You are on page 1of 92

MODUL PEMBELAJARAN

KODE : MK.MTP 6

PERALATAN DAN
PERLENGKAPAN KERJA

BIDANG KEAHLIAN : KETENAGALISTRIKAN


PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK TRANSMISI

PROYEK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERORIENTASI KETERAMPILAN HIDUP


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2003
KATA PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun dalam bentuk modul/paket pembelajaran yang berisi uraian
materi untuk mendukung penguasaan kompetensi tertentu yang ditulis secara
sequensial, sistematis dan sesuai dengan prinsip pembelajaran dengan pendekatan
kompetensi (Competency Based Training). Untuk itu modul ini sangat sesuai dan
mudah untuk dipelajari secara mandiri dan individual. Oleh karena itu kalaupun modul
ini dipersiapkan untuk peserta diklat/siswa SMK dapat digunakan juga untuk diklat lain
yang sejenis.

Dalam penggunaannya, bahan ajar ini tetap mengharapkan asas keluwesan dan
keterlaksanaannya, yang menyesuaikan dengan karakteristik peserta, kondisi fasilitas
dan tujuan kurikulum/program diklat, guna merealisasikan penyelenggaraan
pembelajaran di SMK. Penyusunan Bahan Ajar Modul bertujuan untuk menyediakan
bahan ajar berupa modul produktif sesuai tuntutan penguasaan kompetensi tamatan
SMK sesuai program keahlian dan tamatan SMK.

Demikian, mudah-mudahan modul ini dapat bermanfaat dalam mendukung


pengembangan pendidikan kejuruan, khususnya dalam pembekalan kompetensi
kejuruan peserta diklat.

Jakarta, 01 Desember 2003


Direktur Dikmenjur,

Dr. Ir. Gator Priowirjanto


NIP 130675814
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
REKOMENDASI ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iv
PETA KEDUDUKAN MODUL ………………………………………… v
GLOSARRY/PERISTILAHAN
I PENDAHULUAN 1
A. Deskripsi …………………………………………….………… 1
B. Prasyarat ………………………………………………………. 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul ………………………….……… 2
D. Tujuan Akhir………………………………………………….. 3
E. STANDAR KOMPETENSI……………..………………… 4
F. Cek Kemampuan …………………………………….……….. 6
II PEMBELAJARAN 7
A. RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT…………………. 7
B. KEGIATAN BELAJAR. ……………………………………… 8
Kegiatan Belajar 1 8
A. Tujuan Kegiatan ……………………………….……… 8
B. Uraian Materi ………………………………….……… 8
C. Rangkuman 1 …………………………………………. 18
D. Tugas 1 ……………………………………………….. Test 20
E. Formatif 1 ……………………………………….. 21
F. Jawaban Test Formatif 1 …………………………….. 25
Kegiatan Belajar 2 26
A. Tujuan Kegiatan ……………………………….…. 26
B. Uraian Materi ………………………………….……… 26
C. Rangkuman 2 ………………………………….……… 48
D. Tugas 2 ……………………………………………….. 50
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

KEGIATAN BELAJAR 3 42
A. Tujuan Kegiatan ……………………………….……… 42
B. Uraian Materi ………………………………….……… 42
C. Rangkuman …………………………………………… 54
D. Tes Formatif …………………………………………. 54
E. Jawaban Tes Formatif ………………………………… 55
F. Lembar Kerja …………………………………………. 56
KEGIATAN BELAJAR 4 57
A. Tujuan Kegiatan ……………………………….……… 57
B. Uraian Materi ………………………………….……… 57
C. Rangkuman …………………………………………… 76
D. Tes Formatif …………………………………………. 76
E. Jawaban Tes Formatif ………………………………… 77
F. Lembar Kerja …………………………………………. 77
III EVALUASI ………………………………………………………. 79
KUNCI JAWABAN ……………………………………………… 81
IV PENUTUP ………………………………………………………… 82
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 83
LAMPIRAN

iii
PERISTILAHAN / GLOSSARY

Peralatan Kerja : Seluruh penunjang terlaksana


sebuah pekerjaan, baik yang
bersifat langsung terhadap produk
maupun pelengkap seluruh
kegiatan produksi
Perlengkapan Kerja : Seluruh infra struktur sarana
penunjang terlaksananya suatu
pekerjaan atau proses produksi
Keselamatan Kerja : Standar baku kondisi pekreja
yang sehat berdasarkan peraturan
dan perundang undangan yang
berlaku.
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

I. PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI MODUL

Modul ini secara formal diberi judul “Peralatan dan Perlengkapan Kerja” yang di
dalamnya memuat secara sistematis tentang pengertian peralatan dan pemakaian
perlengkapan listrik dalam sistem tenaga listrik. Substansi materi yang ditonjolkan
bersifat teoritis praktis dengan prosentase praktis jauh lebih besar. Materi modul
terkait erat dengan materi modul yang lain seperti keselamatan kerja. Diharapkan
peserta diklat setelah mempelajari struktur modul dengan benar dapat melakukan
praktek kerja lapangan yang sesuai atau mempunyai kompetensi yang memadai
apabila diterjunkan praktek kerja di berbagai industri. Manfaat kompetensi materi
ini secara makro dapat bekerja sebagai tenaga professional di industri terkait .
Pengetahuan : Memahami secara komprehensif peraralatan dan perlengkapan
kerja
Keterampilan : Melakukan identifikasi identifikasi peralatan dan perlengkapan
kerja
Sikap : Menempuh seluruh prosedur pembelajaran dengan sikap dan
etika yang baik dan benar sesuai standar
Kode Modul :

B. PRASYARAT
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Bagi Siswa
? Unit modul ini hendaknya dipelajari sesuai urutan aktivitas yang
diberikan yaitu setelah mempelajari isi materi pelajaran pada
kegiatan belajar, kerjakan soal, soal pada latihan di bagian
akhir setiap unit kegiatan belajar. Kemudian hasilnya
dibandingkan dengan kunci jawaban yang ada.

1
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

? Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok , tetapi jika


tidak memungkinkan sdr. Dapat mempelajari sendiri.
? Sdr harus mempelajari modul ini secara sistematis artinya sdr.
dapat terus mempelajari unit berikutnya apabila bagian unit
sebelumnya telah difahami dengan baik.

2. Bagi Guru
Guru sebagai fasilitator perlu pula membaca modul dan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
? Unit modul ini terdiri dari beberapa unit kegiatan belajar.
? Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu
yakni tujuan pembelajaran dan satuan kompetensi yang harus
dicapai
? Struktur modul terdiri dari pendahuluan yang meliputi tujuan,
ruang lingkup, prasyarat, dan evaluasi. Kemudian bagian
pemebelajaran yang memuat secara detail materi yang harus
diajarkan.

C. TUJUAN AKHIR
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat :
1. Memahami dengan baik konsep peralatan dan perlengkapan kerja.
2. Mampu memahami prosedur kerja aplikasi perlengkapan kerja
3. Mempunyai gambaran awal tentang peralatan .

D. STANDAR KOMPETENSI
Kode Kompetensi : MK. 6
Unit Kompetensi : Pemahaman peralatan dan perlengkapan kerja
Ruang Lingkup :
Unit Kompetensi ini berkaitan dengan pemahaman konsep dasar tentang peralatan dan
perlengkapan kerja. Pemahaman materi ini berkaitan dengan alat dan kelengkapan ynag
digunakan secara aplikatif dalam teknik transmisi. Mulai dari peralatan untuk
pemeliharaan dasar sampai pemeliharaan secara berkala.

2
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Sub Kompetensi 1 :
Melakukan proses pembelajaran tentang peralatan dan perlengkapan kerja
KUK :
1. Seluruh perlengkapan yang diperlukan dalam teknik transmisi dapat
dianalisis dan difahami dengan baik
2. Prosedur kerja pembelajaran dapat dilakukan dengan baik berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran kompetensi dan sesuai standar perusahaan.
Sub Kompetensi 2 :
Melakukan studi lapangan sebagai pembelajaran empirik atau membandingkan antara
teori/konsep perlengkapan dan peralatan kerja dengan kondisi lapangan.
KUK :
1. Melakukan proses pembelajaran lapangan sesuai prosedur perusahaan dalam
penguasaan perlengkapan kerja
2. Prosedur pelaporan hasil pembelajaran/praktek industri dikerjakan dengan
baik dan sesuai stndar pelaporan karya ilmiah
Sub Kompetensi 3 :
Melakukan uji kompetensi tentang pemahaman perlengkapan dan peralatan kerja
KUK :
1. Prosedur uji kompetensi ditempuh dengan baik dan dilakukan oleh fihak
berwenang
2. Melakukan identifikasi hasil uji kompetensi terhadap satuan-satuan
kompetensi yang diperlukan.

Kode Modul : MK.MTP 6

E. TES AWAL
Untuk mengetahui sampai sejauh mana kesiapan awal peserta diklat berkaitan dengan
materi modul ini, maka akan diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Jelaskan apa yang dimaksud Peralatan dan Perlengkapan Kerja ?
2. Sebutkan beberapa peralatan dasar yang sering dipakai ?
3. Berikan contoh pengaruh peralatan pada peningkatan produksi ?
4. Perlengkapan dan peralatan kerja apa saja yang ada di lab. sdr ?

3
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

II. PEMBELAJARAN

A. RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT


Rencana pembelajaran dilakukan dalam dua bentuk pertama dalam bentuk tatap
muka di kelas yang diarahkan pada pencapaian kompetensi pemahaman selama 4
jam per minggu. Jenis pembelajaran ini menghabiskan 40 % dari seluruh
kompetensi yang akan di capai. Sedangkan model pendekatan kedua adalah
melakukan kegiatan lapangan baik dalam bentuk simulasi komputer maupun
langsung ke lokasi/industri terkait seperti praktek kerja lapangan dan sebagainya.

B. KEGIATAN BELAJAR
Dalam tahap kegiatan belajar guru diharapkan dapat mendorong serta
membangun iklim yang baik sehingga proses pembelajaran secara mandiri dapat
berlangsung dengan benar sesuai dengan proses dan mekanisme standar sehingga
dihasilkan sebuah produk kegiatan belajar yang optimal.
1. Kegiatan Belajar 1, Pengantar Perlengkapan Kerja
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran : Setelah mempelajari modul ini
diharapkan peserta diklat memahami secara komprehensif Peralatan dan
Perlengkapan Kerja di industri.
2. Kegiatan Belajar 2, Perlengkapan Kerja Standar
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran : Setelah mempelajari unit kegiatan belajar
2 modul ini diharapkan peserta diklat memahami secara komprehensif
konsep perelatan dan perlengkapan kerja
3. Kegiatan Belajar 3, Peralatan Kerja
a. Tujuan kegiatan pembelajaran : Setelah mempelajari modul ini diharapkan
peserta diklat memahami secara komprehensif tentang peralatan standar
yang dipakai untuk proses produksi
3. Kegiatan Belajar 4, Peralatan Kelistrikan
a. Tujuan kegiatan pembelajaran : Setelah mempelajari modul ini
diharapkan peserta diklat memahami secara komprehensif tentang
peralatan standar yang dipakai untuk proses produksi

4
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

KEGIATAN BELAJAR 1

PENGANTAR PERLENGKAPAN KERJA

A. UMUM

Perlengkapan kerja sebagai salah satu sub infra struktur komponen kegiatan di
workh shop, bengkel atau industri merupakan persyaratan standar pelayanan
minimal yang harus dipenuhi, dalam rangka menunjang keselamatan kerja. Salah
definisi mengatakan bahwa standar perlengkapan kerja yangf bertalian dengan
keselamatan adalah kegiatan bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Karena perlengkapan kerja merupakan persyaratan
standar baku, maka menyangkut segala sesuatu peralatan yang dipakai, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Keselamatan kerja bersasaran segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun
di udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,
seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa,
dll. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik
barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja,
mengingat resiko bahayanya, adalah penerapan teknologi, terutama teknologi
yang lebih maju dan mutakhir. Perlengkapan kerja adalah alat bantu pekerjaan
dan keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Oleh karena itu
perlengkapan kerja dan keselamatan kerja adalah bagian penting dari, oleh dan
untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga masyarakat pada
umumnya.

5
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

B. Tujuan Pengembangan Perlengkapan Kerja


Tujuan menerapkan perlengkapan kerja standar adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas industri
2. Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan
3. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas
nasional
4. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
5. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Gambar 1.1 Poster resiko pekerjaan tanpa perlengkapan kerja memadai

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, maka perlengkapan kerja


dan keselamatanm kerja didefinisikan seperti berikut :
1. Perlengkapan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah
pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab
hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak

6
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi
untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Biaya-biaya
sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung atau tidak langsung cukup bahkan
kadang-kadang u terlampau besar, sehingga bila diperhitungkan secara nasional hal
itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar.
2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas
dasar wajib lapor kecelakaan dan data konpensasinya dewasa ini seolah-olah relatif
rendah dibandingkan dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja. Kenyataan ini
belum benar-benar menggembirakan, karena dibalik angka-angka tersebut masih
terdapat kelemahan-kelemahan pelaporan dan pencatatan kecelakaan yang perlu
penyempurnaan. Selain itu, perlu juga penggarapan kepatuhan kewajiban lapor oleh
perusahaan-persahaan mengenai kecelakaan kerja
3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor
kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasi, misalnya :
a. Sektor pertanian yang juga meliputi perkebunan menampilkan aspek-aspek
bahaya potensial seperti modernisasi pertanian dengan penggunaan racun-racun
hama dan pemakaian alat baru seperti mekanisasi. Sub-sektor perikanan
memiliki bahaya khusus terutama penangkapan ikan oleh nelayan. Sub-sektor
kehutanan juga mempunyai kekhususan dalam soal keselamatan industri
perkayuan.
b. Sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan-keracunan
bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh karena mesin, kebakaran, ledakan-
ledakan dan lain-lain.
c. Sektor pertambangan mempunyai resiko-resiko khusus sebagai akibat
kecelakaan tambang, sehingga keselamatan pertambangan perlu dikembangkan
secara sendiri. Minyak dan gas bumi termasuk daerah rawan kecelakaan.
d. Sektor perhubungan ditandai dengan kecelakaan-kecelakaan lalu lintas darat,
laut dan udara serta bahaya-bahaya potensial pada industri pariwisata.
Demikian pula, telekomunikasi mempunyai kekhususan-kekhususan dalam
resiko bahaya
e. Sektor jasa, walaupun biasanya tidak rawan kecelakaan, juga menghadapkan
problematik bahaya kecelakaan khusus

7
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

f. Menurut observasi, angka frekwensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang


tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu
tinggi. Padahal dengan hilangnya satu atau dua jam sehari berakibat kehilangan
jam kerja yang besar secara keseluruhan. Upaya secara lebih serentak
diperlukan untuk memberantas kecelakaan-kecelakaan ringan demikian.
4. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor
penyebabnya. Sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan
lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Untuk mencegah kecelakaan,
penyebab-penyebab ini harus dihilangkan.
5. 85 % dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Maka dari itu, usaha-
usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus
memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam hubungan ini, pendidikan
dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana penting.
6. Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih mungkin
terjadi, dan dalam hal inilah, adalah besar peranan kompensasi kecelakaan sebagai
suatu segi jaminan sosial bagi meringankan beban penderita.

Sasaran-sasaran utama mengembangkan perlengkapan kerja dalam rangka keselamatan


kerja adalah tempat kerja, yang padanya :
1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan
atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan.
2. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan
bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
3. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dilakukan pekerjaan persiapan.
4. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan.

