You are on page 1of 22

LINGKUNGAN RW O5

(Perumahan Taman Permata Asri dan Sarimadu Permai)

DESA SITIREJO KECAMATAN WAGIR


KABUPATEN MALANG
2006
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Dalam mendukung kebangkitan Islam, Masjid perlu diposisikan sebagaimana fungsi


dan perannya di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Masjid dapat menjadi sentra aktivitas umat dalam memanfaatkan seluruh potensi dan
sumber daya yang dimiliki untuk menuju dunia Islam yang lebih baik. Namun cukup
disayangkan, kebanyakan Masjid kita masih belum dikelola secara baik dengan sistem
pengelolaan yang efektif dan efisien menuju pengamalan Islam secara kaffah. Karena itu,
diperlukan adanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu umat dalam
memakmurkan Masjid, khususnya alternatif-alternatif yang bersifat teknis-implementatif.

Alhamdulillah Masjid Miftahul Jannah telah menyusun Panduan Idaroh Masjid.


Meskipun masih jauh dari sempurna Panduan Idaroh Masjid ini diharapkan dapat menjadi
salah satu acuan khususnya bagi pengurus dan jama’ah dalam pengelolaan Masjid Miftahul
Jannah. Hal yang lebih penting adalah adanya uswah yang istiqomah khususnya dari para
pengurus ta’mir dalam upaya untuk memakmurkan masjid serta memposisikan masjid
sebagaimana fungsi dan perannya di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya.

Mudah-mudahan Alloh SWT. senantiasa memberikan kekuatan, bimbingan dan


petunjuk-Nya kepada kita semua Aamiin.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Pengurus Ta’mir
Masjid Miftahul Jannah
Ketua Umum,

Sugiyanto
1. PENDAHULUAN

Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah
Allah SWT. Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini; kecuali di atas kuburan, di tempat yang bernajis,
dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk di jadikan tempat
shalat.

Di masa Nabi Muhammad SAW. ataupun di masa sesudahnya, masjid menjadi pusat kegiatan
kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun mencakup Ideologi, politik, ekonomi, sosial,
peradilan dan kemiliteran dibahas di lembaga masjid. Masjid berfungsi pula sebagai pusat
pengembangan kebudayaan Islam, sebagai ajang halaqah atau diskusi, tempat mengaji dan
mengkaji serta memperdalam ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum.

Dewasa ini umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan masjid. Masjid-masjid
baru bermunculan di berbagai tempat disamping renovasi atas masjid-masjid lama. Semangat
mengupayakan pembangunan masjid tersebut layak dibanggakan. Hampir di seluruh penjuru negeri
tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid. Ada yang berukuran kecil tapi mungil,
ada yang besar dan megah. Namun tidak sedikit pula masjid yang terkatung-katung
pembangunannya dan tak kunjung rampung, terutama di daerah-daerah yang solidaritas jamaahnya
belum kuat.

Idealnya setelah masjid berdiri, masjidlah yang membangun umat. Jadi terdapat hubungan
timbal balik yang saling memaknai antara keduanya. Pada mulanya , “Umat membangun Masjid”
selanjutnya “Masjid membangun Umat”. Pada masa Rasulullah SAW. Masjid merupakan sarana
untuk memelihara dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT., selain itu masjid berperan sebagai
pusat pembinaan umat. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur atau tidaknya
masjid sangat bergantung pada mereka. Demikian pula keadaan umat Islam dapat diukur dari
kehidupan dan kemakmuran masjid. Masjid yang makmur menunjukkan kemajuan umat Islam
disekitarnya, sedangkan masjid yang terlantar dan kurang terawat mengisyaratkan tipisnya iman dan
kurangnya rasa tanggung jawab umat di sekitarnya.

Dalam kondisi masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika masjid
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya masjid tidak hanya
berperan sebagai tempat ibadah shalat saja, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah /
umat Islam. Sebab masjid merupakan integritas dan identitas umat Islam yang mencerminkan tata
nilai keislamannya. Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitikberatkan pada pola
aktivitas yang bersifat akhirat saja, tetapi memperpadukan antara aktivitas ukhrawi dan aktivitas
duniawi. Pada zaman Rasulullah SAW. Masjid berperan sebagai pusat Ibadah dan sebagai pusta
pembinaan umat (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer).

Dinamika sebuah masjid amat sangat ditentukan oleh faktor objektif umat Islam di sekitarnya.
Umat yang dinamis akan menjadikan masjidnya dinamis. Berbagai aktivitas dan kreativitas tentu
akan berlangsung di masjid. Masjid seperti ini akan memiliki daya tarik jamaahnya, membuat
mereka tergerak dan terus berupaya meramaikan dan memakmurkan masjid.

2. FUNGSI MASJID

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT. tempat shalat dan tempat
beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan untuk mengunjungi
masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Fungsi masjid yang lain diantaranya adalah :
1. Masjid sebagai tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepad Allah
SWT.
2. Masjid sebagai tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri. menggembleng
bathin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman keagamaan sehingga
dapat memelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.
3. Masjid sebagai tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-
persoalan yang timbul dalam masyarakat.
4. Masjid sebagai tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan ,
meminta bantuan dan pertolongan.
5. Masjid sebagai tempat pembinaan keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan dalam
mewujudkan kesejahteraan bersama.
6. Masjid sebagai majelis ta’lim yang berperan dalam peningkatan kecerdasan dan
pengembangan wawasan ilmu pengetahuan kaum muslimin.
7. Masjid sebagai tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat.
8. Masjid sebagai tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya sesuai
dengan syariah.
9. Masjid sebagai tempat pelaksanaan, pengaturan dan supervisi kehidupan sosial
masyarakat madani.
3. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS MASJID

Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan. Tugas dan tanggung jawabnya
cukup berat. Sebagai orang yang dipilih dan dipercaya oleh jamaah, dia diharapkan dapat
menunaikan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab. Tidak berlebihan jika pengurus masjid
baiknya pribadi yang memiliki jiwa pengabdian dan ikhlas. Yang menjadi tugas dan tanggung
jawab pengurus masjid antara lain :

1.Memelihara Masjid
Masjid sebagai tempat ibadah menghadap Allah SWT. perlu dipelihara dengan baik.
Bangunan dan ruangannya serta sarana dan prasarana yang tersedia perlu dirawat agar tidak
kotor dan rusak. Pengurus masjid membersihkan bagian yang kotor dan memperbaiki yang
rusak serta merawat sarana dan prasarana yang ada agar dapat dipergunakan selama mungkin.

