Professional Documents
Culture Documents
Kesadaran arti pentingnya kesehatan harus ditanamkan sejak kecil. Untuk itu, Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) bekerja sama dengan Ira Koesno Communication menyelenggarakan rangkaian
acara bertajuk Dokter Kecil Award sejak 22 Februari silam. Dengan kegiatan ini diharapkan anak-
anak usia sekolah dasar mampu memahami berbagai pengetahuan dasar yang berkaitan dengan
kesehatan.
Para peserta dilatih berbagai pengetahuan seperti masalah kesehatan lingkungan, kebersihan
dan kesehatan gigi-mulut, gizi, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), pencegahan penyakit
menular, obat dan pengobatan sederhana, dan lain-lain. Seluruh materi itu diperoleh ke-76 peserta
dari 36 SD yang ada di Jakarta.
Sementara rangkaian acara Dokter Kecil Award dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu
workshop, implementasi, visitasi, serta roadshow. Pada tahap akhir, 26 anak yang terpilih harus
menjalankan karantina selama tiga hari untuk mendapatkan pendalaman materi. Dan puncaknya,
salah satu peserta berhak memboyong penghargaan Dokter Kecil Award. Dia adalah Karisha Naya,
siswa SDN Pondok Labu 011 Jakarta Selatan. (Liputan 6)
Program ini juga bertujuan untuk menggairahkan kembali dokter kecil di sekolah. Program
yang mungkin kecil, namun besar maknanya bagi kehidupan bangsa Indonesia ke depan terutama
mengenai pemahaman dan kesadaran akan kesehatan sejak dini.
Sedangkan bagi para peserta, lewat program ini dan dengan pengetahuan yang didapatkan,
diharapkan mampu memberi contoh kepada teman-teman sekelilingnya tentang arti penting
kesehatan. Atau setidaknya mereka bisa bertindak ketika ada teman yang mengalami gangguan
kesehatan. Tentu dengan cara sederhana atau lebih bersifat pertolongan pertama.
Definisi Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan
tingkat fungsional dan / atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia.Pada
saat berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan
sebagai “keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan”
Hanya segelintir publikasi telah difokuskan secara khusus pada definisi kesehatan dan
evolusi dalam 6 dekade pertama. Beberapa dari mereka menyoroti kurangnya nilai operasional dan
masalah diciptakan dengan menggunakan kata “lengkap.” Lain menyatakan definisi, yang belum
diubah sejak 1948, “hanya yang buruk.”
Pada 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa
kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan dari kehidupan.
Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.” Klasifikasi sistem seperti WHO Keluarga Klasifikasi Internasional (WHO-FIC),
yang terdiri dari Klasifikasi Internasional Berfungsi, cacat, dan Kesehatan (ICF) dan Klasifikasi
Internasional Penyakit (ICD) juga menentukan kesehatan.
Secara keseluruhan kesehatan dicapai melalui kombinasi dari fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial, yang, bersama-sama sering disebut sebagai “Segitiga Kesehatan”
Arti Kesehatan
Sebenernya apa sih kesehatan itu menurut Anda? Banyak orang yang memahami kesehatan
itu adalah hanya secara fisik atau jasmani saja, mereka bilang sehat itu tidak sakit, badan terasa
nyaman, enak, dan banyak lagi pendapat lainnya yang mayoritas hanya membahas tentang keadaan
jasmaninya saja.
Padahal, perlu Anda ketahui, bahwa sehat itu punya pengertian yang jauh lebih luas dari
sekedar keadaan fisik saja.
Menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960 Bab I Pasal 2 yang dimaksud dalam
Undang-undang ini ialah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial, dan bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Kemudian dari UU tersebut diperjelas lagi dan lebih lengkap dalam Undang- Undang N0.
23 Tahun 1992 Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan kesehatan menurut Undang-undang ini
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Undang-undang ini juga sesuai dengan pengertian Kesehatan
menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Mari kita coba lihat secara seksama, dalam UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960 Bab I
Pasal 2, kesehatan dilihat dari tiga aspek, yaitu :
1. Aspek Jasmani
2. Aspek Rohani (Mental), dan
3. Aspek Sosial
Kemudian di dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992 Bab I Pasal 1, kesehatan dilihat
dari empat aspek. Selain tiga aspek di atas, dalam UU ini di tambah satu aspek lagi, yaitu :
4. Aspek Ekonomi
Setelah Anda mengetahui apa arti kesehatan menurut Undang-undang, yang memang
sesuai dengan pengertian kesehatan menurut WHO, Apakah Anda sudah merasa Sehat
saat ini ?
