You are on page 1of 14

NORMA SOSIAL DAN NORMA HUKUM BERMASYARAKAT

FOCUS GROUP 6

Aisha Nurfitriane, 1006704814

Amalia Ekaputri, 1006757493

Dian Prabawanti , 1006683476

Isnanda Nuriskasari, 1006659312

Kiky Darmawan, 1006703963

Linggih Saputro, 1006682624

KELAS MPKT (H)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2010

ABSTRAK
perubahan sosial. Perubahan tersebut meliputi norma sosial, interaksi sosial, pola perilaku,
organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan masyarakat serta susunan kekuasaan dan
wewenang. Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Dapatkah anda
jelaskan mengapa demikian? Kecenderungan masyarakat untuk berubah dipengaruhi faktor
rasa tidak puas terhadap keadaan yang ada, timbul kesadaran memperbaiki kekurangan yang
ada, kebutuhan kehidupan masyarakat semakin komplek, menyesuaikan diri dengan situasi
baru, sikap terbuka terhadap unsur dari luar. http://www.e-dukasi.net [Rabu, 20 Oktober
2010 | 20:22]

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................viii
Abstrak......................................................................................................ix

Daftar Isi.....................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................

1.2 Tujuan ........................................................................................

BAB II PENTINGNYA ETIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN


KEHIDUPAN ILMIAH

2.1 Pertumbuhan Norma Sosial.........................................................

2.2 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Hukum......................................

2.3 Hubungan Norma Sosial dan Norma Hukum..............................

2.4 Norma Sosial VS Norma Hukum................................................

2.5 Penyimpangan Norma Kesusilaan...............................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................

3.2 Saran...........................................................................................

Ucapan Terima Kasih..................................................................................

Daftar Pustaka ............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Saat ini, Indonesia memiliki berbagai polmik permasalahan yang sangat rumit.
Hal ini dipicu karena adanya tindakan-tindakan amoral dari masyarakat. Contohnya
saja permasalahan free sex, mulai dari rakyat kecil, menengah hingga pejabat petinggi
negara tidak luput dari tindakan-tindakan asusila. Sebut saja beberapa petinggi yang
tersandung kasus skandal video mesum atau pelajar bangku sekolah yang melakukan
hubungan sex diluar nikah bahkan sampai ada yang berhenti sekolah dikarenakan
hamil diluar nikah. Tindakan-tindakan asusila ini menimbulkan berbagai spekulasi
tentang penyebab maraknya terjadi tindakan tersebut, mulai dari keefektifan norma
sosial hingga norma hukum yang berlaku saat ini. Dalam makalah kali ini, penulis
akan membahas tentang keefektifan norma sosial dan norma hukum dalam
mengontrol tindakan asusila seperti free sex yang banyak terjadi saat ini.

1. 2. Perumusan Masalah
• Bagaimana norma sosial tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat ?
• Apa pengertian, tujuan dan fungsi norma hukum ?
• Apa hubungan norma sosial dan norma hukum ?
• Manakah yang lebih efektif dalam mengontrol permasalahan pelanggaran norma
kesusilaan, apakah norma hukum ataukah norma sosial ?
• Diluar keefektifan norma sosial dan norma hukum, apa saja faktor yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan norma kesusilaan dan solusinya ?

1. 3. Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah ini agar para pembaca dapat memahami dan
mengerti akan peranan norma-norma yang berlaku saat ini, khususnya norma sosial
dan norma hukum yang diharapkan dapat mengontrol dan mengurangi tindakan-
tindakan yang melanggar norma kesusilaan, seperi banyaknya kasus free sex yang
terjadi saat ini. Pembaca diharapkan dapat meningkatkan keefektifan norma sosial dan
norma hukum yang berlaku saat ini dalam mengontrol kehidupan bermasyarakat

1. 4. Metode Penelitian

Di dalam makalah ini, kami menggunakan metode pengumpulan data melalui


berbagai sumber. Dengan merujuk kepada sumber tersebut, maka kami menyusun
makalah ini. Kami juga mencantumkan sumber referensi tersebut di dalam daftar
pustaka makalah ini.