2.Mengatur Kegiatan
Segala kegiatan yang dilaksanakan di masjid menjadi tugas dan tanggung jawab
pengurus untuk mengaturnya. Pengurus harus terlebih dahulu menyusun program atau
rencana kegiatan sebelum pada tahap pelaksanaannya. Program yang disusun mungkin saja
hanya untuk memenuhi kepentingan jangka pendek, jangka menengah, bahkan sampai ke
jangka panjang. Dengan adanya perencanaan seperti ini kegiatan masjid lebih dapat berjalan
dengan teratur dan terarah.

3.Memakmurkan Masjid

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah ialah orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta tidak takut kecuali
kepada Allah. Merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan yang mendapat
petunjuk”.(QS : At – Taubah : 18 )

Dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada, pengurus selalu berupaya untuk
mengkoordinir upaya-upaya memakmurkan masjid dengan mengamalkan risalah masjid dan
dakwah islamiyah yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits. Pengurus selalu berupaya
untuk menjaga dan menciptakan kondisi masjid agar memiliki daya tarik karena ibadahnya,
kebersihan dan keindahannya, ilmunya, amanahnya, ulamanya, serta keamanan dan
ketertibannya.
4. PENGELOLAAN MASJID

Salah satu kelemahan umat Islam yang paling menonjol dalam pembinaan masjid (terutama
di pedesaan) adalah pengelolaan. Pada umumnya pengurusan masjid di desa-desa praktis berpusat
di satu tangan ulama setempat. Tipisnya kesadaran berorganisasi dan ketiadaan pengetahuan dan
pengalaman dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan organisasi merupakan suatu fakta. Fakta
lainnya adalah rendahnya ukhuwah islamiyah atau kesetiakawanan disemua bidang.

Jika kaum muslimin tidak ingin ketinggalan zaman, keadaan seperti ini perlu segera dibenahi.
khususnya jika ingin menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan dan kebudayaan
islamiyah, termasuk kegiatan untuk mencerdaskan umat, masjid sebagai wasilah yang dapat
mengantarkan umat kepada terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridloi Allah SWT.
Perbaikan pertama-tama adalah dengan dibentuknya suatu organisasi masjid dengan menetapkan
spesialisasi peran.

Dalam menjalankan roda organisasi dan administrasi masjid diperlukan adanya kejelasan
tugas dan tanggung jawab pengurus masjid, rencana kerja masjid dan pembagian tugas diantara
anggota pengurus masjid.

Mengacu pada sabda Rasulullah SWT. “ Apabila suatu urusan tidak ditangani oleh ahlinya,
maka tunggulah kehancurannya”. Na’udzubillaahi Min Dzalik. Untuk itu dalam upaya untuk
mengaktualisasikan dan merealisasikan peran dan fungsi masjid secara optimal, diperlukan adanya
pengelolaan masjid secara profesional dan proporsional. Pengelolaan masjid pada zaman sekarang
ini memerlukan ilmu dan keterampilan manajemen. Pengurus masjid harus menyesuaikan diri
dengan riak perkembangan zaman. Metode/pendekatan, perencanaan, strategi dan model evaluasi
yang dipergunakan dalam manajemen modern merupakan alat bantu yang juga diperlukan dalam
pengelolaan masjid masa kini. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan model manajemen
masjid modern yang dilandasi oleh perencanaan dan pengaturan yang serius, ikhtiar pengkajian
yang bermutu, dan penggalian nilai-nilai ajaran Islam secara langsung dari dua sumber nash : Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Idarah masjid disebut juga manajemen masjid pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua
bidang, yaitu Idarah Binnail Maadiy (Physical Management) dan Idarah Binnail Ruhiy (Functional
Management).

Idarah Binnail Maadiy (Physical Management) adalah management secara fisik diantaranya
meliputi kepengurusan masjid; pengaturan pembangunan fisik masjid; penjagaan kehormatan,
kebersihan, ketertiban, dan keindahan masjid (termasuk taman di lingkungan masjid), pengaturan
keuangan dan administrasi masjid; pemeliharaan agar masjid tetap suci, terpandang, menarik, dan
bermanfaat bagi kehidupan umat.

Idarah Binnail Ruhiy (Functional Management) adalah tentang pelaksanaan fungsi masjid
sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat dan kebudayaan Islam seperti
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Idarah Binnail Ruhiy meliputi pengentasan dan pendidikan
aqidah Islamiyah, pembinaan akhlaqul karimah, penjelasan ajaran Islam secara teratur menyangkut:
a. Pembinaan ukhuwah islamiyah dan persatuan umat.
b. Melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan Islam.
c. Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat.
Pelaksanaan Idarah (manajemen) masjid mensyaratkan pemikiran yang baik dan perencanaan
yang matang. Hal ini diperlukan selain sebagai upaya untuk merealisasikan peran dan fungsi masjid
sebagaimana mestinya juga untuk mengantisipasi abad kebangkitan Islam dengan upaya nyata
sekaligus untuk membina pribadi-pribadi umat muslim berfikir praktis dan bekerja dengan sistem
yang teratur dan terencana.
5. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi
MASJID MIFTAHUL JANNAH