8
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

5. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik
dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan
6. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air, maupun udara
7. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun atau gudang
8. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air
9. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah
10. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya timbunan tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting
11. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang
12. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran
13. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah
14. Dilakukan pendidikan atau pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis)
15. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan
listrik, gas, minyak atau air.
16. Dilakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang berbahaya

C. Fungsi Perlengkapan kerja dalam Keselamatan kerja


Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu
pemakaian perlengkapan kerja,perlindungan keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia
dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud, agar tenaga kerja secara
aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari
pelbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan
mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Jelaskan, bahwa
keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam
hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan

9
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan


pekerjaan, karakteristik fisik, dan mental daripada pekerjaannya, harus sejauh
mungkin diberantas dan atau dikendalikan.

D. Perlengkapan Kerja dalam Meningkatkan Produksi dan Produktivitas


Ketersediaan perlengkapan kerja sebagai penunjang keselamatan kerja erat
bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah
perbandingan diantara hasil kerja (= out put) dan upaya yang dipergunakan (=
input). Perlengkapan kerja yang memadai dapat membantu peningkatan produksi
dan produktivitas atas dasar :
1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang
menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-
kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan
bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi, menciptakan kondisi-
kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga
faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula
4. Praktek keselamatan tidak bisa dipisah-pisahkan dari keterampilan, keduanya
berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan
proses produksi
5. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi
pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja,
sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang
merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi,

E. Latar Belakang Sosial, ekonomi dan kultural


Kultur dan kedisiplinan dalam menggunakan perlengkapan kerja standar akan
memberikan pengaruh terhadap keselamatan kerja yang didukung latar belakang
sosial ekonomis dan kulturat yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang
kehidupan yang luas, seperti kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dan

10
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

lain-lain erat bersangkut paut dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Demikian


juga, keadaan ekonomi ada sangkut pautnya dengan permasalahan keselamatan
kerja tersebut. Di dalam masyarakat yang sedang membangun dan salah satu
aspek penting pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial, maka
keselamatan kerja lebih tampil ke depan lagi, dikarenakan cepatnya penerapan
teknologi dengan segala seginya termasuk problematik keselamatan kerja
menampilkan banyak permasalahan, sedangkan kondisi sosial-kultural belum
cukup siap untuk menghadapinya. Maka dari itu, sebagai akibat tidak cukupnya
perhatian diberikan di sana-sini terlihat adanya problem keselamatan kerja,
bahkan kadang-kadang hilang sama sekali hasil jerih payah suatu usaha
dikarenakan kecelakaan. Keselamatan harus ditanamkan sejak anak kecil dan
menjadi kebiasaan hidup yang dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja
merupakan satu bagian dari keselamatan pada umumnya. Masyarakat harus dibina
penghayatan keselamatannya ke arah yang jauh lebih tinggi. Proses pembinaan ini
tak pernah ada habis-habisnya sepanjang kehidupan manusia.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga,
oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan
kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan,
oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan
dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat
dua permasalahan penting, yaitu :
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau
2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan
Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga
meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan
atau transpor ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di rumah atau
waktu rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah di luar makna kecelakaan akibat
kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukan program keselamatan

11
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum


hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya. Sekalipun kecelakaan
akibat kerja meliputi penyakit akibat kerja, yang disebut terakhir ini tidak akan
dibicarakan di sini, melainkan pada ruang lingkup higiene perusahaan dan
kesehatan kerja.
Terdapat tiga kelompok kecelakaan :
1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan
2. Kecelakaan lalu lintas
3. Kecelakaan di rumah
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat
mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor
tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka
bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.

F. Kerugian-Kerugian yang diakibatkan Kurangnya Perlengkapan Kerja


Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian (K) :
1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi
3. Keluhan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat
5. Kematian
Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja
mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu terjadilah kekacauan organisasi
dalam proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita,
sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan tidak
jrang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang
kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian. Kerugian-kerugian tersebut
dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bgi terjadinya kecelakaan.
Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya
langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan,
pengobatan, perawatan, dan biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak
mampu bekerja, kompensai cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya

12
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

atas kerusahan bahan-bahan. Biaya ini mencakup berhentinya proses produksi oleh
karena pekerja-pekerja lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan
itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang
menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di
tempat itu, dan lain-lainnya lagi. Atas dasar penelitian-penelitian, di negara-negara
yang industrinya maju perbandingan diantara biaya langsung dan tersembunyi
adalah satu banding empat, sedangkan di negara-negara berkembang satu banding
dua. Kecelakaan-kecelakaan besar dengan kerugian-kerugian besar biasanya
dilaporkan, sedangkan kecelakaan-kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal
biasanya peristiwa-peristiwa kecelakaan kecil adalah 10 kali kejadian kecelakaan-
kecelakaan besar. Maka dari itu, kecelakaan-kecelakaan kecil menyebabkan
kerugian-kerugian yang besar pula, manakala dijumlahkan secara keseluruhan.

G. Gambaran Kerugian Akibat Kecelakan di Perusahaan


Setiap tahun di seluruh dunia, terjadi jutaan kecelakaan dari yang terenteng
sampai kepada yang terberat. Kerugian-kerugian bukan main hebatnya. Salah satu
gambaran adalah korban peperangan pada Perang Dunia II dan korban-korban
kecelakaan akibat kerja pada periode yang sama. Korban Kerajaan Inggris setiap
bulan akibat perang adalah 8.126 (3.462 meninggal dunia, 752 hilang dan 3.912
terluka), korban kecelakaan di perusahaan diantara tahun 1939 dan 1944 setiap
bulannya adalah 22.002 luka-luka dan 107 orang meeninggal dunia. Amerika
Serikat menderita korban perang setiap tahunnya sebanyak 6.084 meninggal
dunia, 763 orang hilang dan 15.161 terluka (keseluruhannya 22.088 orang), dan
menderita korban-korban akibat kecelakaan di perusahaan sebanyak 160.747
orang (1.219 orang meninggal dunia, 121 orang cacat keseluruhan yang menetap,
7.051 orang cacat sebagian yang menetap dan 152.356 orang cacat sementara)
dalam tahun-tahun 1942-1944. Ternyata banyaknya korban akibat industri
melebihi korban peperangan tanpa menilai lebih dahulu tentang sifat beratnya.
Dewasa ini, Jepang dan Amerika Serikat melaporkan lebih dari 2 juta kecelakaan
akibat pekerjaan setiap tahunnya, sedangkan Perancis, Republik Federasi Jerman
dan Italia melaporkan lebih dari sejuta kecelakaan setahunnya. Diduga, bahwa
terjadi lebih dari 15 juta kecelakaan di seluruh dunia setiap tahunnya. Bahaya

13
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

setiap kecelakaan akibat kerja termasuk upah selama tak mampu kerja di Amerika
Serikat adalah sekitar $ 1.800. Seluruh biaya kompensasi dan pengobatan
kecelakaan di negara itu adalah sebesar $ 665 juta ( $ 535 juta untuk kompensasi.
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi :
i. Bahan peledak
ii. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak
iii. Benda-benda mela`yang
iv. Radiasi
v. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.
e. Lingkungan kerja .
i. Di luar bangunan.
ii. Di dalam bangunan.
iii. Di bawah tanah.
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut.
i. Hewan.
ii. Penyebab lain.
g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak
memadai.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan.


a. Patah tulang.
b. Diskolasi/keseleo.
c. Regang otot/urat.
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi.
f. Luka-lukalain.
g. Luka dipermukaan.
h. Gegar dan remuk.
i. Luka bakar.
j. Keracunan-keracunan mendadak (= akut).
k. Akibat cuaca, dan lain-lain.
l. Mati lemas.

14
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

m. Pengaruh arus listrik.


n. Pengaruh radiasi.
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.
p. Lain-lain.
4. Klaasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh.
a. Kepala
b. Leher.
c. Badan.
d. Anggota atas.
e. Anggota bawah.
f. Banyak tempat.
g. Kelainan umum.
h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan, bahwa


kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu, melainkan oleh berbagai
faktor. Penggolongan menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung
mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai
penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang
sebagai kunci bagi penyelidkan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut penyebab dapat
dipakai untuk menggolong-golongkan penyebab menurut kelainan atau luka-luka akibat
kecelakaan atau menurut jenis kecelakaan terjadi yang diakibatkannya. Keduanya
membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan, tetapi klasifikasi yang disebut
teraakhir terutama sangat penting. Penggolongan menurut sifat dan letak luka atau
kelainan di tubuh berguna bagi penelaahan kecelakaan lebih lanjut dan terperinci.

H. Sebab-Sebab Kecelakaan dan Akibatnya


Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama. Namun ada
kesamaan umum, yaitu, bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab :
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (=unsafe human
acts).

15
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (=unsafe conditions).


Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan
sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80 – 85 % kecelakaan
disebabkan oleh kecelakaan disebabkan oleh kelainan atau kesalahan manusia. Bahkan
ada suatu pendapat, bahwa akhirnya langsug atau tidak langsung semua kecelakaan
adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh
perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin,
pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana, atau
petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan. Usaha mengklasifikasi
kecelakaan menurut 4 golongan seperti diuraikan di atas adalah usaha untuk
menemukan sebab-sebab kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan disebut
analisa sebab kecelakaan. Analisa ini dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau
pemeriksaan terhadap peristiwa keelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh
karena penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit.
Kecelakaan harus secara tepat dan jelas diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi.
Hanya pernyataan bahwa kecelakaan dikarenakan oleh misalnya alat kerja atau tertimpa
benda atau tidaklah cukup,melainkan perlu ada kejelasan tentang serentetan peristiwa
atau faktor-faktor, yang terjadi dan akhirnya menjadi sebab kecelakaan. Setiap keadaan
atau faktor ini adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan
peristiwa keseluruhannyalah yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Apabila sebab
satu bagian dari rentetan peristiwa tersebut dihilangkan, kecelakaan tidak akan
terjadi.

I. Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas
pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi
mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-

16
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum,


atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan. Yaitu pengawaan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifar teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan
diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan
tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat
dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan
patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,
banyaknya , mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya.
8. Pendidikan,yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik,
sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja
yang baru, dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
misalnya dalam bentuk pengurangan presmi yang dibayar oleh perusahaan, jika
tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif
tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan
terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung
kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
Jelaslah, bahwa untuk pencegahankecelakaan akibat kerja diperlukan kerja sama aneka

17
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai Pemerintah, ahli-ahli


teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, guru-guru, dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh.
Kalau kita memasuki suatu perusahaan industri ataui ruang produksi dari suatu
perusahaan, biasanya akan kita jumpai sebuah slogan yang berbunyi “UTAMAKAN
KESELAMATAN KERJA”, yang menunjukkan bahwa keselamatan kerja merupakan
masalah yang harus diperhatikan, karena masalah ini berakibat langsung baik terhadap
pihak perusahaan maupun pihak tenaga kerja atau karyawan. Oleh karena itu, kerja
sama antara pihak perusahaan dengan pihak tenaga kerja adalah sangat diperlukan
supaya pelaksanaan pencegahan kecelakaan dapat berlangsung dengan baik.
Dari pengalaman yang kita peroleh selama ini dapat diketahui bahwa penyebab
kecelakaan, pada garis besarnya dapat dibagi atas dua golongan.
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh karena keadaan yang berbahaya, misalnya yang
tidak ada pengamannya, peralatan kerja yang rusak, instalasi yang tidak memenuhi
syarat, lantai yang licin dan sebagainya.
2. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan yang berbahaya, yang
umumnya ditimbulkan oleh tingkah laku manusia sewaktu bekerja.
Pada umumnya kecelakaan yang terjadi adalah akibat dari kedua golongan
penyebab tersebut di atas, yang kalau dianalisa secara mendalam, dapat diuraikan
lagi menjadi tiga faktor, sebagai berikut :
- Faktor lingkungan kerja
- Faktor mesin dan peralatan
- Faktor manusia atau tenaga kerja
Supaya pencegahan kecelakaan dapat terlaksana dengan baik, maka harus dilakukan
usaha-usaha agar ketiga faktor penyebab kecelakaan tersebut di atas, tidak berada pada
kondisi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.

1. Faktor lingkungan kerja


Faktor lingkungan kerja yang penting dan perlu diperhatikan adalah kebersihan,
pertukaran udara di dalam ruangan, penerangan, dan tata ruang dari mesin dan
peralatan kerja. Jadi supaya tidak terjadi kecelakaan perlu kita perhatikan :
- Kebersihan, misalnya lantai tidak licin karena adanya kotoran berupa minyak
pelumas

18
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

- Pertukaran udara di dalam ruangan dapat berlangsung dengan baik sehingga tidak
perlu terjadi seseorang tenaga kerja, kehilangan kesadaran karena kekurangan
udara bersih (oksigen)
- Penerangan dijaga agar kapasitasnya mencukupi, sesuai dengan sifat pekerjaan
yang dilakukan
- Tata ruang harus dijaga agar mematuhi persyaratan, misalnya tidak terlalu sempit
dan mudah bagi lalu lintas barang atau orang
2. Faktor mesin dan peralatan
Faktor mesin dan peralatan yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, adalah :
- Pengaman-pengaman harus dipasang pada mesin, sesuai dengan persyaratan-
persyaratan keselamatan kerja
- Peralatan-peralatan pengaman yang dipakai oleh tenaga kerja harus dijaga agar
tetap pada kondisi yang baik, shingga benar-benar dapat berfungsi sebagai
pengaman dalam kerja.
3. Faktor manusia
Faktor manusia yang menyebabkan terjadinya kecelakaan biasanya adalah :
- Kelalaian
- Kekurangan pada keterampilan atau kecakapan dalam bekerja
- Kekurangan yang terdapat pada physik dan mental si tenaga kerja.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, maka perlu kita perhatikan agar :
- Memberikan instruksi tentang cara-cara kerja yang baik dan aman dengan jelas dan
terperinci
- Mempertimbangkan keterampilan dan kecakapan dari tenaga kerja dalam
pemberian tugas-tugas agar tidak melewati batas kemampuannya
- Mempertimbangkan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada physik dan mental
dari tenaga kerja dalam pemberian tugas-tugas agar sesuai dengan kondisinya
Dari uraian di atas dapat kita mengambil kesimpulan bahwa pencegahan
kecelakaan merupakan masalah yang penting dalam kegiatan perusahaan, dan
menjadi tanggung jawab kedua belah pihak yaitu perusahaan dan tenaga kerja.
Semoga sedikit uraian ini dapat membantu menjadi pedoman dalam usaha-usaha
pencegahan kecelakaan.

19
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

c. Rangkuman 1
Perlengkapan kerja sebagai salah satu sub infra struktur komponen kegiatan di
workh shop, bengkel atau industri merupakan persyaratan standar pelayanan
minimal yang harus dipenuhi, dalam rangka menunjang keselamatan kerja. Salah
definisi mengatakan bahwa standar perlengkapan kerja yangf bertalian dengan
keselamatan adalah kegiatan bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Karena perlengkapan kerja merupakan persyaratan
standar baku, maka menyangkut segala sesuatu peralatan yang dipakai, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,
seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dll.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik
barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja,
mengingat resiko bahayanya, adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang
lebih maju dan mutakhir. Perlengkapan kerja adalah alat bantu pekerjaan dan
keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Oleh karena itu
perlengkapan kerja dan keselamatan kerja adalah bagian penting dari, oleh dan
untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya.

d. Tugas Kegiatan Belajar 1


1. Jelaskan pemahaman sdr. tentang peralatan dan perlengkapan kerja ?
2. Lakukan pengamatan secara umum terhadap peralatan kerja yang ada di
bengkel atau work shop ?
3. Carilah referensi tentang perelngkapan keja sebagai penunjang keselamatan
kerja

e. Tes Formatif 1
1. Jelaskan perlunya peralatan dan perlengkapan standar untuk bekerja di industri ?
2. Jelaskan pengaruh peralatan dan perlengkapan terhadap produktivitas !
3. Sebutkan 3 macam keadaan yang merugikan akibat kecelakaan !

