You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi pada
wanita yang didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi pembentukan zigot dan
akhirnya menjadi janin yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan di
dalam uterus sampai proses persalinan.
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil
adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu
awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk
pertama kali disebut primigravida atau gravida 1. seorang wanita yang belum pernah
hamil dikenal sebagai gravida.
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis
dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur
baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa
panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal-
hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya
belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik
tetapi juga psikologis (Kartono, 1992).
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikologi dan emosi seorang
ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungannya. Oleh
karena itu, untuk ibu hamil, perlu mengetahui keadaan kehamilannya, perubahan fisik
dan psikologis selama ia hamil, dan mendapat pengetahuan yang cukup dalam
menjalani masa kehamilan sebelum memasuki tahap melahirkan nantinya sebab
”Happy Babies Begin With Happy Pregnancy”.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain :
1. Bagaimana gambaran tentang proses kehamilan?
2. Bagaimana perubahan psikologis yang terjadi selama ibu hamil?
3. Bagaimana pengaruh perubahan psikologis terhadap janin yang dikandung?
4. Bagaimana kiat dalam menghadapi perubahan psikologis pada ibu hamil?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui gambaran tentang proses kehamilan.
2. Untuk mengetahui perubahan psikologis yang terjadi selama ibu hamil.
3. Untuk mengetahui pengaruh perubahan psikologis terhadap janin yang
dikandung.
4. Untuk mengetahui kiat dalam menghadapi perubahan psikologis pada ibu
hamil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Kehamilan

Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma.
Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara
pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. Pembuahan itu sendiri
berlangsung setelah terjadi hubungan seksual (persetubuhan) antara lawan jenis,
meskipun tidak semua hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan.
Pembuahan hanya dapat terjadi ketika wanita sedang dalam masa subur. Pada
masa itu, seorang wanita akan melepaskan sel telur yang sudah matang dan siap
dibuahi.
Dalam keadaan normal, seorang pria akan mengeluarkan jutaan sperma saat
melakukan persetubuhan. Dari berjuta-juta sel sperma tersebut, hanya satu yang akan
berhasil membenamkan diri dalam dinding sel telur yang sudah masak, dan
menyatukan dua inti sel.
Sel yang dibuahi akan membelah diri. Mula-mula menjadi 2, lalu 4, 8, 16. 32,
64, dan seterusnya. Seminggu setelah pembuahan, kelompok sel yang terus tumbuh
itu telah sampai di dalam rongga rahim dan melekatkan diri di dinding rahim (uterus).
Bila berlangsung normal, proses kehamilan akan berjalan terus sampai janin
siap untuk dilahirkan ke dunia. Tahap-tahap kehamilan dikelompokkan menjadi tiga
trimester, yaitu trimester pertama, kedua, dan ketiga. Trimester pertama adalah
trimester yang sangat menentukan karena pada trimester inilah pembentukan organ
yang fital telah dimulai, termasuk pembentukan dan perkembangan otak. Selama
periode ini, hanya terjadi sedikit kenaikan berat badan, kemungkinan tidak melebihi
2,25 kg selama 13 minggu. Perut akan berubah karena pembesara rahim 7,6 cm di
bawah pusar. Janin belum bergerak pada masa ini.
Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan
mengenali ibu yang sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar
sekitar 7,6 cm diatas pusar. Pertambahan berat badan rata – rata 7,65 – 10,8 kg
termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak pada
periode ini.
3
Pada trimester ketiga ibu akan mengalami banyak perubahan fisik selama
trimester ini karena bayi tumbuh pesat. Menjelang persalinan, rahim membesar 16,5 –
20,3 cm di atas pusar. Bobot bayi bertambah pesat pada trimester ketiga, meskipun
kemungkinan berat badan sebelumnya stabil. Total pertambahan berat badan ibu
hingga trimester ketiga antara 11,5 – 15,75 kg.
Tiap-tiap trimester membawa peranan penting dan sebisa mungkin harus
dijaga dengan baik. Kehamilan itu unik bagi setiap perempuan. Jadi, tidak perlu
cemas bila kehamilan salah seorang perempuan mengalami pengalaman sedikit
berbeda dengan ibu hamil lainnya. Bagi perempuan kehamilan adalah suatu anugerah
yang ditunggu – tunggu kehadirannya. Belum lengkap rasanya bagi seorang
perempuan jika belum dapat melahirkan seorang keturunan.