PENASIHA PELINDUN
AHMAD TLANI G 05
KETUA RW

KETUA
UMUM
SUGIYANTO

KETUA I SEKRETARI PEMBANTU UMUM BENDAHAR KETUA II


S / A
SUPRAPTO AGUNG RINO ADAM
HUMAS
DRAJAT

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PERIBADATAN PENDIDIKAN PHBI &IBSOS REMAJA PEMBANGUNAN PEMELIHARAAN KEAMANAN PERLENGKAPAN &
MAS & KEBERSIHAN SARANA
JID PRASARANA
FATONI KOHAR KUN AGUS MAULA SUMARGO MISNAN PRAYITNO S. G. KURNIAWAN
NA
6. SUSUNAN PENGURUS MASJID MIFTAHUL JANNAH
PERIODE TAHUN 2006 - 2011

1. PELINDUNG : KETUA RW 05

2. PENASIHAT : 1. Bp. H. BURHANUDDIN


2. Bp. IMAM SOEPARNO
3. Bp. H. PANDI
4. Bp. AHMAD LANI
5. Bp. KHAMID

3. KETUA UMUM : Bp. SUGIYANTO

4. KETUA I : Bp. SUPRAPTO

5. KETUA II : Bp. ADAM SUJANA RAMDHAN

6. SEKRETARIS : 1. Bp. AGUNG WICAKSONO


2. Bp. EKO AGUS SUSILO

7. BENDAHARA : 1. Bp. RINO


2. Bp. BUDI SANTOSO

8. HUMAS / PEMBANTU UMUM : Bp. DRAJAT

9. SEKSI PERIBADATAN : 1. Bp. FATONI


2. Bp. SUYANTO

10. SEKSI PENDIDIKAN : Bp. A. A. KOHAR RAHARDJO

11. SEKSI PHBI & IBSOS : 1. Bp. KUN AGUS WIDAYAT


2. Bp. H. M. FAESOL EFENDI

12. SEKSI REMAJA MASJID : 1. MAULANA SUBHAN N


2. BENI

13. SEKSI PEMBANGUNAN : 1. Bp. SUMARGO (KOORDINATOR)


2. Bp. RACHMAT H.
3. Bp. MULYONO

14. SEKSI PEMELIHARAAN DAN


KEBERSIHAN : 1. Bp. KATENI (KOORDINATOR)
2. Bp. MISNAN

15. SEKSI PERLENGKAPAN DAN


SARANA & PRASARANA : 1. Bp. HARI SANTOSO (KOORDINATOR)
2. Bp. UDIK SUWANDOKO
3. Bp. SUPENI GEMA KURNIAWAN

16. SEKSI KEAMANAN : 1. Bp. GATOT (KOORDINATOR)


2. Bp. KASDI
3. Bp. PRAYITNO
7. PEMBAGIAN TUGAS PENGURUS MASJID

I. KETUA UMUM

1. Memimpin dan mengendalikan kegiatan seluruh anggota pengurus lainnya dalam


melaksanakan tugasnya, sehingga mereka tetap berada pada kedudukan atau fungsinya
masing-masing.
2. Mengkoordinir dan memotivasi seluruh anggota pengurus lainnya dalam menciptakan
program-program untuk memakmurkan masjid.
3. Mewakili organisasi ke luar dan ke dalam.
4. Menandatangani surat-surat penting, termasuk surat atau nota pengeluaran uang / dana /
harta kekayaan organisasi
5. Mengatasi segala permasalahan atas pelaksanaan tugas yang dijalankan para pengurus.
6. Mengevaluasi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus.
7. Menyelenggarakan rapat pengurus secara reguler maupun insidental.
8. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan seluruh tugas organisasi kepada
jamaah.

II. KETUA I

1. Mengkoordinir dan memotivasi seksi-seksi untuk menyusun dan mengusulkan rencana


program pemakmuran masjid di bidang peribadatan kepada rapat pengurus.
2. Melaksanakan program-prgram di bidang peribadatan yang telah ditetapkan oleh rapat
pengurus.
3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum.
4. Mewakili Ketua Umum apabila yang bersangkutan tidak hadir atan tidak ada di tempat.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum.

III. KETUA II

1. Mengkoordinir dan memotivasi seksi-seksi untuk menyusun dan mengusulkan rencana


program pemakmuran masjid di bidang fisik/bangunan masjid kepada rapat pengurus.

2. Melaksanakan program-prgram di bidang fisik/bangunan masjid yang telah ditetapkan


oleh rapat pengurus.
3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum.
4. Mewakili Ketua Umum apabila yang bersangkutan tidak hadir atau tidak ada di tempat.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum.
IV. SEKRETARIS

1. Memimpin kegiatan sekretariat.


2. Memberikan pelayanan teknis dan administratif
3. Mengerjakan seluruh pekerjaan sekretariat, diantaranya :
- membuat surat-menyurat dan pengarsipannya.
- membuat daftar jamaah/ustadz/mubaligh/majelis ta’lim dll.
- membuat dan mendistribusikan undangan.
- membuat daftar hadir rapat/pertemuan.
- mencatat dan menyusun notulen rapat/pertemuan.
- membuat laporan organisasi (bulanan/triwulan/tahunan) termasuk musyawarah
pengurus dan musyawarah masjid (musyawarah jamaah).
4. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
5. Mewakili Ketua Umum, Ketua I dan Ketua II apabila yang bersangkutan tidak hadir atau
tidak ada di tempat.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum.

V. BENDAHARA

1. Memegang dan memelihara harta kekayaan organisasi baik berupa uang, barang-barang
Inventaris maupun tagihan.
2. Merencanakan dan mengusahakan masuknya dana masjid serta mengendalikan
pelaksanaan Rencana Anggaran Belanja Masjid sesuai dengan ketentuan.
3. Menerima, menyimpan dan membukukan keuangan, barang, tagihan, dan surat-surat
berharga.
4. Mengeluarkan uang sesuai dengan kebutuhan atau keperluan berdasarkan persetujuan
Ketua Umum.
5. Menyimpan surat bukti penerimaan dan pengeluaran uang.
6. Membuat laporan keuangan rutin atau pembangunan (bulanan, triwulan, tahunan) atau
laporan khusus.
7. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum.
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum.

