You are on page 1of 12

FISIKA I

ARTIKEL ELEKTROLISIS

Disusun Oleh

Dyah Wirasanti
NIM. L2C008034

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008

2
PENDAHULUAN
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi energi
listrik dan energi kimia. Elektrokimia merupakan metode yang didasarkan pada reaksi reduksi
dan oksidasi yang berlangsung pada elektroda berbeda pada suatu sistem, di mana dalam
reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau di mana energi
listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bisa terjadi.
Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi elektrokimia. Peralatan dasar
sel elektrokimia adalah dua elektroda yang dicelupkan dalam elektrolit konduktor ion.
Elektroda dan elektrolitnya membentuk kompartemen elektroda. Kedua elektroda dapat
menempati kompartemen yang sama. Jika elektrolitnya berbeda, kedua kompartemen dapat
dihubungkan dengan jembatan garam, yaitu larutan elektrolit yang menlengkapi sirkuit listrik
dan memungkinkan sel berfungsi.
Sel elektrokimia ada dua macam, yaitu sel galvanik dan sel elektrolisis. Sel galvanik
mengalami reaksi redoks spontan, yang menghasilkan perubahan energi kimia menjadi energi
listrik. Sedangkan sel elektrolisis menggunakan energi listrik dari sumber arus luar agar reaksi
kimia nonspontan bisa terjadi.

TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 1833, Michael Faraday mengamati bahwa air murni adalah isolator yang
mendekati sempurna. Jika dua buah elektroda dari logam seperti platina dimasukkan dalam
bejana berisi air murni, yang satu dihubungkan dengan ujung positif dari sumber arus searah,
dan yang lainnya dengan ujung negatif, tidak akan terjadi arus listrik sama sekali. Akan tetapi,
jika sedikit asam, basa, atau garam dilarutkan dalam air tersebut, maka tahanan air menjadi
cukup rendah sehingga arus listrik dapat mengalir.
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Konsep kerja dari sel
elektrolisis adalah menggunakan energi listrik dari sumber arus luar untuk menimbulkan
reaksi kimia nonspontan, sesuai dengan yang ada pada Hukum Faraday. Pada sel elektrolisis,
elektroda yang sering dipakai adalah elektroda inert. Reaksi elektrolisis sendiri dialami oleh
ion-ion elektrolit atau pelarut air.

3
Peralatan utama sel elektrolisis adalah dua elektroda (konduktor logam) yang dicelupkan
ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan, cairan, atau padatan) dan
sumber arus.

Elektroda inert merupakan jenis elektroda yang berfungsi mambangkitkan


kecenderungan sistem dalam mengambil atau melepas elektron. Logam elektroda itu sendiri
tidak ikut secara nyata dalam reaksi redoks, melainkan menyediakan permukaannya sebagai
tempat berlangsungnya reaksi dan katalis. Contohnya adalah elektroda hidrogen dan elektroda
garam-tak larut.
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan menjadi
penghantar elektrik. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Ion
positif (kation) akan mengalami reduksi di katode (kutub negatif), dan ion negatif (anion) akan
mengalami oksidasi di anode (kutub positif).
Aliran muatan listrik melalui elektrolit diterangkan oleh Svante Arrhenius (1859 –
1928). Suatu larutan asam, basa atau garam terdiri dari partikel-partikel kecil bermuatan, yang
disebut ion. Ion merupakan kumpulan atom-atom bermuatan, baik positif maupun negatif.
Sebuah larutan tidak memiliki sifat listrik karena jumlah muatan positif sama dengan muatan
negatifnya. Bila elektroda positif dan negatif berada di tempat yang berlainan dalam larutan,
ion-ion positif perlahan akan menuju elektroda negatif, dan ion-ion negatif juga menuju pada
elektroda positif. Namun kecepatan pergerakan ion positif dan negatif tidak sama, sehingga
pada umumnya arus yang dibawa juga berbeda.

4
Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dalam sel dan
kuantitas kimia yang berubah di elektrode saat elektrolisis. Hasilnya adalah:
1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektrode sebanding dengan jumlah arus listrik yang
melalui zat.
2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di
elektrode adalah konstan, tidak tergantung pada jenis zat. Misalnya, kuantitas
listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96485
Coulomb, tidak bergantung pada jenis logamnya.
F : jumlah mol elektron (Faraday)
Coulomb i ⋅t
F= = i : kuat arua (Ampere)
96500 96500
t : waktu (Sekon)
e ⋅i ⋅t W : massa zat hasil elektrolisis (gr)
W = e⋅F =
96500 e : berat ekivalen
1 Coulomb adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1 Ampere mengalir selama 1
sekon. Angka 96500 adalah konstanta Faraday, yang didefinisikan sebagai kuantitas listrik
yang dibawa oleh 1 mol elektron.

