bagian luar.
OMP adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan secret
yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer,
kental, bening atau berupa nanah. (Dr Efiaty dan Prof Nurbaity Sp. THT).

b. Patofisiologi
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media perforatif
apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.Bila pross infeksi kurang dari 2 bulan disebut
otitis media supuratif subakut.

20
Beberapa factor yang menyababkan OMA menjadi OMP adalah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. Otitis Media Akut perforasi biasanya
disebabkan karena adanya komplikasi dari infeksi saluran pernafasan bagian atas. Sekresi dan
inflamasi dari infeksi saluran pernafasan bagian atas ini dapat menyebabkan terjadnya oklusi
tuba Eustachii. Normalnya, mukosa dari telinga bagian tengah mengabsorpsi udara di liang
telinga bagian tengah. Jika udara tersebut tidak terabsorpsi karena adanya obstruksi tuba
Eustachii, maka akan timbul suatu tekanan negativeyang menyebabkan terjadinya suatu
produksi secret yang serous. Sekret di telinga bagian tengah ini merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan bakteri dan mikroba. Dan dengan adanya infeksi saluran pernafasan bagian
atas, memudahkan masuknya virus atau bakteri ke telinga tengah. Jika pertumbuhannya
cepat, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya infeksi telinga bagian tengah. Jika infeksi
dan inflamasi ini terjadi secara terus menerus, hal ini dapat menyebabkan perforasi pada
membran thympani.

c. Insiden
Sering dijumpai pada anak-anak, bila terjadi pada orang dewasa kemungkinan pada pasien
yang menjalani radioterapi dan barotrauma seperti penyelam.

d. Tanda dan Gejala


1. Pasien mengeluh kehilangan pendengaran
2. Rasa penuh dalam telinga
3. Suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eusakhius berusaha membuka.

e. Test Diagnostik
1. Audiogram menunjukan adanya tuli konduktif dalam berbagai derajat
2. Otoscope pada membrane timpani tampak sklerotik (tidak terisi sel udara dan mungkin
terdapat rongga dalam tulang akibat erosi oleh kolesteoma)
f. Penatalaksanaan
1. Miringoplasti, bila kehlangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga tengah
menimbulkan masalah bagi pasien
2. Mastoidektomie yang bertujuan menghilangkan jaringan patologis serta eradikasi kuman
3. Kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi oedema tuba eustakhius pada kasus
barotraumas.

21
F. Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada
tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah
menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-
gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi
pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada
sisi telinga yang lainnya).
Terbagi atas konsep penyakit Mastoditis dan Proses Keperawatan

a.Konsep Penyakit Mastoiditis


1. Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari otitis media akut yang melanjutkan ke dalam sel
udara mastoid (Lemone 2004 : 1496)

2. Patofisiologi
Pada mastoiditis akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan dan sel
bergabung untuk membentuk ruang yang besar. Bagian dari jalannya mastoid terkikis.
Dengan adanya infeksi kronis, dapat menyebabkan sebuah abses dapat terbentuk, atau
sklerosis tulang dari mastoid.
Mastoiditis akut meningkatkan resiko meningitis karena hanya sebuah tulang yang sangat
tips memisahkan sel udara mastoid dari otak. Beruntungnya, komplikasi ini jarang terjadi
sejak pemberian antibiotika yang efektif untuk therapy otitis media.

Patoflow penyakit Mastoiditis

Tulang septal hancur

Membentuk ruang yang besar

Infeksi kronik

Abses, sklerosis tulang mastoid


Nyeri telinga, Kemerahan Gangguan rasa nyaman nyeri

22
Inflamasi, bengkak, panas, sakit kepala

Pengeluaran cairan dari telinga Gangguan persepsi pendengaran

Kehilangan pendengaran

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3 minggu setelah
episode dari otitis media akut dan termasuk :

a. Sakit telinga

b. Kehilangan pendengaran

c. Tampak kemerahan dan inflamasi

d. Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi dari normal
(retroaurikula).

e. Panas dapat disertai dengan tinnitus dan sakit kepala.

f. Pengeluaran cairan dari telinga yang berlebihan perlu dicatat.