20
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

4. Seorang naik tangga dan terjatuh, akibat satu anak tangga tidak ada! Lakukan
analisa terhadap kecelakaan tersebut !

f. Kunci Jawaban Formatif 1


1. Peralatan dan perlengkapan akan menjamin suatu kondisi dimana :
- melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan
- menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja
- meningkatkan produksi dan produktivitas
2. Dengan peralatan dan perlengkapan standar maka kecelakaan, kegagalan dan
kerugian akibat kesalahan dapat dieliminir sekecil mungkin. Sehingga tidak
terjadi pembengkakan biaya produksi yang tidak perlu. Disamping itu dengan
peralatan memadai maka kenyamanan kondisi dan lingkungan krja dapat
dikembangkan optimal, sehingga etos dan gairah kerja meningkat pesat.
3. (a) kerusakan (b) keluhan dan kesedihan (c) kelainan dan cacat
4. Dalam menganalisa persoalan tsb yang pertama harus dulu fakta yang ada yakni
: terdapat tangga yang rusak, ada pekerja yang memakai tangga tersebut dan
ketiga sesudah perawatan di aturun dan jatuh. Dari fakta tersebut menunjukan
bahwa ketiga factor tersebut saling terkait satu sama, sehingga terjadi
kecelakaan. Hanya perioritas ke depan tentunya yang harus mendapat perhatian
pertama adalah anak tangga yang rusak dan harus segera diperbaiki

.g. Lembar Kerja 1


Untuk melakukan pengayaan substansi materi yang telah disajikan, maka peserta
diklat wajib melakukan tugas terstruktur yakni melakukan praktek di lab. dan
survey lapangan terhadap industri terkait. Untuk itu peserta didik setelah tuntas
dengan modul diharapkan langsung cek in industridan mengisi form berikut :
Kompetensi/Subkompetensi yg
No Uraian Kegiatan Tempat
akan dicapai

21
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

KEGIATAN BELAJAR 2

PERLENGKAPAN KERJA STANDAR

A. UMUM

Dalam kegiatan praktikum di bengkel/work shop atau proses produksi di industri,


peralatan merupakan salah satu komponen kunci keberhasilan produktivatitas
kerja, keselamatan kerja dan produk yang me menuhi standar. Peralatan dimaksud
berkaitan dengan dua hal yakni peralatan yang langsung dengan produk dan
peralatan yang diperlukan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan yang tidak
diharapkan. Jadi sifatnya peralatan tersebut sebagai penunjang.

Di dalam bab ini akan dibahas beberapa alat keamanan yang diperlukan pada
waktu bekerja, terutama alat-alat pelindung badan, pelindung pada mesin,
pengamanan arus listrik, alat pengamanan ruang dan gejala-gejala kebakaran serta
mengangkat benda berat. Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu
harus terlindung di waktu sedang melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung
bagian badan itu adalah sebagai berikut :

1. Alat Pelindung Mata


Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.
Kelengkapan lensa untuk pengelasan dengan gas dan untuk melakukan
pemotongan jangan dibiasakan dipakai untuk pengelasan lengkung atau busur,
karena lensa untuk mengelas lengkung telah disediakan tersendiri.

22
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar2.1. Kaca mata debu

Kaca mata debu ialah sebuah alat pelindung mata supaya mata tidak
kemasukan debu atau bram (tatal) terutama pada waktu pengerjaan menggerinda,
memahat dan lain-lain.
Bagian dari kaca mata debu ialah :
(1). Ventilasi pada sisi kaca pelindung
(2). Lensa yang dapat ditukar dengan mudah
(3). Bingkai yang kenyal dan tahan panas yang menyenangkan dalam pemakaian
(4). Keping plindung dan pengikat kepala yang dapat distel
(5). Lensa

Gambar 2.1 dan 2.2 adalah kaca mata debu yang sering kita jumpai di bengkel-bengkel.

Gambar 2.2. Kamata Debu

23
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Salah satu contoh kacamata misalnya dipakai oleh salah seorang yang sedang
mengasah pada mesin gerinda. Selain pada mesin itu sendiri ada kaca pengaman,
demi lebih terjamin keamanannya dipakai pula kaca mata debu.

Gambar 2.3 Kedok las listrik

Kaca mata las dapat dibedakan terutama pada kacanya, antara kaca mata untuk
pekerjaan las asetelin dan kaca mata untuk pekerjaan las listrik. Kaca mata untuk
pekerjaan las listrik lebih gelap daripada kaca untuk pengerjaan las asetelin. Bentuk
kaca mata las asetelin sama dengan bentuk kaca mata debu, hanya dibedakan pada
kegelapan kacanya. Gambar 2.3. adalah sebuah alat pelindung mata pada waktu
pengerjaan las listrik dan lazimnya alat ini disebut helm.

Gambar 2.4. Alat pelindung mata pada waktu pengerjaan las

24
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.4. Diperlihatkan cara menggunakan dan memakai kedok yang baik
untuk penggunaan pelindung mata.

Gambar 4.5 Alat pelindung muka

Helm tersebut yang biasa dipakai untuk pengerjaan las listrik. Kedok ini lebih baik
jika dibandingkan dengan pada gambar 2.5. Disamg itu helem ini juga dapat
dipakai untuk perlindungan mata dari semburan debu ketika membersihkan bagian-
bagian mesin oleh udara kompresor , dapat juga sebagai perlindungan mata dari
percikan api ketika menyoder

2. Alat Pelindung Kepala


Peci adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang terputar, misalnya
mesin bor atau waktu sedang mengelas. Ini adalah untuk menjaga terpuntirnya
rambut oleh putaran bor atau rambut terkena percikan api. Terutama pada waktu
mengelas di atas kepala (over head) tutup kepala atau peci sangatlah penting. Lihat
gambar 2.6.

25
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.6 Alat Pelindung Kepala

3. Alat Pelindung Telinga


Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin
yang sangat bising, juga penahan bising dari letupan-letupan. Lihat gambar 2.7

Gambar 2.7 Alat Pelindung Telinga

4. Alat Pelindung Hidung


Gambar 2.8 adalah alat pelindung hidung dari terisapnya gas-gas yang beracun.

26
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.8 Alat pelindung hidung

5. Alat Pelindung Tangan


Alat pelindung tangan terbuaty dari macam-macam bahan disesuaikan dengan
kebutuhannya. Yang sering kita jumpai adalah :
(1). Sarung tangan kain
Digunakan untuk memperkuat pegangan supaya tidak meleset pada permukaan,
hendaklah dibiasakan bila memegang suatu benda yang berminyak dari bagian-
bagian mesin atau bahan baja. Tindakan keamanan pada tangan dari akibat minyak
dan lemak, dan sebagai tindakan suatu keselamatan kerja untuk pegangan pada
permukaan yang licin. (Lihat gambar 2.9).

Gambar 2.9 Sarung tangan kain

27
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

(2). Sarung tangan asbes


Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap bahaya
pembakaran api. Sarung tangan asbes ini hendaklah digunakan pada setiap pemegangan
bahan yang panas, seperti dalam pengelasan dengan las listrik dan pekerjaan menempa.
(Lihat gambar 2.10).

Gambar 2.10 Sarung tangan asbes


(3). Sarung tangan kulit
Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari ketajaman sudut pada
perlengkapan yang berbobot, bila perlengkapan itu dipegang atau diangkat. Lihat
gambar 2.11.

Gambar 2.11 Sarung tangan kulit

28
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

(4). Sarung tangan karet


Terutama digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam seperti pernikel,
perkhroom dan sebagainya. Ini adalah untuk menjaga tangan dari bahaya pembakaran
asam atau untuk melindungi dari kepedasan cairan pada bak atau panci di mana
pekerjaan itu berlangsung. Sarung tangan karet digunakan pula untuk melindungi
kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada waktu membersihkan bagian-
bagian mesin dengan hembusan udara yang ditekan oleh kompresor. Lihat gambar 2.12

Gambar 2.12 Sarung tangan karet


6. Alat Pelindung Kaki
Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan benda tajam atau terbakar oleh
zat kimia, maka sebagai alat pelindung digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat
dari bahan yang disesuaikan dengan kebutuhan tempat kita bekerja. (Lihat gambar
2.13) sepatu yang bagian bawahnya terbuat dari kulit, janganlah sekali-kali
dilengkapi dengan paku, karena mudah terpeleset.

29
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.13 Sepatu pengaman kulit

Sudah menjadi kebiasaan memakai sepatu pengaman pada waktu bekerja di bengkel
logam. Jenislain dari sepatu pengaman yaitu memperlihatkan sepatu pengaman
yang bentuknya seperti halnya sepatu biasa, hanya pada bagian ujungnya dilapisi
dengan baja.
Khusus untuk menginjak permukaan yang licin seperti permukaan atap seng
digunakan sepatu yang beralas karet supaya tidak terpeleset. Injakan pada atap itu
memungkinkan pekerja terpeleset dan jatuh. Sepatu ini digunakan pula bila sedang
memperbaiki sayap kapal terbang

7. Alat Pelindung Badan


Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan diluar baju kerja.
Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api. (Lihat
gambar 2.14).

30
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.14 Alat pelindung badan

Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari kulit, maka pakaian
biasa akan terhindar dari percikan dari api terutama pada waktu menempa dan
mengelas. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju yang panjang akan
melindungi tangan dari sinar api.

8. Pelindung Hidung dan Mulut


Di tempat-tempat tertentu di bagian bengkel udara sering dikotori, terutama akibat
kimiawi, akibat gas yang terjadi, akibat semprotan cairan, akibat debu dan partikel
lainnya yang lebih kecil.Misalnya saja pengotoran pada pernafasan akibat debu
kasar dari gerinda, kabut cairan cat ketika mengecat, akibat asap yang terjadi ketika
pemakanan mata pahat pada bahan yang sedang dikerjakan dan asap ketika sedang
mengelas. Tetapi tidak dapat disangkal, bahwa terbakarnya sesuatu di ruang
bengkel segera dapat ketahuan diantaranya akibat baunya tercium. Pemakaian alat
pelindung pernafasan ditentukan oleh jenis bahaya pengotoran udara. Penahan debu
memberi perlindungan pernafasan dari debu, debu metalik yang kasar atau partikel
lainnya yang tercampur dalam udara. Yakinlah bahwa pemakaian pelindung ini
sudah rapat betul, sehingga udara yang dihirup harus melalui saringan. Lihat
gambar 2.15.

31
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.15 Pelindung hidung dan mulut


Pemakaian saringan catridge bila jalannya pernafasan mendapat pengotoran dari
embun cairan beracun yang berukuran kira-kira 0,5 mikron. Saringan Catridge
diberi tanda oleh pabrik yang membuat guna menerangkan kegunaannya. Bila
terasa pernafasan sangat sesak, segera saringan diganti. Yakinlah bahwa
melekatnya alat itu pada bagian kulit muka benar-benar melekat dengan baik.
Supaya tidak meragukan cobalah dengan jalan melekatkan lembaran kertas atau
ditutup telapak tangan pada lubang udara, kemudian dihirup. Jika penghirupan
terasa sesak, berarti tidak ada bocoran, ini menunjukkan perlengkapan pada bagian
kulit muka baik. Bersihkan alat ini sehingga siap digunakan lagi pada kesempatan
lain. (Lihat gambar 2.16).

Gambar 2.16 Kedok dengan slang panjang

32
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Kedok berkantong udara mempunyai faktor penyaringan yang lebih baik dari pada
cara saringan Catridge. Ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran untuk keselamatan
pemakaian dicantumkan dalam keterangan alat ini. Pernafasan dihubungkan kepada
kantong udara bersih melalui slang. Yakinlah bahwa bagian perlekatan alat ini
pada bagian kulit muka dengan baik. Sebagai percobaan lepaskan slang dari
kantong udara, kemudian lakukan seperti pada percobaan saringan Catridge.
Kedok dengan slang panjang ini lebih tepat untuk pemakaian secara terus-menerus,
karena udara bersih dapat disalurkan dari tempat yang lain dan agak jauh melalui
slang. Slang tidak boleh lebih panjang dari 10 meter. Yakinlah bahwa selama
pemakaian tidak ada kebocoran, slang tidak melilit dan tidak bocor.

8. Pakaian dan cara berpakaian


Pada umumnya pakaian yang patut dipakai ketika bekerja adalah baju kerja yang
dalam keadaan rapih dan baik. Bagian pakaian yang sobek dapat mengakibatkan
tersangkutnya pada bagian-bagian mesin yang berputar. Hendaklah selalu
menghindarkan diri dari sangkutan pada bagian-bagian mesin yang berputar.
Lipatan lengan baju di atas siku dengan serapih-rapihnya adalah suatu cara
menghindarkan tersangkutnya lengan baju itu pada bagian mesin yang berputar,
atau lebih baik lengan baju itu dibuat pendek di atas siku.

33
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.17 Cara berpakaian yang benar

Untuk suatu lengan baju khusus, misalnya baju kerja untuk membubut, memfrais,
dan kerja mesin lainnya. Baju kerja berlengan panjang juga sangat penting untuk
perlindungan kulit tangan dari sinar api waktu mengelas, menempa dan
perlindungan terhadap luka-luka kecil pada waktu kerja pelat. Pemakaian cincin
hiasan jari dan pemakaian arloji pada pekerjaan tertentu dapat mengakibatkan
kecelakaan. Tutup kaki atau sepatu harus dibiasakan dipakai.

9. Perlindungan Pada Mesin


Letak bahaya yang utama bila menggunakan mesin-mesin ialah pada :
(1). Bagian roda gigi
(2). Roda sabuk
(3). Bagian-bagian yang berputar
Hindarkan anggota badan, karena secara tidak sadar kemungkinan tersenuh kepada
bagian mesin yang bergerak.

34
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Sentuhan ini sering menimbulkan kecelakaan. Roda-roda gigi selamanya harus


diusahakan tertutup. Ini untuk menjaga tangan-tangan usil yang menyebabkan
terjadi kecelakaan terhadap manusia atau kerusakan pada mesin. Gambar 4.29
memperlihatkan roda gigi yang terbuka dan tertutup.

Gambar 2.18 Pelindung pada mesin

Roda sabuk, seperti halnya roda gigi, supaya diusahakan tidak terbuka. Jadi, jangan
biarkan roda sabuk berputar tanpa pagar pelindung. Gerak putarnya saja bila
tersentuh akan menimbulkan bahaya. Gambar 2.19 memperlihatkan roda sabuk
yang tertutup baik sedangkan pada gambar 2.19 roda sabuk dibiarkan terbuka. Ini
akan mengakibatkan kecelakaan.
- Baju yang berkeleweran akan mudah terpuntir oleh bagian yang berputar
- Bila roda sabuk putus akan mengakibatkan pukulan terhadap pekerja yang
kebetulan dekat sabuk itu.
Begitu pula pada waktu membetulkan sabuk roda perantara yang terlepas, pakailah
penjolok agar jangan sampai terjepit.

