Professional Documents
Culture Documents
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Pengurus Ta’mir
Masjid Miftahul Jannah
Ketua Umum,
Sugiyanto
1. PENDAHULUAN
Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah
Allah SWT. Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini; kecuali di atas kuburan, di tempat yang bernajis,
dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk di jadikan tempat
shalat.
Di masa Nabi Muhammad SAW. ataupun di masa sesudahnya, masjid menjadi pusat kegiatan
kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun mencakup Ideologi, politik, ekonomi, sosial,
peradilan dan kemiliteran dibahas di lembaga masjid. Masjid berfungsi pula sebagai pusat
pengembangan kebudayaan Islam, sebagai ajang halaqah atau diskusi, tempat mengaji dan
mengkaji serta memperdalam ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum.
Dewasa ini umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan masjid. Masjid-masjid
baru bermunculan di berbagai tempat disamping renovasi atas masjid-masjid lama. Semangat
mengupayakan pembangunan masjid tersebut layak dibanggakan. Hampir di seluruh penjuru negeri
tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid. Ada yang berukuran kecil tapi mungil,
ada yang besar dan megah. Namun tidak sedikit pula masjid yang terkatung-katung
pembangunannya dan tak kunjung rampung, terutama di daerah-daerah yang solidaritas jamaahnya
belum kuat.
Idealnya setelah masjid berdiri, masjidlah yang membangun umat. Jadi terdapat hubungan
timbal balik yang saling memaknai antara keduanya. Pada mulanya , “Umat membangun Masjid”
selanjutnya “Masjid membangun Umat”. Pada masa Rasulullah SAW. Masjid merupakan sarana
untuk memelihara dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT., selain itu masjid berperan sebagai
pusat pembinaan umat. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur atau tidaknya
masjid sangat bergantung pada mereka. Demikian pula keadaan umat Islam dapat diukur dari
kehidupan dan kemakmuran masjid. Masjid yang makmur menunjukkan kemajuan umat Islam
disekitarnya, sedangkan masjid yang terlantar dan kurang terawat mengisyaratkan tipisnya iman dan
kurangnya rasa tanggung jawab umat di sekitarnya.
Dalam kondisi masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika masjid
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya masjid tidak hanya
berperan sebagai tempat ibadah shalat saja, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah /
umat Islam. Sebab masjid merupakan integritas dan identitas umat Islam yang mencerminkan tata
nilai keislamannya. Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitikberatkan pada pola
aktivitas yang bersifat akhirat saja, tetapi memperpadukan antara aktivitas ukhrawi dan aktivitas
duniawi. Pada zaman Rasulullah SAW. Masjid berperan sebagai pusat Ibadah dan sebagai pusta
pembinaan umat (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer).
Dinamika sebuah masjid amat sangat ditentukan oleh faktor objektif umat Islam di sekitarnya.
Umat yang dinamis akan menjadikan masjidnya dinamis. Berbagai aktivitas dan kreativitas tentu
akan berlangsung di masjid. Masjid seperti ini akan memiliki daya tarik jamaahnya, membuat
mereka tergerak dan terus berupaya meramaikan dan memakmurkan masjid.
2. FUNGSI MASJID
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT. tempat shalat dan tempat
beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan untuk mengunjungi
masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Fungsi masjid yang lain diantaranya adalah :
1. Masjid sebagai tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepad Allah
SWT.
2. Masjid sebagai tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri. menggembleng
bathin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman keagamaan sehingga
dapat memelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.
3. Masjid sebagai tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-
persoalan yang timbul dalam masyarakat.
4. Masjid sebagai tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan ,
meminta bantuan dan pertolongan.
5. Masjid sebagai tempat pembinaan keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan dalam
mewujudkan kesejahteraan bersama.
6. Masjid sebagai majelis ta’lim yang berperan dalam peningkatan kecerdasan dan
pengembangan wawasan ilmu pengetahuan kaum muslimin.
7. Masjid sebagai tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat.
8. Masjid sebagai tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya sesuai
dengan syariah.
9. Masjid sebagai tempat pelaksanaan, pengaturan dan supervisi kehidupan sosial
masyarakat madani.
3. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS MASJID
Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan. Tugas dan tanggung jawabnya
cukup berat. Sebagai orang yang dipilih dan dipercaya oleh jamaah, dia diharapkan dapat
menunaikan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab. Tidak berlebihan jika pengurus masjid
baiknya pribadi yang memiliki jiwa pengabdian dan ikhlas. Yang menjadi tugas dan tanggung
jawab pengurus masjid antara lain :
1.Memelihara Masjid
Masjid sebagai tempat ibadah menghadap Allah SWT. perlu dipelihara dengan baik.
Bangunan dan ruangannya serta sarana dan prasarana yang tersedia perlu dirawat agar tidak
kotor dan rusak. Pengurus masjid membersihkan bagian yang kotor dan memperbaiki yang
rusak serta merawat sarana dan prasarana yang ada agar dapat dipergunakan selama mungkin.
2.Mengatur Kegiatan
Segala kegiatan yang dilaksanakan di masjid menjadi tugas dan tanggung jawab
pengurus untuk mengaturnya. Pengurus harus terlebih dahulu menyusun program atau
rencana kegiatan sebelum pada tahap pelaksanaannya. Program yang disusun mungkin saja
hanya untuk memenuhi kepentingan jangka pendek, jangka menengah, bahkan sampai ke
jangka panjang. Dengan adanya perencanaan seperti ini kegiatan masjid lebih dapat berjalan
dengan teratur dan terarah.
3.Memakmurkan Masjid
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah ialah orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta tidak takut kecuali
kepada Allah. Merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan yang mendapat
petunjuk”.(QS : At – Taubah : 18 )
Dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada, pengurus selalu berupaya untuk
mengkoordinir upaya-upaya memakmurkan masjid dengan mengamalkan risalah masjid dan
dakwah islamiyah yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits. Pengurus selalu berupaya
untuk menjaga dan menciptakan kondisi masjid agar memiliki daya tarik karena ibadahnya,
kebersihan dan keindahannya, ilmunya, amanahnya, ulamanya, serta keamanan dan
ketertibannya.
4. PENGELOLAAN MASJID
Salah satu kelemahan umat Islam yang paling menonjol dalam pembinaan masjid (terutama
di pedesaan) adalah pengelolaan. Pada umumnya pengurusan masjid di desa-desa praktis berpusat
di satu tangan ulama setempat. Tipisnya kesadaran berorganisasi dan ketiadaan pengetahuan dan
pengalaman dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan organisasi merupakan suatu fakta. Fakta
lainnya adalah rendahnya ukhuwah islamiyah atau kesetiakawanan disemua bidang.
Jika kaum muslimin tidak ingin ketinggalan zaman, keadaan seperti ini perlu segera dibenahi.
khususnya jika ingin menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan dan kebudayaan
islamiyah, termasuk kegiatan untuk mencerdaskan umat, masjid sebagai wasilah yang dapat
mengantarkan umat kepada terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridloi Allah SWT.
Perbaikan pertama-tama adalah dengan dibentuknya suatu organisasi masjid dengan menetapkan
spesialisasi peran.
Dalam menjalankan roda organisasi dan administrasi masjid diperlukan adanya kejelasan
tugas dan tanggung jawab pengurus masjid, rencana kerja masjid dan pembagian tugas diantara
anggota pengurus masjid.
Mengacu pada sabda Rasulullah SWT. “ Apabila suatu urusan tidak ditangani oleh ahlinya,
maka tunggulah kehancurannya”. Na’udzubillaahi Min Dzalik. Untuk itu dalam upaya untuk
mengaktualisasikan dan merealisasikan peran dan fungsi masjid secara optimal, diperlukan adanya
pengelolaan masjid secara profesional dan proporsional. Pengelolaan masjid pada zaman sekarang
ini memerlukan ilmu dan keterampilan manajemen. Pengurus masjid harus menyesuaikan diri
dengan riak perkembangan zaman. Metode/pendekatan, perencanaan, strategi dan model evaluasi
yang dipergunakan dalam manajemen modern merupakan alat bantu yang juga diperlukan dalam
pengelolaan masjid masa kini. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan model manajemen
masjid modern yang dilandasi oleh perencanaan dan pengaturan yang serius, ikhtiar pengkajian
yang bermutu, dan penggalian nilai-nilai ajaran Islam secara langsung dari dua sumber nash : Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Idarah masjid disebut juga manajemen masjid pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua
bidang, yaitu Idarah Binnail Maadiy (Physical Management) dan Idarah Binnail Ruhiy (Functional
Management).