Pengertian Sehat
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu
dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika
dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya
dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman.
Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan
yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian,
pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan
(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala
jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang
terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam
Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental
(jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut
WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan
dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari
aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja
(pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-
ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif
secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan
keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat
kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek.
Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai
berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,
misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha
Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan
semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial,
ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya
sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab
itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai
kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau
mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia
lanjut.
Kesehatan, Susu dan Kolostrum
1. Apa arti kesehatan yang sebenarnya ?
Definisi kesehatan berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
standar kesejahteraan manusia secara umum. Selain sehat secara fisik, jiwa, dan sosial, saat ini
sehat secara spiritual pun telah menjadi pengertian yang semakin mengglobal.
2. Kita semua sadar bahwa kesehatan sangat penting dalam kehidupan, lantas untuk mencapai
kesehatan yang sempurna asupan apa saja yang harus dikonsumsi ?
Asupan tentunya sesuai dengan aspek kesehatan tadi (fisik, jiwa, sosial, dan spiritual). Secara
fisik, di Indonesia kita mengenal istilah 4 sehat 5 sempurna yaitu makanan pokok sumber
karbohidrat (spt: nasi dan kentang, lauk-pauk sumber protein (spt: daging dan tempe), sayur-
mayur dan buah-buahan sebagai sumber berbagai vitamin dan zat gizi lainnya, dan
disempurnakan dengan susu yang kaya akan berbagai zat gizi.
3. Kita semua mengenal empat sehat lima sempurna. Apa unsur itu sudah benar ?
InsyaAllah benar dan tentunya diupayakan terdapat keseimbangan faktor gizi sesuai kebutuhan
individual.
Salah satunya adalah susu, tapi tidak cukup akrab untuk mengenalnya. Susu sangat akrab
bagi kita karena saat kita bayi atau anak-anak senantiasa meminumnya baik sebagai ASI (air susu
ibu) ataupun susu formula. Meminum susu bagi orang dewasa di Indonesia mungkin memang belum
menjadi tradisi, dapat dibuktikan dengan rendahnya jumlah konsumsi susu perkapita. Namun, secara
nyata terus terjadi peningkatan.
Sebenarnya apa manfaat dari susu tersebut ?
Pada saat 4 bulan pertama kita hidup didunia, susu adalah segalanya bagi kita. susu sebagai sumber
energi, protein, vitamin, dsb. Memang pada saat dewasa, fungsi sumber energi sudah diambil alih
oleh makanan lainnya. Tetapi sumber zat gizi tertentu, yang memang khas ada di susu menjadi
kebutuhan yang perlu kita penuhi.
4. Ada berapa macam jenis susu dan apa saja kandungan didalamnya ? Klasifikasi/jenis susu
banyak, tergantung dengan faktor yang ingin dibedakan, di antaranya s.b.
Klasifikasi / jenis susu
Air susu ibu (manusia), susu sapi/kambing/onta/ hewan mamalia lain,
susu kedelai
Susu murni, susu formula / diperkaya, susu fermentasi
Susu utuh (full cream), susu skim
Susu instan, susu non-instan
Susu untuk bayi, susu untuk anak (pertumbuhan), susu untuk dewasa,
susu untuk usia lanjut
Susu cair, susu bubuk
Susu biasa, susu kolostrum
5. Apa arti sesungguhnya susu kolostrum itu ?
Susu kolostrum adalah susu yang dihasilkan oleh mamalia (makhluk yang memproduksi susu,
termasuk manusia) sejak melahirkan hingga sekitar 3 hari pasca-melahirkan.
Bagaimana kita bisa mengenali kolostrum itu ?
Secara kasat mata, seorang ibu yang baru melahirkan dapat melihat perbedaan antara susu pada
hari-hari pertama pasca-melahirkan (kolostrum) dengan susu yang dihasilkannya pada hari-hari
berikutnya, baik dalam hal warna, kekentalan, dan rasanya.
