Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Saat ini kita bisa melihat bagaimana dominasi Ilmu Pengetahuan dalam
kehidupan manusia setiap hari. Dominasi Ilmu pengetahuan nampak melalui para
miliki, juga isi dan metode yang mereka gunakan. Karena para ilmuan yakin bahwa
kontribusi ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode yang digunakan oleh
ilmu pengetahuan itu sendiri. Banyak metode yang sudah diperkenalkan oleh para
ahli, untuk meligitimasi hasil penelitian ilmiah, dan membantu manusia untuk
1
konsep yang tingkatannya masih terbatas atau sederhana karena
umum
suatu bukti telah berhasil menunjukan kesalahan suatu teori, hal itu
selalu cocok dengan bukti – bukti yang ada. Bahkan, jika suatu teori
2
otomatis dinilai tidak memadai, hanya karena ada satu bukti yang
tepat.
kumulatif.
dipakai sebelumnya
Dalam tulisan ini penulis akan menguraikan perbandingan kritis teori Falsifikasi
dari Karl Popper dan Teori Revolusi Sains Thomas Khun, kemudian akan membahas
3
diantara kedua teori tersebut mana yang paling tepat dianut untuk penerapan ilmu
hukum kita?
B. PEMBAHASAN1
mapan bahkan ia menolak metode induksi dan mengagggapnya sebagai metode yang
tidak sah secara logis. Popper kemudian memperkenalkan metode falsifikasi sebagai
berikut:
1
Disarikan dari catan Kuliah Filsafat Hukum Lanjut untuk Program Doktor Univesitas
Padjadjaran oleh Prof. Dr. H Lili Rasjidi.,SH., S.Sos., LL.M
2
http://scienceblogs.com/ethicsandscience/2007/02/what_scientists_believe_and_wh.php
4
Ciri-ciri Epistemologi Propper:
Obyektif : Tidak berpikiran dalam citra melainkan dalam problem dan
solusi tentative terhadapnya.
Rasional : Menggunakan pendekatan kritikal (Rasionalisme)
Kritis : Kritik termasuk dalam mekanisme pertumbuhan pengetahu-
an itu sendiri.
Evolusioner : Prosedur penemuan dan pembangunan kesalahan (reputasi)
terhadap terori-teori yang tidak tangguh. (mirip dengan
seleksi alam Dawin).
Realistis : Dilandasi atas terdapatnya dunia nyata.
Pluralistis : Tidak seorangpun entah pencipta teori itu ataupun orang lain
yang mencoba memahami seluruh kemungkinan yang
terkandung dalam teori tersebut.
5
Para pendukung teori falsifikasi menolak induktivisme karena menurut
pendukung teori Falsifikasi setiap penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang
pengetahuan dimulai dengan hipotesa dari proposal imajinasi, sesuatu yang berasal
dari sebuah pengertian individu dan tak dapat diprediksi…” Karena itu, teori ilmiah
yang diperoleh melalui observasi ditolak oleh mereka. Teori sebenarnya merupakan
hasil rekaya intelek manusia untuk mengatasi setiap problem dalam kehidupan mereka.