VI. PEMBANTU UMUM / HUMAS

1. Membantu secara umum kelancaran kegiatan pengurus masjid.


2. Mengajak warga masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya memakmurkan masjid.
3. Mensosialisasikan rencana kegiatan dan atau kegiatan di masjid.
4. Sebagai penghubung organisasi masjid dengan jama’ah / masyarakat sekitar.
VII. SEKSI PERIBADATAN

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan shalat fardu, shalat jum’at dan
kegiatan ramadlan, shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang meliputi :
a. Menyusun jadwal Muadzin, Bilal, Imam, Khatib, dan penceramah.
b. Mengumumkan petugas khatib, muadzin, bilal dan penceramah.
c. Mengumumkan kegiatan peribadatan lainnya.
2. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan majelis ta’lim dan pengajian.
3. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan tadarus, tartil dan hataman
Al-Qur’an.
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua I.
5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua I.

VIII. SEKSI PENDIDIKAN

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pendidikan formal dan atau


nonformal misalnya :
- Mendirikan sekolah atau madrasah.
- Kegiatan Belajar Mengajar baca/tulis Al-Quran untuk anak-anak, remaja, dewasa
maupun orang tua.
- Kajian dan pemahaman Al-Qur’an dan Hadits.
2. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kursus-kursus yang dapat meningkatkan
kualitas umat muslim, misalnya :
- Kursus bahasa Arab.
- Kursus bahasa Inggris.
- Kursus mubaligh.
- Pesantren Kilat Ramadhan.
- Pelatihan Remaja Masjid.
3. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan syiar melalui kebudayaan Islami misalnya
melalui Diba’, Seni Kaligrafi, Qasidah, Musabaqah Tilawatil Qur’an dll.
4. Menyusun dan melaksanakan kegiatan Islamic center yang meliputi pembentukan
lembaga pendidikan (TK/TPA), perpustakaan masjid dan lain-lain.
5. Melakukan kegiatan pembinaan Remaja Masjid.
6. Mengadakan seminar, kajian ilmiah dll. untuk mendalami Agama Islam baik bagi
pengurus maupun jamaah (masyarakat).
7. Menyusun usulan rencana kegiatan pendidikan.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua I.
9. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua I.
IX. SEKSI PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) DAN IBSOS (Ibadah Sosial)

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan PHBI, diantaranya adalah :


Idul Fitri, Idul Adha, Nuzulul Qur’an, Isra Mi’raj, Maulid, Tahun Baru Hijriyah, dll.
2. Menyusun rencana pembicara / penceramah dalam acara PHBI.
3. Mengusulkan kerja sama dengan lembaga Islam yang lain dalam acara PHBI.
4. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan Ibadah Sosial, diantaranya :
- Santunan kepada yatim piatu, janda, panti jompo, dan orang terlantar.
- Khitanan massal.
- Acara Pernikahan.
- Kematian dan cara pengurusan jenazah.
- Qurban dan Aqiqah.
- Pendistribusian zakat maal, zakat fitrah, infaq dan shadaqah.
- Menengok jamaah yang sakit.
5. Melakukan koordinasi dengan pengurus RT/RW, Pemuka Agama, dan Tokoh Masyarakat
dalam pelaksanaan tugasnya.
6. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua I.
7. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua I.

X. SEKSI REMAJA MASJID

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan bimbingan,


pembinaan, dan pengarahan yang positif bagi generasi muda yang bertujuan untuk
meningkatkan kegairahan beragama serta meningkatkan kesadaran dan pengalaman
agama di kalangan generasi muda, misalnya :
- Mengikutsertakan dalam pelatihan, kursus, seminar dan kompetisi Islami.
- Studi banding melalui safari dari masjid ke masjid.
- Kunjungan dan pemberian santunan kepada panti jompo, panti asuhan, penjara dll.
2. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan yang menjadikan generasi muda
tidak hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek da’wah, misalnya :
- Pelatihan atau kursus da’i
- Kegiatan Tutorial untuk anak-anak TPA/TK
- Pesantren Kilat Ramadhan
- Bimbingan Belajar ilmu keagamaan maupun ilmu umum

3. Bekerja sama dengan seksi terkait dalam pelaksanaan tugasnya.

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua I.
5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua I.
XI. SEKSI PEMBANGUNAN

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan


Masjid yang meliputi :
- Membuat program pembangunan masjid atau renovasi masjid.
- Membuat rencana anggaran belanja pembangunan atau renovasi dan gambar bangunan
masjid.
- Membentuk kepanitian pembangunan atau renovasi masjid sesuai dengan petunjuk dan
arahan dari Ketua Umum melalui Ketua II.
- Melaksanakan kegiatan pembangunan atau renovasi sesuai dengan program.
2. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua II.
3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua II.

XII. SEKSI PEMELIHARAAN DAN KEBERSIHAN

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan kebersihan,


keindahan, dan kenyamanan di dalam maupun di luar masjid.
2. Memelihara dan menjaga kebersihan sarana dan prasarana masjid.
3. Menyusun rencana kebutuhan tenaga dan perlengkapan cleaning sercice.
4. Mendata kerusakan perlengkapan cleaning service dan sarana prasarana masjid serta
mengusulkan perbaikannya atau penggantinya.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua II.
6. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua II.

XIII. SEKSI PERLENGKAPAN DAN SARANA PRASARANA

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan yang meliputi :


- Menginventarisasi harta kekayaan masjid.
- Menyiapkan pengadaan peralatan/perlengkapan dan sarana prasarana untuk kelancaran
kegiatan masjid.
- Mendata barang-barang/perlengkapan atau sarana prasarana yang rusak atau hilang dan
menyusun rencana perbaikan, penggantian dan pengadaan.
- Mengatur dan melengkapi sarana prasarana perpustakaan masjid, TPA, pengurusan
jenazah dll.
2. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua II.
3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tuganya kepada Ketua Umum
melalui Ketua II.
XIV. SEKSI KEAMANAN

1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan keamanan masjid yang meliputi :


- Menyusun rencana kebutuhan tenaga dan perlengkapan keamanan.
- Melaksanakan tugas pengamanan di dalam, di luar dan lingkungan masjid.
- Menata dan mengatur tempat penitipan sandal/sepatu.
- Menata dan mengatur tempat parkir kendaraan.
2. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua II.
3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua II.