7. Apa kelebihan kolostrum dengan susu yang lain ? Mengapa kandungannya berbeda dengan susu
biasa ?
Para ahli memberikan istilah khusus (susu kolostrum) dikarenakan terbukti adanya perbedaan
yang nyata antara kandungan susu kolostrum dengan susu biasa. Susu kolostrum memiliki
keunggulan dalam kandungan dan fungsi, khususnya yang berhubungan dengan faktor kekebalan
tubuh (imunitas) dan faktor pertumbuhan. Secara logis, keunggulan ini diciptakan Allah SWT
untuk memberikan dukungan tambahan bagi bayi baru lahir yang masih sangat lemah pasca-
dilahirkan.
8. Apa susu biasa tidak memiliki manfaat dibanding dengan kolostrum ? Sementara yang saya
ketahui, susu bisa menguatkan fungsi tulang dan menghindarkan kita dari bahaya osteoporosis,
bagaimana dengan kolostrum ?
Kita semua paham bahwa susu biasa memiliki banyak manfaat, sehingga menjadi komponen
kelima dalam 4 sehat 5 sempurna. susu kolostrum selain memiliki semua manfaat susu biasa,
juga ditambah dengan keunggulan akibat kandungan faktor kekebalan tubuh dan faktor
pertumbuhannya yang lebih nyata.
9. Fungsi kolostrum sendiri bagaimana ?
Sebagaimana susu, kolostrum merupakan sumber zat gizi yang lengkap dan bermutu, ditambah
juga sebagai sumber serangkaian faktor kekebalan tubuh dan faktor pertumbuhan yang senantiasa
dibutuhkan manusia.
10. Melihat begitu banyak fungsinya, kita jadi mengerti mengapa anak yang baru lahir disarankan
untuk disusui hingga usia 2 tahun. Selain kolostrum kita temui pada ibu melahirkan, apa kita
bisa temui pada hewan seperti sapi atau lainnya ?
Hewan yang dapat menghasilkan susu untuk anaknya, tentunya juga akan menghasilkan kolostrum
pada hari-hari pertama pasca-melahirkan.
11. Bisa dijelaskan bagaimana kolostrum yang terdapat pada sapi, apa tidak membahayakan ? Dan
manfaatnya pada sapi ?
Sejalan dengan sejarah manusia memanfaatkan susu sapi, tidak ada suku bangsa yang melarang
meminum susu sapi, bahkan di India sekalipun. Juga tidak ada catatan ilmiah yang
menunjukkan bahaya susu kolostrum sapi berbahaya untuk dikonsumsi. Justru yang menarik,
adanya laporan penelitian yang menyatakan bahwa anak sapi yang tidak diberi kolostrum pada
minggu pertama usianya, menunjukkan tingkat ketahanan hidup yang lebih rendah. Ini
menunjukkan betapa pentingnya susu kolostrum bagi bayi yang baru lahir, apalagi bayi sapi
yang hidup di kandang yang kebersihannya jauh dibandingkan kamar bayi. Sehingga dukungan
tambahan faktor kekebalan tubuh menjadi sesuatu yang penting.
12. Jadi, kolostrum pada sapi bisa juga dapat menjadi obat bagi beberapa penyakit ?
Walau serangkaian manfaat telah ditunjukkan oleh susu, ia tetap sebagai minuman bukannya
obat. Begitu juga dengan susu kolostrum. Dengan suplai zat gizinya, tentu akan membantu
pemulihan berbagai gangguan kesehatan akibat kekurangan zat gizi yang sesuai. Penambahan
faktor kekebalan tubuh diharapkan juga dapat membantu pemulihan berbagai gangguan
kesehatan yang terkait dengan kurang optimalnya sistem kekebalan tubuh. Penambahan faktor
pertumbuhan juga diharapkan dapat membantu pemulihan berbagai gangguan kesehatan yang
terkait dengan kurang optimalnya pertumbuhan sel, organ ataupun sistem tubuh, baik dalam
proses pertumbuhan ataupun proses regenerasi.
13. Bagaimana cara memilih produk kolostrum yang baik ?
Produk kolostrum sapi yang baik adalah yang diperah maksimal dalam 3 hari pasca-melahirkan,
kadar proteinnya terstandarisasi, dan kadar imunoglobulin-G-nya (IgG) juga terstandarisasi.