Teori-teori ini nanti diuji dengan eksperimen-eksperimen atau observasi, bila ada teori
yang tidak bertahan akan dinyatakan gagal dan harus diganti oleh teori spekulatif
lainnya. Menurut Popper kemajuan ilmu tidaklah berkaitan dengan kenyataan bahwa
interpretasi kita tidak memperoleh ilmu pengetahuan, tak peduli betapun rajin kita
antisipasi yang belum dibenarkan, dan gagasan-gagasan spekulatif- hanya itulah sarana
kita untuk menafsirkan alam: hanya itulah instrumen-instrumen kita untuk memperoleh
pengetahuan. Menurut Popper, bahkan tes yang cermat atas ide-ide kita dengan
pengalaman pada gilirannya juga diilhami oleh ide-ide. Eksperimen, kata Popper,
adalah perbuatan terencana di mana setiap langkah dibimbing oleh teori. Kita harus
aktif; kita harus membuat pengalaman kita. Kitalah yang merumuskan pertanyaan
untuk diajukan kepada alam. Akhirnya kita pulalah yang memberikan jawaban
Menurut teori falsifakasi, ilmu pengetahuan tidak lain dari rangkaian hipotesis-
hipotesis yang dikemukakan secara tentatif untuk menjelaskan tingkah laku manusia
atau kenyataan dalam alam semesta. Hipotesis itu layak disebut teori atau hukum
6
ilmiah jika memenuhi syarat fundamental berikut: hipotesis itu harus terbuka terhadap
kemungkinan falsifikasi. Artinya, ciri khas pengetahuan ilmiah ialah dapat dibuktikan
salah. Dengan cara itulah hukum-hukum ilmiah dapat dibangun dan berkembang maju.
Bila suatu hipotesis telah dibuktikan salah, maka hipotesis itu ditinggalkan dan diganti
oleh hipotesis baru. Kemungkinan lain adalah bahwa hanya salah satu unsur hipotesis
yang dibuktikan salah, sedangkan inti hipotesis dapat dipertahankan, maka unsur tadi
ditinggalkan dan diganti dengan unsur baru. Dengan demikian, hipotesis tersebut
bahwa suatu teori baru akan diterima kalau sudah ternyata bahwa ia dapat
meruntuhkan teori lama yang ada sebelumnya. Pengujian kedua kekuatan teori itu akan
dilakukan melalui suatu tes empiris, yaitu tes yang direncanakan untuk membuktikan
salah apa yang diujinya (memfalsifisikasi). Kalau dalam tes tersebut sebuah teori
terbukti salah, maka teori tersebut akan dianggap batal, sedangkan teori yang bertahan
dan lolos dalam tes tersebut akan diterima sampai ditemukannya cara pengujian yang
lebih ketat. Sebaliknya, menurut Popper hipotesa, hukum dan teori falsifikasi yang
kalah dalam proses falsifikasi akan ditinggalkan. Dengan demikian kita dapat
menyaksikan bahwa tidak ada suatu ungkapan, hipotesa, hukum maupun teori ilmiah
yang defenitif. Bagi Popper segala pengetahuan bersifat sementara, maka terbuka
untuk dikatakan salah. Karena itu, menurut Popper kita harus meninggalkan usaha
selamanya bersifat konjektural, tentatif, dan selalu harus diuji. Ini mempunyai
implikasi metodologis, yakni bahwa suatu teori harus dirumuskan sejelas mungkin
Popper, merupakan suatu sistem yang terbuka dinamis, dan tak pernah final.
7
Menurut Kuhn, ilmu dapat berkembang maju dalam pengertian tertentu, jika ia
tidak dapat mencapai kesempurnaan absolud dalam konotasi dapat dirumuskan dengan
definisi teori. Oleh karena itu ia memandang bahwa ilmu itu berkembang secara open-
Bagi Thomas Kuhn pandangan tradisional tentang ilmu baik indukvitas atau
menggunakan sejarah sebagai dasar untuk menyusun gagasan teorinya. Sejarah telah
dalam buku-buku tentang sains. Dengan jalan begitu, Kuhn menemukan suatu proses
Sejak saat itu teori Kuhn tentang ilmu kemudian dikembangkan sebagai usaha
untuk menjadikan teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah, sebagaimana
yang dilihat oleh Kuhn, maka disimpulkan ilmu pengetahuan berkembang secara
revolusioner.
Pemikiran Kuhn kurang lebih dapat diuraikan dengan model, sebagai berikut:
P (1) ------- > NS -------- > A ------- > C -------- > R ---------- > P (2)
P (1) : Ilmu pengetahuan tertentu (1) pada waktu tertentu (1) dipengaruhi oleh
paradigma tertentu P (1). Simbol P(1) adalah kapasitas pardigma saat itu
untuk mengatisipasi permasalahan yang dihadapi masyarakat.