Elektrolisis Lelehan Natrium Klorida


Dalam keadaan meleleh, natrium klorida sebagai senyawa ionik, dapat dielektrolisis
membentuk logam natrium dan klorin. Dalam lelehan NaCl, kation dan anionnya masng-
masing adalah ion Na+ dan Cl-. Sel elektrolitik mempunyai sepasang elektroda yang
dihubungkan ke baterai (sumber arus). Baterai berfungsi sebagai pompa elektron, yang
menggerakkan elektron ke katoda (tempat terjadinya reaksi reduksi), dan menarik
elektron dari anoda (tempat terjadinya oksidasi). Reaksi yang terjadi adalah:
Anoda (oksidasi) : 2Cl-(l)  Cl2(g) + 2e-
Katoda (reduksi) : 2Na+(l) + 2e-  2Na(l)
Keseluruhan : 2Na+(l) +2Cl-(l)  2Na(l) + Cl2(g)
Proses ini merupakan sumber utama logam natrium murni dan gas klorin.

5
APLIKASI ELEKTROLISIS DI TEKNIK KIMIA
Elektrolisis pertama kali dicoba pada air (tahun 1800). Hingga kini, elektrolisis
digunakan untuk menghasilkan berbagai macam logam, khususnya logam dengan
kecenderungan ionisasi tinggi seperti aluminium. Elektrometalurgi, Elektrosintesis,
Elektroplating, Elektroanalitik, Elektrokoagulasi, Elektrokatalis, dan Elektrodialisis
merupakan beberapa contoh aplikasi elektrolisis dalam industri.

Elektrometalurgi
Elektrometalurgi adalah metode elektrolisis dapat digunakan untuk memperoleh logam
murni dari bijihnya atau pemurnian logam.
1. Produksi Logam Aluminium
Pada tahun 1886, penemu Amerika Charles Martin Hall dan penemu Perancis Paul
Louis Toussaint Heroult sukses memproduksi alumunium dengan menggunakan
lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih.
Alumunium biasanya dibuat dari bijih bauksit (Al2O3.2H2O). Pertama-tama
bijihnya diolah untuk menghilangkan pengotor, kemudian dipanaskan untuk
memperoleh Al2O3 tanpa air. Oksida ini dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6)
dalam suatu sel elektrolitik Hall. Sel ini berisi rangkaian anoda karbon, dan
katodanya yang juga terbuat dari karbon menjadi pelapis di bagian dasar sel. Larutan
dielektrolisis untuk menghasilkan aluminium dan gas oksigen:
Anoda : 3 [2O2-  O2(g) + 4e-]
Katoda : 4 [Al3+ + 3e-  Al(l)]
Keseluruhan : 2 Al2O3  4Al(l) + 3O2(g)
Gas oksigen bereaksi dengan anoda karbon pada 1000oC (titik leleh kriolit)
membentuk gas karbon monoksida, yang keluar sebagai gas. Cairan logam
aluminium (titik leleh 660oC), yang lebih rapat dari kriolit, akan melebur, tenggelam
ke dasar wadah (mengumpul pada karbon, dapat dianggap sebagai katoda). Produk
kemudian diambil sedikit demi sedikit.
Elektrolisis dengan aluminium memiliki aspek komersial, di antaranya korosi
besi kurang serius dibandingkan dengan pengkaratan besi walaupun kecenderungan
terbesarnya untuk mengoksidasi mencerminkan karakter fisik dari oksida. Oksida

6
film di atas aluminium ditahan dengan sangat kuat, rapat, dan tidak dapat ditembus,
oleh karena itu lebih protektif. Ketebalan film dapat ditingkatkan dengan membuat
anoda aluminium sebuah sel elektrolisis dengan cairan elektrolit H2SO4. Produk ini
disebut ”aluminium teranoda”.
2. Pemurnian (Refining) Logam Tembaga
Proses pemurnian logam dilakukan dalam suatu sel elektrolit dimana elektroda
positifnya dalah logam tidak murni, dan elektroda negatifnya logam murni. Elektrolit
berisi larutan garam dari logam tersebut. Selama elektrolisa, hanya elektroda negatif
(yang merupakan logam murni) yang akan dilapisi oleh gelembung gas.
Ketidakmurnian elektroda positif akan masuk ke dalam larutan elektrolit atau jatuh
sebagai endapan.
Logam tembaga yang diperoleh dari bijihnya biasanya masih mengandung
sejumlah pengotor seperti seng, besi, perak, dan emas. Logam yang lebih bersifat
elektropositif diambil dengan proses elektrolisis, di mana dalam proses ini tembaga
tidak murni hanya bertindak sebagai anoda, dan tembaga murni sebagai katoda
dalam larutan asam sulfat yang berisi ion Cu2+. Setengah reaksinya adalah:
Anoda : Cu(s)  Cu2+(aq) + 2e-
Katoda : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
Logam reaktif dalam anoda tembaga seperti besi dan seng, juga teroksidasi pada
anoda dan memasuki larutan sebagai ion Fe2+ dan Zn2+. Namun keduanya tidak
tereduksi pada katoda. Logam yang kurang elektropositif seperti emas dan perak,
tidak teroksidasi pada anoda. Pada
akhirnya, sewaktu anoda tembaganya larut, Baterai
Anoda Katoda
logam-logam ini jatuh ke dasar sel. Jadi, tembaga tembaga
tak murni murni
hasil bersih dari proses elektrolisis ini
adalah transfer tembaga dari anoda ke
katoda. Tembaga yang dibuat dengan cara
ini memiliki kemurnian lebih dari 99,5
persen. Perlu diperhatikan bahwa logam 2-
4
pengotor (umumnya perak dan emas) dari
anoda tembaga adalah produk sampingan Pemurnian tembaga secara elektrolisis