BAB II
NORMA SOSIAL DAN HUKUM
DALAM BERMASYARAKAT

2. 1. Pertumbuhan Norma Sosial


Dalam kajian sosiologis, nilai-nilai sosial seseorang atau kelompok secara langsung
mempengaruhi aktivitasnya untuk beradaptasi dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, nilai dan norma sebenarnya adalah sesuatu yang
selalu berkaitan. Perbedaannya terlihat pada sanksinya. Norma mengandung sanksi yang
relatif lebih tegas terhadap pelanggarnya. Sanksi tersebut merupakan faktor pendorong untuk
mencapai nilai-nilai sosial tertentu. Menurut Alvin L. Bertrand, norma adalah suatu standar-
standar tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat. Norma dinyatakan oleh
masyarakat dalam bentuk kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat atau hukum adat. Pada
awalnya, norma terbentuk secara tidak sengaja; akan tetapi dalam proses sosial yang relatif
lama, tumbuhlah berbagai aturan yang diakui bersama secara sadar.
Menurut pandangan sosiologis, norma sosial dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
dianggap sebagai alat kendali atau batasan-batasan bertindak untuk memilih peraturan yang
diterima atau tidak dalam suatu pergaulan. Pilihan tersebut diwujudkan dalam bentuk
perintah atau larangan. Apabila norma tersebut membawa manfaat jika dilakukan, maka itu
adalah perintah. Namun, apabila norma tersebut membawa bahaya atau kerugian jika
dilakukan, maka itu adalah larangan. Adanya rasa takut dan bersalah pada seseorang jika
melanggar suatu atuaran perilaku merupakan unsur kendali dari norma sebagai cerminan dari
desakan sosial yang didasarkan pada kepentingan bersama.

Proses pertumbuhan norma akan bergantung pada seberapa kuatnya norma tersebut
menghadapi sikap masyarakat antara yang menerima dan yang menentang norma tersebut.
Proses pertumbuhan norma dibedakan sesuai kekuatan norma-norma tersebut berdasarkan
sanksi yang diterima, yaitu :

1. Cara berbuat (usage)


Norma dalam tingkatan cara mempunyai kekuatan yang sangat lemah bila dibandingkan
dengan norma yang lain, karena hanya mengakibatkan sanksi-sanksi yang sangat ringan bagi

yang melanggarnya, seperti berupa cemoohan atau celaan. Perbuatan seseorang yang
melanggar norma ini hanya dianggap sebagai perbuatan yang tidak sopan, misalnya makan
berdecak, makan berdiri.

2. Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan adalah perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama, karena memiliki
manfaat bagi kehidupan masyarakat. Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang lebih kuat
dibanding cara. Misalnya, bertutur kata sopan terhadap orang yang lebih tua.

3. Tata-kelakuan (mores)
Tata kelakuan adalah kebiasaan yang diakui oleh masyarakat sebagai pengatur dalam
berperilaku. Tata kelakuan memperlihatkan fungsi sebagai pengawas kelakuan oleh
kelompok terhadap anggotanya sehingga dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi ketika terjadi
pelanggaran.

4. Adat-istiadat (custom)
Adat-istiadat adalah tata kelakuan yang berupa aturan-aturan tidak tertulis yang memiliki
kekuatan memikat dan mempunyai sanksi yang lebih keras.

5. Hukum (laws)
Hukum adalah tata kelakuan sosial yang dibuat secara formal dengan sanksi yang tegas bagi
pelanggarnya yang dilengkapi dengan alat kelengkapan (UU, aparat hukum, pengadilan,
penjara).

Kelima proses tersebut merupakan aturan perilaku kehidupan sosial yang bersifat
kemasyarakatan. Sifat kemasyarakatan ini bukan hanya didasarkan karena norma-norma
tersebut berkaitan dengan kehidupan sosial, tetapi juga karena pada dasarnya norma-norma
tersebut merupakan hasil dari kehidupan bermasyarakat.