2.2 Perubahan Psikologis Selama Ibu Hamil

Bagi setiap wanita kehamilan yang dialaminya merupakan suatu kebahagiaan


tersendiri dimana dengan kehamilan tersebut secara psikologis memberikan
kepercayaan diri yang kuat bahwa ia adalah memang benar-benar telah menjadi
wanita sejati. Secara sosial pun ia akan merasa lebih percaya diri dalam kehidupan
bermasyarakat. Di sisi lain kehamilan apalagi kehamilan pertama membawa
efektifitas yang tidak bisa begitu saja disepelekan. Secara fisik ibu hamil akan merasa
letih, lesu, payah, dan sebagainya. Sedangkan secara psikologis ibu hamil akan
dibayangi dan dihantui rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin akan terjadi
baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya. Dengan makin tuanya kehamilan,
maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap
klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin
intensif saat menjelang persalinan (Kartono, 1992). Rasa takut menjelang persalinan
menduduki peringkat teratas yang paling sering dialami ibu selama hamil
(Lestaringsih, 2006).
Dra. Risa Kolopaking, Msi., seorang psikolog pada RSIA Hermina Bekasi
menjelaskan bahwa : “Selama hamil, sangat normal apabila calon ibu mengalami
mood swing, emosi dan suasana hati yang naik-turun secara fluktuatif. Sebagian besar
ibu hamil
4
mengalaminya, gejala ini ada yang ringan, dan ada yang ekstrim. Penyebab secara
internal, perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil. Di samping faktor psikologis yang
juga bisa sebagai pencetusnya.”
Dalam masa kehamilan yang terbagi atas tiga trimester, tiap trimester
membawa perubahan psikologis pada ibu hamil. Perubahan – perubahan tersebut
diantaranya :
♦ Trimester pertama
Pada trimester pertama atau bisa disebut Periode Adaptasi, ibu hamil akan
mengalami perubahan psikologis seperti :
1. Merasa tidak sehat & benci kehamilannya.
2. Slalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
3. Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya sedang
hamil.
4. Kehamilan masih dirahasiakan.
5. Mengalami gairah seks yangg lebih tinggi, tapi libido turun.
6. Sebagian besar perempuan bersikap ambivalen tentang kehamilannya.
7. Khawatir kehilangan bentuk tubuh.
8. Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga.
9. Ketidakstabilan emosi dan suasana hati
10. Perasaan was-was, takut, gembira, dll
♦ Trimester kedua
Sedang pada trimester kedua atau disebut dengan Periode Kesehatan, ibu
hamil mengalami perubahan psikologis seperti :
1. Ibu sudah merasa sehat dan mulai bisa menerima kehamilannya.
2. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya dan merasakan
kehadiran bayi sebagai seseorang di luar dirinya.
3. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa bebannya.
4. Libido atau gairah seks meningkat.
♦ Trimester ketiga
Dan pada trimester ketiga yang disebut dengan Periode Penunggu, perubahan
psikologis yang terjadi yaitu :
1. Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
5
2. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam
kondisi yang tidak normal.
3. Rasa tidak nyaman kembali terjadi merasa dirinya aneh dan jelek.
4. Semakin ingin menyudahi kehamilannya.
5. Tidak sabaran dan resah.
6. Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.
7. Mulai menebak-nebak jenis kelamin bayinya dan mempersiapkan nama.
8. Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya.
Perubahan-perubahan tersebut wajar dan kerap kali umumnya terjadi pada ibu
hamil. Meskipun calon ibu tak menyadari adanya perubahan emosi yang fluktuatif
bahkan ketika telah terakumulasi menjadi depresi, setiap ayah dan ibu harus
menerima kenyataan bahwa perubahan yang dialami ibu hamil, tak hanya sebatas
perubahan fisik.