Tentunya kesehatan induk sapinya juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan, seperti bahwa
sapinya tidak terkena penyakit sapi gila (mad cow) atau penyakit sapi lainnya. Secara umum,
pilihlah produsen yang memiliki standarisasi produksi yang baik dan bagi yang beragama Islam,
kehalalan produk juga harus menjadi pertimbangan.
14. Apa dengan begitu kita akan mendapat manfaat kolostrum ?
InsyaAllah, dengan susu kolostrum yang bermutu. terpercaya, dan halal, disertai dengan cara
minum yang tepat, kita akan mendapatkan berbagai manfaat dari susu kolostrum.
15. Bagaimana dengan efek sampingnya, apakah ada ?
Istilah efek samping lebih tepat digunakan untuk obat. Kita tidak pernah menggunakan istilah
efek samping untuk makan nasi bukan? Namun, memang ada beberapa hal yang mungkin
muncul bila minum susu (termasuk kolostrum), terutama untuk orang yang memang tidak biasa
meminumnya, yaitu rasa tidak nyaman pada perut (Jawa: enek), terkadang buang air besar
menjadi lembek atau agak cair. Tapi hal ini biasanya akan mereda dengan sendirinya secara
perlahan, setelah tubuh beradaptasi menghasilkan enzim percernaan yang sesuai untuk susu
dalam jumlah yang memadai.
16. Setelah mengenal jauh mengenai kolostrum dan manfaatnya, berapa banyak sebaiknya saya
mengkonsumsi dan kapan waktu yang tepat ?
Meminum 1 gelas susu kolostrum sehari cukup untuk membantu menjaga kesehatan. Namun
pada kondisi tubuh sangat lelah atau butuh lebih banyak dukungan faktor-faktor yang disuplai
susu kolostrum, 2-3 kali sehari, InsyaAllah memadai. Penyesuaian jumlah konsumsi ini sangat
individual sebagaimana juga penentuan takaran minum susu atau makan telor yang sangat
bervariasi antar individu.
17. Siapa saja yang boleh mengkonsumsi kolostrum, selain pada bayi yang baru lahir ?
Siapa saja dapat meminum susu kolostrum, sebagaimana juga susu biasa. Apalagi saat ini, susu
kolostrum bubuk ada yang telah dikurangi lemak dan laktosanya sehingga dapat dimanfaatkan
oleh orang yang perlu mengurangi kedua zat tersebut. Walau, tentunya tidak disarankan bagi
yang alergi susu kolostrum atau zat gizi yang dikandungnya; atau bila memang membutuhkan
berbagai manfaat susu kolostrum, sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter yang
merawatnya.
18. Tidak setiap orang suka akan susu, tetapi mereka ingin sekali mendapatkan manfaat dari
kolostrum, bagaimana dengan kasus seperti itu ?
Susu kolostrum dapat disajikan dalam campuran dengan berbagai minuman bercita-rasa lainnya
(misalnya sirup), sehingga akan lebih nikmat. Bahkan dapat menjadi bahan pembuat kue atau
kudapan. Sewaktu saya memberikan ceramah tentang kolostrum di Bandar Seri Begawan
(Brunei Darussalam), salah seorang peserta yang merupakan salah satu koki istana mengatakan
bahwa beberapa kue/kudapan Sultan dibuat dari susu bubuk kolostrum, juga demikian untuk
salah satu coklat putihnya. Namun demikian, saya merekomendasikan cara mendapatkan
manfaat dari susu kolostrum yang paling ideal adalah dengan meminumnya sebagaimana susu.
(Merupakan kutipan jawaban saya terhadap wawancara majalah Leader untuk Rubrik Bincang-
bincang pada edisi Maret 2008).
Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.[1] Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.[2] Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.[3] Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan
para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar
yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi
kesehatan.[3] Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak
mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.[4] Golongan masyarakat yang dianggap
'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan
pedagang.[4] Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat
yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.[5]
Kesehatan Menurut Undang-Undang
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:[6]
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna
Tujuan Kesehatan Dalam Segala Aspek
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan
ketenteraman hidup.[7] Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal
berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.[7]
Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara
khusus.[8] Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:[8]
1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi
pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah
penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian
terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:.[8]
1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh
masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas
beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab
terjadinya perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri,
rumah sakit, dan lain-lain.