5. Penatalaksanaan

a. Pencegahan adalah focus primer dari kolaboratif dan tindakan keperawatan yang
berhubungan dengan mastoiditis.
b. Pengobatan antibiotika yang efektif dari otitis media akut mencegah mastoiditis pada
tingkat awal.
c. Mengikuti tindakan pembedahan, menetapkan secara hati-hati luka dan pengeluaran untuk
membuktikan infeksi atau komplikasi lainnya.
d. Pendengaran klien mungkin sementara atau menetap terpengaruh, tergantung pada luasnya
operasi.
e. Bicara pelan dan jelas, jangan berteriak atau bicara keras yang tidak biasa.
f. Yakinkan keluarganya dan staff mengetahui tentang kehilangan pendengaran klien dan
menggunakan tekhnik komunikasi yang sesuai.

23
g. Membantu pasien dengan ambulasi awal, karena pusing dan vertigo biasanya mengikuti
pembedahan.
h. Pemberian antibiotika untravena seperti penicillin, Cefriaxone selama 14 hari.
i. Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi Mastoidektomi, bersama
dennganTimpanoplasti.
j. Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuk harus dihindari karena dapat
meningkatkan tekanan pada telinga bagian tengah.

6. Perawatan di rumah
a. Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya pemberian terapi antibiotika
dan menganjurkan untuk follow up.
b. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugika untuk perawatan
primer.
c. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana teknik aseptic.
b. Proses Keperawatan Untuk Pasien Yang Menjalani Pembedahan Mastoid

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Mastoiditis

1. Pengkajian
A.Riwayat kesehatan : penggambaran lengkap masalah telinga, otorea, kehilangan
pendengaran
B. Pengkajian fisik observasi adanya eritema, oedema, otorea, lesi dan bau cairan yang keluar
C. Hasil audiogram harus dikaji

2. Diagnose Keperawatan

a. DK : Ansietas b.d prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran,


potensial ganguan pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.

Tujuan : Meredakan ansietas

Intervensi :

24
• Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli otology pada pasien termasuk
anastesi, lokasi insisi dan hasil pembedahan.
•Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan keprihatinan mengenai pembedahan

b. DK : Nyeri akut b.d Pembedahan Mastoid

Tujuan : Bebas dari rasa tak nyaman

Intervensi :

• Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan

• Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat

Evaluasi :
• Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri
• Tidak memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh atau menangis
• Meminum analgetik bila perlu

c. DK : Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur, trauma bedah


terhadap jaringan dan struktur di sekitarnya
Tujuan : pencegahan infeksi
Intervensi :
• Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan antibiotika sebelum dipasang
• Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis auditorius eksternus
selama 2 minggu
• Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin) dan diletakkan di telinga
• Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu, cairan purulen)

Evaluasi ;
• Tidak ada tanda atau gejala infeksi
• Tanda vital normal termasuk suhu
• Tak mengeluarkan cairan purulen dari kanalis auditorius externus

25
d. DK : Perubahan persepsi sensori auditoris b.d kelainan telinga/pembedahan telinga
Tujuan : Memperbaiki komunikasi
Intervensi :
• Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika berbicara, berbicara jelas
dan tegas tanpa berteriak, memberikan pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda
nonverbal.
• Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektif.
• Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.

DK tambahan :

• Resiko trauma b.d kesulitan keseimbanganatau vertigo selama periode pasca


operasi segera
• Perubahan persepsi sensori b.d potensial kerusakan nervus fasialis
• Kerusakan integritas kulit b.d pembedahan telinga, insisi dan tempat graft
• Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan
asuhan pascaoperatif dan harapan
G.KOLESTEATOMA
a. Pengertian
Kolesteatoma adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel/keratin.

b. Patofisiologi

Sel epitel debris mengumpul dalam telinga bagian tengah, membentuk kista yang merusak
struktur telinga dan mengurangi pendengaran, seperti pada mastoiditis. Deteksi dan
pengobatan secara dini pada otitis media dengan memberikan antibiotika akan menurunkan
kolesteatoma. Kolesteatoma sangat berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat
mengakibatkan hilangnya pendengaran.