35
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.19 Pelindung roda

9. Kaca Pengaman
Kaca pengama n yang dipasang pada mesin gerinda, konstruksinya berdiri sendiri-
sendiri terhadap mesin itu. Bila kaca itu rusak dapat diganti dengan yang baru,
melalui pemasangan dan penyetelan yang sangat mudah. Debu dan kotoran lainnya
yang hinggap pada kaca akan mengakibatkan kaca itu menjadi suram hingga
menghalangi penglihatan pada yang sedang mengasah.
Alangkah baiknya bila sebelum melakukan pengasahan, kaca itu harus dibersihkan
terlebih dahulu. Lihat gambar 2.20

36
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 2.20 Pengaman kaca

Seseorang akan bekerja lebih tenang dan aman melakukan pengasahan atau pengerjaan
dengan mesin gerinda, bila orang itu memakai kaca mata pengaman (safety gogles).
Bila penerangan tidak memungkinkan penglihatan dengan jelas, maka lampu sorot
dapat dipasang dan dinyalakan. Kaca pengaman yang dipasang pada mesin gerinda
mencegah loncatan bubuk logam yang diasah terhadap mata. (Lihat gambar 2.21).

Gambar 2.21 Pengaman pada gerinda

37
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Kaca pelindung pada waktu pemakaian mesin bor adalah untuk mencegah pelemparan
bram atau tatal bor. Diutamakan perlindungan terhadap mata. Karena ini tidak jarang
orang yang lagi mengebor memakai pula kaca mata biasa atau kaca mata debu. Bila
kaca pelindung buram, ini menandakan bahwa kaca itu kotor, karenanya sebelum
digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan supaya penglihatan melalui kaca itu
menjadi terang. Dan orang yang mengerjakan hal ini adalah orang yang tahu
keselamatan kerja. Pada gambar berikutnya diperlihatkan kaca pelindung yang
melingkari putaran mata bor. Kaca ini lebih memungkinkan keamanannya. Kaca
pelindung pada pemakanan pahat terhadap bahan sewaktu membubut. Kaca pelindung
ini dipasang antara kepala tetap dan kepala lepas. Jenis pelindung bentuk lama pada
mesin frais terdiri dari kisi-kisi lempeng logam. Bila yang satu dengan yang lainnya
dapat disetel. Sedangkan pada gambar yang sebelahnya diperlihatkan pelindung yang
berupa kisi-kisi jendela.
Setelah teknologi di bidang plastik kekuatannya melebihi gelas, maka pada gambar di
samping ini diperlihatkan pelindung dari plastik yang tahan benturan bram. Pelindung
ini dapat diatur menurut daerah keamanan yang diinginkan sekitar putaran pisau frais.
Mesin bor dengan kelengkapan keamanannya terpasang disetiap bengkel.

Gambar 2.22 Mesin gerinda perata adalah sebuah alat untuk membuat rata suatu
permukaan

38
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

c. Rangkuman 2
Dalam kegiatan praktikum di bengkel/work shop atau proses produksi di industri,
peralatan merupakan salah satu komponen kunci keberhasilan produktivatitas kerja,
keselamatan kerja dan produk yang memenuhi standar. Peralatan dimaksud berkaitan
dengan dua hal yakni peralatan yang langsung dengan produk dan peralatan yang
diperlukan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan yang tidak diharapkan. Jadi
sifatnya peralatan tersebut sebagai penunjang.
Perlengkapan yang dimaksud antara lain :
a. Alat pelindung mata
b. Alat pelindung kepala
c. Alat pelindung telingan
d. Alat pelindung hidung
e. Alat pelindung tangan
f. Alat pelindung kaki

d. Tugas Kegiatan Belajar 2


1. Perhatikan perlengkapan kerja di industri yang pernah kunjungi, kemudian
lakukan identifikasi !
2. Carilah bahan literature yang berkaitan dengan peralatan dan perlengkapan
kerja dari perpustakaan sdr !
3. Bandingkan perlengkapan kerja industri besar dengan industri menengah !

e. Tes Formatif 2
1. Jelaskan fungsi alat-alat berikut :

a.

39
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

b.

c.

2. Jelaskan bagian apa saja pengamanan mesin yang harus dilakukan !


3. Terangkan gambar berikut yang memperlihatkan perlindungan msein terhadap
manusia :

40
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

f. Kunci Jawaban Formatif 2


1. a. Alat pelindung muka pada waktu pengerjaan las listrik
b. Alat pelindung telingan dari gemuruhnya mesin yang sangat bising.
c. Sarung tangan kulit yang digunakan untuk memberi perlindungan dari
ketajaman sudut pada perlengkapan yang berbobot.
2. Bagian mesin yang perlu mendapat perlindungan antara lain :
a. bagian roda gigi
b. roda sabuk
c. bagian-bagian yang berputar
3. Gambar tersebut memperlihatkan bagian mesin gerinda yang diberi
perlindungan dengan kaca, sehingga aman dari percikan api.

g. Lembar Kerja 2
Untuk melakukan pengayaan substansi materi yang telah disajikan, maka peserta
diklat wajib melakukan tugas terstruktur yakni melakukan praktek di lab. dan
survey lapangan terhadap industri terkait. Untuk itu peserta didik setelah tuntas
dengan modul diharapkan langsung cek in ke industri dan mengisi form berikut :

Kompetensi/Subkompetensi Tempat
No Uraian Kegiatan
yg akan dicapai praktek

41
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

KEGIATAN BELAJAR 3
PERALATAN KERJA

A. Umum
Kualitas sebuah produk yang dihasilkan dalam banyak pengerjaan, kegiatan-
kegiatan dilaksanakan akan ditentukan pula oleh peralatan-peralatan penunjang,
baik itu yang bersifat alat tangan/manual maupun menggunakan sumber tenaga lain
misalnya listrik. Yang dimaksud dengan alat-alat manual di sini hanyalah alat-alat
yang sumber tenaganya adalah tenaga manusia. Tetapi alat tangan listrik portabel
tidak termasuk dalam uraian ini. Alat tangan demikian terdiri dari aneka alat seperti
palu, obeng, kunci baut, pisau, kikir, gergaji, dan lain-lain sebagainya. Alat tangan
seperti itu menyebabkan jumlah kecelakaan yang besar tetapi ringan. Namun
begitu, bila luka mengalami kehamaan, kehilangan waktu kerja cukup besar.
Diantara faktor-faktor yang menjadi sebab kecelakaan adalah sebagai berikut :
1. Terlepas dari pegangan pada waktu dipergunakan
2. Cara pemakaian yang salah pada waktu alat dipergunakan
3. Ketidak hati-hatian dan salah pakai
4. Penyimpanan alat yang tidak baik

B. Persyaratan Minimal
Agar pekerjaan dengan alat-alat manual memberikan tingkat keselamatan yang
tinggi, perlu diikuti persyaratan sebagai berikut :

1. Alat-alat tangan harus terbuat dari bahan berkualitas baik dan memenuhi
keperluan pekerjaan yang memerlukannya.
Banyak kecelakaan yang dikarenakan oleh patahnya alat-alat atau bagian-
bagiannya, seperti pegangan, terjadi oleh karena kualitas material yang rendah.
Hal ini sangat tidak ekonomis. Alat-alat tangan pada umumnya harus terbuat
dari baja dengan kualitas terbaik, dan pegangan untuk palu, kapak dan alat-alat
tangan lain harus terbuat dari kayu kualitas baik. Alat yang tidak sesuai untuk

42
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

pekerjaan yang akan dilakukan seperti bentuk dan berat palu yang tidak benar
atau kunci-kunci yang terlalu panjang atau pendek tidak boleh dipergunakan. Di
perusahaan, bagian pembelian harus membeli alat-alat yang tepat, sedangkan
tenaga kerja berkewajiban untuk mempergunakannya secara benar.

2. Alat-alat manual hanya boleh dipakai sesuai dengan maksud pembuatannya


Pemakaian alat tangan/manual yang tidak sesuai dengan tujuannya, seperti
pemakaian pisau sebagai obeng atau kunci sebagai palu, adalah berbahaya, oleh
karena alat tersebut dapat menjadi patah, retak atau selip dan menyebabkan
kecelakaan. Alat-alat tangan sering-sering dipergunakan secara salah oleh
karena alat yang tepat tidak terdapat pada saat alat dipergunakan. Jika seorang
pekerja perlu kunci yang kebetulan tidak ditemukan, ia tidak mau berhenti
bekerja untuk mencarinya dan akan menggunakan kunci yang besar dengan
menggunakan ganjal. Dengan begitu, kunci dapat terselip dan juga baut dapat
tertekan dengan tekanan yang terlalu besar, sehingga baut terselip. Keduanya
dapat menjadi sebab suatu kecelakaan.

Gambar 3.1 Kunci manual

43
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 3.2 Berbahaya apabila kunci yang ukurannya tidak tepat

Paling baik adalah perencanaan yang tepat tentang komposisi seperangkat alat bagi
setiap tenaga kerja dengan kegiatan yang berbeda. Perencanaan ini hendaknya
dilakukan dengan tenaga kerjanya sendiri. Perlu pula pemeriksaan secara teratur
untuk menjamin agar alat-alat tetap lengkap dan terpelihara. Setiap pekerja yang
mengetahui pekerjaannya tentu akan memakai alat-alat yang tepat manakala
tersedia.

3. Pegangan-pegangan kayu dari alat-alat tangan harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut
a. Terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi
b. Bentuk dan ukurannya tepat
c. Halus, tanpa retakan atau pinggir-pinggir yang tajam

Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa untuk pegangan harus mempunyai


kualitas yang baik. Panjang pegangan tergantung dari macam alat, seperti palu
atau kampak. Pembuatannya sedemikian sehingga pas betul masuk ke dalam
lobang kepala palu atau kampak. Untuk penguat, dipakai pasak dari kayu keras.
Palu harus dirawat sehingga kepala tetap kedudukannya tegak terhadap
pegangan. Bila tidak, bagian kayu yang masuk di lobang kepala akan menjadi
lembek dengan akibat terlepasnya kepala palu dan menjadi sebab kecelakaan.

44
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 3.3 Suatu kemungkinan yang terjadi bila kepala palu tidak berkedudukan
tegak terhadap pegangan

4. Jika terdapat kemungkinan ledakan dari bahan di udara oleh loncatan api, semua
alat tangan harus bebas kemungkinan akan terjadinya loncatan api

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, peledakan dapat terjadi di tempat-


tempat cairan-cairan yang dapat menyala dibuat, diolah atau disimpan, seperti
tempat penyimpanan bensin atau tempat untuk membuka wadah-wadah kalsium
klorida. Pada keadaan seperti tersebut, alat-alat harus terbuat dari kayu, karet
keras, tembaga, aliage berilium, atau aliage-aliage lainnya.

Gambar 3.4 Palu khusus untuk keperluan tertentu

45
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 3.5 Tepi-tepi kepala palu telah diratakan

5. Palu-palu, kikir, pemotong, pembuat lobang dan alat-alat sejenis harus terbuat dari
baja yang terpilih dengan kekerasan cukup untuk menahan perubahan bentuk
berlebihan oleh pukulan tetapi tidak terlalu keras sehingga pecah.

Kekerasan baja alat-alat tangan seperti pahat sangat mempengaruhi tingkat


keselamatan. Baja lunak akan menyebabkan cepatnya perubahan bentuk dan
pukulan mungkin mnyebabkan bagian-bagian kecil melayang dan dapat
membahayakan mata. Baja yang terlalu keras akan menyebabkan terjadinya
pecahan-pecahan pula yang dapat masuk ke dalam mata dan mungkin menimbulkan
kebutaan. Untuk menghindari kemungkinan bahaya-bahaya tersebut, baja tidak
boleh terlalu keras atau terlalu lunak. Tingkat kekerasannya harus ditentukan.

6. Kepala alat tangan yang mendapat pukulan harus dibentuk kembali segera setelah
terjadi perubahan-perubahan bentuk
Bahaya terjadinya pecahan yang melayang dapat dikurangi dengan meratakan
tepi palu, pahat, dan sebagainya.

Gambar 3.6 Alat-alat rusak yang tidak boleh dipakai

46
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

7. Alat-alat tangan harus dibuat, dibentuk dan diperbaiki hanya oleh orang-orang
yang memiliki keahlian
Oleh karena sifat baja tergantung kepada cara pembuatannya antara lain
pemanasannya, pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli.
Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap sifat baja. Demikian juga,
pekerjaan perbaikan dan perawatan harus dilakukan oleh orang-orang yang
kompeten agar dapat dicegah terjadinya kerusakan kepada alat-alat atau
materialnya.

8. Bilamana tidak dipakai, alat-alat tangan yang tajam atau runcing harus
mendapat perlindungan terhadap bagian-bagian tajam atau runcingnya.
Perlindungan terhadap bagian-bagian tajam dan runcing alat-alat tangan
mencegah terjadinya kecelakaan sebagai akibat terkena bagian-bagian tersebut.
Selain itu, perlindungan demikian juga melindungi peralatan dari kerusakan-
kerusakan atas kemungkinan berbenturan dengan benda keras lain seperti batu,
besi dan lain-lain. Perlindungan dilakukan dengan pemakaian sarung-sarung
kulit, sarung kayu, dan lain-lain.

9. Alat-alat tangan tidak boleh dibiarkan tergeletak di lantai, jalanan lalu lintas,
tangga atau tempat-tempat lain yang orang mungkin bkerja atau lewat, atau
tergeletak di atas suatu ketinggian dengan kemungkinan terjatuh dan menimpa
orang.

Ketentuan ini perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan


oleh terkena atau kejatuhan oleh alat-alat dimaksud. Ketentuan ini baru bisa
dipenuhi, jika tersedia wadah atau tempat khusus bagi penyimpanan alat-alat
yang tidak dipakai pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Pekerja harus diberi
kotak-kotak alat yang tepat atau lainnya untuk menaruh peralatan yang perlu
bagi pelaksanaan pekerjaan. Perlu dipasang kantung atau lainnya untuk
menjamin agar alat tidak jatuh dari tangga.

47
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

10. Lemari, penggantung atau rak yang tepat dan baik penempatannya harus
tersedia pada bangku kerja atau mesin untuk alat-alat tangan

Tenaga kerja yang bekerja pada bangku kerja atau mesin juga harus
diperlengkapi dengan fasilitas yang memadai untuk penyimpanan alat-alat
tangan. Penting untuk mendapat perhatian, bahwa ruangan yang tersedia untuk
setiap alat harus cukup. Alat-alat harus tersimpan sedemikian sehingga masing-
masing mudah dicari dan pengecekan terhadapnya tidak menyebabkan
kesulitan. Ketentuan umum tentang kerumah-tanggaan, yaitu bagi segala
sesuatunya terdapat tempat dan masing-masing berada di tempatnya harus
secara ketat diterapkan.

11. Alat-alat tangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaim berikut :


a. Pengeluaran alat-alat tersebut harus melalui suatu kamar penyimpanan
yang menyimpan alat-alat tersebut secara aman di atas rak-rak dalam
lemari atau kotak-kotak
b. Pengawasan berkala dilakukan oleh orang-orang kompeten
c. Penggantian dan perawatan serta perbaikan harus diselenggarakan jika
ditemukan alat tersebut cacat

Gambar 3.7 Pemakaian alat yang benar

48
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Pengawasan alat-alat tangan lebih terjamin, jika peralatan tersebut dibagi-


bagikan oleh petugas penyimpanan yang menaruhnya dalam kamar peralatan.
Sistem lain mempercayakan peralatan dipegang oleh tenaga kerja yang
bersangkutan. Sistem lain pula memintakan tenaga kerja memiliki sendiri
peralatan tersebut. Betapapun sistem yang dipakai, alat-alat tangan harus
diperiksa secara periodik oleh orang-orang kompeten. Alat-alat rusak atau cacat
tidak boleh dipakai.

