Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
YULI ARDIKA P. K2308062
DESTYANA KHAIRUNISA K2308014
WINDA FITRIFITANOVA K2308060
EMI ROFIAH K2308084
1
Bab I
Pendahuluan
1
Bab II
Pembahasan
3
Pada stadium 3, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak
memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak
baik oleh orang lain.
Pada stadium 4, anak merasakan bahwa perbuatan baik yang diperlihatkan bukan
hanya agar dapat diterima lingkungan, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut
mempertahankan aturan atau norma sosial, contohnya seorang remaja yang mulai
belajar menghormati orang yang lebih tua dengan bersikap ramah dan santun.
Tingkat III : Post-konvensional
Pada stadium 5, remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya
dengan lingkungan sosial melalui kata hati yang dirasakannya. Maksudnya, jika
dia menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat maka lingkungan aka
memberikan perlindungan dan rasa nyaman padanya.
Pada stadium 6 (Prinsip Universal), remaja mengadakan penginternalisasian
moral yaitu remaja melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh
tanggung jawab batin sendiri, menjadikan penilaian moral sebagai nilai-
nilaipribadi yang tercermin pada tingkah lakunya.
Perkembangan nilai, moral dan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
semuanya dimulai sejak manusia berada dalam kandungan. Janin memiliki
hubungan batin yang erat dengan orang tuanya terutama ibu sehingga merespon
persaan yang dirsakan orang tuanya. Jadi moral anak yang akan lahir dapat
dipengaruhi oleh perilaku orang tuanya selama anak tersebut berada dalam
kandungan.
Ketika anak berada dalam masa perkembangan, pembentukan moralnya
dipengaruhi oleh lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang
tua mengenalkan nilai-nilai sederhana seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu.
Saat pergaulan anak tersebut makin luas pada usia remaja, dia akan mengenal
lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya.
Remaja terdorong untuk mengidentifikasi peristiwa yang dialaminya sehingga
dapat membedakan sikap mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk
dilakukandan akhirnya akan menentukan bagaimana moral yang dimilikinya.
Contohnya, dia dapat menimbang apakah membolos itu merupakan perbuatan
4
baik atau tidak. Dapat dikatakan bahwa lingkungan adalah faktor yang paling
penting bagi perkembangan nilai, moral dan sikap remaja yang seiring dengan
pematangan kepribadian remaja tersebut.
Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun
berbeda dengan anak-anak yang lebih tua (dewasa). Pada anak-anak terdapat
anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak untuk dipatuhi karena
diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi. Pengertian
mengenal aspek moral pada anak-anak yang lebih besar itu lebih lentur dan nisbi.
Ia bisa menawar atau minta mengubah sesuatu aturan kalau disetujui oleh semua
orang.
Untuk sebagian remaja serta orang dewasa yang penalarannya terhambat
atau kurang berkembang, tahap perkembangan moralnya ada pada tahap
prakonvesional. Pada tahap ini, seseorang belum benar-benar mengenal apalagi
menerima aturan dan harapan masyarakat. Pada tingkatan awal mereka hanya
menghindari hukuman. Sedangkan tingkatan berikutnya sudah ada pengertian
bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga harus memikirkan
kepentingan orang lain.
Menurut Kohlberg faktor kebudayaan juga mempengaruhi perkembangan
moral. Perbedaan seseorang juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaan
tertentu. Dalam kenyataan di sekitar kita, dapat diamati bahwa moral masyarakat
Negara-negara Barat berbeda dengan moral yang dimiliki oleh Negara Negara
Timur. Hal ini dikarenakan latar kebudayaan yang sangat berbeda. Sebagai
contoh, bagi masyarakat di Negara Negara barat menggunakan pakaian-pakaian
minim (seksi) di khalayak umum adalah hal yang biasa bahkan menjadi budaya
dan kebiasaan. Akan tetapi,bagi masyarakat Timur hal tersebut sangat tidak lazim
bahkan dianggap tidak bermoral atau memalukan. Hal ini mencerminkan bahwa
perkembangan moral masyarakat Timur bisa disebut lebih sopan moralnya dalam
hal berbusana daripada masyarakat Barat.
Terdapat perbedaan- perbedaan individual dalam pemahaman nilai-nilai
dan moral sebagai pendukung sikap dan perilakunya. Jadi mungkin terjadi
5
individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral, dan serta
tingkah laku.
Perwujudan nilai, moral, dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Tidak
semua individu mencapai pengembangan nilai-nilai hidup, perkembangan
moraldan tingkah laku seperti yang diharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam mengembangkan nilai,moral dan sikap remaja adalah berikut:
6
Bab III
Penutup
Kesimpulan
1. Nilai adalah suatu ukuran atau parameter terhadap suatu obyek tertentu.
2. Moral adalah adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
3. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
4. Biasanya seseorang bersikap sesuai dengan nilai dan moral yang diyakininya,
sehingga kebenaran dan kesalahan tidak bisa dinilai secara mutlak oleh masing
- masing individu
Rekomendasi
Pembelajaran nilai, moral, dan sikap yang efektif di mulai dari lingkungan
yang paling kecil, yakni keluarga. Pada saat itu otak anak berkembang optimal
yakni usia 0 - 3 tahun, anak akan mampu merekam semua kejadian di sekitarnya
secara optimal, bahkan akan membekas sampai ia dewasa. Pembelajaran tersebut
harus dilakukan secara kontinyu yang diawali dari lingkugan keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Langkah kontinyu tersebut antara lain :
Pendekatan kepada anak
Untuk mencapai ketersampaian pesan kepada anak didik tentunya seorang
pendidik atau orang tua harus memiliki atau pun memilih keterampilan untuk
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan pola pikir dan perkembangan
psikologi anak.
Pendampingan
Pendampingan yang dimaksud disini adalah berasal dari lingkungan sekitar, yang
usianya tidak jauh berbeda, karena seseorang yang menginjak usia remaja,
biasanya lebih mendengarkan orang yang lebih tua namun bukan orang tua. Selain
itu biasanya seorang pamong, akan lebih dekat dan lebih memahami karakter dan
kepribadian orang yang diampunya. sehingga pembelajaran nilai dan moral
tersebut akan lebih efektif.
7