Professional Documents
Culture Documents
Universitas Paramadina
2011
Sejarah Perkembangan Konsep Retorika
ide, gagasan dan pikirannya ke dalam bentuk kata-kata yang diharapkan mampu
dimengerti orang lain. Untuk membuat orang lain mengerti, terkadang kita
membutuhkan teknik dan strategi agar kata-kata yang kita keluarkan tidak terbuang
percuma. Teknik yang dimaksud adalah retorika. Kata itu berasal dari bahasa latin
“rhetorica” atau ilmu bicara. Retorika sendiri dimulai di Yunani dan Romawi yang
menganut demokrasi langsung. Retorika biasa digunakan oleh seseorang untuk bicara
di depan orang banyak (pidato) atau saat meyakinkan juri di pengadilan. Karena
itulah, banyak yang mengatakan bahwa retorika juga bisa diartikan sebagai ilmu
Banyak tokoh yang berbicara tentang retorika, diantaranya Georgias (Sophisme), dan
dua filsuf besar Plato dan Aristoteles. Georgias bersama Protagoras adalah dua orang
yang pertama kali membuka sekolah khusus untuk mempelajari teknik berbahasa
yang puitis, serta teknik berbicara tanpa persiapan (impromptu). Mereka menetapkan
tarif yang cukup mahal yaitu 10.000 dollar tiap satu orang mahasiswa. Mereka selalu
berpindah dari kota satu ke kota lain untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan
Selain mereka berdua, Isokrates juga mendirikan sekolah retorika yang memfokuskan
masyarakat dan retorika tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Namun sama
seperti Georgias, sekolah ini hanya mampu di jangkau oleh orang-orang kalangan
ekonomi atas, sehingga pada saat itu muncul kesan bahwa retorika adalah ilmu elitis. 1
1
Sejarah dan Perkembangan Retorika dikutip dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/17205142153.pdf . Diakses
pada 26 Maret 2011 pukul 10.38
2
Pandangan berbeda muncul dari Sokrates yang menyatakan bahwa retorika harus
perdebatan. Dengan dialog seperti ini, kebenaran akan ditemukan. Muridnya, Plato
dialogues menjabarkan tentang teknik menulis kerangka retorika yang tepat yang ada
Murid Plato, Aristoteles lebih jauh menjelaskan retorika sebagai sebuah seni berbicara.
prinsip dasar, seni kontekstual yang dibentuk oleh politik melalui penciptaan forum
menjelaskan lima hukum retorika (five canon of Rhetorica) yaitu inventio (penemuan
hal tersebut senada dengan pendapat Cicero, seorang orator ulung yang selalu
mempelajari isi pidato dan cara penyampaian sebelum ia berorasi. Menurut Cicero
2
Aristotle. On Rhetoric. Trans. George A. Kennedy. Oxford University Press, New York, 1991.
3
Cicero, De Oratore. Dikutip dari
http://www.archive.org/stream/cicerodeoratore01ciceuoft/cicerodeoratore01ciceuoft_djvu.txt. diakses pada 26
Maret 2011 pukul 12.23
3
Ethos menurut Aristoteles berhubungan dengan karakter si pembicara. Sedangkan
Kennedy menafsiran karakter ini sebagai karakter moral, atau reputasi yang
luas, memiliki kepribadian yang dapat dipercaya dan status yang terhormat. Dan
Pathos adalah persuasi yang menuntun pendengar untuk merasakan emosi di dalam
pidato sebuah pidato.4 Pathos ialah kemampuan pembicara untuk menyentuh hati dan
kebencian dan kasih sayang dari khalayak. Konsep kedua ini sering disebut sebagai
emotional appeals.
pembicara, maka orasi tersebut hanyalah membuang waktu dan justru mematikan
merupakan inti dari retorika. Retorika harus mampu menuntun pembicara untuk
mencari argumentasi yang tepat dan menyampaikannya dengan baik. Aliran Belles
4
Aristotle. On Rhetoric. Trans. George A. Kennedy. Oxford University Press, New York, 1991.
5
Aristotle. On Rhetoric. Trans. W. Rhys Roberts. Ed. Lee Honeycutt. Dikutip dari
http://www.public.iastate.edu/~honeyl/Rhetoric/homepage.html, 2001. Diakses tanggal 26 Maret 2011 pukul 11.58a
4
Lettres mendefinisikan retorika sebagai tulisan yang indah, yang mengutamakan
estetika pesan namun terkadang mengesampingkan substansi dan fungsi dari pesan
tesebut.6
Pada abad 20-an, ilmu retorika banyak berintegrasi dengan kajian psikologi dan
sosiologi, dan retorika lebih dikenal dengan sebutan speech atau public speaking.
Pembahasan tentang sejarah dan perkembangan retorika di atas tidaklah menarik jika
Dalam tugas ini saya akan mengambil pola pidato Presiden Indonesia , Susilo
Bambang Yudhoyono dan sedikit perbandingan dengan Presiden AS, Barrack Obama.