8. PRAKONDISI SPIRITUAL, PERSONAL DAN SOSIAL PENGURUS MASJID

Pengurus masjid adalah mereka yang menerima amanah jama’ah untuk memimpin dan
mengelola masjid dalam upaya untuk memakmurkan masjid. Menjadi pengurus masjid bukanlah
pekerjaan yang ringan, tugas dan tanggungjawabnya cukup berat. Sebagai orang yang dipilih dan
dipercaya oleh jamaah, dia diharapkan dapat menunaikan tugasnya dengan baik dan
bertanggungjawab. Pengurus dituntut untuk memiliki akhlak yang baik dan mulia, memiliki
wawasan Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan Umum yang memadai, memiliki kemampuan
kepemimpinan dan managerial, amanah dan dapat mengakomodasi aspirasi jamaah serta rajin
menjalin silaturahmi dan terus berupaya meningkatkan ukhuwah islamiyah.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban amanah untuk memimpin dan mengelola
masjid, diperlukan adanya kesiapan secara spiritual, personal maupun sosial dari pengurus masjid
yang dimanifestasikan dalam kriteria pengurus masjid. Kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh
pengurus masjid yang meliputi :
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
Dalam hal ini setiap pribadi pengurus diharapkan mempunyai niat dan upaya nyata
untuk selalu meningkatkan derajat ketaqwaannya kepada Allah SWT., dengan cara selalu
berupaya untuk melaksanakan perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-Nya.
b. Berakhlak baik dan mulia (Akhlaqul Kharimah)
Sebagai panutan orang banyak , setiap pengurus masjid harus memiliki akhlak
yang baik dan mulia karena akhlak inilah yang akan menumbuhkan penghargaan dan
kepercayaan dari jamaah. Pencitraan sebuah masjid sangat tergantung kepada akhlaq
pengurusnya. Akhlak Rasulullah Muhammad SAW. sebagai Uswatun Hasanah harus
dijadikan acuan yang harus diteladani oleh setiap pengurus dalam kehidupan sehari-
harinya. Diantara akhlak Rasulullah Muhammad SAW. tersebut adalah :
1. Suka memaafkan, mengajak kebaikan dan tidak melayani sikap buruk dari orang yang
bodoh atau tidak mengerti.
“Berilah maaf dan perintahkan kebaikan serta biarkanlah orang-orang yang bodoh “.
(QS : Al-A’raf 199)
2. Berbuat adil, berbuat baik, memberi bantuan serta melarang kekejian, kemunkaran dan
kedurhakaan.
“Sesungguhnya Allah memerintahkan supaya berlaku adil, berbuat baik dan memberi
(bantuan) kepada kerabatdan melarang kekejian, kemunkaran serta kedurhakaan”.
(QS : An-Nahl 90).
3. Selalu bersikap sabar.
“Dan bersabarlah terhadap apa-apa yang menimpa dirimu, sebab yang demikian itu
termasuk perintah yang sungguh-sungguh”.(QS : Luqman 17).
4. Memberi maaf dan kelonggaran kepada orang yang bersalah.
“maka maafkanlah mereka sertaberikanlah kelonggaran (orang-orang yang bersalah
sehingga menepati janjinya atau surut dari kejahatannya). Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat baik”. (QS: Al-Maidah 13).
5. Menolak kejahatan dengan cara yang sebaik-baiknya.
“Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang
bermusuhan antara engkau dan dia akan menjadi kawan yang setia”(QS : Sajdah 34).
6. Menahan kemarahan dan memaafkan orang lain.
“(Orang-orang yang bertaqwa) adalah orang-orang yang menahan kemarahan, juga
selalu memaafkan orang lain. (QS :Ali-Imran 134).
7. Tidak su’udzon, jangan menyelidiki keburukan orang dan jangan mengumpat.
“Jauhilah olehmu sebagian banyak dari persangkaan, sebab sebagian persangkaan
itu adalah dosa, jangan pula menyelidiki keburukan orang lain dan jangan pula
sebagian dari kamu semua itu mengumpat sebagian nya lagi”. (QS : AL-Hujurat 12).
Sebenarnya masih banyak sekali akhlakul kharimah Rasulullah SAW. yang
tercantum dalam Al-Quran yang harus dicontoh, diantaranya adalah :
Bergaul dan memperlakukan orang lain dengan baik, bersikap lunak, memberikan
bantuan untuk kebajikan, meratakan salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan
jenazah, bagus dalam bertetangga, baik terhadap tetangga yang muslim atau kafir,
menghormati orang tua, suka mendatangi undangan, mendo’akan untuk keselamatan,
memberikan ampunan, mendamaikan orang yang berselisih, dermawan, mulia hati, suka
memberi kelonggaran dalam segala hal, menahan kemarahan dll.
Menjauhi semua yang diharamkan (misalnya berjudi dan minum khamar), tidak
suka mengumpat keburukan orang lain, tidak berdusta, tidak kikir atau bakhil, tidak keras
kepala, tidak menipu, tidak mengadu domba, tidak berbuat buruk diantara orang yang
bertengkar, tidak memutuskan hubungan kekeluargaan dll.
Menghindari budi pekerti yang jahat seperti sombong atau takabbur, bermegah diri
tinggi hati, banyak bicara, suka ngobrol yang bukan-bukan, berkata-kata kotor, berbuat
tidak sopan, dengki, iri hati, mengkal hati, menyangka buruk orang lain, curang,
melawan padahal ia yang salah, menganiaya, dll.
c. Berwawasan Ilmu Agama dan Ilmu Umum yang memadai.
Dalam hal ini setiap pribadi pengurus harus selalu berupaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang Ilmu Agama maupun Ilmu Umum, untuk
meningkatkan kualitas pengamalan ilmunya tersebut.
Mencari Ilmu pengetahuan adalah wajib bagi setiap muslim. Belajar yang
dilandasi karena Allah merupakan tanda ketaqwaan kepada-Nya, mencarinya merupakan
ibadat, menelaahnya sebagai bertasbih (memahasucikan Allah), menyelidikinya adalah
sebagai jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya sebagai
sedekah, dan menyampaikan kepada ahlinya adalah kebaktian.
Ilmu pengetahuan adalah pemimpin segala amalan dan amalan itu hanyalah
sebagai pengikutnya belaka. Allah meninggikan derajat seseorang karena Ilmu
pengetahuan yang mereka miliki. “Keutamaan seorang ‘Alim di atas seorang ‘Abid
sebagaimana keutamaanku di atas serendah-rendah orang dari golongan sahabat-
sahabatku”. (HR. Tirmidzi).
Dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Ilmu
Agama maupun Ilmu Umum, diperlukan adanya sikap dan pemahaman sebagai berikut :
- Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
- Sumber ilmu yang paling haq adalah Al-Qur’an dan Hadits.
- Tidak merasa dirinya yang paling benar dan paling pintar.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun satu ayat.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun itu pahit.