2.3 Pengaruh Perubahan Psikologis Terhadap Janin yang Dikandungnya

Beban fisik dan mental biasa dialami oleh ibu hamil karena perubahan fisik
dan hormonalnya, seperti bentuk tubuh yang melebar dan kondisi emosi yang naik
turun. Beban ini sering diperparah dengan munculnya trauma-trauma kehamilan,
sehingga masalah yang dihadapi ibu pun makin kompleks. Bila beban trauma ini terus
berlanjut, dampaknya akan berbekas pada janin. Untuk itu, ibu hamil tidak boleh
memperhatikan kesehatan fisik saja, melainkan juga kesehatan psikologisnya. Salah
satunya dengan menghindari trauma masa hamil yang dapat berujung pada stres,
yakni timbunan permasalahan yang tidak bisa diatasi dengan baik (Adelaar MSc).
Tidak semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang
terkait erat, saling pengaruh – mempengaruhi, atau hampir tidak terpisahkan. Jika
kondisi fisiknya kurang baik, maka proses berpikir, suasana hati, kendali emosi dan
tindakan yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari akan terkena imbas
negatifnya. Antara lain, suasana hati atau keadaan emosi cepat berubah, kepekaan
meningkat, dan perubahan pola atau pilihan makanan yang juga akan berpengaruh
pada konsep diri sang ibu.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali
6
mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi
yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi
adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma,
stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu,
mudah marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.
Pengaruh kondisi psikologis ibu yang mengalami masalah ini terhadap
perkembangan janin sangat terasa jika kejadiannya berlangsung di trimester pertama.
Pada masa ini pertumbuhan awal baru dimulai, sehingga janin sangat rentan terhadap
pengaruh dari luar, didukung susunan syaraf pusat dan jantung yang sudah
bertumbuh. Dari luar, pada janin juga sudah tampak mata, hidung, mulut yang mini,
dan tunas bakal tangan serta kaki. Kemudian, di akhir trimester pertama, janin mulai
bergerak, bernapas dan mencerna makanan. Itulah mengapa fase ini rentan terhadap
gangguan, apalagi yang bersifat traumatis sperti masalah kecemasan yang dialami ibu.
Sebenarnya, beban trauma terhadap janin akibat kondisi psikologis ibu yang
tidak stabil bisa dihindari apabila ibu cepat menenangkan diri. Hal yang lebih
dikhawatirkan adalah bila perubahan psikologis saat kehamilan tersebut membuat ibu
tidak memperhatikan kehamilannya, jatuh sakit, minum obat-obatan sembarangan,
apalagi mengonsumsi zat berbahaya yang akan berdampak fatal pada janin. Menurut
Shinto (2009) janin yang dikandung oleh para ibu yang mengalami stres berat dan
tidak memperhatikan kehamilannya banyak yang mengalami kelainan perkembangan
pada kedua belahan otaknya. Misalnya, otak kiri tidak dapat memproses informasi
lebih cepat daripada belahan otak bagian kanan, sehingga mengakibatkan hambatan
dalam perkembangan kemampuan berbahasa anak di kemudian hari. Penelitian lain
menunjukkan, ibu hamil yang mengalami trauma dan stres berkepanjangan karena
masalah rumah tangga cenderung melahirkan anak hiperaktif. Dampak yang terjadi
pada anak-anak memang tidak mudah diramalkan sebelumnya. Oleh karena itu, cara
yang terbaik adalah melakukan pemeliharaan diri secara fisik dan psikologis selama
masa kehamilan.
Usai trimester pertama, biasanya beban kehamilan sudah bisa diantisipasi
lebih baik. Selain perubahan hormonal lebih stabil, ibu pun sudah mulai terbiasa
dengan
7
kondisi tubuhnya. Sementara, janin pun sudah lebih kuat dari sebelumnya. Namun
demikian, ibu tetap perlu berhati-hati mengingat di akhir trimester kedua janin mulai
mampu mendengar dan dapat bereaksi terhadap sentuhan dari luar. Janin pun sudah
bisa merasakan kondisi psikologis orang tuanya. Kondisi ibu yang selalu
menyenangkan bisa membuat pertumbuhan janin optimal. Sedangkan bila tidak,
mungkin saja ada gangguan-gangguan yang nantinya bisa berpengaruh pada kondisi
psikologis anak setelah lahir.
Selain itu, stres pada ibu hamil juga memicu kelahiran prematur dan tidak
berkembangnya janin. Beberapa penyebab janin tidak berkembang, antara lain :
1. Genetic, bukan soal factor keturunan, melainkan dari sperma atau sel telur.
Dalam hal ini kualitas dan kuantitas sperma serta sel telur tidak baik sehingga
saat penyatuan keduanya hasilnya tidak berkembang secara prima.
2. Infeksi TORCH, yang disebabkan toksoplasma, rubella, CMV atau cito
megalo virus, hepes simplex I dan simplex II. Dalam hal ini yang dilihat
adalah reflek di tubuh kita, yaitu terbentuknya antibody terhadap kuman dan
virus ini. Jika diasumsikan bermasalah harus segera diterapi.
3. ACA (anticardiolipin) atau pembekuan yang menyumbat pembuluh-pembuluh
darah yang arahnya ke janin sehingga akhirnya pertumbuhan janin terhenti.