2. 2. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Hukum

Sebagai makhluk budaya dan sosial, manusia memerlukan pedoman dalam bertingkah
laku. Oleh karena itu, di dalam melakukan tindakan-tindakan atau berperilaku dalam
kehidupannya, manusia dilengkapi oleh sistem nilai. Sistem nilai ini merupakan wujud ideal
dari kebudayan yng memberikn acuan bagi manusia dalam berperilaku.
Secara umum, pengertian norma adalah segala aturan-aturan atau pola-pola tindakan
yang normatif, yang menjadi pedoman hidup bagi orang untuk bersikap dalam kehidupannya,
baik dalam hidupnya sendiri maupun dalam pergaulan hidup bersama. Norma yang
mempunyai sanksi kuat dinamakan sebagai sanksi hukum, sehingga norma tersebut
dinamakan norma hukum.

Secara definisi, norma hukum adalah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh
lembaga kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa berupa peraturan
perundangundangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Keistimewaan norma
hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan
dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan hukum bersifat heteronom, artinya
dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara. Hukum biasanya
dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis, atau disebut juga perundang-undangan.
Tujuan norma hukum adalah untuk mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan adil,
menjaga kepentingan tiap manusia supaya kepentingan itu tidak dapat diganggu, dan
menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia.

Pengertian hukum sendiri adalah sekumpulan norma-norma dalam mengatur


masyarakat secara universal. Salah satu karakter di dalam penegakan hukum itu sendiri,
bercirikan sistem preventif dan represif. Secara implisit, praktik-praktik penegakan hukum
akan tidak rasional jika upaya preventif tidak ditunjang skala informasi hukum yang
proporsional. Sebab, akar kekuatan hukum harus pula di dasari pada sosialisasi hukum yang
edukatif. Fenomena ketimpangan penegakan hukum saat ini, dikarenakan, media publikasi
sosialisasi hukum kurang maksimal. Padahal, langkah preventif dan penyadaran hukum bagi
masyarakat luas, akan dapat membantu biaya operasional tertib sosial serta meminimalisir
angka pelanggaran dan kejahatan pidana dilingkungan masyarakat.

2. 3. Hubungan Norma Sosial dan Norma Hukum

Norma adalah suatu aturan yang menjadi pedoman dalam bertindak dalam kehidupan
berlaku dan disepakati oleh sekelompok orang dengan cakupan sedikit atau banyak juga
disertai dengan sanksi/ hukuman bagi pelaku yang melanggar aturan tersebut. Dalam
masyarakat berlaku norma, norma sosial juga norma hukum. Norma sosial itu terbagi dalam
dua aspek; aspek hidup pribadi dan antar pribadi yang didalam keduanya tersebut ada norma
agama, kesusilaan, kesopanan, hukum dan kode etik.

Semuanya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dan tidak terlepas dalam
kehidupan manusia. Manusia membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi dan memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Agar berjalan dengan baik, maka dibentuklah norma dalam
lingkup sosial dan terproses sebagaimana hukumannya menjadi norma hukum karena sanksi
yang dikenakan bersifat memaksa. Norma sosial berubah menjadi norma hukum karena
sering terjadi pelanggaran dan sanksi yang dikenakan dalam norma sosial tidak kuat. Hal itu
dilakukan semata-mata hanya untuk terciptanya kenyamanan dan kedamaian di kalangan
masyarakat.

Persamaan yang dimiliki oleh norma sosial dan hukum adalah sama-sama berupa
aturan yang diterapkan dalam masyrakat dan keberlakuan hukum yang dikenakan.
Perbedaaannya adalah norma sosial tidak pasti dan tidak tertulis, dan sanksi lebih ringan.
Norma hukum memiliki aturan tertulis, ada eksekutornya, berlaku bagi semua orang,
sanksinya berat. Norma sosial juga lebih mengarah ke adat istiadat maupun budaya tertentu,
sehingga tiap-tiap daerah memiliki keunikan tersendiri. Norma hukum dijelaskan sebagai
aturan dari pemerintah yang belaku umum dan memiliki konsekuensi bagi siapapun dalam
wilayah itu. Kedua norma ini terkadang mampu untuk berintegrasi namun juga dapat tidak
sejalan. Contohnya, peraturan daerah sebagai norma hukum melarang berjualan di trotoar,
jalur hijau atau badan jalan. Akan tetapi norma sosial tidak melarang dan konsumen juga
menggunakannya. Sehingga, hukum seharusnya sejalan dengan norma sosial dan tidak
bertentangan, walaupun jika hukum itu kuat pelaksanaannya pada akhirnya juga akan dituruti
oleh masyarakat. Pemerintah sebagai pembuat dan penegak hukum sebagai wakil rakyat,
memiliki peranan penting agar dalam pelaksanaannya masyarakat dapat hidup tertib hukum,
moral dan sosial sesuai dengan tujuan pembentukan norma.