5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan
rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan
Tujuan Pembangunan Kesehatan
Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama
sebagai berikut:[9]
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera.
Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:[9]
1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja
dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan rakyat.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan
seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.
Kesehatan Adalah Kemauan
Salah satu nikmat yang telah Allah berikan kepada seseorang adalah nilai-nilai kesehatan
pada dirinya. Kenikmatan atas sehat adalah indikasi yang kuat dan seandainya direnungi maka itu
sudah menjadi harta yang cukup serta mahal harganya bagi seorang hamba. Betapa Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dalam hal ini, “Barangsiapa yang di pagi hari
merasa aman dalam perjalanannya, tubuhnya sehat dan dia mendapati makanan untuk hari itu,
seolah-olah kebahagiaan dunia telah diraih olehnya.” (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah, dihasankan
oleh Imam Albani)
Kesehatan adalah kemauan yang menggerakkan jiwa untuk hidup lebih optimal. Kemauan
tersebut mengkristal menjadi keyakinan dan seandainya seseorang mampu menggali serta
mengeksplorasi lebih dalam. Maka ia akan bisa mengambil faidah dari kesehatan yang ia miliki.
Suatu tujuan berlandaskan pada niatnya. Dari niat itulah semua sugesti kebaikan bermula. Untuk
mencapai kesehatan jasmani, maka perbaikilah kesehatan jiwa terlebih dahulu, dan tidaklah ada
kesehatan jiwa sebelum menempuh beberapa faktor, yakni :
1. Mengenal dan mentaati Allah
2. Mengenal diri dan kebutuhannya kepada Allah
3. Mendalamnya pemahaman soal makna iman dalam hidup dan harapan bertemu Allah
4. Adil dan berakhlak dalam berinteraksi
5. Seimbang dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan syahwat
6. Amal dan keseriusan. (Abdul Aziz bin Abdullah Al Ahmad dalam Ath Thariq Ilaa Ash
Shihah An Nafsiyyah ‘Inda Ibni Qayyim Al Jauziyyah wa Ilm Nafs)
Jiwa yang sehat akan menjadikan tubuh sehat pula. Sebab semua berawal dari jiwa, apatah
itu kebahagiaan ataukah kesedihan, kesenangan ataupun kesengsaraan, kesemua berawal dari jiwa.
Jiwa sangat mempengaruhi kehidupan seseorang untuk sehat ataukah tidak. Potensi tekanan
terhadap jiwa akan mendorong merosotnya kesehatan seseorang. Seorang psikolog bernama Abdul
Aziz An Nughaimasyi dalam ‘Ilmun Nafs Ad Da’awi hal 359, mengatakan bahwa pengertian
kesehatan dalam pandangan Islam berkaitan erat dengan penilaian manusia terhadap dirinya sendiri
dari sisi tabiat, metode, dan tujuannya.
Lihatlah betapa mereka-mereka yang mengisi hari-harinya menjadi hamba dunia. Mengejar
kekayaan yang tak terkira, namun setelah semua tercapai atau masa tua telah datang, uang yang
terkumpul harus ditebus untuk biaya rehabilitasi medis dan perawatan rumah sakit. Dunia yang
dikejar sejak muda harus terhenti dengan keluarga yang berantakan. Sang istri dan suami jarang
berjumpa dan acapkali bertemu yang ada hanyalah alasan menipu. Kebahagiaan semu yang dikejar
mengarahkan kesehatan semakin terganggu. Sehingga berujung kepada rumah sakit jiwa atau
pelarian jiwa ala syaithan sang musuh abadi manusia.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah salah seorang ulama kenamaan pernah mengatakan, banyak
penjelasan tentang kehidupan yang baik dan sehat, diantaranya seseorang harus qana’ah, ridha, serta
rezeki yang baik. Tetapi, dari sekian penjelasan tersebut, yang benar adalah kehidupan jiwa,
kenikmatan, kebahagiaan, dan ketenangan jiwa, yang diisi dengan keimanan, pengetahuan, cinta,
taubat, dan tawakal kepada Allah. Sebab, tidak ada kehidupan yang lebih baik dan lebih nikmat