Tidak semua janin dapat berkembang dengan sempurna, ada kalanya terjadi
kelainan-kelainan pada janin. Kelainan-kelainan pada janin diantaranya adalah :
1. Teratoma, yaitu tumor yang mengandung jaringan derivate dua, tiga lapis
benih. Terjadi saat janin masih embrio. Terjadi teratoma adalah karena embrio
awal (tingkat clivage, blastula, awal grastula) lepas dari control organizer. Ia
seperti tubuh yang kembar tidak seimbang yang satu dapat tumbuh normal
yang lain hanya gumpalan jaringan yang tidak utuh atau tidak wajar. Teratoma
disebut juga fetus in fetu atau bayi dalam bayi.
2. Sindrom down, yaitu kelainan fisik janin dengan cirri-ciri yang khas seperti
retardasi mental, kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia),
leukemia, hingga gangguan penglihatandan pendengaran. Kelainan ini terjadi
karena kelainan pada kromosom yaitu pada kromosom 21. pada penderita ini
memiliki tiga unting kromosom 21 (Corebima, 1997)
8
3. Sindrom Edward, yaitu kelainan pada janin karena kromosom janin
mengalami kelainan. Kelainan ini terjadi karena kromosom 18nya mengalami
kelebihan yaitu terdapat tiga untai kromosom 18. Ciri kelainan janin ini adalah
retardasi mental berat, gangguan pertumbuhan, ukuran kepala dan pinggul
keci, kelianan pada tangan dan kaki.
4. Sindrom Patau, nama lain dari trisomi 13. Hal ini karena terjadi kelainan pada
kromosom ke 13 dari penderita tersebut, yaitu memiliki tiga untai kromosom
13. Ciri dari kelainan ini adalah bibir sumbing, gangguan berat pada
perkembangan otak, jantung ginjal, tangan, dan kaki. Biasanya jika gejalanya
sangat berat janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
5. Talasemia, yaitu salah satu kelaina pada janin. Talasemia ini memiliki cirri
dimana tubuh kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb)
sehingga penderita mengalami anemia berat akibatnya harus transfusi darah
seumur hidup.
6. Fenilketinoria, yaitu gangguan metabolisme salah satu jenis asam amino
pembentuk protein yaitu fenilalanin yang menyebabkan hambatan atau radiasi
mental. Kelainan ini jika dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan cara
memberi asupan fenilalanin yang banyak terdapat pada keju, susu, telur, ikan,
daging, pemberian obat atau vitamin tertentu.