Idarah Binnail Maadiy (Physical Management) adalah management secara fisik diantaranya
meliputi kepengurusan masjid; pengaturan pembangunan fisik masjid; penjagaan kehormatan,
kebersihan, ketertiban, dan keindahan masjid (termasuk taman di lingkungan masjid), pengaturan
keuangan dan administrasi masjid; pemeliharaan agar masjid tetap suci, terpandang, menarik, dan
bermanfaat bagi kehidupan umat.
Idarah Binnail Ruhiy (Functional Management) adalah tentang pelaksanaan fungsi masjid
sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat dan kebudayaan Islam seperti
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Idarah Binnail Ruhiy meliputi pengentasan dan pendidikan
aqidah Islamiyah, pembinaan akhlaqul karimah, penjelasan ajaran Islam secara teratur menyangkut:
a. Pembinaan ukhuwah islamiyah dan persatuan umat.
b. Melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan Islam.
c. Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat.
Pelaksanaan Idarah (manajemen) masjid mensyaratkan pemikiran yang baik dan perencanaan
yang matang. Hal ini diperlukan selain sebagai upaya untuk merealisasikan peran dan fungsi masjid
sebagaimana mestinya juga untuk mengantisipasi abad kebangkitan Islam dengan upaya nyata
sekaligus untuk membina pribadi-pribadi umat muslim berfikir praktis dan bekerja dengan sistem
yang teratur dan terencana.
5. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi
MASJID MIFTAHUL JANNAH
PENASIHA PELINDUN
AHMAD TLANI G 05
KETUA RW
KETUA
UMUM
SUGIYANTO
1. PELINDUNG : KETUA RW 05
I. KETUA UMUM
II. KETUA I
III. KETUA II
V. BENDAHARA
1. Memegang dan memelihara harta kekayaan organisasi baik berupa uang, barang-barang
Inventaris maupun tagihan.
2. Merencanakan dan mengusahakan masuknya dana masjid serta mengendalikan
pelaksanaan Rencana Anggaran Belanja Masjid sesuai dengan ketentuan.
3. Menerima, menyimpan dan membukukan keuangan, barang, tagihan, dan surat-surat
berharga.
4. Mengeluarkan uang sesuai dengan kebutuhan atau keperluan berdasarkan persetujuan
Ketua Umum.
5. Menyimpan surat bukti penerimaan dan pengeluaran uang.
6. Membuat laporan keuangan rutin atau pembangunan (bulanan, triwulan, tahunan) atau
laporan khusus.
7. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum.
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum.
1. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan shalat fardu, shalat jum’at dan
kegiatan ramadlan, shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang meliputi :
a. Menyusun jadwal Muadzin, Bilal, Imam, Khatib, dan penceramah.
b. Mengumumkan petugas khatib, muadzin, bilal dan penceramah.
c. Mengumumkan kegiatan peribadatan lainnya.
2. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan majelis ta’lim dan pengajian.
3. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan tadarus, tartil dan hataman
Al-Qur’an.
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua I.
5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua I.
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum melalui Ketua I.
5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum
melalui Ketua I.
XI. SEKSI PEMBANGUNAN
Pengurus masjid adalah mereka yang menerima amanah jama’ah untuk memimpin dan
mengelola masjid dalam upaya untuk memakmurkan masjid. Menjadi pengurus masjid bukanlah
pekerjaan yang ringan, tugas dan tanggungjawabnya cukup berat. Sebagai orang yang dipilih dan
dipercaya oleh jamaah, dia diharapkan dapat menunaikan tugasnya dengan baik dan
bertanggungjawab. Pengurus dituntut untuk memiliki akhlak yang baik dan mulia, memiliki
wawasan Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan Umum yang memadai, memiliki kemampuan
kepemimpinan dan managerial, amanah dan dapat mengakomodasi aspirasi jamaah serta rajin
menjalin silaturahmi dan terus berupaya meningkatkan ukhuwah islamiyah.