7
yang berharga, yang nilai jualnya sering dapat menutup biaya listrik yang digunakan
untuk menjalankan elektrolisis.

Elektrosintesis
Baik teknik elektrosintesis maupun metode sintesis secara konvensional, mempunyai
variabel-variabel yang sama seperti suhu, pelarut, pH, konsentrasi reaktan, metode
pencampuran dan waktu. Perbedaannya, elektrosintesis mempunyai variabel tambahan
yaitu variabel listrik dan fisik seperti elektroda, jenis elektrolit, lapisan listrik ganda,
jenis elektroda, jenis sel elektrolisis, media elektrolisis dan derajat pengadukan.
Di dalam sel elektrolisis akan terjadi perubahan kimia pada daerah sekitar
elektroda, karena adanya aliran listrik. Jika tidak terjadi reaksi kimia, maka elektroda
hanya akan terpolarisasi akibat potensial listrik yang diberikan. Reaksi kimia hanya akan
terjadi jika ada perpindahan elektron dari larutan menuju elektroda (proses oksidasi),
sedangkan pada katoda akan terjadi aliran elektron dari katoda menuju larutan (proses
reduksi). Proses perpindahan elektron dibedakan atas perpindahan elektron primer,
artinya materi pokok bereaksi secara langsung pada permukaan elektroda, sedangkan
pada perpindahan elektron secara sekunder, elektron akan bereaksi dengan elektrolit
penunjang, sehingga akan dihasilkan suatu reaktan antara (intermediate reactan), yang
akan bereaksi lebih lanjut dengan materi pokok di dalam larutan. Reaktan antara ini
dapat dihasilkan secara internal maupun eksternal.
Perlu diketahui juga dalam mengelektrosintesis terutama sintesis senyawa organik
bahwa reaksi pada elektroda dapat saja berubah bila kondisi berubah. Salah satu
parameter yang penting adalah dengan mengetahui potensial elektrolisis untuk reaksi
oksidasi dan reduksi. Pengaturan potensial penting untuk dilakukan, terutama bila reaksi
melibatkan molekul bergugus fungsi banyak (kompleks polyfunctional molecule).
Contohnya, reaksi reduksi kromida aromatik pada kondisi keton dan alkil klorida tidak
aktif, dan alpha-kromoketon yang lebih mudah tereduksi dari pada arilkromida. Reaksi
reduksi selektif ini dapat diramalkan berjalan sesuai arah yang diinginkan melalui
pengaturan potensial. Pengaturan potensial juga berguna untuk reaksi transformasi
pembuatan suatu senyawa organik yang melibatkan iodikal, karbanion ataupun
korbonium, yang secara kimia biasa tidak dapat dilakukan.

8
Dasar terjadinya reaksi elektrosintesis adalah :
1. Pemutusan ikatan tunggal
Beberapa jenis ikatan tunggal yang elektroaktif antara lain: alkil halida, ikatan
karbon-oksigen, karbon-nitrogen, karbon-belerang, ikatan karbon-fosfor dan ikatan
oksigen-oksigen.
2. Reduksi Ikatan rangkap (rangkap dua dan rangkap tiga)
Beberapa kelompok ikatan rangkap yang elektroaktif, antara lain gugusan karbonil
(aldehida, keton, karboksilat dan turunannya), ikatan ganda karbon nitrogen (Irium,
turunan karbonil lainnya), gugus nitro (senyawa nitro aromatik, nitro alifatik), ikatan
rangkap lainnya (senyawa azo dan nitrozo, diazo dan diazinum).
Metode elektrosintesis ini telah banyak dimanfaatkan dalam mensintesis senyawa
organik (elektrosintesis organik) dan elektrosintesis bahan konduktor organik, serta
pengolahan polutan menjadi senyawa yang bermanfaat. Sintesis bahan organik
didasarkan pada reaksi penggabungan, substitusi, siklisasi dan reaksi eliminasi yang
diikuti pengaturan kembali secara elektrokimia. Ini berbeda dengan metode secara
konvensional yang memakai dasar reduksi aldehid, oksidasi alkohol, reduksi senyawa
nitro, dan oksidasi senyawa sulfur. Kesulitan yang timbul selama elektrosintesis organik
adalah bila zat antara yang diinginkan memiliki kestabilan yang rendah. Cara
mengatasinya adalah dengan menyediakan zat perangkap (trapping agent) di dalam
larutan, dengan syarat zat perangkap ini tidak bereaksi dengan zat elektroaktif dan tidak
mengalami elektrolisis.
Berikut adalah contoh gambar rangkaian sel elektrolisis dengan dua buah elektroda
untuk sintesis senyawa organik:

9
Beberapa contoh dari elektrosintesis organik adalah pembuatan chiral drug untuk
industri farmasi, sintesis p-aminofenol melalui reduksi nitrobenzena secara elektrolisis,
pembuatan soda (NaOH) dan asam sulfat (H2SO4) dari Na2SO4 melalui proses splitting
electrochemistry, reduksi senyawa Triphenylbiomoethylene menjadi Triphenilethylene
dan Triphenylethane, serta ratusan senyawa organik lainnya yang telah berhasil dibuat
untuk keperluan bahan baku obat. Untuk skala perusahaan, telah dilakukan oleh
Perusahan Monsanto (Kanada) dengan memproduksi adiponitril (bahan dasar nylon 6,6)
dan produksi fluorokarbon oleh Perusahaan Philips (Belanda).
Sedangkan metode elektrosintesis bahan konduktor organik telah dilakukan oleh
para peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bahan (P3IB) Batan Indonesia yakni
polipirol dan polialanin, pembuatan lapisan tipis superkonduktor YBCO-123 dan Bi-Pb-
Sr-Ca-Cu-O serta pengkajian pembuatan prekursor superkonduktor YBCO-123.Bi-Pb-
Sr-Ca-Cu-O, Ti-Sr-Ca-Cu-O, dan lain-lain, yang didasarkan pada elektrodeposisi unsur-
unsur penyusun superkonduktor tersebut.
Metode atau aspek lain pemanfaatan polutan menjadi senyawa yang bermanfaat
mungkin hal baru bagi sebagian orang (terutama non kimia). Polutan yang paling banyak
diteliti dalam perspektif elektrosintesis adalah karbondioksida. Karbon dioksida
mendapat perhatian khusus karena polutan ini merupakan gas buangan yang paling
banyak ditemukan, dan dampaknya terhadap atmosfir bumi sudah dikenal, terutama
terjadinya efek rumah kaca. Penelitian pemanfaatan karbondioksida yang sedang
dilakukan dewasa ini adalah pengubahan polutan ini menjadi metana (yang dikenal
sebagai bahan bakar ramah lingkungan), asetilena dan metanol (yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi).

10
PENUTUP
Kesimpulan
Elektrokimia, terutama elektrolisis, yang bekerja berdasarkan reaksi redoks, merupakan
metode yang sangat bermanfaat. Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dan industri
sangat beragam.
Saran
Masih banyak model aplikasi elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari manusia yang
perlu dipelajari lebih mendalam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi ke-4. Diterjemahkan oleh Irma I.
Kartohadiprojo. Jakarta: Erlangga

Buchari. 2003. Elektrokimia dalam Bahan Makanan dan Obat-obatan. Prosiding Seminar
Nasional Elektrokimia. Jakarta: P3IB BATAN

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi ke-3. Diterjemahkan
oleh Suminar Setiati Achmadi. Jakarta: Erlangga

Day, R.A., dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Diterjemahkan
oleh Iis Sopyan. Jakarta: Erlangga

Kaneco, S., Hiei, N.-h., Xing, Y., Katsumata, H., Ohnishi, H., Suzuki, T., and Ohta, K. (2002).
Electrochemical conversion of carbon dioxide to methane in aqueous NaHCO3 solution
at less than 273 K. Electrochimia Acta, 48, 51-55

Putra, Sinly Evan. Elektrosintesis, Metode Elektrokimia untuk Memproduksi Senyawa Kimia.
http://www.chem-is-try.org/

Sears, F.W. dan M.W. Zemansky. 1963. Fisika untuk Universitas II Listrik-Magnet.
Diterjemahkan oleh Drs. Soemitro. Bandung: Dhiwantara

Suwarso, W., Wibowo, W., dan Trimongsowati. 2003. Peranan Litbang Elektrokimia untuk
Sintesis Bahan Obat-Obatan: Elektrosintesis p-Aminofenol dari Nitrobenzena. Prosiding
Seminar Nasional Elektrokimia. Jakarta: P3IB BATAN

12

You might also like