12. Tenaga kerja harus mendapat bimbingawa keahlian yang harus dimiliki dalam
mengelola usaha butik adalah dapat memperkirakan jumlah kain yang
diperlukan untuk membuat busana sesuai dengan model. Lebih dari setengahnya
(66,66%) berpendapat bahwa keahlian yang harus dimiliki pada usaha butik
adalah terampil menjahit busana dengan teknik butik.Pendapat pengusaha
tentang keahlian lulusan Jurusan PKK FPTK UPI Program Studi Spesialisasi
Pendidikan Tata BusanaSeluruhnya ( 100 % ) pengusaha butik bidang busana
berpendapat bahwa keahlian yang tepat bagi lulusan jurusan PKK FPTK UPI
program studi spesialisasi pendidikan Tata Busana adalah sebagai ahli
gambar/desain. Tidak seorangpun ( 0 % ) pengusaha butik bidang busana
berpendapat bahwa keahlian yang tepat bagi lulusan Jurusan PKK FPTK UPI
program studi spesialisasi pendidikan Tata Busana adalah sebagai ahli potong /
cutting. Tidak seorangpun ( 0 % ) pengusaha butik bidang busana berpendapat
bahwa keahlian yang tepat bagi lulusan jurusan PKK FPTK UPI Program
Studi Spesialisasi Pendidikan Tataenaga-tenaga yang ditugaskan untuk
pekerjaan perbaikan dan perawatan alat-alat tangan harus diperlengkapi kantung
alat khusus atau peti alat yang dapat dibawa yang ukurannya cukup untuk
menyimpan segenap alat yang perlu. Jika perlu, harus disediakan kereta dorong
untuk memindahkan alat-alat besar yang diperlukan

13. Pada perusahaan-perusahaan besar lemari atau peti alat disediakan padang
dibutuhkan dalam mengembangkan usaha bidang butikaspek
manajemenKeahlian-keahlian yang ditinjau dari aspek manajemen adalah
:kemampuan mengelola orang dengan efektif dan efisienmenguasai manajemen

49
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

produksiMenguasai manajemen pemasaranMengusai manjemen sumber daya


manusia aspek pemasarankemampuan membaca’pasar’kemampuan
memasarkan barang secara tepat sasaranjeli melihat peluang untuk memasarkan
produkmenguasai barang yang akan dipasarkanmenguasai teknik-teknik
produksiAspek produksidapat memproduksi barang dengan hasil berkualitas
yang baik/ tinggimemproduksi barang dengan cepat, cermat, dan
tepatmempunyai daya kreatifitas dalam memproduksi barang Pembahasan Hasil
PenelitianHasil penelitian yang mengungkap pendapat pengusaha bidang
busana tentang keahlian yang dibutuhkan pada lapangan pekerjaan di bidang
usaha butik, dijadikan acuan dalam menguraikan pembahasan sebagai berikut
:Sistem kerja produksi di butikSistem kerja produksi yang dilakuakan di usaha
butik seluruhnya (100%) menggunakan sistemsatuan, berarti berada pada
kriteria tinggi.Penempatan mahasiswa pada saat praktek kerja
lapanganPenempatan mahasiswa pada saat praktek kerja lapangan di bidang
usaha butik ternyata di bagian produksi (100%), di bagian
pengepakan(66,66%),di bagian pengadaan bahan (33,33%), dan (0%) pada
bagian pembukuan, keuangan, pergudangan, market, serta quality control. Dari
hasil penelitian ini dapat diurutkan penempatan mahasiswa pada saat praktek
kerja lapnagan di bidang usaha butik adalah 1) baguian produksi, 2) bagian
bagian pengepakan, 3) bagian pengadaan bahan,. Sedangkan untuk bagian
pembukuan, keuangan, pergudangan, market, dan quality control tidak ada satu
orangpun mahasiswa ditempatkan pada bagian tersebut. Faktor yang perlu
diperhatikan pada saat menuangkan suatu desain di bidang usaha butik
Seluruhnya (100%) Pengusaha butik bidang busana berpendapat bahwa faktor
yang perlu diperhatikan pada saat menuangkan suatun desain busana di bidang
usaha butik adalah desain yang dibuat harus sesaui dengan permintaan
pasar/pesanan , berarti berada pada kriteria tinggi.Pendapat Pengusaha tentang
Keahlian yang dibutuhkan pada lapangan pekerjaan bidang usaha butika.
Keahlian pada bagian polaSeluruhnya (100%) pengusaha butik bidang busana
berpendapat bahwa keahlian yang harus dikuasai dalam pembuatan pola adalah
kemampuan dalam. membaca desain dan merubah pola sesuai dengan desain,
berarti berada pada kriteria tinggi.Keahlian pada bagian potongSeluruhnya

50
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

(100%) pengusaha butik bidang busana berpendapat bahwa keahlian yang harus
dikuasai pada bagian ahli potong (cutting) adalah mengerti bagian-bagian pola
yang harus dipotong dan mampu meletakkan pola pada kain dengan cermat
barti berada pada kriteria tinggi. Keahlian pada bidang Quality
ControlSeluruhnya (100%) pengusaha butik bidaang busana berpendapat bahwa
keahlian yang harus dikuasai pada bidang quality Control adalah terampil dalam
mengecek ukuran, cermat mengecek jahitan dan mengetahui tampilan busana
yang berkualitas, berarti berada pada kriteria tinggi. Keahlian pada bagian
pengendalian mutuSeluruhnya (100%) pengusaha butik bidang busana
berpendapat bahwa keahlian yang harus dikuasai pada bagian pengendalain
mutu adalah pada saat persiapan produksi, proses produksi, dan pengawasan
hasil produksi , berarti berada pada kriteria tinggiKeahlian pada bagian
pemasaran produkSeluruhnya (100%) pengusaha butik bidang busana
berpendapat bahwa keahlian yang harus dikuasai pada bagian pemasaran
produk adalah kemampuan menata showroom dan melayani konsumen, berarti
berada pada kriteria tinggi.Keahlian yang harus dimiliki pada bagian
penjahitanSeluruhnya (100%) pengusaha butik bidang busana berpendapat
bahwa keahlian yang harus dikuasai pada bagian penjahitan adalah menguasai
teknik jahit sesuai jenis busana dan menguasai teknik jahit butik, berarti berada
pada kriteria tinggi. Keahlian yang harus dikuasai pada bagian
administrasiPengusaha butik bidang busana berpendapat bahwa untuk
menunjang kelancaran pengelolaan usaha butik busana maka jenis-jenis
pembukuan yang diperlukan pada bagaian adminstrasi adalah buku pesanan
(100%), buku laporan harian (100%),buku inventaris barang dan alat (100%)
Buku penerimaan dan pengeluaran barang-barang ( 100%), buku kartu
pembelian bahan/barang (66,66%) . Data di atas menunjukkan bahwa untuk
menunjang kelancaran pengelolaan usaha butik busana maka jenis-jenis
pembukuan yang dipergunakan oleh pengusaha di bidang butik adalah buku
pesanan , buku laporan harian, buku inventaris barang dan alat dan buku
penerimaan dan pengeluaran barang-barang yang berarti berada pada kriteria
tinggi. Pendapat pengusaha tentang keahlian yang harus dimiliki dalam
mengelola usaha butik.Seluruhnya ( 100 % ) pengusaha butik bidang busana

51
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

berpendapat bahwa keahlian yang harus dimiliki dalam mengelola usaha butik
adalah terampil. Memilih model sesuai dengan bentuk tubuh konsumen, hal ini
berarti ada pada kriteria tinggi. Lebih dari setengahnya (66,66% ) pengusaha
butik bidang busana berpendapat bahwa keahlian yang harus dimiliki dalam
mengelola usaha butik dalam kondisi yang sebaik-baiknya dan harus diperiksa
secara teratur oleh orang-orang yang kompeten
1. Tangga-tangga dengan anak-anak tangga yang hilang atau cacat tidak boleh
dikeluarkan untuk dipakai atau diterima untuk dipergunakan
2. Tangga-tangga yang kurang sempurna harus segera diperbaiki
3. Tangga-tangga harus dilengkapi landasan penguat yang tidak selip, jika
landasan tersebut membantu mengurangi bahaya selip.
4. Tenaga kerja yang bertugas untuk pekerjaan perbaikan dan memerlukan
tangga atau dataran kerja harus menelaah bahwa tangga dan dataran kerja
cocok untuk pekerjaannya
5. Tegaknya tangga harus sedemikian sehingga jarak landasan terhadap
dinding tegak adalah seperempat dari panjang bersandarnya tangga
6. Beramai-ramai naik tangga tidak dibenarkan
7. Tangga jangan sekali-kali ditempatkan di depan pintu terkecuali pintu
dikunci atau dijamin tidak akan terbuka dan menyebabkan tergelincirnya
tangga
8. Tangga-tangga tidak boleh ditempatkan saling bersandar satu dengan yang
lain sehingga timbul kerusakan padanya
9. Tangga tidak boleh dipakai untuk keperluan lain dari pada maksud
pembuatannya
a. Tangga-tangga harus disimpan sedemikian sehingga :aMudah diambil
untuk pemakaiannya
b. Mudah dicapai tempatnya
c. Tidak dipengaruhi cuaca seperti panas dan kelembaban
d. Tempatnya cukup aliran udara
e. Jika diletakkan mendatar, harus dipakai penyangga agar tidak lengkung

52
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Gambar 3.8 Contoh tangga yang aman

53
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

c. Rangkuman Unit kegiatan belajar 3


Kualitas sebuah produk yang dihasilkan dalam banyak pengerjaan, kegiatan-
kegiatan dilaksanakan akan ditentukan pula oleh peralatan-peralatan penunjang,
baik itu yang bersifat alat tangan/manual maupun menggunakan sumber tenaga lain
misalnya listrik. Yang dimaksud dengan alat-alat manual di sini hanyalah alat-alat
yang sumber tenaganya adalah tenaga manusia. Tetapi alat tangan listrik portabel
tidak termasuk dalam uraian ini. Alat tangan demikian terdiri dari aneka alat seperti
palu, obeng, kunci baut, pisau, kikir, gergaji, dan lain-lain sebagainya. Alat tangan
seperti itu menyebabkan jumlah kecelakaan yang besar tetapi ringan. Namun
begitu, bila luka mengalami kehamaan, kehilangan waktu kerja cukup besar.
Diantara faktor-faktor yang menjadi sebab kecelakaan adalah sebagai berikut :
1. Terlepas dari pegangan pada waktu dipergunakan
2. Cara pemakaian yang salah pada waktu alat dipergunakan
3. Ketidak hati-hatian dan salah pakai
4. Penyimpanan alat yang tidak baik

d. Tugas 3
1. Jelaskan peralatan kerja apa saja yang telah sdr. ketahui selama ini !
2. Perhatikan kegiatan di lab./work shop kemudian analisis peralatan yang sudah
memenuhi syarat atau belum !

e. Tes Formatif
1. Jelaskan persyaratan dasar alat-alat berikut :
a.

54
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

b.

2. Jelaskan resiko yang terjadi apabila perlatan yang dipakai tidak memenuhi
standar yang ada !

f. Kunci Jawaban Formatif


1. a. Alat tersebut mensyaratkan ukuran atau diameter alat yang dipakai dengan
mur yang akan dibuka harus pas. Tidak longgar atau kekecilan, sehingga
tidak terjadi kerusakan baik pada alat maupun objeknya.
b. Gambar tersebut memperlihatkan cara kerja pemakaian obeng yang benar.
Selalu tegak lurus dengan bidang kerja , agar tidak meluai tangan
penggunanya.
2. Salah satu resiko yang terjadi adalah :

kepala palu terlepas karena perlatan yang dipakai di bawah standar.

55
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

g. Lembar Kerja 3
Untuk melakukan pengayaan substansi materi yang telah disajikan, maka
peserta diklat wajib melakukan tugas terstruktur yakni melakukan survey
lapangan terhadap industri terkait. Untuk itu peserta diklat setelah tuntas
dengan modul diharapkan secara langsung cek in ke lapangan dan mengisi form
berikut :

Uraian Kompetensi/Subkompetensi Pembimbing


No Tempat
Kegiatan yg akan dicapai Lapangan

56
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

KEGIATAN BELAJAR 4

PERALATAN KELISTRIKAN

A. Umum
Pekerjaan yang sifatnya kelistrikan agak berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan
lainnya. Hal ini dikarenakan ada sifat listrik memberikan resiko lebih besar
berdasarkan karakteristik arus, muatan dan tegangan. Seperti misalnya tegangan
sentuh peralatan listrik akan cukup berbahaya apabila seorang pekerja tidak
menggunakan pelindung kaki dan tangan standar. Apa lagi pekerjaan tersebut
berada pada tegangan tinggi, maka perlengkapan serta peralatan listrik yang
dipakai harus betul-betul aman.
Kelistrikan statis dalam industri atau di tempat-tempat kerja memungkinkan
muatan-muatan listrik yang timbul pada bahan-bahan bukan penghantar listrik oleh
karena kontak dengan benda-benda lain dengan atau tanpa gesekan. Selain itu,
kelistrikan statis yang penting dalam kaitan keselamatan kerja adalah petir, oleh
karena kemungkinan-kemungkinan terjadinya malapetaka terkena petir terhadap
bangunan industri. Aspek lain adalah pemasangan penyalur petir isotop yang
memerlukan ketentuan-ketentuan khusus, manakala dilihat dari segi
keselamatannya. Bagi kehidupan, aspek kelistrikan yang penting adalah pembangkit
tenaga listrik, transmisi dan distribusinnya. Ketiga kegiatan ini memiliki faset-faset
keselamatan kerjanya secara khusus. Adapun penggunaan arus listrik diperusahaan-
perusahaan selain merupakan suatu kebutuhan pokok juga selalu disertai resiko
kecelakaan. Dalam hal ini, masalah instalasi listrik sangat penting. Dewasa ini,
telah berkembang pula peralatan portabel yang memakai listrik sebagai sumber
tenaganya. Peralatan demikian kian lama kian luas digunakan, baik oleh masyarakat
pada umumnya, maupun oleh tenaga kerja pada pekerjaan masing-masing. Selain
itu, industri peralatan listrik dan elektronik untuk konsumsi sangat luas pula.