2. 4. Norma Sosial VS Norma Hukum

Dalam rentang waktu yang begitu cepat kehidupan masyarakat mulai berkembang
luas. Untuk mencegah terjadinya sebuah ketidaknyamanan antar masyarakat maka dibuatlah
sebuah kesepakatan agar terjadi kedamaian dan ketertiban. Norma sosial dan norma hukum
merupakan salah satu norma yang mengatur agar perilaku individu atau kelompok bertindak
sesuai dengan norma tersebut. Tetapi dalam pelaksanaan norma hukum kurang ditanggapi
oleh masyarakat dibandingkan norma sosial. Salah satu sebabnya karena norma sosial lahir
dari adat istiadat dan budaya yang berlaku di suatu tempat sedangkan norma hukum aturan
yang merupakan aturan dari pemerintah suatu wilayah, penerapannya berlaku umum.

Dalam penerapannya, nilai sosial lebih diketahui dan dipahami oleh banyak orang
dibandingkan norma hukum yang hanya orang-orang tertentu yang memahami benar tentang
norma hukum. Padahal norma hukum lahir dari norma sosial tersebut, di mana terbentuknya
karena pelanggaran norma sosial yang sudah melewati batas. Bahkan dapat dikatakan juga
norma sosial lebih efektif dibandingkan norma hukum. Seharusnya penerapan dan
pelaksanaan norma sosial dan norma hukum harus seimbang. Di mana setiap norma-norma
tersebut mempunyai tempatnya masing-masing dan saling berhubungan satu sama lain.

Intinya norma sosial maupun norma hukum tetap sama pentingnya, terutama sebagai
alat kontrol masyarakat. Memang hukum yang ada, tidak bertentangan dengan norma sosial
yang berlaku, tetapi dalam hal ini hukum dapat difungsikan sebagai pelengkap dari norma
sosial, yang pada akhirnya norma hukum tersebut secara perlahan akan diakui oleh
masyarakat sehingga dengan sendirinya akan menjadi norma sosial. Fungsi dan peran
pemerintah juga sangat penting dalam pembinaan masyarakat, sehingga masyarakat bisa
tertib hukum dan tertib sosial.

2. 5. Penyimpangan Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan adalah segala peraturan yang bersumber dari bisikan hati nurani
manusia dan umumnya ditaati serta diakui oleh masyarakat banyak. Norma kesusilaan erat
kaitannya dengan hati nurani. Pada umumnya manusia pasti bisa mendengar bisikan hati
nurani yang berasal dari dalam dirinya, hanya saja kesadaran diri untuk mau atau tidak
mendengar bisikan hati nurani yang disertai dengan akal sehat inilah yang menentukan
perbedaan sikap norma kesusilaan pada tiap individu. Norma susila dapat kita bagi menjadi
dua bagian yaitu berawal dari lisan dan kemudian menuju ke perilaku.