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban amanah untuk memimpin dan mengelola
masjid, diperlukan adanya kesiapan secara spiritual, personal maupun sosial dari pengurus masjid
yang dimanifestasikan dalam kriteria pengurus masjid. Kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh
pengurus masjid yang meliputi :
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
Dalam hal ini setiap pribadi pengurus diharapkan mempunyai niat dan upaya nyata
untuk selalu meningkatkan derajat ketaqwaannya kepada Allah SWT., dengan cara selalu
berupaya untuk melaksanakan perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-Nya.
b. Berakhlak baik dan mulia (Akhlaqul Kharimah)
Sebagai panutan orang banyak , setiap pengurus masjid harus memiliki akhlak
yang baik dan mulia karena akhlak inilah yang akan menumbuhkan penghargaan dan
kepercayaan dari jamaah. Pencitraan sebuah masjid sangat tergantung kepada akhlaq
pengurusnya. Akhlak Rasulullah Muhammad SAW. sebagai Uswatun Hasanah harus
dijadikan acuan yang harus diteladani oleh setiap pengurus dalam kehidupan sehari-
harinya. Diantara akhlak Rasulullah Muhammad SAW. tersebut adalah :
1. Suka memaafkan, mengajak kebaikan dan tidak melayani sikap buruk dari orang yang
bodoh atau tidak mengerti.
“Berilah maaf dan perintahkan kebaikan serta biarkanlah orang-orang yang bodoh “.
(QS : Al-A’raf 199)
2. Berbuat adil, berbuat baik, memberi bantuan serta melarang kekejian, kemunkaran dan
kedurhakaan.
“Sesungguhnya Allah memerintahkan supaya berlaku adil, berbuat baik dan memberi
(bantuan) kepada kerabatdan melarang kekejian, kemunkaran serta kedurhakaan”.
(QS : An-Nahl 90).
3. Selalu bersikap sabar.
“Dan bersabarlah terhadap apa-apa yang menimpa dirimu, sebab yang demikian itu
termasuk perintah yang sungguh-sungguh”.(QS : Luqman 17).
4. Memberi maaf dan kelonggaran kepada orang yang bersalah.
“maka maafkanlah mereka sertaberikanlah kelonggaran (orang-orang yang bersalah
sehingga menepati janjinya atau surut dari kejahatannya). Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat baik”. (QS: Al-Maidah 13).
5. Menolak kejahatan dengan cara yang sebaik-baiknya.
“Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang
bermusuhan antara engkau dan dia akan menjadi kawan yang setia”(QS : Sajdah 34).
6. Menahan kemarahan dan memaafkan orang lain.
“(Orang-orang yang bertaqwa) adalah orang-orang yang menahan kemarahan, juga
selalu memaafkan orang lain. (QS :Ali-Imran 134).
7. Tidak su’udzon, jangan menyelidiki keburukan orang dan jangan mengumpat.
“Jauhilah olehmu sebagian banyak dari persangkaan, sebab sebagian persangkaan
itu adalah dosa, jangan pula menyelidiki keburukan orang lain dan jangan pula
sebagian dari kamu semua itu mengumpat sebagian nya lagi”. (QS : AL-Hujurat 12).
Sebenarnya masih banyak sekali akhlakul kharimah Rasulullah SAW. yang
tercantum dalam Al-Quran yang harus dicontoh, diantaranya adalah :
Bergaul dan memperlakukan orang lain dengan baik, bersikap lunak, memberikan
bantuan untuk kebajikan, meratakan salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan
jenazah, bagus dalam bertetangga, baik terhadap tetangga yang muslim atau kafir,
menghormati orang tua, suka mendatangi undangan, mendo’akan untuk keselamatan,
memberikan ampunan, mendamaikan orang yang berselisih, dermawan, mulia hati, suka
memberi kelonggaran dalam segala hal, menahan kemarahan dll.
Menjauhi semua yang diharamkan (misalnya berjudi dan minum khamar), tidak
suka mengumpat keburukan orang lain, tidak berdusta, tidak kikir atau bakhil, tidak keras
kepala, tidak menipu, tidak mengadu domba, tidak berbuat buruk diantara orang yang
bertengkar, tidak memutuskan hubungan kekeluargaan dll.
Menghindari budi pekerti yang jahat seperti sombong atau takabbur, bermegah diri
tinggi hati, banyak bicara, suka ngobrol yang bukan-bukan, berkata-kata kotor, berbuat
tidak sopan, dengki, iri hati, mengkal hati, menyangka buruk orang lain, curang,
melawan padahal ia yang salah, menganiaya, dll.
c. Berwawasan Ilmu Agama dan Ilmu Umum yang memadai.