57
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

B. Kelistrikan
Seperti diuraikan di atas, listrik statis timbul pada bahan-bahan bukan penghantar
yang padat seperti lempeng plastik yang dipres oleh dua roda penggiling, atau yang
cair seperti minyak bahan bakar yang mengalir melalui pipa. Benda lain yang
bersentuhan dengan bahan-bahan bukan penghantar tersebut mungkin isolator atau
konduktor dan hubungan tanah hanya memberi sedikit perbedaan. Bila muatannya
kecil, listrik statis dalam industri tidak menimbulkan bahaya. Bahaya terkena listrik
atau kecelakaan terdapat bila muatan listrik statis besar dan terdapat pada
permukaan yang luas seprti lempeng-lempeng, tekstil, dan lain-lain atau pada
jumlah-jumlah yang besar, seperti bubuk-bubuk dari bahan bakar cair.Bahan-bahan
yang benar-benar nonkonduktor sangat sedikit jumlahnya, dan listrik statis yang
terbentuk segera tersalur ke tempat lain setelah terjadi. Kecepatan penyaluran dan
pembentukan inilah yang menentukan besarnya kesulitan yang terjadi. Pada
polietilen, listrik statis menetap untuk banyak jam. Pada kapas atau kertas, muatan
tersebut akan menghilang dalam beberapa milidetik pada keadaan kelembaban yang
normal. Kecepatan penyaluran lebih meningkat dengan bertambahnya derajat
kelembaban. Oleh karena di negara tropis kelembaban pada umumnya berada
dintara 60 – 90 %, maka listrik statis jarang menimbulkan masalah. Namun begitu,
tidak berarti bahaya tidak ada. Sebaliknya, pada pipa yang dilalui minyak bahan
bakar pompaan akan sangat bahaya, jika dalam pipa terdapat air. Listrik statis
bertambah besar mengikuti bertambahnya tekanan penggiling, bertambahnya
tekanan dan bertambahnya jumlah yang melalui mesin. Muatan listrik statis yang
besar mudah dirasakan dan tidak perlu deteksi. Listrik demikian akan menyebabkan
tekanan aliran listrik, memberi bunyi gemerisik dan menimbulkan loncatan api.
Badan manusia adalah penghantar listriks yang baik. Listrik statis yang cukup besar
akan disalurkan melalui tubuh dan dirasakan pengaruhnya. Perasaan kaget yang
ditimbulkan mungkin berakibat kecelakaan. Loncatan api antara dua benda dapat
pula berakibat kebakaran atau peledakan, jika terdapat bahan-bahan yang mudah
terbakar atau meledak. Efek nyata listrik statis terhadap gas atau uap biasanya
dinyatakan dalam milijul, dan besarnya 0,2 atau 0,3 mJ untuk uap-uap bahan bakar
dan hidrokarbon ; 0,017 mJ bagi asetilen, dan lain-lain. Jika udara diganti zat asam,
segala uap menjadi lebih peka dan memerlukan memerapa mikrojul untuk terbakar.

58
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Paling peka adalah campuran asetelin dan oksigen seperti misalnya dari pekerjaan
pengelasan yang dapat menyala pada 0,2 mJ. A ngka-angka ini dikaitkan dengan
campuran paling mudah terbakar. Suspensi debu di udara memerlukan tenaga listrik
yang lebih besar yang lebih bervariasi dari 5 sampai beberapa ratus milijul dan
tergantung kepada sifat dan besarnya ukuran debu. Sebagai suatu gambaran, tubuh
orang yang berpakaian nilon mendapat 5 atau 10 mJ hanya dengan duduk di kursi
yang berlandaskan plastik. Pembentukan listrik statis sukar dicegah. Lebih penting
adalah pengendalian nya, yaitu meningkatkan penyalurtannya. Cara yang nyata
adalah penggunaan bahan-bahan yang bersifat lebih menghantar listrik. Bahan-
bahan demikian adalah karet antistatis yang mengandung karbon grafit, serat-serat
polister atau poliamida yang mengandung kadar tertentu kapas atau rayon, aspal
konduktif khusus lantai. Tahanan tertinggi yang diperkenankan adalah 108 ohm cm
untuk bahan besar atau 10 10 ohm per cm2 untuk barang dalam bentuk lembaran.
Uap air, kelembaban dan adanya garam sangat besar dalam mempercepat
penyaluran listrik statis dan mengurangi tegangan benda-benda nonkonduktor.
Tekstil akan menurun tegangannya menjadi seperenam kali, jika kelembaban
dinaikkan 10 %. Listrik statis dapat dikurangi dengan meninggikan kelembaban
udara. Oleh karena kelembaban udara di daerah tropis relatif tinggi, maka listrik
statis pada umumnya tidak menjadi masalah.

Jika bahan yang melalui mesin bermuatan listrik, hubungan ke bumi seing tidak
membantu. Dalam hal ini, sering perlu untuk menetralkan listrik statis dengan
ionisasi di dekat bahan oleh eliminator listrik atau radioaktif statis. Disebut
eliminator listrik statis, apabila dipergunakan sumber listrik tegangan tinggi.
Kerugian alat ini adalah bahaya kebakaran, jika terdapat campuran gas yang dapat
menyala. Pada keadaan tersebut, perlu dipakai eliminator radioaktif statis, yang
bebas dari bahaya kebakaran, tetapi harganya sangat mahal. Sumber-sumber
radioaktif yang menyinarkan sinar alpha adalah paling cocok. Bahan-bahan tersebut
misalnya americium-241 atau polonium-210. Bahan-bahan radioaktif ini relatif
kecil bahaya radioaktifnya, namun perlu dicegah kontaminasi terhadap orang-orang.
Penempatan eliminator harus tepat, yaitu di tempat udara dapat bersentuhan dengan
permukaan bahan secara bebas.

59
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

C. Instalasi Penyalur Petir


Petir adalah loncatan listrik statis di alam yang mungkin mengenai aneka bangunan,
pohon, tonggak, dan lain-lain di permukaan bumi. Petir sering menimbulkan
malapetaka yang membawa kerugian material dan korban jiwa. Telah lama
diketahui dan digunakan penanggkal petir untuk mencegah dan mengurangi
malapetaka akibat dari petir tersebut. Dewasa ini terdapat dua jenis instalasi
penyalur petir:
1. Instalasi penyalur petir biasa. Instalasi ini mempergunakan sistem penyalur petir
Franklin
2. Instalasi penyalur petir isotop. Instalasi ini mempergunakan isotop sebagai
perlengkapan tambahan pada kepala batang penyalur petir. Upaya keselamatan
harus dilengkapi dengan kewaspadaan terhadap unsur radioaktif.

Instalasi penyalur petir sangat diperlukan untuk :


1. Gedung-gedung yang tinggi atau terpencil dan lebih tinggi dari gedung-gedung
lainnya.
2. Gedung-gedung yang memakai atap dari bahan yang mudah terbakar
3. Gedung-gedung yang dipakai untuk penyimpanan atau pengolahan bahan-bahan
yang mudah meledak atau mudah terbakar.
Setelah itu, juga bagi gedung-gedung untuk diperlukan instalasi penyalur petir.
Gedung-gedung yang terdapat atau banyak dikunjungi banyak orang, misalnya
mesjid, gereja, rumah sakit, gedung pertunjukkan, pabrik, hotel, kantor dan sekolah-
sekolah

Selain itu perincian gedung-gedung untuk keperluan umum tersebut adalah :


1. Gedung-gedung yang terdapat atau banyak dikunjungi banyak orang, misalnya
mesjid, gereja, rumah sakit, gedung pertunjukkan, pabrik, hotel, kantor dan
sekolah-sekolah
2. Gedung-gedung untuk keperluan umum, misalnya listrik sentral, pabrik gas,
instalasi air minum, dan sebagainya

60
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

3. Gedung-gedung untuk penyimpanan barang-barang yang sukar diganti,


misalnya gedung musium, perpustakaan, tempat penyimpanan arsip, monumen.

Pemasangan instalasi penyalur petir harus disesuaikan dengan keadaan konstruksi


bangunan yang bersangkutan.
Instalasi penyalur petir dalam keselamatan mempunyai segi-segi sebagai berikut :
1. Instalasi penyalur petir melindungi tenaga kerja dari kemungkinan malapetaka
sebagai akibat gedung, pabrik dan sebagainya terkena petir. Malapetaka
tersebut dapat lebih besar lagi tergantung dari keadaan pabrik dengan segala
perinciannya
2. Instalasi penyalur petir khususnya yang memakai isotop memiliki aspek
keselamatan tersendiri

Gambar 4.1 Konstruksi Instalasi saluran penangkal petir

Menyangkut instalasi penyalur petir pada umumnya perlu dikenal istilah-istilah sebagai
berikut
1. Instalasi penyalur adalah seluruh instalasi yang meliputi runcingan penangkal,
kawat-kawat dan elektroda tanah

61
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

2. Runcing penangkal adalah ujung penangkal yang berdiri tegak, terbuat dari logam
atau kawat, dan merupakan penerima arus dari udara
3. Kawat penyalur adalah kawat atau bagian dari logam dari suatu gedung untuk
penyalur arus yang diterima runcingan penangkal
4. Alat penerima arus pelepas adalah kawat yang menghubungkan elektroda tanah
dengan runcingan penangkal
5. Sambungan adalah las, klem, kopling, dan sebagainya yang terdapat antara ruangan
pengangkal dengan kawat-kawat penghantar, atau dalam kawat penghantarnya
sendiri, dan juga diantara kawat dengan elektroda tanah
6. Kopling sambung (meetkopling) adalah sambungan yang dapat dibuka untuk
memudahkan pemeriksaan tentang tekanan sebaran elektroda tanah
7. Kawat tanah adalah bagian kawat penghantar antara kopling sambung dan
elektroda tanah
8. Elektroda tanah adalah pipa, logam bulat panjang, pelat, pipa ledeng dan
sebagainya yang berfungsi untuk menghubungkan instalasi ke tanah
9. Elektroda tanah berkelompok adalah beberapa elektroda tanah yang dihubungkan
satu dengan yang lain untuk keperluan suatu instalasi
10. Tahanan sebaran adalh tahanan dari arus listrik pada pemilihan dari elektroda ke
tanah dan penyaluran dalam tanah sendiri
11. Loncatan ke luar (afslag) adalah peristiwa meloncatnya petir dari instalasi ke
bagian-bagian lain yang bukan bagian dari instalasi penyalur petir
12. Logam yang terdapat dalam suatu bangunan adalah bagian yang terbuat dari besi
atau logam pada suatu bangunan misalnya kerangka tertentu dari besi, instalasi lif,
mesin, pipa air dari logam, instalasi gas atau pemanas, kawat listrik dan sebagainya
13. Penyalur tegangan lebih (overspannings afleider) yaitu suatu pesawat yang
menyalurkan arus listrik ke tanah, bilamana terjadi tegangan lebih. Pesawat ini
hanya dapat menyalurkan sambaran-sambaran petir. Pesawat ini juga digunakan
untuk menghubungkan instalasi listrik dengan instalasi penyalur petir.

Bagi instalasi penyalur petir biasa perlu diikuti pedoman-pedoman sebagai berikut :
1. Pedoman desain pemasangan dan cara perawatannya

62
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

2. Pedoman instalasi bagi gedung yang tak begitu tinggi dengan kemungkinan kecil
untuk disambar petir
3. Pedoman bagi instalasi gedung dengan kemungkinan disambar petir sedikit besar
seperti misalnya manara, cerobong asap, silo, gedung mesin, atau gudang tempat
bahan yang mudah terbakar atau meledak
4. Pedoman untuk instalasi penyalur petir pada instalasi bukan bertegangan rendah
atau tinggi
Di bawah ini disajikan pedoman-pedoman penting sebagai berikut :
a). Instalasi penyalur petir harus dipasang sedemikian rupa sehingga objek-
objek yang dilindungi dapat diamankan dengan instalasi yang berfungsi
sebagai penyalur petir ke tanah, maka dari itu, runcingan penagkal harus
dipasang pada tempat-tempat atau bagian yang ada kemungkinannya
dapat tersambar petir. Kawat-kawat penyalur harus dipasang sepanjang
nok (kuda-kuda) dan sepanjang sudut-sudut dari gedung ke tanah,
sehingga kawat ini merupakan suatu kurungan dari objek yang akan
dilindungi. Bangunan yang terdiri dari berbagai bagian seperti bangunan
yang mempunyai menara, atau suatu blok perumahan harus dipandang
sebagai suatu kesatuan. Walaupun instalasi penyalur petir sudah
diperlengkapi dengan runcingan penangkal dan alat-alat penerima
lainnya (yang dikhususkan sebagai alat penerima arus pelepas dari
udara), tidak dapat dijamin bahwa bagian-bagian lain dari instalasi
penyalur petir itu bebas dari sambaran petir.
b). Instalasi penyalur petir harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
tahan gaya mekanik, tahan elektrolisa dan juga tahan korosi. Jika
elektrolisa atau korosi tak dapat dicegah, oleh karena adanya gas-gas
atau uap-uap yang merusak, maka semua bagian dari instalasi harus
dibalut dengan timah, atau dengan cara lain yang serupa, atau dengan
memperbaharui bagian-bagiannya dalam waktu tertentu.
ii. Penyambungan bagian-bagian yang terbuat dari logam pada suatu bangunan
atau gedung atau bagian-bagian lainnya dengan instalasi penyalur petir.
a). Jika bagian-bagian konstruksi besi suatu bangunan merupakan suatu
kurungan, seperti gedung-gedung dari beton yang bertulang besi, maka

63
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

bagian-bagian yang berada di luar dan di dalam tidak perlu dihubungkan


dengan instalasi penyalur petir
b). Bangunan-bangunan yang tingginya kurang dari 15 meter, yang bagian-
bagian besinya tidak merupakan suatu kurungan tidak perlu
dihubungkan dengan instalasi penyalur petir, terkecuali jika atapnya
terbuat dari bahan yang mudah terbakar, atau bangunan tersebut
dipergunakan untuk mengolah atau menyimpan bahan-bahan yang
mudah terbakar.
Jika suatu bangunan mempunyai atap yang mudah terbakar, atau
dipergunakan untuk menyimpan atau mengolah bahan-bahan yang
mudah terbakar, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Bagian-bagian konstruksi, yang dibuat dari besi dan tingginya lebih
dari 4 meter serta berada dalam jarak kurang dari 1 meter dari
intalasi, harus dihubungkan dengan instalasi
2) Bagian-bagian konstruksi besi yang tingginya antara 4 meter dan 8
meter hanya memerlukan suatu penyambungan
3) Jika tingginya lebih dari 8 meter, maka diharuskan diadakan
penyambungan antara bagian-bagian yang tertinggi dan terbawah.
Selain itu, diperkenankan pula mempergunakan peraturan-peraturan
untuk bangunan yang tingginya lebih dari 15 meter
c). Pada bangunan-bangunan yang tingginya lebih dari 15 meter, yang
bagian konstruksi besinya tidak merupakan suatu kurungan, maka
bagian-bagian konstruksi yang berada di dalam atau di luar bangunan
ini, harus disambungkan pada satu atau beberapa tempat dari instalasi
penyalur petir, kecuali jika jarak (S) antara tiap-tiap bagian konstruksi
ini dengan instalasi penyalur petir, adalah lebih besar dari pada jarak
minimum (dalam meter), seperti tercantum dalam tabel .
Dalam rumus ini :
L adalah : a. panjang penyalur dalam meter, diukur dari suatu titik yang ditinjau
sampai tempat penyambungan atau hingga elektroda yang bersamaan
b. Atau panjang dari suatu titik yang ditinjau sampai elektroda tanah
yang terdekat

64
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

H adalah : Selisih tinggi antara titik paling atas dan paling bawah dari suatu bagian
yang ditinjau
R adalah : Tahanan sebaran dalam ohm dari elektroda yang langsung berhubungan
dengan bagian yang ditinjau
K adalah : panjang kawat penyalur dalam meter, diukur sepanjang kawat penyalur,
yaitu antara titik yang ditinjau dan elektroda
Untuk bagian-bagian yang tersebut di bawah ini, yaitu bagian-bagian :
1. Yang mempunyai elektroda tanah yang bersamaan dengan instalasi penyalur petir
2. Yang disambungkan dengan instalasi penyalur petir pada tempat yang terbawah
3. Yang dihubungkan dengan tanah secara tersendiri

Gambar 4.2. Tanah dan bagian sambungan dengan tanah sebagai suatu bagian instalasi
(penglihatan dari sebelah kiri)

Maka penyambungan itu harus dilakukan pada tempat yang paling tinggi dengan S
yaitu jarak menurut keadaan (yang diukur) lebih kecil daripada S minimum menurut
perhitungan.