2.4 Kiat dalam Menghadapi Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan
bukan hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jika kondisi
psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani
masa-masa kehamilannya. Berikut beberapa kiat menghadapi perubahan psikologis
pada ibu hamil :
1. Informasi
Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang
terjadi dalam diri ibu termasuk hal – hal yang perlu dihindari saat sedang
mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat
akan membuat
9
ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering
muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.
2. Komunikasi dengan suami
Bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri anda selama hamil dengan sang
suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi
pada diri anda. Tidak jarang jika anda mengkomunikasikan hal ini, sang suami
akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
3. Rajin chek up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan
terpercaya mengenai kehamilan yang sekarang anda jalani. Jangan lupa,
ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.
4. Makan sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi
perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat
membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat – zat adiktif,
alcohol, rokok, atau obat – obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil.
Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung
timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.
5. Jaga penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian
yang sesuai dengan kondisi badan anda yang sedang berbadan dua. Jangan
lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki
ringan untuk memperlancar persalinan.
6. Kurangi kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki
masa persalinan, anda dan suami hars sudah siap dengan berbagai perubahan
yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.
7. Dengarkan musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stress. Atasilah kecemasan
maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar
memusatkan perhatian, berdzikir, yoga, atau relaksasi lainnya.

10
8. Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak
usia 5 – 6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot – otot
yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan jua memberi manfaat
psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi
pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula
secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan
menjadi semakin mantap.
9. Latihan pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernafasan secara teratur. Latihan ini
bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis
bisa lebih stabil.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Selama menjalani masa kehamilannya, seorang ibu hamil mengalami


perubahan psikologis, sehingga ibu hamil membutuhkan dukungan dari
lingkungan sosial dan keluarganya untuk membantu melampaui masalah
perubahan psikologisnya tersebut.
2. Perubahan keadaan psikologis ibu hamil sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya.
3. Terdapat beberapa kiat yang dapat membantu ibu hamil menghadapi
perubahan psikologisnya selama masa kehamilan.

Saran

1. Seorang ibu hamil dan keluarganya harus mempersiapkan diri menghadapi


perubahan-perubahan selama masa kehamilan dan setelah persalinannya,
mencakup perubahan fisik, psikologis, peran dan perubahan-perubahan
lainnya.
2. Seorang bidan pada khususnya dan tenaga kesehatan lain pada umumnya
seharusnya memiliki kemampuan untukmembantu ibu menerima
perubahanyang dialami selama masa kehamilan dengan memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat untuk ibu hamil.

12
DAFTAR PUSTAKA

Koswara. 2009. makalah Perubahan Psikologi Ibu hamil. Bekasi: Departemen


Kesehatan RI

Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan
Nenek. Bandung: Mandar Maju

Kushartanti, W., Soekamti, E. R., & Sriwahyuniati, C. F. (2004). Senam Hamil:


Menyamankan Kehamilan, Mempermudah Persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka.

Kalil, K. M., Gruber, J. E., Conley, J. G., & LaGrandeur, R. M. (1995). Relationships
among Stress Anxiety Type A, and Pregnancy-Relate Complications. Journal of
Prenatal and Perinatal Psychology and Health. Vol. 9 (3), 221-232.

Dariyo, A. (1997). Hubungan antara Percaya Diri dengan Kecemasan Menghadapi


Kelahiran Bayi pada Wanita Hamil Pertama. Skripsi. tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Zinbarg, R. E., Craske, M. G., & Barlow, D. H. (1993). Therapist’s Guide for The
Mastery of Your Anxiety and Worry (MAW) Program. United States of America:
Graywind Publications Incorporated. Primatia Yogi Wulandari

Saleh, R. (2005). Bidan Praktek Swasta Akan Beri Layanan Gratis. 01 April 2005.
www.bisnis.com.

You might also like