Dalam hal ini setiap pribadi pengurus harus selalu berupaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang Ilmu Agama maupun Ilmu Umum, untuk
meningkatkan kualitas pengamalan ilmunya tersebut.
Mencari Ilmu pengetahuan adalah wajib bagi setiap muslim. Belajar yang
dilandasi karena Allah merupakan tanda ketaqwaan kepada-Nya, mencarinya merupakan
ibadat, menelaahnya sebagai bertasbih (memahasucikan Allah), menyelidikinya adalah
sebagai jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya sebagai
sedekah, dan menyampaikan kepada ahlinya adalah kebaktian.
Ilmu pengetahuan adalah pemimpin segala amalan dan amalan itu hanyalah
sebagai pengikutnya belaka. Allah meninggikan derajat seseorang karena Ilmu
pengetahuan yang mereka miliki. “Keutamaan seorang ‘Alim di atas seorang ‘Abid
sebagaimana keutamaanku di atas serendah-rendah orang dari golongan sahabat-
sahabatku”. (HR. Tirmidzi).
Dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Ilmu
Agama maupun Ilmu Umum, diperlukan adanya sikap dan pemahaman sebagai berikut :
- Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
- Sumber ilmu yang paling haq adalah Al-Qur’an dan Hadits.
- Tidak merasa dirinya yang paling benar dan paling pintar.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun satu ayat.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun itu pahit.
- Lapang dada untuk menerima suatu pendapat (ilmu) yang benar tanpa memandang
siapa yang berbicara. Seperti kata pepatah “Jangan melihat siapa yang berbicara,
tetapi perhatikanlah apa yang dia bicarakan”.
- Dalam menyampaikan pendapat dibutuhkan keiikhlasan, ketenangan, kesabaran,
bilhikmati (secara bijaksana), dan bilmauidzatil hasanah (dengan memberikan
pengertian yang baik).
- Terbuka terhadap masukan, saran dan kritik.
d. Mempunyai kemampuan memimpin dan managerial
Dalam upaya untuk memakmurkan masjid sangat diperlukan adanya kerjasama
yang sinergis diantara sesama pengurus masjid. Untuk merealisasikan program-program
yang telah direncanakan pengurus tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi dan
kerja sama merupakan sifat utama dalam praktek berorganisasi. Dalam bekerja sama
inilah diperukan adanya kekompakan baik dalam pelaksanaan berbagai program atau
kegiatan masjid maupun dalam upaya memecahkan berbagai kendala dan hambatan yang
timbul.
Kekompakan pengurus masjid sangat berpengaruh terhadap kehidupan masjid.
Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan baik dan sukses apabila dilaksanakan oleh
pengurus yang kompak bekerja sama. Berbagai kendala dan hambatan yang dijumpai
dalam pelaksanaan kegiatan akan mudah diatasi oleh pengurus yang kompak.
Kekompakan pengurus dapat dipupuk dan dipelihara melalui adanya sikap saling
pengertian, tolong menolong dan nasihat menasihati diantara pengurus.
Sikap saling pengertian dengan menyadari adanya perbedaan fungsi dan
kedudukan masing-masing, tidak saling mencampuri urusan dan wewenang, tidak saling
menghambat, dan dengan penuh pengertian dapat menerima koreksi terhadap
kekeliruannya.
Praktek tolong menolong dapat diterapkan baik dalam hubungan kerja di
organisasi dengan cara membantu atau menolong pengurus yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas atau kegiatannya ataupun dalam hubungan pribadi dan
keluarga.
Sesama pengurus masjid juga perlu saling menasihati apabila ada pengurus yang
berbuat kesalahan dan kekeliruan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatannya. Dalam
memberikan nasihat harus dilakukan dengan cara yang bijak dan santun tanpa ada rasa
saling menyalahkan, yang diberi nasihat harus dengan senang hati menerima teguran dan
saran-saran dari pengurus yang lain tanpa harus merasa tersinggung dan marah.
Hidupnya suasana saling pengertian, tolong menolong dan nasihat menasihati
diantara sesama pengurus dapat menimbulkan kekompakan pengurus masjid sehingga
memungkinkan segenap pelaksanaan tugas / kegiatan berjalan dengan baik, lancar dan
mencapai sasaran yang telah digariskan.