65
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Untuk bagian-bagian yang tersebut di bawah ini, yaitu bagian-bagian :


1. Yang tidak disambungkan dengan instalasi penyalur petir
2. Yang disambungkan dengan instalasi penyalur petir pada tempat yang tertinggi,
atau pada tempat yang berdekatan
Maka penyambungan itu harus dilaksanakan pada tempat yang terbawa, dengan S lebih
kecil dari pada S minimum. Untuk pipa penyalur yang bercabang, harus ditinjau tiap-
tiap cabang tersendiri. Tanah dan bagian yang disambungkan dengan tanah, harus
dianggap sebagai salah satu bagian dari instalasi penyalur petir.
Keterangan gambar :
1). Suatu bangunan yang tingginya 16 meter mempunyai instalasi penyalur air minum
dan instalasi penyalur petir dengan dua kawat penyalur yang telah disambungkan
dengan pipa air minum sebagai kawat tanah. Selanjutnya, menurut tabel 18 dapat
diperhitungkan sebagai berikut :
Penghubung dari penyalur air minum harus diselenggarakan pada tempat tertinggi,
dengan jarak S lebih kecil dari pada S min, jadi dalam contoh ini pada S = 0,45
meter
2) Bagian penyalur air minum ini berdekatan dengan suatu kawat penyalur yang tidak
disambung antara satu sama lain.

D. Pedoman Keselamatan Kerja


Pedoman keselamatan kerja listrik menyangkut tenaga kerja, organisasi dan cara
kerja, bahan dan peralatan listrik, dan pedoman pertolongan terhadap kecelakaan.
Para pekerja listrik harus memiliki jasmani yang baik, rohani yang baik, terampil
dan bekerja sesuai dengan cara yang semestinya. Pakaian kerja bagi para tenaga
kerja yang bertalian dengan kelistrikan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Cukup kuat dan tahan gesekan
2. Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada ujung lengan
3. Celana panjang
4. Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing
5. Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator
6. Topi helm terbuat dari plastik, kuat dan memiliki sifat isolator yang sesuai
dengan tegangan yang bersangkutan

66
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

7. Sarung tangan panjang, lemas, kuat dan memiliki daya isolator yang sesuai
8. Sarung tangan untuk bekerja dan penghantar adalah lemas, kuat dan tahan
gesekan terhadap kawat penghantar
Dalam organisasi kerja, yang penting untuk keselamatan kerja, tiap pelaksanaan
suatu pekerjaan listrik yang bukan rutin harus didasarkan surat perintah kerja. Surat
ini penting pula buat pencaharian orang yang bertanggung jawab, jika terdapat
kesalahan. Adapun pekerjaannya, hal ini dilaksanakan oleh kontraktor. Salah satu
syarat menyatakan, bahwa perusahaan yang memberikan pekerjaan kepada
kontraktor harus memberikan tenaga atau ahli yang tugasnya mendampingi dan
mengawasi kontraktor. Ada kalanya perintah pekerjaan harus diberikan melalui
telepon atau radio telepon, misalnya oleh karena jarak, dan sebagainya. Perintah
pekerjaan harus ada teksnya, dicek dan dicek ulang agar keamanannya dapat
terjaga. Perusahaan Listrik Negara memiliki ketentuan-ketentuan terperinci
mngenai tata cara kerja. Pada keadaan bagaimanapun, pesawat-pesawat atau
mesin-mesin listrik hanya akan diberi aliran listrik atau dijalankan oleh ahli listrik
dari perusahaan yang bersangkutan atau orang yang diberi wewenang untuk maksud
tersebut. Di bawah ini disajikan pedoman instalasi dan syarat-syarat perlengkapan
listrik yang dipakai sebagai berikut :

1. Pemasangan Peralatan Listrik :

a. Pemasangan transformator-transformator, panel-panel, sakelar-sakelar, motor-


motor dan alat-alat listrik lainnya di tempat kerja harus dilaksanakan
sedemikian sehingga tidak terdapat bahaya kontak dengan bagian-bagian yang
bertegangan
b. Manakala ruangan dan persyaratan pelayanan memungkinkan, alat-alat dan
pesawat-pesawat listrik harus ditempatkan dalam ruangan terpisah yang
ukurannya memadai dan hanya orang-orang yang kompeten boleh masuk ke
dalam ruangan tersebut.
c. Jika alat-alat atau pesawat-pesawat listrik terpaksa ditempatkan di tempat kerja
dalam ruangan produksi, pagar pengaman untuk melindungi bagian-bagian atau
penghantar yang bertegangan harus dibuat. Pagar pengaman berfungsi

67
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

pencegahan kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat dari kayu, besi pipa, besi
siku, kawat baja, besi pelat berlobang atau plastik. Dalam hal ini, kayu kering
atau plastik memiliki sifat yang lebih baik, oleh karena zat-zat tersebut tidak
menghantar listrik. Namun begitu, kayu memiliki kerugian oleh karena mudah
terbakar. Rangka besi harus disertai hubungan ke tanah secara tepat.
d. Perlu dipasang papan tanda larangan masuk bagi mereka yang tidak
berkepentingan dan disertai peringatan “Awas Bahaya Listrik”. Tanda
peringatan di pasang pada tempat masuk ke ruangan, sedangkan huruf jelas dan
mudah dibaca.
e. Terdapat kesesuaian dalam banyak hal mengenai norma-norma bagi pagar
pengaman untuk mesin dan pesawat listrik.
f. Petugas-petugas perawatan peralatan listrik harus tahu benar bahaya-bahaya
yang bertalian dengan suatu instalasi listrik dan peralatan lain-lainnya.
g. Bahaya-bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan
pembuatan tutup pengaman bagi panel listrik
h. Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Peraturan Instalasi Listrik (PUIL) dan peraturan-peraturan lain tentang
keselamatan kerja listrik
i. Macam pemasangan instalasi listrik di perusahaan-perusahaan dan tempat-
tempat kerja tergantung dari konstruksi bangunan, ukuran dan pembagian
beban, penempatan mesin-mesin, pesawat dan alat-alat listrik, ke dalam ruang
kerja seperti berdebu, panas, lembab, dan lain-lain.
j. Isolasi dari kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluannya,
namun tidak dapat dianggap sebagai pengaman terhadap shok listrik, terutama
bagi jaringan tegangan tinggi
k. Pemeriksaan berkala terhadap tahanan isolasi kawat hantaran, alat-alat dan
pesawat listrik, harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang
l. Laporan hasil pemeriksaan perlu untuk pelaksanaan program keselamatan kerja
listrik.
m. Penempatan dan pemasangan nomor-nomor listrik tidak boleh mengganggu lalu
lintas para pekerja

68
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

n. Motor-motor yang tidak tertutup tidak boleh ditempatkan di ruangan lembab,


menggigit, berdebu atau ruangan yang mudah terbakar
o. Bagian-bagian telanjang yang bertegangan harus dipasang di tempat yang tidak
mudah dicapai lengan dengan penempatannya pada ketinggian sekurang-
kurangnya 2,6 meter di atas ruangan kerja atau bagian tersebut harus
diperlengkapi dengan tutup, pagar atau pengaman yang memenuhi syarat bagi
pencegahan terhadap kemungkinan menyentuhnya.
p. Petugas perawatan listrik harus lebih dahulu mengetahui bahaya-bahaya yang
mungkin timbul dan melakukan pencegahan sebaik-baiknya

2. Sakelar
a. Adapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis harus
memenuhi syarat keselamatan
b. Sakelar-sakelar untuk keperluan motor-motor, pesawat-pesawat listrik,
instalasi cahaya dan tenaga harus ditutup
c.i. Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, oleh karena
bagian-bagian terbuka yang bertegangan akan menimbulkan bahaya
tekanan arus listrik yang dapat mengakibatkan loncatan api, bila sakelar
diputuskan arusnya
ii. Sakelar tuas harus tertutup dan tutup serta poros pegangan
(handel) harus dihubungkan ke tanah
iii. Sakelar-sakelar tuas harus dipasang sedemi kian sehingga bagian-
bagiannya yang dapat digerakan dalam keadaan tidak ada hubungan tidak
bertegangan
d. i. Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi, sakelar harus dipasang di
luar
batas capai tangan dan pelayanannya dilakukan dengan menggunakan tongkat
pengaman
ii. Bila pemasangan seperti tersebut pada i tak dimungkinkan, sakelar tersebut
harus tertutup atau dipagar secara tepat agar tidak membahayakan, sedangkan
pelayanan tetap dilakukan dengan memakai tongkat pengaman

69
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

e. Untuk keperluan pemakaian secara umum, dianjurkan agar dipakai sakelar putar
dan tombol tekan, oleh karena bagian yang bertegangan berada di tempat
tertutup
f. Sakelar-sakelar yang dapat menimbulkan loncatan api harus dipasang dalam
peta penghubung
g. Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.

3. Sekring dan pengaman otomatis


a. Instalasi atau pesawat listrik diamankan dengan penggunaan sekring atau
pengaman otomatis
b. Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus, manakala terjadi arus lebih
sebagai akibat kesalahan hubungan tanah, hubungan pendek dan beban lebih
c. Pengaman arus lebih yang ditempatkan pada setiap bagian isntalasi yang
diamankan harus memiliki macam dan ukuran yang sesuai, yaitu memutus arus
apabila arus yang lebih dari batas yang ditentukan melaluinya
d. Pemasangan sekring pada mesin-mesin dan peralatan listrik tidak hanya
ditentukan oleh kekuatan arus, tetapi juga oleh tenaga listrik yang tersedia dari
transformator atau generator, kemungkinan terjadinya hubungan tanah, beban
lebih dan hubungan pendek yang membahayakan
e. Pengaman dengan sekring melindungi, baik mesin dan peralatan, maupun
tenaga kerja
f. Pemakaian sekring harus disesuaikan terhadap kuat arus yang tertera pada
sekring
g. Dalam pemasangan sekring, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
i. Sebelum pemasangan, kabel-kabel yang bersangkutan harus bebas arus dan
tegangan
ii. Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan pemeriksaan segera faktor
penyebabnya seperti adanya hubungan pendek atau beban lebih
iii. Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan ukuran yang sama
iv. Dilarang penggunaan sekring yang telah rusak dan diperbaiki
h. Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan instalasi tegangan tinggi, untuk arus
yang besar, dan juga untuk instalasi tegangan rendah

70
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

i. Pengaman otomatis terdapat dalam macam dan ukuran yang berbeda-beda


j. Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang
diserta perlengkapan perlambatan waktu
k. Menurut bekerjanya pengaman otomatis tergantung kepada jenis termis dan
jenis magnetis
l. Pengaman otomatis jenis termis bekerja atas dasar peningkatan suhu, maka
tergantung kepada suhu ruangan
m. Pengaman otomatis jenis magnetis bekerja atas dasar kuat arus yang melalui
jaringan instalasi
n. Ahli listrik memilih dan menetapkan macam dan ukuran pengaman otomatis
untuk dipasang
o. Perawatan terhadap pengaman otomatis dilakukan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman

4. Pelayanan Listrik
a. Penempatan panel atau papan penghubung suatu instalasi listrik harus mudah
dilayani oleh operator yang bersangkutan
b. Pesawat ukur yang ditempatkan pada papan penghubung harus mudah dan
dengan jelas dapat dibaca
c. Pada pekerjaan pelayanan papan penghubung, keadaan harus aman dan bebas
dari bagian yang bertegangan
d. Ruangan di belakang panel-panel atau papan-papan penghubung harus selalu
bersih dan tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang atau tempat
menimbun sampah
e. Panel-panel pelayanan harus ditempatkan pada ruangan terpisah dan hanya
boleh dimasuki oleh yang berwenang
f. Penerangan dalam ruangan panel pelayanan harus memenuhi syarat
g. Harus tersedia penerangan darurat dari sumber tenaga listrik secara sendiri
h. Peti penghubung dan peti sekring harus ditutup dan dikunci
i. Sebagai peringanatan terhadap bahaya listrik pada peralatan yang bertegangan
dan agar tidak mendekati pintu-pintu penutup, sebaiknya dipakai tanda
peringatan dengan car warna oranye

71
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

j. Rangka-rangka besi dan panel pelayanan serta peti penghubung harus


dihubungkan ke tanah secara baik dan tepat sesuai dengan persyaratan
k. Sambungan-sambungan kabel dan sambungan-sambungan ke pesawat
pengukur yang berada dalam papan penghubung dan di belakang panel-panel
penghubung harus disusun dengan teratur baik
l. Sakelar-sakelar dan sekring-sekring pengaman otomatis harus diberi tanda-
tanda dan diatur sedemikian agar mudah diketahui pengelompokkan instalasi
yang tersambung pada masing-masing sakelar dan sekring tersebut.
Dianjurkan agar dibuat diagram sambungan pada panel-panel atau papan-
papan penghubung bagi masing-maing kelompok yang tersambung
m. Pemasangan bahan isolasi pada lantai tempat panel-panel dan papan-papan
penghubung dapat mengurangi kecelakaan
Untuk tegangan rendah, dapat dipakai karet isolasi khusus atau lantai kayu kering.
Karet isolasi khusus harus terbuat dari bahan yang tahan lembab, tidak bersifat
menghantar listrik, dan tahan terhadap pengaruh akibat pekerjaan mekanis

5. Motor-motor Listrik
a. Agar aman, motor-motor listrik harus dipasang sesuai dengan dan ukuran yang
dikehendaki
b. Harus dihindari beban yang melampaui batas pada jangka waktu yang lama,
pemasangan motor yang tidak sesuai, pemasangan dalam ruang berdebu,
lembab, mudah menyala, dan lain-lain secara tidak aman
c. Harus diperhatikan kemungkinan pengaruh-pengaruh dalam industri seperti
debu, oli yang berlebihan, kelembaban, ketidakrataan pemasangan, getaran,
beban lebih dan gesekan terhadap motor listrik
d. Gangguan dari debu terhadap motor dan bagian-bagiannya harus dikurangi
sebanyak mungkin antara lain dengan pemasangan tutup, kipas angin,
pembersihan dan lain-lain. Dengan begitu, dapat dicegah hubungan pendek,
kebakaran, perpendekan usia motor, dan sebagainya

Pada pembersihan debu dengan kompresor, kompresor tidak boleh menghembuskan


udara lembab atau udara yang mengandung butir-butir metal. Harus dihindari

72
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

berlebihnya oli atau gemuk dan dicegah bahan tersebut mengotori komutator.
Campuran oli dan debu harus dibersihkan dengan zat pelarut. Kelembaban pada
motor listrik harus dihindari. Harus dicegah perlakuan yang kurang hati-hati
terhadap motor-motor listrik dengan air untuk membersihkan lantai. Pencegahan
antara lain dilakukan dengan pemasangan tutup dan pendidikan terhadap pekerja.
Untuk mencegah bengkoknya poros dan rusaknya lager, harus dihindari kesalahan
pondasi, pembebanan terlalu berat, pemasangan kaki motor yang tidak rata, dan
lain-lain. Dianjurkan pemasangan sekring otomatis yang tepat untuk melindungi
beban lebih atau hubungan pendek.