Secara lisan norma asusila dapat dikaiteratkan dengan perintah yang menuju kepada
kebaikan. Norma susila dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dalam pergaulan
bermasyarakat karena selain berisikan tentang perintah kebaikan, norma susila juga berisi
tentang larangan-larangan yang menjadikan seseorang dapat menentukan sikap dalam
hidupnya. Berawal dari lisan, norma susila akan diterapkan dalam kehidupan nyata. Realisasi
lisan norma kesusilaan ini dapat menjadi acuan penting untuk benar-benar menerapkan
norma susila yang sesuai. Norma susila haruslah ditanamkan pada diri sedini mungkin agar
menjadi dasar yang kuat dalam prinsip hidup, contohnya saja prinsip tidak melakukan
hubungan sex diluar nikah. Pada kenyataannya tidak banyak orang yang menerapkan hal
tersebut sebagai prinsip dasar dalam kehidupannya, tidak hanya pada orang yang sudah
berumur cukup akan tetapi pelajar bangku sekolah pun sudah ada yang melanggar norma
kesusilaan tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mendorong seseorang khususnya pelajar
melakukan tindakan asusila tersebut diantaranya kurangnya pengarahan dan pngawasan dari
orang tua, pemahaman agama yang kurang, lingkungan yang salah, pergaulan yang terlalu
bebas, dan rasa ingin tahu. Orang –orang yang dekat dengan obat-obatan terlarang seperti
narkoba dan minuman keras, cenderung memiliki pergaulan yang sangat bebas sehingga
mereka lebih rentan melakukan hubungan sex diluar nikah. Membicarakan permasalahan
hukum, ada hukuman bagi pelanggar norma kesusilaan akan tetapi sanksi yang paling
terpenting adalah hidupnya tidak akan pernah merasa tenang karena adanya rasa ketakutan
dan bersalah yang sangat luar biasa. Stigma masyarakat juga menjadi hukuman berat bagi
pelaku pelanggar asusila.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangatlah dibutuhkan


sebagai pengontrol akan tetapi yang paling terpenting adalah sikap diri sendiri dalam
menyikapi norma kesusilaan. Dilain sisi norma susila juga merupakan aspek penting dalam
peningkatan moral masyarakat. Dengan moral yang baik tentunya akan menciptakan tatanan
masyarakat yang taat akan hukum, sehingga terciptalah kesejahteraan dan keselarasan hidup.
Pencegahan hubungan sex diluar nikah ini masih menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat
luas. Inilah tanggung jawab kita sebagai pembangun moral bangsa.

BAB III
KESIMPULAN

Norma sosial dan Norma hukum merupakan satu kesatuan untuk mendorong
masyarakat tidak melakukan hal yang tidak boleh dilakukan, contohnya saja dalam masalah
free sex. Dengan adanya norma sosial, masyarakat diharapkan lebih dapat mengontrol diri
karena kita hidup dalam bermasyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain sehingga
butuh rasa saling menghormati, menghargai, dan tenggang rasa. Selain norma sosial sebagai
pengontrol kehidupan bermasyarakat, norma hukum juga diperlukan untuk ketegasan dalam
penegakkan nilai-nilai kebaikan. Norma hukum merupakan paksaan secara tidak langsung
kepada masyarakat yang dimana masyarakat seharusnya wajib mentaatinya. Dengan adanya
norma hukum dan norma sosial, masyarakat diharapkan dapat dengan bijaksana memikirkan
perilaku-perilaku mana saja yang pantas dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum dan
norma sosial memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagai pengontrol
kehidupan bermasyarakat, akan tetapi pengontrol yang paling penting berasal dari diri
sendiri. Kesadaran diri sendiri sangatlah dibutuhkan untuk membuat norma-norma yang
berlaku di masyarakat berjalan. Sehingga tidak ada pelanggaran norma-norma termasuk
norma kesusilaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa
rahmatnya penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Malik selaku pembimbing Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, yang sekiranya telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini. Rasa terimakasih juga penulis ucapkan kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulisan makalah, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu. Makalah ini penulis tulis sebagai tugas untuk mata kuliah MPKT. Penulis mengambil
tema “Norma Sosial dan Norma Hukum”, materi diambil dari kuliah-kuliah dan juga
sumber referensi yang penulis dapatkan.

Seperti peribahasa “Tiada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini juga sangat
jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8543/

http://bagjana.wordpress.com/2007/02/08/norma-sosial-vs-norma-hukum/
http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial

http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_hukum

http://blog.unila.ac.id/young/sosiologi-hukum

http://ibrahim-basarewan-artikel.blogspot.com/

Abdulsyani, “ Sosiologi : skematika, teori, dan terapan “ ; Jakarta : Bumi Aksara, 2002.

Syani, Abdul. 1987 : Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial; Jakarta; Fajar Agung.

Shadily, Hasan. 1983 : Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia; Jakarta; Bina Aksara.

Suprapto, Suharyanto, dkk., “Pengertian dan Macam-macam Norma Serta Sanksinya” ;


Kewarganegaraan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004).

You might also like