8
baru yang sedang berkembang yang menghendaki perubahan-perubahan
untuk menjawab tantangan-tantangan dari permasalahan yang baru dan akan
datang.
C : Jika pertentangan memuncak dan paradigma yang ada P (1) tidak dapat lagi
menjawab dan memecahkan masalah yang timbul, maka krisis (C) akan
timbul. Pada periode ini keberdaan paradigma lama akan disanggah habis-
habisn. Krisis ini akan diakhiri oleh munculnya teori baru, yang ditandai
dengan proses penggantian kedudukan yang radikal, yaitu runtuhnya
paradigma lama P (1) maka terjadi revolusi sains.
Berdasarkan karakter proses ini maka cirri utama untuk menentukan standar
revolusi sains adalah, ada atau tidaknya terobosan terhadap komitmen sains yang
normal. Ciri lainnya adalah ada tidaknya anomaly, krisis dan akhirnya pergantian
kedudukan terhadap suatu teori lama. Menurut Kuhn, revolusi sains tidak selalu
merupakan gejala eksplisit yang tegas. Sering merupakan proses yang implicit dari
Konsep sentral Kuhn ini dijelaskan dalam bukunya “The Structure of Scienctific
Sains. Seorang ilmuan selalu bekerja dengan paradigma tertentu, dan teori-teori ilmiah
dibangun sekitar paradigma dasar. Paradigma itu memungkinkan seorang ilmuan untuk
begitu banyak anomali yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kerangka ilmunya dan
9
FALSIFIKASI DAN REVOLUSI SAINS
pendukung teori falsifikasi setiap penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang
observasi, bila ada teori yang tidak bertahan akan dinyatakan gagal dan harus diganti
oleh teori spekulatif lainnya. Namun, apa yang dikritik oleh pendukung teori falsifikasi
observasi sangat tergantung pada teori dan dapat salah. Dan sering terjadi justru
pernyataan-pernyataan observasi yang salah. Karena itu, tidak benar bahwa pernyataan
observasi selau benar sedangkan hipotesis atau teori mengandung kemungkinan salah.
Bisa jadi bahwa teori yang difalsifikasi bertahan sedangkan pernyataan observasi itu
yang salah dan disingkirkan. Kedua, menurut pendukung teori falsifikasi, hipotesis
mundur karena tidak lagi penting. Akan tetapi pandangan ini tidak sesuai dengan
kenyataan historis, karena ada hipotesis yang dikemukakan dan tidak konsisten sesuai
berpusat pada falsifikasi atau menguji teori; kemudian, dengan berpegang pada
dalam “normal science” bukan lagi penguji teori tetapi pemecah masalah dan kesulitan
hidup. Dalam kemapaman paradigma itu tidak ada lagi pertentangan antara paradigma.
Karena paradigma yang telah diterima dipakai sebagai landasan dan pedoman untuk
10
praksis kehidupan. Dengan demikian Kuhn memberikan suatu sumbangan yang besar
mempunyai tujuan dalam dirinya sediri, melainkan bertugas melayani manusia. Selain
itu Kuhn juga mengkritik Popper yang dianggapnya telah memutarbalikkan kenyataan
dengan menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui jalan hipotesis disusul upaya
falsifikasi.
dengan tak terdamaikan lagi, keseluruhan ataupun sebagian, dengan yang baru.”
Dalam sejarah filsafat hukum, hukum alam telah mengalami masa jabatan selama
lebih dari 2000 tahun, kemudian tergeser oleh positivisme hukum. Akan tetapi, pada
abad XX ia tampil kembali kendatipun dalam keadaan yang dianut dan yang tidak
dianut. Oleh karena itu, pertanyaan yang mengusik adalah teori manakah yang lebih
Pertanyaan ini akan dijawab melalui pendekatan falsifikasi dan revolusi sains terhadap
Walaupun antara teori falsifikasi Karl Popper dan teori revolusi sains Thomas
Kuhn hingga saat ini masih tampil dalam arena perdebatan para pendukungnya, namun
untuk menjawab pertanyaan ini, kedua teori tersebut boleh dianggap benar menurut
sudut pandang mereka masing-masing dalam mencapai suatu kebenaran. Essensi yang
dapat diambil dari teori-teori tersebut adalah; apabila suatu kebenaran itu dicapai
11
melalui pembuktian kesalahan teori sebelumnya, itulah ajaran teori falsifikasi3.