6. Hubungan Tanah
Harus dipasang hubungan tanah yang sesuai dengan persyaratan yang ada. Pada
pemakaian peralatan listrik, bagian metal yang telanjang dan tidak dilalui arus
dihubungkan tanah dalam keadaan sebagai berikut :
i. Pemakaiannya dilakukan di tempat yang basah dan tidak diisolasi atau di
tempat-tempat yang berbahaya
ii. Penempatan alat tersebut berada dalam batas capai tangan terhadap orang
yang berdiri di permukaan tanah atau dapat kontak dengan permukaan tanah
iii. Tegangan alat-alat tersebut lebih dari 150 volt terhadap tanah
Bagi instalasi listrik arus kuat, disyaratkan hubungan tanah yang tepat bagi :
i. Rangka motor listrik
ii. Rangka motor listrik yang dipakai untuk kran
iii. Rangka besi peralatan listrik untuk elevator
iv. Rangka besi elevator yang tidak digerakan listrik tetapi bersifat menghantar
listrik
v. Rangka sinyal listrik
vi. Rangka peralatan listrik di bengkel-bengkel
vii. Pagar besi peralatan listrik dengan tegangan yang lebih dari 750 volt

a. Hubungan tanah dilakukan dengan pemakaian jaringan pipa air, atau


pemakaian rangka besi bangunan atau konstruksi besi yang mempunyai
hubungan dengan tanah dengan tahanan yang kecil, atau hubungan dengan

73
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

pelat atau pipa yang ditanam dalam tanah, atau pengaturan lainnya yang
langsung berhubungan dengan tanah.
b. Dalam hal dipakai pipa-pipa air, perlu diperhatikan kemungkinan adanya
sambungan pipa dengan bahan isolator, misalnya sambungan untuk pemasangan
meteran air. Dalam hal itu, harus dipasang kawat penghubung terhadap
sambingan isolasi tersebut
c. Pada penggunaan kerangka besi bangunan, harus diukur tahanannya terhadap
tanah, mengingat faktor-faktor jenis tanah, dalamnya permukaan air, adanya
lapisan pelindung pada kerangka, dan lain-lain.
d. Apabila peralatan lain untuk hubungan tanah tidak tersedia, harus dipakai
sistem elektroda yang ditanam di dalam tanah
e. Diameter pipa-pipa atau batang-batang besi atau baja untuk elektroda tanah
harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku
f. Elektroda tanah harus memiliki permukaan metal yang bersih dan harus di
tanam dalam tanah sejauh paling sedikit 2,5 meter tanpa melihat jumlah dan
ukuran elektroda
g. Keadaan tanah dan tahanan peralihan tanah harus dipelajari dan diperiksa
dengan Ohm meter tentang tahanannya. Sifat-sifat penghantar listrik dari tanah
yang harus dipelajari adalah kelembaban, kontak penghantar dengan tanah dan
zat-zat kimia yang terdapat dalam tanah.

Panitia Revisi PUIL, LIPI, telah menyusun Peraturan Umum Instalasi Listrik pada
tahun 1977. Isinya sangat terperinci dan lengkap serta memuat bab-bab tentang
umum dan definisi, peraturan umum, pengamanan, perencanaan instalasi listrik,
peralatan listrik, perlengkapan hubung bagi serta komponen-komponennya,
hantaran, ruangan dan instalasi khusus dan pengusahaan instalasi listrik. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi (sekarang Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi) No. PER-04/MEN/1978 tentang berlakunya PUIL 1977 di
tempat kerja memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Memberlakukan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977 di tempat kerja
(pasal 1)

74
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

2. Pengurus bertanggung jawab terhadap ditaatinya dan wajib melaksanakan


ketentuan-ketentuan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977 di tempat
kerja yang berada di bawah pimpinannya (pasal 2)
3. Terhadap instalasi listrik yang sudah dipakai atau dipergunakan sebelum
Peraturan Menteri ini ditetapkan, pengurus wajib untuk menyesuaikannya
dalam waktu 1 (satu) tahun dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
1977 (pasal 3)
4. Bagi pengurus yang tidak mentaati ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) 1977 diancam dengan hukuman sesuai dengan pasal 15
ayat (2) dan (3) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(pasal 4)
5. Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi (sekarang Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi) dalam hal khusus berwenang menyetujui
penyimpangan dari ketentuan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977
(pasal 5).

75
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

c. Rangkuman Unit Kegiatan Belajar 4


Pekerjaan yang sifatnya kelistrikan agak berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan
lainnya. Hal ini dikarenakan ada sifat listrik memberikan resiko lebih besar
berdasarkan karakteristik arus, muatan dan tegangan. Seperti misalnya tegangan
sentuh peralatan listrik akan cukup berbahaya apabila seorang pekerja tidak
menggunakan pelindung kaki dan tangan standar. Apa lagi pekerjaan tersebut
berada pada tegangan tinggi, maka perlengkapan serta peralatan listrik yang
dipakai harus betul-betul aman. Kelistrikan statis dalam industri atau di tempat-
tempat kerja memungkinkan muatan-muatan listrik yang timbul pada bahan-bahan
bukan penghantar listrik oleh karena kontak dengan benda-benda lain dengan atau
tanpa gesekan. Selain itu, kelistrikan statis yang penting dalam kaitan keselamatan
kerja adalah petir, oleh karena kemungkinan-kemungkinan terjadinya malapetaka
terkena petir terhadap bangunan industri. Aspek lain adalah pemasangan penyalur
petir isotop yang memerlukan ketentuan-ketentuan khusus, manakala dilihat dari
segi keselamatannya. Bagi kehidupan, aspek kelistrikan yang penting adalah
pembangkit tenaga listrik, transmisi dan distribusinnya. Ketiga kegiatan ini
memiliki faset-faset keselamatan kerjanya secara khusus. Adapun penggunaan arus
listrik diperusahaan-perusahaan selain merupakan suatu kebutuhan pokok juga
selalu disertai resiko kecelakaan. Dalam hal ini, masalah instalasi listrik sangat
penting

d. Tugas Kegiatan Belajar 4


1. Jelaskan yang sdr. ketahui resiko-resiko apabila pekerjaan yang berkaitan
dengan listrik ! Berikan dengan contoh kalau perlu
2. Sebutkan beberapa peralatan yang dapat mengisolir antara bagian yang
bertegangan dengan manusia !

e. Tes Formatif 4
1. Jelaskan mengapa badan manusia termasuk yang berisiko besar terhadap
tegangan listrik !
2. Mengapa loncatan listrik statis dapat menimbulkan kebakaran !

76
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

3. Sebutkan perlengkapan instalasi petir untuk bangunan !


4. Jelaskan istilah-istilah berikut :
a. Runcing penangkal
b. Kawat tanah
c. Elektroda tanah
d. Penyalur tegangan lebih

f. Kunci Jawaban Formatif


1. Badan manusia termasuk penghantar listrik yang baik, terutama listrik statis
yang cukup besar akan disalurkan melalui tubuh dan dirasakan pengaruhnya.
2. Loncatan api antara dua benda dapat berakibat kebakaran atau peledakan, jika
terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar atau meledak. Efek nyala listrik
stattis terhadap gas atau uap biasanya dinyatakan dalam milijul dan besarnya
rata-rata 0,2 atau 0,3.
3. a. Instalasi penyalur petir biasa
b. Instalasi penyalur petir isotop
4. a. Runcing penangkal adalah ujung penangkal yang berdiri tegak, terbuat dari
logam atau kawat dan merupakan penerima arus dari udara.
b. Kawat tanah adalah bagian kawat penghantar antara kopling sambung dan
elektroda tanah.
c. Elektroda tanah adalah pipa, logam bulat panjang, pelat pipa ledeng dan
sebagainya yang berfungsi untuk menghubungkan instalasi tanah.
d. Penyalur tegangan lebih adalah peralatan yang menyalurkan arus listrik ke
tanah , bilamana terjadi tegangan lebih.

g. Lembar Kerja 4
Untuk melakukan pengayaan substansi materi yang telah disajikan, maka peserta
diklat wajib melakukan tugas terstruktur yakni melakukan praktek di lab. dan
survey lapangan terhadap industri terkait. Untuk itu peserta didik setelah tuntas
dengan modul diharapkan langsung cek in industridan mengisi form berikut :

77
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Kompetensi/Sub
Uraian Pembimbin
No Kompetensi yg akan Tempat
Kegiatan g Lapangan
dicapai

78
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

III. EVALUASI

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan teliti dan hati-hati. Kejujuran


menjawab tanpa melihat berulang-ulang kembali bahan modul adalah kunci
keberhasilan evaluasi internal ini.
Contoh soal dibuat secara acak dari unit kegiatan belajar yang sudah disampaikan
dalam modul. Tiap-tiap soal mempunyai bobot berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan
masing masing selamat bekerja !!!
1. Jelaskan pengertian peralatan dan perlengkapan kerja !

Skor : 20

1. Terangkan apa yang dimaksud dengan kecelakaan akibat kerja !

Skor : 20

2. Jelaskan fungsi peralatan berikut :

a.

79
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

b.

c.

Skor : 40

3. Jelaskan bagian-bagian pekerkaan kelistrikan yang membahayakan !

Skor : 20

80
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

KUNCI JAWABAN

1. Peralatan dan perlengkapan kerja adalah seluruh instrumen penunjang pekerjaan


baik yang langsung berhubungan dengan barang/produk pekerjaan maupun yang
dipakai untuk melindungi pekerjanya dan selurhnya harus memenuhi standar kerja
industri yang ada
2. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan proses pekerjaan
di perusahaan sehingga seluruh penyelesaiannya dilakukan secara formal oleh
perusahaan yang bersangkutan
3. a. Adalah pelindung hidung dari gas atau uap beracun yang kemungkinan terisap
oleh pekerja
b. Adalah sarung tangan asbes yang berfungsi untuk menahan panas, terutama
untuk pekerjaan las.
c. A p r o n berfungsi sebagai pelindung badan terbuat dari kulit dipakai untuk
perlindungan dari rambatan panas nyala api
d. Bagian kelistikan yang berbahaya adalah tegangan sentuh dari peralatan listrik
akibat system pentanahan yang buruk. Kemudian di gardu induk atau pada
tegangan tinggi adalah gradien potensial permukaan tanah dimana perlatan
listrik terpasang

81
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

IV. PENUTUP

Modul Peralatan dan Perlengkapan Kerja ini diharapkan dapat memberikan ruang
terbuka untuk mencapai serangkaian kompetensi yang disyaratkan industri. Disamping
tentunya kompetensi ini juga memberikan dukungan kuat untuk mencapai kompetensi-
kompetensi lainnya. Guna lebih meningkatkan kapasitas, kapabilitas serta akuntabilitas
akademik yang lebih luas diharapkan peserta diklat setelah membaca modul ini
dilanjutkan dengan uji kompetensi yang dilakukan oleh asosiasi terkait dalam bidang
ketenagalistrikan.

82
Peralatan dan Perlengkapan Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Accident Prenvention, a Worker’s Education Manual. ILO., Geneva, 1972

Encyclopedia Of Occupational Health and Safety, Volume I-II, A-K, ILO, Geneva
1971

Himpunan Perundang-undangan Ketenagakerjaan I, Departemen Tenaga Kerja


Transkop, Jakarta, 1977

PUIL 2000, Badan Standarisasi Nasional, SNI, 2000

Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Haji MasaAgung,


Jakarta, 1989

83
STORY BOARD

Judul Modul Pembelajaran : Perlengkapan Kerja

Bidang Keakhlian : KETENAGALISTRIKAN


Program Keakhlian : Teknik Transmisi

Simulasi Pembelajaran Sesuai urutan topik Keterangan


Simulasi
1 2 3 4 5 6 7 8
A G V A S L E S
N A I U I A V K
No Unit Pembelajaran Narasi I M D D M T L O
M B E I P I U R
A A O O R H A
S R A A S
I K N I
1 Deskripsi Materi Diharapkan peserta diklat setelah mempelajari
struktur modul Perlengkapan Kerja dengan
benar dan dapat melakukan praktek kerja
lapangan yang sesuai atau mempunyai
kompetensi yang memadai apabila diterjunkan
praktek kerja di berbagai industri.

2 Prasyarat Prasyarat ini diarahkan agar siswa memiliki


kompetensi dasar guna menunjang pemahaman
substansi modul Perlengkapan Kerja

3 Peta Kedudukan Modul Dalam bahasan ini dijelaskan secara detail


‘positioning’ modul Perlengkapan Kerja dalam
kerangka pembelajaran SMK kurikulum baru
edisi 2004 secara keseluruhan.
4 Peristilahan Daftar peristilahan yang dimunculkan
diutamakan pada istilah-istilah dan mempunyai
makna sangat penting dalam substansi materi
yang sedang dibahas.

5 Petunjuk Penggunaan Modul Pedoman pemakaian modul diarahkan pada


subyek pengajaran yaitu siswa dan guru. Siswa
diharapkan dapat mempelajari modul dengan
atau tanpa instruktur. Sedangkan guru
diharapkan dapat memnggunakan modul secara
sistematis, terencana dan terprogram.
6 Pembelajaran
Proses pembelajaran dilakukan dalam dua
6.1 Penjelasan Umum bentuk pertama dalam bentuk tatap muka di ? ? ? ?
kelas yang diarahkan pada pencapaian
kompetensi pemahaman selam 4 jam per
minggu. Jenis pembelajaran ini menghabiskan
40 % dari seluruh kompetensi yang akan di
capai. Sedangkan model pendekatan kedua
adalah melakukan kegiatan lapangan baik
dalam bentuk simulasi komputer maupun
langsung ke lokasi/industri terkait seperti
praktek kerja lapangan dan sebagainya.
Materi Perlengkapan Kerja dibagi menjadi 4
bagian dalam bentuk Unit Kegiatan Belajar 1-4
yang meliputi : Pengantar perlengkapan kerja,
perlengkapan kerja standar, perlatan kerja
industri dan peralatan kelistrikan.
6.2 Unit Kegiatan Belajar 1 Unit kegiatan belajar ini dikembangkan untuk
memberikan penjelasan dan pemahaman
terhadap materi Perlengkapan Kerja
a. Uraian sub materi Mencakup Perlengkapan Kerja serta ruang
lingkup dan aplikasi pada lab./Workshop atau
industri. ? ? ? ?
b. Evaluasi Sistem evaluasi meliputi dua bagian pertama
evaluasi di bagian akhir UKB dan evaluasi
akhir keseluruhan modul.
6.3 Penjelasan Materi
a. Materi 1 Pada UKB 1 diuraikan secara jelas konsep
dasar tentang pengantar perlengkapan kerja,
fungsi dasar perlengkapan, kerugian akibat ? ? ? ?
kurangnya perlengkapan kerja dan gambaran
akibat kecelakaan.
Evaluasi Evaluasi materi pertama dirancang agar siswa
memiliki kompetensi dasar tentang wawasan
fungsi perlengkapan kerja.
b. Materi 2 Pada bagian kedua diuraikan tentang seluruh
jenis perlengkapan kerja standar yang
umumnya banyak digunakan untuk proses ? ? ? ?
produksi.
Evaluasi Evaluasi dirancang sedemikian rupa sehingga
peserta diklat mampu mempunyai wawasan
tentang jenis perlengkapan kerja yang wajib
digunakan pada poses pabrikasi.
c. Materi 3 Pada bagian ke tiga ini diuraikan tentang
konsep dasar perlatan minimal yang harus
digunakan dalam sebuah proses produksi ? ? ? ?
disamping peralatan-peralatan penunjang
lainnya.
Evaluasi Dari evaluasi diharapkan siswa mampu
mempunyai kompetensi dasar tentang jenis dan
pemakaian peralatan untuk industri.
d. Materi 4 Pada bagian akhir modul dijelaskan secara
umum konsep pemakaian peralatan kelistrikan
yang sangat vital dalam proses produksi ? ? ? ?
terutama yang berkaitan dengan kelistrikan
dasar dan instalasi penyalur petir.
Evaluasi Evaluasi diarahkan pada pemahaman
kompetensi awal konsep kelistrikan dengan
segala aspeknya dalam dunia industri.

You might also like