d. Penatalaksanaan
Mastoidektomy dapat menghilangkan kolesteatoma

e. Komplikasi

Komplikasi terjadi apabila sudah terjadi proses nekrosis tulang yakni :


a. Labirinitis
b. Meningitis
c. Abses otak

26
MASSA TELINGA TENGAH

a. Jenis-jenis Massa Telinga Tengah


1. Glomus jugulare adalah tumor yang timbul dari bulbus jugularis (Brunner &
Suddath: 1999;2056)
2. Neuroma nervus fasialis adalah tumor nervus VII, nervus fasialis (Brunner
& Suddath: 1999;2056)
3. Granuloma kolesterin adalah reaksi system imun terhadap produk samping darah
(Kristal kolesterol) di dalam telinga tengah (Brunner & Suddath: 1999;2056)
4. Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium di dalam telinga tengah yang
dapat mengeras di seputar osikulus sebagai akibta infeksi berulang

b. Penatalaksanaan

Pada dasarnya semua jenis massa dilakukan pengangkatan massa melalui


pembedahan, dan jika tidak memungkinkan pembedahan digunakan terapi radiasi.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telinga merupakan organ tubuh yang memiliki urat syaraf yang cukup peka
dan sensitif, terlebih ketika masih kanak-kanak. Tulang serta sistem syaraf yang
belum sempurna pada masa kanak-kanak ini menyebabkan mereka mudah terkena
penyakit atau infeksi di telinga. Padahal telinga mempunyai fungsi sangat penting
dalam kehidupan seseorang.

Fungsi telinga adalah menerima gelombang suara dan menghantarkannya


menjadi sebuah pesan ke otak. Gelombang suara masuk ke telinga kemudian
menembus saluran telinga, dan memukul gendang telinga sehingga menimbulkan
getaran. Getaran dari gendang menyebabkan tulang kecil di telinga bergerak dan
pergerakan ini menimbulkan pengiriman gelombang suara ke telinga bagian dalam.

Adapun jenis – jenis gangguan pada telinga tengah yaitu : Penyakit membran
timpani, Gangguan tuba eustachius, Barotrauma, Otosklerosis, Otitis media,
Mastoiditis, Kolesteatoma.

B. Saran

Semoga dengan terselesaikannya makalah ini mahasiswa keperawatan


dapat melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan
gangguan sistem pendengaran.

28
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih
Bahasa : Agung Waluyo dkk. EGC. Jakarta

KATA PENGANTAR

29
Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya dan pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan lancar.
Tugas ini ditunjukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
Mata Kuliah Medikal Bedah IV.
Kami telah menulis tugas makalah ini dengan sebaik mungkin, semoga dapat
memenuhi tugas mata kuliah tersebut. Dalam menyelesaikan makalah ini kami mendapatkan
hambatan yang tidak sedikit, kami banyak sekali menemukan kesulitan, akan tetapi kami
banyak mendapatkan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas.
Atas dorongan semangat kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini,akan tetapi
tugas ini masih banyak kekurangannya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah mendukung proses
penulisan tugas makalah ini.

Karawang, Maret 2011

Penyusun

30
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.........................................................................................3
B. Ciri-ciri pokok statistic.....................................................................3
C. Jenis landasan kerja pokok yang digunakan oleh statistic................4
D. Peran statistic dalam tahapan penelitian Gambar posisi penelitian kuantitatif 4
E. Analisis data.....................................................................................6
F. Langkah – langkah & analisa data....................................................7
G. Format proposal penelitian kuantitatif..............................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................19
B. Saran ……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

31
TUGAS MAKALAH
ASKEP
PADA GANGGUAN TELINGA TENGAH

Disusun Oleh:
 Ajeng
 Dita Oktaviani
 Fridania
 Intan
 Dewi Rosyani
 Lia

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES KHARISMA KARAWANG
JL. Perjuangan KM.1 By Pass Karawang
2011

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telinga adalah salah satu organ pancaindra yang memiliki fungsi yang sangat vital
bagi kehidupan manusia

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, biladilihat dari
arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga adalah suatu
bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarahke medial.

B. Saran

Semoga dengan selesainya makalah ini mahasiswa keperawatan dapat melakukan


asuhan keperawatan yang komprehensif dengan askep pada gangguan dengan telinga
bagian tengah .

33

You might also like