Kedua presiden itu adalah dua orang yang menurut saya memiliki kemampuan
kandidat lainnya dengan memenangkan suara lebih dari 50%. SBY menang 60,8%
suara8 sedangkan Obama unggul 53% dibanding McCain pada pemilu AS 2009 lalu. 9
Kemenangan keduanya jelas melibatkan peran masyarakat umum yang telah bersedia
Dalam perkembangan selama ini, Barrack Obama dan SBY memiliki kekuatan dalam
6
Sejarah dan Perkembangan Retorika dikutip dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/17205142153.pdf . Diakses
pada 26 Maret 2011 pukul 13.22
7
ibid
8
Din Ucapkan Selamatpada SBY. Dikutip dari http://matanews.com/2009/07/26 . Diakses pada 26 Maret 2011
pukul 13.38
9
Dari Hawaii ke Gedung putih. Dikutip dari http://berita.liputan6.com/liputanpilihan/201011/306050 . Diakses
pada 26 Maret 2011 pukul 13.43
5
yang masih tergolong muda serta penampilan yang menawan juga menjadi faktor
apabila kita membandingkan secara langsung melalui media televisi belakangan ini.
Kekuatan pidato SBY dapat dilihat pada masa-masa kampanyenya yang pertama
hingga ia berhasil menang sebagai presiden pada pemilu 2004. Massa selalu mengelu-
elukan SBY setiap kali ia berbicara di depan umum. Keberhasilannya terlihat ketika ia
berhasil membuat 60.000 massa partai demokrat bersorak gembira saat ia berpidato di
gelora Bung karno pada pemilu 200410. Namun seiring bertambahnya massa
pemerintahan SBY hingga periode keduanya di tahun 2009, SBY seakan kehilangan
kekuatan retorikanya. SBY tidak sekuat dulu. Semangatnya saat menjanjikan “kerja
keras dan kerja cerdas” dalam pidato pelantikannya 2009 yang lalu hilang dimakan
waktu. Optimisme seakan pudar dari tiap-tiap naskah pidato dan gesture yang ia
perlihatkan saat bicara di depan umum. Yang terlihat justru sisi reaktif, keluhan dan
sentimen dari SBY, ditambah raut wajah loyo, kesal, marah, bahkan menangis .
SBY beberapa kali menunjukkan kekesalah saat ia mendapati beberapa Bupati tertidur
ketika ia bicara. Dia juga marah saat mendapati seorang menterinya tertidur saat ia
(TvOne 28 Agustus 2008). SBY juga sering mengeluhkan tekanan dari lawan-lawan
mata haru saat memberikan pidato di Istana Bogor setelah 10 orang petani
mendapatkan tanah dari negara dalam rangka peringatan 50 tahun Agraria Nasional.
keprihatinan dan meraih simpati masyarakat melalui air mata, disaat rakyat
10
60 Ribu Pendukung SBY Telah Penuhi Gelora Bung Karno. Dikutip dari
http://preview.detik.com/detiknews/read . diakses pada 26 Maret 2011 pukul 13.59
6
Pidatonya tentang krisis Indonesia dan Malaysia adalah pidato yang sangat
Masyarakat menantikan ketegasan dan pernyataan sikap SBY berkaitan dengan krisis
RI-Malaysia saat itu. SBY diharapkan lebih tegas memberikan tindakan bagi Malaysia
dan menenangkan masyarakat atas chaos yang terjadi karena permasalahan batas
ternyata dalam pidatonya, SBY justru berceloteh tentang sejarah dan kedekatan
Ada satu kalimat yang mengesankan bahwa SBY sudah banyak berbuat, diantaranya :
Untuk itulah sejak awal saya berupaya keras untuk memperjuangkan hak-hak tenaga
kerja Indonesia, antara lain menyangkut gaji dan waktu itu memberikan perlindungan
hukum dan mendirikan sekolah bagi anak tenaga kerja Indonesia. Dalam kunjungan
terakhir ke Malaysia, kita telah berhasil mencapai kesepakatan mengenai pemberian
dan perlindungan hak bagi tenaga kerja kita di Malaysia (Diambil dari Metro TV 1
September 2010 melalui Youtube.com)
bahwa ia sudah berupaya melakukan advokasi bagi TKI di Malaysia. Namun ia tidak
memberikan suatu pernyataan sikap yang tegas terhadap Malaysia, apakah itu sejenis
ultimatum atau sekedar peringatan. Dalam pidatonya yang berdurasi kurang lebih 10
menit, cara bicara SBY terdengar seperti dosen yang bicara pada mahasiswanya.
Pidato SBY lebih terdengar seperti penyiar Radio di tahun 1960an sehingga
membuat orang bosan dan kesal. Yang lebih mengecewakan, dalam pidatonya ia
mengatakan:
Terakhir, insiden yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia baru-baru ini akan kita
tuntaskan penyelesaiannya. Indonesia akan terus mendorong Malaysia untuk benar-
benar menyelesaikan perundingan batas wilayah yang sering memicu terjadinya
insiden dan ketegangan. Dengan demikian, dengan dapat dicegahnya ketegangan dan
7
benturan-benturan yang tidak perlu, saya yakin permasalahan, hubungan baik dan
kerjasama bilateral antara Indonesia –Malaysia akan berkembang lebih besar lagi.