Forum musyawarah antara sesama pengurus maupun antara pengurus dengan
jamaah perlu senantiasa dilakukan untuk mengatasi problematika masjid. Melalui
musyawarah ini diharapkan berbagai pemikiran dan pandangan dapat dikemukakan
dalam rangka mencari alternatif pemecahan yang terbaik. Pemikiran dan pandangan
bersama akan lebih kuat dan mantap dalam memecahkan dan mengatasi suatu
problematika yang dihadapi.
Menerapkan keterbukaan dalam mengelola masjid (open management) baik
menyangkut program / rencana kegiatan maupun keuangan. Dengan pengelolaan secara
terbuka diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan jamaah terhadap pengurus dan
meningkatkan partisipasi jamaah dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam mengatasi
berbagai problematika masjid.
e. Amanah dan dapat mengakomodasi aspirasi dari jamaah.
Menjadi pengurus masjid adalah amanat. Pada hakekatnya merupakan amanat dari
Allah SWT. melalui kepercayaan dan amanat dari jamaah masjid. Pengurus dipilih dari
dan oleh jamaah. Kewajiban pengurus diantaranya adalah mengurus dan melayani
kebutuhan jamaah, berkomunikasi dan membina jamaah, serta memakmurkan masjid
bersama para jamaah. Kemakmuran masjid tidak hanya dapat diukur dari jumlah
jamaahnya saja, tetapi juga ditentukan dari semaraknya kegiatan di masjid.
Salah satu kegiatan masjid yang penting adalah pembinaan jamaah. Melalui
kegiatan pembinaan jamaah ini jamaah masjid diaktifkan dan ditingkatkan kualitas Iman,
Ilmu, dan Amal ibadah mereka; sehingga menjadi muslim yang kaaffah. Peningkatan
kualitas jamaah ini menyangkut pemahaman dan penghayatan agama di satu pihak dan
aspek pengamalan di pihak lain. Jadi didalamnya tercakup aspek Ilmu (pemahaman),
Iman (penghayatan), dan Amal (pengejawantahan) dalam perspektif agama. Dengan
kualitas jamaah yang bertambah baik dari waktu ke waktu, perbaikan kualitas dan
kemakmuran masjid pun meningkat.
Aspek yang perlu diperhatikan didalam proses pembinaan jamaah adalah adanya
kesadaran dan pemahaman dari pengurus masjid bahwa jamaahnya beraneka ragam..
Perbedaan merupakan kenyataan yang sangat potensial dan alami karena jamaah datang
dari latar belakang yang beragam baik pendidikan, pengalaman, status sosial, lingkungan
pergaulan, etnis/suku, maupun golongan/mazhab.
Adanya perbedaan merupakan rahmat dari Allah SWT. Untuk itu jika pengurus
hanya memihak pada satu golongan, jamaah dapat terjerumus kearah perpecahan.
Sasaran semula yang ingin menggalang solidaritas umat malah berubah menjadi friksi-
friksi. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif baik bagi jamaah, pengurus,lebih-lebih
bagi hakikat masjid sebagai baitullah. Pengurus masjid selayaknya memandang berbagai
perbedaan ini sebagai potensi dari jamaah. Jamaah harus benar-benar diperhitungkan
sebagai faktor penentu, didayagunakan seoptimal mungkin sehingga keberadaan mereka
langsung menyentuh kemajuan dan kemakmuran masjid. Potensi jamaah dapat disalur-
kan dan dikembangkan sebaik-baiknya menjadi kekuatan besar yang dapat diarahkan
untuk kepentingan intern masjid, ekstern masjid maupun kepentingan umat Islam.
f. Rajin menjalin silaturahmi dan terus berupaya meningkatkan ukhuwah islamiyah.
Pengurus dan jamaah masjid tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengurus
tidak akan ada kalau tidak ada jamaah; sebaliknya jamaah tidak akan terurus jika tidak
ada pengurus. Tanpa pengurus masjid tidak akan terurus, demikian pula tanpa jamaah
masjid akan kosong. Disinilah pentingnya hubungan antara pengurus dan jamaah masjid.