- Lapang dada untuk menerima suatu pendapat (ilmu) yang benar tanpa memandang
siapa yang berbicara. Seperti kata pepatah “Jangan melihat siapa yang berbicara,
tetapi perhatikanlah apa yang dia bicarakan”.
- Dalam menyampaikan pendapat dibutuhkan keiikhlasan, ketenangan, kesabaran,
bilhikmati (secara bijaksana), dan bilmauidzatil hasanah (dengan memberikan
pengertian yang baik).
- Terbuka terhadap masukan, saran dan kritik.
d. Mempunyai kemampuan memimpin dan managerial
Dalam upaya untuk memakmurkan masjid sangat diperlukan adanya kerjasama
yang sinergis diantara sesama pengurus masjid. Untuk merealisasikan program-program
yang telah direncanakan pengurus tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi dan
kerja sama merupakan sifat utama dalam praktek berorganisasi. Dalam bekerja sama
inilah diperukan adanya kekompakan baik dalam pelaksanaan berbagai program atau
kegiatan masjid maupun dalam upaya memecahkan berbagai kendala dan hambatan yang
timbul.
Kekompakan pengurus masjid sangat berpengaruh terhadap kehidupan masjid.
Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan baik dan sukses apabila dilaksanakan oleh
pengurus yang kompak bekerja sama. Berbagai kendala dan hambatan yang dijumpai
dalam pelaksanaan kegiatan akan mudah diatasi oleh pengurus yang kompak.
Kekompakan pengurus dapat dipupuk dan dipelihara melalui adanya sikap saling
pengertian, tolong menolong dan nasihat menasihati diantara pengurus.
Sikap saling pengertian dengan menyadari adanya perbedaan fungsi dan
kedudukan masing-masing, tidak saling mencampuri urusan dan wewenang, tidak saling
menghambat, dan dengan penuh pengertian dapat menerima koreksi terhadap
kekeliruannya.
Praktek tolong menolong dapat diterapkan baik dalam hubungan kerja di
organisasi dengan cara membantu atau menolong pengurus yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas atau kegiatannya ataupun dalam hubungan pribadi dan
keluarga.
Sesama pengurus masjid juga perlu saling menasihati apabila ada pengurus yang
berbuat kesalahan dan kekeliruan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatannya. Dalam
memberikan nasihat harus dilakukan dengan cara yang bijak dan santun tanpa ada rasa
saling menyalahkan, yang diberi nasihat harus dengan senang hati menerima teguran dan
saran-saran dari pengurus yang lain tanpa harus merasa tersinggung dan marah.
Hidupnya suasana saling pengertian, tolong menolong dan nasihat menasihati
diantara sesama pengurus dapat menimbulkan kekompakan pengurus masjid sehingga
memungkinkan segenap pelaksanaan tugas / kegiatan berjalan dengan baik, lancar dan
mencapai sasaran yang telah digariskan.
Forum musyawarah antara sesama pengurus maupun antara pengurus dengan
jamaah perlu senantiasa dilakukan untuk mengatasi problematika masjid. Melalui
musyawarah ini diharapkan berbagai pemikiran dan pandangan dapat dikemukakan
dalam rangka mencari alternatif pemecahan yang terbaik. Pemikiran dan pandangan
bersama akan lebih kuat dan mantap dalam memecahkan dan mengatasi suatu
problematika yang dihadapi.
Menerapkan keterbukaan dalam mengelola masjid (open management) baik
menyangkut program / rencana kegiatan maupun keuangan. Dengan pengelolaan secara
terbuka diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan jamaah terhadap pengurus dan
meningkatkan partisipasi jamaah dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam mengatasi
berbagai problematika masjid.
e. Amanah dan dapat mengakomodasi aspirasi dari jamaah.
Menjadi pengurus masjid adalah amanat. Pada hakekatnya merupakan amanat dari
Allah SWT. melalui kepercayaan dan amanat dari jamaah masjid. Pengurus dipilih dari
dan oleh jamaah. Kewajiban pengurus diantaranya adalah mengurus dan melayani
kebutuhan jamaah, berkomunikasi dan membina jamaah, serta memakmurkan masjid
bersama para jamaah. Kemakmuran masjid tidak hanya dapat diukur dari jumlah
jamaahnya saja, tetapi juga ditentukan dari semaraknya kegiatan di masjid.
Salah satu kegiatan masjid yang penting adalah pembinaan jamaah. Melalui
kegiatan pembinaan jamaah ini jamaah masjid diaktifkan dan ditingkatkan kualitas Iman,
Ilmu, dan Amal ibadah mereka; sehingga menjadi muslim yang kaaffah. Peningkatan
kualitas jamaah ini menyangkut pemahaman dan penghayatan agama di satu pihak dan
aspek pengamalan di pihak lain. Jadi didalamnya tercakup aspek Ilmu (pemahaman),
Iman (penghayatan), dan Amal (pengejawantahan) dalam perspektif agama. Dengan
kualitas jamaah yang bertambah baik dari waktu ke waktu, perbaikan kualitas dan
kemakmuran masjid pun meningkat.
Aspek yang perlu diperhatikan didalam proses pembinaan jamaah adalah adanya
kesadaran dan pemahaman dari pengurus masjid bahwa jamaahnya beraneka ragam..
Perbedaan merupakan kenyataan yang sangat potensial dan alami karena jamaah datang
dari latar belakang yang beragam baik pendidikan, pengalaman, status sosial, lingkungan
pergaulan, etnis/suku, maupun golongan/mazhab.
Adanya perbedaan merupakan rahmat dari Allah SWT. Untuk itu jika pengurus
hanya memihak pada satu golongan, jamaah dapat terjerumus kearah perpecahan.
Sasaran semula yang ingin menggalang solidaritas umat malah berubah menjadi friksi-
friksi. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif baik bagi jamaah, pengurus,lebih-lebih
bagi hakikat masjid sebagai baitullah. Pengurus masjid selayaknya memandang berbagai
perbedaan ini sebagai potensi dari jamaah. Jamaah harus benar-benar diperhitungkan
sebagai faktor penentu, didayagunakan seoptimal mungkin sehingga keberadaan mereka
langsung menyentuh kemajuan dan kemakmuran masjid. Potensi jamaah dapat disalur-
kan dan dikembangkan sebaik-baiknya menjadi kekuatan besar yang dapat diarahkan
untuk kepentingan intern masjid, ekstern masjid maupun kepentingan umat Islam.
f. Rajin menjalin silaturahmi dan terus berupaya meningkatkan ukhuwah islamiyah.
Pengurus dan jamaah masjid tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengurus
tidak akan ada kalau tidak ada jamaah; sebaliknya jamaah tidak akan terurus jika tidak
ada pengurus. Tanpa pengurus masjid tidak akan terurus, demikian pula tanpa jamaah
masjid akan kosong. Disinilah pentingnya hubungan antara pengurus dan jamaah masjid.
Hubungan ini tidak hanya dalam arti lahiriahnya semata, tetapi juga dalam arti ikatan
bathiniah. Saling pengertian dan ikatan yang erat antara kedua belah pihak akan
memperlancar dan mensukseskan kegiatan-kegiatan masjid.
Untuk meningkatkan hubungan silaturahmi antara pengurus dengan jamaah masjid
dapat dilakukan dengan saling terlibat didalam berbagai kegiatan masjid. Pengurus
dengan persuasif mengajak jamaah berbincang dari hati ke hati, menitipkan pesan halus
agar jamaah mengajak saudara-saudara muslim untuk shalat berjamaah di masjid.
Kegiatan lain yang dapat meningkatkan hubungan antara pengurus dengan jamaah
masjid misalnya; melalui pengajian rutin; pelaksanaan PHBI; kerja bhakti memperbaiki
dan membersihkan masjid; pertemuan dan diskusi tentang masalah keagamaan,
kemasjidan, dan kemasyarakatan; dan lain-lain.
Cara lain yang dapat ditempuh adalah melalui kegiatan silaturahmi dari rumah ke
rumah . Pengurus masjid dalam hal ini menjadi sponsornya. Kegiatan ini jelas akan
memperkokoh tali silaturahmi. Pengurus mengenal jamaahnya secara pribadi, begitu juga
sebaliknya. Jamaah mengenal jamaah lain dengan dekat. Antara pengurus pun tergalang
pemahaman yang intens. Hikmah dibalik kegiatan itu akan menumbuhkan sikap tolong
menolong dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Kalau sikap demikian sudah
tumbuh dalam jiwa pengurus dan jamaah masjid, fa Insya Allah akan menjadi modal
yang amat manjur untuk mewujudkan kemakmuran masjid dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.