Sebaliknya, apabila suatu kebenaran dicapai melalui pembuktian teori baru yang lebih
benar, itula inti ajaran teori revolusi sains. Apabila kita teliti lebih seksama dengan
tentang masa depan sebuah teori ilmu hukum, kedua teori tersebut tetap dapat
dijadikan acuan.
Karl Popper beranggapan bahwa suatu teori baru akan diterima jika ternyata
bahwa teori itu dapat meruntuhkan teori sebelumnya. Pengujian kedua teori (lama dan
baru) itu dilakukan melalui suatu tes empiris, yang direncanakan untuk membuktikan
salah tehadap apa yang diujinya, alias memfalsifikasi. Kalau dalam tes tersebut sebuah
teori terbukti salah, maka teori tersebut akan diterima sampai diketemukannya cara
Lepas dari cara pengujian apakah melalui tes empiris atau tidak, esensi teori
falsiikasi ini adalah suatu kebenaran yang diperoleh melalui kritik, artinya,
3
Lili Rasjidi et al, Momograf: Filsafat Ilmu, Metode Penelitian dan Karya tulis ilmiah, Bandung
2005 hlm 27.
4
C.Verhaak,et al., Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu
(Jakarta:Gramedia,1989),hlm.160
12
Teori hukum positif hadir dan diterima setelah adanya kritik terhadap teori
hukum alam. Banyak buku yang menyingkapkan kelemahan hukum alam. Kelemahan
yang paling sering dikemukakan ialah bahwa hukum alam tidak menjamin kepastian
hukum. Hukum alam sendiri tidak dapat dipastikan secara obyektif, tidak pula dapat
ditentukan apa yang menjadi kodrat manusia. Akibat berbagai kelemahan ini, dicari
teori baru yang mampu menjamin kepastian hukum tersenut. Hadirlah teori hukum
Upaya menyebarluaskan teori hukum positif antara lain dilakukan melalui Code
Belanda. Akan teta[pi, jika memasuki Jerman, Cosde Napoleon ditolak karena
dianggap hukum asing. Hukum yang berlaku menurut mereka (Jerman) hanyalah
hukum yang tumbuh dan berkembang menurut perkembangan sejarah bangsa itu
sendiri. Jadi hukum yang berlaku di Jerman harus hukum adat Jerman sendiri, bukan
hukum asing seperti Code Napoleon. Bagi bangsa Jerman, penolakan terhadap Code
Napoleon itu sekaligus merupakan kritik terhadap teori hukum positif , dan lahirlah
hukum yang logis, ditumbangkan oleh paradigma mazhab sejarah. Hukum tidak
ekspresi dan semngat jiwa rakyat (volksgeist). Artinya , hukum adalah pengalaman
sejarah.