Hubungan ini tidak hanya dalam arti lahiriahnya semata, tetapi juga dalam arti ikatan
bathiniah. Saling pengertian dan ikatan yang erat antara kedua belah pihak akan
memperlancar dan mensukseskan kegiatan-kegiatan masjid.
Untuk meningkatkan hubungan silaturahmi antara pengurus dengan jamaah masjid
dapat dilakukan dengan saling terlibat didalam berbagai kegiatan masjid. Pengurus
dengan persuasif mengajak jamaah berbincang dari hati ke hati, menitipkan pesan halus
agar jamaah mengajak saudara-saudara muslim untuk shalat berjamaah di masjid.
Kegiatan lain yang dapat meningkatkan hubungan antara pengurus dengan jamaah
masjid misalnya; melalui pengajian rutin; pelaksanaan PHBI; kerja bhakti memperbaiki
dan membersihkan masjid; pertemuan dan diskusi tentang masalah keagamaan,
kemasjidan, dan kemasyarakatan; dan lain-lain.
Cara lain yang dapat ditempuh adalah melalui kegiatan silaturahmi dari rumah ke
rumah . Pengurus masjid dalam hal ini menjadi sponsornya. Kegiatan ini jelas akan
memperkokoh tali silaturahmi. Pengurus mengenal jamaahnya secara pribadi, begitu juga
sebaliknya. Jamaah mengenal jamaah lain dengan dekat. Antara pengurus pun tergalang
pemahaman yang intens. Hikmah dibalik kegiatan itu akan menumbuhkan sikap tolong
menolong dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Kalau sikap demikian sudah
tumbuh dalam jiwa pengurus dan jamaah masjid, fa Insya Allah akan menjadi modal
yang amat manjur untuk mewujudkan kemakmuran masjid dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengemban amanat dari Allah melalui kepercayaan
yang diberikan oleh jamaah untuk mengelola masjid, diperlukan adanya evaluasi dan
monitoring yang kontinyu dan konsisten. Evaluasi dan monitoring ini bertujuan untuk
mengukur sampai sejauh mana pencapaian rencana program / kegiatan masjid; selain itu
evaluasi dan monitoring juga dapat dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban kinerja
pengurus masjid kepada pemberi amanat.
Dalam idarah masjid yang perlu mendapat perhatian adalah masalah keuangan dan
surat-menyurat. Apabila pengelolaan keuangan masjid dapat dilaksanakan dengan baik, itu
pertanda pengurus masjid dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Setiap pengurus masjid
diharapkan mampu menyusun laporan keuangan. Sekurang-kurangnya mencatat dengan jelas
dari mana uang masuk dan penggunaan dana di unitnya masing-masing. Laporan dari
masing-masing unit dihimpun dan disusun oleh bendahara menjadi laporan gabungan.
Laporan gabungan ini selanjutnya disampaikan kepada jamaah, donatur dan pengurus secara
berkala.
Bentuk lain dari evaluasi dan monitoring yang dapat dilakukan adalah dengan
diselenggarakannya musyawarah diantara pengurus dan musyawarah antara pengurus dengan
jamaah masjid yanga meliputi :
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban amanah jamaah untuk memmimpin dan
mengelola masjid, diperlukan adanya rambu-rambu atau aturan-aturan yang dimanifestasikan dalam
kode etik pengurus masjid. Diantara kode etik tersebut adalah ;
1. Berniat dan berupaya nyata untuk selalu meningkatkan derajat ketaqwaannya kepa Allah SWT.
2. Berakhlak baik dan mulia (Akhlakul Kharimah)
Pemaaf, Adil, Sabar, Penolong, Jujur, dan Amar ma’ruf nahi munkar.
3. Amar ma’ruf nahi munkar.
Bergaul dan memperlakukan orang lain dengan baik, bersikap lunak, memberikan bantuan
untuk kebajikan, meratakan salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, bagus dalam
bertetangga, baik terhadap tetangga yang muslim atau kafir, menghormati orang tua, suka
mendatangi undangan, mendo’akan untuk keselamatan, memberikan ampunan, mendamaikan
orang yang berselisih, dermawan, mulia hati, suka memberi kelonggaran dalam segala hal,
menahan kemarahan dll.
Menjauhi semua yang diharamkan, tidak suka mengumpat keburukan orang lain tidak
berdusta, tidak kikir atau bakhil, tidak keras kepala, tidak menipu, tidak mengadu domba, tidak
berbuat buruk diantara orang yang bertengkar, tidak memutuskan hubungan kekeluargaan dll.