(sumber yang sama)
Pidato ini menuai banyak kritik, salah satunya dari Budiman Sudjatmiko.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, bukan hanya diserahkan menteri dan hanya
berkirim surat.11 Dalam pidato ini, SBY kehilangan kepercayaan dari masyarakat yang
menantikan ketegasannya. Ia di cap sebagai presiden yang cari aman dan hanya jago
dalam beretorika. Sejak saat itu juga, kata “retorika” tiba-tiba menjadi popular sebagai
preferensi bagi orang yang hanya bisa bicara namun nol tindakannya. SBY telah
beretorika, membuat orang sadar akan kegagalannya di dalam praktek. Jika pidatonya
Tapi ketika ia sudah gagal dalam mempersuasi khalayak melalui kata-katanya, maka
Kondisi makin parahi ketika ia menyinggung persoalan kenaikan gaji Presiden dalam
rapat pimpinan TNI Polri . Hal itu menyulut kemarahan masyarakat karena presiden
dinilai tidak mampu mengukur situasi dan kondisi khalayaknya yang sedang
kesulitan karena kenaikan harga barang pokok. Padahal menurut Survey, Gaji
presiden Indonesia mencapai nilai 63 juta/bulan dan dana taktis 2 milyar/bulan, serta
menurut majalah The Economic Inggris, gaji Presiden RI adalah gaji dengan
kesenjangan tertinggi ketiga dari 22 negara di dunia. (MetroTV, Januari 2011) Hal ini
jelas bukan alasan untuk meminta kenaikan gaji. Dan sekalipun menurut jubir SBY itu
hanya lelucon, menurut saya SBY adalah presiden dengan selera humor terburuk.
11
SBY dinilai lamban hadapi Malaysia. Dikutip dari
http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/08/30/brk,20100830-275062,id.html. Diakses pada 26 Maret
2011 pukul 15.01
8
Bertolakbelakang dengan SBY, Barrack Obama memiliki kemampuan persuasi yang
cukup tinggi. Hal ini terlihat dari kampanye presiden nya yang disebarkan melalui
Youtube. Obama telah berhasil menjangkau segmentasi anak muda Amerika yang
memang gandrung terhadap media baru. Kata “Vote” yang ia gunakan dalam
berkampanye membuat orang tidak merasa dipaksa untuk memilih Obama sebagai
presiden, melainkan lebih pada sebuah himbauan bagi anak muda untuk memberikan
suara pada Pemilu. Obama menyadari bahwa persoalan utama dari pemilu AS adalah
rendahnya partisipasi dari masyarakat terutama remaja untuk datang ke TPU dan
memilih.
Dalam pidatonya, Obama selalu terlihat semangat dan sering melayangkan senyum.
Hal ini sedikit mencerminkan jiwa mudanya yang enerjik dan optimis terhadap
sejahtera” yang disambut tepuk tangan dari para hadirin. Tidak ada nada menghina
States”. Dalam pidatonya ini, Obama berhasil mengesankan dirinya sebagai seorang
Presiden Amerika yang menghargai perbedaan dan keberagaman, atau secara tegas
tidak memusuhi Islam. Ada beberapa cuplikan dari Obama yang saya sukai,
9
…Many more are simply skeptical that real change can occur. There is so much fear, so
much mistrust. But if we choose to be bound by the past, we will never move forward.
And I want to particularly say this to young people of every faith, in every country –
you, more than anyone, have the ability to remake this world….
It is easier to start wars than to end them. It is easier to blame others than to look
inward; to see what is different about someone than to find the things we share. But we
should choose the right path, not just the easy path. There is also one rule that lies at
the heart of every religion – that we do unto others as we would have them do unto us.
This truth transcends nations and peoples – a belief that isn’t new; that isn’t black or
white or brown; that isn’t Christian, or Muslim or Jew. It’s a belief that pulsed in the
cradle of civilization, and that still beats in the heart of billions. It’s a faith in other
people, and it’s what brought me here today.12
Teks pidato di atas sedikit menunjukkan keunggulan Obama dalam urusan Retorika.
Kekuatan Obama adalah ia mampu meramu ethos, pathos dan logos dalam tiap-tiap
Obama juga mampu menggabungkan komunikasi verbal dan non verbal secara apik
yang tercermin dari intonasi yang teratur, artikulasi yang jelas serta gesture dan body
audiensnya, misal kata “Kerupuk” dan “Bakso” pada pidatonya di UI, yang secara
terdengar bergumam pada dirinya sendiri. Retorika yang baik adalah ketika tiap
orang mau mendengarkan dengan sukarela dan senang hati karena merasa
12
Teks Pidato Barrack Obama di Mesir 4 Juni 2009. Dikutip dari http://triwahjono.wordpress.com/2009/06/04 .
Diakses pada tanggal 26 Maret 2011 pukul 15.54
10