Baik aliran hukum positif John Austin maupun mazhab sejarah von Savigny
dipersalahkan oleh Roscoe Pound. Kedua pandangan tersebut tidak ada satupun yang
13
dapat bertahan sendiri di dalam sistem hukum; kedua-duanya harus timbal-balik. Lebih
lanjut, menurut Roscoe Pound, hanya hukum yang sanggup menghadapi ujian akal
yang dapat hidup terus, karena yang menjadi unsur-unsur kekal dalam hukum hanyalah
dan diuji oleh pengalaman. Pengalaman dikembangkan oleh akal. Sebaliknya, akal
diuji oleh pengalaman5 Dengan demikian muncul mazhab baru sebgai paradigma baru
yang dinamakan “Sociological Jurisprudence”. Inti pemikiran mazhab ini ialah bahwa
hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan “living law” yang sebagai “inner
Akan tetapi, baik mazhab sejarah von Savigny maupun aliran “Sociological
Jurisprudence” dikritik oleh Mochtar Kusumaatmadja. Kedua mazhab itu tidak dapat
nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat, yang menurut mereka pada analisis
terakhir merupakan hakikat hukum dalam arti yang sebenar-benarnya. 7 Kritik inilah
muncul teori baru, yang oleh Mochtar Kusumaatmadja dinamakan “teori hukum
Dari uraian-uraian tersebut jelaslah bahwa kehadiran teori yang baru akan terjadi
Dengan lain perkataan, teori yang baru dalam ilmu hukum terjadi setelah
Meskipun demikian, dari perdebatan antara mazhab hukum yang satu terhadap
yang lain, sebagaimana dipertontonkan di muka, ternyata bahwa tidak semua unsur
5
Lili Rasjidi,op.cit.,hlm 48
6
Mochtar Kusumaatmadja,op.cit.,hlm.5
7
Ibid.,hlm7
14
dari masing-masing mazhab dirontokkan, digeser ataupun digugurkan oleh mazhab
hukum berikutnya. Terhadap mazhab hukum alam, unsur yang digugurkan adalah
unsur kepastian hukum karena hukum alam tidak menjamin kepastian hukum tersebut.
Adapun unsur etika, yang merupakan jati—diri hukum alam, justru dipertahankan
sebagai tolak ukur bagi suatu hukum yang adil, sehingga mampu menerobos setiap
rintangan mazhab hukum yang hadir setelah mazhab hukum alam. Dengan kata lain ,
potensi (streng) hukum alam, yang berupa nilai etika yang terkandung di dalamnya,
Sebagaimana diketahui tertib hukum yang tertiggi sekaligus sumber dari segala sumber
hukum itu berasal dari rakyat (kedaulatan rakyat).8 Menurut sejarah pembentukan
Negara Indonesia, pada awalnya kedaulatan rakyat diwakili kepada suat badan
istimewa yang disebut Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. (PPKI). Badan ini
memiliki keistimewaan, paling tidak karena tiga hal; Pertama karena Badan ini
melahirkan atau pembentuk Negara Republik Indonesia. Ketiga, karena badan seperti
itu, menurut teori hukum mempunyai wewenang menetapkan dasar Negara yang
paling fundamental, yang disebut dasar falsafah Negara atau norma dasar hukum
negara kita ialah Pancasila. Pancasila telah disahkan oleh suatu badan yang memang
berwenang untuk itu. Dasar negara kita Pancasila itu dinyatakan secara tegas dalam
pokok-pokok pikiran dari Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian jelas pula bahwa
Pancasila itu menjadi sumber dari segala sumber hukum negara kit. Dapat dikatakan
kita telah menggunakan Teori positivisme Hukum dari Kelsen, yang menjadikan
8
Pokok-pokok Filsafat Hukum, ,hlm. 213.
15
Pancasila sebagai sumber tertib hukum kita. (Grudnorm dan stuffentheory).
Pokok-pokok pikiran landasan hukum yang ada Pada pada pembukaan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, adalah:
Alinea III : Berkat Rahmat YME ….. (Thomas Aquino, hukum alam)
seperti hukum alam. Harus diakui bahwa hukum tidak tertulis yang
C. SIMPULAN
Kedua filsuf mempunyai visi dan pandangan yang sama untuk menciptakan
mendapatkan ilmu baru. Metode falsifikasi Popper berorientasi menguji suatu hipotesa
dengan membantahnya, sehingga terbukti bahwa teori tersebut benar. Apabila lolos
Kritis Karl Popper beranggapan bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang secara
16
Thomas Kuhn menyatakan, ilmu pengetahuan selalu terbuka pada hal – hal yang
17