Menghindari budi pekerti yang jahat seperti sombong atau takabbur, bermegah diri tinggi
hati, banyak bicara, suka ngobrol yang bukan-bukan, berkata-kata kotor, berbuat tidak sopan,
dengki, iri hati, mengkal hati, menyangka buruk orang lain, curang, melawan padahal ia yang
salah, menganiaya, dll
4. Berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas wawasan ilmu pengetahuannya.
Dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Ilmu Agama
maupun Ilmu Umum, diperlukan adanya sikap dan pemahaman sebagai berikut :
- Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
- Sumber ilmu yang paling haq adalah Al-Qur’an dan Hadits.
- Tidak merasa dirinya yang paling benar dan paling pintar.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun satu ayat.
- Bersedia menyampaikan ilmu (kebenaran) walaupun itu pahit.
- Lapang dada untuk menerima suatu pendapat (ilmu) yang benar tanpa memandang siapa yang
berbicara. Seperti kata pepatah “Jangan melihat siapa yang berbicara, tetapi perhatikanlah
apa yang dia bicarakan”.
- Dalam menyampaikan pendapat dibutuhkan keiikhlasan, ketenangan, kesabaran, bilhikmati
(secara bijaksana), dan bilmauidzatil hasanah (dengan memberikan pengertian yang baik).
- Terbuka terhadap masukan, saran dan kritik.
5. Bekerjasama dan kompak dalam berorganisasi.
- Saling pengertian dengan menyadari adanya perbedaan fungsi dan kedudukan masing-
masing,tidak saling mencampuri urusan dan wewenang, tidak saling menghambat, dan dengan
penuh pengertian dapat menerima koreksi terhadap kekeliruannya.
- Tolong menolong dengan cara membantu atau menolong pengurus yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugas atau kegiatannya ataupun dalam hubungan pribadi dan keluarga.
- Saling menasihati apabila ada pengurus yang berbuat kesalahan dan kekeliruan dalam
pelaksanaan tugas dan kegiatannya.
- Musyawarah antara sesama pengurus maupun antara pengurus dengan jamaah perlu senantiasa
dilakukan untuk mengatasi problematika masjid.
- Keterbukaan dalam mengelola masjid (open management) baik menyangkut program / rencana
kegiatan maupun keuangan.
6. Amanah dan dapat mengakomodasi jama’ah.
- Diperlukan kesadaran dan pemahaman dari pengurus masjid bahwa jamaahnya beraneka
ragam karena jamaah datang dari latar belakang yang beragam baik pendidikan, pengalaman,
status sosial, lingkungan pergaulan, etnis/suku, maupun golongan/mazhab.
- Tidak hanya memihak pada satu golongan karena dapat meninmbulkan perpecahan dan
berdampak negatif baik bagi jamaah, pengurus, terlebih bagi hakikat masjid sebagai baitullah.
- Pengurus masjid selayaknya memandang berbagai perbedaan ini sebagai potensi dari jamaah
yang dapat didayagunakan seoptimal mungkin untuk kemajuan dan kemakmuran masjid.
7. Rajin menjalin silaturahmi dan terus berupaya meningkatkan ukhuwah islamiyah.
- Pengurus dengan jamaah masjid rajin terlibat didalam berbagai kegiatan masjid.
- Mengajak jamaah berbincang dari hati ke hati, menitipkan pesan halus agar jamaah mengajak
saudara-saudara muslim untuk shalat berjamaah di masjid.
- Silaturahmi dari rumah ke rumah, melalui pengajian rutin; pelaksanaan PHBI; kerja bhakti dll.
11. PENUTUP
Panduan idarah masjid ini disusun untuk dijadikan acuan bagi pengurus masjid dalam
menjalankan amanat Allah melalui kepercayaan jamaah masjid untuk mengelola dan memakmurkan
masjid. Panduan idarah masjid yang disusun ini masih jauh dari sempurna untuk dijadikan sebagai
satu-satunya acuan. Oleh karena itu segala masukan atau kritik yang bersifat perbaikan dan
penyempurnaan panduan ini akan diterima dengan senang hati. Semoga panduan ini berguna bagi
pengurus maupun bagi jamaah masjid.