daripada kehidupan akhirat. Bila kehidupan jiwa baik dan sehat dibarengi dengan kehidupan jasmani
yang sehat pula, maka secara tidak langsung telah tercipta jiwa yang sehat. Kehidupan mempunyai
tiga tingkatan alam, yaitu: dunia, barzakh, dan akhirat. (Madarij As Salikin 3/223)
Kemauan yang kuat adalah indikasi yang baik untuk memulai kesehatan jasmani secara
paripurna. Bila kita melihat rahasia-rahasia kesehatan para pendahulu sebelum kita ialah tak lepas
dari kebahagiaan jiwa yang semakin tinggi tingkat kedekatannya kepada Sang Pencipta, Allah
Ta’ala. Menghabiskan waktu dengan hal yang mendatangkan kemaslahatan dan manfaat, hidup
secara seimbang, mengetahui hak-hak yang harus ditunaikan atas dirinya serta lingkungan sekitar
dan juga tak jemu untuk mensyukuri apa yang telah Allah karuniakan adalah prasyarat utama
kesehatan seseorang. Barulah faktor penunjang lain melengkapi hingga bersesuaian antara
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sebagai bekal perjalanan.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah juga menjelaskan bahwasanya kesehatan hanya bisa diperoleh
dengan pengetahuan dan perbuatan, atau ilmu dan amal yang saling bersesuaian. Manusia
membutuhkan dua hal untuk menyempurnakan kebahagiaannya. Pertama, mengetahui secara
eksplisit (mendetail dan rinci) faktor-faktor baik dan buruk berdasarkan fenomena yang ditangkap
dari dunia luar, pengalaman pribadi atas orang lain, serta informasi yang diperoleh dari sejarah
ummat terdahulu dan sekarang. Kedua, tidak gegabah menyalahkan diri sendiri karena faktor-faktor
tersebut (maksudnya adalah tidak serta-merta menyalahkan diri sendiri tanpa sebab dalam
menghadapi suatu kesalahan, karena yang demikian bisa membawa seseorang hadir pada posisi
tertekan dalam jiwanya,pent). (Al Jawaabul Kafi’ Liman Sa’ala Anid Dawaisy Syafii)
Lebih lanjut Ibnul Qayyim dalam menjabarkan definisi kesehatan ialah berkaitan eratnya
eksistensi tujuan hidup manusia kepada Allah yakni hal ubudiyah. Hal tersebut telaksana dengan
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Jika manusia mampu merealisasikan hal itu,
maka kesehatan jiwa dan ketenangan jiwa akan dapat diraih. Apabila jiwa merasa tenang di sisi
Allah, tenteram dengan berdzikir dan bertaubat serta rindu bertemu denganNya, maka itulah jiwa
yang tenang. Jiwa yang sehat ialah jiwa yang tidak dikendalikan oleh syahwat yang melanggar
perintah Allah Ta’ala dan larangannya. Serta tidak pula dipengaruhi oleh syubuhat (kerancuan) yang
bertentangan dengan wahyu. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang tidak terkotori oleh noda-noda
kesyirikan dalam hal peribadahan kepada Allah berbentuk apapun. Tetapi yang ada ialah ikhlas
beribadah kepada Allah karena kehendak,cinta, tawakal, taubat, takut, dan berharap. Jiwa yang sehat
juga akan tunduk dan mengambil keputusan sesuai dengan aturan yang dibawa oleh Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam. (Ighatsatul Lahfaan 1/126)
Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa titik awal kesehatan ialah kemauan. Bila kemauan
hati beriring dengan apa-apa yang menjadi landasannya. Yakni fitrah sebagai seorang hamba Allah
Ta’ala. Maka pandangan hidup akan semakin nyata jelas arah dan tujuannya. Gambaran hidup tidak
hanya monoton soal dunia dan mampu terbeli dengan kekayaan keadaan yang dipunya. Akan tetapi
semua kemauan harus tunduk dan berpasrah diatas ketaatan. Karena, tidaklah ada kesehatan tanpa
sebuah ketaatan dan keseimbangan. Ketaatan diatas agama yang lurus serta benar, dan
keseimbangan dalam menjalani hidup.
Oleh karena itu, kesehatan adalah kemauan. Kemauan yang menggerakkan jiwa untuk singgah pada
hasil akhir pencapaian secara benar dan optimal.
wallahu ‘alam bii shawwab