9. EVALUASI DAN MONITORING

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengemban amanat dari Allah melalui kepercayaan
yang diberikan oleh jamaah untuk mengelola masjid, diperlukan adanya evaluasi dan
monitoring yang kontinyu dan konsisten. Evaluasi dan monitoring ini bertujuan untuk
mengukur sampai sejauh mana pencapaian rencana program / kegiatan masjid; selain itu
evaluasi dan monitoring juga dapat dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban kinerja
pengurus masjid kepada pemberi amanat.

Dalam idarah masjid yang perlu mendapat perhatian adalah masalah keuangan dan
surat-menyurat. Apabila pengelolaan keuangan masjid dapat dilaksanakan dengan baik, itu
pertanda pengurus masjid dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Setiap pengurus masjid
diharapkan mampu menyusun laporan keuangan. Sekurang-kurangnya mencatat dengan jelas
dari mana uang masuk dan penggunaan dana di unitnya masing-masing. Laporan dari
masing-masing unit dihimpun dan disusun oleh bendahara menjadi laporan gabungan.
Laporan gabungan ini selanjutnya disampaikan kepada jamaah, donatur dan pengurus secara
berkala.

Bentuk lain dari evaluasi dan monitoring yang dapat dilakukan adalah dengan
diselenggarakannya musyawarah diantara pengurus dan musyawarah antara pengurus dengan
jamaah masjid yanga meliputi :

a. Musyawarah Monitoring Kinerja Pengurus yang dilaksanakan setiap tiga bulan.


Bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program di setiap seksi.
b. Musyawarah Evaluasi Kinerja Pengurus yang dilaksanakan setiap satu tahun.
Bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pengurus inti yang terdiri dari Ketua Umum,
Ketua I, Ketua II, Sekretaris, Bendahara, dan Humas/Pembantu Umum.
c. Musyawarah Temporer yang dilaksanakan sewaktu-waktu untuk membahas hal-hal
yang mendesak dan perlu segera diselesaikan.
d. Musyawarah Khusus yang dilaksanakan untuk membahas pertanggungjawaban
personil pengurus yang melanggar kode etik idarah masjid.
10. KODE ETIK PENGURUS MASJID

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban amanah jamaah untuk memmimpin dan
mengelola masjid, diperlukan adanya rambu-rambu atau aturan-aturan yang dimanifestasikan dalam
kode etik pengurus masjid. Diantara kode etik tersebut adalah ;
1. Berniat dan berupaya nyata untuk selalu meningkatkan derajat ketaqwaannya kepa Allah SWT.
2. Berakhlak baik dan mulia (Akhlakul Kharimah)
Pemaaf, Adil, Sabar, Penolong, Jujur, dan Amar ma’ruf nahi munkar.
3. Amar ma’ruf nahi munkar.
Bergaul dan memperlakukan orang lain dengan baik, bersikap lunak, memberikan bantuan
untuk kebajikan, meratakan salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, bagus dalam
bertetangga, baik terhadap tetangga yang muslim atau kafir, menghormati orang tua, suka
mendatangi undangan, mendo’akan untuk keselamatan, memberikan ampunan, mendamaikan
orang yang berselisih, dermawan, mulia hati, suka memberi kelonggaran dalam segala hal,
menahan kemarahan dll.
Menjauhi semua yang diharamkan, tidak suka mengumpat keburukan orang lain tidak
berdusta, tidak kikir atau bakhil, tidak keras kepala, tidak menipu, tidak mengadu domba, tidak
berbuat buruk diantara orang yang bertengkar, tidak memutuskan hubungan kekeluargaan dll.
Menghindari budi pekerti yang jahat seperti sombong atau takabbur, bermegah diri tinggi
hati, banyak bicara, suka ngobrol yang bukan-bukan, berkata-kata kotor, berbuat tidak sopan,
dengki, iri hati, mengkal hati, menyangka buruk orang lain, curang, melawan padahal ia yang
salah, menganiaya, dll
4. Berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas wawasan ilmu pengetahuannya.
Dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Ilmu Agama
maupun Ilmu Umum, diperlukan adanya sikap dan pemahaman sebagai berikut :
- Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
- Sumber ilmu yang paling haq adalah Al-Qur’an dan Hadits.
- Tidak merasa dirinya yang paling benar dan paling pintar.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun satu ayat.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun itu pahit.
- Lapang dada untuk menerima suatu pendapat (ilmu) yang benar tanpa memandang siapa yang
berbicara. Seperti kata pepatah “Jangan melihat siapa yang berbicara, tetapi perhatikanlah
apa yang dia bicarakan”.
- Dalam menyampaikan pendapat dibutuhkan keiikhlasan, ketenangan, kesabaran, bilhikmati
(secara bijaksana), dan bilmauidzatil hasanah (dengan memberikan pengertian yang baik).
- Terbuka terhadap masukan, saran dan kritik.
5. Bekerjasama dan kompak dalam berorganisasi.
- Saling pengertian dengan menyadari adanya perbedaan fungsi dan kedudukan masing-
masing,tidak saling mencampuri urusan dan wewenang, tidak saling menghambat, dan dengan
penuh pengertian dapat menerima koreksi terhadap kekeliruannya.
- Tolong menolong dengan cara membantu atau menolong pengurus yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas atau kegiatannya ataupun dalam hubungan pribadi dan keluarga.
- Saling menasihati apabila ada pengurus yang berbuat kesalahan dan kekeliruan dalam
pelaksanaan tugas dan kegiatannya.
- Musyawarah antara sesama pengurus maupun antara pengurus dengan jamaah perlu senantiasa
dilakukan untuk mengatasi problematika masjid.
- Keterbukaan dalam mengelola masjid (open management) baik menyangkut program / rencana
kegiatan maupun keuangan.
6. Amanah dan dapat mengakomodasi jama’ah.
- Diperlukan kesadaran dan pemahaman dari pengurus masjid bahwa jamaahnya beraneka
ragam karena jamaah datang dari latar belakang yang beragam baik pendidikan, pengalaman,
status sosial, lingkungan pergaulan, etnis/suku, maupun golongan/mazhab.
- Tidak hanya memihak pada satu golongan karena dapat meninmbulkan perpecahan dan
berdampak negatif baik bagi jamaah, pengurus, terlebih bagi hakikat masjid sebagai baitullah.
- Pengurus masjid selayaknya memandang berbagai perbedaan ini sebagai potensi dari jamaah
yang dapat didayagunakan seoptimal mungkin untuk kemajuan dan kemakmuran masjid.
7. Rajin menjalin silaturahmi dan terus berupaya meningkatkan ukhuwah islamiyah.
- Pengurus dengan jamaah masjid rajin terlibat didalam berbagai kegiatan masjid.
- Mengajak jamaah berbincang dari hati ke hati, menitipkan pesan halus agar jamaah mengajak
saudara-saudara muslim untuk shalat berjamaah di masjid.
- Silaturahmi dari rumah ke rumah, melalui pengajian rutin; pelaksanaan PHBI; kerja bhakti dll.

11. PENUTUP

Panduan idarah masjid ini disusun untuk dijadikan acuan bagi pengurus masjid dalam
menjalankan amanat Allah melalui kepercayaan jamaah masjid untuk mengelola dan memakmurkan
masjid. Panduan idarah masjid yang disusun ini masih jauh dari sempurna untuk dijadikan sebagai
satu-satunya acuan. Oleh karena itu segala masukan atau kritik yang bersifat perbaikan dan
penyempurnaan panduan ini akan diterima dengan senang hati. Semoga panduan ini berguna bagi
pengurus maupun bagi jamaah masjid.

You might also like